You are on page 1of 15

CARA KERJA ILMUWAN

Perkembangan peradaban manusia selalu dihiasi oleh berbagai aktivitas manusia dalam mencari dan menemukan jawaban terhadap berbagai fenomena yang terjadi di jagat raya ini, baik fenomena alam fisik, alam hayati, termasuk fenomena manusia sebagai individu, insan sosial, politik, ekonomi, maupun sebagai insan Tuhan, salah satu bentuk aktivitas itu adalah proses mencari keajegan fenomena-fenomena alam maupun manusia berdasarkan logika rasional dan empirikal. Aktivitas demikian itu merupakan proses pencarian dan pengembangan ilmu yang dilakukan para ilmuwan (scientist). Dalam konteks ini ilmuwan dapat disebut sebagai seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu. 1. Hakikat Pengetahuan Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah : Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.

Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.

Sedangkan, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya, ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. (Blog Enas76) Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang

menjadi

pengetahuan

deskriptif

bila

seseorang

dapat

melukiskan

dan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Dari uraian diatas, terlihat bahwa ilmu (science) berbeda dengan pengetahuan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia, disamping pengetahuan lainnya yaitu seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun, ketiga landasan ini saling berkaitan, jadi ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemilogi ilmu berkaitan dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Jadi, kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. (Suriasumantri, 105) Apabila kita bertanya : apakah yang akan terjadi sesudah mati? Maka pertanyaan tersebut tidak kita ajukan kepada ilmu melainkan kepada agama. Sebab ilmu membatasi diri pada objek kajian yang berada dalam lingkup pengalaman empirik manusia, sedangkan masalah hidup sesudah mati merupakan sesuatu yang

bersifat transendental (gaib) yang merupakan objek kajian agama. Demikian pula seandainya ada pertanyaan lagu nina bobo apa yang harus kita perdengarkan agar anak dapat tidur terlelap. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh ilmu atau agama, melainkan oleh seni. Dengan demikian setiap pengetahuan memiliki bidang kajian masing-masing. Ilmu melakukan kajian terhadap alam sebagaimana adanya (dassein) dan terbatas pada lingkup pengalaman empirik manusia. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari dan menawarkan berbagai kemudahan kepada manusia. Seni disisi lain dari pengetahuan mencoba mengungkapkan objek penelaahannya itu pada bidang estetika (keindahan), sedangkan agama merupakan jenis pengetahuan manusia yang mengkaji bidang transendental.

ILMU

Mengkaji bidang empirik

PENGETAHUAN

SENI

Mengkaji bidang estetika

AGAMA

Mengkaji bidang transdental

Gambar 1. Jenis-jenis Pengetahuan menurut bidang kajiannya masing-masing 2. Kemampuan Manusia Mengembangkan Pengetahuan Terdapat dua hal utama mengapa manusia dapat bahasa mengembangkan yang mampu

pengetahuannya.

Pertama,

manusia

mempunyai

mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Seekor beruk bisa saja mengkomunikasikan informasi kepada

kelompoknya bahwa ada segerombolan gorila datang menyerang, namun bagaimana

pun berkembang bahasanya, dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada berukberuk lainnya, jalan pikiran analitis mengenai gejala tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti itu disebut penalaran. Binatang mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar. Perbedaan utama antara seorang Professor nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir di play group nya terletak pada kemampuannya dalam menalar. Instink binatang jauh lebih peka dari instink seorang insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut, mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua terjadi. 3. Metode Ilmiah Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang terdiri dari kata hodos yang berarti jalan, arah atau cara, dan prefiks meta yang berarti menuju, melalui, sesudah. Sehingga methodos berarti penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah. Metode juga bisa dikatakan sebagai proses atau prosedur yang sistematis menurut prinsip atau teknik-teknik ilmiah yang digunakan dalam suatu disiplin untuk mencapai suatu maksud atau tujuan (Kebung,2011). Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah (Komara,2011). Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Suriasumantri (2011) berpendapat bahwa ,metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan

tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam mengembangkan tubuh pengetahuannya. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan dari pengetahuan yang telah ada. Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh sebab itu maka diperlukan cara berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi. Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Bila pun terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya dan bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologinya. Misal, teknik pengamatan bintang-bintang di langit akan berbeda dengan teknik pengamatan anak di taman kanak-kanak yang sedang belajar. Metode ilmiah ini tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmu. Matematika dan bahasa tidak mempergunakan metode ilmiah dalam menyusun pengetahuannya, sebab matematika bukanlah ilmu, melainkan

