You are on page 1of 4

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005


Halaman: 100-103

Struktur dan Komposisi Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kesehatan


Tanah pada Kasus Perubahan Sistem Penggunaan Lahan di HTI Sengon
Structure and composition of soil macrofauna as bioindicator of soil health on case of land use
change at albizia plantation

SUGIYARTO♥
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 29 April 2005. Disetujui: 1 Agustus 2005.

ABSTRACT

Structure and composition of soil macrofauna are important component of soil sub-system correlated with soil function dynamics. So it
is expected can be used as bioindicator of soil health. The objective of this research was to evaluate of using structure and composistion
of soil macrofauna as bioindicator of soil health, espescially on land forest of albizia stand.The research conducted on Aprl to September
2003 at Jatirejo forest resort, District of Kediri, East Java. Soil macrofauna collected by hand sorting and pit-fall trap methods. Structure
and composition of soil macrofauna expressed by the value of modified-Simpson diversity index. The results indicated: (1) diversities of
soil macrofauna influenced by ages of albizia stand and undergrowth vegetation; (a) the highest diversity obtained on 7 years ages of
stand, (b) papaya indicated a negative effect to diversities of soil macrofauna; (2) Diversity index of deep soil macrofauna was a
bioindicator of C-organic and K-total content of soil.

Key words: soil macrofauna, soil health, bioindicator, albizia.

PENDAHULUAN (2001) melaporkan bahwa pengembangan sistem


agroforestri berbasis sengon pada kawasan tersebut lebih
Agroforestri merupakan sistem dan teknologi pengelo- menonjolkan pertimbangan sosial-ekonomi daripada
laan lahan hutan sebagai salah satu alternatif usaha pengen- pertimbangan ekologi. Teknologi budidaya semacam ini
dalian kegiatan perusakan sumberdaya hutan sekaligus diduga akan mempercepat terjadinya degradasi lahan dan
meningkatkan penghasilan petani secara berkelanjutan, penurunan keanekaragaman hayati.
yaitu dengan menggabungkan sistem pengelolaan komodi- Makrofauna tanah merupakan bagian dari keaneka-
tas pertanian, peternakan dan atau perikanan dengan ragaman hayati yang diduga mengalami penurunan yang
komoditas kehutanan/tanaman pepohonan (Hairiah et al., tajam sebagai akibat pengembangan sistem agroforestri
2000; de Foresta et al., 2000). Sistem ini mengandung berbasis sengon. Oleh karena itu adanya alih fungsi lahan
makna produktif sekaligus makna konservatif karena hutan tanaman sengon, dari sistem non agroforestri menjadi
karakternya mendekati ekosistem hutan alami. Akan tetapi sistem agroforestri akan mempengaruhi keadaan
ketidak-sesuaian teknologi budidaya yang diterapkan justru lingkungan pada umumnya dan keanekaragaman
cenderung mempercepat proses kerusakan lingkungan, makrofauna tanah pada khususnya. Berbagai penelitian
termasuk penurunan keanekaragaman hayati. menunjukkan terjadinya penurunan keanekaragaman hayati
Lahan hutan tanaman sengon (Paraserianthes karena adanya alih fungsi lahan hutan alami menjadi lahan
falcataria (L) Nielsen) berpotensi untuk dimanfaatkan pertanian, perkebunan maupun padang penggembalaan
dalam pengembangan sistem agroforestri. Mulai (Moore and Allen, 1999). Pada kasus pengembangan
pertengahan tahun 2000 hampir seluruh lahan di bawah agroforestri berbasis sengon belum tersedia informasi
tegakan hutan tanaman sengon di kawasan BKPH Pare, mengenai seberapa besar penurunan keanekaragaman
Kabupaten Kediri, Jawa Timur telah dimanfaatkan untuk makrofauna tanah serta perubahan struktur dan fungsinya
budidaya berbagai jenis tanaman pangan. Akan tetapi sebagai akibat adanya perubahan sistem penggunaan lahan.
teknologi budidaya pada sistem agroforestri berbasis Makrofauna tanah memiliki arti penting pada ekosistem
sengon tersebut masih beragam dan kurang tepat. Hendri terestrial. Pada ekosistem pertanian, makarofauna tanah
berperan dalam pemeliharaan sifat fisika, kimia dan biologi
tanah, terutama sebagai dekomposer dan ‘soil engineer’
♥ Alamat
Alamat korespondensi:
korespondensi: sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman
Jl. Ir. Sutami 36A,
Candikuning, Surakarta
Baturiti, 57126
Tabanan, Bali 82191. budidaya. Selain itu berbagai jenis makrofauna tanah juga
Tel. & Fax.: +62-271-663375.
+62-368-21273.
e-mail: direkbg@singaraja.wasantara.net.id,
biology@mipa.uns.ac.id
berperan sebagai hama, sedangkan sebagian lainnya
igtirta59@yahoo.com
berperan sebagai predator sehingga erat kaitannya dengan

