You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Perusahaan-perusahaan di era globalisasi ini harus bersaing secara kompetitif

untuk dapat mempertahankan eksistensi dan reputasi dalam dunia bisnis. Dalam persaingan usaha yang kompetitif perusahaan harus didukung oleh aspek-aspek internal dan eksternal perusahaan. Aspek internal perusahaan misalnya kemampuan manajerial perusahaan, kinerja keuangan, sumber daya manusia dan teknologi informasi. Sedangkan dalam aspek eksternal misalnya investor, pegawai, kreditor, supplier, customer, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Dalam menjalankan operasional perusahaan, pelaku bisnis seharusnya tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga diharapkan untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Strategi bisnis tersebut dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), perkembangan tanggungjawab sosial perusahaan secara konseptual baru dikemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh lima hal. Pertama, maraknya fenomena take over antar korporasi yang kerap dipicu oleh ketrampilan rekayasa finansial. Kedua, runtuhnya tembok Berlin yang merupakan sombol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. Ketiga, meluasnya operasi kegiatan multinasional di negara-negara berkembang, sehingga dituntut untuk memperhatikan : hak asasi manusia, kondisi sosial dan perlakuan yang adil terhadap buruh. Keempat, globalisasi

dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya lembaga swadaya masyarakat (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. Terakhir, adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan. Banyak kalangan, khususnya buruh, tidak mempercayai bahwa perusahaan sungguh-sungguh dalam menerapkan CSR. Mereka beranggapan bahwa sebuah institusi yang hanya mengejar keuntungan semata tidak mungkin mempunyai maksud dan tujuan mulia untuk memberdayakan masyarakat, menghormati hak-hak buruhnya serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu sangatlah tidak mungkin untuk menuntut perusahaan agar bertanggungjawab secara sosial. CSR tidak memberikan hasil pelaporan keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan dampak, baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Dengan demikian, apabila perusahaan melakukan program-program CSR secara berkelanjutan, maka perusahaan akan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban perusahaan kepada kepada pemilik pemilik modal modal (kaum kapitalis) sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul

konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, yang menuntut diungkapkannya informasi pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan. Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut. Tanggungjawab sosial perusahaan di Indonesia mulai diterapkan pada awal tahun 2000. Akan tetapi kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak tahun 1970-an dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana (donasi) sampai yang komprehensif (terintegrasi ke dalam strategi perusahaan) dalam mengoperasikan usahanya. Dasar hukum yang mengatur tanggungjawab sosial perusahaan di Indonesia adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 Paal 74, yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Undang-undang tersebut mewajibkan industri atau korporasi-korporasi untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, sosial, dan lingkungan yang biasa disebut sinergi tiga elemen (Triple bottom line) yang merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Cahya, 2010 ). Peranan tanggungjawab sosial dalam perusahaan diharapkan mampu menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggungjawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Saat ini aktivitas

tanggungjawab sosial perusahaan dianggap sebagai investasi masa depan bagi perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di perusahaan yang telah menerapkan tanggungjawab sosial perusahaan lebih besar, dibandingkan dengan yang tidak menerapkan. Melalui program tanggungjawab sosial perusahaan dapat dibangun komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya. Salah satu media untuk mengungkapkan penerapan tanggungjawab sosial perusahaan adalah dengan menggunakan annual report yang merupakan sarana komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Pengungkapan informasi sosial dalam annual report dinyatakan dalam PSAK No. 1 paragraf 9 yang menyatakan bahwa : Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting Sarana lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan laporan keberlanjutan (sustainability report). Sustainability report merupakan suatu laporan komprehensif yang memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Untuk membuktikan bahwa tanggungjawab sosial telah dilaksanakan, perusahaan dibandingkan. Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, di antaranya adalah: 1. Program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat. 2. Masih terjadi perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM dengan departemen perindustrian mengenai CSR dikalangan perusahaan dan Industri. 3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR dikalangan perusahaan. dituntut untuk melakukan pengungkapan infpormasi penerapan tanggungjawab sosial secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat

