You are on page 1of 20

TUGAS ASKEB IBU IV

SYOK OBSTETRI DAN PERDARAHAN KALA 4 PRIMER


DOSEN PEMBIMBING: NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T

Oleh: FITRI MASRUROH MARIA ULFA SAFITRI AYU

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS TULUNGAGUNG 2013


KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas petunjuk dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah SYOK OBSTETRI DAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER, dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Tugas ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan kami sebagai mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami tentang mata kuliah ini. Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata kuliah ini. Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Tentunya dalam penyusunan tugas ini kami belumlah cukup sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan masa depan. Semoga segala ikhtiyar kita diridhoi Allah SWT, Amin.

Tulungagung,

Februari 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman Cover............................................................................................ i Kata Pengantar............................................................................................. ii Daftar Isi...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................. 1

BAB II

PEMBAHASAN A..........................................................................................Perdara han Post Partum Primer....................................................... 2 B..........................................................................................Syok Obstetri................................................................................ 4

BAB III

PENUTUP
A.............................................................................Kesimp

ulan...................................................................................... 16
B.............................................................................Saran

16 Daftar Pustaka.............................................................................................. 17

iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif. Yang dimaksud perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menajdi :
1. Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan 500 cc pada 24 jam

pertama setelah persalinan.


2. Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan 500 cc setelah 24

jam persalinan. Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab pentingnya kematian ibu dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan (perdarahan pasca persalinan, placenta pravia, sulusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri). Bila perdarahan pasca persalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakan yang dimaksud perdarahan postpartum primer dan bagaimana penatalaksanaannya? 2. Apakan yang dimaksud syok obstetric dan bagaimana penatalaksanaannya? C. TUJUAN 1. Menjelaskan perdarahan postpartum primer 2. Menjelaskan syok obstetric

BAB II PEMBAHASAN A. PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER Perdarahan Pasca Persalinan Yang dimaksud perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menajdi : 1) 2) Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan 500 cc pada Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan 500 cc 24 jam pertama setelah persalinan. setelah 24 jam persalinan. Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab pentingnya kematian ibu dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan (perdarahan pasca persalinan, placenta pravia, sulusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri). Bila perdarahan pasca persalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak. Faktor predisposisi dan etiologi perdarahan pasca persalinan, yaitu : 1. Trauma fratetes benitalis episiotomi yang luas, laserasi jalan lahir, dan ruptur uteri. 2. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta. a. Perdarahan atonis Anestesi umum Overdistensi uterus, seperti kehamilan kembar, hidranilon atau anak besar. Partus lama Partus presipitatus Paritas tinggi Infeksi korion

b. Retensi plasenta Kotiledon tertinggal Plasenta akreta, inkreta, dan perkerta. c. Gangguan koa gulopati Gejala-gejala 1. Perdarahan pervaginam 2. Konsistensi rahim lunak 3. Fundus uteri naik 4. Tanda-tanda syok Pragnosis Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharusnya tidak meninggal akibat perdarahannya, sekalipun untuk mengatasinya perlu dilakukan histerektomi. Terapy v Perdarahan dalam kala IV Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera suntikkan 0,2 mg ergonovin atau metil ergovin intrakuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah dengan suntikan metil ergovin lagi, tetapi sekarang intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500 cc glukosa, selama tindakan ini masase diteruskan. Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual secara hamilton, yaitu satu tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini dijadikan tinju dengan rotasi merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dinding perut diatas fundus hingga dapat merangsang dinding belakang rahim.

B. SYOK OBSTETRI Pengertian Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif. Pembagian syok 1) Syok hipovolemik (terbanyak) a. b. 2) 3) 4) 5) 6) a. a. a. a. a. Perdarahan Dehidrasi Infeksi Kegagalan jantung Reaksi alergi Ransangan yang hebat pada syaraf Hambatan aliran darah kepala jantung

Syok Septik Syok kardiogenik Syok anafilaktik Syok neurogenik Syok obstruktif

Dalam praktek kebidanan syok yang terbanyak ditemui adalah syok karena perdarahan dan syok septik. Tingkat dan gambaran klinik sindroma syok Dari sudut klinis, sehubungan dengan ringan atau beratnya syok dapat dibagi dalam : 1) Syok yang reversibel atau primer 2) Syok yang tidak reversibel atau sekunder Syok hemoragik reversibel dibagi dalam dua stadium, yaitu: 1) Syok reversibel dini (early reversible shock), yang masih dapat dikompensasikan

2) Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi. Pada syok reversibel dini syok masih dalam stadium kompensasi. Tekanan darah sistolik relatif normal, belum menurun. Terjadi vasokonstriksi pada pembuluh- pembuluh darah tepi, dengan akibat tekanan diastolik agak meningkat dan tekan nadi (pulse pressure) menurun. Nadi menjadi lebih cepat dari normal, kulit terasa hangat. Penderita sering terlihat gelisah, ketakutan dan merasa kedinginan. Dalam tingkat dini ini syok masih mudah diatasi dengan perawatan yang tepat dan cepat antara lain dengan pemberian cairan elektrolit melalui infus intravena. Dalam syok reversibel yang lanjut, syok berada dalam stadium dekompensasi. Tekanan darah menurun, timbul hipotensi dan nadi menjadi cepat. Penderita mengeluarkan banyak keringat dan kulitnya teraba dingin. Suhunya mulai menurun. Dalam tingkat stadium dekompensasi yang masih dini, syok masih dapat diatasi dengan pemberian cairan elektrolit melalui infus yang adekuat. Dalam stadium dekompensasi yang sudah lanjut, keadaan penderita makin memburuk. Tekanan darah terus menurun, nadi makin cepat dan kecil, suhu makin menurun. Penderita menjadi pucat, bibir kebiru-biruan dan mata cekung. Diuresis menjadi kurang dan mulai timbul tanda-tanda terganggunya fungsi alat-alat vital. Dalam perkembangan selanjutnya syok reversibel dalam stadium dekompensi menjadi syok yang tidak reversibel. Dalam tingkat ini tekanan darah terus menurun sehingga hampir tidak terukur lagi, nadi sangat cepat dan kecil sehingga hampir teraba, pernapasan menjadi cepat dan pendek, keadaan badan menjadi lebih dingin dan kesadaran terganggu. Mulai terdapat tandatanda gangguan fungsi alat-alat vital. Dalam keadaan syok yang tidak reversibel penderita tidak tertolong lagi. Syok septik reversibel dibagi dalam : 1) Syok reversibel stadium hipotensi hangat (warrn hypotensive phase) 2) Syok reversibel stadium hipotensi dingin (cold hypotensive phase).

Pembagian dalam stadium ini dapat dipergunakan sebagai petunjuk dalam menentukan cara perawatan penderita. 1) Dalam stadium warm hypotensive phase, penderita menunjukkan hipotensi. Suhu badan meningkat sampai 40 C. Naiknya suhu badan sering disertai dengan menggigil. Tidak jarang penderita mengeluarkan banyak keringat, kulit teraba hangat. Nadi agak cepat, tekanan nadi dan diuresis masih cukup. Penderita biasanya dalam keadaan gelisah. Warm hypotensive phase merupakan syok septik dalam keadaan dini. 2) Dalam stadium cold hypotensive Phase, penderita menunjukkan hipotensi disertai dengan suhu badan yang di bawah normal. Penderita terlihat pucat, kulit teraba dingin dan Iembab. Nadi menjadi cepat dan terjadi oliguria. Cold hypotensive phase ini merupakan syok septik dalam keadaan lebih lanjut. Dalam stadium ini terdapat trias yang khas : a. Hipotensi b. Takikardi c. Oliguria. Dalam syok septik yang tidak reversibel terjadi asidosis metabolik berat karena pada hipoksia selular dan metabolisme anaerob yang berlangsung terus dalam darah ditemukan penumpukan asidum laktikum. Dalam stadium ini mulai timbul gangguan-gangguan fungsi alat-alat vital, seperti paru-paru, ginjal, susunan saraf sentral dan sebagainya. Gambaran Klinis Syok septik Suhu Nadi tensi Status mental Kulit Keluaran urin Laktat darah pH darah Curah jantung Frekuensi pernafasan Fase Awal 101-105 cepat menurun Waspada,khawatir Merah,hangat Normal atau meningkat Meningkat Menurun Normal atau meningkat Meningkat Fase Lanjut subfebril cepat Menurun Kelam pikiran Pucat,dingin,lembab Menurun Meningkat Menurun Menurun Meningkat

