You are on page 1of 63

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan guru cenderung menggunakan pendekatan konvensional yang tidak efektif dan menimbulkan kejenuhan siswa di dalam kelas, serta pendekatan keterampilan proses dengan pembelajaran teoritis yaitu setiap menyampaikan materi dalam proses pembelajaran guru kurang menggunakan media sebagai jembatan pemahaman bagi siswa. Pemecahan masalah pendidikan dengan kondisi di lapangan saat ini seperti tersebut di atas sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Depdiknas. Berbagai pembaharuan diantaranya adalah dengan pelatihan dan peningkatan kompetensi guru melalui seminar, loka karya, workshop atau melalui pertemuan di tiap-tiap gugus persekolahan. Konsekuensi dari yang telah dilakukan oleh pemerintah, guru merupakan agen pendidikan serta sebagai kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, para guru berada dititik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dituntut untuk

lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Tidak bervariasinya media yang digunakan oleh guru dapat menimbulkan kejenuhan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan perolehan KKM yang rata-rata hanya 62 pada tahun ajaran 2010, sedangkan nilai KKM yang diharapkan yaitu 65. Masalah lain yang penulis temui ketika melihat proses belajar mengajar, yaitu guru kurang menggunakan kemajuan teknologi seperti pemakaian laptop, infocus, program aplikasi microsoft office dalam menyampaikan materi. Berdasarkan pengamatan yang dapat dilihat pada saat proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Negeri Cicadas 2 Kota Bandung, menunjukkan bahwa mata pelajaran tersebut sampai saat ini kurang berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, hasil KKM yang didapat oleh siswa rata-rata 62 pada tahun ajaran 2010 sedangkan nilai KKM yang diharapkan yaitu 65. Hal ini terlihat pada setiap pembelajaran IPS, guru kurang menggunakan media pembelajaran dan kemajuan teknologi dalam penyampaian materi. Selain itu, siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru untuk dihafalkan. Pemahaman pada materi IPS dari 35 siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 50%, hal ini berdampak pada hasil belajar pelajaran IPS melalui tes formatif yang dilakukan dan hasilnya kurang memuaskan. Dengan melihat permasalahan di atas, sebenarnya usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS sudah banyak dilakukan baik melalui siswa dalam belajar yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil

lokakarya, seminar, penataran maupun pertemuan gugus sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pembelajaran IPS diantaranya adalah dengan penggunaan multi media, dengan tujuan agar siswa termotivasi dalam proses pembelajaran (student centered). Menurut Muhibbin (2000) Multi media adalah beberapa media mengajar yang digunakan dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Bertitik tolak dari masalah-masalah di atas, maka penulis berupaya mencari solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yaitu dengan cara identifikasi masalah, pengamatan lapangan dan penggunaan multi media dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pandangan dan permasalahan di atas, penulis beranggapan perlu diadakan penelitian tindakan kelas yang mengupayakan perbaikan pelaksanaan Bandung. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan permasalahan mengenai materi pasar pengajaran IPS di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam pembelajaran IPS guru kurang menggunakan media pembelajaran yang relevan dan kurang memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan multi media pada pelajaran IPS pada materi Pasar di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota Bandung. 2. Bagaimanakah penggunaan multi media pada pelajaran IPS Materi Pasar di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota Bandung dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk pelajaran IPS bertujuan: 1. Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah penggunaan multi media pada pelajaran IPS materi Pasar di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota Bandung 2. Untuk mendapatkan cara penggunaan IPS materi pasar di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota Bandung dapat meningkatkan hasil belajar. multi media pada pelajaran 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Sekolah Dasar a) Dapat mengembangkan pembelajaran pendidikan IPS melalui penggunaan multi media. b) Memberikan pengalaman untuk guru dalam merancang multi media pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. c) Mengembangkan potensi guru sebagai pengembang kurikulum (curriculum development), perencana, pelaksana serta sebagai motivatior. d) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan perubahan, perbaikan dalam pembelajaran IPS . 2. Bagi siswa Sekolah Dasar a. Menumbuhkan motivasi, meningkatkan aktivitas, memupuk kreativitas serta penuh inisiatif siswa dalam pembelajaran pendidikan IPS.

b. Melatih keberanian, keterampilan dan rasa percaya diri pada saat melaksanakan pembelajaran IPS. 3. Bagi Sekolah Dasar a. Meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan mata pelajaran IPS. b. Hasil perbaikan ini menjadi masukan bagi sekolah untuk menerapkan penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS . 4. Bagi lembaga terkait khususnya Dinas Pendidikan setempat, hasil perbaikan ini pembinaan dan meningkatkan mutu profesionalisme tenaga pendidikan. diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam mengembangkan 1.5 Definisi Operasional 1. Multi Media Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos,1996).

merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. 2.Hasil Belajar siswa Dalam perolehan hasil belajar dengan menggunakan multi media pada pelajaran IPS materi pasar, siswa diharapkan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan hal ini dikarenakan siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Hasil belajar adalah hasil akhir berupa nilai yang merupakan hasil dari belajar IPS dengan menggunakan multi media pada materi pasar. 3.Motivasi Belajar Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Motivasi belajar adalah dorongan dari seseorang untuk melakukan pembelajaran dengan tujuan agar orang tersebut memahami suatu pengetahuan. 1.6 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan di atas, maka hipotesis tindakannya adalah jika dalam gaya pembelajaran digunakan Multimedia yang tepat, maka motivasi dan hasil belajar siswa akan meningkat. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran

Menurut Nasution (Sudaryo, dkk 1991:3) dalam pendidikan sekolah tradisional belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah pengetahuan. Sedangkan pendidikan modern mengacu pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri anak berkat pengalaman dan latihan. Perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja melainkan bermacam-macam. Antara lain dapat berupa fakta, konsep, nilai atau norma keterampilan motorik, dan sebagainya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2003:2) pembelajaran ialah suatu proses usaha yang dilakukan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi di lingkungannya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak berkat untuk memperoleh adanya pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku pembelajaran menurut Slameto (2003:3) meliputi perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Untuk proses pembelajaran bisa dilihat di dalam gambar berikut ini : dalam pengertian Gambar 1 : Teori belajar

Dari gambar ini bisa dilihat ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran yaitu adanya instrumental factor yaitu guru, fasilitas media. Raw input yaitu siswa, motivasi, sikap, dll. Hasil belajar yaitu sikap siswa dan nilai yang diperoleh. Environment atau faktor lingkungan yaitu budaya, dll. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada si pembelajar, yaitu pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan pegalaman belajar. Ranah tujuan pembelajaran dapat dibedakan atas ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu diperlukan prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur prosedur dan pendekatan pembelajaran itu sendiri (Sugandi, dkk,2004: ll). Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif dan afektif. 2.2 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar 2.2.1 Konsep Dasar IPS di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan sosial adalah sebuah mata pelajaran yang diberikan di tingkat sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas dengan jumlah jam pelajaran yang bervariasi serta dengan disiplin ilmu yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah (Depdikbud, 2007). Secara ideal Djahiri (1993:76) mengkonsepsikan program IPS yaitu, (a) secara kognitif melatih dan membekali anak didik dengan konsep pengetahuan yang layak, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang cukup; (b) secara skill membekali kemampuan penalaran dan belajar yang luas.

