Professional Documents
Culture Documents
Di dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik pidana maupun
perdata secara umum memiliki bentuk-bentuk pembuktian yang dapat digunakan
yaitu bukti tertulis, bukti kesaksian dan persangkaan hakim.
Sehubungan dengan dengan edisi sebelumnya, maka pada edisi kali ini akan
dibahas mengenai alat pembuktian tertulis.
Baik hukum pidana maupun perdata, alat bukti tertulis terdiri dari:
a. Akta Otentik, adalah surat yang dibuat oleh dan/atau di hadapan pejabat umum
yang ditentukan undang-undang, misalnya akta notaris, vonis, surat berita acara
sidang, proses verbal pensitaan, surat perkawinan, akta kelahiran dan surat
kematian;
b. Akta di bawah tangan, yaitu akta yang dibuat dan ditandatangani pembuat
dengan maksud agar surat itu dapat dipergunakan sebagai alat pembuktian,
misalnya surat pernyataan, tanda terima, dan kwitansi yang dibuat tanpa
perantaraan pejabat umum (yaitu: Notaris, Hakim, Panitera, Juru Sita, dan
Pejabat Catatan Sipil) ;
c. Surat bukan akta, yaitu surat-surat yang sengaja dibuat oleh seseorang yang
tidak dimaksudkan sebagai alat pembuktian di kemudian hari, contoh: surat
korespondensi dan laporan; dan
d. Salinan, yaitu duplikat, ikhtisar, kutipan atau fotokopi dari sebuah akta.