You are on page 1of 85

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT.

ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A34104063

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis . Jacq) di PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A 34104063

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO. Pengelolaan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation, Jambi (Dengan Aspek Khusus Pemanenan). Dibawah bimbingan PURWONO. Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari 2008 dan berakhir pada tanggal 7 Juni 2008 di PT Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan, menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan, baik teknis maupun manajerial dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja yang nyata. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah melakukan pengamatan, mengimplementasi serta melatih berpikir sistematis dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pemanenan dan memberi masukan kepada pihak kebun untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kebun yang berkaitan dengan kegiatan panen. Dalam pelaksanaan kegiatan magang, mahasiswa melakukan beberapa kegiatan yang terdiri dari aspek teknis, aspek khusus dan aspek manajerial. Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan meliputi: kegiatan pemeliharaan dan pemanenan. Dalam kegiatan pemanenan terdapat aspek khusus yang diamati yang meliputi: kegiatan sensus buah, kriteria matang panen dan mutu buah serta perhitungan angka kerapatan panen (AKP). Aspek manajerial yang dilaksanakan mahasiswa meliputi: satu bulan pertama menjadi KHL (karyawan harian lepas), satu bulan menjadi pendamping mandor, dan dua bulan menjadi pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari kebun yang meliputi: lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun. Kebun EMAL memiliki keadaan topografi datar sampai bergelombang. Jenis tanah yang mendominasi adalah tanah mineral Padsolik Merah Kuning. Keadaan iklim di kebun EMAL termasuk kategori iklim sangat basah (tipe A) menurut Scmidth dan Ferguson. Kebun EMAL tergolong dalam kelas kesesuaian lahan S2 (agak sesuai). Produksi dan produktivitas kelapa sawit per tahun tanam di kebun EMAL dalam lima tahun terakhir (2003 2007) mengalami peningkatan. Keadaan jalan rusak akibat curah hujan yang tinggi dan kurangnya fasilitas bekerja mengakibatkan kegiatan pemanenan, pemeliharaan dan transportasi panen menjadi terhambat dan tidak maksimal. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan jalan secara menyeluruh dan kelengkapan fasilitas bekerja. Kegiatan pemeliharaan di kebun EMAL secara umum sudah berjalan baik dan lancar. Keadaan topografi yang cukup curam dan beberapa tajuk tanaman terlampau tinggi di beberapa areal mengakibatkan kegiatan pemeliharaan menjadi terhambat.

Secara umum jumlah tenaga pemanen divisi III sudah mencukupi. Tetapi masih banyak dijumpai kualitas hasil panen yang rendah yang ditunjukkan dengan masih cukup banyaknya jumlah buah kurang matang terpanen dan tandan bergagang panjang. Banyaknya pemanen memotong buah kurang matang disebabkan para pemanen ingin mengejar basis dan premi panen. Kondisi ini disebabkan angka kerapatan panen divisi III rendah. Diperlukan pengurangan basis panen agar para pemanen tidak memotong buah mentah dan kurang matang. Basis panen dapat ditentukan berdasarkan angka kerapatan panen kebun. Jumlah tandan bergagang panjang yang dipanen di divisi III masih cukup banyak. Hal ini disebabkan pengawasan panen yang kurang teliti sehingga diperlukan pengawasan panen yang lebih ketat.

Judul

: PENGELOLAAN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO BAKRIE SUMATERA PLANTATION,

LESTARI,

PEMATANG KULIM, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Indra Harimurti Sartono Prabowo : A 34104063 : Agronomi

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Purwono, MS NIP. 131 124 018

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP : 131 124 019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 22 maret 1986. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari Bapak Haryadi dan Ibu Sri wahyuningsih. Tahun 1998 penulis menyelesaikan bangku pendidikan Sekolah Dasar selama 6 tahun di SD. Letjen S. Prapto, Panca Arga, Magelang. Pada tahun 2001 lulus dari SLTPN 7 Magelang. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA 1 Magelang. Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah bergabung dalam OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Magelang Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation (Dengan Aspek Khusus Pemanenan). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Dan secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ayahanda Haryadi dan Ibunda Sri Wahyuningsih tercinta, beserta adik adik tersayang yang selalu memberikan kasih sayang tak terbatas sepanjang masa kepada penulis. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbingan yang telah memberikan saran, bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M Agr. selaku dosen pembimbing akademik penulis Bapak Sugiyanto, Ibu Nunuk, Nur Fajri Rahmawati beserta adik adik tersayang di Magelang, terima kasih atas kasih sayang dan motivasi hidup yang diberikan kepada penulis. Rekan - rekan satu perjuangan selama di Bogor dan Jambi, Agronomers 41, anak - anak kostan Arjuna dan kostan Kumbang terima kasih atas kebersamaan dan kekompakan kita selama 4 tahun ini. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan di IPB dan magang di Jambi. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi kita semua baik saat ini maupun di saat yang akan datang. Amin.

Bogor, Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................... i DAFTAR TABEL .................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1.2. Tujuan ....................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2.1. Botani Kelapa Sawit .................................................................. 2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit .................................................... 2.3. Pemeliharan Tanaman Kelapa Sawit ......................................... 2.4. Pemanenan Kelapa Sawit .......................................................... BAB III. METODOLOGI. ..................................................................... 3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 3.2. Metode Pelaksanaan .................................................................. BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI KEBUN ..................................... 4.1. Lokasi Kebun ............................................................................ 4.2. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim ......................................... 4.3. Areal Konsesi danTata Guna Lahan ........................................... 4.4. Keadaan Tanaman, Produksi dan Produktivitas Kebun .............. 4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .................................. BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.............................. 5.1. Aspek Teknis ..................................................................................... 5.1.1. Kegiatan Pemeliharaan .................................................................... 5.1.1.1. Pengendalian Gulma Tanaman Menghasilkan ...................... 5.1.1.2. Pengendalian Ulat Api ......................................................... 5.1.1.3. Pemupukan ......................................................................... 5.1.1.4. Perawatan Jalan ................................................................... 5.1.2. Pemanenan ...................................................................................... 5.1.2.1. Persiapan Panen ................................................................... iii iv 1 1 3 4 4 5 5 5 8 8 8 15 15 15 15 16 17 20 20 20 20 26 31 35 36 36

5.1.2.2. Pelaksanaan Panen ............................................................... 5.1.2.3. Basis dan Premi Panen ......................................................... 5.1.2.4. Pengawasan dan Denda Panen ............................................. 5.1.2.5. Organisasi Panen ................................................................. 5.1.2.6. Administrasi Panen .............................................................. 5.1.2.7. Transportasi Panen .............................................................. 5.1.3. Pengolahan Kelapa Sawit ................................................................ 5.2. Aspek Manajerial ............................................................................... 5.2.1. Pendamping Mandor............................................................... 5.2.2. Pendamping Asisten ............................................................... BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 7.2. Saran ......................................................................................... BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................. LAMPIRAN ............................................................................................

45 47 50 51 52 53 54 56 57 61 62 62 63 65 66

DAFTAR TABEL

No. Teks

Halaman

1. Tingkat Kematangan Tandan Kelapa Sawit ................................... 2. Tata Guna Lahan PT. EMAL 2008 ................................................ 3. Produksi TBS PT. EMAL per Tahun Tanam ................................. 4. Produktivitas TBS PT. EMAL per Tahun Tanam........................... 5. Jumlah Karyawan PT. EMAL Bulan April 2008 ............................ 6. Kategori Tingkat Serangan Ulat Api di PT. EMAL........................ 7. Basis Tugas dan Premi Pemupukan Berdasarkan Dosis ................. 8. Pengamatan Sensus Buah Blok J Tahun Tanam 1994 .................... 9. Perbandingan Luas Perhitungan dengan Luas Aktual Kapel Panen ............................................................................................ 10. Peralatan Panen di Kebun EMAL .................................................. 11. Pengamatan Kriteria Matang Panen Berdasarkan Fraksi Panen ............................................................................................ 12. Jumlah Buah Bergagang Panjang................................................... 13. Pengamatan Angka Kerapatan Panen............................................. 14. Rekapitulasi Angka Kerapatan Panen ............................................ 15. Basis dan Premi Over Basis Panen Tahun 2008 ............................. Lampiran 1. Jurnal Harian Sebagai KHL ........................................................... 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor .................. 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten................... 4. Kelas Kesesuaian Lahan PT. EMAL.............................................. 5. Data Curah Hujan PT Eramitra Agro Lestari pada 10 Tahun Terakhir ........................................................................................ 6. Nota Angkut Buah (NAB) .............................................................

6 16 17 17 19 27 34 37 38 41 42 43 44 44 48

67 68 69 70 71 72

DAFTAR GAMBAR

No. Teks 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Halaman

Pengamatan Sensus Buah................................................................. Pengamatan Angka Kerapatan Panen ............................................... Kegiatan Pembabadan ...................................................................... Kegiatan Menyemprot Gawangan .................................................... Kegiatan Menyemprot Piringan ....................................................... Ulat Api Sethosea asigna ................................................................. Gejala Serangan Ulat Api................................................................. Penyemprotan Ulat Api dengan Knapsack ....................................... Injeksi Batang ................................................................................. a. Jamur Cordyceps .......................................................................... b. Bunga Turnera subulata ..............................................................

10 12 21 24 25 26 27 28 29 31 31 32 46 53

11. 12. 13.

Kegiatan Pemupukan ...................................................................... Kegiatan Panen TBS ........................................................................ Muat TBS Menggunakan Truk Buah................................................ Lampiran

1. 2.

Peta Kebun Eramitra Agro Lestari ................................................... Struktur Organisasi PT Eramitra Agro Lestari ..................................

73 74

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan devisa negara melalui minyak sawit dan minyak inti sawit. Dengan berkurangnya peranan minyak dan gas bumi dalam menghasilkan devisa dan pendapatan negara maka peranan komoditas di sub sektor perkebunan sangat dirasakan pentingnya. Kelapa sawit merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit banyak diminati oleh para investor karena mempunyai prospek yang cukup tinggi (Fauzi et al. 2002). Indonesia pada tahun 2007 merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sebesar 17.00 juta ton dan tahun 2008 diperkirakan Indonesia akan tetap menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan estimasi produksi sebesar 18.60 juta ton. Saat ini sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia (Pahan, 2006). Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 % dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa sawit yang mengalami peningkatan selama periode 2000-2005. Pada tahun 2000 luas areal sebesar 4 158 077 ha meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005. Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1 juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi 6 074 926 ha (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2006). Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau 50% dari penduduk dunia. Di daerah inilah, tingkat pertumbuhan ekonomi pada saat ini hingga tahun 2010 merupakan yang paling tinggi. Selain itu, konsumsi minyak per kapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh

di bawah rata-rata penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia (Pahan, 2006). Panen merupakan salah satu kegiatan yang paling penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan disamping transportasi. Selain bahan tanam yang baik dan pemeliharaan tanaman, panen juga salah satu faktor yang paling penting dalam menampung produksi, keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Sebab potensi produksi yang tinggi juga tidak ada artinya jika eksploitasi hasil tidak dilakukan secara optimal. Produksi minyak CPO di suatu kebun dapat menunjukkan tingkat hasil yang dicapai sudah maksimal atau belum. Hasil yang maksimal hanya dapat dicapai jika kehilangan (losses) minimal. Sumber-sumber kerugian produksi di lapangan ialah panen buah mentah, buah matang tertinggal di pokok (tidak dipanen), brondolan tidak dikutip, serta buah di TPH tidak terangkut ke PKS. Mengutip hasil panen, transportasi dan pengolahan merupakan suatu rangkaian mata rantai yang harus dilaksanakan secara terpadu karena kepentingannya yang saling mempengaruhi. Dalam industri perkebunan kelapa sawit pengelolaan panen merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas (asam lemak bebas atau FFA) dan kuantitas (ekstraksi) produktivitas kebun. Sistem panen bertujuan untuk memperoleh rendemen minyak yang tinggi serta mutu minyak yang baik. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh seluruh anggota kebun dan untuk mengawasi jalannya ketentuan tersebut maka diperlukan suatu pengelolaan panen yang baik. Pengelolaan panen yang baik adalah manajemen yang dapat menciptakan keharmonisan di antara kegiatan panen, pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan brondolan, dan pengolahan hasil kelapa sawit. Apabila di antara ketiga kegiatan tersebut telah tercipta suatu hubungan kerja yang erat maka akan menciptakan suatu hasil kualitas dan kuantitas yang baik dari hasil kebun perusahaan tersebut.

1.2. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan, menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan, baik teknis maupun manajerial dan meningkatkan keterampilan dalam memahami proses kerja yang nyata. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah melakukan pengamatan, mengimplementasi serta melatih berpikir sistematis dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditemukan dalam kegiatan pemanenan dan memberi masukan kepada pihak kebun untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kebun yang berkaitan dengan kegiatan panen.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Kelapa Sawit Menurut Semangun dan Mangoensokardjo (2003), upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dan dilanjutkan ke abad-abad selanjutnya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperoleh data dan informasi baru untuk para ahli dalam melakukan perubahan, penyesuaian dan pembetulan. Taksonomi kelapa sawit yang umum sekarang adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Tracheophyta : Pteropsida : Angiospermae : Monocotyledoneae : Arecales : Palmae (Arecaceae) : Cocoidae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang mempunyai fungsi sebagai penyerap unsur hara dan respirasi tanaman serta sebagai penyangga berdirinya tanaman. Tanaman kelapa sawit dewasa memiliki 8 000 10 000 akar primer yang panjangnya 15 20 meter dari dasar batang dengan diameter 4 10 mm. Sebagian besar tumbuh mendatar sekitar 20 60 cm di bawah permukaan tanah. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai penyangga tajuk dan sebagai jalan pengangkutan air dan hara (zat makanan) dari akar ke seluruh bagian tanaman dan jalan pengangkutan hasil asimilasi dari daun ke seluruh bagian tanaman serta sebagai tempat menyimpan bahan makanan atau zat-zat cadangan makanan. Pertumbuhan batang kelapa sawit tidak terbatas selama masa hidupnya, tetapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai berumur 25 tahun atau mencapai ketinggian 10 11 m (Lubis et al. , 1989).

