You are on page 1of 7

BioSMART ISSN: 1412-033X

Volume 6, Nomor 2, Oktober 2004


Halaman: 147-153

Toksisitas Akut Limbah Cair Pabrik Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan
Efek Sublethalnya terhadap Struktur Mikroanatomi Branchia dan Hepar Ikan
Nila (Oreochromis niloticus T.).
The acute toxicity of liquid industrial waste of CV. Giyant Santoso Surakarta batik industry and its
sublethal effect on microanatomy structure of gill and liver nila fish (Oreochromis niloticus T.)

YANU ARYANI, SUNARTO♥, TETRI WIDIYANI


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126

Diterima: 28 Januari 2003. Disetujui: 17 Mei 2004

ABSTRACT

This research aimed at understanding the quality of liquid industrial waste of CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta batik industry
according physical parameter (TSS, TDS) and chemical parameter (BOD, COD, Cr content, phenol content, oil and fat). This research
also knew the acute toxicity level (LC50-96 hours) of liquid industrial waste of CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta batik industry on
nila fish (Oreochromis niloticus T.) and its sub lethal effect on microanatomy structure of gill (branchia) and liver (hepar). The
development of batik industry could be resulting problems and disadvantages on environment. The contamination from batik industry
comes from printing, peeling and washing process, in which the production’s waste could contaminate water. Gill is one of respiratory
organs which having direct contact with contaminant content, while liver, organ that neutralize toxin inside the body, when getting in
touch with toxin contents in a certain amount of time will be having a transformation on its microanatomy structure. This research used
Completely Randomized Design (CRD) with independent variable of toxin’s concentration and dependent variable of mortality, DO, pH
and temperature. Acquired data will be analyzed using ANOVA, continued with Duncan Multiple Randomized Test at the test level of
0.05 and correlation analysis. LC50-96 hours analyzed using probit analysis. Microanatomy structure of gill and liver was analyzed
descriptively. The result indicated that the TSS, BOD, COD and phenol concentration of liquid industrial waste of CV. Giyant Santoso
Banaran Surakarta has exceeded the maximum level permitted by the regulation on Kep-51/MENLH/10/1995, while TDS, Cr, pH, oil
and fat concentration is still below the standard level. The acute toxicity LC50-96 hours of the liquid industrial waste of CV. Giyant
Santoso Banaran Surakarta for nila fish was 6062.93 ppm. That liquid batik industrial waste has caused edema and hyperplasia on gill.
It’s also caused edema, sinusoid widely, fat degeneration, karyorhexis, karyolysis, and necrosis on the hepatocyte of liver. After 96
hours, gill and liver microanatomical of the nila fish would be damaged. The damage was triggered at the starting concentration level of
2500 ppm.

Keywords: acute toxicity, liquid waste, gill, liver, Oreochromis niloticus T.

PENDAHULUAN jumlah cukup besar, yang pada akhirnya dibuang ke badan-


badan perairan/ sungai terdekat. Secara umum limbah cair
Semua industri pada hakekatnya menghasilkan limbah industri tekstil mempunyai karakteristik berwarna, pH
sebagai buangan dari hasil samping kegiatan produksi. CV. tinggi, kadar BOD, COD, suhu, padatan terlarut dan
Giyant Santoso adalah salah satu pabrik batik tulis yang tersuspensi tinggi (Hudiyono dkk., 1999).
menghasilkan limbah. Limbah tersebut dapat menyebabkan Air dikategorikan sebagai air terpolusi atau tercemar
terjadinya pencemaran lingkungan. Menurut Ashadi (1996) jika konsentrasi oksigen terlarut menurun di bawah batas
dalam Hudiyono dkk. (1999) limbah cair tekstil yang dibutuhkan untuk kehidupan organisme. Oksigen
dimungkinkan juga mengandung logam berat dalam jumlah terlarut merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk
relatif kecil, serta zat aktif permukaan yang sukar diuraikan kebutuhan tanaman dan hewan di dalam air.. Ikan
secara alami seperti fenol, formaldehid, dan klor benzol. merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen
Perkembangan industri batik juga mendatangkan tertinggi, kemudian avertebrata dan yang terkecil
masalah dan kerugian pada lingkungan. Hal ini disebabkan kebutuhannya adalah bakteri (Fardiaz, 1992).
selama pengelolaannya menghasilkan limbah cair dalam Branchia merupakan organ respirasi yang mengalami
kontak dengan bahan pencemar terjadi pada saat ekspirasi
♥ Alamat korespondensi:
sehingga air dan zat pencemar langsung bersentuhan
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. dengan lamela, masuk dalam pembuluh darah dan
Tel. & Fax.: +62-271-663375. selanjutnya dapat merusak jaringan tubuh lain yang dilalui
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id (Gerking, 1969). Menurut Fitriyah (1998) hepar sebagai

