You are on page 1of 9

NOTA KESEPAHAMAN

No : …./…../….-…./…./2009

PENGADAAN MATERIAL ................ MERK ....................


PADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN TAHAP PERTAMA
PROYEK SAWANGAN VILLAGE, DEPOK

Pada hari ini ........ tanggal ...... bulan ....... tahun dua ribu sembilan (...–...–2009),
kami yang bertandatangan dibawah ini :

1. Ir. H. Agusnar, dalam kapasitasnya selaku Direktur Teknik PT. Patrialand


Utama Development dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama PT.
Patrialand Utama Development yang didirikan berdasarkan hukum Republik
Indonesia dan berkedudukan di Jl. Raya Mochtar No 1, Kecamatan Sawangan,
Kabupaten Depok, Jawa Barat, selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

2. …………………., dalam kapasitasnya selaku ……………… PT. ………………


dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. ………………. yang
didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia dan berkedudukan di Jl. ……
……………............................................................ Telp : (…) ………….., Fax :
(…) ……..…….., selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.

Dimana Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama disebut Para Pihak.

Para Pihak dalam kapasitasnya tersebut diatas terlebih dahulu menerangkan :

• Bahwa Pihak Pertama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang


Developer dan sedang membangun Proyek Sawangan Village yang
berlokasi di Jl. Raya Mochtar No 1, Kecamatan Sawangan, Kabupaten
Depok, Jawa Barat.

• Bahwa Pihak Kedua adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang


pengadaan material bahan bangunan berupa ….……. dengan merek ……..…

• Bahwa Pihak Kedua bermaksud untuk mengadakan kerjasama dengan


Pihak Pertama dalam hal pengadaan material ………...……… dengan merek
…………, dimana pelaksanaan pembangunan perumahan proyek tersebut
dikerjakan oleh para kontraktor (Dalam hal ini disebut sebagai Pihak Ketiga)
yang ditunjuk oleh Pihak Pertama.

Selanjutnya berdasarkan kesepakatan bersama dan uraian tersebut diatas, Para


Pihak menyetujui mekanisme kerjasama seperti yang diatur dalam ketentuan dan
syarat sesuai pasal-pasal berikut ini.

PASAL 1
DASAR DAN LINGKUP PEKERJAAN

(1). Tujuan dari kesepakatan adalah adanya kerjasama Para Pihak berdasarkan
itikad baik dan saling menguntungkan (tanpa ada pihak yang merasa dirugikan)
guna pelaksanaan pembangunan proyek sesuai dengan ketentuan dan syarat
yang telah disetujui Para Pihak dalam kesepakatan ini.
(2) Pihak Pertama dalam kapasitasnya seperti tersebut diatas menyetujui
memakai merek ‘…………….’ dalam hal pengadaan material ……………, yang
diperuntukkan dalam pelaksanaan pembangunan perumahan Tahap Pertama
pada Proyek Sawangan Village dimana pelaksanaannya dikerjakan oleh Pihak
Ketiga.

(3) Pihak Pertama dalam kapasitasnya seperti tersebut diatas menyetujui


pemberian ijin kepada Pihak Kedua untuk menjual langsung barang/produknya
yaitu material berupa ………………….. (dengan merek dan spesifikasi teknis
yang diinginkan oleh Pihak Pertama) kepada Pihak Ketiga

(4) Pada intinya, Pihak Pertama menginginkan terjalinnya kerjasama yang baik dan
saling menguntungkan antara Para Pihak dengan Pihak Ketiga sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lancar.

PASAL 2
HARGA BARANG dan PEMBAYARAN

(1) Pihak Pertama menyetujui harga yang diberikan oleh Pihak Kedua kepada
Pihak Ketiga untuk pembangunan beberapa unit rumah Tahap Pertama pada
Proyek Sawangan Village dengan tipe 30/72, tipe 36/90 dan tipe 45/120 adalah
sesuai dengan Penawaran Harga No. ................................... tanggal
........................... (terlampir) dengan perincian sebagai berikut :

NO Jenis Produk Harga


1 ............... Uk. .................... Cm Rp ..................,00

(2) Harga-harga tersebut diatas adalah tetap (fixed price) kecuali ada hal-hal diluar
kekuasaan Pihak Kedua yang menyebabkan kenaikan bahan baku maka
harga akan dinegosiasikan kembali. Harga tersebut diatas adalah harga
sampai ke lokasi proyek diatas truk sebagaimana disebutkan Pasal 3 Nota
Kesepahaman ini.

(3) Harga barang diatas sudah termasuk PPN 10 %

(4) Harga barang diatas adalah berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember
2009.