2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari. Curah hujan yang tinggi menurunkan radiasi matahari karena cuaca banyak berawan. Tanaman kelapa sawit akan tumbuh baik pada ketinggian 0 400 m dpl. Kelapa sawit menghendaki iklim dengan curah hujan antara 2 000 2 500 mm per tahun, dengan jumlah bulan kering dalam satu tahun 1 2 bulan. Suhu udara rata-rata 22 33o C. Kelembapan udara 50 90 % dengan kelembapan udara optimal 80 %. Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Sebagian besar dari lahan-lahan yang dipakai untuk usaha tani kelapa sawit termasuk jenis-jenis tanah Organosol, Regosol, Andosol, Aluvial, Latosol, Podsolik Merah Kuning, dan Podsolik Coklat. Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah tanah yang memiliki pH netral, lapisan tanah dalam (tebal solum 80 cm), tekstur ringan, perkembangan struktur baik dan memiliki kandungan unsur hara yang tinggi (Lubis et al. , 1989). 2.3. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan sangat menentukan produksi kelapa sawit. Pemeliharaan tersebut juga ditujukan terhadap media tumbuh (tanah) agar tidak terjadi kerusakan atau kemiskinan unsur hara. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit meliputi beberapa aspek, yaitu penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit, penunasan, kastrasi dan penyerbukan buatan. 2.4. Pemanenan Kelapa Sawit Sasaran atau tujuan panen kelapa sawit adalah mendapatkan minyak dan inti sebanyak-banyaknya. Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah matang panen serta mengumpulkan brondolannya, kemudian mengangkut tandan buah serta brondolan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas (ALB) serendah mungkin. Untuk memperoleh mutu panen yang baik perlu diperhatikan derajat kematangan buah, hal ini dapat

berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kandungan ALB (Lubis et al. , 1989). Tingkat kematangan tandan yaitu persentase buah luar yang memberondol dengan kiteria dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Kematangan Tandan Kelapa Sawit Fraksi Kriteria kematangan 00 Tidak ada, buah berwarna hitam 0 Satu brondolan sampai 12.5 % dari buah luar 1 12.5 25 % buah luar membrondol 2 25 50 % buah luar membrondol 3 50 75 % buah luar membrondol 4 75 100 % buah luar membrondol 5 Buah dalam ikut memberondol Sumber : Lubis (1992) Derajat kematangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II

Kerapatan panen adalah perkiraan jumlah pohon yang dapat dipanen dari seluruh pohon yang ada dalam blok, dihitung secara acak dari sejumlah pohon tertentu dalam blok tersebut. Kerapatan panen tersebut akan digunakan untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan angkutan dan pengolahan TBS pada esok harinya (Yahya, 1990). Rotasi panen adalah lamanya waktu antara satu panen dengan panen berikutnya dalam satu kapel panen tertentu. Kapel adalah luasan areal yang dipanen dalam sekali panen oleh beberapa pemanen. Setiap afdeling biasanya dibagi menjadi beberapa kapel panen yang jumlahnya sesuai dengan jumlah hari panen dalam satu rotasi panen. Sistem panen terdiri dari dua, yaitu ancak tetap dan ancak giring. Ancak tetap adalah setiap pemanen diberi ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari itu. Ancak giring adalah setiap pemanen diberikan ancak per baris tanaman dan digiring bersama-sama (Koedadiri et al. , 2005). Tenaga panen jumlahnya harus disiapkan agar pemanenan dapat diselesaikan dalam satu hari. Apabila panen tidak sesuai, buah yang telah matang akan lewat matang pada rotasi berikutnya. Jumlah pemanen yang dibutuhkan dapat ditentukan dari kapsitas panen. Kapasitas panen tergantung pada kerapatan panen dan keadaan lahan (topoprafi) tempat pemanen. Untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja pemanen buah dapat menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga pemanen = Keterangan :

A = Luas ancak (kappel) yang akan dipanen (ha) B = Kerapatan panen C = Rata-rata berat buah D = Populasi tanaman/ha E = Kapasitas panen/HK Pengangkutan tandan buah segar (TBS) adalah kegiatan pengangkutan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) di lapangan ke pabrik. Tandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga maksimum 12 jam setelah panen. Hal ini bertujuan agar minyak yang dihasilkan dari buah tersebut mempunyai mutu yang baik. Untuk tercapainya tujuan ini harus didukung dengan sarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang cukup, sehingga kemungkinan buah menginap di kebun tidak terjadi. Kebutuhan alat angkut ini tergantung dari jumlah alat angkut, kapasitas alat angkutnya dan jarak tempuh dari lapangan sampai ke pabrik. Karena bila buah yang telah dipanen sampai menginap pada hari itu juga, maka akan terjadi perubahan mutu minyak yaitu meningkatnya asam lemak bebas (Tim Penyusun Vademecum, 1993). Pemberian premi panen bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil panen dan meningkatkan pendapatan karyawan sesuai dengan jumlah dan mutu yang diperoleh. Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan melebihi target. Pemeriksaan hasil panen dilakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi: pemeriksaan tandan matang tidak panen, tandan dipanen tidak terkumpul, brondolan tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, dan buah tertinggal di pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi: pemeriksaan tandan mentah, cangkem kodok (huruf V), susunan tandan dan kebersihan brondolan.

BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan. Praktik dimulai dari tanggal 14 Februari 2008 sampai dengan 7 Juni 2008 di kebun Eramitra Agrolestari (EMAL), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Pematang Kulim, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. 3.2. Metode Pelaksanaan Dalam pelaksanaan kegiatan magang, beberapa kegiatan yang

dilaksanakan antara lain: aspek teknis, aspek manajerial dan aspek khusus. 3.2.1. Aspek teknis kegiatan magang Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan meliputi: 3.2.1.1. Pemeliharaan a) Pengendalian gulma tanaman menghasilkan Kegiatan pengendalian gulma tanaman menghasilkan meliputi

pengendalian gulma secara manual dan secara kimia. Dalam kegiatan ini mempelajari dan mempraktikkan cara pengendalian gulma secara manual dan kimia, mempelajari macam macam jenis gulma yang dikendalikan, peralatan yang digunakan, dosis herbisida yang digunakan dalam pengendalian secara kimia, cara kerja, jumlah tenaga kerja yang digunakan tiap kegiatan, norma kerja yang digunakan dan kendala yang dihadapi di lapangan. b) Pengendalian ulat api Kegiatan pengendalian ulat api mempelajari jenis ulat api yang menyerang di kebun EMAL dan cara penanggulangannya, mempelajari alat dan bahan yang digunakan, cara kerja tiap kegiatan pembrantasan ulat api, jumlah tenaga kerja yang digunakan, norma kerja yang digunakan, dan kendala yang dihadapi di lapangan.

c) Pemupukan Dalam kegiatan pemupukan mempelajari jenis pupuk yang digunakan, waktu dan rotasi pemupukan, mekanisme kegiatan pemupukan, dosis tiap jenis pupuk, norma kerja pemupukan, serta perhitungan premi pupuk. d) Perawatan jalan Kegiatan perawatan jalan mempelajari dan melaksanakan secara langsung kegiatan perawatan jalan dan norma kerja yang digunakan. 3.2.1.2. Pemanenan Dalam kegiatan pemanenan beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain: persiapan panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen, pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta transportasi panen. a) Persiapan panen Pada kegiatan persiapan panen mempelajari dan melaksanakan kegiatan sensus buah, rotasi dan kapel panen, sistem hanca panen, persiapan teknis lapang, peralatan panen, kriteria matang panen, mutu buah, angka kerapatan panen (AKP) serta perhitungan tenaga kerja pemanen. Dalam persiapan panen terdapat aspek khusus yaitu kegiatan sensus buah, kriteria matang panen, mutu buah dan perhitungan angka kerapatan panen (AKP). Pengamatan sensus buah Tempat : Divisi III blok J

Tahun tanam : 1994 Luas areal SPH Total pokok BJR : 59.84 ha : 125 pokok/ ha : 7480 : 16.4 kg

Dalam 1 baris tanaman terdapat 29 32 pokok sawit Cara pelaksanaan sensus buah adalah: Baris pertama yang dimasuki adalah baris nomor 3 (titik sensus) dari arah selatan utara

Menentukan jumlah pohon sampelnya antar barisan jaraknya 5 baris dan dalam baris berselang 5 pohon Tiap baris tanaman rata rata terdapat 6 7 pohon sampel (pohon sensus) yang diamati Pengamatan jumlan tandan dalam pohon sampel dimulai dengan menghitung buah antesis sampai dengan buah mentah (fraksi 0) yang diperkirakan siap dipanen 1 6 bulan berikutnya

Pengamatan jumlah tandan dilakukan pada tiap pohon sampel dan setelah selesai menghitung tandan dari pohon sensus, penulis memberi tanda pada pohon yang telah disensus menggunakan cat putih

o o o U X o o o o S o o o o
Baris 18

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

o o o o X o o o o o o o o
Baris 13

o o o o o o o o o o o o o

o o o X o o o o o o o o o
Baris 8

o o o o o o o o o o o o o

o o o o o o o o o o o o o

o o o o X o o o o o o o o
Baris 3

o o o o o o o

Gambar 1. Pengamatan Sensus Buah Keterangan: : Gawangan mati : Pasar pikul X : Pohon sampel : 240 baris

1 blok besar

No. baris contoh : 3,8,13,18,...,238 No. pohon sampel : 5,10,15,20,25,30

Jumlah tandan dari pokok sampel Jumlah total pokok BJR Pokok sampel Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen) Pengambilan sampel buah

Cara perhitungan estimasi produksi adalah:

Tempat Grup 1 grup 1 pemanen Total pemanen Total TPH No. Pemanen

: Divisi III : A dan B : Diambil masing masing 3 pemanen : Diambil 2 TPH : 6 pemanen : 12 TPH (TPH no. 2 dan 3) : No. 1, 2, 3 (grup A) No. 19, 20, 21 (grup B)

Cara pelaksanaan : Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan dengan menghitung semua buah setelah selesai dipanen dan dikumpulkan dalam TPH Mutu buah (berdasarkan buah bergagang panjang)

Tempat Total TPH

: Divisi III : 10 TPH

Cara pelaksanaan : Pengambilan TPH dilakukan acak pada tiap pemanen. Pengamatan dilakukan setelah para pemanen memanen buah di pohon dan meletakkannya di TPH. Standar maksimal panjang gagang TBS yang dipanen di kebun EMAL adalah 3 cm. Perhitungan angka kerapatan panen (AKP)

Tempat Tahun tanam Luas areal

: Divisi III blok K 23 dan blok L 25 : 1994 : 17.67 ha (blok K 23) : 15.57 ha (blok L 25)

SPH

: 121 pokok/ ha : 134 pokok/ ha

Total pokok

: 2138 (blok K 23) : 2086 (blok L 25)

Cara pelaksanaan pengamatan AKP: Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon sampel dalam satu baris tanaman dari arah selatan ke utara, tiap baris tanaman terdapat 28 32 pohon

Tiap pohon dalam 1 baris tanaman dijadikan sebagai pohon sampel dan pengamatan pohon sampel dimulai dari baris ke 5 Jarak antar baris yang diamati adalah 10 baris Dalam pohon sampel diamati jumlah tandan yang matang dan siap dipanen

o o o U o o o o o S o o o o o o o o o o o

X o X o X o X o X o X o X
Baris 15

o o o o o o o o o o o o o

o o o o o o o o o o o o o

o o o o o o o o o o o o o

o o o o o o o o o o o o o

X o X o X o X o X o X o X
Baris 5

o o o o o o o o o o o o o

o o o o o o o

Gambar 2. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Keterangan: : Gawangan mati : Pasar pikul Jumlah baris Blok K - 23 Blok L - 25 : 71 baris : 62 baris X : Pohon sampel

No. baris contoh

: 5,15,25,35,45,55,65

No. pohon contoh : 1,2,3,4,5,...,30 Jumlah tandan matang dalam tiap baris tanaman AKP = 100 % Jumlah pokok sampel

b) Pelaksanaan panen Dalam pelaksanaan panen mempelajari langkah langkah kerja pemanen dalam memanen buah serta beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat kegiatan panen berlangsung. c) Perhitungan basis dan premi panen Mempelajari dan mengetahui cara perhitungan basis dan premi panen yang diberikan kepada pemanen. d) Pengawasan dan denda panen Mempelajari dan mengetahui jenis denda yang berlaku di kebun EMAL beserta besaran nilai denda yang diberikan kepada pemanen. e) Struktur organisasi Mempelajari struktur organisasi panen yang digunakan di kebun EMAL. f) Administrasi panen Mempelajari kegiatan administrasi dalam kegiatan panen di kebun EMAL, mempelajari cara - cara pencatatan nota angkut buah, produksi buah, laporan harian mandor panen, produksi TBS per hari dan per blok, serta macam - macam pencatatan administrasi panen di kantor estate. g) Transportasi panen Dalam kegiatan transportasi panen mempelajari sistem transportasi dalam kegiatan panen di kebun EMAL yang meliputi: macam - macam alat transportasi yang digunakan dalam pengangkutan buah, kapasitas masing masing alat angkut transportasi panen, serta kendala yang dihadapi dalam kegiatan transportasi panen. 3.2.1.3. Pengolahan kelapa sawit Mahasiswa mempelajari fungsi masing masing stasiun pengolahan kelapa sawit yang meliputi: stasiun penerimaan buah, stasiun perebusan (sterilizer), stasiun pemipilan, stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser), stasiun pemurnian (clarifier), stasiun pemisahan biji dan kernel, stasiun pembangkit tenaga, dan stasiun pengolahan limbah (effluent treatment). Mahasiswa berada di pabrik kelapa sawit kebun EMAL selama 2 hari.

3.2.2. Aspek manajerial kegiatan magang Kegiatan aspek manajerial yang diikuti adalah: a) Satu bulan pertama menjadi KHL (karyawan harian lepas) Selama menjadi KHL kegiatan yang dilakukan antara lain: kegiatan pemeliharaan (pengendalian gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat api, pemupukan, dan perawatan jalan) dan kegiatan pemanenan (persiapan panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen, pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta transportasi panen). b) Satu bulan menjadi pendamping mandor Selama menjadi pendamping mandor, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengabsen dan mengawasi pekerjaan karyawan. c) Dua bulan menjadi pendamping asisten Selama menjadi pendamping asisten, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengontrol tiap jenis pekerjaan dan mempelajari administrasi kebun. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari kebun yang meliputi: lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun.

BAB. IV KONDISI UMUM LOKASI KEBUN

4.1. Lokasi Kebun Secara administratif PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation terletak di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Jarak dari kota Jambi ke lokasi kebun sekitar 150 Km atau 4 jam perjalanan melalui darat. Jarak dari Kabupaten Sarolangun ke lokasi kebun sekitar 41 Km atau 1 jam perjalanan melalui darat. Secara geografis, lokasi kebun EMAL sebelah utara berbatasan dengan Desa Pauh, sebelah selatan berbatasan dengan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan kebun karet masyarakat, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lubuk Kepayang, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Gurun Tuo dan Desa Gurun Mudo. 4.2. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim Kondisi lahan Kebun EMAL memiliki topografi datar sampai

bergelombang dengan kemiringan lahan 0 30 % dengan ketinggian tempat mencapai 50 100 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hasil survey tinjau di kebun jenis tanah yang mendominasi kebun EMAL adalah tanah mineral Padsolik Merah Kuning. Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanah maka kebun EMAL tergolong dalam kelas kesesuaian lahan S2 (agak sesuai). Data hasil evaluasi kesesuaian lahan PT. EMAL terlampir pada Tabel Lampiran 4. Menurut Scmidth dan Ferguson, keadaan iklim di kebun EMAL termasuk tipe A ( Q = 10 %) yaitu kategori iklim sangat basah. Rata rata curah hujan per tahun dalam 10 tahun terakhir adalah 2 892 mm, rata rata hari hujan 123 hari/ tahun dengan rata-rata bulan kering 1 bulan/ tahun dan rata-rata bulan basah 10 bulan per tahun. Data curah hujan dalam 10 tahun terakhir (tahun 1998 2008) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. 4.3. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Menurut SK/ HGU, luas lahan yang diizinkan untuk PT. EMAL adalah 10 617 ha. Luas total areal tanaman menghasilkan kebun EMAL adalah 3989.77 ha yang terdiri dari 6 divisi. Divisi I seluas 484.94 ha, Divisi II seluas 665.12 ha,

Divisi III seluas 702.91 ha, Divisi IV seluas 699.06 ha, Divisi V seluas 883.33 ha, dan Divisi VI seluas 590.08 ha seperti yang terlihat pada Gambar Lampiran 1. Sebelum akhir tahun 2007 kebun EMAL terbagi menjadi 8 divisi, tetapi pada akhir tahun 2007 dirubah menjadi 6 divisi. Data tata guna lahan kebun EMAL disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tata Guna Lahan PT. EMAL 2008 Kategori Tanaman menghasilkan TM 94 TM 95 TM 96 TM 97 TM 98 TM 99 Sisipan 2000 Total TM 2 TBM 2007 3 Land clearing 2008 4 Total areal dapat ditanam ( 1+2+3) 5 Total areal tidak ditanam 6 Hutan muda/ tanah kosong 7 Areal cadangan 8 Total areal diusahakan ( 4+5 ) Total SK/ HGU Sumber: Kantor Estate EMAL 2007 No. 1 Luas (ha) 1 283.74 1 447.88 259.21 564.87 232.29 191.13 10.65 3 989.77 22.50 36.91 4 049.18 346.99 49.16 4 420.00 4 396.17 10 617.00