pengetahuan yang merupakan sarana berpikir ilmiah. Demikian juga dengan bidang sastra yang termasuk kepada humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya (Suriasumantri,1993). Mengenai metode ini kita menemukan banyak pendapat. Ditilik dari cara memperoleh kebenaran metode ilmiah berbeda dari metode-metode lainnya, seperti metode tenasiti, metode otoritas dan metode a priori. Metode tenasiti dianggap sebagai yang paling miskin, yang mengajar orang agar bertahan pada pendiriannya,

pada apa yang ia yakini. Dengan ini orang akan memperoleh ketenangan dan keamanan. Namun metode ini akan mengumpulkan orang dan orang tidak dilatih untuk berpikir dan bertanya tentang pendapat atau keyakinannya. Pada metode otoritas kebenaran datang dari institusi yang memiliki kewenangan atas suatu kelompok tertentu manusia. Metode ini sungguh menghalangi daya kreasi dan berpikir sendiri, dan melarang setiap penelitian pribadi. Institusi menuntut ketaatan hidup. Namun justru disini lebih mudah muncul perlawanan. Dalam metode a priori setiap orang dapat menerima pandangan apapun jika itu cocok dengan pikirannya tanpa perlu dibuktikan dengan fakta empiris yang dapat diamati. Metode ini kelihatan lebih baik walaupun gagal menjelaskan fakta empiris dengan tepat. Namun dalam metode ini setiap orang mulai mengajukan pertanyaan, menemukan jawabannya sendiri, kendati jawabannya tidak mendasar. T.H Huxley dalam bukunya yang berjudul The method of Scientific Investigation, science: Method and Meaning mengemukakan bahwa metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran. Sedangkan kita tahu bahwa beripikir itu merupakan kegiatan mental yang mampu menghasilkan pengetahuan. Oleh karena itu dengan menggunakan mekanisme demikian diharapkan pengetahuan yang dihasilkan nanti memiliki karakteristik tertentu sebagaimana yang diisyaratkan sebagai pengetahuan ilmiah yakni memiliki sifat rasional dan teruji pada dunia empirik. Dalam hal ini maka metode ilmiah merupakan cara berpikir gabungan antara deduktif dan induktif. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapinya agar dia mengerti mengenai hakikat permasalahan itu dan dengan demikian maka ia dapat memecahkannya. Dalam hal ini maka pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah konkret yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara ontologis maka ilmu membatasi masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. (Suriasumantri, 121) Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula. Kata Einstein ilmu dimulai dengan fakta, dan diakhiri dengan fakta pula, apa pun juga teori yang menjembatani antara keduanya. Teori

yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia empirik yang diabstraksikan secara intelektual. Artinya, teori itu merupakan penjelasan yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan betapapun meyakinkan, tetap harus didukung oleh fakta empirik untuk dinyatakan benar. Disinilah pendekatan rasional (deduktif) digabungkan dengan pendekatan empirik (induktif) dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah.

Tahapan Metode Ilmiah Garis besar tahapan-tahapan dalam metode ilmiah (Komara,2011) yaitu: a) Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah b) Menyusun kerangka pokiran (logical construct) c) Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah) d) Menguji hipotesis secara empirik e) Melakukan pembahasan f) Menyimpulkan. Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-langkah berikutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu metode dan hal teknis penelitian. Namun, secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya.. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya. Menyatakan objek penelitian masih saja belum spesifik, baru menyatakan pada ruang lingkup mana penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan menyatakan pertanyaan penelitian, yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdasarkan teori atau hukum yang ada. Menyusun kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis. Hal ini tidak lain dari menduduk perkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau menerangkan pertanyaan penelitian yang diidentifikasi. Cara

berpikir (nalar) ke arah memperoleh jawaban terhadap masalah yang diidentifikasi ialah dengan penalaran deduktif. Sebagaimana telah dijelaskan, cara penalaran deduktif adalah cara penalaran yang berangkat dari hal yang umum (general) kepada hal-hal yang khusus (spesifik). Hal yang umum ialah teori, dalil, hukum, sedangkan hal yang bersifat khusus tidak lain adalah masalah yang diidentifikasi. Merumuskan hipotesis, bahwa hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti membentuk poposisi yang sesuai dengan kemungkinan serta tingkat kebenarannya. Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan hubungannya (linkage) serta nilai informasinya (informative value). Jika dikaji kembali kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis, ternyata kalimat itu mengandung tiga komponen, yaitu antiseden, konsekuen dan dependensi. Dua kelompok yang pertama merupakan bagian dari kalimat proposisi, sedangkan komponen dependensi merupakan sifat hubungan dari antiseden dan konsekuen merupakan linkage dalam proposisi itu. Dependensi mengandung arti bahwa hubungan antara antiseden dan konsekuen merupakan hubungan sebab-akibat yang benar. Konsekuen tergantung pada kenebaran antiseden. Antiseden yang tidak benar menyebabkan konsekuen yang tidak benar (tidak dependen). Beberapa syarat logika yang harus terkandung dalam hipotesis antara lain: (1) dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis; (2) mengandung sesuatu yang mungkin;(3) dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi yang tepat dan;(4) dapat diuji baik kebenaran maupun kesalahannya. Macam-macam hipotesis yang sering dijumpai yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis argumentasi, hipotesis kerja, dan hipotesis nol. Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis lukisan, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how) bendabenda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis argumentasi yaitu hipotesis penjelasan, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis ini merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu pernyataan menjadi kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan lainnya (antiseden). Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-