PASAL 3
PEMESANAN, PENGIRIMAN DAN PENYERAHAN BARANG

(1) Pembelian barang/produk milik Pihak Kedua dilakukan oleh Pihak Ketiga
(Bukan oleh Pihak Pertama) sehingga Pihak Ketiga-lah yang membuat Surat
Pemesanan/Purchase Order (PO) untuk pembelian barang/produk milik Pihak
Kedua.

(2) Pihak Pertama akan memberikan daftar/list nama-nama beserta nomor telpon
Pihak Ketiga kepada Pihak Kedua setelah Pihak Pertama menunjuk para
kontraktor yang tergabung dalam Pihak Ketiga tersebut.
(3) Diperlukan sifat proaktif Pihak Kedua untuk menghubungi Pihak Ketiga dalam
hal Pemesanan Barang. Bila adanya ganjalan dari Pihak Ketiga terhadap
pemesanan barang milik Pihak Kedua maka sesegera mungkin Pihak Kedua
melaporkan permasalahan tersebut kepada Pihak Pertama agar Pihak Pertama
membantu mencarikan solusi atau jalan keluar sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.

(4) Demi terjalinnya kerjasama Para Pihak dengan Pihak Ketiga dalam hal
pemesanan barang/produk milik Pihak Kedua oleh Pihak Ketiga sehingga
terwujud keseragaman jadwal/schedule pelaksanaan proyek maka Pihak Kedua
diwajibkan memberi salinan dalam bentuk fotocopy kepada Pihak Pertama
terhadap semua Surat Pemesanan/Purchase Order selambat-lambatnya 2 (dua)
hari setelah Pihak Kedua menerima surat pesanan (PO) dari Pihak Ketiga.

(5) Pihak Kedua akan mengirimkan barang atas dasar surat pesanan (PO) yang
sudah diterima dari Pihak Ketiga, maksimal 7 (tujuh) hari kerja setelah surat
pesanan (PO) diterima Pihak Kedua.

(6) Pihak Kedua berkewajiban mengirim barang ke lokasi sesuai jadwal/schedule


distribusi barang yang telah diberikan oleh Pihak Ketiga maupun Pihak
Pertama.

(7) Penyerahan barang Pihak Kedua kepada Pihak Ketiga berdasarkan Franco
dalam lokasi proyek Sawangan Village (diatas truk). Sebelum barang
diberikan ke Pihak Ketiga, Truk Pengangkut Barang Pihak Kedua harus
meminta ijin kepada staff bagian Administrasi Pihak Pertama yang bertempat di
‘Kantor Teknik Proyek Sawangan Village’ agar dapat dicek jumlah barang
yang dikirim dan menyortir kualitas/mutu barang tersebut.

(8) Bila ternyata kualitas BARANG tersebut dibawah Standart yang berlaku maka
Pihak Kedua diharuskan mengganti sejumlah Barang tersebut sesuai dengan
persyaratan spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh Pihak Pertama dan
Pihak Ketiga.

(9) Apabila terdapat material yang rusak/pecah selama transportasi, maka Pihak
Kedua bertanggung-jawab mengganti barang tersebut kepada Pihak Ketiga
sesegera mungkin sehingga pengiriman dapat tercukupi sesuai jadwal
pelaksanaan proyek yang diinginkan oleh Pihak Ketiga dan Pihak Pertama.

PASAL 4
PEMBAYARAN

Perlu diketahui Pihak Pertama bahwa sistem pembayaran Pihak Ketiga terhadap
pembelian barang/produk milik Pihak Kedua adalah sebagai berikut :

(1) Pihak Kedua akan menyerahkan dokumen-dokumen penjualan sebagai tagihan


kepada Pihak Ketiga. Adapun dokumen-dokumen tersebut adalah :

(a) Nota Penjualan


(b) Faktur Pajak
(c) Surat Jalan
(d) Surat Pemesanan (PO)
(2) Pihak Ketiga berkewajiban melakukan pembayaran 30 (tiga puluh) hari
kalender dari invoice yang diterima. Apabila dalam waktu yang telah
ditentukan, Pihak Ketiga tidak melaksanakan pembayaran kepada Pihak
Kedua maka dalam tenggang waktu 15 (lima belas) hari kalender setelah jatuh
tempo tanggal pembayaran Pihak Ketiga tersebut, Pihak Kedua akan
melakukan hal-hal sebagai berikut :

(a) Pihak Kedua akan melayangkan surat teguran keras atas keterlambatan
pembayaran kepada Pihak Ketiga.