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terbatas di salah satu jenjang pendidikan saja, melainkan diajarkan mulai dan tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dilaksanakan sampai saat ini baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis, menelaah, mengkaji gejala dan masalah. (Nursid,1984: 9). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial erat kaitannya dengan ilmu sosial, yaitu ilmu pengetahuan yang membahas hubungan manusia dengan masyarakat dan tingkah laku masyarakat (Pretson, 1986 dalam Sadeli 1999: 9). Jadi sebenarnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini berinduk kepada Ilmu Sosial dengan pengertian bahwa teori, konsep, dan prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori konsep prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu Sosial. Ilmu Sosial dengan bidang keilmuannya digunakan untuk melakukan pendekatan, analisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial pada kajian IPS (Nursid:1984). Secara mendasar, pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraannya dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. 2.2.2 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Aktivitas kehidupan manusia terdiri dari bermacam dimensi politik,

ekonomi, sosial, budaya, rohani, perilaku, hidup berkelompok, tempat dan waktu, dan sebagainya. Dimensi kehidupan manusia yang banyak itu menimbulkan telaah keilmuan sosial yang banyak pula, seperti ilmu politik, dan ekonomi. Menurut Nurnan Somantri (dalam Sapriya, Sundawa, & Mayitoh, 2006:11) mengemukakan, bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, sebagai berikut: 1. Pendapat yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di persekolahan adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya. Menurut faham ini, kurikulum pengajaran IPS harus diorganisasikan secara terpisah-pisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut. Golongan yang menganut faham ini tidak setuju apabila pembelajaran IPS di sekolah disebut social studies tetapi harus disebut social sciences. Faham ini dipelopori Charles Keller dan Barelson. Golongan ini lebih menekankan pada isi (content continuum). 2. Pendapat yang kedua ini sangat berbeda dengan pendapat pertama. Pendapatnya, bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Pembelajaran di sekolah harus merupakan a unified coordinated holistic study of men living in societies. Menurut faham ini sifat warga negara yang baik akan mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaannya daripada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu yang terpisah-pisah, seperti dilakukan di universitas. Pengorganisasian bahannya harus secara ilmiah dan psikologis. Golongan ini menghendaki program pembelajaran mengkorelasikan bahkan mungkin harus mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial dalam unit program studi. Golongan ini lebih menekankan pada proses yang berkelanjutan (process continuum) untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut. 3. Pendapat ketiga merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua. Golongan ini mengakui kebenaran masing-masing golongan tersebut. Oleh karena itu golongan ini berpendapat bahwa bahan pembelajaran IPS harus dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas. 4. Pendapat keempat berpendapat bahwa pembelajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup (closed areas). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antarpersonal. Bahan tabu tersebut yang timbul

dari bidang ekonomi, politik, sejarah, sosiologi, maupun ilmu-ilmu sosial lainnya. Dari berbagai pendapat tentang pembelajaran IPS di sekolah dasar menunjukan kaya dan beragamnya pembelajaran IPS, keberbedaan pendapat di atas, sebenarnya bukan menunjukan bahwa para ahli itu atau pencetus pendapat tersebut berselisih faham, namun hal itu menunjukan tentang sangat beragamnya pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dalam menyikapi pembelajaran IPS The Social Science Education Frame Work for California School dalam Djahiri (1980: 7) mengemukakan 5 (lima) tujuan pokok pembelajaran IPS, yaitu: 1. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial. 2. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial. 3. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual. 4. Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kernasyarakatan serta juga dapat mengembangkan menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya. 5. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Dari kutipan di atas, tentang tujuan pokok pembelajaran IPS meliputi, pertama, sebagai pembinaan terhadap kemampuan siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang diperoleh. Kedua, sebagai pembinaan bagi siswa dalam mengembangkan intelektualnya. Ketiga, pembinaan dan dorongan kepada siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual dalam masyarakat. Keempat mampu mengembangkan potensi dirinya dalam bermasyarakat. Dan Kelima, pembinaan terhadap siswa untuk

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. dan mempraktekan keanekaragaman studi, kerja, dan Dalam Kurikulum 2006 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar: Bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan seharihari. Sedangkan tujuan pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini, sehingga memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Pengertiannya bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran tidak hanya membekali ilmu pengetahuan saja, lebih dari itu membekali sikap dan nilai, serta keterampilan dalam kehidupannya di masyarakat sehingga dapat memahami lingkungan, masyarakat, bangsa dengan berbagai karakteristiknya. Sebagai mata pelajaran, Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bertolak dari kondisi nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia melalui seluruh aspek kehidupan manusia, agar tidak merasa asing di dalam kehidupan lingkungan kemasyarakatan sendiri termasuk lingkungan sosial dan lingkungan sekitarnya. Kajian ini mengisyaratkan bahwa pengajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar berupaya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

dasar kepada siswa dalam upaya melihat kenyataan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh dalam Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa aspek yang terkandung di dalamnya secara umum terdapat tiga aspek ditekankan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu (1) pengetahuan, (2) keterampilan, dan (3) nilai dan sikap. Ketiga aspek tersebut merupakan acuan yang berorientasi pada pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terpaku pada materi yang terdapat di lingkungan sekitar siswa sehingga proses maupun hasil pembelajarannya benar-benar bermakna bagi siswa sesuai dengan potensi diri dan harapan masyarakat. Pandangan lain mengatakan bahwa pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar lebih menitikberatkan pada bagaimana mendidik siswa untuk mengenal, memahami, dan mampu mengaflikasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa (Kosasih, 1993). Tujuan lain dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar dilihat dari pendekatan rasionalitas bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan terhadap setiap persoalan yang dihadapinya. 2.2.3 Karakteristik Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bersifat integratif. Materi yang dibelajarkannya merupakan akumulasi sejumlah disiplin ilmu sosial. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pun lebih menekankan aspek pendidikan daripada transfer konsep. Karena melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa diharapkan memahami sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai,

moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pembelajarannya sebagai suatu proses menurut Surya (1996: 35) melandaskan pada prinsip-prinsip: (1) sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku (2) hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan (3) merupakan suatu proses (4) terjadi karena adanya sesuatu pendorong dan tujuan yang akan dicapai (5) merupakan bentuk pengalaman. Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia. Ciri utama yang menjadi jati diri pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kerjasama disiplin ilmu pendidikan dengan ilmu sosial untuk tujuan pendidikan (Somantri, 1996: 3). Dalam mengembangkan kerjasama tersebut perlu diperhatikan upaya memilih dan menyederhanakan bahan, mengorganisir, dan menyajikan bahan secara ilmiah dan psikologis, serta melaksanakan evaluasi hasil belajar untuk tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Somantri (1996:5), pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: a. endidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendekatan P kewarganegaraan, b. Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial sebagai pendekatan konsep dan generalisasi yang ada dalam ilmu-ilmu sosial, c. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang pendekatannya menyerap dan mengembangkan bahan pendidikan dari kehidupan sosial kemasyarakatan. Menurut Hasan (1996:75) tentang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mengatakan bahwa,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai kelompok bahan ajar sangat terikat oleh nilai-nilai sosial budaya bangsa, oleh karena itu pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tidak lepas dari tata nilai dan norma yang ada dalam satu bangsa. Bahkan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, diharapkan bisa mengabdi pada tujuan pembangunan bangsa, yakni pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas sekaligus bertanggungjawab terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Ilmu Pengetahuan Sosial juga sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu-ilmu sosial yang mengajarkan nilai sikap dan keterampilan kepada siswa untuk memahami lingkungan dan masalahmasalah sosial di sekitar siswa serta sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar yang mempunyai sifat integrated, pengembangan materinya lebih difokuskan pada permasalahan manusia dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan sosial budaya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar merupakan bidang studi yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan di Sekolah Dasar sebagaimana diungkapkan di atas, terdiri dari bahan kajian pokok pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Sedangkan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia dari sejak lampau hingga sekarang.

