You are on page 1of 9

KONTRIBUSI AREAL PERKEBUNAN SAWIT TERHADAP PERUBAHAN INDEKS KETIDAK-KENYAMANAN (Contribution of Oil Palm Estate Affect to Discomfort Index

Variation) Oleh: Gusti Rusmayadi PS Agroektoteknologi pada Fakultas Pertanian Unlam

ABSTRACT
Land forest convertion that has been become estate area be to change microclimate. Two climate factors is very effect to index comfort, that are temperature and relatif humidity. Genarally, the temperature and relative humidity in tropical area is high and it can increase body heat load because heat environment. Therefore, the research about effect land forest change function into area estate to variation of comfort index. The temperature and relative humidity interaction that contribute to comfort index to calculate based on Temperature Humidity Index. On oil pslm site research and the open site was recorded temperature and relative humidity are 26C and 72,0% and 28.0C and 76,0 %, respectively. Interaction temperature and relative humidity created discomfort index (THI) was different on those research site. On mixed cropping, oil palm site, rubber and pen site, THI value is 73.0, 79.9, 82.0, and 85.1 that mean many of people was felt discomfort surrounding oil palm and the open site. The mixed cropping as secondary forest that was changed rubber and oil palm estate to contribute increase discomfort index about 9% and 12%, respectivey, for a while if rubber estate was changed into oil palm estate be contribute about 3%. A trend up discomfort index was possible if a location be open. The closed conservation area in estate will be contribute to minimize discomfort index Keywords: microclimate, discomfort index, mixed cropping, oil palm, rubber,

ABSTRAK
Alih fungsi lahan hutan menjadi areal perkebunan sudah pasti akan mengubah iklim mikro. Dua unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan, yaitu suhu dan kelembapan udara. Suhu udara yang tinggi diikuti oleh kelembapan tinggi yang umum terjadi di wilayah tropika akan meningkatkan bebas panas tubuh, akibat lingkungan yang lebih panas. Oleh karena itu, perlu dikaji kontribusi alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan terhadap variasi indeks kenyamanan. Interaksi suhu dan kelembapan udara dalam hubungan dengan kenyamanan dihitung dengan Temperature Humidity Indek (THI) menurut (Mather, 1974). Pada tapak kebun kelapa sawit tercatat

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

suhu udara rata-rata sekitar 26C dengan kelembapan sekitar 72,0%, tempat terbuka tercatat sekitar 28.0C dengan kelembapan sekitar 76,0 %. Kombinasi suhu dan kelembapan udara yang demikian menciptakan indek ketidaknyamanan (THI) yang berbeda pada kedua tapak tersebut. Pada tapak kebun campuran, karet, kelapa sawit dan tempat terbuka nilai IT sebesar 73; 79,9; 82,0 dan 85,1 yang berarti kebanyakan orang menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan di sekitar perkebunan sawit dan tempat terbuka. Kebun campuran yang mewakili hutan sekunder yang diubah menjadi perkebunan karet dan sawit berkonstribusi meningkatkan indek ketidaknyaman masingmasing sebesar sebesar 9% dan 12%, sementara itu jika lahan karet diubah menjadi perkebunan sawit akan memberikan sumbangan sebesar 3% terhadap ke indek ketidaknyamanan. Ada kecenderungan semakin terbuka tapak, semakin besar indeks ketidaknyamanan. Wilayah konservasi yang dipertahankan pada areal perkebunan akan memberikan konstribusi terhadap pengurangan indeks ketidaknyamanan. Kata kunci: iklim mikro, indeks ketidaknyamanan, kebun campuran, kebun kelapa sawit, kebun karet