Bila

dianalisis

permasalahan

di

atas

yang

menyangkut

belum

tersosialisasikannya dengan baik program CSR di kalangan masyarakat. Hal ini menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat masyarakat belum mengerti apa itu program CSR. Apa saja yang dapat dilakukannya? Bagaimana dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan. Owen (2005) dalam Anggraini (2006), menyatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memverikan perhatian yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko, dan keunggulan kompetitif. Nampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial. Dari hasil stui literatur yang dilakukan oleh Finch (2005) dalam Anggraini (2006) menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh usaha untuk mengkomunikasikan kepada stakeholder mengenai kinerja manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan yang memperhatikan masalah sosialnya juga akan memperhatikan kemampuan dalam menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan agar antara tujuan internal dan eksternal perusahaan dapat sama-sama tercapai seara maksimal. Kinerja keuangan perusahaan yang meningkat salah satunya disebabkan adanya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Meskipun dalam aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan harus mengeluarkan biaya, tetapi halini dilakukan untuk menjaga eksistensi perusahaan di masa depan. Dunia usaha tidak dapat lepas dari komunitas masyarakat, sehingga perusahaan harus mempunyai kepedulian yang tinggi untuk mnyelesaikan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Kegiatan ini diyakini dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan termasuk salah satu bentuk investasi jangka panjang dan strategi bisnis yang harus dikelola dengan baik guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang. Tanggungjawab sosial yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu meningkatkan reputasi perusahaan, hubungan baik dengan masyarakat, dan mampu mendukung kegiatan operasional perusahaan yang akan berdampak baik terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaa juga harus memperhatikan nilai perusahaan karena dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk dapat mewujudkan visi dan misinya. Apalagi dengan pengungkapan informasi

tanggungjawab sosial perusahaan yang partisipatif , transparan, dan akuntabel, dapat menciptakan iklim usaha yang didasari atas saling percaya antara perusahaan dan stakeholders. Hal ini dapat meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan. Nilai perusahaan yang erupakan nilai pemegang saham encerminkan ukuran reaksi pasar saham terhadap perusahaan. Makin besar nilai perusahaan (yang juga berarti nilai pemegang saham) mencerminkan publik telah menilai harga pasar saham di atas nilai bukunya. Tindakan manajemen dalam menjaga reputasi tidak hanya terbatas pada reputasi keuangan perusahaan semata, namun juga harus menjaga reputasi atas tanggungjawab sosial dan lingkungan untuk menjaga keberlangsungan usaha. Membaiknya reputasi perusahaan dan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan menyebabkan pihak masyarakat makin tertarik untuk memiliki saham perusahaan. Makin banyak peminat saham perusaaan maka harga saham otomatis meningkat, sehingga nilai perusahaan meningkat. Penelitian Roberts (1992) dalam Sembiring (2003); Balabanis, Philips dan Lyall (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008); Comien dan Magnan (1999) dalam Sembiring (2003); Dahlia dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil tersebut berarti aktvitas tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk memasukkanpengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan pengungkapan yang sifatnya sukarela. Stakeholder theory berpandangan bahwa perusahaan harus melakukan pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung jawab kepada para stakeholder. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan 4 apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Dari sinilah bisa ditarik salah satu hipotesis bahwa CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Artinya kemungkinan besar kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh tanggungjawab sosiak perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. 1.2 Motivasi Penelitian Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Widiastuti (2010). Widiastuti (2010) meneliti pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan. Kinerja diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE) dan Cumulative Abnormal Return (CAR), Hasilnya mnunjukkan bahwa tanggung jawab sosial berpengaruh positif terhadap ROE dan tanggungjawab sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap CAR. Penelitan tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan perusahaan berimbas pada membaiknya kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut yaitu: 1. Pada penelitan ini menambahkan satu variabel dependen yaitu nilai perusahaan 2. Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). 3. Pada penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan dan tipe industry sebagai variabel control 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah tanggugjawab sosial perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan ? 2. Apakah tanggungjawab sosial perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ? 3. Apakah kinerja keuangan perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan ?