4.4. Keadaan Tanaman, Produksi dan Produktivitas Kebun Berdasarkan sumber bibitnya, jenis tanaman kelapa sawit yang diusahakan di PT EMAL adalah varietas Tenera dan Dura. Bibit ini berasal dari PT Socfindo dan Marihat. Tata tanam yang digunakan adalah tata tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m. Produksi dan produktivitas kelapa sawit per tahun tanam di kebun EMAL dalam lima tahun terakhir (2003 2007) mengalami peningkatan. Umumnya produksi akan tinggi jika pemeliharaan kebun terjaga dengan baik dan keadaan iklim mendukung tanaman untuk berproduksi. Perkembangan produksi dan

produktivitas kelapa sawit PT. EMAL per tahun tanam dalam lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Produksi TBS PT. EMAL per Tahun Tanam Tahun tanam Luas (ha) 2003 18994 23075 3070 5321 1884 145 52489 Produksi aktual (ton TBS) 2004 2005 2006 20651 22112 25610 24530 26212 29740 3274 3789 4035 6099 8965 11118 2397 4033 4505 165 325 853 57116 65446 75861

1994 1284 1995 1448 1996 259 1997 550 1998 230 1999 55 Total 3826 Sumber: Kantor Estate EMAL 2007

2007 28424 30235 4429 11661 4766 795 80310

Tabel 4. Produktivitas TBS PT. EMAL per Tahun Tanam Produktivitas aktual (ton TBS/ ha/ tahun) 2003 2004 2005 2006 2007 1994 14,8 16,1 17,2 19,9 22,1 1995 15,9 16,9 18,1 20,5 20,9 1996 11,8 12,6 14,7 15,6 17,1 1997 9,7 11,1 16,3 20,2 21,2 1998 8,2 10,4 17,5 19,6 20,7 1999 2,6 3,0 5,9 15,5 14,4 Total 13,7 14,9 17,1 19,8 21 Sumber: Kantor Estate EMAL 2007 Tahun Tanam 4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT. Eramitra Agro Lestari merupakan salah satu unit perkebunan yang dikelola oleh Bakrie Sumatera Plantation. Di tingkat kebun, kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang GM (General Manager) yang membawahi seorang EM (Estate Manager) yang bertanggung jawab langsung kepada AM. Dalam melaksanakan tugasnya, EM dibantu olek 6 orang asisten divisi, 1 orang asisten gudang, 1 orang asisten traksi dan bengkel, serta satu orang clief clerk (asisten kantor estate). Estate manager bertugas mengelola, mengorganisir dan mengendalikan seluruh unit kegiatan kebun yang bertujuan untuk mencapai target produksi kebun

dengan efisien. EM bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung terhadap EM atas masing masing divisi yang dikelolanya dengan tujuan agar tercapai target produksi masing masing divisi yang dikelola dengan biaya serendah rendahnya. Asisten divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan kegiatan operasional dan administrasi divisi secara tertib, pembinaan sumber daya manusia yang dipimpin dalam divisi, dan pengendalian biaya yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten divisi dibantu oleh seoran mandor I sebagai orang kepercayaannya. Mandor I dibantu oleh mandor panen, mandor pupuk, mandor semprot, mandor babad, kerani cek dan kerani transport. Dalam kegiatan administrasi asisten divisi dibantu oleh seorang kerani divisi. Asisten gudang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan distribusi bahan bahan di gudang yang dikirim dari kantor Jambi. Asisten gudang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang kepala gudang dan beberapa pembantu gudang dalam melaksanakan pengawasan dan menghitung segala

macam bahan yang masuk ke gudang (solar, spare part, herbisida, insektisisda, obat obatan, dan lain lain). Dalam kegiatan administrasi gudang asisten gudang dibantu oleh seorang kerani gudang. Asisten traksi dan bengkel bertugas mengatur semua yang berhubungan dengan transportasi di kebun EMAL. Baik transportasi untuk tenaga kerja (staf/ non staf) maupun untuk transportasi yang berhubungan dengan pengangkutan buah dan produksi. Dalam kegiatan operasional transportasi lapangan, asisten traksi dan bengkel dibantu oleh seorang kepala traksi yang bertugas untuk mengatur kelancaran transportasi di kebun. Dalam kegiatan administrasi, asisten traksi dan bengkel dibantu oleh seorang kerani traksi dan bengkel dalam membuat laporan administrasi traksi dan bengkel. Asisten kantor estate (clief clerk) bertugas merekap data kebun baik harian, bulanan, maupun tahunan. Dalam melaksanakan tugasnya, clief clerk dibantu oleh seorang kerani produksi untuk bagian produksi dan panen, seorang kerani upah ( payroll) untuk bagian premi dan gaji karyawan, serta kerani umun

untuk bagian perawatan dan umum. Data dari masing masing kerani tersebut direkap oleh clief clerk. Karyawan di kebun EMAL terdiri dari 3 golongan, yaitu HIP (Hubungan Industri Pancasila), SKU (Serikat Kerja Umum), dan KHL (Karyawan Harian Lepas). Karyawan HIP merupakan karyawan bulanan yang dingkat berdasarkan prestasi, bila tidak masuk kerja tidak dianggap mangkir dan tidak dipotong gaji. Karyawan SKU adalah karyawan bulanan yang diangkat berdasarkan lamanya bekerja, bila tidak masuk kerja dianggap mangkir dan mendapat potongan kerja. KHL adalah karyawan terikat oleh perusahaan yang hanya mendapatkan upah bila mereka bekerja dan jika tidak bekerja tidak akan mendapatkan upah. Tabel 5. Jumlah Karyawan PT. EMAL Bulan April 2008 Jabatan Staff Estate Manajer Asisten Divisi Asisten Infrastruktur KaPAM - Non Staff HIP SKU KHL Total Sumber: Kantor HRD EMAL 2007 Jumlah (orang) 1 6 1 1 80 282 476 847

Sistem pengupahan di kebun EMAL didasarkan pada golongan. Besarnya pengupahan HIP dan SKU diatur oleh kantor pusat yang besarnya Rp.24 350,00 per hari. Pengupahan untuk KHL diatur berdasarkan UMR (upah minimum regional) yang berlaku yaitu sebesar Rp.28 960,00 per hari. Perbedaan lain adalah HIP dan SKU mendapatkan jatah beras per bulan untuk kebutuhan sendiri dan keluarga sedangkan KHL tidak mendapatkan jatah beras. PT. EMAL juga menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi karyawannya seperti rumah, pelayanan kesehatan di klinik kebun, alat transportasi untuk anak sekolah berupa truk dan mini bus. Struktur organisasi PT. EMAL dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2.

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Kegiatan pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang diikuti di kebun EMAL diantaranya: pengendalian gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat api, pemupukan dan perawatan jalan. 5.1.1.1. Pengendalian gulma tanaman menghasilkan Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada gawangan hidup (pasar pikul) dan piringan. Tetapi tidak semua gulma harus diberantas. Contoh gulma yang tidak diberantas adalah pakis nephrolepis biserata. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi penguapan berlebihan sehingga mendorong timbulnya erosi yang sangat merugikan. Selain itu agar musuh alami hama pemakan daun dapat hidup dan berkembang di pakis tersebut. Ada beberapa jenis gulma yang perlu diperhatikan antara lain: ilalang di piringan dan gawangan, rumput - rumputan di piringan serta anak kayu di gawangan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, pembrantasan gulma dapat dilakukan dengan kombinasi manual dan kimiawi dengan rotasi yang telah ditentukan. a) Pengendalian gulma secara manual Pembabadan (slashing) Pembabadan merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan

menggunakan parang babad. Kegiatan tersebut dilakukan di gawangan dan piringan. Jenis gulma yang dominan di gawangan dan pasar pikul antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Gleicheina linearis (pakis kawat), Nephrolepis biserata (pakis harupat), dan anak sawit (pentosan). Kegiatan pembabadan ada 2 macam di PT. EMAL yaitu babad selektif dan babad rendahan. Babad selektif dilakukan untuk gulma-gulma tertentu saja, contohnya yaitu anak kayu dan pakis-pakisan. Babad rendahan diperuntukan

semua jenis gulma pada daerah-daerah rendahan, baik di gawangan maupun piringan. Cara kerja pembabadan adalah dengan membabad habis semua gulma yang tumbuh yang tumbuh pada gawangan dan piringan dengan menggunakan parang babad. Pembabadan dilakukan setiap orang untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan pembabadan adalah KHL (Karyawan Harian Lepas).

Gambar 3. Kegiatan Pembabadan Kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pembabadan adalah keadaan topografi yang cukup curam, sehingga pekerjaan menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Norma kerja dalam kegiatan pembabadan adalah 0.6 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 0.6 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 0.5 ha/ HK. Rotasi pembabadan pada tanaman menghasilkan di PT. EMAL adalah 2 kali dalam 1 tahun. Rempes jalan Kegiatan rempes jalan adalah kegiatan mengendalikan gulma di tepi jalan utama (poros). Kegiatan ini sekaligus bertujuan agar daerah di pinggir jalan utama lebih rapi dan enak dilihat. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang babad. Kegiatan rempes jalan hanya dilakukan pada tanaman menghasilkan. Teknik dalam melakukan kegiatan rempes jalan adalah dengan membabad gulmagulma yang terdapat di pinggir jalan utama, lalu masuk 1 baris tanaman sampai tembus jalan utama dan diteruskan ke blok selanjutnya. Norma kerja dalam

kegiatan ini adalah 5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 5 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 3 ha/ HK. Jenis gulma-gulma yang dibabad antara lain Gleicheina linearis (pakis kawat), Clidemia hirta, Cynodon dactylon, Melastoma malabraticum, dan Cyperus rotundus. Rotasi dalam kegiatan rempes jalan adalah 2 kali setahun. Dongkel anak kayu (DAK) Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mendongkel anak kayu secara selektif di sekitar gawangan dan piringan. Jenis gulma yang didongkel antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta, Lantana camara, Chromolaena odorata, dan anak sawit (pentosan). Dongkel anak kayu dilakukan dengan cara mendongkel dan membongkar gulma anak kayu sampai ujung akar dengan menggunakan cangkul kecil, dengan lebar 14 cm. Pekerja mendongkel semua gulma yang dijumpai di pasar pikul dan piringan lalu membuangnya di gawangan mati. Pekerja berjalan sampai ke jalan tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya, demikian seterusnya sampai norma kerja tercapai. Kendala yang dijumpai dalam kegiatan DAK adalah keadaan topografi yang cukup curam dan kerapatan gulma yang terlalu rapat, sehingga waktu pekerjaan menjadi lama dan norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK adalah 0.5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 0.5 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa 0.25 ha/ HK. Rotasi kegiatan DAK adalah 2 kali dalam setahun untuk tanaman menghasilkan. b) Pengendalian gulma secara kimia Pengendalian gulma secara kimia di kebun EMAL dilakukan dengan menggunakan herbisida yang mengandung sejumlah bahan aktif metilmetsulfuron (Ally), paraquat (Gramoxone), fluroxypyr (Starane) dan Isopropilamina glifosat (SMART). Bahan aktif metilmetsulfuron, Isopropilamina glifosat, dan fluroxypyr mengandung racun sistemik sedangkan bahan aktif paraquat mengandung racun kontak. Pengendalian gulma yang dilakukan di PT. EMAL antara lain: penyemprotan gawangan, penyemprotan piringan, dan penyemprotan sporadis. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot punggung knapsack sprayer tipe Solo berkapasitas 15 liter. Nozzle yang digunakan memiliki kategori VLV (very low volume) dengan volume semprot 50 - 200 liter/ ha blanket.

Dalam pelaksanaan kegiatan penyemprotan ada pembagian tenaga kerja. Tenaga kerja dibagi menjadi tenaga penyemprot larutan herbisida dan tenaga pelangsir air. Dalam 1 orang tenaga pelangsir air mendampingi 2 orang tenaga penyemprot. Tenaga pelangsir air bertugas untuk mencari sumber air yang digunakan untuk mencampur larutan herbisida yang akan digunakan. Tenaga penyemprot bertugas untuk menyemprot larutan herbisida yang telah diencerkan dengan air ke gulma gulma yang akan dikendalikan. Dalam kegiatan penyemprotan di PT. EMAL tidak dibenarkan dilakukan semprot total. Hal ini dikarenakan dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan. Salah satu contohnya adalah matinya musuh musuh alami hama pemakan daun. Permasalahan yang ditemukan di lapangan antara lain: keadaan topografi yang cukup curam, jauhnya sumber air sehingga mempersulit tenaga pelangsir air dalam mendapatkan air, dan kurangnya fasilitas keamanan dalam melakukan kegiatan penyemprotan seperti tidak adanya masker pelindung wajah. Kendala lain yang ditemukan adalah stok herbisida di gudang terbatas sehingga rotasi penyemprotan menjadi terlambat dan keadaan cuaca yang tidak menentu. Apabila hujan, maka semua kegiatan penyemprotan dihentikan dan akan dialihkan ke pengendalian gulma secara manual. Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan penyemprotan adalah KHL (Karyawan Harian Lepas). Sistem pengupahan dalam kegiatan penyemprotan adalah sistem HK, dimana setiap KHL mendapatkan UMR (Upah Minimum Ragional) sebesar Rp 28 960/ hari. Selain itu para KHL juga mendapatkan tambahan premi sebesar Rp 1 000/ hari. Penyemprotan gawangan Kegiatan penyemprotan gawangan merupakan kegiatan pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan di sekitar gawangan hidup maupun gawangan mati. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut menggunakan campuran herbisida untuk mengendalikan gulma. Contohnya adalah Gramoxone dicampur Ally dengan perbandingan 10 liter Gramoxone dan 500 gram Ally dengan dosis campuran 250 cc/ ha dan volume semprot 30 liter/ ha yang diperuntukkan gulma berdaun lebar, anak kayu dan pakisan. Dalam tiap areal dosisnya dapat berbeda,

hal ini dikarenakan kerapatan gulma dan keadaan topografinya yang berbeda tiap areal.

Gambar 4. Kegiatan Menyemprot Gawangan Mekanisme kerja dalam penyemprotan gawangan adalah dengan memasuki jalur tanaman pada pasar pikul sampai di pasar tengah dan dilakukan penyemprotan diantara 2 baris tanaman dengan ketinggian semprot 30 40 cm diatas permukaan gulma. Setelah itu pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai norma kerja tercapai. Gulma yang dominan pada kegiatan penyemprotan gawangan adalah anak kayu dan berdaun lebar. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan panen dan pemupukan. Para pemanen dapat melangsir TBS ke TPH dengan mudah, karena jalan di pasar pikul bersih. Selain itu untuk mempermudah para penabur pupuk dalam kegiatan pemupukan. Norma kerja kegiatan semprot pasar pikul adalah 1.6 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 1.6 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 1 ha/ HK. Rotasi kegiatan ini adalah 2 kali dalam setahun. Penyemprotan piringan (circle spraying) Kegiatan penyemprotan piringan merupakan kegiatan pengendalian gulma tanaman menghasilkan di sekitar piringan kelapa sawit dengan menggunakan herbisida. Contoh herbisida yang digunakan adalah Smart dengan dosis 250 cc/ ha dan volume semprot 30 liter/ ha. Herbisida tersebut bersifat sistemik.

Gambar 5. Kegiatan Menyemprot Piringan Mekanisme kegiatan penyemprotan pasar pikul adalah dengan

menyemprot gulma yang terdapat dalam piringan pokok sawit yang terdapat diantara pasar pikul. Setelah piringan yang terdapat diantara satu pasar pikul selesai disemprot, kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai norma kerjanya tercapai. Gulma yang dominan dalam piringan ini adalah anak kayu dan gulma berdaun lebar. Kegiatan penyemprotan pasar pikul dilaksanakan setelah kegiatan pembabadan selesai dikerjakan, sehingga hasil yang dikerjakan dapat lebih optimal. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan panen dan pemupukan. Dalam kegiatan panen dapat mempermudah pembrondol dalam mengutip brondolan dan dalam kegiatan pemupukan mempermudah penabur pupuk dalam memupuk. Norma kerja kegiatan ini adalah 1.6 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 1.6 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa 1 ha/ HK. Rotasi kegiatan penyemprotan piringan yaitu 2 kali dalam setahun. Penyemprotan sporadis Kegiatan penyemprotan sporadis merupakan kegiatan pengendalian ilalang yang sporadis (terpencar pencar) dengan cara penyemprotan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan dalam mengendalikan gulma tersebut adalah Smart murni berbahan aktif Isopropilamina glifosat dengan dosis 150 cc/ ha dan volume semprot 30 liter/ ha. Mekanisme kegiatan ini adalah pekerja memasuki satu pasar pikul dengan menyemprot semua ilalang di suatu blok yang gulmanya dominan ilalang. Setelah

itu pindah ke pasar pikul di sebelahnya sampai norma kerja tercapai. Norma kerja kegiatan penyemprotan sporadis adalah 5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 5 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 4 ha/ HK. Rotasi kegiatan ini adalah 1 kali dalam setahun. 5.1.1.2. Pengendalian ulat api Ulat api dapat menimbulkan kerugian yang sangat signifikan bagi kebun dalam memproduksi buah. Kerugian ini disebabkan karena ulat api tersebut memakan daun dan dapat mengganggu proses fotosintesis sehingga proses pembentukan buah menjadi terhambat. Berbagai jenis macam ulat api antara lain Darna trima, Ploneta diducta, Setora nitens, dan Sethosea asigna. Jenis ulat api paling dominan yang menyerang tanaman di PT. EMAL terutama divisi II dan III adalah jenis Sethosea asigna.