 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


SUGIYARTO – Makrofauna sebagai bioindikator kesehatan tanah 101

sistem pengendalian hayati (Killham, 1994). Beberapa dan kuantifikasi di laboratorium (Anderson and Ingram,
penelitian menunjukkan bahwa tanah-tanah terdegradasi 1993). Identifikasi dilakukan dengan mencocokkkan
pada umumnya menunjukkan penurunan keanekaragaman dengan specimen awetan serta kunci identifikasi dalam
dan biomassa makrofauna tanah (Giller et al., 1997). literatur (Chu, 1992; Borror et al., 1992; Dindal, 1990;
Akibat lain penurunan keanekaragaman makrofauna tanah Elzingga, 1978)
adalah terjadinya perubahan keseimbangan komunitas Sebagian faktor lingkungan diamati langsung di
sehingga dapat menimbulkan dominansi spesies-spesies lapangan, yaitu: suhu tanah dan pH tanah, masing-masing
tertentu yang umumnya berpotensi sebagai hama tanaman pada kedalaman 0-10 cm. Faktor lingkungan lainnya, yaitu
(Fragoso et al., 1997; Baker, 1998). Oleh karena itu pe- kandungan air, C-organik, N-total, P-total dan K-total tanah
nurunan keanekaragaman makrofauna tanah diduga dapat dianalisis di laboratorium dengan cara mengambil 200
dijadikan bioindikator kesehatan tanah yang menggambar- gram komposit tanah galian (30 cm). Adapun metode
kan daya dukung subsistem tanah dalam menunjang analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: gravimetri
pertumbuhan tanaman atau fungsi produktif lainnya. (kandungan air tanah), Walkey-Black (kandungan C-
Tujuan penelitian ini adalah: (i) mendiskripsikan organik tanah), mikro-Kjedahl (N-total), ekstrak asam
struktur dan komposisi makrofauna tanah pada berbagai sulfat pekat (P-total dan K-total tanah) (Cox, 1972;
sistem penggunaan lahan di bawah tegakan HTI sengon, Anderson and Ingram, 1993).
(ii) mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan fisika-kimia
tanah yang terkait erat dengan struktur dan komposisi Analisis data
makrofauna tanah. Struktur dan komposisi makrofauna tanah dinyatakan
dengan nilai indeks diversitas Simpson yang dimodifikasi
(Sugiyarto et al., 2003) dengan rumus sebagai berikut:
BAHAN DAN METODE
ID = (1 - ∑pi2).(qi)
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai April sampai dengan ID: indeks diversitas makrofauna tanah.
September 2003. Lokasi penelitian di kawasan hutan Pi : proporsi makrofauna tanah ke-i di dalam
tanaman sengon di RPH Jatirejo, BKPH Pare, KPH Kediri, komunitasnya.
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Identifikasi dan qi : rasio jumlah spesies makrofauna tanah pada satu
kuantifikasi spesimen makrofauna tanah serta analisis stasiun pengamatan ke-i dengan total spesies makrofauna