Adapun fungsi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ialah mengembangkan pengetahuan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan kebanggaan terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. 2.2.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Dalam Kurikulum 2006 tentang Standar Kompetensi SD/MI (2006: 78) disebutkan bahwa, Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, meliputi aspek: 1. 2. 3. 4. 5. Sedangkan dalam dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam (1993: 62-63) disebutkan bahwa: Ruang lingkup pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat, wilayah provinsi, wilayah kepulauan, pemerintah daerah, negara Republik Indonesia, dan pengenalan kawasan dunia. Dan ruang lingkup pengajaran sejarah meliputi: 1. sejarah lokal 2. kerajaan-kerajaan di Indonesia 3. tokoh dan peristiwa 4. bangunan bersejarah 5. Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda 6. beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan Sistem sosial dan budaya Manusia, tempat dan lingkungan Prilaku ekonomi dan kesejahteraan Waktu, keberlanjutan dan perubahan Sistem berbangsa dan bernegara

2.3 Multi Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahimet.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos,1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator),bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen

integral dari sistem pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media menurut 2001:89) adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, Gerlach & Ely (Ibrahim, et.al., difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secaraserempak, misalnya siaran TV atau Radio. Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan

guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidakterjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apayang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah. 2. Mengamati benda/ peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya,atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya. 3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati

secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atauterlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaranyang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya. 4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya,rekaman suara denyut jantung dan sebagainya. 5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswadapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya. 6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus,pertempuran, dan sebagainya. 7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Denganmenggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelastentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya. 8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran,warna, dan sebagainya. 9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai

mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik. 10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Denganbantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan. 11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak,dan sebagainya. 12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan,model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung. 13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan 14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama. 15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masingmasing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing. Beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran,

antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris. Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan). diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi

hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. 2.4 Penggunaan Multimedia Proses pembelajaran IPS di sekolah dasar harus memperlihatkan karakteristik siswa SD. Adapun teori-teori yang mendukung penggunaan multimedia sebagai berikut : 1. Teori Piaget Menurut Piaget (Dahar, 1996:154) periode operasional konkrit adalah antara 7 11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada

masalah-masalah konkrit. Pada tahap ini siswa berpikir berdasarkan benda-benda nyata atau konkrit, dapat dilihat, diraba atau dirasakan. Dalam pembelajaran dengan menggunakan multimedia siswa bereksplorasi konkrit yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mengungkapkan pertanyaan, kemudian benda-benda tersebut diselidiki untuk mencari jawaban atas dengan media yang pertanyaannya. 2. Teori Thondike Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera sedangkan respon yaitu reaksi yang muncul siswa ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike (Budiningsih, 2004:21) Dengan adanya stimulus dan respon maka terjadi interaksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa lainnya sehingga pembelajaran lebih aktif 3. Teori Skinner Hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Skinner juga menyatakan respon yang dimunculkan akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Skinner (Budiningsih, 2004:24) Pembelajaran dengan menggunakan multimedia diharapkan adanya perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil dari belajar yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Teori Gagne Menurut Gagne (Dahar, 1996:140) sikap merupakan pembawaan yang

dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap bendabenda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup lain. Dengan melihat beberapa teori di atas mengenai pembelajaran yang diharapkan dengan penggunaan multimedia, maka fungsi dari penggunaan multi media pembelajaran adalah sebagai alat komunikasi antara materi yang akan diajarkan dengan pemahaman siswa. Sehingga siswa akan lebih paham karena yang akan dipelajarinya lebih konkrit sebagaimana dikemukakan oleh Piaget (Dahar, 1996:154) periode operasional konkrit adalah antara 7 11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkrit. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Tindakan Kelas Studi penggunaan multimedia pada pembelajaran IPS dengan materi pasar di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota Bandung ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas sebagai metode penelitiannya. PTK mendorong selalu meningkatkan kinerjanya dengan refleksi, dengan selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengemansipasikan peserta didiknya dari pembelajaran yang terpusat dari guru menjadi sampai mampu mandiri dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan diluar otoritas gurunya (Wiriaatmadja, 2002:127) Penelitian tindakan kelas itu bersifat situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, misalnya di kelas dalam sekolah dan berusaha menyelesaikannya dalam konteks itu. Masalah yang diangkat dari

praktek pembelajaran sehari-hari yang benar-benar dirasakan oleh guru dan siswanya. Kemudian diupayakan penyelesaiannya demi peningkatan mutu guru untuk terpusat pada siswa, yakni mencari sendiri pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolahnya dengan jalan merefleksi diri yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan penuh keseharian tugastugasnya, sekaligus secara sistematik meneliti praktik sendiri (Depdiknas, 2002:8). 3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Seting Penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas, yaitu penelitian yang bersifat kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Cicadas 2 Kota menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 35 orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 19 orang dan siswa perempuan berjumlah 16 orang. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus.Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang di capai, seperti yang telah di desain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS di SDN Cicadas 2 Kota Bandung dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Bandung. Sedangkan yang 3.2.2 Langkah-langkah Kegiatan Dengan berpedoman pada observasi awal, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi : (1) Perencanaan;(2) Pelaksanaan;(3)

Observasi;(4) Refleksi dalam setiap siklus. 1) Perencanaan Kegiatan ini meliputi : a. Peneliti menetapkan alternatif peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS b. Peneliti membuat perencanaan pengajaran yang mengembangkan keterampilan intelektual siswa. c. Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran d. Membuat lembar observasi ;dan e. Mendesain alat evaluasi 2). Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. 3). Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan. 4). Refleksi Data-data yang telah diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan di analisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, peneliti akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini benar-benar akan bermanfaat dan meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS. Rencana tindakan ini dapat diuraikan seperti alur penelitian di bawah ini: OBSERVASI AWAL Melakukan pengamatan terhadap: hasil belajar,Kegiatan belajar dan model pembelajaran PERBAIKANRENCANA TINDAKAN Sesuai dengan hasil kegiatan refleksi awal pada tahap perencanaan ALUR RENCANA TINDAKAN REFLEKSI AWAL Perlu adanya penggunaan multi media PELAKSANAANsiswa rendah I Hasil belajar IPS SIKLUS

Aktivitas siswa kurang PELAKSANAAN IDENTIFIKASI MASALAH Bagaimana motivasi siswa dan guru selama proses pembelajaran IPS OBS & EVALUASI TINDAKAN Membelajarkan materi pokok yang akan diajarkan REFLEKSI SIKLUS I Analisis hasil refleksi Rekomendasi dan penyimpulan PELAKSANAAN PELAKSANAAN Observer melaksanakan kegiatan pengamatan Melaksanakan evaluasi pasca siklus I SIKLUS II PERBAIKANRENCANA TINDAKAN Sesuai dengan hasil refleksi setelah siklus I

