You are on page 1of 7

REVISI

Latar Belakang

Manfaat dari percobaan morfologi jamur benang, morfologi bakteri, dan morfologi khamir adalah dapat mengamati morfologi jamur benang, bakteri dan khamirdengan baik secara mikroskopis maupun makroskopis serta dapat

membedakan jenis jamur yang satu dengan yang lain, mengetahui reaksi jamur benang, bakteri dan khamir terhadap pengecatan gram dan pengecatan tahan asam dan dapat terampil dalam pengecatan hingga pengamatan morfologi jamur benang, bakteri dan khamir.

Pembahasan

a. Morfologi jamur benang Pada percobaan morfologi jamur benang, pengamatan dilakukan terhadap 3 spesies jamur benang yaitu Aspergilus sp, Mucor sp dan Monilia sp. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui morfologi Aspergilus sp , Mucor sp dan Monilia sp. Pada saat praktikum, dilakukan pembersihan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol lalu dipanaskan bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi pada jamur benang sehingga morfologinya dapat diamati secara tepat. Sedangkan penggunaan laktofenol berfungsi untuk mencegah penguapan dan pengkerutan pada sel serta memudahkan pengamatan jamur. Hasil dari pengamatan morfologi dari 3 spesies jamur benang yaitu : 1. Pada preparat Monilia sp. didapat hasil penampakannya adalah konidia dan hifa bersepta. Sedangkan menurut teori, bagian-bagian pada Monilia sp adalah konidia, hifa fertil dan hifa vegetatif yang berbentuk septa/bersekat. Pada preparat Monilia sp tidak menunjukkan penampakan yang jelas sehingga tidak dapat dibedakan hifa fertil dan hifa vegetatif. 2. Pada preparat Mucor sp. didapat hasil penampakannya adalah sporangium, spora dan hifa. Cirinya tidak memiliki septa/sekat, kolumela dan sporangium

REVISI

berbentuk silinder. Hasil pengamatan sudah sesuai dengan teori yang ada pada dasar teori. 3. Pada preparat Aspergillus sp. didapat hasil penampakannya adalah sporangium, spora, konidiofor, dan hifa bersepta/sekat. Hasil pengamatan sudah sesuai dengan teori yang ada pada dasar teori. Berdasarkan teori, Monilia sp memiliki miselium panjang dan hifa septa (hifa fertil dan hifa vegetatif). Mucor sp memiliki ciri sporangium, spora dan hifa (tidak bersepta), bentuknya silinder. Aspergillus sp memiliki ciri hifa (bersepta- fertil dan vegetatif) dan miselium bercabang.

b. Morfologi Khamir Pada percobaan morfologi khamir, pengamatan dilakukan terhadap

Saccharomyces cerevisiae. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui morfologi Saccharomyces cerevisiae dan reaksinya terhadap pengecatan dengan methylen blue. Pada saat praktikum, dilakukan pengecetan dengan methylen blue yang merupakan salah satu proses pewarnaan sederhana. Zat pewarnaan merupakan garam yang memiliki muatan positif dan muatan salah satu diantaranya bermuatan. Pengamatan spora khamir dengan pengecatan Ziehl Neelsen (Zn). Pengecatan ini merupakan metode pewarnaan diferensial yaitu pengecatan yang menunjukkan perbedaan antara sel-sel mikrobia atau bagian sel-sel mikrobia dengan menggunakan lebih dari satu larutan pewarna. Pengecatan Zn menggunakan 3 macam larutan yaitu Zn A sebagai karbol fuksin yang merupakan cat utama. Larutan Zn B sebagai etanol berfungsi untuk melunturkan. Larutan Zn C sebagai methylen blue berfungsi untuk membandingkan. Secara umum tujuan pengecatan Zn adalah agar bentuk-bentuk spora sel khamir dapat terlihat dibawah mikroskop. Berdasarkan pengamatan spora khamir hanya digunakan biakan

Saccharomyces cerevisae dari medium irisan wortel. Hasil spora khamir yang terlihat adalah berukuran kecil, bentuknya bulat, berwarna biru dan terletak di dalam sel khamir yang bulat transparan. Sel khamir yang berwarna biru adalah sel khamir mati,

REVISI

sedangkan sel yangtransparan merupakan sel yang hidup. Terjadi perbedaan warna antara yang hidup dan yang mati disebabkan membran dinding dari khamir. Pada sel khamir yang hidup dindingnya selektif permeable, tersusun oleh peptidoglikan yang hanya dapat memberikan kekuatan untuk mempertahankan bentuk sel, sifat selektif permeable hanya dapat dilewati oleh zat-zat tertentu, sehingga zat pewarna tidak dapat lewat ke dalam sel sehingga sel yang hidup berwarna tranpsaran. Pada sel khamir yang mati berwarna biru karena dindingnya tidak lagi bersifat permeable atau rusak sehingga methylene blue dapat masuk ke dalam sel yang menyebabkan sel berwarna biru. Dari hasil ini dapat diketahui pula bahwa spora khamir tidak tahan asam karena warnanya biru bukan merah. Jika berwarna merah maka spora akan tahan asam. Zn A digunakan sebagai cat utama yang akan memberi kenampakan yang transparan. Spora Saccharomyces cerevisiae berwarna biru dikarenakan saat dilakukan pencucian dengan Zn B (etanol) ternyata karbol fuksin luntur sehingga hanya methylen blue yang mewarnai spora khamir. Oleh karena itu, spora khamir agak berwarna biru.