beberapa variabel faktor fisika-kimia lingkungan dilakukan tanah pada seluruh stasiun pengamatan.
di Laboratorium Pusat MIPA dan Laboratorium Tanah, Untuk membandingkan struktur dan komposisi
Fakultas Pertanian UNS Surakarta. komunitas makrofauna tanah pada berbagai umur dan jenis
vegetasi bawahnya dihitung nilai indeks similaritas Jaccard
Alat dan bahan dengan rumus sebagai berikut:
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara
lain: cangkul, bak penampung/ember plastik, alat IS = j / (a + b)-J
perangkap Barber, pinset, botol koleksi, mikroskop,
thermometer, pH-meter, timbangan analitis, timbangan IS : indeks similaritas/kesamaan Jaccard
portable, oven, apparatus analisis kandungan unsur C, N, P J : jumlah spesies yang ditemukan pada stasiun
dan K tanah. Bahan-bahan yang diperlukan meliputi: pengamatan a dan b.
alkohol 70%, formalin 4%, larutan sabun, label, minyak a : jumlah spesies makrofauna tanah yang ditemukan
imersi, kemikalia untuk analisis unsur C, N, P dan K tanah. pada stasiun a.
b : jumlah spesies makrofauna tanah yang ditemukan
Cara kerja pada stasiun b.
Pengamatan dilakukan pada 9 stasiun pengamatan, Untuk mengetahui hubungan antara indeks diversitas
yaitu pada tegakan hutan tanaman sengon umur 3, 5 dan 7 makrofauna dalam tanah (IDT) dan permukaan tanah (IPT)
tahun, masing-masing dengan vegetasi bawah berupa: dengan berbagai variabel faktor lingkungan dilakukan
semak belukar, papaya/nanas dan rumput gajah. Pada analisis korelasi sederhana.
masing-masing stasiun pengamatan tersebut ditentukan 3
titik sampling secara acak dan dilakukan penangkapan
makrofauna tanah dan pengukuran berbagai variabel faktor HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan (Cox, 1972).
Sampel makrofauna tanah diambil dengan dua metode, Struktur dan komposisi makrofauna tanah
yaitu: metode pengambilan langsung dengan tangan (‘hand Hasil pengamatan dan penghitungan nilai indeks
sorting’) dengan volume tanah (30 x 30 x 30) cm3 untuk diversitas makrofauna tanah pada berbagai umur tegakan
makrofauna dalam tanah dan metode perangkap jebak (‘pit- dan jenis vegetasi bawah pada lahan pertanaman sengon
fall trap’) dengan lama penangkapan selama 24 jam untuk disajikan pada Tabel 1. Selain dipengaruhi oleh jenis
makrofauna permukaan tanah. Hasil koleksi makrofauna vegetasi bawahnya, nampak bahwa diversitas makrofauna
tanah diawetkan pada formalin 4% kemudian dipindahkan tanah dipengaruhi oleh umur tegakan sengonnnya. Untuk
ke alkohol 70% untuk selanjutnya dilakukan identifikasi nilai rata-rata indeks diversitas makrofauna dalam tanah
102 B i o S M A R T Vol. 7, No. 2, Oktober 2005, hal. 100-103