Gambar 6. Ulat Api Sethosea asigna Gejala serangan ulat api mudah dilihat yaitu dengan melihat daun pada pelepah yang bolong-bolong akibat dimakan ulat api. Dan bila terjadi serangan berat maka pelepah tinggal lidinya saja. Ulat api sering hidup berkoloni (berkelompok) dalam satu pelepah seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Gejala Serangan Ulat Api Di PT. EMAL, tingkat serangan ulat api dapat digolongkan menjadi tiga kategori seperti yang terlihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Kategori Tingkat Serangan Ulat Api di PT. EMAL Rata-rata jumlah ulat per pelepah Tingkat serangan Setora nitens, Thosea asigna TBM <1 14 5 TM <1 14 5 Thosea bisura, Ploneta diducta TBM <7 79 10 TM < 15 15 19 20 Darna trima TBM < 15 15 24 25 TM < 35 35 49 50

Ringan Sedang Berat

Sumber : Kantor Divisi III 2007 Tindakan pengendalian yang dilakukan di PT. EMAL antara lain penyemprotan dengan knapsack, penyemprotan dengan mist blower, injeksi batang, fogging dengan swingfog, penanaman bunga Turnera subulata dan pengembangan jamur cordyceps. Insektisida yang dipakai berbahan aktif deltametrin (Decis).

a) Penyemprotan dengan knapsack Penyemprotan ulat api dengan metode ini dilakukan jika tanaman kelapa sawit masih dalam ketinggian maksimal 6 meter. Jika lebih tinggi, maka pengendalian kurang optimal. Insektisida yang digunakan adalah Decis dengan konsentrasi 1 cc/ liter dan volume semprot 30 liter/ ha. Alat yang digunakan adalah knapsack dengan kapasitas 15 Liter dan dimodifikasi pada selang dengan penambahan selang sepanjang 7-8 meter. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Penyemprotan Ulat Api dengan Knapsack Mekanisme kegiatan ini adalah para pekerja memasuki daerah pasar pikul diantara 2 baris tanaman lalu menyemprotkan larutan Decis ke setiap pokok sawit sampai ke pasar tengah, lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya sampai norma kerja tercapai. Norma kerja kegiatan ini adalah 4 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 4 ha/ HK. Mahasiswa tidak melakukan penyemprotan karena alat yang digunakan sangat terbatas. Alat knapsack tersebut dioperasikan oleh 2 orang yaitu sebagai penyemprot dan sebagai pelangsir air. b) Penyemprotan dengan mist blower Mist blower adalah sejenis alat CDA akan tetapi berprinsip pada hembusan yang kuat untuk menyemprotkan cairan yang ada pada tabung yang berkapasitas 15 Liter. Konsentrasi Decis yang digunakan adalah 1 cc/ liter dan volume semprot 30 liter/ ha. Mahasiswa tidak melakukan kegiatan penyemprotan karena alat yang

tersedia sangat terbatas. Norma kerja kegiatan ini adalah 1 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 1 ha/ HK. Alat ini dioperasikan oleh 1 orang pekerja. Mekanisme kerja ini sama dengan mekanisme penyemprotan dengan knapsack. Mist blower memiliki kelebihan dibandingkan knapsack yaitu semakin mudah dalam pemakaian alat dan hemat dalam penggunaan tenaga kerja. Kendala yang ditemui di lapangan adalah tajuk tanaman terlalu tinggi karena sudah tahun tanam 94 sehingga pelepah tertinggi tidak terkena obat. Selain itu kurang adanya fasilitas pengaman dalam melakukan kegiatan ini. c) Injeksi batang (trunk injection) Pemberantasan ulat api dengan cara ini dapat dilakukan pada blok blok setelah hasil sensus menunjukkan adanya serangan yang tidak merata (spot). Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: suntikan bekas, bor beserta mata bornya, kapak, dodos, ember, sarung tangan plastik, Decis dengan dosis 10 cc/ pokok dan tanah liat yang telah dibentuk bulat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Injeksi Batang Mekanisme kerja kegiatan ini adalah dengan mengebor batang sampai kedalaman sekitar 20 cm dan disuntikkan Decis dengan dosis 10 cc/ pokok, kemudian ditutup rapat dengan tanah liat. Hasil pengendalian dari kegiatan ini dapat terlihat setelah 3 5 jam pada cuaca panas dan 5 6 jam pada cuaca cerah.

Norma kerja kegiatan ini adalah 4 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 4 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa 3 ha/ HK. Kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah pengendalian dapat dilakukan dengan tepat sasaran. Akan tetapi kelemahan kegiatan ini adalah biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga kurang efisien. d) Fogging dengan swing fog Metode fogging adalah jalan alternatif terakhir yang dapat digunakan apabila semua cara yang digunakan dalam pengendalian ulat api tidak menunjukkan hasil yang optimal. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: swingfog, senter, masker, Decis dengan dosis 200 cc/ ha (volume semprot 15 liter/ ha) dan bensin 2 liter. Bensin sebanyak 2 liter digunakan untuk menjalankan alat tersebut untuk setiap satu tabung berkapasitas 15 liter. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari karena pada malam hari udara mengembun, sehingga hembusan angin mengalir ke atas dan dapat membawa asap dari larutan Decis. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 2.5 ha/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 2.5 ha/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 2.5 ha/ HK. Kelebihan alat ini adalah efektif untuk serangan pada areal yang sangat luas dan sudah menyebar. Kelemahan penggunaan alat ini adalah serangan tidak tepat sasaran (selektif) karena dapat membunuh organisme lain yang hidup di suatu tanaman sawit, contohnya adalah musuh alami hama pemakan daun. Kendala yang dijumpai dalam kegiatan ini adalah apabila hujan, maka kegiatan dihentikan. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari sehingga kerja menjadi tidak optimal dan diperlukan pengawasan yang lebih ketat. e) Penanaman bunga Turnera subulata dan pengembangan jamur Cordyceps Penanaman bunga Turnera subulata dilakukan pada areal terbuka di daerah kelapa sawit yang bermanfaat sebagai inang atau tempat berkembangnya musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Tanaman tersebut ditanam pada tepi main road dan collection road. Bunga Tunera sp. merupakan tanaman yang sesuai terhadap berbagai jenis tanah. Norma kerja kegiatan ini adalah 100 tanaman/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 100 tanaman/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 50 tanaman/ HK.

Jamur cordyceps merupakan parasit bagi kokon ulat api. Cara pengembangan jamur ini adalah dengan mencari kokon yang terserang cordyceps, biasanya ditemukan di tempat tempat lembab. Kokon yang terserang jamur diblender (dilumatkan) lalu disemprotkan ke pokok yang terserang ulat api di bagian akar. Penanaman Turnera subulata dan pengembangan jamur cordyceps merupakan pengendalian ulat api secara biologis.

Gambar 10a. Jamur Cordyceps 5.1.1.3. Pemupukan

Gambar 10b. Bunga Turnera subulata

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan, hasil, dan kualitas produk yang dihasilkan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi secara maksimal. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui melalui gejala gejala yang tampak pada tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang digunakan di PT. EMAL antara lain: Urea, Rockphospat (RP), MOP, Kieserit, dan HGFB (Borate) yang merupakan jenis pupuk tunggal. Di PT. EMAL wewenang pelaksanaan pemupukan merupakan tanggung jawab masing masing divisi. Rencana kerja pemupukan dibuat oleh asisten kebun. Hasil rencana kerja tersebut selanjutnya ditujukan kepada estate manager, area manager, lalu HBU (Head Bussines Unit) untuk disetujui. Setelah disetujui maka akan dibuat oleh asisten estate atau chief clerk dan diberikan kepada divisi

masing masing untuk dilaksanakan. Rencana kerja yang dibuat meliputi tahun tanam, luas areal, blok yang akan dipupuk, jumlah total tanaman, jumlah tanaman/ ha, jenis pupuk, jumlah pupuk, dosis per pupuk, serta waktu pemupukan. Pemupukan di PT. EMAL dilaksanakan dalam 2 semester. Semester pertama pada bulan Februari Juni, semester kedua dilaksanakan pada bulan Agustus - Desember. Rekomendasi pupuk (dosis) yang dibuat berdasarkan Leaf Sampling Unit (LSU) yang dibuat setiap tahun dan dikirim ke Malaysia untuk mengetahui hasilnya. Realisasi pemupukan semester kedua (Agustus Desember) tahun 2007 belum dilaksanakan oleh pemilik kebun sebelumnya karena sedang terjadi perubahan kepemilikan kebun kepada Bakrie Sumatera Plantation grup.

Gambar 11. Kegiatan Pemupukan Mekanisme kegiatan pemupukan yang dilakukan di PT. EMAL antara lain sebagai berikut: (1) pupuk diambil ke gudang dengan menggunakan truk buah sesuai dengan BPPB (Bon Permintaan dan Pengeluaran Barang) yang dibuat. (2) pengeceran pupuk di tiap jalan jalan koleksi masing masing blok yang akan dipupuk. (3) penabur bersama pelangsir pupuk membuka pupuk dan langsung memasuki pasar pikul sampai ke pasar tengah untuk menabur pupuk sesuai dosis. (4) penaburan pupuk dilakukan melingkar di sekeliling pohon dengan jarak 1.5 m dari pohon seperti yang tampak pada Gambar 11. (5) karung bekas pupuk dikumpulkan dan dibuat tumpukan karung masing - masing 10 buah untuk memudahkan penghitungan kesesuaian jumlah pupuk.

Pelaksanaan

dan

pengawasan

pemupukan

sangat

penting

untuk

diperhatikan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan paling besar dibandingkan dengan biaya kegiatan pemeliharaan yang lain. Biaya pemupukan hampir mencangkup 60 % dari total biaya pemeliharaan secara keseluruhan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan secara efektif agar produksi menjadi lebih optimal. Pada saat pelaksaan pemupukan, mandor pupuk dan asisten bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu di saat kegiataan pemupukan asisten wajib mengawasi secara langsung kegiatan tersebut sampai kegiatan pemupukan selesai dilaksanakan. Untuk mengontrol dan mengawasi kerja karyawan, asisten dan mandor pupuk melakukan pengecekan yang dilakukan dari pasar pikul sampai ke pasar tengah. Kendala yang dihadapi di lapangan adalah terkadang banyak dijumpai para pekerja yang tidak bekerja sesuai aturan kerja dengan menabur pupuk sembarangan agar cepat selesai, keadaan topografi yang cukup curam dan bergelombang, serta banyaknya parit sehingga menyebabkan kegiatan pemupukan menjadi lama dan kurang efektif. Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan dalam bentuk peta blok pemupukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan digunakan untuk perencanaan pemupukan untuk program selanjutnya. Rotasi kerja pemupukan untuk semua jenis pupuk adalah 2 kali dalam setahun. Realisasi pemupukan dibuat berdasarkan rencana program kerja pemupukan yang telah dibuat sebelumnya. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan waktu pemberiannya. Untuk tanaman tahun tanam 1994 pupuk Urea sebagai sumber unsur nitrogen dosisnya adalah 1.8 kg/ pokok, pupuk Rockphospat sebagai sumber unsur fosfor 2.5 kg/ pokok, pupuk MOP sebagai sumber unsur kalium 2.5 kg/ pokok, pupuk Kieserit sebagai sumber unsur magnesium 2 kg/ pokok, dan pupuk HGFB sebagai sumber unsur Boron 0.11 kg/ pokok. Norma kerja untuk kegiatan pemupukan sudah diatur oleh perusahaan berdasarkan dosis pupuk. Oleh sebab itu perhitungan premi pupuk didasarkan atas dosis dan basis yang telah ditentukan. Tabel basis tugas dan premi dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Basis Tugas dan Premi Pemupukan Berdasarkan Dosis Dosis (kg/ pokok) 0.1 0.6 1.5 - 2 2 3.99 4 Sumber: Kantor Estate 2007 Basis (ha/ HK) 3.33 1.25 0.80 0.7 0.6 Premi Over Basic (Rp/ ha) 5 250 13 900 21 500 40 000 49 500

Contoh perhitungan premi pupuk penabur dan pelangsir pemupukan: Pemupukan Urea 10 ton dilaksanakan di divisi IV blok 95 E dengan jumlah tanaman/ ha (SPH) adalah 123. Jumlah pemuat 7 orang dan operator truk buah 1 orang. Jumlah penabur pupuk 10 orang dan pelangsir 5 orang. Dosis pupuknya 1.8 ha/ HK, basis kerjanya 0.8 ha/ HK dan premi over basic yang digunakan adalah Rp. 21 500,00 /ha. Luasan yang akan dipupuk = =
Jumlah pupuk SPH : dosis pupuk 10 000 kg

123 pokok/ ha : 1.8 kg/ pokok

= 45.17 ha Luasan areal yang dipupuk untuk 23 orang (penabur, pelangsir, pemuat, dan operator) = jumlah HK x basis pupuk = 23 HK x 0.8 ha/ HK = 18.4 ha Luasan areal yang dipupuk untuk 15 orang (penabur dan pelangsir) = total luasan yang dipupuk luas areal yang dipupuk untuk 23 orang = 45.17 ha 18.4 ha = 26.77 ha

Premi pupuk untuk penabur dan pelangsir (15 orang) = luas yang dipupuk untuk 15 orang x premi over basic = 26.77 ha x Rp. 21 500,00 = Rp. 575 555,00

Premi pupuk/ orang =


Rp 575 555,00 15 orang

= Rp. 38 370,00/ orang 5.1.1.4. Perawatan jalan Jalan di perkebunan kelapa sawit sangat dibutuhkan sejak dari pembukaan lahan sampai tanaman menghasilkan. Pemeliharaan jalan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena kebutuhannya semakin meningkat. Jalan pada perkebunan kelapa sawit sebaiknya dalam keadaan baik sepanjang tahun sehingga kondisi jalan tidak menjadi penghambat dalam pengangkutan tandan buah segar (TBS), pupuk, peralatan, dan lain lain. Pada tanaman menghasilkan kegiatan perawatan jalan merupakan kegiatan pemeliharaan. Sistem jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang dan menjamin kelancaran pengangkutan terutama bahan bahan keperluan pemeliharaan tanaman, pengumpulan/ pengangkutan hasil panen serta pengontrolan. Masih banyak dijumpai keadaan jalan di kebun EMAL yang rusak terutama jalan utama, jalan koleksi dan jalan bantu. Hal ini disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan banjir. Untuk itu diperlukan kegiatan perbaikan dan pengerasan jalan secara intensif. Pengerasan jalan di PT. EMAL dilakukan dengan menggunakan batu maupun pasir batu (sirtu). Pada lahan gambut, perbaikan jalan ditambahkan tanah mineral dahulu sebelum ditumpuk sirtu. Kegiatan rawat jalan di PT. EMAL lebih diutamakan pada jalan utama (main road) dan jalan koleksi (collection road). Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses transportasi kegiatan pemanenan dan pemeliharaan. Perawatan jalan dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Perbaikan jalan secara mekanis menggunakan alat berat seperti grader, backholeder dan bomag. Secara manual dengan menggunakan cangkul. Norma

kerja untuk kegiatan ini adalah 100 m/ HK. Prestasi kerja pekerja adalah 100 m/ HK dan prestasi kerja mahasiswa adalah 10 m/ HK. 5.1.2. Pemanenan Kegiatan pemanenan yang dilaksanakan di PT. EMAL meliputi: persiapan panen, pelaksanaan panen, perhitungan basis dan premi panen, pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen, serta transportasi panen. 5.1.2.1. Persiapan panen Persiapan panen yang akurat akan mempelancar pelaksanaan panen. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Kegiatan persiapan panen di kebun EMAL meliputi: kegiatan sensus buah, rotasi dan kapel panen, sistem hanca panen, persiapan teknis lapang, peralatan panen, kriteria matang panen dan mutu buah serta angka kerapatan panen (AKP) dan perhitungan tenaga kerja pemanen. Dalam persiapan panen terdapat aspek khusus yang diamati mahasiswa yaitu kegiatan sensus buah, kriteria matang panen dan mutu buah serta perhitungan angka kerapatan panen. a) Sensus buah Kegiatan sensus buah merupakan kegiatan mendata tanaman kelapa sawit dengan cara menghitung buah yang akan matang panen dalam jangka waktu 1 6 bulan kedepan sebagai dasar penghitungan produksi buah satu semester ke depan. Kegiatan sensus buah digunakan sebagai penyusunan estimasi produksi yang tersusun dalam rencana anggaran biaya. Dalam kegiatan sensus buah mahasiswa tidak melaksanakan bersamaan dengan kegiatan sensus buah kebun EMAL. Hal ini disebabkan kegiatan sensus buah kebun dilakukan pada bulan Desember 2007 Januari 2008 untuk semester I dan semester II dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2008. Mahasiswa melaksanakan kegiatan sensus buah bulan Maret 2008.