 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


148 B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 147-153

organ yang berfungsi detoksifikasi, apabila bersentuhan (kontrol) (konsentrasi 0%); 1000 ppm (0,001%); 5000 ppm
dengan racun pada waktu tertentu akan mengalami (0,005%); 10000 ppm (0,01%); dan 50000 ppm (0,05%).
perubahan struktur mikroanatomi. Tolok ukur yang diamati adalah jumlah ikan yang mati
Dengan adanya permasalahan tersebut maka penelitian setiap 24 jam selama 96 jam untuk mengetahui LC50-96
ini bertujuan untuk mengetahui kualitas limbah cair pabrik jam dari uji pendahuluan yang akan digunakan sebagai
batik CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta ditinjau dari acuan untuk variasi konsentrasi pada uji sesungguhnya.
parameter fisik (TSS, TDS) dan parameter kimia (BOD,
COD, kadar Cr, kadar fenol, minyak dan lemak), dan Uji sesungguhnya
bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas akutnya (LC50- Variasi konsentrasi limbah pada uji sesungguhnya
96 jam) terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus T.) dan berdasarkan pada kisaran yang lebih sempit dari hasil
efek sublethalnya terhadap struktur mikroanatomi branchia analisis probit LC50-96 jam uji pendahuluan sebesar
dan hepar. 6416,98 ppm, dengan variasi kadar 0 ppm (kontrol)
(konsentrasi 0%); 2500 ppm (0,0025%); 4500 ppm
(0,0045%); 6500 ppm (0,0065%); dan 8500 ppm
BAHAN DAN METODE (0,0085%). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Tolok ukur yang diamati adalah jumlah hewan uji yang
Waktu dan tempat mati setiap 24 jam hingga 96 jam. Selanjutnya untuk
Uji kualitas limbah cair batik dilaksanakan pada tanggal menentukan LC50-96 jam terhadap hewan uji ditentukan
27 Januari-17 Februari 2003 bertempat di Balai Teknik dengan analisis probit.
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta. Uji toksisitas Pengamatan secara organoleptik kualitas air uji meliputi
dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2003, bertempat kekeruhan, warna dan bau. Pengukuran kualitas air uji
di Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret meliputi DO, BOD, pH dan suhu. Pengukuran kualitas air
Surakarta. Pembuatan preparat dilaksanakan pada bulan uji dilakukan setiap 24 jam sekali.
Maret 2003 di Balai Penyelidikan Penyakit Veteriner Pembuatan preparat awetan mikroanatomi yaitu
(BPPV), Wates. Pemotretan preparat dilaksanakan pada preparat irisan dengan metode parafin dengan ketebalan 6
bulan April 2003 bertempat di Laboratorium Anatomi µm. Pewarnaan dengan hematoxylin-eosin (Herman,
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2000). Pengamatan mikroanatomi branchia dan hepar
setelah perlakuan 96 jam.
Bahan dan alat
Bahan yang dibutuhkan meliputi: ikan nila Analisis data
(Oreochromis niloticus T.) diperoleh dari Balai Perbenihan Analisis data kualitatif (TSS, TDS, BOD, COD, pH,
dan Budidaya Ikan Janti Klaten sebanyak 300 ikan untuk kadar Cr, kadar fenol, kadar minyak dan lemak); Dengan
uji pendahuluan dan 300 ikan untuk uji sesungguhnya; Analisis Variansi (Anava) metode CRD (Completely
limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran Randomized Design) jika ada beda nyata yang dilanjutkan
Surakarta; dan air. Bahan yang digunakan untuk mengukur dengan uji DMRT (Duncan Multi Test Range) taraf uji
tolok ukur kualitas air untuk mengukur BOD, COD, pH, pada level 0,05 untuk mengetahui letak beda nyata dari
DO, kadar fenol, Cr, minyak dan lemak, TSS dan TDS; hubungan antara: a). Kadar limbah cair batik dengan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat kematian ikan 96 jam, b). Kadar limbah cair batik dengan
irisan branchia dan hepar dengan metode parafin; Formalin DO, pH dan suhu; Untuk melihat hubungan antara kadar
4% untuk mengawetkan ikan; Pelet ikan merk Takari untuk limbah cair batik dengan parameter pengamatan yaitu
pakan ikan; Film foto merk Kodak Gold dan Fujifilm ASA kematian hewan uji, DO, pH dan suhu dilakukan analisis
200. korelasi; Kerusakan mikroanatomi branchia dan hepar ikan
Bak uji; jerigen plastik; saringan ikan; neraca; gelas nila dianalisis secara deskriptif; Data dari jumlah kematian
ukur 10 ml dan 100 ml; bekker glass 1L; thermometer; ikan selama 96 jam dianalisis probit untuk mengetahui
DOmeter elektrik; pHmeter elektrik; kertas label; alat tulis; LC50-96 jam dengan selang kepercayaan 95%.
penggaris; alat-alat yang digunakan untuk mengukur BOD,
COD, pH, DO, kadar fenol, Cr, minyak dan lemak, TSS
dan TDS; Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan HASIL DAN PEMBAHASAN
preparat irisan branchia dan hepar dengan metode parafin;
mikroskop; alat fotomikrografi mikroskop. Kualitas limbah cair pabrik Batik CV. Giyant Santoso
Banaran Surakarta
Cara kerja Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair pabrik batik CV.
Giyant Santoso Banaran Surakarta yang dilakukan oleh
Uji pendahuluan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta
Hewan uji yang akan digunakan ditimbang beratnya pada tanggal 27 Januari 2003 disajikan pada Tabel 1.
dan diukur panjangnya agar diperoleh berat dan panjang Berdasarkan data pada Tabel 1. dapat diketahui kadar BOD
yang sama. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok dan COD berada di atas baku mutu limbah cair industri
perlakuan dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 tekstil menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan
ikan (hewan uji). Kemudian disiapkan limbah cair pabrik Hidup (Kep MENLH Nomor 51 tahun 1995). Dari hasil
batik yang akan dipakai dengan variasi kadar 0 ppm pengukuran, kadar BOD sebesar 869 mg/l dan kadar COD
ARYANI dkk. – Toksisitas limbah cair batik terhadap Oreochromis niloticus 149

