You are on page 1of 41

BAB I.

KASIFIKASI DAN PERKEMBANGAN JEMBATAN


SUB POKOK BAHASAN : 1.1. Perkembangan Jembatan 1.2. Klasifikasi Struktur Jembatan 1.3. Bagian bagian jembatan 1.4. Istilah pada Jembatan 1. Tujuan Pembelajaran Umum : Mampu mengenal Jenis-jenis jembatan dan mengidentifikasi bagian-bagian struktur dari masing - masing Jenis Jembatan serta dapat merencanakan dan menghitung Bangunan Atas Struktur jembatan, Bangunan Bawah jembatan sesuai dengan kondisi stuktur tanah yang ada. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus : a. Mampu menjelaskan Perkembangan struktur b. Mampu Menjelaskan bentuk-bentuk Struktur Jembatan c. Mengindentifikasi Bagian-bagian Struktur Jembatan d. Mengidentifikasi perbedaan Bagian Struktur atas dan Bawah

1.1. Pengertian dan Perkembangan Jembatan Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan juga termasuk jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang. Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 1

terputus akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas. Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik. Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya yang murah dan konstruksi menjadi mudah. Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan. Sebagai bagian dari transportasi, khususnya transportasi darat, teknologi jembatan berkembang sejalan dengan peradapan manusia. Dan hingga sekarang bidang teknologi jembatan sangat maju. Namun kemajuan yang dialami diawali dengan proses cut and try. Dapat dikatakan bahwa ide teknologi jembatan muncul dari pengalaman kehidupan manusia. Misalnya pengalaman manusia dimana pohon yang tumbang melintasi sungai pada saat banjir, dapat dimamafatkan untuk penyebrangan. Atau contoh alamiah lain yang dapat melahirkan ide jembatan gantung adalah menyebrangnya hewan atau mausia dengan memanfaatkan akar pohon dari satu pohon ke pohon lain. Pengalaman praktis dari kehidupan manusia dalam mengatasi alam, didukung dengan pengetahuan akan ilmu-ilmu gaya, melahirkan teknologi jembatan yang kian hari bertambah maju. Hal ini dapat kita lihat dan jumpai dalam kenyataan sekarang ini, dimana teknologi jembatan sudah sangat maju. Sebagaimana uraian sebelumnya, perkembangan teknologi jembatan diawali dari proses cut and try. Selanjutnya dengan metode empiris, dibuatlah beberapa pikiran intelegensi tentang kekuatan bahan dalam membangun jembatan.

1.1.1 Teknologi Jembatan Zaman Purba Pemikiran-pemikiran zaman purba telah menjadi sumbangan yang sangat berharga bagi teknologi jembatan. Manusia zaman purba menyebrangi sungai dengan memasang tiang-tiang batu
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 2

dan pilar-pilar batu, kayu gelondongan, atau pohon yang tumbang dengan bentang yang sangat pendek. Juga manusia purba menyebrangi sungai dengan memanfatkan cabang-cabang atau akarakar yang bergantungan sebagai jembatan gantung, dengan cara berayun dari satu pohon ke pohon lain. Tipe jembatan zaman purba adalh jembatan balok sederhana, dan digunakan hanya untuk bentangan yang pendek. Namun, pada era ini juga ditemukan tipe jembatan pelengkung, walau bentuk dan meterial konstruksi masih sangat sederhana.

Gambar 1.1 Jembatan Jaman Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.2 Teknologi Jembatan Periode Romawi Kuno Teknologi jembatan pada periode ini, telah membangun jembatan dari kayu, batu dan beton. Untuk jembatan batu dan beton, bentuknya sama seperti pada periode jembatan purba yaitu berbentuk lengkung. Namun periode ini, telah berhasil mengatasi permasalahan yang rumit, seperti
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 3

membuat perhentian konstruksi yang dibangun di atas pilar yang berada di bawah air dan melindunginya dari bahaya banjir.