OBS & EVALUASI TINDAKAN Observer melaksanakan kegiatan pengamatan Melaksanakan evaluasi pasca siklus II PERBAIKANRENCANA TINDAKAN Sesuai dengan hasil refleksi setelah siklus II Membelajarkan materi pokok yang akan diajarkan REFLEKSI SIKLUS II Analisis hasil refleksi Rekomendasi dan penyimpulan PELAKSANAAN SIKLUS III PELAKSANAAN TINDAKAN Membelajarkan materi pokok yang akan diajarkan OBS & EVALUASI Observer melaksanakan kegiatan pengamatan Melaksanakan evaluasi pasca siklus III TINDAK LANJUT Rekomendasi dan penyimpulan

Penyusunan Laporan Penelitian REFLEKSI SIKLUS III Analisis hasil refleksi Penyimpulan Gambar 2 : Penelitian Tindakan Model Spiral (adaptasi dari Kemmis & Taggart,1993) 3.2.3 Rancangan Tindakan Dalam penelitian ini, peneliti menyusun serangkaian tindakan yang akan dilakukan selama penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus terdiri dari enam tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS. 3.3 Instrumen Pemantauan Evaluasi Sesuai dengan tujuan penelitian ini, pengumpulan data diperoleh melalui : a. Test Tertulis Test tertulis ini dipergunakan untuk melaksanakan pretest dan postest. Tujuan dilakukannya pretest dan postest adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran mengenai materi pasar. b. Lembar Observasi Lembar observasi dipergunakan untuk mengetahui gambaran tentang : 1. Aktivitas belajar siswa dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan multimedia 2. Aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk menuliskan proses terjadinya pembelajaran dengan menggunakan multimedia serta aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran IPS. d. Dokumentasi Agar penelitian tindakan kelas yang berlangsung dianggap valid, maka peneliti menggunakan dokumentasi sebagai alat untuk melakukan analisis dari hasil penelitian antara lain : 1. Lembar Observasi 2. Catatan Lapangan 3. Foto-foto guru dan siswa yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran 3.4 Analisis Data Pengolahan data dan analisis data dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian ini berlangsung dari awal hingga akhir, yaitu mulai dari tahap orientasi karakteristik pokok permasalahan dan tujuan penelitian (Wiriaatmadja, 2005:87). Analisis yang digunakan baik data yang dihasilkan dari pengamatan selama observasi atau data wawancara serta dari hasil belajar. Analisis data merupakan usaha dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembelajran IPS di kelas IV. Analisis data dilakukan secra reflektif, partisipatif dan kolaboratif pada setiap tahap refleksi sehingga dari hasil analisis refleksi ini ditemukan alternatif jalan sampai pada berakhirnya seluruh program tindakan sesuai memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data untuk

keluar untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya pada siklus selanjutnya. Untuk mengetahui keberhasilan dari pembelajaran, peneliti melakukan kriteria keberhasilan dengan cara melakukan hasil evaluasi belajar siswa, analisis hasil observasi, analisis catatan lapangan dan analisis hasil triangulasi. Pada saat pengujian perlu dilakukan suatu analisa data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Untuk itu peneliti melakukan analisa data berupa jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif terdiri atas hasil observasi, hasil kerja siswa dan dokumentasi. 3.5 Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan teknik analisis deskriftif lembar observasi untuk guru dan siswa, menghitung prosentase siswa berdasarkan ketercapaian indikator, serta memberikan nilai berupa angka mutu terhadap hasil pekerjaan siswa. Selain itu, data yang diperoleh dari hasil observasi, koordinasi, konsultasi dan tes, dianalisis dengan mengacu kepada pola pengolahan data dari Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005: 55) yang dilakukan melalui: 1. Coding atau labeling Mekanisme pengolahan data yang berkaitan dengan penamaan data, kategorisasi data, pengklasifikasian data, dan deskrifsi makna data, baik berdasarkan jenis subjek penelitian, fokus tindakan, waktu tindakan, proses maupun hasil tindakan. kualitatif dan kuantitatif melalui pemberian huruf mutu terhadap 2. Triangulasi

Validasi data ditentukan oleh sumber atau interpretasi data penelitian dari berbagai pihak terkait, terutama yang merepresentasikan keterwakilan antara: peneliti, observer, dan kepala sekolah, serta pakar akademik yang relevan dengan masalah yang dianalisis, baik yang bersifat personal, maupun berdasarkan gagasan-gagasan dalam literatur yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Saturasi Validasi data berdasarkan interpretasi peneliti yang dapat memastikan bahwa tindakan dan hasil perbaikan ditetapkan telah optimal dan dilakukan dengan pertimbangan bahwa potensi perubah (baik di pihak peneliti, observer, subjek penelitian, fasilitas, waktu, dan faktor-faktor penentu perubahan lainnya) sudah sampai pada batas kemampuan maksimal saat itu. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cicadas 2 Kota Bandung. Dengan luas tanah + 2045 m2 di atas tanah tersebut berdiri lima belas lokal ruang belajar satu bangunan ruang kepala sekolah, dan ruang guru. Keadaan siswa terdiri dari sembilan rombongan belajar jumlah siswa dari kelas 1 s/d 6 adalah 265 siswa terdiri dari 125 siswa perempuan dan 140 siswa lakilaki. Sarana bermain, Olah raga, lapangan upacara cukup. Sekolah terletak di daerah padat penduduk dan dekat dengan pasar sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai pasar. Sekolah ini terletak di jalan Cikutra Nomor 58 Bandung. Gambar 3 : Denah lokasi SDN Cicadas 2 Kota Bandung Gambar 4 : Tampak Depan SDN Cicadas 2 Kota Bandung

Gambar 5 : Situasi halaman kelas SDN Cicadas 2 Kota Bandung Gambar 6 : Situasi halaman kelas SDN Cicadas 2 Kota Bandung Gambar 7 : Kegiatan siswa SDN Cicadas 2 Kota Bandung 4.1 Proses pengambilan data tiap siklus 4.1.1 Kegiatan Siklus I Hipotesis Siklus I Dengan siklus I ini, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat yaitu dengan pencapaian KKM diatas 62. Hasil Tindakan Hasil tindakan pada siklus satu terjadi penemuan-penemuan. Temuan tersebut di uraikan pada tabel esensial Materi Pasar Tradisional Tabel 4.1 Temuan Esensial Pada Kegiatan Siklus I Tahap-tahap kegiatan Eksplorasi melalui kerja kelompok untuk mengetahui pengertian pasar Eksplorasi kelompok melalui kerja kelompok dengan menggunakan media LKS siswa melakukan pencarain pengertian pasar Temuan esensial Semua kelompok kurang

memahami pengertian pasar. Dalam pelaksanaan kerja kelompok masih rendah - Kerjasama dalam kelompok meningkat terbukti dalam pemecahan masalah tidak mengandalkan ketua kelompok dan bimbingan guru - Evaluasi akan berjalan dengan tertib dan lancar Tes hasil belajar Tes hasil belajar dikerjakan secara individu Sumber : data hasil pengamatan siklus 1 a. Deskripsi Pelaksanaan pembelajaran Siklus I tindakan 1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 di SDN Cicadas 2 membahas materi pokok Pasar, dengan hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat mendeskripsikan perbedaan pasar. Pembelajaran diawali dengan kegiatan membuka pelajaran, mengucapkan salam pada siswa. Siswa serempak menjawab Wa'alaikum salam. Jumlah siswa kelas IV adalah 35 orang. Setelah itu guru mengkondisikan siswa pada situasi belajar dengan menata tempat duduk dan memberikan arahan agar semua aktifitas yang di luar pembelajaran untuk ditunda sehingga siswa siap untuk belajar.