nilai tertinggi ditunjukkan pada umur tegakan 7 tahun fungsi vegetasi bawah sebagai penutup tanah dan tempat
(0,38), kemudian diikuti umur 3 tahun (0,21) dan 5 tahun perlindungan bagi biota tanah. Penanaman tanaman pepaya
(0,13). Untuk makrofauna permukaan tanah, nampak di bawah tegakan sengon menyebabkan tanah terbuka serta
bahwa semakin bertambah umur tegakan sengon maka sedikit sumbangan bahan organik ke dalam tanah sehingga
semakin tinggi nilai rata-rata indeks diversitasnya, yaitu: menyebabkan tekanan terhadap kehidupan di dalam tanah.
0,21 (3 tahun), 0,27 (5 tahun) dan 0,39 (7 tahun). Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa
Berdasarkan jenis vegetasi bawahnya nampak bahwa untuk kehidupan makrofauna tanah dipengaruhi oleh karakter
makrofauna dalam tanah, nilai rata-rata indeks diversitas vegetasi bawahnya (Maftu’ah et al, 2002; Sugiyarto, 2002;
tertinggi terjadi pada jenis rumput gajah (0,32), kemudian Sugiyarto et al., 2003) dan diversitas tanaman penutup
diikuti pepaya (0,25) dan semak belukar (0,16); sedangkan tanah (Sari et al., 2003; Mukti, 2003; Purwanti, 2003).
untuk makrofauna permukaan tanah, nilai rata-rata indeks Peningkatan intensitas pengolahan tanah juga berpengaruh
diversitas tertinggi terjadi pada jenis semak belukar (0,33), buruk terhadap diversitas biota tanah (Makalew, 2001).
kemudian diikuti rumput gajah (0,32) dan pepaya (0,24). Dilihat dari jenis-jenis makrofauna tanah yang
Tingginya diversitas makrofauna tanah pada umur dominan, nampak bahwa Reticulitermes sp. (rayap) dan
tegakan sengon 7 tahun diduga disebabkan oleh semakin Phyllophaga sp. (lundi putih) merupakan makrofauna
tingginya stabilitas kondisi ekosistem yang ada karena dalam tanah yang paling dominan. Kedua jenis makrofauna
ditunjang oleh semakin besarnya tingkat naungan kanopi tanah tersebut merupakan jenis-jenis serangga hama
tegakan sengon. Sebaliknya, pada umur tegakan 5 tahun potensial. Dengan demikian pemanfaatan lahan di bawah
diversitas makrofauna tanah, terutama kelompok tegakan HTI sengon rawan terhadap serangan hama.
makrofauna dalam tanah, adalah rendah. Hal ini diduga Seperti halnya dilaporkan oleh Sugiyarto (2002) dan
terkait dengan ketersediaan bahan organik yang rendah Sugiyarto et al. (2003) bahwa perubahan hutan alami
serta gangguan pengelolaan tegakan, dimana pada umur menjadi lahan hutan tanaman sengon sistem non-
tegakan 5 tahun terjadi proses penjarangan tegakan sengon. agroforestri maupun agroforestri cenderung meningkatkan
Keberadaan tanaman pepaya pada sistem agroforestri dominasi jenis-jenis makrofauna tanah yang berpotensi
berbasis hutan tanaman sengon ternyata berpengaruh buruk sebagai hama tanaman.
terhadap diversitas makrofauna tanah. Sebaliknya, jenis Untuk kelompok makrofauna permukaan tanah, semut
tanaman rumput gajah memberikan pengaruh yang baik Lopbopelta ocellifera dan Odontomachus sp. nampak
terhadap diversitas makrofauna tanah, terutama mendominasi. Kedua jenis serangga ini berpotensi sebagai