(b) Pihak Kedua akan memberitahukan kepada Pihak Pertama agar Pihak
Pertama bersedia menegur dan menindak secara tegas Pihak Ketiga
atas keterlambatan/kemangkiran pembayaran Pihak Ketiga kepada
Pihak Kedua tersebut. Pihak Kedua berkeinginan, apapun tindakan
tegas yang akan dilakukan Pihak Pertama kepada Pihak Ketiga, guna
mempercepat kelancaran keterlambatan pembayaran Pihak Ketiga
kepada Pihak Kedua.

(c) Dalam konten kontrak kerjasama pembelian barang/produk milik Pihak


Kedua yang telah dipesan oleh Pihak Ketiga, Pihak Kedua akan
memberikan sanksi kepada Pihak Ketiga terhadap keterlambatan
pembayaran yang dimaksud diatas sebesar 1 0/00 (satu per-mil) dari nilai
tagihan yang akan jatuh tempo untuk setiap hari keterlambatan, dengan
denda maksimum 5% (lima persen) dari nilai tagihan yang jatuh tempo
tersebut yang dibayarkan Pihak Ketiga kepada Pihak Kedua.

PASAL 5
JAMINAN PENGADAAN

(1) Pihak Kedua menjamin kepada Pihak Pertama bahwa spesifikasi teknis
keseluruhan BARANG dengan ketentuan seperti tersebut dalam pasal 1
perjanjian ini dapat dipenuhi oleh Pihak Pertama.

(2) Pihak Kedua diwajibkan memberikan sertifikat garansi selama ….. tahun
untuk menjamin mutu/kualitas barang/produknya kepada Pihak Pertama pada
setiap rumah yang memakai barang/produk milik Pihak Kedua. Dan bila terjadi
kerusakan terhadap mutu/kualitas barang milik Pihak Kedua selama masa
garansi tersebut maka Pihak Kedua bersedia segera datang memenuhi
panggilan Pihak Pertama untuk memperbaiki atau mengganti
barang/produknya tersebut sesuai tingkat kerusakannya.

(3) Pihak Kedua menjamin kepada Pihak Ketiga bahwa jumlah barang yang
dipesan oleh Pihak Ketiga kepada Pihak Kedua, dapat dipenuhi oleh Pihak
Pertama sesuai jadwal yang telah diberikan Pihak Ketiga kepada Pihak
Kedua. Adapun bila terjadi perubahan akan mengikuti ketentuan dan syarat
yang telah disepakati Pihak Kedua dan Pihak Ketiga dalam bentuk
Amandemen atau Addendumnya.

(4). Pihak Kedua tidak dibenarkan memindahtangankan pekerjaaan dan


tanggungjawab atas alasan apapun kepada Pihak Lainnya TANPA seijin dan
sepengetahuan dari Pihak Ketiga dan Pihak Pertama.
PASAL 6
KEADAAN MEMAKSA / FORCE MAJEURE

1. Keadaan memaksa/force majeure adalah keadaan yang berada diluar kekuasaan


Para Pihak untuk dapat teratasi, misalnya :

(a) Pemogokan umum atau tindakan industrial berskala nasional, huru-hara,


blokade, teroris, peperangan atau permusuhan umum.
(b) Kuasa Tuhan Yang Maha Mulia, misalnya gempa bumi, halilintar, angin
topan, badai, banjir dan bencana alam lainnya.
(c) Kejadian-kejadian lain yang tidak dapat diatasi oleh kedua belah pihak.
(d) Krisis Ekonomi dan Politik.

2. Bila terjadi keadaan memaksa/force majeure seperti yang dimaksud diatas,


maka Para Pihak sepakat untuk menetapkan sebagai berikut ;

• Atas penyerahan barang yang terlambat, rusak/musnah yang dinyatakan


sebagai akibat dari keadaan memaksa/force majeure, maka segala
sesuatunya akan diselesaikan secara musyawarah mufakat.

3. Apabila terjadi keadaan memaksa/force majeure dalam waktu 3 (tiga) hari kerja
sejak terjadinya keadaan memaksa/force majeure, pihak yang menderita
karena peristiwa tersebut harus memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lainnya disertai pengesahan oleh instansi yang berwenang tentang kebenaran
keadaan tersebut.

4. Kejadian-kejadian yang termasuk dalam pasal 6 ayat 1 diatas, baru diartikan


keadaan memaksa/force majeure apabila memang terbukti bahwa keadaan
tersebut mempunyai hubungan langsung dengan penerimaaan barang dan
dinyatakan dalam berita acara yang ditandatangani Para Pihak.