1.4

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh tanggungjawab sosial terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan 3. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

1.5

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Selain itu juga mampu menunjukkan penerapan keterkaitan teori dan ilmu pengetahuan dengan kondisi yang sesungguhnya 2. Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam annual report dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial b. Bagi investor, akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter c. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol aas perilaku-perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 (CSR)

Tanggungjawab Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004) dalam Anggraini (2006). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004) dalam Anggraini (2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Sedangkan Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sbb.: 1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. 2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll. 3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial. 4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni. 5. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll. Grey et al. (1995) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa sifat dan volume pelaporan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu dan antar negara, hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis & Unerman (1999) dalam Angraini (2006) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara. 2.1.1 Tujuan Penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Dalam penerapannya tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan sebagai berikut : 1. Mengungkapkan keuntungan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Menampakkan kerusakan sosial yang dihasilkan oleh perusahaan 3. Merubah perilaku perusahaan menjadi lebih baik. Beberapa manfaat yag diperoleh dapat perusahaan tumbuh dengan menetapkan dan tanggungjawab sosial perusahaan, yaitu 1. Keberadaan perusahaan dan berkelanjutan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas 2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal 3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas 4. Perusahaan dapat meningkatkan pengamilan keputusan pada hal-hal yang kritis dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko 2.1.2 Bentuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan Menurut Harahap (2007:400), dalam Widiastuti (2010), bentuk tanggungjawab sosial perusahaan ada tiga yaitu : 1. Corporate philanthropy, di mana tanggugjawab perusahaan berada sebatas kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggungjawabnya. Bentuk tanggungjawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan 2. Corporate responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban sudah merupakan bagian dari tanggungjawab perusahaan, bisa karena ketentuan undang-undang atau bagian dari kesediaan perusahaan. 3. Corporate policy, di sini tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah merupakan kebijakannya 2.1.3 Pelaporan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam Sustainability Reporting Tanggungjawab sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Report merupakan laporan kinerja perusahaan

yang berkaitan dengan konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang menjadi tujuan pembangunan nasional. Dalam sustainability report diungkapkan tiga macam unsur, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom-line reporting) (Cahya, 2010) Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Flinch (2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008), dikatakan bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada stakeholder, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dala competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengungkapan sustainability reporting adalah : 1. Transparancy and inclusiveness Kedua prinsip ini mewakili poin awal dalamproses pelaporan dan ditandai sebagai bahan dasar prinsip-prinsip lainnya. Seluruh keputusan mengenai pelaporan diambil dari dua prinsip ini dan dikaitkan dalam pertimbangan praktek .Sustainablity context, completeness, and relevance 2. Ketiga prinsip ini memainkan peran penting dalam menentukan apa yang dilaporkan. Laporan sebaiknya dapat membantu menempatkan kinerja organisasi dalam konteks tantangan, risiko, dan kesempatan sustainability. Informasi yag terkandung di dalam laporan harus melewati tes kelengkapan dalam lingkup batasan laporan, cakupan, dan kerangka waktu. Pada akhirnya, informasi yang dilaporkan sebaiknya relevan terhadap kebutuhan pengambilan keputusan oleh stakeholders. 3. Neutrality, comparability, and accuracy Prinsip ini terkait dengan kualitas dan kepercayaan terhadap laporan. Laporan sebaiknya dapat dibandingkan kapan saja dan antar organisasi. Informasi jga sebaiknya tepat akurat dan dapat dipercaya agar memungkinkan digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan. Selain itu, laporan sebaiknya menyajikan isi secara seimbang dan tidak bias. 4. Clarity and timelines Prinsip ini terkait dengan pengelolaan akses dan ketersediaan laporan. Secara sederhana, stakeholders sebaiknya dapat dengan mudah menerima

