You are on page 1of 15

PERKEMBANGAN FISIK & KOGNITIF REMAJA AWAL

(Menurut Desmita) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu : Dra. Makmuroch, MS

Disusun oleh :

1. Abdiona Diah P. K. 2. Akhnan Aditya 3. Andita Sari 4. Annisa Nur Hidayati 5. Anysa Mahfirahtikha 6. Aris Martanto

(G0109001) (G0109002) (G0109003) (G0109004) (G0109005) (G0109006)

7. Asa Lintang Z. 8. Asfahani Septiwi 9. Auditya Warta K. 10. Ayu Setyowati 11. Bethania Juanita 12. Bhakti Kristiana

(G0109007) (G0109008) (G0109009) (G0109010) (G0109013) (G0109014)

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap melalui suatu tahap ke tahap selanjutnya.Perkembangan pada manusia terbagi menjadi tiga tahapan yaitu, perkembangan pada masa kanakkanak, remaja, dan dewasa.

Remaja sendiri memiliki arti tumbuh menjadi remaja atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Meskipun sangat sulit untuk menentukan batas akhir masa remaja, istilah remaja telah banyak digunakan untuk menunjukkan suatu tahap perkembangan anatara masa kanak-kanak dan dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai perkembangan fisik dan kognitif remaja.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan masa remaja? 2. Apayang dimaksud dengan perkembangan fisik dan meliputi apa saja perkembangan fisik itu? 3. Apayang dimaksud dengan perubahan pubertas dan meliputi apa saja perubahan pubertas itu? 4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif dan meliputi apa saja perkembangan kognitif itu?

C. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian perkembangan masa remaja. 2. Mengetahui perkembangan fisik pada remaja. 3. Mengetahui perubahan pubertas pada remaja. 4. Mengetahui perkembangan kognitif pada remaja.

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Masa Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latinadolescere yang berarti dalam perkembangan menjadi dewasa. Kapan masa remaja berakhir tidak dapat dirumuskan secara pasti. Penyebabnya antara lain karena adolesen sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya. Setidaknya, hingga akhir abad ke-18 konsep adolesen belum digunakan untuk menunjukkan suatu periode tertentu dari kehidupan manusia. Baru sejak abad 19 muncul konsep adolesen, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial yang menyertai perkembangan industri pada anak di Eropa dan Amerika Serikat. Monks, Knoers, dan Hoditono(2001) membedakan masa remaja atas empat, yaitu: Masa pra-remaja/ pra pubertas (10-12 tahun) Masa remaja awal/pubertas (12-15 tahun) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) Masa remaja akhir (18-21 tahun)

B. Perkembangan Fisik Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang nantinya akan berdampak pada perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Baik anak laki-laki maupun perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, atau yang biasa disebut growth spurt (percepatan pertumbuhan). Pada anak perempuan biasanya mulai mengalami pertumbuhan cepat di usia 10.5 tahun. Dan pada anak lakilaki lebih lambat sekitar 2 tahun, yakni di umur 12.5 tahun.Pertumbuhan cepat ini berlangsung kira-kira 2 tahun. Menurut Zigler dan Stevenson (1993), perubahan yang terjadi pada masa remaja secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu perubahan yang berhubungan

dengan perubahan fisik dan perubahan yang berhubungan dengan perkembangan seksual.

1. Perubahan dalam Tinggi dan Berat Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan di usia 12 tahun sekitar 59 atau 60 inci (150cm). Namun pada usia 18 tahun tinggi badan remaja laki-laki menjadi 69 inci (175cm) dan pada anak perempuan menjadi 64 inci (162cm). Tingkat pertumbuhan tertingginya terjadi sekitar usia 11 atau 12 tahun untuk anak prempuan dan 13 atau 14 tahun untuk anak laki-laki. Remaja perempuan tingginya bertambah sekitar 3 inci (7cm) dan pada remaja laki-laki bertambah sekitar 4 inci (10cm) di tahun tersebut. Faktor penyebab rata-rata tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhannya 2 tahun lebih lambat dari perempuan. Dengan demikian, mereka mengalami penambaha pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak. Baru setelah itu pertumbuhannya berlanjut pada masa percepatan pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni 13 tahun pada anak laki-laki dan 10 tahun bagi anak perempuan. Peningkatan berat badan, juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain diet, latihan, dan gaya hidup. Umumnya perubahan berat badan lebih bisa diramalkan daripada tinggi badan.