makrofauna dalam tanah. Hal ini diduga terkait dengan predator maupun dekomposer bahan organik sehingga
Tabel 1. Indeks diversitas makrofauna dalam tanah (IDT) dan permukaan tanah (IPT)
bermanfaat dalam pengendalian hayati
serta spesies dominan pada berbagai umur tegakan dan jenis vegetasi bawah pada lahan hama dan penyakit serta meningkatkan
pertanaman sengon. kesuburan tanah melalui sumbangan
nutrien sebagai hasil proses
Stasiun pengamatan IDT Spesies dominan IPT Spesies dominan dekomposisi.
1. 3 tahun, semak belukar 0,11 Reticulitermes sp. 0,28 Lobopelta ocellifera
3 tahun, papaya + nanas 0,18 Phyllophaga sp. 0,18 Odontomachus sp.
Analisis perbandingan komunitas
3 tahun, rumput gajah 0,35 Phyllophaga sp. 0,26 Odontomachus sp.
Rata-rata 0,21 0,24 makrofauna tanah
2. 5 tahun, semak belukar 0,11 Phyllophaga sp. 0,30 Odontomachus sp. Hasil perhitungan nilai indeks
5 tahun, papaya 0,11 Reticulitermes sp. 0,16 Odontomachus sp. similaritas Jaccard disajikan pada Tabel
5 tahun, rumput gajah 0,18 Phyllophaga sp. 0,34 Odontomachus sp. 2. Secara umum dapat dilihat bahwa
Rata-rata 0,13 0,27 nilai rata-rata indeks similaritas untuk
3. 7 tahun, semak belukar 0,26 Reticulitermes sp. 0,41 Lobopelta ocellifera kelompok makrofauna permukaan
7 tahun, papaya 0,45 Blatta orientialis 0,38 Lobopelta ocellifera
7 tahun, rumput gajah 0,44 Reticulitermes sp. 0,37 Lobopelta ocellifera tanah (0,413) lebih tinggi dibanding
Rata-rata 0,38 0,39 makrofauna dalam tanah (0,283). Hal
ini menunjukkan bahwa pada lahan
hutan tanaman sengon jika dibanding
Tabel 2. Indeks similaritas Jaccard komunitas makrofauna tanah pada berbagai umur dengan kelompok makrofauna
dan jenis vegetasi bawah pada lahan hutan tanaman industri sengon. permukaan tanah, kelompok
makrofauna dalam tanah lebih
Rata-rata indeks similaritas makrofauna permukaan tanah: 0,413
3 sb 3 ppn 3 rg 5 sb 5 pp 5 rg 7 sb 7 pp 7 rg
terpengaruh oleh perbedaan umur
3 sb 0,28 0,43 0,45 0,25 0,35 0,56 0,42 0,48 tegakan dan jenis vegetasi bawah.
3 ppn 0,23 0,33 0,32 0,60 0,54 0,23 0,38 0,46 Dengan demikian jika dibandingkan
3 rg 0,25 0,30 0,42 0,43 0,26 0,36 0,38 0,35 dengan kelompok makrofauna
5 sb 0,30 0,24 0,34 0,53 0,65 0,33 0,30 0,33 permukaan tanah, maka komunitas
5 pp 0,22 0,38 0,26 0,23 0,54 0,24 0,38 0,58 makrofauna dalam tanah lebih cocok
5 rg 0,25 0,27 0,25 0,35 0,42 0,34 0,38 0,44
7 sb 0,38 0,22 0,30 0,38 0,24 0,33 0,44 0,64
untuk digunakan sebagai bioindikator
7 pp 0,21 0,29 0,42 0,20 0,21 0,25 0,25 0,47 perubahan lingkungan. Sugiyarto
7 rg 0,23 0,25 0,33 0,26 0,22 0,26 0,40 0,28 (2002) dan Sugiyarto et al. (2003)
Rata-rata indeks similaritas makrofauna dalam tanah: 0,283 mengemukakan hasil yang sama dan
Keterangan: Sb: vegetasi bawah semak belukar (sistem non-agroforestri). Pp: vegetasi menjelaskan bahwa rendahnya indeks
bawah pepaya (sistem agroforestri). Ppn: vegetasi bawah papaya dan nanas (sistem
agroforestri). Rg: vegetasi bawah rumput gajah (sistem agroforestri).
SUGIYARTO – Makrofauna sebagai bioindikator kesehatan tanah 103