Tabel 8. Pengamatan Sensus Buah Blok J Tahun Tanam 1994 Variabel Luas (ha) Jumlah pokok Pengamatan Jumlah pokok Jumlah tandan 315 1 234 16.4 480 562.69 Nilai 59.84 7 480

BJR (Kg) Estimasi (Kg)

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008 Dari Tabel 8 dapat dilihat estimasi produksi di divisi III blok J tahun tanam 1994 untuk 6 bulan ke depan adalah 480 562.69 kg. Hasil perhitungan perolehan estimasi produksi tersebut didapat dari membagi jumlah tandan dari pokok sampel dengan jumlah pohon sampel yang didapat dikalikan jumlah total pohon di blok tersebut dan dikalikan BJR (bobot janjang rata rata). Estimasi ini tidak sesuai dengan estimasi kebun yang mencapai 510 338 kg. Selisih perhitungan mahasiswa dengan kebun mencapai 29 775.31 kg (5.83 %). Selisih perhitungan dapat disebabkan kurang telitinya mahasiswa dalam menghitung buah dalam pohon sampel yang diamati sehingga perhitungan estimasi produksi berbeda. b) Rotasi dan kapel panen Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu kapel panen yang sama. Kapel panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian. Rotasi panen ditentukan berdasarkan kerapatan panen dan umur tanaman dalam satu pohon. Rotasi panen yang digunakan di PT. EMAL divisi III adalah 7/ 8. Artinya terdapat 7 kapel panen dan dipanen lagi pada kapel yang sama setelah 8 hari. Pada saat kondisi buah sedikit yang disebabkan karena sedang mengalami musim trek (jarang buah) rotasi panen dapat mencapai < 9 hari. Disaat buah banyak rotasi panen dapat mencapai > 12 hari yang disebabkan banyaknya buah tertinggal (buah restan) di lapangan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah.

Apabila rotasi panen semakin panjang (lama), maka kerapatan panen semakin meningkat, tetapi kualitas panen cenderung menurun. Rotasi yang terlalu cepat dapat mengakibatkan pemanen memotong buah mentah (untuk mengejar basis borong) yang dikarenakan kerapatan panen telah menurun. Luasan areal panen di divisi III dibagi menjadi 7 kapel panen. Dasar perhitungan pembagian luas rata rata per kapel panen adalah sebagai berikut: Luasan total tanaman menghasilkan divisi III: 702.91 Ha Luas rata rata per kapel panen : 702.91/ 7 = 100.42 Ha Pada kenyataannya luas kapel panen tidak selalu sama dengan perhitungan di atas. Luasan kapel panen tiap hari biasanya berbeda dari kenyataannya. Perbandingan luas perhitungan kapel panen dengan luas aktual kapel panen divisi III dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Luas Perhitungan dengan Luas Aktual Kapel Panen Kapel Luas perhitungan (Ha) 1 100.42 2 100.42 3 100.42 4 100.42 5 100.42 6 100.42 7 100.42 Rata - rata 100.42 Sumber: Kantor Estate 2007 Luas aktual (Ha) 93.72 119.26 97.12 90.94 96.51 107.68 129.14 104.91

Dari Tabel 9 dapat dilihat luas perhitungan dan luas aktual kapel panen di divisi III berbeda. Hal ini dapat disebabkan adanya beberapa faktor yang menyebabkan pembagian kapel panen menjadi berbeda. Faktor tersebut antara lain: 1. Curah hujan tinggi Curah hujan yang tinggi menyebabkan keadaan jalan becek dan rusak. Jalan utama (main road), jalan koleksi (collection road), dan jalan bantu sulit untuk dilewati alat alat transportasi panen seperti traktor buah dan truk buah dalam mengangkut buah. Hal ini mengakibatkan kapel panen menjadi berubah karena kegiatan pemanenan akan dialihkan ke blok lain yang memiliki keadaan jalan yang tidak becek (kering) dan rusak.

2. Keadaan topografi Keadaan topografi di divisi III relatif bergelombang sehingga sulit untuk dilewati alat alat transportasi panen dalam mengangkut buah ke loading ramp dan pabrik. Hal ini mengakibatkan perubahan kapel panen karena kegiatan panen dialihkan sementara ke blok lain yang masih dapat dilewati alat alat transportasi panen. 3. Buah tertinggal di lapangan (buah restan) Buah restan adalah buah yang tidak terangkut ke pabrik dan masih tertinggal di lapangan terutama di piringan dan TPH (tempat pengumpulan hasil). Semakin banyak buah restan maka pembagian kapel panen menjadi berubah. Kegiatan pemanenan akan dialihkan ke blok lain yang tidak memiliki buah restan di lapangan. c) Sistem hanca panen Sistem ancak (hanca) panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga. Panen yang paling ideal adalah dengan cara membagi areal dalam suatu luasan tertentu, sehingga kegiatan panen dapat dilaksanakan secara efektif selama 5 7 hari dalam seminggu. Hanca panen adalah luasan areal panen yang harus dipanen pada hari itu juga oleh pemanen. Rata rata luasan hanca panen di PT. EMAL mencapai 2.5 3 ha/ pemanen. Di kebun EMAL sistem ancak yang digunakan adalah sistem hanca giring tetap. Pada sistem hanca giring tetap, pemanen diberi hanca dengan luasan tertentu oleh mandor panen dan apabila hanca telah selesai dikerjakan, maka pemanen berpindah ke hanca berikutnya dengan digiring oleh mandornya sesuai dengan nomor hanca. Kelebihan ancak giring tetap antara lain jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan, persaingan yang sehat antara mandor, mandor aktif melaksanakan pengawasan dan senantiasa terbiasa untuk berfikir. Kelemahan sistem ini antara lain: sulit untuk menggantikan pemanen yang tidak masuk, hanca tidak seragam sehingga sering ada pemanen yang ketinggalan dan pemanen sering meninggalkan hancanya karena tertinggal dengan pemanen lain.

d) Persiapan teknis lapang Persiapan teknis lapang di kebun EMAL meliputi kegiatan pemeliharaan TPH (tempat pengumpulan hasil) dan kegiatan pemeliharaan titi panen. Kegiatan pemeliharaan TPH merupakan salah satu hal penting dalam persiapan teknis lapangan yang harus diperhatikan. Di kebun EMAL, ratio pasar pikul dengan ketersediaan TPH adalah 2 : 1 dimana pengertiannya adalah setiap dua pasar pikul terdapat satu TPH. Kegiatan pemeliharaan TPH dilakukan dengan kegiatan pembabadan gulma di TPH hingga bersih. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah mempermudah pemanen mengumpulkan buah di TPH dan mempermudah kegiatan muat buah dengan alat transportasi panen. Pemeliharaan titi panen bertujuan untuk mempermudah pekerja dalam melaksanakan kegiatan panen dan pemeliharaan. Pembuatan titi panen disebabkan banyaknya parit atau sungai kecil yang terdapat di lapangan. Titi panen yang digunakan di kebun EMAL adalah berbentuk balok kayu dan beton. Untuk titi panen balok kayu ukuran yang digunakan adalah lebar 30 cm dan panjang 2 3 meter. Sedangkan untuk titi panen beton memiliki lebar 50 cm dan panjang 2 3 meter. Berdasarkan pengamatan penulis titi panen beton lebih disukai oleh para pekerja karena kuat, tahan lama, tidak mudah terbawa air ketika banjir dan tidak licin dilewati ketika musim hujan. Pemasangan titi panen di kebun EMAL dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Di kebun EMAL, ratio pasar pikul dengan ketersediaan titi panen adalah 3 : 1 yang artinya setiap tiga pasar pikul terdapat satu titi panen. Titi panen yang digunakan di kebun EMAL sebagian besar terbuat dari balok kayu. Tapi pada kenyataannya ketersediaan titi panen di beberapa divisi kebun EMAL masih kurang mencukupi. Hal ini disebabkan banyak titi panen yang rusak akibat banjir dan belum dilaksanakan pergantian titi panen yang baru. e) Peralatan panen Alat alat kerja yang digunakan untuk kegiatan pemanenan berbeda berdasarkan tinggi tanaman, kondisi areal, dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan harus tersedia pada saat kegiatan panen. Pada kebun EMAL alat alat yang digunakan adalah alat memotong TBS (dodos besar, pisau egrek, dan kampak), alat untuk bongkar muat TBS (gancu dan tojok) dan alat mengangkut

TBS dan brondolan ke TPH (angkong dan karung goni bekas pupuk). Alat dan perlengkapan panen di kebun di kebun EMAL dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Peralatan Panen di Kebun EMAL
No. 1 Nama alat Dodos Penggunaan Memotong tandan bergagang panjang Spesifikasi Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135

Egrek

Memotong buah umur > 9 tahun

3 4 5 6 7 8 9

Angkong Karung goni Tali nilon Batu asah Allumunium pole Gancu Tojok

Tempat buah dan brondolan untuk diangkut ke TPH Tempat untuk mengumpulan brondolan Pengikat pisau egrek Penagasah dodos dan pisau egrek Gagang pisau egrek Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport Besi beton 3/ 8 dan panjang sesuai dengan kebiasaan setempat Disesuaikan setempat dengan kebiasaan 0.55 mm dipilin 3, 1 kg memiliki panjang 43 m, dan untuk 5 egrek

Sumber: Kantor Estate 2007 Kebun EMAL menggunakan egrek untuk memanen tanaman dan memotong pelepah. Hal ini disebabkan tanaman sawit di kebun EMAL sudah cukup tinggi yaitu sekitar 7 12 meter dengan umur tanaman 8 14 tahun. Dodos dan kampak biasa digunakan untuk memotong pelepah bergagang panjang. Secara umum ketersediaan peralatan panen di kebun EMAL mencukupi. Kondisi peralatan panen juga baik. Apabila terjadi kerusakan peralatan panen, maka para pemanen dapat menggantinya di gudang. Peralatan peralatan panen tersebut merupakan inventaris perusahaan yang dipinjamkan kepada pemanen.

f) Kriteria matang panen dan mutu buah Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Standar kriteria matang panen yang digunakan di kebun EMAL adalah fraksi 2 dan fraksi 3, yaitu 25 % sampai 75 % buah luar membrondol dan berwarna merah mengkilat sampai orange. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa persentase buah matang (fraksi 2 dan 3) yang dipanen kebun EMAL rendah (38.24 %) dan persentase buah kurang matang terpanen cukup tinggi (44.21 %). Kondisi ini disebabkan para pemanen tidak menaati standar kriteria matang panen perusahaan dengan memanen buah mentah dan kurang matang. Para pemanen cenderung memotong buah kurang matang untuk mencapai basis dan mendapatkan premi panen yang lebih besar karena jumlah buah matang di divisi III sedikit. Sehubungan dengan hal ini, maka manajer akan menginstruksikan dengan keras pelarangan panen buah mentah dan kurang matang karena akan menghasilkan kandungan minyak CPO dengan rendemen yang rendah. Tabel 11. Pengamatan Kriteria Matang Panen Berdasarkan Fraksi Panen Fraksi Mandor A (tandan sampel) Mandor B (tandan sampel) 45 145 120 16 3 329 Total sampel 7 105 340 276 18 23 769 %

Mentah 00 7 0 60 Kurang matang 1 195 Matang 2 156 3 2 Lewat matang 4 20 5 Total 440 Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008

0.9 13.65 44.21 35.90 2.34 3 100

Untuk mencegah para pemanen memanen buah mentah dan kurang matang maka dapat dilakukan dengan pengurangan basis panen. Basis panen yang digunakan di divisi III yaitu 1 000 kg/ hari dengan rata rata 60 janjang/ hari (BJR = 16 kg/ janjang). Pengurangan basis panen dapat mencapai 200 kg/ hari sehingga basis panen yang digunakan adalah 800 kg/ hari dengan rata rata 50 janjang/ hari. Pengurangan basis panen akan mengurangi jumlah buah yang harus dipanen per hari dengan syarat hasil panen baik dan sesuai dengan standar kriteria matang panen perusahaan. Dengan begitu para pemanen mendapatkan premi panen karena basis panen sudah dikurangi asalkan mereka tidak memanen buah mentah dan kurang matang. Apabila mereka masih memanen buah mentah dan kurang matang, maka mereka tidak akan mendapatkan premi panen dan akan memperoleh potongan denda panen. Penentuan basis panen sebaiknya didasarkan pada perhitungan angka kerapatan panen kebun. Mutu buah ditentukan berdasarkan buah bergagang panjang. Standar maksimal panjang gagang TBS yang dipanen di kebun EMAL adalah 3 cm. Apabila panjang gagang TBS terlalu panjang (lebih dari 3 cm), maka akan mempengaruhi kualitas minyak CPO yang dihasilkan dalam proses pengolahan di pabrik. Tandan bergagang panjang tersebut banyak mengandung air yang akan bercampur dengan minyak CPO sehingga kualitas minyak CPO yang dihasilkan rendah. Tabel 12. Jumlah Buah Bergagang Panjang Panjang gagang 3 cm > 3 cm Total I 11 4 15 II 10 4 14 III 11 3 14 IV 12 4 16 No. TPH V 13 2 15 VI 14 1 15 VII VIII 9 4 13 10 6 16 IX 13 2 15 X 10 4 14 Total janjang 113 34 147 % 76.87 23.13 100

Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008 Persentase standar perusahaan untuk buah bergagang panjang adalah 0 % yang artinya tidak diperbolehkan adanya buah yang panjang gagangnya lebih dari 3 cm. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa TBS bergagang panjang di divisi III masih cukup banyak (23.13 %). Hal ini disebabkan kurang telitinya pemanen

dalam memotong gagang, sehingga mereka sering tidak tahu bahwa gagang yang telah mereka potong pada tandan masih cukup panjang. Untuk itu pengawasan panen perlu diperketat dan diberlakukan sistem denda agar tidak ditemukan lagi buah bergagang panjang di tiap TPH (tempat pengumpulan hasil). g) Angka kerapatan panen (AKP) Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal baik itu pada sistem blok maupun pada sistem grup. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minimal satu pohon yang dapat dipanen buahnya. Tabel 13. Pengamatan Angka Kerapatan Panen Blok K - 23 Baris sampel A B 5 4 29 15 3 27 25 4 31 35 3 29 45 5 32 55 3 28 65 4 30 Total 26 206 Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008 A = Jumlah tandan matang B = Jumlah pokok sampel Tabel 14. Rekapitulasi Angka Kerapatan Panen Pokok Tandan matang di pokok sampel sampel K - 23 2138 206 26 L - 25 2086 215 27 Sumber: Pengamatan Data Lapangan 2008 Blok Total pokok Kerapatan Panen (%) 12.62 12.56 Blok L - 25 A 5 2 3 4 4 4 5 27 B 32 30 32 29 29 31 32 215