2. Perubahan dalam Proporsi Tubuh Percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh yang tampak jelas pada pertumbuhan kaki dan tangan. Lainnya juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah (menghilangnya wajah anak-anak, dahi menjadi lebih luas, mulut melebar, bibir menjadi penuh), perubahan struktur kerangka (percepatan pertumbuhan otot, pengurangan jumlah lemak dalam tubuh). Pertumbuhan otot pada remaja laki-laki lebih cepat dan memiliki lebih banyak jaringan ototnya, sehingga anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan.

C. Perubahan Pubertas. Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangkadan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.Kematangan seksual merupakan rangkaian perubahan- perubahan yang ditandai perubahan pada cirri- cirri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri- ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).

1. Perubahan ciri-ciri seks primer Ciri-ciri seks primer menunjuk padaorgan tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri seks primer pada laki-laki berbeda dengan ciri seks primer pada perempuan Ciri seks primer laki-laki Pertumbuhan batang kemaluan (penis) pertumbuhan kantung kemaluan (skortum) Pada laki-laki ciri seks primer dipengaruhi oleh hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland).Hormon perangsang ini merangsang testis sehingga testis menghasilkan hormon testosterone dan androgen serta spermatozoa. Sperma yang dihasilkan pada tesis memungkin bagi laki- laki pada usia tersebut mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) yang pertama yang dikenal mimpi basah Ciri seks primer perempuan Mengalami menarche (menstruasi)

Pada perempuan menstruasi menunjukan bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan untuk mengandung. Menstruasi dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium) yang terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah dekat uterus dan berfungsi menghasilkan sel- sel telur dan hormone- hormone estrogen (mempengaruhi pertumbuhan sifat- sifat kewanitaan dalam tubuh seseorang) dan progesterone (mematangkan dan mempersiapkan sel telur agar siap dibuahi)

2. Perubahan ciri-ciri seks sekunder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda- tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, merupakan tanda yang membedaan antara lelaki dan perempuan. Ciri seks primer pada laki- laki Tumbuh kumis, jakun dan janggut Bahu dan dada melebar Suara berat Tumbuh bulu di ketiak, dada, kaki, legan,dan di sekitar Ciri seks primer pada perempuan Payudara membesar Suara halus Tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan dan pinggul

kemaluan. Otot- otot menjadi kuat

D. Perkembangan Kognitif Ditinjau dari perspektif teori Piaget,pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal yaitu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa(Lerner&Hustlsch,1983).Pada tahap ini,anak sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis,sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi,sesuatu yang abstrak. Remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik,mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah.Anak kecil yang berada pada tahap konkrit operasional biasanya mengambil kesimpulan apabila sebuah mobil mogok,berarti bensinnya habis.Mereka hanya menghubungkan sebab akibat dalam satu rangkaian saja.Berbeda dengan remaja,mereka bisa memikirkan beberapa

kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok,misalnya karena businya mati,platinanya atau kemungkinan-kemungkinan lain yang menjadi dasar bagi pemikirannya. Dalam suatu eksperimen yang dilakukan Piaget dan Inhelder(1958),anak-anak dan remaja diberi lima tabung berisi cairan tanpa warna.Keempat tabung tersebut diberi label 1,2,3,4 dan g.Anak-anak diminta mengkombinasikan cairan-cairan tersebut hingga

diperoleh cairan warna kuning.Dalam melakukan tugas ini,anak-anak tahap pra operasional mengkombinasikan cairan yang satu ke yang lain dengan tidak teratur.Anak-anak pada tahap konkrit operasional mengkombinasikannya secara lebih teratur melalui trial and error dengan menuangkan cairan dalam tabung berlabel g ke dalam masing-masing dari keempat tabung lain,dan setelah itu ia akan