PASAL7
PERSELISIHAN

(1) Segala masalah yang tercakup dalam kesepakatan ini atau karena kontrak
pembelian barang antara Pihak Kedua dengan Pihak Ketiga, yang mungkin
akan timbul dalam menjalankannya, akan diatur dan diselesaikan kemudian
dengan itikad baik oleh masing masing pihak dalam bentuk musyawarah untuk
mufakat dengan sepengetahuan Pihak Pertama.

(2) Bila perselisihan, persengketaan atau gugatan yang timbul dari dan berkaitan
dengan Nota Kesepahaman ini tidak teratasi oleh masing masing pihak, maka
akan diselesaikan melalui arbitrase di Jakarta, Indonesia, sesuai dengan
Peraturan Arbitrase, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan
penetapan putusan dari para arbitrator bersifat final dan mengikat pada Para
Pihak dan tidak dimungkinkan adanya banding untuk keputusan tersebut .

(3) Permohonan dibuat kepada pengadilan yang mempunyai kewenangan wilayah


hukum menurut undang-undang untuk pelaksanaan penetapan yang dibuat
dalam sidang arbritase tersebut. Kesepakatan ini diatur sesuai dengan
perundang-undangan Negara Republik Indonesia.
(4) Untuk pelaksanaannya dan segala yang timbul dari nota kesepahaman ini, maka
Para Pihak telah sepakat untuk memilih hukum yang tetap dan umum serta
segala akibatnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat.

(5) Seluruh biaya Pengadilan Negeri Depok Jawa Barat, menjadi kewajiban dan
beban kepada pihak yang kalah.

PASAL 8
PEMBATALAN KESEPAKATAN

(1) Pihak Pertama berhak membatalkan Nota Kesepahaman ini secara sepihak
setelah memberi pemberitahuan secara tertulis selama 7 (tujuh) hari sebelumnya
kepada Pihak Kedua dan tembusannya kepada Manajemen Konstruksi (MK),
bila :

a. Pihak Kedua telah melanggar kondisi Nota Kesepahaman.

b. Pihak Kedua tidak memenuhi kegiatan berupa pengadaan dan


pengiriman barang yang sesuai spesifikasi teknis, jumlah barang, dan
jadwal pengiriman yang diinginkan Pihak Ketiga sehingga dapat
memperlambat kegiatan pelaksanaan pembangunan yang dilakukan
Pihak Ketiga.

c. Pihak Kedua tidak mentaati perintah Project Manager (PM) dari


Pihak Pertama setelah mendapatkan 3 (tiga) kali instruksi tertulis
berturut-turut atas mutu material yang harus diganti/diperbaiki atau
jumlah barang yang harus dikirim atau jadwal pengiriman yang harus
ditepati.

d. Pihak Kedua telah dinyatakan bangkrut atau dilikuidasi.

e. Pihak Kedua telah mengalihkan pekerjaan baik keseluruhan atau


sebagian kepada Pihak Lainnya tanpa persetujuan dari Pihak Ketiga
dan Pihak Pertama.

(2) Dalam hal terjadi Force Majeure, Pihak Pertama dan/atau Pihak Kedua berhak
membatalkan kesepakatan, hal-hal yang mungkin timbul akibat pembatalan akan
diselesaikan secara musyawarah.

(3) Para Pihak sepakat dalam hal terjadi pembatalan Nota Kesepahaman ini akan
mengabaikan pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHP) Republik Indonesia.

PASAL 9
AMANDEMEN / ADDENDUM

Semua lampiran-lampiran dan surat-menyurat sampai dengan dibuatnya Nota


Kesepahaman dan hal-hal lain yang belum atau belum cukup diatur dalam Nota
Kesepahaman dan atau pembahasannya hanya dapat dilakukan atas persetujuan
tertulis antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua dan ditetapkan dalam suatu
AMANDEMEN dan atau ADDENDUM yang merupakan satu kesatuan dalam bagian
yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.
PASAL 10
BEA MATERAI DAN PAJAK

Bea materai dari Nota Kesepahaman dan pajak-pajak lainnya yang mungkin timbul
sebagai akibat dari kesepakatan ini dibebankan kepada Pihak Kedua sesuai dengan
Perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 11
DOMISILI

Sesuai dengan lokasi daerah dimana Proyek Sawangan Village berada, Para Pihak
sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang umum dan tetap yaitu di
Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat.

PASAL 12
PENUTUP

(1) Untuk meningkatkan pemasaran Pihak Marketing Sawangan Village maka Pihak
Kedua diwajibkan mengadakan spanduk barang/produk milik Pihak Kedua,
seminggu setelah penandatangan Nota Kesepahaman ini, dengan ukuran
minimal 1m x 4m dan dipasang di depan Perumahan Sawangan Village.