sebesar 2200 mg/l. Tingginya kadar BOD disebabkan Penentuan toksisitas akut limbah
karena banyaknya bahan organik yang didegradasi oleh Dari uji toksisitas limbah cair batik terhadap ikan nila
mikroorganisme (Wardhana, 1995). Kadar oksigen dalam diperoleh nilai LC 50-96 jam sebesar 6062,93 ppm atau
air menjadi turun karena oksigen digunakan mikroor- pada konsentrasi limbah cair batik sebesar 0,006%. Hal ini
ganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam limbah menunjukkan bahwa limbah cair batik sebesar 6062,93
cair batik seperti sisa kanji, sisa malam, fenol, minyak dan ppm dapat mengakibatkan kematian 50% ikan nila.
lemak. Tingginya kadar COD disebabkan karena Menurut Loomis (1978), jumlah zat kimia yang
banyaknya bahan organik yang dioksidasi oleh oksidan. diekspresikan dengan LD 50 sebesar 5-15 g/kg termasuk
Jumlah COD yang lebih besar daripada jumlah BOD kategori bahan pencemar yang praktis tidak toksik. Dengan
disebabkan karena sebagian besar bahan organik lebih demikian maka limbah cair pabrik batik CV. Giyant
mudah dioksidasi secara kimiawi daripada secara biologi. Santoso termasuk bahan pencemar yang tidak toksik. Pada
Tabel 2. terlihat mulai kadar 4500 perlakuan limbah cair
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair pabrik batik CV. batik terjadi peningkatan jumlah kematian ikan yang sangat
Giyant Santoso Banaran Surakarta. nyata. Dengan uji korelasi, hubungan kadar limbah cair
batik dengan jumlah kematian menunjukkan korelasi
Hasil positif sebesar 0,695 yang berarti terdapat hubungan yang
Kadar maksimum
Parameter pemeriksaan
limbah cair tekstil* kuat antara peningkatan kadar limbah cair batik dengan
BTKL
BOD (mg/l) 60 869
peningkatan jumlah kematian ikan Nila.
COD (mg/l) 150 2200
Fenol (mg/l) 0,5 1,0692
Cr (mg/l) 1,0 0,0458 Tabel 2. Jumlah kematian ikan nila dengan perlakuan limbah cair
pH 6-9 6,9 pabrik batik CV.Giyant Santoso Banaran Surakarta pada uji
Minyak dan lemak (mg/l) 3,0 0,38 sesungguhnya.
TSS (mg/l) 50 243
TDS (mg/l) 2000** 1857 Jumlah Kematian Rata-rata LC 50-96
Kadar (ppm)
Keterangan: *) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rata-rata jam ± SD (ppm)
Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995. **) Kadar Maksimum Limbah 0 0,0000a
Cair bagi Kegiatan Industri Golongan I (Industri Ringan) Kep- 2500 1,1667ab
51/MENLH/10/1995. 4500 2,4167bc 6062,93 ± 561,0372
6500 2,9167c
Hasil pemeriksaan kandungan fenol limbah cair batik 8500 4,2500d
sebesar 1.0692 mg/l sudah melebihi kadar maksimum yang Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu
telah ditentukan. fenol yang terdapat dalam limbah cair kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf
5%.
batik berasal dari pelunturan lilin pewarnaan dan
pelorodan. Kandungan Cr (khromium) yang terdapat di
dalam limbah cair batik tersebut sebesar 0,0458 mg/l Uji kekeruhan, warna dan bau (organoleptik)
Dari pemeriksaan secara organoleptik diperoleh hasil
berada di bawah baku mutu yang telah ditentukan.
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Kandungan Cr berasal dari zat warna yang digunakan pada
proses pewarnaan. Sedangkan hasil pengukuran pH sebesar
Tabel 3. Hasil uji kekeruhan, warna dan bau dengan uji
6,9 menunjukkan pH limbah cair batik masih berada pada organoleptik terhadap limbah cair pabrik batik CV.Giyant Santoso
kisaran normal. Minyak dan lemak sebanyak 0,38 mg/l Banaran Surakarta pada uji sesungguhnya.
masih berada di bawah kadar maksimum yang telah
ditentukan kep-51/MENLH/10/1995. Minyak dan lemak Kadar
Kekeruhan Warna Bau
dihasilkan dari proses pencucian batik untuk (ppm)
menghilangkan malam dengan air panas. 0 Jernih Bening Tidak berbau
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat 2500 Agak keruh Kecoklatan Tidak berbau
padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, dan zat 4500 Agak keruh Kecoklatan Tidak berbau
terlarut seperti garam dan molekul organis (Alaerts dan 6500 Keruh Kecoklatan Agak amis
8500 Keruh Kecoklatan Agak amis
Santika, 1987). Hasil pemeriksaan TSS (Total Suspended
Solids) sebesar 243 mg/l berada di atas baku mutu yang
Dari Tabel 3. dapat diketahui kekeruhan semakin
telah ditentukan dan TDS (Total Dissolved Solids) sebesar
meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi
1857 mg/l berada di bawah kadar maksimum limbah cair
limbah yang diberikan. Kekeruhan disebabkan oleh adanya
bagi kegiatan industri golongan I (industri ringan)
zat padat yang masuk kedalam air seperti malam dari sisa
berdasarkan kep-51/MENLH/10/1995. Adanya sisa malam
hasil pelorodan. Berdasarkan hasil pemeriksaan air uji
dan zat-zat tambahan dari proses produksi batik yang
kadar 0 ppm (kontrol) tidak berwarna atau jernih,
masuk ke dalam air, ada yang dapat mengendap, terlarut
sedangkan untuk masing-masing perlakuan air uji berwarna
dan tersuspensi. Diduga yang menyebabkan tingginya
kecoklatan. Warna limbah cair batik berasal dari proses
kandungan TSS karena sisa malam, sedangkan tingginya
pencelupan warna pertama, penghilangan lilin sebagian
kandungan TDS limbah cair batik karena adanya
untuk mendapatkan warna yang kedua dan seterusnya, dan
penggunaan zat warna dan fenol.
pelorodan. Bahan pewarna yang digunakan tidak semuanya
diserap oleh kain namun ada yang terlarut di dalam air,
150 B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 147-153