SYOK DALAM KEBIDANAN Predisposisi Preadisposisi terhadap timbulnya syok, seperti antara lain peningkatan curah jantung dan perubahan mekanisme pembekuan darah. Ada keadaan-keadaan patologik waktu kehamilan atau persalinan yang memberi pradisposisi terhadap timbulnya syok, seperti anemi, gangguan gizi, partus lama disertai dehidrasi dan asidosis dan sebagainya. Syok pada waktu kehamilan mengakibatkan syok pula pada janin yang berada dalam kandungan. Etiologi : Peristiwa-peristiwa yang dalam praktek kebidanan dapat menimbulkan syok adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Perdarahan Infeksi berat Solusio plasenta Perlukaan dalam persalinan Inversio uteri Emboli air ketuban Gabungan dua atau lebih faktor tersebut di atas Selain peristiwa-peristiwa tersebut di atas, ada kalanya wanita hamil lanjut menunjukkan hipotensi sewaktu tidur terlentang peristiwa yang dinamakan supine hypotensive syndrome. Tanda dan Gejala Diagnosis syok jika terdapat tanda dan gejala: Nadi cepat dan lemah (110 kali/menit atau lebih) Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90mmHg) Tanda dan gejala lain: Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam,telapak tangan atau sekitar mulut) Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab Pernafasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)

Gelisah,bingung atau hilangnya kesadaran Uri yang sedikit (kurang dari 30 ml/jam) PERDARAHAN Peristiwa-peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan perdarahan sehingga menimbulkan syok adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Abortus Kehamilan ektopik yang terganggu Mola hidatidosa Gangguan pelepasan plasenta Atonia uteri post partum Plasenta previa Ruptur dari rahim dan sebagainya.

Infeksi berat/sepsis Infeksi berat sebagai penyebab syok masih banyak dijumpai dalam praktek kebidanan. Syok karena infeksi berat dinamakan syok septik (septicaemic shock) atau syok endotoksik (endotoxic shock). Syok endotoksik terutama dijumpai pada infeksi berat dengan kuman gram negatif, seperti Escherichia coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsielia dan lain-lain. Diperkirakan bahwa endotoksin yang menimbulkan syok adalah suatu kompleks lipopolysaccharide, protein berasal dari desintegrasi dinding bakteri-bakteri gram negatif yang berada dalam peredaran darah dalam jumlah yang besar. Peristiwa-peristiwa infeksi yang dapat menimbulkan syok septik adalah : 1. Abortus infeksiosus, terutama abortus kriminalis 2. Febris puerperalis yang berat 3. Pielonefritis. Solusio plasenta. Pada solusio plasenta yang berat, selain timbulnya perdarahan banyak akibat pelepasan uri, terdapat juga pembebasan banyak tromboplastin dari desidua dan korion pada tempat terjadinya solusio plasenta, yang mengakibatkan

terjadinya

pembekuan

intravaskular

merata

(disseminated

intravascular

coagulation = DIC) yang disertai dengan fibrinolisis. Sehubungan dengan itu tidak jarang untuk DIC dipergunakan pula istilah intravacular coagulation fibrinolysis = ICF. Segala sesuatu menyebabkan gangguan pembekuan darah karena timbul kekurangan berbagai faktor pembekuan darah, di antaranya kekurangan fibrinogen hingga terjadi hipofibrinogenemia. Secara klinis gangguan pembekuan darah (coagulopathy) sudah dikenal dengan tes masa pembekuan darah (clot observation test). Pada solusio plasenta yang berat, kehilangan darah dan gangguan pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia memerlukan transfusi darah segar dalam jumlah yang banyak. Dipergunakan darah segar untuk mencukupi kekurangan faktor-faktor koagulasi, terutama kekurangan fibrinogen. Perlukaan. Perlukaan dalam persalinan seperti robek rahim, menimbulkan syok sebagai akibat trauma dan juga karena perdarahan banyak yang terjadi. Inversio uteri. Inversio uteri pada waktu persalinan biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam pemberian pertolongan pada kala uri. Kejadian inversio uteri sering disertai dengan syok. Perdarahan dapat merupakan faktor penyebab dari syok tersebut,. tetapi tanpa perdarahan syok dapat terjadi karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infundibulo-pelvikum, serta ligamen rotundum, pada saat terjadinya inversio uteri. Syok dalam hal ini lebih banyak bersifat neurogen. Emboli air ketuban. Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian. Dengan mendadak penderita menjadi gelisah, sesak napas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban terjadi pada his yang kuat dengan ketuban yang biasanya sudah pecah, Karena his kuat, air ketuban dengan mekonium, rambut lanugo dan verniks kaseosa masuk ke

dalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru. Pada syok karena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalam pembekuan darah. Supine hypotensive syndrome. Seorang wanita hamil tua pada waktu tidur terlentang ada kalanya jatuh dalam keadaan hipotensi. Ia merasa sesak napas, menjadi pucat dan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini dibiarkan nadi menjadi cepat, kecil dan penderita bisa menjadi tidak sadar. Hipotensi yang terjadi pada waktu hamil tua ini disebabkan oleh adanya tekanan pada vena kava inferior oleh rahim, sehingga pengaliran darah kembali ke jantung terganggu dan menjadi sangat berkurang. Kemungkinan terjadinya supine hypotensive syndrome lebih banyak pada 1) 2) Kehamilan kembar Hidramnion pada kehamilan trimester terakhir. Dengan mempersilakan penderita tidur miring, uterus tidak lagi akan menekan pada vena kaya inferior, pengaliran darah kembali ke jantung tidak lagi terlambat dan tekanan darah akan kembali pada keadaan semula. Penanganan syok Prinsip Umum: 1. bantuan kardiorespiratoris 2. volume darah sirkulasi yang efektif 3. keseimbangan asam basa dan elektrolit normal 4. terapi definitif diarahkan kepada penyakit dasarnya

10

HEMORAGIK

SEPTIK

KARDIOGENIK

pertahankan pernafasan pertahankan volume sirkulasi efektif dan perfusi jaringan

Control perdarahan

Control infeksi

Pertahankan fungsi jantung

Ganti volume yang hilang

Penanganan syok hemoragik Pada syok hemoragik tindakan yang esensial adalah : 1) 2) Menghentikan perdarahan Mengganti kehilangan darah

Setelah diketahui adanya syok hemoragik, penderita dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam posisi terlentang biasa dengan kaki sedikit tinggi (30 derajat). Dijaga jangan sampai penderita kedinginan badannya. Setelah jalan napas terjamin, untuk meningkatkan oksigenasi dapat diberikan oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan napas. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok:

11

Ambil langkah-langkah berurutan untuk menghentikan perdarahan (seperti oksitosin,masase Transfusi uterus,kompresi bimanual,kompresi aorta,persiapan untuk tindakan pembedahan) sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok karena perdarahan,transfusi darah dibutuhkan jika Hb <8 g%. Biasanya darah yang diberikan adalah darah segar yang baru diambil dari donor darah. Sampai diperoleh persedian darah buat transfusi, pada penderita melalui infus segera diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCI 0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma dan sebagainya awalnya 2 L pada 1 jam pertama. Setelah kehilangan cairan dikoreksi,pemberian cairan infus dipertahankan dalam kecepatan 1L per 6-8 jam Tentukan penyebab perdarahan dan tata laksana: Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan,curigai abortus,kehamilan ektopik atau mola Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tapi sebelum melahirkan curigai plasenta previa,solusio plasenta atau robekan dinding uterus (ruptura uteri) Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan,curigai robekan dinding uterus,atonia uteri,robekan jalan lahir,plasenta yang tertinggal. Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai pedoman pemberian darah. Kadar hematokrit normal adalah 40%, dan pada perdarahan perlu diberi darah sekian banyak, sehingga hematokrit tidak kurang dari 30%. Jika dianggap perlu kepada penderita syok hemoragik diberi cairan bikarbonat natrikus untuk mencegah atau menanggulangi asidosis. Penampilan klinis penderita banyak memberi isyarat mengenal keadaan penderita dan mengenal hasil perawatannya. Nilai ulang keadaan ibu: dlam waktu 20-30 menit setelah pemberian cairan,nilai ulang keadaan ibu tersebut untuk melihat adanya tanda-tanda perbaikan. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan: Tekanan darah mulai naik,sistolik mencapai 100mmHg Denyut jantung stabil

12

Kondisi mental pasien membaik,ekspresi ketakutan berkurang Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100ml/4 jam atau 30ml/jam. Penanganan syok septik Seperti pada tiap syok, pada perawatan syok septik kelancaran ventilasi harus diperhatikan lebih dahulu (02 diberikan dengan masker, jika perlu mempergunakan pipa endotrakeal atau melakukan trakeotomi), serta oksigenasi dengan oksigen 100%. Seterusnya pada penderita diberi cukup cairan, seperti larutan garam 0.9 % ringer laktat, dekstran dan sebagainya melalui infus intravena, dan keadaan diuresis sebagai pedoman. Untuk menghindarkan bikarbonat natrikus. Penderita diberi antibiotika sebelum jenis kuman penyebab infeksi diketahui, diberi antibiotika dengan spektrum yang luas dan dosis yang tinggi secara intravena. Setelah diketahui jenis kuman penyebab dari hasil pembiakan darah, air kencing atau lendir serviks, maka dipilihkan jenis antibiotika yang tepat dan yang tidak bersifat nefrotoksik. Pemberian glukokortikold ternyata besar manfaatnya dalam mengatasi syok septik. Dikemukakan bahwa glukokortikoid mengandung khasiat anti endotoksin, inotropik terhadap jantung dan memperbaiki perfusi ginjal. Glukokortikoid diberikan intravena melalui infus atau melalui suntikan intravena yang diulang setelah beberapa jam tertentu. Dapat diberikan misalnya Dexamethasone 3 mg/kg berat badan atau Metilprednison 30 mg/kg berat badan. Suntikan, jika perlu diulangi 4 jam kemudian. Pengukuran berkala secara serial untuk pH darah, gas dan elektrolit dalam darah perlu dilakukan untuk mengenal adanya gangguan keseimbangan asam basa dan gangguan keseimbangan elektrolit. Apabila ada asidosis, yaitu pH turun di bawah 7,36 penderita perlu diberi larutan bikarbonat natrikus. asidosis metabolik penderita dapat diberi