PENDAHULUAN
Iklim di bumi mengalami perubahan ke arah yang semakin ekstrim. Pemanasan global (global warming) yang terjadi karena indikasi yang sangat nyata dari peningkatan suhu udara rata-rata permukaan bumi. Murdiyarso (2003) menuliskan bahwa, suhu atmosfer bumi sekarang menjadi 0,5C lebih panas dibanding suhu pada pada zaman pra-industri. Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara selama periode 1990-2005, menunjukkan peningkatan suhu di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3oC. IPCC juga memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat1,4 - 5,8C pada tahun 2100. Suhu udara sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme manusia. Secara langsung pengaruh suhu bagi kehidupan manusia berkenaan dengan kenyamanan udara, sedangkan secara tidak langsung misalnya berkenaan dengan kerentanan tubuh terhadap gangguan kesehatan, dan sebagainya. Wilayah yang tumbuh karena maksimalisasi pertumbuhan ekonomi memang menjadi wilayah yang pesat kemajuannya. Dominansi model pembangunan demikian ditekankan pada pertumbuhan kuantitas produksi dan amat sedikit mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Pembangunan yang demikian berdampak pada keseimbangan hubungan faktor-faktor alam semakin timpang dan pada gilirannya suatu

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

kekuatan alam bekerja tanpa diimbangi oleh kekuatan alam lainnya. Fenomena ini menambah kerentanan berbagai bencana. Pada awal alam diciptakan dengan segala energi dan dibekali oleh kemampuan untuk mengendalikan energinya sendiri. Energi radiasi matahari yang diterima oleh bumi secara alami dapat disetimbangkan oleh kekeruhan atmosfer, perairan, vegetasi, sehingga fluktuasi suhu udara berlangsung menurut suatu siklus tertentu secara teratur dan stabil. Hutan alam yang masih ada sekarang ini sudah tidak bisa lagi sepenuhnya diharapkan kemampuannya untuk menetralisasi iklim perkotaan (heat island). Apalagi letak perkotaan di Indonesia pada umumnya jauh dari kawasan hutan Pulau panas (heat island) di perkotaan menjadi fenomena seiring dengan gejala perubahan iklim global. Pada skala mikro, aktivitas kota merangsang kemunculan fenomena pulau panas. Sementara itu, desakan pencapaian target kuantitas ekonomi diindikasi mendominansi pembangunan kota. Adapun aspek lingkungan dan sosial seringkali kurang terakomodasi dengan wajar.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada rentang bulan Nopember 2011 sampai dengan Januari 2012, pengambilan data primer terletak pada areal tanaman karet dan sawit yang berada dalam lingkup eksternal di Desa Kasiau, Desa Masingai dan Desa Kembang Kuning di Kabupaten Tabalong. Data dan Sumber Data Pengumpulan data untuk kondisi meteorologis yang dikaji, meliputi curah dan hari hujan, suhu dan kelembapan udara, serta kecepatan dan arah angin. Data iklim dihimpun dari hasil pengamatan jangka panjang (periode 10 tahun terakhir) yang diperoleh dari stasiun klimatologi yang dikelola oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan. Data sekunder

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

diperoleh dari Stasiun Penakar Hujan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong seperti data curah hujan, suhu dan kelembapan udara. Pendugaan terjadi perubahan iklim mikro, perlu terlebih dahulu ditentukan unsur iklim apa saja yang akan berubah serta yang memungkinkan dilakukan pengukuran atau perhitungan. Selanjutnya, perlu dilakukan analisis secara kuantitatif atas kaitan perubahan unsur iklim tersebut serta interaksinya untuk menjelaskan penaruh terhadap komponen lingkungan Dua unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan, yaitu suhu dan kelembapan udara. Suhu udara yang tinggi diikuti oleh kelembapan tinggi (yang umum terjadi di wilayah tropika) akan meningkatkan bebas panas tubuh (heat load), sehingga lingkungan terasa tidak nyaman. Udara makin terasa tidak nyama apabila intensitas radiasai matahari meningkat, sedangkan kecepatan angin berkurang. Peningkatan radiasi matahari tersebut dapat terjadi akibat pembukaan tajuk hutan akibat kegiatan penebangan pohon yang membuat semakin banyak radiasi matahari yang ditransmisikan oleh tajuk hutan dan mempengaruhi peningkatan panas terasa dalam kesetimbangan energi. Interaksi suhu dan kelembapan udara dalam hubungan dengan kenyamanan dapat dinyatakan dengan Temperature Humidity Indek (THI) yang dirumuskan sebagai (Mather, 1974); THI = T 0,55 (1 0,01 RH) (T 58) T RH : suhu udara (F), dan : kelembapan nisbi (%)