Gambar 1.2 Jembatan Romawi Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.3 Teknologi Jembatan Zaman Pertengahan Konstruksi jembatan pada periode ini tidak berbeda jauh dari periode Romawi Kuno. Bentuk lengking dan pilar-pilar batu masing sering digunakan sekitar abad ke-12 di Prancis, pilar jembatan dibual dalam bentuk segi tiga pada bagan huludan dikenal dngan is tilah streaminglining dari kayu. Pada periode ini, tiang-tiang pancang telah dipakai untuk mengatasi masalah tanah dasar. Tiang-tiang tersebut dipancang secara berkelompok dengan jarak yang rapat sehingga membentuk satu kasatuan kelompok tiang yang solid. Bagian atas tiang dilapisi tiga lapisan kayu sebagai kepala tiang (pile cap) dan dijepit dengan besi. Kemudian lapisan batu ditempatkan sebagai pangkal jembatan dan dibuat lengkung.

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 4

Gambar 1.3 Jembatan Jaman Pertengahan (Sumber : Google.com)

1.1.4 Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja Era jembatan besi dan baja sejalan dengan adanya revolusi industri. Pada zaman ini jembatan besi dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip bentuk lengkung, terutama untuk jembatan jalan raya. Untuk jembatan jalan rel menggunakan jembatan bentuk pipa.

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 5

1.4. Jembatan Abad Sekarang (Sumber: Google.com)

1.2.

Klasifikasi Jembatan

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 6

Untuk memahami berbagai bentuk struktur jembatan, terlebih dahulu perlu ditinjau tentang klasifikasi jembatan. Klasifikasi jembatan dapat dibagi berdasarkan material super strukturnya, penggunanya, sistem struktur yang digunakan, dan kondisi pendukung. Selain itu juga perlu dipahami desain konseptual jembatan agar dapat menentukan jenis jembatan yang sesuai. A). Klasifikasi material superstruktur Menurut material superstrukturnya jembatan diklasifikasikan atas: 1). Jembatan Bambu, Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua dengan kualitas baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu gombong, bambu tali, dan bambu betung,. Bambu ini memiliki kekuatan, keuletan, dan keawetan yang baik, atau jenis lain dengan persyaratan antara lain : Bambu harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau hijau tua, berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan mengkilat, buku-bukunya tidak boleh pecah. Pelupuh dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus terbuat dari bambu yang terndam dengan baik, tahan lama dan terbuat dari jenis bambu dengan garis tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari kulit bambu. Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis yang tahan lama dengan garis tengah minimum 8 cm.

Gambar 1.5. Jembatan Bambu (Sumber : Google.com)

1). Jembatan Kayu adalah jembatan yang struktur atasnya menggunakan rangka kayu Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat diperbaharui (renewable). Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih banyak pada bidang industri kayu lapis,
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 7

furnitur, dan dapat dikatakan sangat sedikit pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung sebagai konstruksi utama. Pemakaian kayu sebagai bahan jembatan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan dengan alat yang sederhana Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli yang tinggi Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat biaya Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan lingkungan sekitar Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk konstruksi jembatan berat dengan bentang sangat panjang sudah tidak ekonomis lagi. Jadi jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang pendek.

Gambar 1.6. Jembatan Kayu (Sumber : Google.com)

3). Jembatan Beton Penggunaan semen alam untuk konstruksi pertama kali digunakan pada abad ke-19. Perkembangan industri
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 8

semen portland mendominasi sebagai jembatan setelah tahun 1865. Beton massa banyak digunakan untuk jembatan lengkung dan struktur bawah konstruksi jembatan. Pada tahun 1890-an banyak dibangun jembatan beton lengkung, dan semakin meningkat pemakainnya selama awal dekade abad ke-20. Slab dan gelagar jembatan beton bertulang secara luas digunakan untuk bentanganbentangan pendek lama beberapa dekade.

Jembatan beton adalah jembatan yang menggunakan bahan beton bertulang dan beton prategang, Dalam hal ini mutu beton Mutu beton dipengaruhi oleh: Mutu material : pasir, batu Mutu alat : pencampur, pengangkut, Mutu perencanaan campuran Mutu formwork. Mutu proses pengecoran. Mutu pemeliharaan.

Gambar 1.7. menunjukkan jenis bagian beton bertulang yang biasa digunakan pada superstruktur jembatan jalan raya.