similaritas makrofauna dalam tanah terutama disebabkan KESIMPULAN


oleh mobilitasnya yang rendah, sehingga dengan adanya
Diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh umur
perubahan lingkungan cenderung ditanggapi dengan
tegakan sengon dan jenis vegetasi bawahnya; indeks
kematian atau pembatasan laju reproduksinya. Sebaliknya
diversitas tertinggi terjadi pada umur 7 tahun, kemudian
makrofauna permukaan tanah dapat merespon perubahan
diikuti umur 3 dan 5 tahun, jenis vegetasi bawah pepaya
lingkungan dengan cara bermigrasi ke tempat lain.
cenderung menurunkan diversitas makrofauna tanah.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kemelimpahan
Makrofauna dalam tanah berpotensi sebagai bioindikator
rayap berpotensi sebagai bioindikator N-total dan
kesehatan tanah yang lebih baik jika dibanding makrofauna
kelembapan tanah (Maftuah et al., 2002). Kumbang
permukaan tanah. Nilai indeks diversitas makrofauna
gunting Staphylinidae dan laba-laba Lyniphiidae dapat
dalam tanah berpotensi sebagai bioindikator kandungan C-
digunakan sebagai sebagai bioindikator pencemaran sulfur,
organik dan P-total tanah.
tetapi cacing tanah (Lumbricidae) tetap merupakan
bioindikator paling sensitif (Carcamo et al., 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan faktor fingkungan dengan diversitas Anderson, J.M. and J.S.I. Ingram. 1993. Tropical Soil Biology and
makrofauna tanah Fertility: a Handbook of Methods. Wallingford: CAB International.
Hasil analisis korelasi antara nilai indeks diversitas Baker, G.H. 1998. Recognising and responding to the influences of
agriculture and other land-use practices on soil fauna in Australia.
makrofauna tanah dengan berbagai variabel faktor Applied Soil Ecology 9: 303-310
lingkungan disajikan pada Tabel 3. Hanya variabel Borror, D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Penerjemah: Partosoedjono, S. dan M.D.
kandungan C-organik dan P-total tanah yang berkorelasi Brotowidjojo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
nyata dengan nilai indeks diversitas makrofauna dalam Carcamo, H.A., D. Parkinson and J.W.A. Volney. 1998. Effects of sulphur
tanah, masing-masing dengan nilai koefisien korelasi (- contamination on macroinvertebrates in Canadian pine forests.
Applied Soil Ecology 9: 459-464.
0,69) dan (0,67). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Chu, H.F. 1992. How to Know The Immature Insects. Dubuque: WMC
indeks diversitas makrofauna dalam tanah berpotensi untuk Brown Communications, Inc.
digunakan sebagai bioindikator kandungan C-organik tanah Cox, G.W. 1972. Laboratory Mannual of General Ecology. Iowa: WMC
Brown Company Publishers.
dan P-total tanah. de Foresta, H., A. Kusworo, G. Michon, dan W.A. Djatmiko. 2000. Ketika
Kebun Berupa Hutan: Agroforest Khas Indonesia, Sebuah
Tabel 3. Nilai koefisien korelasi antara indeks diversitas Sumbangan Masyarakat. Bogor: ICRAF.
Dindal, D.L. (Ed.) 1990. Soil Biology Guide. New York: John Wiley & Sons.
makrofauna dalam tanah (IDT) dan makrofauna permukaan tanah Elzinga, R.J. 1978. Fundamentals of Entomology. New Delhi: Prentice
(IPT) dengan berbagai variabel faktor lingkungan. Hall of India.
Fragoso, C., G.G. Brown, J.C. Patron, E. Blanchart, P. Lavelle, B.
Pashanasi, B. Senopati, and T. Kumar. 1997. Agricultural
Variabel faktor lingkungan IDT IPT intensification, soil biodiversity and agroecosystem function in the
tropics: the role of earthworms. Applied Soil Ecology 6: 17-35.