Untuk wilayah tropika, THI yang semakin tinggi menunjukkan tingkat kenyamanan yang semakin rendah. Reaksi sejumlah orang terhadap suhu dan kelembapan yang tinggi (Thom,1959) adalah: THI < 70 orang tidak merasa ketidaknyamanan THI antara 70 dan 75, beberapa orang merasa tidak nyaman

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

THI = 75, 50% orang merasa tidak nyaman THI > 80, kebanyakan orang menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Pengukuran suhu dan kelembapan udara di tapak penelitian dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore hari sbb:

adalah suhu udara rata-rata, cara yang sama digunakan untuk mendapat nilai kelembapan udara, RH. Alat yang dipergunakan thermohygrograph, sedangkan proporsi radiai yang diintersepsi oleh tutupan diukur dengan menggunakan lux meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Iklim Wilayah Kajian Wilayah kajian termasuk katagore iklim tipe Munson. Wilayah yang bertipe iklim demikian sangat dipangaruhi oleh angin passat timur laut dan angin passat tenggara, angin darat pada malam hari dan angin laut pada siang hari, dan didominasi oleh angin munson yang selalu berubah menurut musim. Pada saat matahari berada di selatan sepanjang bulan Oktober Maret (OKMAR) angin Munson bergerak dari Barat Laut ke Tenggara, sebaliknya pada periode April September (APSEP) angin bergerak dari Tenggara ke Barat Laut. Arah angin wilayah kajian bergerak ke bagian selatan, barat daya dan barat laut pada periode Oktober sampai Maret. Selama periode April September dari arah sebaliknya. Kecepatan angin 0,9 5,7 ms-1 (Derajad kecepatan angin 1 (angin sepoi-sepoi) 4 (angin sedang) menurut skala Beaufort dan mendominasi sekitar 0,8 33,0%.

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

Wilayah kajian termasuk tipe iklim B (Q=19,2%) atau wilayah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika menurut sistem klasifikasi iklim Schmidth Ferguson (1951) dan berdasarkan sistem klasifikasi sistem Oldeman (1980), termasuk tipe iklim D2 (Bulan Basah, BB=4,1 dan bulan Kering, BK=2,5) atau dalam setahun hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija, tergantung pada persediaa air irigasi. Curah hujan wilayah tahunan sekitar 2.537,6 mm dengan pola curah hujan berbentuk U (tipe Munson). Curah hujan pada tingkat peluang 75% sebesar 1.742,1 mm dan evapotranspirasi tanaman sebesar 1.283,1 mm, sehingga

dengan analisis neraca air menurut Thornthwaite & Mather wilayah kajian mempunyai musim kemarau yang tidak jelas atau termasuk pada bulan peralihan. Selain itu, surplus air wilayah kajian lebih besar dibandingkan defisitnya (Rusmayadi, 2011). Indeks Kenyamanan Pengukuran suhu (T) dan kelembapan (RH) relatif mudah dilakukan dengan menggunakan psikrometer dan THI dapat dihitung. Gambar 1 memperlihatkan THI pada siang hari pada dua jenis tutupan. Fluktuasi nilai indeks kenyamanan selama sehari. Pada areal dengan tutupan vegetasi karet lebih dari 80% menyebabkan indeks kenyamanan mendekati nilai ideal untuk setiap orang dan makhluk hidup lainnya sebaliknya pada vegetasi dengan tutupan vegetasi sawit sekitar 20% membuat kebanyakan orang di lingkungan sekitar menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

100 90

(50%) (20%)

THI

80 70 60 8 10 12 14 16 18 Waktu (WIT)