Gambar 1.7. Tipikal potongan superstruktur jembatan beton bertulang; (a) solid slab, (b) balok T, dan (c) gelagar kotak Sumber: Chen & Duan, 2000

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 9

a.1. Slab Slab beton bertulang merupakan supersturktur jembatan yang paling ekonomis untuk bentang sekitar 40 ft / 12.2 m. Slab mempunyai detail yang sederhana, formwork standar, rapi, sederhana, dan tampilan menarik. Umumnya bentang berkisar antara 16 -44 ft (4.9 13.4 m) dengan perbandingan ketebalan dan bentang struktur 0.06 untuk bentang sederhana dan 0.045 untuk bentang menerus.

a.2 Balok T ( gelagar dek) Balok T seperti yang terlihat pada Gambar 1.12, ekonomis untuk bentang 40 60 ft (12.2 18.3 m) tetapi untuk jembatan miring memerlukan formwork yang rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur adalah 0.07 untuk bentang sederhana dan 0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada jembatan balok-T tergantung pada lebar jembatan secara keseluruhan, ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1 .5 kali ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6 10 ft ( 1 .8 3.1 m).

a.3. Gelagar kotak cast-in-place Gelagar kotak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.11. sering digunakan untuk bentang 50 120 ft (15.2 36.6 m). Formwork untuk struktur miring lebih sederhana daripada untuk balok-T. Terkait dengan pembelokan akibat beban mati, penggunaan gelagar sederhana beton bertulang melebihi bentang 100 ft (30.5 m) atau lebih menjadi tidak ekonomis. Perbandingan tebal dan bentang struktur umumnya 0.06 untuk bentang sederhana dan 0.55 untuk bentang menerus dengan ruang gelagar 1 .5 kali ketebalan struktur. Ketahanan puntir gelagar kotak yang besar membuat gelagar tersebut dapat digunakan untuk bentuk lengkung seperti lereng pada jalan. Garis lengkung yang lembut menjadi hal yang menarik pada kota metropolitan.

4). Jembatan Pratekan / Prategang Pada tahun 1950-an, dikembangkan jembatan beton prategang segmental untuk pertama kalinya di Eropa Barat menggunakan sistem ini pada pada jembatan Finsterwalder di Jerman. Jembatan segmental dapat pula disebut pracetak atau cetak ditempat dengan menggunakan metode konstruksi kantilever yang dikerjakan bentangan demi bentangan, dipasang tahap demi tahap atau dengan sistem incremental launching. Konstruksi jembatan beton prategang segmental dapat mencapai panjang bentang 250m atau bentang seri 300m. Bila digunakan dalam jembatan cable stayed, jarak bentang dapat mencapai 450m Beton pratekan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik untuk jembatan bentang
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 10

panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada struktur jembatan sejak tahun 1950-an. Pembangunan jembatan beton yang terbagi menjadi beberapa segmen sukses dikembangkan dengan konsep kombinasi pratekan, gelagar kotak, dan konstruksi kantilever. Jembatan gelagar kotak dengan segmen pratekan telah dibangun pertama kali di Eropa Barat pada 1950. Jembatan Californias Pine Valley seperti yang ditunjukkan gambar 2.23. terdiri 3 bentangan 340 ft (103.6 m), 450 ft (137.2 m), dan 380 ft (115.8 m) dengan pier setinggi 340 ft (103.6), merupakan jembatan cast-in-place segmental pertama yang dibangun di Amerika Serikat tahun 1974. Jembatan pratekan segmental dengan segmen pratekan atau cast-in-place dapat diklasifikasikan menurut metode konstruksi menjadi: (1) kantilever penyeimbang, (2) bentang per bentang, (3) pengadaan incremental, dan (4) pentahapan. Pemilihan antara segmen cast-in-place, pratekan atau berbagai metode konstruksi yang lain tergantung pada jenis proyek, kondisi lapangan, batasan lingkungan dan publik, waktu pelaksanaan konstruksi, dan ketersediaan alat.

Gambar 1.8. Jembatan Presstres

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 11

Tabel 1.1. Apliksi tipe jembatan berdasar panjang bentangnya

4). Jembatan Baja Seiring dengan kemajuan teknologi jembatan dalam hal pemanfaatan meterial maka jembatan dalam bentangan yang panjang tidak dapat dibuat atau dibangun dari bahan kayu yang terbatas panjang dan kemampuan dukungannya. Karena itu diupayakan meterial lain yang dapat mengatasi kesulitan tersebut. Rangka baja adalah salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan di atas.