menyerah(Santrock,1985). Tetapi anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan masalah dengan membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu dan berusaha mengantisipasi berbagai macam informasi yang yang akan diperlukannya untuk memecahkan masalah tersebut.Karena itu mereka mencoba semua kemungkinan kombinasi dan secara sistematis akan menambahkan cairan dalam tabung g ke dalam keempat tabung cairan lain,kemudian mengambil tabung 1 dan mengkombinasikannya dgan g,lalu dengan tabung 2,lalu dengan tabung 3,dan dengan tabung 4,serta sering mencatat tentang apa yang telah mereka coba(Zigler&Stevenson,1993). Jika eksperimenter menanyakan apa yang dilakukan oleh anak remaja untuk memperoleh campuran berwarna kuning,ia dapat menjelaskannya secara detail.Ini dikarenakan anak remaja sudah bisa memahami adanya berbagai macam aspek pada suatu persoalan yang dapat diselesaikan sekaligus.Disini terlihat bahwa perkembangan kognitif pada masa formal operasional mencapai tingkatan tertinggi pada keseimbangan dalam hubungannya dengan lingkungan.Remaja memasuki dunianya dengan segala macam kemungkinan dan kebebasan untuk memikirkann sendiri. Berdasarkan teori dan eksperimen Piaget tersebut, Keating(dalam Seiffert dan Hoffnung,1994), membedakan gaya pemikiran antara pemikiran formal operasional dan konkrit operasional dalam tiga hal penting: 1. Penekanan pada kemungkinan versus kenyataan(emphasizing the possible versus the real) 2. Penggunaan penalaran ilmiah(using scientific reason) 3. kecakapan dalam mengkombinasikan ide-ide(skillfully combining ideas) Menurut Adams dan Gullota(1983),kemampuan mengapresiasi hubungan antara kenyataan dan kemungkinan,kombinasi penalaran,dan hipotesis deduktif

tersebut,dimaksudkan sebagai aspek-aspek struktural dari pemikiran yang mucul bersamaan dengan pemikiran formal pada semua tugas.Dewasa ini,perbedaan

antarindividual dalam kemampuan mengaplikasikan pemikiran formal ke beberapa tugas yang berbeda telah dibuktikan kebenarannya.Dalam hal ini,Berzonsky(dalam Adams&Gullota,1983),mengajukan "branch model" yang menentukan pembentukan pemikiran formal operasional.Pemikiran formal operasional diaplikasikan dalam dua konten(muatan)khusus yaitu:dalam pengetahuan estetika(bersumber dari pengalaman misik,literatur atau seni) dan pengetahuan personal(bersumber dari hubungan interpersonal dan pengalaman konkrit).Kemampuan mengaplikasikan pemikiran formal operasional tidak hanya berkaitan dengan pengalaman belajar khusus melainkan juga dengan tingkah laku(mencakup tingkah laku nonverbal seperti:sikap,motivasi,atau intensitas),simbolik(mencakup simbol-simbol tertulis),semantik(meliputi ide-ide dan pengertian),dan figural(meliputi representasi visual dari objek-objek konkrit). 1. Perkembangan Kognitif menurut Teori Piaget Simbolic Content Semantic Content

Behavior Content

Figural Content

Esthetic Knowledge

Formal Operation

Personal Knowledge

Concrete Operation Pre operation Sensori-motor Operation

Branch model dari perkembangan kognitif ( di adaptasi Adams & Gullota ) Branch model menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan pemikiran formal operasional timbul lebih secara gradual daripada secara orisinal.Pengalaman personal dari berbagai aspek kehidupan,secara umum mungkin menentukan aplikasi pemikiran formal.Karena itu,remaja mungkin mampu menggunakan pemikiran formal operasional dalam satu mata pelajaran,tetapi tidak pada mata pelajaran

lain.tetapi remaja yang lebih dewasa,yang lebih banyak memiliki pengalaman dengan sekolah,hubungan personal,dan kehidupan umumnya,akan memungkinkan untik mengaplikasikan pemikiran formal operasional pada wilayah yang lebih luas dari kehidupannya(Adams&Gullota,1983).

2. Perkembangan Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Ini berarti bahwa dengan melihat bagaimana seseorang remaja mengambil suatu keputusan, maka dapat diketahui

perkembangan pemikirannya. Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal pengambilan keputusan ini, remaja yang lebih tua ternyata lebih kompeten daripada remaja yang lebih muda, sekaligus lebih kompeten dibandingkan anak-anak. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan mengantisipasi pilihan-pilihan, akibat dari menguji situasi dari dan berbagai perspektif,

keputusan-keputusan,

mempertimbangkan

kredibilitas sumber-sumber. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan remaja yang lebih tua, remaja yang lebih muda memiliki kemampuan yang kurang dalam ketrampilan pengambilan keputusan (Santrock,1995). Meskipun demikian, ketrampilan pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua seringkali jauh dari sempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, dimana luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting. Untuk itu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan

mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan-keputusan dunia nyata yang terjadi di dalam atmosfer yang menegangkan, yang meliputi faktor-faktor seperti hambatan waktu dan keterlibatan emosional. Salah satu strategi untuk meningkatkan ketrampilan pengambilan keputusan remaja terhadap pilihan-pilihan dalam dunnia nyata, seperti masalah seks, obat-obatan, dan kebutkebutan di jalan adalah dengan mengembangkan lebih banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan kondisi-kondisi semacam itu di sekolah.