Guru mengungkapkan konsep awal dengan cara kerja sama dalam kelompok. Dalam pelaksanaan kerja kelompok ditentukan dengan jumlah siswa dalam satu kelompok secara heterogen. Tahap menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa diberikan pertanyaanpertanyaan. Selanjutnya mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran, memotivasi siswa dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Sebagai apersepsi serta mengukur kemampuan pengetahuan awal, guru memberikan pertanyaan sebagai berikut: Guru : "apa arti dari pasar? " Siswa : "tempat jual beli pa Guru : "Bagus, ada lagi yang mau jawab? Siswa : "tempat jualan pa Dalam hal ini jawaban yang diberikan siswa. Bertujuan untuk mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran, memotivasi siswa dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Dari hasil observasi tahap pemahaman dan pengetahuan awal sesuai dengan rencana dan waktu yang telah direncanakan mencukupi. Pada tahap eksplorasi kegiatan pembelajaran berlangsung secara kelompok, yang sehari sebelumnya sudah dibentuk oleh guru. Jumlah kelompok ada sembilan, setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Tiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kemampuan akademik dalam satu kelompok heterogen. Setelah itu guru menyuruh siswa duduk secara kelompok. Guru membagikan lembar kerja sisw (LKS) mengenai pasar . Terlihat siswa melakukan pencaraian pengertian pasar dengan menggunakan panduan lembar kerja siswa serta terlihat siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya.

Guru membimbing dan mengarahkan siswa baik secara kelompok ataupun secara individual. Pada tahap eksplorasi dari hasil observasi, siswa merasa senang dan termotivasi untuk belajar karena melakukan percobaan, sedangkan kelemahannya siswa belum menyeluruh melaksanakan kerjasama dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat pada catatan lapangan yaitu siswa saling tunjuk untuk mengungkapkan temuan-temuan dalam melakukan percobaan. Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta kelompok lainnya menangggapi dan melakukan pertanyaan pada kelompok yang sedang melakukan presentasi. Inti dari presentasi adalah setiap kelompok melaporkan hasil temuannya di depan kelas. guru tidak membenarkan atau menyalahkan atas Selama kegiatan diskusi guru memberikan kesempatan secara bergiliran dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dengan yang bertugas melaporkan diatur secara bergiliran. Suasana tidak terlalu gaduh karena sebelumnya telah diberi penjelasan tentang cara bekerja sama yang baik Setelah semua perwakilan kelompok selesai mernpresentasikan hasil kerja kelompoknya, guru menyamakan persepsi atas materi dari masing-masing kelompok. Guru meminta siswa untuk membandingkan hasil pengetahuan awal dengan pengetahuan akhir. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Selama proses pembelajaran terlihat guru dan siswa melakukan berbagai media pembelajaran, guru membawa gambar-gambar mengenai pasar. Untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai pengertian pasar dengan menggunakan

berbagai media pembelajaran, guru melakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa, evaluasinya berupa pertanyaan tertulis. Untuk mengetahui hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I Nilai 50 55 60 65 70 75 80 90 Jumlah Frequwensi 1 9 13 3 4 3 1 1 35 Rata-rata Sumber : data hasil pengamatan siklus 1 Jumlah 50 495 780 195 280 225 80 90 2195 62,7 Untuk nilai individu siswa jumlah keseluruhan dari hasil tersebut adalah 2195 dan rata-rata dari keseluruhan nilai tersebut adalah 62,7

b. Analisis Pembelajaran berlangsung secara berkelompok dengan menggunakan LKS yang berisi permasalahan yang harus dipecahkan secara berkelompok, setelah selesai lalu secara bergiliran kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas serta melibatkan seluruh siswa di dalam kelas. Hasil pembelajaran pada siklus I tindakan 1 jika dipresentasekan, maka perolehan siswa pada nilai 50 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %, nilai 55 ada 9 orang atau sekitar 25,7 %, nilai 60 ada 13 orang atau sekitar 37,1%, nilai 65 ada 3 orang atau sekitar 8,5 %, nilai 70 ada 4 orang atau sekitar 11,4 %, nilai 75 ada 3 orang atau sekitar 8,5%, nilai 80 ada 1 orang atau sekitar 2,8 % dan nilai 90 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklsu I tindakan 1 ada peningkatan walaupun belum signifikan. Peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 62,7. Padahal KKM yang diterapkan di kelas IV SDN Cicadas 2 terutama pada pelajaran IPS sebesar 60. Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatannya belum terlalu besar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar yang dianggap cukup baik, karena sebelumya rata-rata siswa adalah 60,5. Peningkatan tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (1993:48) bahwa dengan menggunakan multimedia akan meningkatkan hasil belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I belum terlihat adanya langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada

siklus selanjutnya. Pada siklus I langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia masih monoton, artinya penggunaan medianya hanya sebatas gambar . Padahal menurut Ibrahim, 1997:86) Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan Pada langkah-langkah pembelajaran siklus I belum terlihat adanya multimedia yang bertujuan untuk berkomunikasi. Pelaksanaan pembelajaran siklus I hambatan dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan yang ada pada pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Siswa belum terbiasa menggunakan media yang beragam pada proses tentunya mendapatkan berbagai pembelajaran 2. Kurangnya media yang dapat mengajak siswa untuk berkomunikasi dengan materi yang disampaikan sesuai dengan pernyataan Ibrahim (1997:76) bahwa media harus dijadikan ajang komunikasi antara materi dengan siswa 3. Kurang pahamnya guru dalam penggunaan media yang dianggap masih modern, misalnya penggunaan OHP atau infocus. 4. Masih ada siswa yang kurang tertarik dengan adanya media pembelajaran karena medianya yang kurang menarik. Dengan adanya kesulitan dan kendala tersebut tentunya menjadikan sebuah pemicu untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan penggunaan media dapat dipahami oleh siswa.

c. Refleksi Berdasarkan deskrifsi dan analisis bahwa pembelajaran dengan penerapan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar pada siklus I walaupun belum signifikan, maka refleksi yang dilakukan adalah dalam pembelajaran siklus II diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Langkah-langkah multimedia peneliti akan berusaha memperbaikinya pada siklus II dengan cara menggunakan media yang menarik dan siswa dibiasakan menggunakan multimedia misalnya menggunakan film. Kesulitan dan kendala pada siklus I , maka pada siklus II akan diperbaiki sesuai dengan hasil analisis yaitu siswa akan dibiasakan menggunakan media yang variatif serta akan membiasakan guru menggunakan media pembelajaran yang dianggap modern, misalnya penggunaan infocus atau OHP. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II agar penerapan pembelajaran dengan menggunakan multimedia dapat dilaksanakan sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan harapan. pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan 4.1.2 Kegiatan Siklus II Hipotesis Siklus II

Dengan siklus II ini, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat yaitu dengan pencapaian KKM diatas 64. Hasil Tindakan Hasil tindakan pada siklus I berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan dan lancar, maka terjadi penemuan-penemuan, temuan tersebut diuraikan pada Tabel temuan esensial berikut ini: Materi Perbedaan pasa tradisonal dan modern Tabel 4.3 Temuan Esensial Pada Kegiatan Siklus II Tahap-tahap kegiatan Eksplorasi melalui kerja kelompok untuk membedakan pasar tradisonal dan modern Eksplorasi kelompok melalui kerja kelompok dengan menggunakan media LKS beruapa materi yang harus dikerjakan secara kelompok Tes hasil belajar dikerjakan secara individu Temuan esensial - Semua kelompok melakukan percobaan dengan mengamati film yang ditampilkan guru.