(2) Para Pihak berjanji untuk menyimpan isi dari Kesepakatan ini secara sangat
rahasia dan setuju untuk tidak membuka rahasia berupa informasi apapun
sehubungan dengan isi kesepakatan ini kepada siapapun yang tidak termasuk
dalam Kesepakatan ini.

(3) Judul yang ada dalam Nota Kesepahaman ini dimaksudkan untuk
mempermudah saja dan sama sekali tidak mengurangi, membatasi, membentuk
atau menguraikan lingkup atau maksud dari Pasal-pasal Kesepakatan ini atau
mempengaruhi Kesepakatan ini.

(4) Berdasarkan rencana pelaksanaan Kesepakatan ini, Para Pihak berjanji


berusaha dan setuju untuk melaksanakan, menyelesaikan, dan melengkapi
kewajibannya.

Demikian kesepakatan ini dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak, pada hari,
tanggal, bulan dan tahun sebagaimana tertulis pada kepala Nota Kesepahaman,
dalam rangkap 2 (dua) yang sama bunyinya, bermaterai cukup dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama serta diberikan kepada Para Pihak.

Pihak Kedua Pihak Pertama


PT. ............................. PT. Patrialand Utama Development

(.............................) ( Ir. H. Agusnar )


Presiden Direktur Direktur Teknik
Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP)
Republik Indonesia.

1265. Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan
perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah
tidak pernah ada suatu perikatan. Syarat ini tidak menunda pemenuhan perikatan; ia
hanya mewajibkan kreditur mengembalikan apa yang telah diterimanya, bila peristiwa
yang dimaksudkan terjadi. (KUHPerd. 997, 1169, 1258 dst., 1266 dst., 1381, 1519
dst.)

1266. Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal-
balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian
persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan
kepada pengadilan. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal
mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat
batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka hakim dengan melihat keadaan, atas
permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka-waktu untuk memenuhi
kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dari satu bulan. (KUHPerd. 1480,
1517, 1589, 1781 dst.)

1267. Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih: memaksa
pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau
menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.
(KUHPerd. 1243 dst., 1480, 1517.)

------------------------------------------------------------------------------------

BANI adalah lembaga independen yang memberikan jasa beragam yang


berhubungan dengan arbitrase, mediasi dan bentuk-bentuk lain dari
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. BANI didirikan pada tahun 1977
atas prakarsa tiga pakar hukum terkemuka, yaitu almarhum Prof Soebekti S.H.
dan Haryono Tjitrosoebono S.H. dan Prof Dr. Priyatna Abdurrasyid, dan dikelola
dan diawasi oleh Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat yang terdiri dari tokoh-
tokoh masyarakat dan sektor bisnis. BANI berkedudukan di Jakarta dengan
perwakilan di beberapa kota besar di Indonesia termasuk Surabaya, Bandung,
Pontianak, Denpasar, Palembang, Medan dan Batam.

BANI telah mengembangkan aturan dan tata cara sendiri, termasuk


batasan waktu di mana Majelis Arbitrase harus memberikan putusan.
Aturan ini dipergunakan dalam arbitrase domestik dan internasional yang
dilaksanakan di Indonesia. Pada saat ini BANI memiliki lebih dari 100 arbiter
berlatar belakang berbagai profesi, 30% diantaranya adalah asing.

Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai meningkat


sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum (UU Arbitrase). Penyelesaian sengketa di
luar pengadilan telah menjadi pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa
bisnis mereka. Selain karakteristik cepat, efisien dan tuntas, arbitrase menganut
prinsip win-win solution, dan tidak bertele-tele karena tidak ada lembaga banding dan
kasasi. Biaya arbitrase juga lebih terukur, karena prosesnya lebih cepat. Keunggulan
lain arbitrase adalah putusannya yang serta merta (final) dan mengikat (binding),
selain sifatnya yang rahasia (confidential) di mana proses persidangan dan putusan
arbitrase tidak dipublikasikan.
Tipe Jenis Produk Estimasi Harga per
Volume kantong
(sak) (40 kg)
MU-200 Adukan acian Rp 45.000
MU-250 Adukan acian diatas Plaster Rp 36.000
MU-300 Adukan pasangan bata Rp 13.000
MU-301 Adukan plesteran & pasangan bata merah Rp 13.500
MU-380 Adukan pasangan bata ringan Rp 45.000
MU-400 Adukan Perekat Keramik Dinding Rp 42.000
MU-440 Adukan Perata Lantai Rp 13.000
MU-450 Adukan Perekat Keramik Lantai Rp 55.000
MU-L500 Larutan Kedap Air Rp 60.000

You might also like