Pada Tabel 13 dan Tabel 14 dapat dilihat bahwa angka kerapatan panen (AKP) di dua blok tersebut berkisar antara 12 % - 13 % yang artinya setiap delapan pohon hanya ada satu pohon yang dapat dipanen buahnya. Lubis (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai angka kerapatan panen 0 % - 14 % menunjukkan produksi rendah, nilai AKP 15 % - 20 % menunjukkan produksi sedang dan nilai

AKP 25 % - 100 % menunjukkan produksi tinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka produksi buah divisi III blok K 23 dan L 25 divisi III rendah. h) Tenaga kerja pemanen Tenaga kerja pemanen adalah faktor penting yang diperlukan dalam kegiatan pemanenan. Perencanaan dan pengorganisasian tenaga pemanen penting dilakukan dalam menjamin TBS yang akan dipanen pada hari yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Kebutuhan tenaga pemanen dapat diketahui berdasarkan luas areal panen yang akan dipanen. Di kebun EMAL, standar hanca panen setiap pemanen sebesar 3 ha dengan jumlah tenaga pemanen 30 orang tiap divisi. Dasar perhitungan tenaga kerja pemanen di divisi III adalah: TK pemanen = Luas rata rata kapel panen divisi III/ standar luasan pemanen = 100.42 ha : 3 ha/ orang = 33 orang Dari perhitungan tenaga kerja pemanen diatas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja pemanen di divisi III sebanyak 33 orang. Jumlah ini hampir sesuai dengan standar jumlah tenaga pemanen perusahaan yaitu 30 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga pemanen divisi III sudah mencukupi. 5.1.2.2. Pelaksanaan panen Pada prinsipnya kegiatan panen adalah memotong tandan matang panen serta mengumpulkan brondolannya untuk diangkut ke TPH lalu ke pabrik yang kemudian diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik dengan rendemen yang tinggi dan kandungan asam lemak bebas (ALB) serendah rendahnya. Dalam pelaksanaan pemanenan di PT. EMAL, langkah langkah kerja pemanen setelah pembagian hanca panen antara lain sebagai berikut: Pemanen berjalan di daerah pasar pikul sambil mengamati dan memeriksa buah masak dengan cara mengelilingi pohon. Panen buah dengan cara memotong tandan buah menurut kriteria matang panen. setelah itu potong tangkai buah serapat mungkin (maksimal 3 cm). Pemanen memotong pelepah sampai menyisakan 2 pelepah di bawah tandan paling bawah (sangga dua).

Semua brondolan dibersihkan dari ketiak pelepah dengan mencungkil menggunakan egrek. Pelepah yang terpotong disusun di gawangan mati, tidak boleh dibuang di pasar pikul. Tandan buah dan brondolan dikeluarkan dari piringan ke TPH menggunakan angkong. Brondolan harus bersih dari segala macam sampah dan kotoran. Tandan buah di TPH disusun dengan teratur dengan susunan 5 10 baris gagang di sebelah atas supaya mudah dalam perhitungan. Selain itu nomor potong pemanen dituliskan pada gagang tandan buah. Brondolan yang terkutip dan sudah bersih diletakkan disebelah susunan tandan buah di TPH.

Gambar 12. Kegiatan Panen TBS Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat panen adalah: Pemanen harus teratur dalam memeriksa secara teliti setiap pokok untuk melihat tandan matang sesuai dengan kriteria matang panen. Hindari tandan matang tertinggal di pokok. Hindari panen buah mentah. Tidak ada buah matang yang tertinggal di piringan dan gawangan. Tandan buah harus bersih.

Tangkai buah harus pendek (maksimal 3 cm) dan berbentuk cangkem kodok (berbentuk V). Tidak ada potongan buah yang tertinggal di pokok dan hindari pelepah sengkleh. Dalam pelaksanaan pemanenan masih ditemui beberapa hal penting

mengenai kesalahan pemanen diantaranya banyak pemanen yang memanen buah mentah. Hal ini dilakukan demi mendapatkan basis dan premi panen sehingga mengakibatkan banyak buah mentah yang terpanen di TPH (tempat pengumpulan hasil). Para pemanen kadang kadang meninggalkan TBS di piringan tanpa memindahkannya di TPH karena jaraknya terlalu jauh dan keadaan topografi yang cukup curam. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pengawasan panen dan sistem denda harus diperketat. Pelaksanaan panen dilakukan setelah pembagian hanca panen yang dilakukan oleh mandor panen. Biasanya pembagian hanca panen dilakukan setelah mandor panen melakukan kegiatan apel pagi pada pukul 06.00 WIB. Panen dilakukan pada pukul 07.00 WIB 14.00 WIB. Tetapi seringkali pemanen sudah selesai pada pukul 12.00 WIB yang dikarenakan mereka sudah mendapatkan basis panen. 5.1.2.3. Basis dan premi panen Basis yang diterapkan di kebun EMAL adalah basis borong. Basis borong adalah jumlah tonase (kg) yang harus didapatkan oleh pemanen dalam satu hari. Berdasarkan umur dan produksi tanaman maka basis panen per tahun tanam dapat berbeda. Apabila pemanen mendapatkan basis, maka mereka akan mendapatkan premi basis panen sebesar Rp 6 500,00. Apabila pemanen tidak mendapatkan basis, maka mereka hanya mendapatkan upah standar yang diperoleh yaitu Rp. 28 960,00 untuk KHL dan Rp. 24 350,00 untuk karyawan tetap dan bulanan. Besarnya basis borong pemanen di divisi III tahun tanam 1994 adalah 1 000 kg dengan penjabaran: 750 kg bobot tandan yang diperoleh pemanen dibayar Rp. 28 960,00 untuk KHL dan Rp. 24 350,00 untuk KHT, sedangkan sisanya yaitu 250 kg bobot tandan dibayar Rp. 6 500,00 yang merupakan premi basis panen.

Premi panen adalah penghargaan berupa uang yang diberikan kepada pemanen atas kelebihan prestasi kerjanya, yaitu jumlah tonase (kg) yang diperoleh melebihi basis borong yang telah ditetapkan dengan mutu buah yang sesuai dengan ketentuan panen. Pemberian premi panen bertujuan untuk memotivasi pemanen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas hasil panen. Besarnya premi basis panen (1 000 kg) divisi III adalah Rp. 6 500,00. Apabila pemanen mendapatkan bobot janjang lebih 200 kg pertama dari basis panen, maka akan dibayar Rp. 28/ kg, kelebihan 200 kg kedua dibayar Rp. 33/ kg dan kelebihan 200 kg ketiga dibayar Rp. 35/ kg. Pemanen juga akan memperoleh premi brondolan sebesar Rp. 125,00 per kg. Ketentuan basis dan premi panen di kebun EMAL dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Basis dan Premi Over Basis Panen Tahun 2008
No. TT Basis panen (kg) 1000 Over basic I (kg) 10011200 2 1995 1000 10011200 3 1996 1000 10011200 4 1997 1000 10011200 5 1998 900 9011100 6 1999 900 9011100 Over basic II (kg) 12011400 12011400 12011400 12011400 11011300 11011300 >1300 24 32 38 40 >1300 24 32 38 40 >1400 22 28 33 35 >1400 22 28 33 35 >1400 22 28 33 35 Over basic III (kg) >1400 Cost/ Kg (Rp) 22 Incentive I (Rp) 28 Incentive II (Rp) 33 Incentive III (Rp) 35

1994

Sumber: Kantor Estate 2007 Premi juga diberikan kepada mandor panen, mandor I, dan kerani cek (kerani buah). Untuk mandor panen premi yang diperoleh adalah 10 % dari total rata rata premi pemanen dalam tiap mandorannya (grup). Premi mandor I adalah 5 % dari total rata rata premi pemanen dalam divisinya. Premi kerani cek adalah 3.75 % dari total rata rata premi pemanen dalam divisinya.

Contoh perhitungan premi panen: Seorang pemanen memanen buah di divisi III tahun tanam 1994 sebanyak 1 603 janjang dalam 21 hari BJR di divisi tersebut adalah 16.58 kg/ janjang = BJR x jumlah janjang = 16.58 kg/ janjang x 1 603 janjang = 26 577.74 kg Berat basis/ bulan (kg) = Total hari kerja x berat basis/ hari = 21 hari x 1 000 kg/ hari = 21 000 kg Kelebihan basis (kg) = Tonase 1 bulan berat basis/ bulan = 26 577.74 kg 21 000 kg = 5 577.74 kg Basic incentive I (kg) = Total hari kerja x over basic I/ hari = 21 hari x 200 kg/ hari = 4 200 kg Basic incentive II (kg) = Kelebihan basis berat incentive I (kg) = 5 577.74 kg 4 200 kg = 1 377.74 kg Premi Basis/ bulan (Rp) = Total hari kerja x premi basis/ hari = 21 hari x Rp 6 500,00/ hari = Rp 136 500,00 Premi incentive I (Rp) = Basic incentive I (kg) x premi over basic I = 4 200 kg x Rp. 28,00/ kg = Rp 117 600,00 Premi incentive II (Rp) = Basic incentive II (kg) x premi over basic II = 1 377.74 kg x Rp. 33,00/ kg = Rp 45 465.42,00

Hasil/ bulan (kg)

Total premi kotor/ bulan

= Premi basis/ bulan + Incentive I (Rp) + Incentive II (Rp) = Rp 136 500,00 + Rp 117 600,00 + Rp 45 465.42 = Rp 299 565.42,00

Premi bersih/ bulan

= Premi kotor/ bulan denda (potongan) = Rp 299 565.42 0 = Rp 299 565.42,00

5.1.2.4. Pengawasan dan denda Pengawasan panen secara rutin perlu dilakukan, karena dengan pengawasan yang baik maka akan diperoleh kualitas panen yang baik. Pengawasan yang dilakukan di kebun EMAL dimulai dari AM (Area Manager), EM (Estate Manager), asisten divisi, mandor I, dan mandor panen. Asisten, mandor I, dan mandor panen wajib melakukan pemeriksaan hanca panen setiap hari. EM (Estate Manager) melakukan pemeriksaan di semua divisi dalam satu kebun, khususnya di divisi yang banyak buah restan (buah tinggal di lapangan). AM (Area Manager) melakukan pemeriksaan dalam 2 kebun (kebun EMAL dan kebun JAW) dan memperoleh informasi dari masing masing EM. Pemeriksaan dilakukan pada saat kegiatan panen dilaksanakan.

Pemeriksaan yang dilakukan di kebun EMAL meliputi pemeriksaan di lapangan dan pemeriksaan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak terpanen, pelepah sengkleh, TBS tertinggal di piringan, brondolan tidak terkutip dan penyusunan pelepah di gawangan tidak teratur. Untuk pemeriksaan di TPH meliputi gagang buah, buah mentah terpanen dan adanya buah lewat matang. Denda adalah potongan terhadap buah yang diperoleh pemanen karena melanggar tata tertib panen Denda panen yang berlaku di PT EMAL antara lain: Pelepah sengkleh didenda Rp. 1 000,00/ pelepah Tandan matang tidak terpanen didenda Rp. 1 000,00/ janjang Buah mentah terpanen didenda Rp. 1 000,00/ janjang Tandan tertinggal di piringan didenda 1000,00/ janjang Gagang panjang didenda Rp. 1000,00/ janjang

Tujuan diberikan denda adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sistem denda belum berjalan di semua divisi yang mengakibatkan banyak ditemukan kesalahan dalam kegiatan pemanenan di beberapa divisi. 5.1.2.5. Organisasi panen Kegiatan panen yang baik harus terorganisasi dengan baik juga. Hal ini agar kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai target produksi yang diinginkan. Organisasi yang baik akan mendukung tujuan perusahaan yaitu mendapatkan produksi setinggi tingginya dengan kandungan ALB (asam lemak bebas ) yang rendah. Divisi III kebun EMAL terdapat 2 grup (kemandoran) panen, yaitu grup A dan grup B. Masing masing grup terdapat seorang mandor panen. Grup A terdiri dari 15 pemanen dan seorang mandor panen. Grup B terdiri dari 15 pemanen dan seorang mandor panen. Setiap grup A dan grup B terdapat 2 orang kerani cek (kerani buah) dan 1 orang kerani transport. Selain itu di divisi III terdapat pemuat buah yang berjumlah 6 orang. Pemanen tersebut harus bertanggung jawab terhadap hanca masing masing. Mandor panen bertanggung jawab terhadap mandor I agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria panen. Mandor I bertanggung jawab terhadap buah yang dihasilkan serta buah restan di lapangan kepada asisten. Sebagian pemanen di divisi III adalah KHL (karyawan harian lepas) yang berjumlah 16 orang dan KHT (karyawan harian tetap) berjumlah 14 orang. Tetapi saat ini sedang diusahakan untuk semua pemanen di kebun EMAL menjadi KHT. Untuk mandor panen grup A berstatus HIP (hubungan industri pancasila) dan mandor panen grup B statusnya KHT. Kerani cek dan kerani transport berstatus KHT semua. Status KHL berbeda dengan KHT dan HIP. KHL tidak mendapatkan jatah beras per bulan dan UMR (upah minimum regional) yang diterima per hari adalah Rp. 28 960,00. KHT dan HIP mendapatkan jatah beras per bulan yang besarnya sama dan UMR yang diperoleh per hari adalah Rp. 24 350,00. Perbedaan antara status KHT dan HIP adalah apabila KHT tidak masuk kerja mendapat potongan gaji dan dianggap mangkir. Apabila HIP tidak masuk kerja, maka tidak mendapat

potongan gaji dan tidak dianggap mangkir tetapi diberi surat peringatan yang terdiri dari beberapa tahap. 5.1.2.6. Administrasi panen Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen, kerani transport, kerani cek (kerani buah), kerani estate, dan payroll. Pencatatan yang rapi dan teratur serta kelengkapan data akan memudahkan evaluasi kerja panen dan pemeriksaan sewaktu waktu bila diperlukan. Administrasi panen yang dilakukan antara lain: a) Nota angkut buah. Berisi nama divisi, tanggal panen, nama sopir, nomor polisi, jumlah TBS per blok dan jumlah timbangan pabrik. Buku tersebut diisi oleh kerani transport. b) Buku produksi buah Berisi catatan total TBS yang diangkut yang terdiri dari jumlah TBS dan brondolan yang diperoleh pemanen. Buku tersebut diisi oleh mandor panen dan krani cek. c) Buku laporan harian mandor panen Berisi daftar hadir pemanen, jumlah TBS yang diperoleh tiap blok, pemakaian HK dan luas yang akan dipanen. Buku tersebut diisi oleh mandor panen dan dilaporkan ke kerani divisi di kantor divisi tiap pagi sebagai dasar untuk mengisi buku premi pemanen yang dilakukan oleh payroll. d) Buku produksi TBS per hari dan per blok. Berisi catatan jumlah TBS yang diperoleh dan jumlah yang diangkut tiap hari per blok setiap hari. Buku tersebut diisi oleh mandor panen dan krani transport. e) Pencatatan di kantor estate Berisi rekap laporan produksi harian divisi, monitoring produksi panen, rotasi panen, dan interval panen yang dilakukan oleh kerani estate. Sedangkan untuk daftar upah dan premi panen diisi oleh payroll.