Dalam pelaksanaan kerja kelompok ada peningkatan - Kerjasama dalam kelompok meningkat terbukti dalam pemecahan masalah tidak mengandalkan ketua kelompok dan bimbingan guru - Evaluasi akan berjalan dengan tertib dan lancar Tes hasil belajar Sumber : data hasil pengamatan siklus II a. Deskripsi Pelaksanaan pembelajaran Siklus I tindakan 2 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Maret 2010 di SDN Cicadas 2 membahas materi perbedaan pasar tradisional dan modern, dengan hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat membedakan pasar tradisonal dan modern . Seperti halnya siklus I tindakan 1 pembelajaran di awali dengan kegiatan membuka pelajaran, mengucapkan salam pada siswa. Siswa serempak menjawab Wa'alaikum salam. Jumlah siswa kelas IV yang hadir adalah 35 orang. Setelah itu guru mengkondisikan siswa pada situasi belajar dengan cara memberi arahan pada siswa yang masih ngobrol dan duduknya belum betul agar memperhatikan pada pembelajaran. Siswa kelihatan siap untuk belajar. Mengetahui konsepsi awal siswa tentang materi yang akan dibahas, guru mengajukan pertanyaan seputar pasar. " coba bandingkan apa bedanya pasar tradisional dengan pasar modern? Siswa menjawab serempak bagus modern

pa . Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi. Pada tahap ini guru membagikan LKS mengenai perbedaan pasar. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan perintah atau petunjuk yang ada pada LKS. Kemudian pembelajaran diianjutkan dengan menyuruh siswa untuk mempraktekkan di depan kelas, siswa merasa senang dengan mengamati alat peraga. Guru mengarahkan siswa untuk memancing keingintahuan siswa dan pada akhimva siswa berani mengungkapkan pertanyaan tentang perbedana pasar tradisional dan modern di lingkungan masyarakat. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana multimedia pada materi perbedaan pasar diantarnay media film, dan gambar. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil evaluasi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : kemampuan siswa setelah belajar IPS dengan menggunakan Nilai 50 60 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II Frequensi 1 12 Jumlah 50 720 65 70

75 80 90 Jumlah 10 5 1 4 1 35 Rata-rata 650 350 75 320 90 2255 64,4 Sumber : data hasil pengamatan siklus II Nilai individu siswa jumlah keseluruhan dari hasil tersebut adalah 2255 dan rata-rata dari keseluruhan nilai tersebut adalah 64,4 b. Analisis Hasil belajar pada siklus II jika dipresentasekan ada peningkatan dari siklus sebelumnya. Perolehan hasil belajar perorangan siswa adalah pada nilai 50 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %, nilai 60 ada 12 orang atau sekitar 34,2%, nilai 65 ada 10 orang atau sekitar 28,5 %, nilai 70 ada 5 orang atau sekitar 14,2 %, nilai 75 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %, nilai 80 ada 4 orang atau sekitar 11,4 % dan nilai 90 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus I tindakan 2 ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatkan hasil belajar tersebut

terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 64,4. Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatanya belum terlalu besar dari siklus sebelumnya. Dengan adanya peningkatan hasil belajar tersesebut merupakan hasil belajar yang dianggap cukup, karena sebelumnya rata-rata siswa adalah 62,7. Peningkatan tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (1997:87) bahwa dengan menggunakan multimedia akan meningkatkan hasil belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I tindakan 2 sudah terlihat adanya langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah Nampak walaupun belum sempurna, artinya penggunaan medianya hanya sebatas gambar dan benda tiga dimensi serta bendabenda yang ada di lingkungan sekitar siswa seperti kapur dan lain sebagainya. Padahal menurut Ibrahim, 1997; Ibrahimet.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Pelaksanaan pembelajaran siklus II tentunya mendapatkan berbagai hambatan dan kesulitan. Namun , Hambatan dan kesulitan yang ada pada siklus II ini sudah memperbaiki siklus I yaitu sebagai berikut: 1. Siswa mulai terbiasa menggunakan media yang beragam pada proses pembelajaran walaupun masih ada kekurangannya. Misalnya masih ada siswa yang belum paham penggunaan media pembelajaran. 2. Media pembelajaran menggunakan berbagai bentuk misalnya film. Tujuannya untuk memperkaya khasanah media pembelajaran.

3. Guru sudah memahami penggunaan media yang dianggap masih modern, misalnya penggunaan OHP atau infocus, walaupun masih terlihat kaku. 4. Siswa mulai tertarik dengan media pembelajaran, namun tentunya membutuhkan usaha yang keras dari guru untuk membuat media pembelajaran yang menarik. Dengan adanya kesulitan dan kendala tersebut tentunya harus diperbaiki setiap proses pembelajaran ataupun perbaikan pada siklus-siklus berikutnya sehingga proses pembelajaran setiap siklusnya ada peningkatan. c. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pada proses pembelajaran siklus II, maka refleksi yang dilakukan adalah dalam pembelajaran siklus III diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang pada siklus II. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan multimedia peneliti akan berusaha memperbaikinya pada siklus III dengan cara menggunakan media yang menarik dan siswa dibiasakan menggunakan multimedia misalnya menggunakan gambar, film atau dengan berkunjung ke pasar serta menggunakan media yang ada disekitar lingkungan siswa. Kesulitan dan kendala pada siklus II, maka pada siklus III akan diperbaiki sesuai dengan hasil analisis yaitu siswa akan dibiasakan menggunakan media yang variatif serta akan membiasakan guru menggunakan media pembelajaran yang dianggap modern. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II akan diperbaiki pada

siklus III agar penerapan pembelajaran dengan menggunakan multimedia dapat dilaksanakan sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan harapan. 4.1.3 Kegiatan Siklus III Hipotesis Siklus III Dengan siklus III ini, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat yaitu dengan pencapaian KKM diatas 65. Hasil Tindakan Hasil tindakan pada siklus II tindakan 1 berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan dan lancar, maka terjadi penemuan-penemuan tersebut diuraikan pada tabel temuan esensial berikut ini: Tabel 4.5 Temuan Esensial Pada Kegiatan Siklus II Tindakan 1 Materi -Kelebihan dan kelemhan pasar modern dan pasar tradisional Tahap-tahap kegiatan Eksplorasi melalui kerja kelompok untuk memecahkan permasalahan yang tertuang dalam lembar kerja siswa Eksplorasi kelompok melalui kerja kelompok dengan menggunakan media LKS beruapa materi yang harus dikerjakan secara kelompok Tes hasil belajar dikerjakan