1. pH tanah -0,59 -0,49 Giller, K.E., M.H. Beare, P. Lavelle, A.M.N. Izac, and M.J. Swift. 1997.
2. Kandungan air tanah (%) -0,47 -0,47 Agricultural intensification, soil biodiversity and agroecosystem
3. Kandungan C-organik tanah (%) -0,69* -0,36 function. Applid Soil Ecology 6: 3-16.
4. Kandungan N-total tanah (%) 0,53 0,48 Hairiah, K., S.R. Utami, D. Suprayogo, Widianto, S.M. Sitompul,
Sunaryo, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk, and G. Cadish.
5. Kandungan P-total tanah (%) 0,67* -0,73* 2000. Agroforestry on Acid Soils in The Humid Tropics: Managing
6. Kandungan K-total tanah (%) 0,42 -0,82* Tree-Soil-Crop Interactions. Bogor: ICRAF.
7. Rasio C/N tanah 0,51 0,84* Hendri, J.S. 2001. Perbandingan Pengelolaan Hutan Sengon Rakyat
Keterangan: *) signifikan pada taraf uji 0,05. Sapuran dan Hutan Sengon Perhutani Pare Kediri (Studi Kasus di
Sapuran dan Pare Kediri). [Tesis]. Yogyakarta: PPS UGM.
Killham, K. 1994. Soil Ecology. London: Cambridge University.
Maftua’ah et al. (2002) juga telah melaporkan adanya Maftu’ah, E., E. Arisoesiloningsih dan E. Handayanto. 2002. Studi potensi
diversitas makrofauna sebagai bioindikator kualitas tanah pada
berbagai variabel struktur dan komposisi makrofauna tanah beberapa penggunaan lahan. Biosain 2: 34-47.
yang berpotensi untuk digunakan sebagai bioindikator Makalew, A.D.N. 2001. Keanekaragaman Biota Tanah pada
kesehatan tanah, antara lain: kemelimpahan rayap, semut, Agroekosistem Tanpa Olah Tanah.
http./www.hayati.ipbcom/users/rudyct/indiv 2001/afra-dnm.htm.
millipida dan biomassa cacing tanah. Hasil penelitian ini Moore, S.E. and H.L. Allen. 1999. Plantation Forestry, In Hunther, Jr.
sedikit menunjukkan perbedaan dengan hasil penelitian M.L. Maintaining Biodiversity in Forest Ecosystems. Cambridge:
Sugiyarto (2002) dan Sugiyarto et al. (2003) yang Cambridge University.
Mukti, C. 2003. Keanekaragaman Makrofauna dan Mesofauna Tanah
menyatakan bahwa eksistensi makroinvertebrata tanah, pada Berbagai Jenis Tanaman Sela di Bawah Tegakan Sengon RPH
selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik, terutama Jatirejo, Kediri. [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Purwanti. 2003. Diversitas Makrofauna Tanah pada Berbagai Jenis dan
vegetasi penutup tanah, juga dipengaruhi oleh kondisi Kombinasi Tanaman Sela di Bawah Tegakan Sengon
faktor lingkungan abiotik, dimana keanekaragaman (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di RPH Jatirejo, Kediri.
makroinvertebrata permukaan dan dalam tanah meningkat [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Biologi, FMIPA UNS
Sari, S.G., E.A. Soesiloningsih dan A.S. Leksono. 2003. Peningkatan
dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah, diversitas fauna tanah kritis berkapur di lahan jagung melalui sistem
kandungan air tanah, dan kelembapan relatif udara serta tumpangsari DAS Brantas Kabupaten Malang. Prosiding Lokakarya
Nassional Pertanian Organik, Malang 7-9 Oktober 2002.
menurunnya penetrasi cahaya, suhu udara dan tanah. Sugiyarto. 2002. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai umur
tegakan sengon di RPH Jatirejo, Kabupaten Kediri. Biodiversitas 1
(2): 47-53.
Sugiyarto, Y. Sugito, E. Handayanto, dan L. Agustina. 2003. Pengaruh
sistem penggunaan lahan hutan terhadap diversitas makroinvertebrata
tanah di RPH Jatirejo, Kediri, Jawa Timur. BioSMART 4(2): 66-69.

You might also like