5.1.2.7. Transportasi panen Pengangkutan TBS ke pabrik harus segera dilakukan untuk diolah. Maksikmal 8 12 jam setelah panen harus segera diolah. Hal ini bertujuan agar buah tidak mengalami kerusakan dan menghindari kandungan asam lemak bebas (ALB) menjadi tinggi. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS). Alat transport yang digunakan di kebun EMAL dalam mengangkut buah tergantung dari kondisi topografi (areal) dan alat yang tersedia. Jika kondisi lahan baik dapat menggunakan truk (Dutro). Apabila kondisi lahan tidak dapat dilalui truk, maka dapat digunakan traktor (Jhon deer). Buah yang diangkut oleh traktor terlebih dahulu dikumpulkan ke loading ramp sebelum diangkut ke pabrik oleh truk. Apabila kondisi lahan baik, maka pengangkutan buah ke pabrik dapat dilakukan langsung oleh truk. Kapasitas angkut satu truk untuk satu trip adalah 6 8 ton, sedangkan traktor memiliki kapasitas angkut 4 5 ton untuk satu trip.

Gambar 13. Muat TBS Menggunakan Truk Secara umum sarana pengangkutan yang terdapat di kebun EMAL sudah cukup baik. Tetapi seringkali ditemukan pengangkutan buah dari lapangan ke loading ramp maupun ke pabrik mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan jalan jalan yang dilalui traktor dan truk mengalami kerusakan. Untuk mengatasi hal

tersebut maka truk dan traktor yang terperosok dapat ditarik oleh grader dan setelah itu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan jalan secara berkala. Alat berat yang biasanya digunakan dalam perbaikan jalan adalah grader, backholeder dan bomag. Kendala lain yang sering ditemukan dalam transportasi panen adalah adanya kerusakan pada alat transport panen, seperti pada truk, traktor dan grader yang disebabkan banyaknya jalan yang rusak. Upaya dalam perbaikan alat alat transport juga lama yang menyebabkan buah restan di tiap divisi menjadi meningkat. Hal ini disebabkan karena lamanya order barang spare part untuk alat transport yang rusak. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pemakaian alat alat transportasi seperti traktor dan grader secara bergantian dalam tiap divisi. 5.1.3. Pengolahan kelapa sawit Pabrik kelapa sawit adalah tempat untuk menampung dan mengolah tandan buah segar yang telah dipanen dari kebun menjadi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil). Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau CPO dan inti (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya. Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan PKO harus melalui beberapa stasiun pengolahan yang terdapat di pabrik kelapa sawit. Kapasitas pabrik kelapa sawit di kebun EMAL adalah 60 ton per jam. 5.1.3.1. Stasiun penerimaan buah Sebelum diolah dalam pabrik, tandan buah segar yang berasal dari kebun pertama kali ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan selanjutnya ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap truk yang mengangkut TBS masuk ke pabrik yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Kapasitas jembatan timbang di PKS adalah 30 40 ton. Loading ramp adalah tempat penampungan TBS sementara dari kebun setelah melewati jembatan timbang. Selain itu loading ramp merupakan tempat sortasi TBS yang masuk dari kebun sehingga dapat diketahui buah mentah, buah busuk dan buah bergagang panjang.

5.1.3.2. Stasiun perebusan (sterilizer) TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus dalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Sterilizer yang digunakan adalah bejana tekan horizontal yang menampung 3 lori per unit. Tiap lori berkapasitas 15 ton TBS. Tujuan proses perebusan antara lain: menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam pengolahan dan proses pengolahan inti sawit. Waktu yang diperlukan dalam perebusan adalah 90 menit. 5.1.3.3. Stasiun pemipilan Stasiun pemipilan berfungsi untuk melepaskan brondolan dari tandannya dengan menggunakan alat pemipil atau mesin perontok buah yang dinamakan thresher. Tandan kosong hasil perontokan dapat digunakan sebagai pembuatan pupuk abu janjang. 5.1.3.4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipil kemudian diangkut ke bagian pengadukan/ pencacahan (digester). Untuk memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester diberi uap. Tujuan utama dari proses digesting adalah mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil kecilnya. 5.1.3.5. Stasiun pemurnian (clarifier) Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran kotoran, seperti padatan (solid), lumpur (sludge), dan air. Minyak sawit yang keluar dari tempat pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel partikel dari tempurung, serabut, dan air. Tujuan dari pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. 5.1.3.6. Stasiun pemiahan biji dan kernel Proses pemisahan biji serabut dari ampas pengempaan bertujuan untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Hasil pemisahan terbagi menjadi dua yaitu

fibre dan kernel. Fibre adalah fraksi ringan dan biji pecah sedangkan kernel adalah fraksi berat. Selain itu pada stasiun ini ampas yang keluar dari pengepresan akan diolah lagi hingga menghasilkan kernel (inti) yang siap dijual. 5.1.3.7. Stasiun pembangkit tenaga Sebagai sebuah unit produksi, PKS membutuhkan sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang membutuhkan tenaga dalam jumlah yang besar. Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua sumber, yaitu ketel uap (boiler) yang menghasilkan tenaga uap dan diesel genset. Tenaga uap yang dihasilkan oleh boiler pertama tama dikonversikan menjadi energi listrik melalui turbin. Kemudian uap yang keluar dari turbin ditampung dalam sebuah bejana tekan dan dimanfaatkan untuk proses perebusan dan keperluan proses pengolahan. Diesel genset merupakan sumber tenaga pembantu yang digunakan pada saat PKS akan memulai operasi atau pada saat PKS tidak beroperasi. 5.1.3.8. Stasiun pengolahan limbah (Effluent Treatment) Air limbah pada pabrik kelapa sawit banyak mengandung bahan organik dan anorganik, sehingga jika dibuang langsung akan menyebabkan pencemaran di sungai. Ada tiga jenis proses pengolahan limbah yaitu proses mekanis, proses biologis, dan kimia. Dari ketiga proses tersebut harus memperhatikan parameter yang menentukan tinggi rendahnya kualitas air limbah di antaranya: Biological Oxigen Demand (BOD), Chemical Oxigen Demand (COD), pH (alkalinitas), Total Solid, Lemak (grease), Suspended Solid, dan suhu (temperatur). Dari ketujuh parameter tersebut dapat di uji kelayakan terhadap limbah pabrik, apakah telah layak digunakan dan tidak membahayakan lingkungan (pencemaran). 5.2. Aspek Manajerial Manajemen kebun tingkat karyawan di kebun EMAL terdiri dari dua, yaitu manajemen tingkat staf dan manajemen tingkat non staf. Manajemen karyawan tingkat non staf meliputi karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik di lapangan maupun administrasi kantor. Manajemen tingkat non staf terdiri dari mandor I, mandor, kerani produksi (kerani estate) yang dibantu oleh kerani divisi, kerani buah (kerani cek), dan kerani transport. Manajemen karyawan tingkat staf dilaksanakan oleh estate manager yang dibantu oleh asisten kebun

(asisten divisi) untuk tugas operasional lapangan. Untuk tugas administrasi dan keuangan, estate manager dibantu oleh asisten estate (kepala administrasi). Dan untuk keamanan estate manager dibantu oleh koordinator keamanan. 5.2.1. Pendamping mandor Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan anggotanya, di bawah pengawasan mandor I dan asisten divisi. Mandor I sebagai tangan kanan atau orang kepercayaan asisten divisi bertugas memberikan pembinaan sekaligus pengawasan terhadap semua jenis pekerjaan teknis di lapangan agar pekerjaan tersebut tercapai dengan tepat dan cepat. Hubungan antara mandor I dengan mandor adalah garis instruksi, sedangkan dengan kerani produksi (kerani estate) adalah garis koordinasi. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa sebagai pendamping mandor adalah mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, mengabsen tenaga kerja yang digunakan, mengawasi pekerja, mengawasi penggunaan bahan serta mengisi laporan harian mandor. Hal hal yang perlu dicatat dalam laporan mandor antara lain: jumlah tenaga kerja dan bahan yang digunakan, prestasi yang diperoleh pekerja dan luas areal yang dikerjakan. Dalam pendamping mandor, mahasiswa bertugas sebagai pendamping mandor semprot, mandor babad, mandor pupuk, mandor panen, kerani cek, kerani transport dan krani divisi. 5.2.1.1. Mandor semprot Sebagai mandor semprot, penulis bertanggung jawab terhadap pekerja dan bahan yang digunakan. Dalam permintaan bahan yaitu herbisida, sehari sebelum kegiatan penyemprotan kantor divisi terlebih dahulu mengeluarkan bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB) yang dibuat oleh kerani divisi dan mandor semprot. Bon tersebut selanjutnya diperiksa oleh asisten divisi agar disetujui, kemudian diajukan ke estate manager. Setelah diperiksa oleh estate manager dan ditandatangani, bon tersebut diberikan kepada kepala gudang untuk diperiksa. Setelah lengkap, maka mandor semprot dapat mengambil herbisida di gudang sesuai dengan yang tercantum dalam BPPB. Tugas mandor semprot di lapangan antara lain: mengabsen tenaga kerja, menentukan areal yang disemprot, mengawasi kegiatan penyemprotan,

mengawasi penggunaan herbisida di lapangan serta mengisi buku harian mandor.

Mandor semprot perlu memperhatikan penggunaan herbisida dan letak sumber air. Pengawasan penggunaan herbisida sangat penting dilakukan karena kebutuhan herbisisda sudah ditentukan. Apabila terjadi kekurangan maka pengendalian gulma menjadi kurang efektif. Letak sumber air sangat berpengaruh pada kecepatan kerja. Apabila letak sumber air jauh, maka kegiatan penyemprotan menjadi lama dan terhambat. Selama menjadi pendamping mandor, mahasiswa mengawasi kegiatan penyemprotan gawangan dan piringan. Jumlah karyawan yang diawasi oleh mahasiswa adalah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang pelangsir air dan 9 orang sebagai penyemprot dengan luasan 19.20 Ha. Semua tenaga kerja yang dipakai adalah KHL (karyawan harian lepas). 5.2.1.2. Mandor babad Mandor babad bertugas menentukan areal yang dibabad, mengawasi kegiatan babad, dan mengisi buku harian mandor. Kegiatan pembabadan yang dilakukan antara lain: babad selektif, babad rendahan, rempes jalan dan rawat jalan. Dalam kegiatan pembabadan perlu mengetahui areal atau lahan yang banyak terdapat gulma anak kayu yang sudah tumbuh besar, sehingga kegiatan pembabadan dapat didahulukan pada areal tersebut. Jumlah tenaga kerja yang diawasi mahasiswa selama menjadi pendamping mandor babad berjumlah 8 orang yang semuanya berstatus KHL dengan luasan 4.8 Ha. 5.2.1.3. Mandor pupuk Rencana program pemupukan dibuat oleh asisten divisi yang diajukan oleh manajer kebun. Rencana kerja yang dibuat mencangkup luas areal dan blok, tahun tanam, jumlah pokok, SPH (stand per hektar), jenis pupuk, dosis per jenis pupuk, serta waktu pemupukan. Kerani divisi dan mandor pupuk membuat bon permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan oleh asisten divisi untuk satu kali aplikasi. Bon tersebut diberikan kepada asisten estate (chief clerk) agar diperiksa dan ditandatangani oleh estate manager. Setelah bon tersebut mendapat tanda tangan asisten divisi dan estate manager, maka bon tersebut akan dibawa ke gudang oleh mandor pupuk untuk diperiksa kepala gudang dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengambil pupuk yang jenis dan jumlahnya sesuai dengan yang tecantum dalam BPPB yang telah dibuat oleh mandor pupuk. Pengangkutan pupuk menggunakan traktor dan selanjutnya langsung diecer ke

lapangan. Dalam pengangkutan pupuk ke traktor, kepala gudang dan bawahannya secara langsung mengawasi kegiatan pemindahan pupuk tersebut. Hal bertujuan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan perhitungan jumlah pupuk yang akan dipakai. Jumlah karyawan yang diawasi mahasiswa adalah 12 orang, yang terdiri dari 8 orang penabur dan 4 orang pelangsir dengan luas areal yang dipupuk adalah 23.53 Ha. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dengan jumlah 50 ton. 5.2.1.4. Mandor panen Panen berkaitan langsung dengan produksi. Kegiatan pengawasan panen merupakan kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan untuk melihat kemajuan usaha yang telah tercapai, sehingga dapat mengetahui sumber pemasukan uang yang dapat digunakan sebagai biaya seluruh kegiatan operasional kebun. Pengawasan dilaksanakan dari tingkat mandor sampai asisten divisi yang bersifat kontrol setiap hari, baik kuantitas maupun kualitas panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen antara lain: membagi hanca panen tiap tiap pemanen dan memastikan hanca tersebut selesai, mencatat seluruh hasil panen dan lokasi panen setiap hari dan berkoordinasi dengan dengan kerani cek, membuat data rotasi panen setiap hari untuk memastikan agar rotasi dapat normal, bertanggung jawab secara langsung atas kuantitas dan kualitas hasil panen yang dihasilkan dalam hancanya kepada mandor I dan asisten divisi, serta memonitor absensi karyawan. Mahasiswa menjadi pendamping mandor panen di divisi III kemandoran (grup B) dengan jumlah tenaga panen 15 orang. 5.2.1.5. Kerani buah (kerani cek) Kerani cek bertugas mencatat dan memeriksa hasil panen yang diperoleh masing masing pemanen di tiap tiap TPH (tempat pengumpulan hasil). Hasil panen yang diperiksa berdasarkan kriteria matang dan mutu panen. Pencatatan jumlah TBS dan brondolan yang diperoleh masing masing pemanen dilakukan dalam tiap tiap blok. Pencatatan ditulis di dalam buku produksi buah. Hasil pencatatan kerani cek harus sesuai yang diperoleh mandor panen. Hasil pencatatan buah selanjutnya dilaporkan ke kantor divisi untuk dicatat dan direkap oleh kerani divisi dalam buku produksi TBS, untuk selanjutnya dikirim ke kantor estate. Penulis menjadi pendamping kerani cek di divisi III grup B. Mahasiswa

melakukan pengecekan di tiap tiap TPH masing masing pemanen yang berjumlah 15 orang. 5.2.1.6. Kerani transport Kerani transport bertugas menghitung jumlah buah yang diangkut ke pabrik serta memastikan buah telah sampai ke pabrik dari lapangan. Selain itu kerani transport bertugas membuat nota angkut buah (NAB), menghitung kebutuhan truk, melaporkan buah restan, mengabsen tenaga kerja pemuat dan menginformasikan kondisi jalan yang dapat dilalui truk dan traktor agar buah dapat terangkut. Informasi tentang kondisi jalan sangat penting dimiliki oleh seorang kerani transport. Hal ini dikarenakan untuk mencegah meningkatnya buah restan di lapangan. Dalam pengangkutan buah di lapangan, kerani transport berkoordinasi dengan kepala traksi. Koordinasi dengan kepala traksi sangat penting karena dari kantor traksi masing - masing divisi dapat meminjam alat alat berat seperti grader, boomag dan backholeder. Grader dan alat alat berat tersebut digunakan untuk menarik truk dan traktor yang terperosok di lapangan pada saat mengangkut buah karena jalan yang dilalui rusak dan berbukit serta dapat digunakan sebagai sarana perbaikan jalan. Penggunaan grader dan alat alat berat di kebun EMAL dilakukan bergilir di tiap divisi karena ketersediaannya terbatas. Pencatatan kerani transport dalam NAB, langsung dikirim ke kantor estate, untuk selanjutnya diberikan oleh kerani produksi. Oleh kerani produksi akan dicatat dalam laporan produksi harian. Sebelumnya hasil pencatatan yang diperoleh kerani transport dicocokkan terlebih dahulu dari catatan dari kantor divisi yang dibuat oleh kerani divisi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan perhitungan jumlah buah yang diperoleh serta agar dapat mengetahui besarnya buah restan di lapangan. Hasil pencatatan kerani produksi selanjutnya dikirim ke pabrik untuk direkap ulang. Tugas mahasiswa saat menjadi pendamping kerani transport adalah mencari jalan yang dapat dilalui oleh truk dan traktor, mencari lokasi buah restan, dan mengisi nota angkut buah untuk surat pengantar ke pabrik.