akibat dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa jika suatu variabel berubah maka variabel tertentu akan berubah pula. Hipotesis nol yakni hipotesis statistik, bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil atau teori, yang selanjutnya akan ditolak melalui buktibukti yang sah. Karena hipotesis ini mempergunakan perangkat statistik atau matematik maka disebut hipotesis statistik. Melalui prosedur ini maka kita membuat dugaan dengan hati-hati, bahwa menurut pendapat kita tidak ada hubungan yang berarti atau perbedaan yang signifikan , dan selanjutnya kita mencoba memastikan ketidakmungkinan hipotesis ini. Jika ternyata hipotesis ini ditolak maka pekerjaan kita pindah ke hipotesis kerja. Oleh karena itu hipotesis nol disebut kebalikan dari hipotesis kerja. Menguji hipotesis ialah membandingkan atau menyesuaikan segala yang terkadung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan atau penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan kata lain, suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab. Menurut John Stuart Mills, cara sederhana untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat adalah dengan membandingkan berbagai peristiwa dalam suatu fenomena. Membahas dan menyimpulkan sudah termasuk pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam interpretasi, pikiran kita diarahkan pada dua titik pandang. Pertama, kerangka pikiran yang telah disusun, bahkan ini harus merupakan frame of work pembahsan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan ke depan, yaitu mengaitkan pada variabel-variabel dari topik aktual. Pembahasan tidak lain adalah mencocokan deduksi dalam kerangka pikiran dengan induksi dari empirik (hasil pengujian hipotesis), atau pula kepda induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian orang lain) yang relevan. Hasil pembahasan tidak lain adalah kesimpulan. Kesimpulan penelitian adalah penemuan dari hasil interprestasi dan pembahasan. Penemuan dari interpretasi dan pembahasan harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian sebagai masalah, atau sebagai bukti dari penerimaan hipotesis yang diajukan. Dengan kata

lain penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima (Suriasumantri,1993).
Perumusan Masalah

Khasanah Pengetahuan ilmiah Perumusan Hipotesis

Penyusunan Kerangka berpikir

Diterima

Pengujian Hipotesis

Ditolak

Skema Metode Ilmiah (Suriasumantri,1993)

Secara faktual tidak ada satu pun dari pola-pola penjelasan tersebut mampu menjelaskan secara keseluruhan suatu kajian keilmuan dan oleh sebab itu dipergunakan pola yang berbeda untuk menjelaskan masalah yang berbeda pula. TEORI Menurut Braithwaite sebagaimana dikutip Wallance (1990: 85) teori merupakan suatu sistem deduktif dari seperangkat proporsi menurut prinsip-prinsip logis. Teori memberikan penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Misalnya dalam sosiologi dikenal teori-teori perubahan sosial, dalam ekonomi dikenal teori mekanika Newton dan teori relativitasinstein yang hanya menjelaskan satu sektor tertentu dari disiplin masing-masing. Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep/konstruk,

defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi. (http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori/) HUKUM Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu hubungan sebab-akibat (kausalitas). Posisi hukum berada dalam sebuah teori. Dalam teori mikro, umpamanya, mengenai adanya hukum permintaan dan penawaran, yang berbunyi sebagai berikut: jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap maka harga akan baik, bila penawaran naik sedangkan permintaan tetap maka harga akan turun. Pernyataan yang berupa hubungan sebab-akibat atau hubungan kausalitas ini memungkinkan kita untuk meramalkan sesuatu yang akan terjadi sebagai akibat dari sesuatu sebab. Jika kita menyimak hukum permintaan dan penawaran tadi kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi terhadap gabah ketika panen raya tiba, dan akan turun sebab penawaran bertambah sedangkan permintaan umumnya tetap, sebaliknya pada musim paceklik harga gabah akan naik, sebab umumnya penawaran berkurang sedangkan permintaan tetap. PRINSIP Disamping hukum dalam sebuah teori keilmuan juga dikenal ada kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. Contoh prinsip, misalnya dalam ekonomi dikenal prinsip ekonomi dan dalam fisika dikenal prinsip kekekalan energi. Sebuah prinsip mampu menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam lapangan keilmuan. Misalnya dengan prinsip ekonomi, yakni mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, kita dapat menjelaskan pengertian efisiensi dan dapat mengembangkan berbagai teknik untuk meningkatkan efisiensi, seperti analisis sistem dan riset operasional.

Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk arah, kita bisa berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tjuan yang jelas pada setiap kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. http://carapedia.com/pengertian_definisi_prinsip_info2118.html POSTULAT Postulat adalah pernyataan yang diterima tanpa pembuktian dan dapat digunakan sebagai premis pada deduksi Ada yang menyamakan postulat dengan aksioma sehingga mereka dapat dipertukarkan Ada yang berpendapat bahwa ada harapan bahwa pada suatu saat postulat dapat dibuktikan Contoh Postulat Postulat Geometri Dengan mistar dan jangka, 1.dapat dilukis garis lurus dari suatu titik ke titik lain 2.dapat dihasilkan garis lurus terhingga dengan sebarang panjang 3.dapat dilukis lingkaran dengan sebarang titik sebagai pusat dan jari-jari sebarang panjang

Postulat Ekivalensi Massa 1.Hukum lembam Newton menggunakan massa lembam, m G = ma 2.Hulum gravitasi Newton menggunakan massa gravitasi, m dan M 3.Postulat: massa lembam m = massa gravitasi m (dapat diterangkan oleh Einstein) http://dohkamtis.blogspot.com/2011/10/postulat-dan-premis_31.html

Untuk memahami kedudukan postulat sebenarnya tidak begitu sulit. Secara filsafati postulat merupakan titik mula dalam menyusun argumentasi. Seperti kita ingin mengelilingi sebuah lingkaran maka kita harus mulai dari sebuah titik dalam lingkaran tersebut, dan postulat adalah ibarat titik dalam lingkaran tersebut yang eksistensinya kita tetapkan secara sembarang.

ASUMSI Asumsi merupakan kebalikan dari postulat. Bila postulat dalam mengajukan argumentasinya tidak memerlukan bukti tentang kebenarannya, sedangkan asumsi harus ditetapkan dalam sebuah argumentasi ilmiah, untuk memahami eksistensi asumsi dapat mengambil contoh cara orang mengemudi mobil di jalan tol Jakarta-Cikampek pada pagi buta. Sekiranya orang beranggapan bahwa keadaan jalan pada waktu pagi buta adalah aman disebabkan jarangnya kendaraan yang lalu lalang, maka kemungkinan besar orang itu akan mengendarai mobilnya kurang hati-hati, toh asumsinya bahwa jalanan aman bukan? Sebaliknya mungkin juga terdapat orang lain yang mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut pendapatnya justru mengemudikan mobil pada waktu pagi buta di jalan tol Jakarta-Cikampek sangat tidak aman disebabkan banyak sopir yang melakukan perjalanan jauh menuju Jakarta telah mengalami kelelahan sehingga mengemidikan kendaraannya sembrono. Oleh karena itu ia akan sangat berhati-hati ketika melewati jalan tol Jakarta-Cikampek tersebut, sebab asumsinya jalanan rawan kecelakaan. Agar tidak memilih cara yang keliru, maka asumsi yang kita pegang kebenarannya harus dibuktikan. Mengambil kasus mengemudikan mobil lewat jalan tol Jakarta-Cikampek, ternyata asumsi yang kedua benar sebab secara faktual ruas jalan tersebut sangat rawan kecelakaan terutama jika mengemudikan kendaraan pada pagi buta. Beberapa media massa kerapkali menurunkan berita terjadinya kecelakaan di jalan tol Jakarta-Cikampek yang diakibatkan oleh kelalaian sopir akibat mengalami kelelahan.

Daftar Pustaka Kebung, K.(2011). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya Komara,E. (2011). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama Mulyadi, D. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. Makalah Tugas Mata Kuliah Pengajaran Biologi Sekolah Lanjut. Program Studi Pendidikan IPA. SPs UPI. Tidak dipublikasi. Suriasumantri,J.(1993). Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori http://carapedia.com/pengertian_definisi_prinsip_info2118.html http://dohkamtis.blogspot.com/2011/10/postulat-dan-premis_31.html, diunduh tanggal 29 november 2012

You might also like