secara individu Temuan esensial - Semua kelompok melakukan diskusi mengenai pertanyaan guru kelemhan dan kelebihan pasar. Dalam pelaksanaan kerja kelompok ada peningkatan - Kerjasama dalam kelompok meningkat terbukti dalam pemecahan masalah tidak mengandalkan ketua kelompok dan bimbingan guru - Evaluasi akan berjalan dengan tertib dan lancar Tes hasil belajar Sumber : data hasil pengamatan siklus III a. Deskripsi Pelaksanaan pembelajaran tanggal 31 Maret 2010 di SDN Cicadas2 membahas materi kelebihan dan kelemahan pasar tradisional dan modern, dengan hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat mengidentifikasi kelemahan dan keleibahna pasar modern Siklus III dilaksanakan pada hari Rabu dan tradisisonal. Pada siklus III pembelajaran diawali dengan kegiatan membuka pelajaran, mengucapkan salam pada siswa. Siswa serempak menjawab Wa'alaikum salam. Jumlah siswa kelas IV yang hadir adalah 33 orang, 2 orang lagi tidak masuk karena sakit. Setelah itu guru mengkondisikan siswa pada

situasi belajar dengan cara memberi arahan pada siswa yang masih ngobrol dan duduknya belum betul agar memperhatikan pada pembelajaran. Siswa kelihatan siap untuk belajar. Mengetahui konsepsi awal siswa tentang materi yang akan dibahas, guru mengajukan pertanyaan seputar pasar guru bertanya: pernahkah kamu ke pasar tradisosnal atau ke pasar modern apa kelebihan dan kelemahannya?. Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi. Pada tahap ini guru membagikan LKS mengenai perbedaan kelemahan dan kelebihan pasar modern dan tradisional. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan perintah atau petunjuk yang ada pada LKS. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk menjelaskan perbedaan tersebut di depan kelas, siswa merasa senang dengan mengamati berbagai media pembelajaran yaitu menggunakan gambar dan film. Guru mengarahkan siswa untuk memancing keingintahuan siswa dan pada akhimva siswa berani mengungkapkan pertanyaan tentang kelemahan dan kelebihan pasar modern dan pasar tradisional Setelah siswa melakukan percobaan di depan kelas, guru memberikan beberapa penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan pasar tradisional. Selanjutnya guru mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana menggunakan multimedia pada materi Pasar. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil modern dan kemampuan siswa setelah belajar IPS dengan evaluasi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6

Hasil Belajar Siswa Siklus III Nilai 55 60 65 70 75 80 90 Jumlah Frequensi 2 11 9 4 1 4 2 33 Rata-rata Sumber : data hasil pengamatan siklus III Jumlah 110 660 585 280 75 320 180 2210 66,9 Nilai individu siswa jumlah keseluruhan dari hasil tersebut adalah 2210 dan rata-rata dari keseluruhan nilai tersebut adalah 66,9 b. Analisis Hasil belajar pada siklus II tindakan 1 jika dipresentasekan ada peningkatan dari siklus sebelumnya. Perolehan hasil belajar perorangan siswa adalah pada nilai 55 ada 2 orang atau sekitar 5,7 %, nilai 60 ada 11 orang atau sekitar 31,4%, nilai 65 ada 9 orang atau sekitar 25,7 %, nilai 70 ada 4 orang atau

sekitar 11,4 %, nilai 75 ada 1 orang atau sekitar 2,8 %, nilai 80 ada 4 orang atau sekitar 11,4 % dan nilai 90 ada 2 orang atau sekitar 5,7 %. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus II tindakan 1 ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 66.9 Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatanya belum terlalu besar dari siklus sebelumnya. Dengan adanya peningkatan hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar yang dianggap cukup baik, karena sebelumnya rata-rata siswa adalah 62,7. Peningkatan tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (1997:87 ) bahwa dengan menggunakan multimedia akan meningkatkan hasil belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II tindakan 1 sudah terlihat adanya langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II tindakan 1 langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah ada kemajuan yaitu penggunaan media pembelajarannya sudah teratur dimulai dari memperlihatkan gambar dan film dilanjutkan dengan percobaan pada benda tiga dimensi. Menurut Ibrahim (1997) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Pelaksanaan pembelajaran siklus III hambatan dan kesulitan. Namun , Hambatan dan kesulitan yang ada pada siklus III tindakan 1 ini sudah memperbaiki siklus I , yaitu sebagai berikut: 1. Siswa mulai terbiasa menggunakan media yang variatif walaupun masih

ada kekurangannya. Kekurangan tersebut terletak pada ketersediaan media pembelajaran. 2. Media pembelajaran menggunakan berbagai bentuk misalnya film. Tujuannya untuk memperkaya khasanah media pembelajaran. 3. Guru sudah memahami penggunaan media yang dianggap masih modern, misalnya penggunaan OHP atau infocus, walaupaun masih terlihat kaku. tentunya mendapatkan berbagai 4. Siswa mulai tertarik dengan media pembelajaran, namun tentunya membutuhkan usaha yang keras dari guru untuk membuat media pembelajaran yang menarik. Dengan adanya kesulitan dan kendala tersebut tentunya harus diperbaiki setiap proses pembelajaran ataupun perbaikan pada siklus-siklus berikutnya, sehingga proses pembelajaran setiap siklusnya ada peningkatan. c. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pada proses pembelajaran siklus III , maka refleksi hasilnya pada siklus III memuaskan yaitu sudah melebihi nilai KKM diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. 4.2 Pembahasan Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi setiap siklus yang dilaksanakan, peneliti dapat menentukan temuan esensial dari penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial yang diperoleh, secara rinci diuraikan sebagai berikut: 4.2.1 Pembahasan Siklus I

Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I belum terlihat adanya langkahlangkah penggunaan multimedia yang menarik perhatian siswa. Pada siklus I langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia masih monoton, artinya penggunaan medianya hanya sebatas gambar dan benda tiga dimensi. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus I langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah nampak walaupun belum sempurna, artinya penggunaan medianya hanya sebatas gambar serta benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa seperti kapur dan lain sebagainya. Dengan menggunakan multimedia dalam pembelajaran terlihat siswa sangat antusias untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat pelaksanan proses pembelajaran siswa sangat aktif menggunakan media yang digunakan. tentunya suatu perkembangan yang baik dengan penggunaan media ini karena dapat memotivasi siswa dalam belajar. Sebagaimana yang kemukakan oleh Yamin (2005:80) bahwa motivasi merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan serta pengalaman. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ada peningkatan walaupun belum signifikan. Peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 62,7. Padahal KKM yang diterapkan di kelas IV SDN Cicadas 2 terutama pada pelajaran IPS sebesar 60. Tentunya

dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatannya belum terlalu besar. sudah terlihat adanya Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus I ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 64,4. Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatannya belum terlalu besar dari siklus sebelumnya. 4.2.2 Pembahasan Siklus II Adanya langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada sikuls II langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah ada kemajuan yaitu penggunaan media pembelajarannya sudah teratur dimulai dari memperlihatkan gambar dan film. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus II ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 66.9 Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatannya belum terlalu besar dari siklus sebelumnya. Selain itu, saat pembelajaran siklus II ini terlihat siswa sangat antusias untuk melakukan percobaan atau mempraktikan alat yang ada pada saat proses pembelajaran. Tentunya hal ini merupakan sebuah tanda bahwa siswa sudah mulai