sehingga warna limbah cair batik akan sesuai dengan zat Tabel 5. Hasil pengukuran pH dengan perlakuan limbah cair
warna yang digunakan pada proses pewarnaan. Dari hasil pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta pada uji
pengamatan, dihasilkan bau amis pada kadar 6500 ppm dan sesungguhnya.
8500 ppm. Bau yang dihasilkan disebabkan mikroba di
dalam air mendegradasi buangan organik menjadi bahan Kadar (ppm) Rata-rata pH ± SD
yang mudah menguap dan berbau. Selain itu timbulnya bau
0 7,0008 ± 0,01165a
2500 7,0533 ± 0,01497b
amis juga disebabkan oleh adanya ikan uji yang mati.
4500 7,0967 ± 0,00778c
6500 7,2017 ± 0,01992d
Hasil pengukuran kualitas air 8500 7,2983 ± 0,02758e
DO. Kadar DO berada diatas batas minimal yang Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu
dibutuhkan biota. DO air uji pada kelompok perlakuan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf
maupun kontrol menunjukkan adanya penurunan antara 24 5%.
jam sampai 96 jam, hal tersebut terjadi karena adanya
kegiatan pernapasan aerob yang dilakukan hewan uji untuk Suhu. Menurut Rochdianto (1991), suhu perairan yang
mendapatkan energi. Begitupun semakin besarnya kadar diinginkan ikan nila adalah 25-300C. Pada uji
limbah cair batik yang diberikan setiap perlakuan sesungguhnya suhu air pada setiap perlakuan menunjukkan
mengalami penurunan kadar DO. Hal ini diduga karena angka 28,80C sampai 29,50C yang berarti masih baik untuk
oksigen banyak digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan hewan uji. Namun cenderung mengalami
mendagradasi bahan organik yang terdapat di dalam limbah penurunan. berdasarkan Anava antara pengaruh kadar
cair batik. Berdasarkan analisis variansi antara pengaruh limbah cair batik terhadap suhu menunjukkan tidak adanya
kadar limbah cair batik terhadap DO terdapat beda nyata beda nyata. Hasil analisis korelasi antara kadar limbah cair
dan uji DMRT menunjukkan bahwa perlakuan limbah cair batik dengan suhu diperoleh besarnya probabilitas uji dua
batik mulai kadar 4500 ppm terjadi penurunan DO yang pihak sebesar 0,495 yang berarti tidak terdapat hubungan
nyata (Tabel 4.). Hasil analisis korelasi antara hubungan yang nyata antara kenaikan kadar limbah cair batik dengan
kadar limbah cair batik dengan DO menunjukkan perubahan suhu air uji. Hal ini karena rata-rata suhu ini
hubungan terbalik dengan koefisien korelasi sebesar-0,481 sesuai atau terpengaruh oleh suhu udara laboratorium.
yang berarti semakin tingginya kadar limbah cair batik
maka semakin rendahnya kadar DO. Tabel 6. Hasil pengukuran suhu (°C) dengan perlakuan limbah
cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta pada uji
Tabel 4. Kadar DO dengan perlakuan limbah cair pabrik batik sesungguhnya.
CV. Giyant Santoso Banaran Surakarta pada uji sesungguhnya.
Kadar (ppm) Rata-rata suhu ± SD (°C)
Kadar (ppm) Rata-rata DO ± SD (ppm) 0 29,1917 ± 0,1929a
0 (kontrol) 8,1250 ± 1,4956a 2500 29,1583 ± 0,2275a
2500 7,6775 ± 1,3181ab 4500 29,1500 ± 0,2236a
4500 7,1842 ± 0,9611bc 6500 29,1417 ± 0,2275a
6500 6,8883 ± 0,4697bc 8500 29,1333 ± 0,2348a
8500 6,6025 ± 0,4797d Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf
kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
5%.
Pengamatan mikroanatomi branchia dan hepar ikan nila
Derajat keasaman (pH). Pada Tabel 7 ditunjukkan
bahwa pH air uji cenderung mengalami penigkatan pada Pengamatan mikroanatomi branchia
kadar yang semakin tinggi. Namun pH tersebut masih Tandjung (1982) membedakan dan mengembangkan
berada dalam kisaran normal yang berarti masih baik untuk suatu metoda untuk mengevaluasi tingkat kerusakan pada
kehidupan hewan uji. Peningkatan pH ini kemungkinan branchia yang berhubungan dengan pencemaran, yaitu:
disebabkan pengaruh dari zat warna yang digunakan pada tingkat ke-1, terjadi edema pada lamela branchialis dan
proses pewarnaan dan bahan alkali pada proses pelorodan terlepasnya sel epithelium dari jaringan di bawahnya yang
sehingga nilai pH air menjadi lebih basa. Berdasarkan menyebabkan epithelium dengan sel pilar terpisah; tingkat
Anava antara pengaruh kadar limbah cair batik terhadap pH ke-2, terjadinya hiperplasia pada basis lamela; tingkat ke-3,
menunjukkan adanya beda yang sangat nyata. Pada Tabel bahwa hiperplasia itu menyebabkan dua lamela sekunder
5. menunjukkan adanya beda yang sangat nyata antara bersatu; tingkat ke-4, hampir seluruh lamela sekunder
perlakuan kontrol dengan setiap perlakuan limbah cair mengalami hiperplasia; tingkat ke-5, hampir seluruh
batik. Ini berarti perlakuan limbah cair batik pada kadar struktur lamela sekunder mengalami hiperplasia dan
2500 ppm mulai menyebabkan peningkatan pH yang mengalami kerusakan filamen. Gambar 1-5 menunjukkan
sangat nyata. Hasil analisis koefisien korelasi Pearson struktur mikroanatomi bran-hia ikan nila dengan perlakuan
antara kadar limbah cair batik dengan pH sebesar 0,964 limbah cair pabrik batik CV.Giyant Santoso Banaran
yang berarti terdapat hubungan antara peningkatan kadar Surakarta setelah 96 jam.
limbah cair batik dengan seiringnya peningkatan pH.
ARYANI dkk. – Toksisitas limbah cair batik terhadap Oreochromis niloticus 151