Gambar 1. Temperature-Humidity Index pada siang hari pada dua lokasi dengan penutupan 50% (=50%) dan 80% ( = 20%). Figure 1. Temperature and humidity index in day at two locations with 50% (=50%) and 80% (=20%). Tabel 1. Analisis iklim mikro wilayah kajian
Table 1. Microclimate analysis in study site

Tapak Kebun campuran Kebun Sawit Kebun Karet Tempat Terbuka Stasiun BM&P

Suhu,T (C) 24,0 26.0 30.6 28.0 28.3

Kelembapan udara, RH (%) 77,0 72.0 55.7 76.0 90.5

THI 73,0 82.0 79.9 85.1 81.6

Intersepsi radiasi (%)

50,0 80,0 -

Pada tapak kebun kelapa sawit tercatat suhu udara rata-rata sekitar 30,6C dengan kelembapan sekitar 55,7,0%, tempat terbuka tercatat sekitar 28.0C dengan kelembapan sekitar 76,0 %. Secara umum terlihat bahwa. semakin tertutup tempat semakin rendah suhu udara yang diiringi dengan peningkatan kelembapan udara (Tabel 1). Kombinasi suhu dan kelembapan udara yang demikian menciptakan indek ketidaknyamanan (IT) yang berbeda pada kedua

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

tapak tersebut. Pada tapak kebun kelapa sawit nilai IT sebesar 82,0 dan pada tapak terbuka nilai IT sebesar 85,1, sementara itu pada pencatatan stasiun BM&P Tabalong nilai IT sebesar 81,6 yang berarti kebanyakan orang menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Ada kecenderungan semakin terbuka tapak, semakin besar indeks ketidaknyamanan (Gambar 2).

100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0

y = 2.2272x + 73.646 R = 0.62

IT T (C)
RH (%)

Kebun campuran

Kebun karet

Kebun k. sawit

Terbuka

Sta BM&P

Jenis Tutupan Lahan

Gambar 2. Indek ketidaknyaman pada beberapa jenis tapak Figure 2. Comfort index of some sites research Kebun campuran yang mewakili hutan sekunder yang diubah menjadi perkebunan karet dan sawit mengakibatkan peningkatan indek ketidaknyaman masing-masing sebesar sebesar 9% dan 12%, sementara itu jika lahan karet diubah menjadi perkebunan sawit akan memberikan sumbangan sebesar 3% terhadap ke indek ketidaknyamanan. Kecenderungan indeks ketidaknyamanan semakin meningkat semakin pada lahan yang terbuka (Gambar 2). Lahan terbuka di sini adalah lahan yang tidak bervegetasi. Pengukuran pada 2 (dua) titik, yaitu lahan terbuka dan stasiun Badan Meteorologi dan Pengairan Tabalong sebagai pembanding

menunjukkan kecenderungan tersebut.

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

KESIMPULAN Indeks ketidaknyamanan lingkungan dapat dikurangi dengan meningkatan penutupan areal. Areal perkebunan sawit yang ideal biasanya akan mempertahankan wilayah konservasi yang memang tidak sesuai dengan tanaman tersebut, baik yang masih berupa hutan sampai dengan areal lahan basah. Wilayah konservasi yang dipertahankan akan memberikan konstribusi terhadap pengurangan indeks ketidaknyamanan, bahkan terhadap faktor lain seperti peningkatan kandungan air tanah, peningkatan simpanan karbon dan juga pengkayaan keanekaragaman hayati.

REFERENCE
Murdiyarso, D. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. 200p.

Rusmayadi, G. 2011. Dinamika kandungan air tanah di areal perkebunan kelapa sawit dan karet dengan pendekatan neraca air tanaman. Agroscientie. 18(2):25-29. ISSN 0854-2333. Thom, E C. 1959. The Discomport Index. Weatherwise. Tjasyono, B. 1997. Mekanisme fisis selama dan pasca El-Nino. Paper disajikan pada Workshop Kelompok Peneliti Dinamika Atmosfer, 13-14 Maret 1997.

Dipublis pada Cholorophyl Vol 8(1) 2012: pp476-479

You might also like