dan memahami informasi dalam kerangka waktu yang mengizinkan mereka untuk menggunakannnya secara efektif 5. Auditability Prinsip ini berhubungan dengan prinsip lainnya seperti comparability, accuracy, neutrality, dan completeness. Secara spesifik, prinsip ini merujuk pada kemampuan untuk menunjukkan bahwa proses yang mendasari periapan laporan dan informasi dalam laporan ini sendiri telah memenuhi standar kualitas, reliability, dan harapan lainnya. 2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan alat untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai dari suatu unit organisasi apakah telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan suatu tindakan perbaikan agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yag sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalam dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan ada dua macam, yaitu sudut keuangan dan nonkeuangan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil perusahaan secara keseluruhan dalam menggunakan sumber-sumber keuangan perusahaan yang dimiliki secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), pengukuran kierja keuangan perusahaan bertujuan untuk : 1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai aset yang digunakan dan unuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan 2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha 2.2.1 Laporan Keuangan sebagai Informasi dalam Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Widiastuti (2010), penilaian kinerja keuangan perusahaan berguna untuk mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian dengan prosedur atau tujuan yang telah ditetapkan sehingga masalah yang muncul dapat diatasi dan perilaku dapat diubah ke arah pencapaian tujuan. Sebenarnya, tujuan dari penilaian kinerja keuangan adalah untuk membantu menerapkan strategi sehingga dapat diimplementasikan. Kinerja keuangan biasanya dinilai dengan menggunakan analisis laporan keuangan. Menurut Moeljadi (2006) dalam Widiastuti (2010), analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Analisis laporan keuangan secara umum berarti menggunakan data laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan dengan membandingkan kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat financial. Adapun tujuan laporan keuangan seperti yang tertulis dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) adalah Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potential sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuanga perusahaan kepada pihak-pihak yag berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oelh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industry, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaanm kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan suatu perusahaan, yaitu meliputi : 1) Neraca 2) Laporan Arus Kas 3) Laporan Laba Rugi. Di samping ketiga

lapran terseut di atas, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen Laporan Keuangan merupakan salah satu dari sekian informasi yang biasa digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Jika laporan keuangan yang disajikan tepat waktu maka akan sangat bermanfaat untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan. Pentingnya laporan keuangan bagi pelaku pasar modal adalah (Farid & Siswanto, 1998 dalam Hakim, 2006) : 1. Memahami analisis fundamental laporan keuangan 2. Memahami hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan nilai saham 3. Memahami penerapan analisis laporan keuangan untuk dijadikan dasar dalam keputusan investasi 2.2.2 Metode Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur brdasarkan analisis rasio. Suwardjono (1985) dalam Widiastuti (2010), menyatakan bahwa penggunaan rasio sebagai salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah perhitungan dan interpretasi atas rasio-rasio. Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi nakuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode terntentu. Meskipun demikian, rasio keuangan memiliki keunggulan dan keterbatasan. Menurut Harahap (2002) dalam X (200..), ada beberapa keunggulan dari analisis rasio yaitu : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang isajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengan industri lain 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang Analisis rasio yang sering dikenal adalah rasio likuiditas, solvabilitas, dan realibilitas. Adapun jenis rasio keuangan yang sering digunakan adalah : 1. Rasio likuiditas, rasio yang menggambarka kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya 2. Rasio solvabilitas, rasio ini menggmbarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi 3. Rasio profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, dan sebagainya 4. Rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, atau kegiatan lain. 5. Rasio leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset 6. Rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarka persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik 7. Penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khuu dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal 8. Rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingakat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai 2.3 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalan penelitian ini didefinisikan seagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Makin tinggi harga saham, makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Samuel dalam Nurlela dan Islahuddin (2008), menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep

penting bagi investor, karena merupakan indicator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008), menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli seandainya perusahaan tersebut dijual. Pengujuran nilai perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tobins Q Tobins Q dikembangkan oleh James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap investasi inkremental. Apabila rasio Q di atas satu, maka investasi dalam aktiva manghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Apabila rasio Q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik 2.4 Ukuran Perusahaan Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk

menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,2001) dalam (Cahya, 2010). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Menurut Buzby (Hasibuan 2001) dalam (Cahya, 2010) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam Laporan Tahunan. Manajemen khawatir dengan mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya. Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar dan memilikibiaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan

untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebihbanyak pemegang saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan,hal ini dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal (Yuniarti Gunawan, 2000) dalam (Cahya, 2010). Cowen et.al (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahan. 2.5 2.5.1 Hipotesis Pengaruh Perusahaan Dahlia dan Siregar (2008) dalam Widiastuti (2010) menliti pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dilakukan pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesi tahun 2008 dan 2010. Hasilnya menunjukkan behwa tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini berarti aktivitas tanggungjawab sosial erusahaan yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipoteris pertama yang dirumuskan adalah : H1 : Tanggungjawab sosial persusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 2.5.2 Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan penelitian Hill et. al. (2007) dalam Daniri (2008), pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan yang diukur dari nilai saham perusahaan. Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan akan memberikan manfaat yang H2 : besar dalam jangka panjang perusahaan (10 tahun). Perusahaan akan mengalami kenaikan saham yang signifikan Tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Kinerja

2.5.3 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dalam (Wirakusuma, 2007), menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Hasil penelitian Ulupui (2007) dan Makaryawati (2002) dalam (Wirakusuma, 2007), Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Pratana (2004) dan Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) menemukan ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H3: Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Sampel Penelitian Sampel yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang

tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2008-2010. Penggunaan perusahaan yang tercatat di BEI sebagai sampel karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan ndata laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini.