3
8 3
6

1
1

2 2
7 5 4 5 6
4 7
Gambar 1. Struktur mikroanatomi branchia ikan nila setelah Gambar 4. Struktur mikroanatomi branchia ikan nila setelah
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
Surakarta pada kadar 0 ppm (kontrol) selama 96 jam. Keterangan: Surakarta pada kadar 6500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1.
1. Lamela primer; 2. Lamela sekunder; 3. Sel epithelium; 4. Sel Lamela primer; 2. Lamela sekunder; 3. Sel epithelium; 4.
interlamela; 5. Eritrosit; 6. Jaringan kartilago. Pengamatan: Hiperplasia sel interlamela; 5. Sel pilar; 6. Eritrosit; 7. Edema sel
Branchia dengan bagian-bagiannya yaitu lamela primer, lamela epitel; 8. Jaringan kartilago. Pengamatan: Terjadi edema sel epitel
sekunder, sel epithelium, sel pilar, eritrosit dan jaringan kartilago (7) pada lamela sekunder dan hiperplasia sel-sel interlamela (4)
belum tampak adanya kerusakan. hingga menyebabkan dua lamela sekunder bersatu, kerusakan
branchia pada tingkat ke-3.

8 3 7
2

1
1

2 6
5 4
4 3 5
6
Gambar 2. Struktur mikroanatomi branchia ikan nila setelah Gambar 5. Struktur mikroanatomi branchia ikan nila setelah
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
Surakarta pada kadar 2500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1. Surakarta pada kadar 8500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1.
Lamela primer; 2. Lamela sekunder; 3. Sel epithelium; 4. Sel Lamela primer; 2. Lamela sekunder; 3. Hiperplasia sel
interlamela; 5. Sel pilar; 6. Eritrosit; 7. Edema sel epitel; 8. interlamela; 4. Sel pilar; 5. Eritrosit; 6. Jaringan kartilago.
Jaringan kartilago. Pengamatan: Sel epithelium terlepas dari Pengamatan: Hampir semua lamela sekunder mengalami
jaringan dibawahnya (3) dan edema sel epitel (7) pada lamela hiperplasia (3), kerusakan branchia pada tingkat ke-4.
sekunder, kerusakan branchia pada tingkat ke-1.

4 5 menyebabkan terjadinya iritasi epithelium. Senyawa fenol


6 dan senyawa Cr dapat menyebabkan iritasi pada membran
mukosa kulit (Ariens dkk., 1986; Palar, 1994). Diduga
terjadinya iritasi jaringan epitel disebabkan karena toksikan
1 masuk ke dalam ruang respirasi dan bersentuhan dengan
2
jaringan epithel tersebut. Terjadinya iritasi jaringan epithel
menyebabkan terganggunya sistem transportasi ATP bebas
8 dan membuat sel tidak mampu memompa ion natrium
7 3 dengan cukup sehingga ion-ion natrium terakumulasi di
dalam sel. Kenaikan konsentrasi ion natrium di dalam sel
Gambar 3. Struktur mikroanatomi branchia ikan nila setelah mengakibatkan influks air ke dalam sel sehingga terjadi
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran edema.
Surakarta pada kadar 4500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1. Kerusakan pada tingkat ke-3 yaitu hiperplasia sel
Lamela primer; 2. Lamela sekunder; 3. Sel epithelium; 4. interlamela sehingga menyebabkan dua lamela sekunder
Hiperplasia sel interlamela; 5. Sel pilar; 6. Eritrosit; 7. Edema sel
bersatu. Epithelium yang terlepas dari jaringan dibawahnya
epitel; 8. Jaringan kartilago. Pengamatan: Terjadi edema sel epitel
(7) dan hiperplasia sel interlamela (4) menyebabkan bersatunya
menyebabkan terbentuknya ruang kosong sehingga sel-sel
lamela sekunder, kerusakan branchia berada pada tingkat ke-3. mengadakan proliferasi untuk mengisi ruang yang kosong
dan mengganti hilangnya jaringan yang mengalami
kerusakan (Verlag, 1995; Willis, 1950). Ini akan
Kerusakan tingkat ke-1 yaitu edema sel epitel pada mengganggu respirasi karena mengurangi luas permukaan
lamela sekunder diduga karena adanya senyawa fenol dan lamela sekunder yang digunakan untuk pertukaran gas
Cr yang terkandung di dalam limbah cair batik yang dapat selama repirasi yang dilakukan oleh eritrosit.
152 B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 147-153

Pengamatan mikroanatomi hepar ikan nila


Gambar 6-10 menunjukkan struktur mikroanatomi
8
hepar ikan nila dengan perlakuan limbah cair batik setelah 4
96 jam. 2
5
7

3 3
1 1
6
2
Gambar 9. Struktur mikroanatomi hepar ikan nila setelah
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
Surakarta pada kadar 6500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1.
Hepatosit; 2. Sinusoid; 3. Nukleus; 4. Edema hepatosit; 5.
Gambar 6. Struktur mikroanatomi hepar ikan nila setelah
Degenerasi lemak 6. Karyoreksis; 7. Karyolisis; 8. Pelebaran
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
sinusoid. Pengamatan: Hepatosit mengalami edema (4),
Surakarta pada kadar 0 ppm (kontrol) selama 96 jam. Keterangan:
degenerasi lemak terlihat bulat berwarna putih yaitu timbulnya
1. Hepatosit; 2. Sinusoid; 3. Nukleus hepatosit.
vakuola berisi lemak yang mendesak nukleus ke tepi (5),
Pengamatan: Hepatosit berbentuk poligonal tersusun dalam
karyoreksis (6) dan karyolisis (7) dimana nukleus menghilang dan
anyaman membentuk lempengan. Celah-celah antara lempengan
sel nampak seperti vakuola yang kosong. Sinusoid mengalami
mengandung sinusoid. Sitoplasma berwarna merah dan nukleus
pelebaran (8).
terpulas gelap.

