You are on page 1of 1

PROSES PERADILAN KASUS PERDATA

Jika pada edisi sebelumnya kita telah mengenal prosedur beracara untuk kasus-
kasus pidana, maka pada edisi kali ini kita akan melihat bagaimana beracara dalam
kasus-kasus perdata.

Seperti telah kita ketahui hukum Perdata mengatur hubungan hukum antara orang
satu dengan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan.
Dalam hukum acara perdata diatur bagaimana cara pihak-pihak yang dirugikan
mengajukan perkaranya ke pengadilan . Inisiatif perkara perdata datang dari pihak
yang dirugikan, maksudnya apabila tidak ada gugatan/penuntutan dari pihak yang
dirugikan maka perkara tersebut tidak dapat di proses lebih lanjut di pengadilan.

Bagaimana proses penuntutan perkara perdata di pengadilan?

1. Pihak yang merasa dirugikan ( dalam hal ini masyarakat dengan didampingi
konsultan yang kemudian disebut penggugat) mengajukan perkaranya ke
pengadilan untuk memperoleh penyelesaian.
2. Surat gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang
( Pengadilan negeri dimana peristiwa sengketa perdata terjadi ).

Apa saja isi surat gugatan ?


• Surat gugatan berisi: keterangan lengkap mengenai pihak-pihak yang
berperkara ( identitas penggugat dan tergugat, seperti nama, alamat, umur,
pekerjaan, dll)
• Dasar gugatan, yang berisi uraian tentang kejadian atau peristiwa yang
menyebabkan kerugian pada salah satu pihak.
• Tuntutan yang dimohonkan oleh penggugat agar dikabulkan oleh Hakim.

3. Surat gugatan diserahkan kepada panitera pengadilan negeri. Panitera


menghitung biaya perkara yang dibutuhkan. Pihak penggugat harus menalangi
terlebih dahulu biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadilan ke bagian
keuangan.
4. Pemeriksaan perkara dilakukan oleh Majelis hakim yang terdiri dari 3 (tiga)
orang hakim. Ketua Majelis Hakim memerintahkan kepada pihak panitera untuk
melayangkan Surat Panggilan terhadap penggugat dan tergugat untuk
mengadiri sidang pada waktu yang telah ditentukan.
5. Pihak penggugat dan tergugat menghadiri sidang pada waktu yang telah
ditentukan bersama saksi- saksi dan alat bukti yang diperlukan. Dalam perkara
perdata tidak ada Jaksa Penuntut Umum , karena yang berkepentingan dalam
perkara ini adalah pihak-pihak secara pribadi. Apabila dalam sidang ada jaksa
maka jaksa tersebut mewakili dan untuk membela kepentingan pemerintah/
Negara. Jadi jaksa berstatus sebagai salah satu pihak yang berperkara.
6. Sidang dibuka dan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis. Majelis memeriksa
identitas penggugat dan tergugat, majelis membacakan gugatan kepada
tergugat. Dalam sidang pertama hakim menawarkan upaya perdamaian ,
apabila perdamaian tidak tercapai pemeriksaan perkara dilanjutkan.
7. Majelis hakim memeriksa dan memperhatikan peristiwa/ kejadian yang
dikemukakan oleh para pihak. Para pihak wajib memberikan keterangan
disertai dengan alat bukti yang ada.

Informasi Selengkapnya, silahkan Download Leaflet

You might also like