Metode pemilihan sampel didasarkan pada metode purposive judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampling, yaitu tipe pemilihan sampel yang tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Sampelnya adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Terdaftar di BEI tahun 2008-2010 2. Tidak mengalami delisting dari BEI antara tahun 2008-2010 3. Mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama tahun 20082010 di website resmi BEI 4. Memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 5. Rupiah sebagai mata uang pelaporannya. 3.2 Jenis dan Sumber Data Sumber data penelitian ini berasal dari data sekunder yang berasal dari berbagai sumber. Data pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan diperoleh dari analisa laporan tahunan perusahaan yang didapat langung dari website BEI. Data laba bersih, total aset, total kewajiban, nilai buku ekuitas dan jumlah saham yang beredar berasal dari laporan keuangan perusahaan yang didapat langsung dari website BEI. Data harga penutupan saham berasal dari finance.yahoo.com 3.3 Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Dependen 3.3.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian investasi total. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus :

ROA = Laba bersih setelah pajak / Total aktiva 3.3.1.2 Nilai Perusahaan Variabel dependen, yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobins Q. Tobins Q dihitung dengan rumus: {(CP x Jumlah Saham) + TL + I)} CA/TA Keterangan: CP = Closing Price TL = Total Liabilities I = Inventory CA = Current Assets TA = Total Assets 3.3.2 Variabel Independen : Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tanggungjawab sosial perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan instrument yang digunakan oleh Sembiring (2005). Instrumen ini mengelompokkan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan ke dalam. 6 kategori, yaitu : lingkungan, energy, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. 3.3.3 Variabel Independen Kontrol Variabel independen kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel ini berfungsi untuk menghilangkan pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen selain itu juga untuk menghindari adanya bias dalam hasil regresi. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan tipe industry, karena kedua hal itu dapat mempengaruhi tibgkat pengungkapan aktivitas sosial dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan 3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar diperoleh parameter yang valid dan handal atas model regresi yang digunakan. Uji asumsi klasik yang dipakai yaitu : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. 2. Uji Multikolonieritas Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2005).Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% . Dan nilai VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif 3. Uji Autokorelasi Digunakan uji statistik dari Durbin Watson untuk mendeteksi apakah ada serial korelasi (Autokorelasi) atau tidak dalam data time series yang digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam sekumpulan observasi untuk variabel tertentu antara observasi yang satu dengan yang

lain ada hubungan atau korelasi. Langkah awal pendeteksian ini adalah mencari nilai d dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du pada tabel dengan kriteria (Imam Ghozali, 2005). Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi : - Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi. - Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. - Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien korelasi autokerelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif. - Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk lebih menjamin keakuratan hasil maka dilakukann uji statistic dengan autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

menggunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Jika dari hasil uji Glejser didapat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depeden nilai absolut Ut (AbsUt) dan probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka dapat diambil kesimpulan model regresi tersebut tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. 3.4.2 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear berganda, uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t), uji signifikansi simultan (Uji statistik F), dan koefisien determinasi : CSR : 0 + Koefisien Regresi Size Koefisien Regresi Profitabilitas + Koefisien Regresi Leverage + e Keterangan : CSR : Corporate Social Responsibility 0 : Konstanta e : Error a) Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier Variabel independen dalam penelitian ini adalah size perusahaan, profitabilitas, dan leverage. Sedangkan variabel dependennya adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : b. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. c. Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan ketiga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. d. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 16. Hipotesis dalam penelitian ini dipengaruhi oleh nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test dan Ftest untuk menguji signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. Reni Retno 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Dahlia, Lely dan Siregar, Sylvia Veronica. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibiity,

Ketergantungan pada Hutang dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo Suranta, Eddy dan Pratana, Puspita Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobins Q, Ageny Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali Widiastuti, Karlina. 2010. Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Brawijaya.

Proposal Penelitian Kuantitatif PENGARUH TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh : Erwiani (091020066)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2011

You might also like