1 5
4 8
2
3
5 6
3
4
7
2
Gambar 7. Struktur mikroanatomi hepar ikan nila setelah
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
Surakarta pada kadar 2500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1. Gambar 10. Struktur mikroanatomi hepar ikan nila setelah
Hepatosit; 2. Sinusoid; 3. Nukleus; 4. Edema hepatosit; 5. perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran
Pelebaran sinusoid. Pengamatan: Hepatosit mulai mengalami Surakarta pada kadar 8500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1.
edema (4) dan tampak sinusoid mengalami pelebaran (5). Hepatosit; 2. Sinusoid; 3. Nukleus; 4. Edema hepatosit; 5.
Karyoreksis; 6. Karyolisis; 7. Nekrosis hepatosit; 8. Pelebaran
sinusoid. Pengamatan: Terjadi edema hepatosit (4) dan banyak
2 3 hepatosit mengalami nekrosis (7). Hal ini terlihat dengan adanya
karyoreksis (5), dan karyolisis (6). Sinusoid mengalami pelebaran
5
(8).

1
Berdasarkan hasil pengamatan struktur mikroanatomi
4 hepar ikan nila pada kontrol terlihat bahwa hepar tersusun
2 atas sel-sel hepatosit yang berbentuk poligonal. Hepatosit
saling berintegrasi satu sama lain. Celah-celah antara
lempengan hepatosit mengandung sinusoid. Dengan
pewarnaan hematoxylin-eosin sitoplasma berwarna merah
Gambar 8. Struktur mikroanatomi hepar ikan nila setelah dan nukleus terpulas gelap.
perlakuan limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Banaran Secara normal ion kalium di dalam sel dipertahankan
Surakarta pada kadar 4500 ppm selama 96 jam. Keterangan: 1. untuk selalu lebih tinggi daripada di luar sel. Sebaliknya,
Hepatosit; 2. Sinusoid; 3. Nukleus; 4. Edema hepatosit; 5. konsentrasi ion natrium di dalam sel diusahakan selalu
Karyoreksis; 6. Pelebaran sinusoid. Pengamatan: Terjadi edema lebih rendah daripada di luar sel. Ion kalium dan ion
hepatosit (4) dan hepatosit mengalami karyoreksis dengan terlihat natrium dua-duanya dipompa melawan gradien konsentrasi
adanya fragmen yang terpulas gelap pada hepatosit (5). Pada dan pemompaan dapat berlangsung akibat terjadinya
sinusoid terlihat mengalami pelebaran (6). hidrolisis ATP. Gangguan sintesa ATP oleh toksikan
ARYANI dkk. – Toksisitas limbah cair batik terhadap Oreochromis niloticus 153