Gambar 1.8. Jembatan Pelengkung Baja

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 12

Gambar 1.9. Jembatan Rangka Baja

b) Klasifikasi berdasarkan penggunanya Jembatan jalan adalah jembatan untuk lalu lintas kendaraan bermotor Jembatan kereta api jembatan untuk lintasan kereta api Jembatan kombinasi adalah jembatan yang digunakan sebagai lintasan kendaraan bermotor dan kereta api Jembatan pejalan kaki Jembatan yang digunakan untuk lalu lintas pejalan kaki Jembatan aquaduct Jembatan untuk menyangga jaringan perpipaan saluran air

c) Klasifikasi berdasarkan sistem struktur yang digunakan jembatan IGirder. Gelagar utama terdiri dari plat girder atau roled-I. Penampang I efektif menahan beban tekuk dan geser.

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 13

Gambar 1.11. Jembatan I Girder (Sumber : Google.com)

Jembatan gelagar kotak (box girder) Gelagar utama terdiri dari satu atau beberapa balok kotak baja fabrikasi dan dibangun dari beton, sehingga mampu menahan lendutan, geser dan torsi secara efektif.

Gambar 1.11. Jembatan Box Girder (Sumber : Google.com)


Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 14

Jembatan Balok T (T-Beam) T beam atau dalam bahasa Indonesianya adalah balok T, adalah balok yang pengecorannya dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau sering disebut (monolit). Sehingga plat beton diperhitungkan sebagai sayap dari balok, dengan lebar sayap tertentu. Secara umum balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir (exterior) dan balok tengah (interior) l

Gambar 1.12. Jembatan Balok T (Sumber : Google.com) Jembatan Gelagar Komposit Plat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja sama mendukung beban sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama menahan tarik sedangkan plat beton menahan momen lendutan.

Gambar 1.13. Jembatan Komposit (Sumber : Google.com)


Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 15

Jembatan Rangka Batang (Truss) Elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik. Gambar 1.14. menunjukkan Jembatan truss Warren dengan elemen vertikal yang disebut through bridge, plat dek diletakkan melintasi bagian bawah jembatan

Gambar 1.14. Jembatan Truss (S u m b e r : C h e n & D u a n , 2 0 0 0 ) Jembatan Pelengkung (arch) Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial

Gambar 1.15. Jembatan Pelengkung (Sumber : Google.com)


Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 16

Jembatan Kabel Tarik (Cable stayed) Gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang Selama lebih dari tiga dekade jembatan cable stayed digunakan secara luas di Eropa Barat dan bagian lain di dunia. Keberhasilan penggunaan sistem cable stayed dicapai dengan ditemukannya baja berkekuatan tinggi dan tipe deck-orthotropik, kemajuan teknik las. Penelitian menunjukkan jembatan cable stayed lebih unggul dibanding jembatan gantung. Kelebihannya antara lain rasio panjang bentang utama dan tinggi pylon yang lebih murah. Defleksi akibat pembebanan simertis dan asimetris pada lebih dari separuh bentang jembatan gantung mempunyai defkesi yang lebih besar di tengah bentang dari pada cable stayed. Keuntungan yang menonjol dari cable stayed adalah tidak diperlukannya pengangkeran kabel yang berat dan besar seperti pada jembatan gantung. Gaya-gaya angker pada ujung kabel bekerja secara vertikal dan biasanya diseimbangkan dengan berat dari pilar dan fondasi tanpa menambah biaya konstruksi lagi. Komponen horisontal gaya pada kabel dilimpahkan pada struktur atas gelagar berupa tekanan atau tarik.