c. Morfologi Bakteri Pada percobaan morfologi bakteri, pengamatan dilakukan terhadap 2 spesies yaitu Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Tujuan dari percobaan ini adalah

mengetahui morfologi Escherichia coli dan Bacillus subtilis dan reaksinya terhadap pengecatan negatif, pengecatan tahan asam dan pengecatan gram. Pada percobaan ini untuk mengamati morfologi dari bakteri dilakukan dengan pengecatan. Tujuan dari pengecatan biasanya untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop dan melihat sifat fisik dan kimia yang khas pada bakteri dengan zat warna. Pengecatan yang dilakukan ada 3 yaitu pengecatan negatif, pengecatan gram, dan pengecatan Ziehl Neelson (Zn). Bakteri yang digunakan yaitu Escherichia coli, dan Bacillus subtilis.

REVISI

1. Pengecatan negatif Pada pengecatan ini, bakteri yang digunakan yaitu bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Pengecatan ini termasuk dalam pengecatan tidak langsung karena pengecatan dilakukan pada gelas bendanya bukan pada sel bakterinya sehingga latar belakangnya menjadi gelap / hitam. Pengecatan negatif dilakukan untuk mengamati dan menentukan morfologi dari sel bakteri. Pengecatan ini menggunakan cat nigrosin (tinta cina) yang memiliki kandungan zat warna asam. Kekuatan zat warna dari zat asam terletak pada ion negatif sehingga tidak dapat berikatan dengan ion negatif lainnya. Hasil yang didapat pada pengamatan yaitu pada bakteri Escherichia coli memiliki bentuk sel bulat dan bakteri Bacillus subtilis memiliki bentuk sel batang panjang. Kedua spesies bakteri berwarna transparan dengan latar belakang gelap karena cat nigrosin memiliki kandungan zat yang bermuatan negatif sehingga tidak akan dapat berikatan dengan dinding sel kedua bakteri tersebut yang juga bermuatan negatif. Pada pengecatan negatif, olesan yang berbentuk tidak dipanaskan dimaksudkan agar tidak terjadi penyusutan sel dan perubahan bentuk bakteri sehingga dapat dilakukan pengamatan. 2. Pengecatan gram Pengecatan gram merupakan pengecatan diferensial yang menggunakan lebih dari satu reagen pewarna yang bertujuan untuk membedakan antara bakteri gram negatif dengan bakteri gram positif. Pengecatan ini termasuk dalam pengecatan langsung karena yang dicat adalah sel bakterinya. Pengecatan ini juga disebut pengecatan bertingkat karena ada 4 tahapan dalam proses pengecatan. Tahapan pengecatan gram yaitu : Pengecatan dengan pewarna Huckers crystal violet (Gram A) yang merupakan cat utama pada pengecatan ini. Cat ini memberi warna ungu pada dinding sel bakteri. Pemberian larutan Lugols iodine (Gram B) yang berfungsi sebagai penguat atau penambah efisiensi cat utama.

REVISI

Pemberian aceton alkohol (Gram C) yang berfungsi sebagai larutan pencuci / peluntur. Pemberian cat safranin (cat penutup / zat warna lawan) yang memberikan warna merah. Pengecatan dilakukan pada bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Bakteri gram positif merupakan bakteri yang dapat mengikat kuat cat utama dalam tubuhnya walaupun telah dicuci dengan aceton alkohol. Biasanya bakteri gram positif jika dilakukan pengecatan dengan gram akan memberikan warna biru / ungu. Sedangkan bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak bisa menahan cat utama sehingga setelah dicuci dengan aceton alkohol maka cat menjadi luntur dan dinding sel menjadi tidak berwarna lagi. Jika diberikan dengan cat warna kontras, maka dinding sel yang sudah tidak berwarna lagi akan berwarna sesuai zat warna kontras. Beda antara bakteri gram positif atau negatif sangat ditentukan oleh struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram negatif mengandung lipid dalam persentase yang lebih tinggi daripada bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis daripada dinding gram positif. Penambahan etanol pada bakteri gram negatif menyebabkan terekstraksinya lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel bakteri gram negatif sehingga kompleks crystal violet dan iodine yang telah memasuki dinding sel dapat terekstraksi maka bakteri gram negatif akan kehilangan warna. Karena kandungan lipid rendah pada bakteri gram positif maka dinding sel bakteri gram positif menjadi terdehidrasi selama perlakuan dengan etanol sehingga permeabilitas kurang dan kompleks crystal violet dan iodine tidak terekstraksi maka bakteri gram positif tidak akan kehilangan warna. Pada saat pengecatan gram A dan gram B, kedua larutan itu mampu berikatan/menembus dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif. Kemudian pada saat pengecatan aceton alkohol, warna ungu pada bakteri Escherichia coli menjadi luntur sedangkan warna ungu pada Bacillus subtilis tidak luntur. Sehingga pada bakteri Escherichia coli, ketika pengecatan dengan