menyebabkan rusaknya permeabilitas membran sel Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih
sehingga keseimbangan ion dan elektrolit terganggu lanjut mengenai unsur-unsur lain yang terkandung didalam
kemudian terjadi edema hepatosit (Reksoatmodjo, 1993; limbah cair batik dan upaya penurunan jumlah zat toksik
Spector dan Spector, 1993). tersebut. Untuk menjaga kualitas limbah cair pabrik batik
Umumnya sinusoid memiliki garis bentuk tidak teratur, penulis menyarankan agar para pengusaha batik mengolah
yang sesuai dengan susunan sel dan jaringan tempatnya limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan.
berada (Burkitt dkk., 1995). Terjadinya pelebaran sinusoid Untuk masyarakat di sekitar kawasan pabrik batik agar
diduga karena struktur hepatosit yang mengalami secara rutin melakukan pemeriksaan kualitas air minum
perubahan. Degenerasi hepatosit dan nekrosis yang digunakan.
menyebabkan terjadinya perubahan susunan hepatosit
karena hepatosit yang tidak mampu kembali kekeadaan
semula, akan mengalami perubahan kimiawi yang DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya akan dirombak oleh sel kuppfer. Hal ini
menyebabkan terbentuknya ruang kosong sehingga Anstall, H.B. 1971. Degeneration and Tissue Death. In Mickler J., H.B.
Anstall and T.M. Minckler, Pathobiology. Saint Luis: The CV.
sinusoid melebar agar dapat menjalankan fungsinya Mosby Company.
sebagai pembuluh pertukaran nutrisi dan zat toksik antara Ariens E.J., E. Mutschler, dan A.M. Simosnis. 1986. Pengaruh
darah ke hepatosit dan sebaliknya. Toksikologi Umum b(diterjemahkan oleh Matilda, S.Widianto dan
Degenerasi lemak pada hepatosit diduga karena Cr E.Y.Sukandar). yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Burkitt, H.G., B. Young dan J.W.Heath. 1995. Buku Ajar Histologi
merangsang perubahan asetat menjadi kholesterol dan asam Fungsional. Edisi ketiga. Penerjemah: Tambayong, J. Jakarta:
lemak (Palar, 1994). Dengan demikian akan terjadi Penerbit Buku Kedokteran EGC.
peningkatan sintesa asam lemak sehingga pembentukan Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
lipoprotein terganggu dan menyebabkan penimbunan Fitriyah. 1998. Pengaruh Pemberian Limbah Cair Industri Tapioka
terhadap Gambaran Mikroanatomi Hepar Ikan Nila (Oreochromis
lemak pada hepatosit. Senyawa fenol diduga mampu niloticus, T). Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran
mengganggu proses fosforilasi oksidatif dalam respirasi Universitas Sebelas Maret.
jaringan yang terjadi pada mitokondria, sehingga Gerking, S.D. 1969. Biological System. Saunders International Student
menyebabkan edema mitokondria (Anstall, 1971). Edition. Philadelphia: Saunder Co.
Herman. 2000. Buku Pegangan Kuliah Pengajaran Pendahuluan Patologi
Sedangkan Cr diduga dapat menyebabkan terjadinya Kemunduran dan Kematian Sel. Surakarta: Fakultas Kedoteran
degenerasi lemak. Pengaruh zat toksik tersebut membuat Universitas Sebelas Maret.