3. Perkembangan Orientasi Masa Depan Sebagai individu yang sedang mengalami proses peralihan dari masa kanak-kanak mencapai kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapannya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1981), remaja mulai memikirkan tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa di masa mendatang. Diantara lapangan kehidupan di masa depan yang banyak mendapat perhatian remaja adalah lapangan pendidikan (NUrmii,1989), di samping itu dunia kerja dan hidup berumah tangga (Havighurst, 1984) Menurut G. Trommsdorff (1983), orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan menurut Nurmi (1991), orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaiian tujuan di masa yang akan datang. Orientasi masa depan berkaitan erat dengan schemata kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitanya dengan pengalaman masa kini dan di masa yang akan datang (Chaplin, 2002). Skemata kognitif berisikan perkembangan sepanjang rentang hidup yang diantisipasi, pengetahuan kontekstual, keterampilan, konsep diri, dan gaya atribusi. Dari schemata yang dihasilkan, individu berusaha mengantisipasi peristiwa-peristiwa di masa depan dan mamberikan makna pribadi terhadap semua peristiwa tersebut, serta membentuk harapan-harapan baru yang hendak diwujudkan dalam kehhidupan di masa yang akan datang. Menurut Nurmi (1991), skema kognitif tersebut berinteraksi dengan tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan, yaitu : (1) motivation; (2) planning; dan (3) evaluation. Pada tahap motivasional, mulanya remaja menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah mereka miliki tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat mereka antisipasi. Jadi, sebagaimana dikemukakan oleh Nurmi (1991),

perkembangan motivasi dari orientasi masa depan merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan beberapa subtahap, yaitu : pertama, munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik; kedua, Individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan dengan minat baru tersebut; ketiga, menetukan tujuan spesifik, dan terakhir memutuskan kesiapannya membuta komitmen yang berisikan tujuan tersebut. Tahap Planning. Menurut Nurmi (1989), perencanaan dicirikan sebagai suatu proses yang terdiri dari 3 subtahap, yaitu pertama, penentuan subtujuan. Pada subtahap ini, individu membentuk suatu representasi diri dari tujuan-tujuannya dan konteks masa depan dimana tujuan tersebut diharapkan dapat terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu mengenai konteks dari aktivitas di masa depan, sekaligus menjadi dasar bagi kedua subtahap bertikutnya. Kedua, penyusunan rencana. Pada subtahap ini individu membuat rencana dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu rencana dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien. Ketiga, melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Dalam subtahap ini, individu dituntut melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan konteks yang sesungguhnya di masa depan. Tahap evaluation. Nurmi (1989) memandang evaluasi ini sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian erhadap tiingkah laku yang

ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri sendiri. dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan ini, proses evaluasi melibatkan causal attributions yang didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesemmpatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya, dan affects berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari.

4. Perkembangan Kognisi Sosial

Menurut Dacey & Kenny (1997), yang dimaksud kognisi sosial adalah kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka. Pada masa remaja ini, muncul keterampilan-keterampilan kognitif baru yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan kognisi sosial mereka. Selama masa remaja kemampuan untuk berpikir abstrak muncul, kemudian menyatu dengan pengalaman sosial sehingga menghasilkan suatu perubahan besar dalam cara-cara remaja memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Salah satu bagian penting dari perubahan perkembangan aspek kognisi sosial remaja ini adalah egosentrisme; yaitu kecenderungan remaja untuk menerima dunia dan dirinya sendiri dari perspektif mereka sendiri. Menurut David Elkind (1976), egosentrisme remaja dapat dikelompokkan menjadi dua: penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan (imaginary audience) berarti keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya seperti dia memperhatikan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilaku remaja untuk menarik perhatian, keinginan untuk tampil diatas panggung, menganggap semua mata tertuju padanya.Mereka menganggap dirinya sebagai aktor dan yang ain sebagai penonton. Dongeng pribadi (personal fable) adalah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik remaja, yang membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat memahami isi hati mereka sesungguhnya.Remaja sering mengarang cerita tentang dirinya yang dipenuhi fantasi, menceburkan diri mereka ke dalam dunia yang jauh dari realitas.Dongeng pribadi ini sering ditemui dalam buku harian remaja.