13

Obat-obat vasoaktif dapat dipergunakan dalam merawat syok septik. Tujuan utama pemberian obat vasoaktif adalah untuk memperbaiki perfusi jaringan, bukan untuk mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Sehubungan dengan itu, penggunaan jenis obat vasoaktif, vasopressor atau vasodilator tergantung pada keadaan penderita. Bila penderita berada dalam keadaan stadium hipotensi yang hangat (warm hypotensive phase), maka karena menghadapi suatu keadaan dengan vasodilatasi dalam sirkulasi mikro, dapat diberi obat vasopressor seperti Aramin. Bila penderita dalam stadium hipotensi dingin, maka karena menghadapi suatu keadaan dengan vasokonstriksi dalam sirkulasi mikro, dapat diberi vasodilatator dalam dosis yang kecil, seperti Klorpromazin secara intravena 5-10 mg. Pada perawatan penderita dengan syok septik pengawasan diuresis sangatlah penting. Pengukuran pengeluaran air kencing sangat berguna unruk menilai keadaan penderita dan hasil pengobatan. Apabila diuresis ditemukan kurang dari 30 ml/jam dan penambahan cairan tidak memperbaiki keadaan dapat diberi Manitol 10 gram sebagai cairan 20% dalam 500 ml cairan garam fisiologik melalui infus. Jika belum ada perbaikan, perlu diberi 25 mg Furosemid secara intravena dan dosis dapat diulangi setiap jam. Apabila dengan demikian masih belum juga ada perbaikan, kemungkinan terjadinya kegagalan fungsi ginial harus dipertimbangkan. Kegagalan fungsi ginjal adalah keadaan yang sangat membahayakan penderita dan memerlukan penanganan yang khusus. Dalam perawatan penderita dengan kegagalan fungsi ginjal perlu diperhatikan beberapa masalah, di antaranya yang penting ialah balans cairan, nutrisi, balans asam basa dan balans elektrolit. Pemberian air dan natrium perlu dibatasi. Cairan infus dibatasi sampal 0,2 ml/kg berat badan untuk setiap jam di atas apa yang dikeluarkan dengan kencing atau dengan jalan lain. Mengenai masalah nutrisi, pemasukan protein harus sebanyak mungkin dikurangi, hendaknya dibatasi pada asam amino yang perlu. Untuk berkurangi metabolisme protein endogen perlu dilakukan pemasukan karbohidrat dalam jumlah yang cukup.

14

Untuk mencegah timbulnya hiperkalemi, pemasukan kalium harus dihentikan. Untuk mengatasi gangguan dalarn elektrolit dan asam basa bila pengobatan tidak cukup berhasil, tindakan dialisis perlu dipertimbangkan. Dalam mengatasi syok septik, penyingkiran sarang infeksi sangatlah penting. Sehubungan itu, tindakan operatif sering perlu dilakukan, seperti tindakan kuret, histerektomi dan sebagainya.

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif. Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab pentingnya kematian ibu dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan (perdarahan pasca persalinan, placenta pravia, sulusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri). Bila perdarahan pasca persalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak. B. Saran Bidan ditutuntut untuk menguasai penanganan syok obstetrik dan perdarahan post partum primer, sehingga dapat memperlancar proses persalinan dan mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.

16

DAFTAR PUSTAKA Manuaba,Ida Bagus Gde.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan& Keluarga Berencana Untuk Pendidiokan Bidan.1998.Jakarta:EGC Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Taber,Ben-Zion,Kapita Selekta Kewdaruratan Obstetri dan Ginekologi.1994. Jakarta:EGC Obstetri Patologi. Universitaas Padjajaran Bandung Obstetri William vol.2

17

You might also like