REVISI

cat safranin akan mampu mengikat safranin yang berwarna merah karena sebelumnya cat ungu pada bakteri ini telah luntur. Sedangkan pada bakteri Bacillus subtilis, ketika pengecatan dengan safranin tidak akan mengalami perubahan warna menjadi merah. Pada hasil pengamatan, bakteri Escherichia coli berbentuk bulat dan berwarna merah. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. Bakteri Escherichia coli memiliki bentuk sel bulat dan berwarna merah karena daya afinitasnya yang rendah terhadap kompleks kristal ungu dan larutan iodine sehingga jika dicuci dengan aceton alkohol, senyawa kompleks akan menjadi luntur. Pada bakteri Bacillus subtilis memiliki bentuk sel batang dan berwarna ungu yang berarti bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini memiliki daya afinitas yang kuat terhadap kompleks kristal ungu sehingga tidak dapat dilunturkan dan cat tidak akan mempengaruhi sel bakteri tersebut. Perbedaan bakteri gram positif dan negatif yaitu susunan kimia dinding sel bakteri gram positif memiliki 40-50% peptidoglikan, terdapat asam teikoat, tidak memiliki lipopolisakarida, 10% protein dan 2% lipid, dinding selnya tebal (15-80 nm) dan berlapis tunggal. Dan susunan kimia dinding sel bakteri gram negatif yaitu 5-20% peptidoglikan, tidak memiliki asam teikoat, memiliki lipopolisakarida, 60% protein, dan 20% lipid, dinding selnya tipis (1015 nm) serta berlapis tiga (multi). Lapisan luar dari membran luar merupakan struktur 2 lapis yang tersusun atas fosfolipid, protein, dan lipopolisakarida (LPS). Bakteri gram positif lebih rentan terhadap penisilin dan bakteri gram negatif kurang rentan terhadap penisilin. 3. Pengecatan tahan asam Pada pengecatan tahan asam dilakukan pengecatan dengan lebih dari satu reagen pewarnaan yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan bakteri terhadap asam. Pengecatan tahan asam merupakan pengecatan langsung dan pengecatan diferensial. Pengecatan langsung karena pengecatan dilakukan pada sel bakteri dan bukan pada latar belakangnya. Sedangkan pengecatan diferensial

REVISI

karena pengecatan ini dilakukan dengan menggunakan cat yang berbeda beda / lebih dari satu larutan zat warna. Pengecatan ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri yang tahan terhadap asam atau tidak tahan terhadap asam. Pengamatan dilakukan pada bakteri Bacillus subtilis. Cat yang digunakan pada pengecatan tahan asam yaitu : Zn A (karbol fuksin) berfungsi sebagai cat utama pemberi warna merah. Zn B (etanol) berfungsi sebagai peluntur. Zn C (methylen blue) berfungsi sebagai larutan pembanding. Pada pengecatan Zn, hasil yang didapat pada pengecatan yaitu bakteri Bacillus subtilis adalah berwarna biru dan transparan. Hasil ini menunjukkan bahwa bakteri ini tidak tahan asam. Hal ini disebabkan karena pada saat pencucian dengan alkohol asam, cat utama pada bakteri ini hilang atau luntur sehingga yang akan memberi warna pada sel bakteri ini adalah cat lawannya yaitu methylen blue. Atau dengan kata lain karbol fuksin tidak bereaksi dengan bakteri Bacillus subtilis sehingga tidak meresap ke dinding selnya dan ketika ditetesi Zn B akan luntur cat utamanya dan methylen blue akan meresap ke dinding sel sehingga bakteri berwarna biru. Sebaliknya bakteri tahan asam akan bereaksi dengan karbol fuksin sehingga cat ini akan meresap ke dinding sel dan ketika diwarnai dengan Zn B cat ini tidak luntur dan jika diwarnai methylen blue maka cat ini juga tidak meresap ke dinding sel sehingga bakteri akan berwarna merah. Pada pengamatan dapat dilihat bahwa sel Bacillus subtilis berbentuk batang panjang. Pengecatan tahan asam dilakukan untuk bakteri yang sel selnya tersusun dari bahan lemak/lilin. Jenis lemak/lilin yang melapisi sel biasanya membuat cat cat akan sukar menembus sel tersebut. Jika sel diberi etanol akan mengalami pelunturan warna merah dan berganti warna menjadi biru yang berasal dari methylen blue maka bakteri tersebut termasuk bakteri tidak tahan asam. Sebaliknya jika sel tidak mengalami pelunturan warna saat diberi etanol dan tetap berwarna merah setelah diberikan methylen blue maka bakteri tersebut termasuk bakteri tahan asam.

You might also like