termotivasi untuk belajar karena siswa tertarik oleh media ynag diperagakan oleh guru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2005:157) bahwa motivasi dapat mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah ada kemajuan yaitu penggunaan media pembelajarannya sudah teratur dimulai dari memperlihatkan gambar dan film. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus II ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 64,4. Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar sebelumnya. sudah terlihat adanya dari tindakan 4.2.3 Pembahasan Siklus III Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III sudah terlihat adanya langkahlangkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus III penggunaan multimedia sudah ada kemajuan yaitu guru memperkenalkan pasar tradisional dan modern multimedia yaitu projector/ infocus dan laptop. langkah-langkah yang digunakan guru dalam

dilanjutan dengan memperlihatkan gambar memakai Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus III tindakan 1 ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatkan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 74,2 tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar walaupun peningkatannya belum terlalu besar dari siklus sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III langkah-langkah penggunaan multimedia hal ini tentunya perlu perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus III langkah-langkah yang digunakan guru dalam penggunaan multimedia sudah ada kemajuan yaitu penggunaan media pembelajarannya sudah teratur dimulai dari memperlihatkan gambar dan film dilanjutkan dengan percobaan pada benda tiga dimensi. Berdasarkan hasil dari pengamatan ternyata pembelajaran pada siklus III ini ada peningkatan perolehan hasil belajar. Dengan adanya peningkatan hasil belajar ini, tentunya ada peningkatan hasil belajar tersebut terlihat dari adanya perubahan dalam perolehan rata-rata belajar siswa yaitu 66,9. Tentunya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar dari tindakan sebelumnya. sudah terlihat adanya 4.3 Sintesis dan Konfirmasi Dalam pelaksanaannya setiap tahapan belajar melalui penggunaan multimedia dapat dilalui dengan baik. Kesulitan yang dialami siswa pada saat

mengerjakan setiap langkah dalam LKS karena kurang memahami petunjuk dalam LKS, dan dapat mengerjakan setelah guru memberikan petunjuk secara lisan. Dengan demikian (Dahar, 1996;Piaget,1996) penggunaan bahasa guru dan permasalahan yang sesuai dengan umur siswa merupakan pertimbangan penting dalam menyusun LKS. Materi pada siklus I-III disajikan melalui penggunaan multimedia secara langsung siswa merasakan penggunaan media ternyata siswa lebih dan aktif, hal ini terlihat dari hasil pengamatan oleh observer. Selain itu penggunaan multimedia dalam pembelajaran IPS ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terlihat dari perubahan yang signifikan dari tiap siklusnya. Langkah-langkah pada setiap pelaksanaan pembelajarannya sehingga penyajian media dapat meminimalisir kekurangan atau kelemahan pada saat pembelajartan. Usia siswa sekolah dasar mampu berpikir secara maksimal apabila penyajian bahan ajar dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat nyata (Mulyasa, 2007:102). Membawa peserta didik kehidupan sehari-hari dengan menggunakan media yang tentunya memberikan pemahaman pada siswa tentang maeteri pasar secara nyata, baik sebagai sumber belajar atau media belajar agar dapat di optimalkan dalam proses pembelajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa disekolah ( Sudjana dan Rivai, 2005: 217). Dengan demikian, guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan sebagai sumber belajar dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mendayagunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan observasi, pengamatan lapangan , wawancara dan melakukan keterampilan dalam melakukan percobaan siswa lebih senang dan

dapat diterapkan dalam kehidupannya masing-masing. termotivasi penggunaan multimedia pun terlihat sistematis Keberhasilan penggunaan multimedia pada pelajaran IPS terutama materi pasar , serta teori belajar yang relevan dengan materi yang diajarkan dan penggunaan media yang sesuai dengan bahan ajar akan menambah motivasi siswa dalam belajar, sehingga tercipta iklim pembelajaran yang menyenangkan (Margareta,2006). Pemilihan teori belajar juga dapat memberikan pedoman , sehingga bahan ajar dan pembelajarannya sesuai dengan perkembangan berpikir siswa ( Sagala, 2006). Dengan demikian kesesuaian antara teori belajar , materi ajar serta model belajar dapat membantu melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten (Depdiknas, 2006). Keberhasilan penggunaan multimedia pada penelitian ini tergambar dari aktivitas siswa yang meningkat setiap siklusnya. Tahapan kegiatan melalui penggunaan multimedia, yaitu menggunakan tahap eksplorasi , tahap penanaman konsep, dan tahap penerapan konsep yang diaplikasikan dengan teori belajar, ternyata dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa. Selain itu dalam pembelajaran diselipkan kegiatan permainan yang terbukti dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran (Margaretha,Sri Y, dalam Suniarsih, 2006:3).

Keberhasilan penggunaan multimedia pada pembelajaran IPS juga didukung oleh perolehan nilai rata-rata hasil tes individu yang mencapai hasil yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penggunaan multimedia dapat membantu siswa dalam memahami dan menguasai suatu konsep (Berlin,2006:53). Piaget menyatakan bahwa umur tujuh tahun sampai sebelas tahun adalah masa operasional konkrit (Dahar, 1996: 153). Artinya adalah bahwa umur siswa sekoldah dasar dalam proses pembelajaran harus dikaitkan dengna hal-hal yang konkret atau pada saat proses pembelajaran siswa harus diberikan materi atau kegiatan yang sifatnya aktual. Sehingga pemahaman siswa lebih mendalam dan tidak terkesan pragmatis. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis-refleksi terhadap pengembangan tindakan pembelajaran IPS dengan menggunakan multimedia untuk meningkatkan hasil belajar, dapat dipetik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah penggunaan multimedia sangat mudah, karena multimedia yang dipakai sudah sangat dikenal secara luas dan sangat mudah mengoperasikannya. 2. Penggunaan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya terus meningkat. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 62,7, siklus II rata belajar siswa yaitu 64,4. Pada siklus III tindakan 1 rata-rata hasil belajar

siswa adalah 66, 9 P 3. enggunaan meningkatkan hasil belajar siswa, meskipun demikian tidak semua materi pelajaran bisa menggunakan multimedia dalam penyampaiannya. multimedia dalam proses belajar mengajar dapat 5.2 SARAN Atas dasar temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya menggunakan multimedia, sehingga proses belajar mengajar bisa lebih atraktif dan menarik. 2. Penggunaan multimedia dalam proses belajar mengajar sebaiknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karena tidak semua materi pelajaran bisa menggunakan multimedia. 3. Sebaiknya dalam pemberian materi pelajaran, Guru menggunakan metode pengajaran yang variatif dan kreatif, salah satunya dengan penggunaan multimedia dalam penyampaian materi ini. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bagi Dinas Pendidikan

meningkatkan khususnya pembelajaran IPS di SD, sehingga pembelajaran IPS tidak hanya mementingkan perolehan nilai dan bukan merupakan pelajaran hapalan pembelajaran IPS menggunakan media pembelajaran yang variatif sebagai sumber belajar. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan profesional guru khususnya dalam pelajaran IPS di Sekolah Dasar, sebaiknya agar diperbanyak penerapan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered. yang ada di Kabupaten salah satu masukan Bandung dalam kinerja guru dan membenahi proses pembelajaran serta hanya bersumber pada buku paket saja, melainkan kegiatan pelatihan guru, termasuk pelatihan mengenai

You might also like