5. Perkembangan Penalaran Moral Moral merupakan suatu kebutuhan bagi remaja, terutama sebagai pedoman untuk menemukan identitas diri, menggembangkan hubungan antar personal dan menghindari konflik di masa transisi. Lawrence Kohlberg menempatkan moral

sebagai fenomena kognitif dalam kajian psikologi. Menurutnya moral adalah bagian

dari penalaran (reasoning) sehingga ia menamakannya penalaran moral (moral reasoning). Menurut Setiono (1994), moralitas pada hakikatnya adalah penyelesaian konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban. Orang yang bertindak sesuai moral adalah orang yangbertindak sesuai penilaiannya akan baik dan buruk. Karena bersifat penalaran, maka perkembangan moral menurut Kohlberg sejalan dengan perkembangan nalar menurut Piaget. Munurut Kohlberg, penalaran moral remaja mencapai pada tingkat konvensional. Karena dibandingkan anak-anak, moral remaja jauh lebih matang.Beberapa penilitian tentang penalaran moral remaja yang mengacu pada teori moral Kolhberg, menunjukan bahwa pada umumnya remaja mencapai tahap konvensional pada penalaran moral. Pada penelitian Kusdiwarti Setiono (1982) menunjukan bahwa dari 180 mahasiswa Universitas Padjadjaran yang diukur penalaran moralnya berdasarkan moral judgement interview; 1% tahap 2, 2,56% tahap 3, dan 43% tahap 4. Ini menunjukan bahwa perkembangan penalaran moral remaja Indonesia masih kurang atau belum optimal. Dimana menurut teori Kohlberg, idealnya penalaran moral remaja mencapai tahap 5. Karena remaja pada tahap 5 adalah remaja yang memiliki pemikiran sendiri dan tidak mudah terbawa arus zaman.

6. Perkembangan Pemahaman tentang Agama Agama juga merupakan fenomena kognitif. Oleh sebab itu, beberapa ahli psikologi perkembangan (Seifert&Hoffnung) menempatkan pembahasan tentang agama dalam kelompok bidang perkembangan kognitif. Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Dibandingkan masa anak-anak, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. . Pada awal masa anak, Tuhan digambarkan sebagai person yang berada di awan. Pada remaja, mungkin berusaha mencari konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya.

Perkembangan pemahaman remaja terhadap agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Masa remaja mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dilatarbelakangi teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3 yaitu formal operational religious thought, dimana remaja memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan hopotesis.. Dewasa ini suatu teori tentang perkembangan agama yang terkenal adalah theory of faith dari James Fowler. Dalam teori ini remaja awal masuk pada tahap3 yaitu Synthetic-conventional. Pada tahap ini remaja pemikirannya lebih abstrak dan menyesuaikan diri dengan keyakinan agama orang lain. Dan perkembangan remaja akhir berada pada tahap4 yitu Individuating-Reflexive Faith. Pada tahap ini, indiviu untuk pertama kalinya mengambil tanggung jawab penuh terhadap agamanya.

BAB III KESIMPULAN

1. Masa remaja adalah masa dimana anak dalam perkembangan menjadi dewasa

2. Perkembangan fisik adalah gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang nantinya akan berdampak pada perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Perkembangan fisik meliputi : a. Perubahan dalam Tinggi dan Berat

b. Perubahan dalam Proporsi Tubuh

3. Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangkadan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Perubahan pubertas meliputi : a. Perubahan ciri-ciri seks primer b. Perubahan ciri-ciri seks sekunder

4. Orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks. Berkenaan dengan fenomena kognitif maka orientasi masa depan berkaitan erat dengan Skema Kognitif. Dalam interaksinya dengan Skema kognitif, terdapat tiga proses dalam orieentasi masa depan, yaitu : (1) motivation; (2) planning; dan (3) evaluation.

You might also like