sel menghadapi suatu titik dimana sel tidak dapat lagi Hudiyono, Maryani dan M.Harini. 1999. Kajian Kualitas dan Kuantitas
mengkompensasi dan tidak dapat melakukan metabolisme. Pseudomonas aeruginosa yang terdapat dalam Limbah Industri
Batik. Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Perubahan selanjutnya diikuti dengan terjadinya edema Sebelas Maret.
sitoplasma, penghancuran organel dan nukleus, dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
nekrosis sel bersamaan dengan pecahnya membran plasma 51/MENLH/10/1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
(Price dan Wilson, 1984; Lu, 1995). Industri. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar. Edisi ketiga (diterjemahkan oleh
Imono, A.D). Semarang: IKIP Semarang Press.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Azas, Organ Sasaran dan Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN Resiko. Edisi Kedua (diterjemahkan oleh Nugroho). Jakarta: Penerbit
UI Press.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT.
Kualitas limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso Rineka Cipta.
Banaran Surakarta ditinjau dari faktor fisis (TSS) dan Price, S.A dan L.M. Wilson. 1984. Patofisiologi. Edisi kedua Penerjemah:
faktor kimia (BOD, COD, kadar fenol) sudah melebihi Dharma, A. Jakarta: EGC Penerebit Buku Kedokteran.
kadar maksimum yang telah ditentukan Kep- Reksoatmodjo, S.M.I. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
51/MENLH/I0/1995, sedangkan faktor kimia (TDS, kadar Rochdianto, A. 1991. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Jakarta: Penebar
Cr, pH, minyak dan lemak) masih berada di bawah baku Swadaya.
mutu limbah cair industri tekstil; Nilai toksisitas akut LC Spector, W.G. dan T.D.Spector. 1993. Pengantar Patologi Umum. Edisi
50-96 jam limbah cair pabrik batik CV. Giyant Santoso ketiga (diterjemahkan oleh Soetjipto N.S., Harsoyo, A.Hara dan
P.Astuti). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Banaran Surakarta terhadap ikan nila (Oreochomis Tandjung, S.D. 1982. The Acute Toxicity and Histophatology of Brook
niloticus T.) adalah sebesar 6062,93 ppm atau konsentrasi Trout (Salvelinus fontinales, Mitchell) Exposed in Alumunium Acid
0,006%; Limbah cair pabrik batik tersebut menyebabkan Water. Disertasi Ph.D. New York: Louis Calder Conservation and
perubahan terhadap struktur mikroanatomi branchia ikan Ecology Study Center of Fordham University.
Verlag, G.F. 1995. An Atlas of Fish Histology (Normal And Pathologycal
nila dari mulai edema hingga hiperplasia yang Features). Second Edition. Tokyo: Kodansha Ltd.
menyebabkan dua lamela sekunder bersatu; Limbah cair Wardhana, W.A. 1995. Dampak dari Pencemaran Lingkungan.
pabrik batik tersebut menyebabkan perubahan struktur Yogyakarta: Andi Offset.
mikroanatomi hepar ikan nila berupa edema hepatosit, Willis, R.A. 1950. The Principles of Pathology. London: Butter Worth
and Co (Publishers) Ltd.
pelebaran sinusoid, degenerasi lemak, karyoreksis dan
karyolisis serta nekrosis hepatosit.

You might also like