Gambar 1.16. Jembatan Cable Stayed (Sumber : Google.com) Jembatan Gantung


Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 17

Gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang. Jembatan gantung tertua dan terbesar pada abad ke-18 adalah jembatan Menai Straits di Inggris yang dibangun pada tahun 1825. Jembatan ini masih menggunakan menara batu dan kabel dari rantai besi untuk menggantung jalan raya. Pada tahun 1939 kabel penggantung diganti dengan baja batangan. Awal kemajuan inovasi jembatan gantung ialah pada saat dibangunnya jembatan gantung Niagara di Amerika Serikat. Struktur jembatan ini mempunyai dua dek, dek bagian atas untuk jalan rel dan bagian bawah untuk lalu-lintas jalan raya. Dek ini berupa stiffeningtruss yang terbuat dari kayu. Bentang jembatan digantung pada 4 kelompok kabel, didukung dengan 4 bangunan menara dan ujung kabel diangkitkan dalam solid rok dibelakangnya. Penggunaan kabel baja (wire steel) menggantikan kabel besi untuk pertama kali digunakan pada jembatan gantung Brooklyn, New York (1867). Ciri khusus jembatan ini adalah kabel yang menjari terarah dek dari tower, yang lebih stabil terhadap angin.

Gambar 1.17. Jembatan Gantung (Sumber : Google.com) Jembatan Pelengkung

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 18

1.4. Bagian-bagian Jembatan :

Jembatan dapat dibagi atas 2 (dua) bangunan utama


1. Bangunan atas. 2. Bangunan bawah.

Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enarn (6) bagian pnkok sebagai berikut :
1. Bangunan atas. 2. Landasan 3. Bangunan bawah. 4. Pondasi. 5. Oprit. 6. Bangunan pangaman jembatan.

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 19

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 20

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 21

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 22

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 23

1.4. Istilah Pada Struktur Jembatan Jembatan : Adalah suatu struktur yang memungkinkan route transportasi melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan Kereta Api dan lain-lain. Route Transportasi berupa, jalan Kereta Api jalan trem, pejalan kaki, rentetan kendaraan dan lain - lain. Jembalan yang melintasi diatas jalan biasanya disebut viaduct. Bangunan-atas : Sesuai dengan istilahnya berada pada bagian atas sualu jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dan kemudian menyalurkannya kepada hangunan bawah Landasan : Bagian ujung bawah dari Suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan - sendi (fixed bearing) dan landasan Gerak (movable bearing)

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 24

bangunan-bawah :

Bangunan-bawah pada umumnya terlelak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya menerima memikul beban-beban yang diherikan bangunan

atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasii disalurkan ke tanah. Oprit-jembatan : oprit berupa limbunan tanah dibelakang abutment timbunan tanah ini harus dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari terjadinya penurunan settlement) hal ini tidak mengenakkan bagi pengendara. Apabila ada penurunan, terjadi
Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 25

kerusakan pada expansi joint yaitu bidang pertemuan antara bangunan atas dengan abutment. Untuk menghindari ini, pemadatan harus sernaksimurn mungkin dan diatasnya dipasang plat injak dibelakang abutment. Bangunan Pengaman Jembatan Berfungsi sebagai pengamanan terhadap pengaruh sungai yang bersangkutan baik secara langsung maupun tak langsung_ Kadang-kadang disamping jembatannya harus diamankan, sungainyapun harus diamankan, dimana biaya pengamanan sungai Iebih mahal dari pengamanan jembatan. Abutment Abutment atau kepala jembatan adalah bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah.

Pilar Jembatan

Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung bangunan atas. Bila pilar ada pada suatu bangunan jembatan letaknya diantara keduaabutment dan jumlahnya tergantung keperluan, seringkali pilar tidak diperlukan

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 26

Pondasi

Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan menyalurkannya ke tanah. Secara umum, pondasi dapat dibedakan sebagai herikut :

Pondasi Langsung :

Digunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah diperhitungkan rnarnpu memikul beban-beban diatasnya, terletak pada lokasi yang dangkal dari tanah setempat.

Pondasi-Dalam

Digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu memikul beban Ietaknya cukup dalam.

Sehingga beban-beban harus disalurkan melalui suatu konstruksi penerus yang juga disebut tiang pancang dan pondasi sumuran.

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 27

Tabel 1.1 Jembatan Standard Berbagai Jenis Bahan

Tabel 1.2. Jembatan Non Standard di Indonesia

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 28

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 29

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 30

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 31

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 32

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 33

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 34

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 35

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 36

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 37

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 38

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 39

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 40

Jurusan Teknik Sipil Fak. Sains dan Teknik UNDANA KUPANG

John H. Frans, ST || 41

You might also like