5.2.1.7. Kerani divisi Kerani divisi merupakan manajemen tingkat divisi dalam suatu divisi. Kerani divisi bertanggung jawab masalah administrasi secara keseluruhan dalam divisinya. Tugas dari kerani divisi antara lain: membuat rencana permintaan dana operasional (RPDO) bersama asisten divisi, membuat BPPB, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat laporan rencana dan realisasi pekerjaan, mengisi daftar hadir karyawan, membuat dan merekap data produksi harian panen divisi, serta bertanggung jawab terhadap kerani produksi (estate), mandor I dan asisten divisi. 5.2.2. Pendamping asisten Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola seluruh kegiatan divisi secara efektif dan efisien untuk mencapai target produksi dengan biaya seminimal mungkin. Asisten juga bertugas melaksanakan administrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia di divisi, kontrol biaya yang telah disetujui estate manager dan area manager (AM), berwenang dalam pemberian persetujuan buku mandor, serta bertanggung jawab terhadap estate manager secara langsung. Asisten divisi dibantu oleh seorang kerani divisi dalam pembuatan RPDO (rencana permintaan dana operasional). RPDO digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pemanenan setiap divisi. Asisten kebun bertanggung jawab penuh terhadap lingkungan kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping asisten, mahasiswa melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan di divisi III baik pekerja maupun mandor. Mahasiswa ikut mengontrol semua pekerjaan bersama dengan asisten divisi ke setiap blok yang sedang melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini asisten melihat kualitas pekerjaan tersebut agar sesuai dengan pedoman kerja. Dalam kegiatan pemupukan, asisten akan menyediakan waktu yang lebih lama dalam pengontrolan agar pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik dan benar.

BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan magang di PT. Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation secara umum memberikan manfaat yang cukup banyak bagi mahasiswa. Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten mahasiswa terlibat interaksi langsung dengan staf dan karyawan kebun dari berbagai tingkatan. Hal tersebut secara langsung dan tidak langsung, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa secara teknis lapangan dan manajerial. Dalam pelaksanaan kegiatan magang, beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain: kegiatan aspek teknis, aspek khusus, dan aspek manajerial. Kegiatan magang dilaksanakan sesuai aturan dan standar perusahaan. Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan mahasiswa terdiri dari kegiatan pemeliharaan (pengendalian gulma tanaman menghasilkan, pengendalian ulat api, pemupukan serta perawatan jalan) dan pemanenan (persiapan panen, pelaksanaan panen, basis dan premi panen, pengawasan dan denda panen, organisasi panen, administrasi panen serta transportasi panen). Keadaan infrastruktur di PT. EMAL memiliki beberapa permasalahan. Keadaan jalan yang rusak disebabkan curah hujan yang tinggi mengakibatkan kegiatan transportasi, khususnya transportasi panen menjadi terhambat. Selain itu fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pemanenan, pemeliharaan, keamanan kerja dan transportasi panen dirasa sangat kurang sehingga kegiatan tersebut menjadi kurang optimal. Kegiatan pemeliharaan di kebun EMAL secara umum berjalan baik dan lancar. Segala jenis pekerjaan pemeliharaan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar dan norma yang berlaku di perusahaan. Permasalahan yang dijumpai yaitu keadaan topografi yang cukup curam di beberapa areal dan keadaan tajuk tanaman terlampau tinggi yang mengakibatkan kegiatan pemeliharaan menjadi terhambat. Dalam kegiatan pemanenan dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja panen divisi III kebun EMAL sudah mencukupi yaitu 33 orang. Di lapangan masih banyak dijumpai kualitas hasil panen yang rendah yang ditunjukkan dengan

masih banyaknya jumlah buah kurang matang terpanen (44.21 %) dan cukup banyaknya buah bergagang panjang di tiap TPH (23.13 %). Banyaknya buah kurang matang terpanen disebabkan para pemanen ingin mengejar basis panen dan memperoleh premi panen. Para pemanen melakukan hal ini (panen buah kurang matang) karena angka kerapatan panen di divisi III rendah (12 % - 13 %). Masih cukup banyaknya buah bergagang panjang di tiap TPH disebabkan pengawasan panen yang kurang teliti. 6.2. Saran Selama pelaksanaan kegiatan magang di kebun EMAL, ditemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan kegiatan infrastruktur, pemeliharaan dan pemanenan. Oleh sebab itu beberapa saran yang dapat digunakan oleh kebun adalah: a) Perbaikan dan rawat jalan secara menyeluruh Perbaikan dan rawat jalan sangat perlu dilakukan karena dapat memperlancar pengangkutan buah ke pabrik sehingga buah dapat langsung diolah dan dapat mencegah timbulnya buah tertinggal di lapangan (buah restan) terutama di TPH. Dilakukan perawatan secara intensif pada jalan utama (main road), jalan koleksi (collection road), dan jalan bantu karena sangat berhubungan dengan akses panen. b) Fasilitas kegiatan pemanenan, fasilitas kegiatan pemeliharaan, fasilitas keamanan kerja dan fasilitas transportasi panen harus sangat diperhatikan Kelengkapan berbagai fasilitas bertujuan agar kegiatan transportasi panen, pemeliharaan dan kegiatan pemanenan berjalan secara lancar dan maksimal. c) Pengurangan basis panen dan penetapan basis panen berdasarkan angka kerapatan panen Hal ini bertujuan mencegah para pemanen memanen buah mentah dan kurang matang. Dengan pengurangan basis panen maka jumlah janjang yang dipanen pemanen tiap hari berkurang dengan syarat kualitas hasil panen baik dan sesuai dengan standar kriteria matang panen perusahaan yaitu fraksi 2 dan fraksi 3. Basis panen yang digunakan dapat ditentukan berdasarkan perhitungan angka kerapatan panen kebun karena produksi buah di divisi III rendah.

d) Pengawasan panen diperketat Hal ini bertujuan mempertahankan kualitas dan kuantitas buah. Tugas ini terutama dikhususkan pada mandor panen dan kerani transport. Tugas mandor panen lebih ditingkatkan lagi dalam pengawasan mutu panen, sedangkan kerani transport lebih teliti lagi dalam mencari lokasi yang paling banyak terdapat buah restan (buah tertinggal di lapangan).

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2001-2005. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 57 Hal.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Koedadiri, A. D., E. S. Sutarta, W. Darmosarkoro, P. Purba, L. Fadli dan S. Rahutomo. Tanpa Tahun. Panen, hal 8.1 8.8 Dalam L. Buana, D. Siahaan dan S. Adiputra, (Eds). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sumatera Utara. Lubis, A. U., A. Djamin, S. Wahyuni dan I. R. Harahap. 1989. Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Sumatera Utara. 409 hal. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 Hal. Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 Hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 153 Hal. PT.Pekebunan X. 2002. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit Dan Karet. Bandar Lampung. 232 hal. Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal. Tim Penyusun Vademecum. 1993. Vademecum Kelapa Sawit. PT. Perkebunan X. Bandar Lampung. 442 hal. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian sebagai KHL Tanggal


14 Feb 2008 15 Feb 2008 16 Feb 2008 18 Feb 2008 19 Feb 2008 20 Feb 2008 21 Feb 2008 22 Feb 2008 23 Feb 2008 25 Feb 2008 26 Feb 2008 27 Feb 2008 28 Feb 2008 29 Feb 2008 1 Mar 2008 3 Mar 2008 4 Mar 2008 5 Mar 2008 6 Mar 2008 8 Mar 2008 10 Mar 2008 11 Mar 2008 12 Mar 2008 13 Mar 2008 14 Mar 2008 15 Mar 2008 17 Mar 2008

Tempat

Kegiatan
Berangkat dari Bogor Orientasi lapangan Semprot pasar pikul dan piringan Rempes jalan Pemupukan RP Pembuatan TPH Babad rendahan Transportasi panen Pemupukan RP Pemupukan RP Pemanenan Pemanenan Pemupukan RP Sensus ulat api Pemanenan Kutip brondolan Spot lalang dan anak kayu Transportasi panen Sensus ulat api Pemupukan urea Rawat jalan Pengamatan lapang Sprying ulat api Pemupukan RP Pengambilan bibit sisipan Spraying ulat api Pengamatan lapang

Norma kerja (ha/ HK)


1.6 5 0.8 30 TPH 0.6 0.8 0.8 60 janjang 60 janjang 0.8 2 60 janjang 13 ember 5 2 0.7 100 m 5 0.8 5

Prestasi kerja (ha/ HK) Pekerja Penulis


1.6 5 0.8 30 TPH 0.6 0.8 0.8 80 janjang 100 janjang 0.8 2 100 janjang 13 ember 5 2 0.7 100 m 5 0.8 5 1 3 20 TPH 0.3 10 janjang 12 janjang 2 7 janjang 4 ember 2 2 20 m 2 2

keterangan

Blok 95 E (div IV) Blok 95 B,E (div IV) Blok 94 D (div II) Blok 96 B (div II) Blok 98 B (div I) Blok 94 G (div III) Blok 95 C (div IV) Blok 96 A (div I) Blok 95 K (div V) Blok 94 M (div III) Blok 94 H (div III) Blok 94 H ( div III) Blok 94 B (div II) Blok 97 M (div IV) TBM (div IV) Blok 94 G (div III) Blok 94 H (div III) Blok 94 I (div III) Blok 94 L (div III) Divisi III Blok 94 H (div III) Blok 95 D (div IV) Dusun Baru, Kebun JAW Blok 94 H (div III) Divisi III

1 hk = 7 jam kerja

Tabel Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor Tanggal


18 Mar 2008 19 Mar 2008 20 Mar 2008 22 Mar 2008 24 Mar 2008 24 Mar 2008 25 Mar 2008 26 Mar 2008 27 Mar 2008 28 Mar 2008 29 Mar 2008 31 Mar 2008 1 Apr 2008 2 Apr 2008 3 Aprl 2008 4 Apr 2008 5 Apr 2008 5 Aprl 2008 7 April 2008 8 Apr 1 Mei 2008

Uraian kegiatan
Pengamatan lapang Transportasi panen Rawat jalan Babad selektif Pemanenan Sortasi dan grading Pengamatan lapang Pengamatan lapang Pengamatan lapang Pemupukan RP Pengendalian ulat api dengan injeksi Pengendalian ulat api dengan injeksi Semprot gawangan dan pasar pikul Pemupukan RP Transportasi panen Transportasi panen Transportasi panen Sortasi dan grading Transportasi panen Administrasi

Prestasi kerja Jumlah pekerja diawasi Luas areal diawasi (orang) (ha)
4 3 2 13 15 1.5 32.5

Keterangan
Divisi III 1 hk = 7 jam kerja

PKS Divisi III Divisi III Divisi III 10 4 6 9 15 4 4 6 6 45.24 1.5 1.5 9.6 45.17 PKS Kantor estate

Tabel Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Tanggal Uraian kegiatan
2 Mei 2008 2 Mei 2008 3 Mei 2008 5 Mei 2008 6 Mei 2008 7 Mei 2008 7 Mei 2008 8 Mei 2008 9 Mei 2008 9 Mei 2008 10 mei 2008 12 Mei 2008 13 Mei 2008 14 Mei 2008 15 16 Mei 2008 17 Mei 2008 19 Mei 2008 20 Mei 2008 21 Mei 2008 22 23 mei 2008 24 Mei 2008 26 Mei 2008 27 Mei 2008 28 Mei 2008 29 31 Mei 2008 1 5 Juni 2008 6 7 Juni 2008 Transportasi panen Rawat jalan Pemanenan Pemupukan MOP Spraying ulat api Pemupukan urea Transportasi panen Dongkel anak kayu Cek dan spraying ulat api Supervisi dosen Pemupukan urea Kunjungan ke pembibitan Pemupukan MOP Pemupukan MOP Kunjungan ke pabrik Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Administrasi Administrasi Transportasi panen Pemanenan Transportasi panen Pemanenan Transportasi panen Pengamatan lapangan Melengkapi data

Prestasi kerja
Lama kegiatan (jam) 4 3 7 5 5 5 2 7 7

Keterangan

Jumlah mandor yang diawasi (orang) 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2

Mes tamu 5 Kebun JAW 5 5 PKS 5 5 5 Traksi dan Bengkel Gudang 1 1 1 1 1 7 7 7 7 7 Divisi III Kantor estate

Tabel Lampiran 4. Kelas Kesesuaian Lahan PT. EMAL Keadaan Tanah Tinggi tempat dpl) Topografi Lereng (%) Tekstur Erosi Drainase Banjir Pengaruh pasang surut (m PT. EMAL Baik (Kelas I) 0 400 Sedang (Kelas II) 0 400 Datar, bergelombang 16 25 Liat berpasir Tidak ada Baik Tidak ada Tidak ada Kurang Baik (Kelas III) 0 400 Tidak Baik (Kelas IV) 0 400

50 100 Datar, bergelombang 0 30 liat berpasir Sedikit Agak baik Sedikit Tidak ada

Datar 0 15 Lempung, liat Tidak ada Baik Tidak ada Tidak ada

Berbukit 25 36 Pasir, lempung, liat Tidak ada Agak baik Tidak ada Tidak ada

Curam > 36 Pasir Sedikit Agak baik Sedikit Sedikit

Sumber: Vademecum Kelapa Sawit, 1993

Tabel Lampiran 5. Data Curah Hujan PT Era Mitra Agro Lestari pada 10 Tahun Terakhir
BULAN Januari Februari Maret April May Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL BB BL BK 1998 H.H C.H. 18 465 10 204 10 248 8 100 8 240 10 345 9 272 9 317 7 288 14 356 7 356 9 768 119 3,957 12 1999 H.H C.H. 13 257 14 280 11 169 8 50 12 173 5 246 4 86 5 162 7 25 12 91 18 109 16 167 125 1,815 8 2 2 2000 H.H C.H. 8 124 11 191 7 89 8 281 4 120 2 25 4 62 13 130 10 168 9 168 10 127 12 211 98 1,695 9 2 1 2001 H.H C.H. 10 230 6 135 9 365 13 185 9 260 8 214 4 78 8 126 5 64 17 651 19 686 19 643 127 3,636 10 2 TAHUN 2002 H.H C.H. 17 502 9 270 18 298 16 189 10 354 8 187 12 149 3 155 5 84 3 43 18 592 11 231 130 3,053 10 1 1 2003 H.H C.H. 12 344 13 435 12 257 11 388 7 187 3 25 5 209 14 480 7 200 8 180 17 355 15 362 124 3,421 11 1 2004 H.H C.H. 28 372 21 142 28 354 26 239 15 71 7 28 18 123 5 164 12 412 8 204 10 484 16 516 194 3,109 10 1 1 2005 H.H C.H. 11 181 11 489 14 388 10 286 6 237 7 115 9 266 12 335 7 251 14 402 13 504 16 319 130 3,773 12 2006 H.H C.H. 14 330 16 179 9 133 15 427 1 6 6 41 4 92 3 46 5 76 2 1 8 293 3 207 86 1,832 6 2 4 2007 H.H C.H. 11 390 8 103 7 152 11 210 7 325 6 255 6 257 5 100 5 130 4 109 13 328 15 265 98 2,623 12 -

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sumber : Kantor estate 2007 Keterangan: HH : Hari Hujan (hari) CH : Curah Hujan (milimeter) BB BL : Bulan Basah (CH > 100 mm)

Rata rata bulan kering/ tahun = 1 bulan Rata rata bulan basah/ tahun = 10 bulan
rata rata bulan kering rata rata bulan basah

: Bulan Lembab ( CH 60 mm 100 mm) Q =

x 100 %

BK : Bulan Kering (CH < 60 mm)

= 1/ 10 x 100 % = 10 %

Tabel Lampiran 6. Nota Angkut Buah (NAB)

NOTA ANGKUT BUAH ( NAB )


NO. NAB EST / DIV TGL DIANGKUT BJR TRUK NO. POLISI SUPIR DITIMBANG KG BJR

BLOK

TANDAN

KG

KET

Gambar Lampiran 1. Peta Kebun Eramitra Agro Lestari

Sumber: Kantor Estate

74

Area Manager

Manajer PKS

EM EMAL Asisten Divisi I - VI

Pelegalan

Kanitpam

Kepala HRD

Kepala Akuntan

Proses I Proses II Perawatan Pengontrol Kualitas Asisten Infrastruktur Bangunan Kebun Asisten Gudang Asisten Bengkel & Traksi Petugas Kesehatan/Perawat

Satpam/Security

Akuntan

Pers & Administrasi

Karyawan Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Eramitra Agro Lestari

You might also like