You are on page 1of 16

ARTIKEL PEMIKIRAN DAN KARYA-KARYA PROF.DR.H.

MAHMUD YUNUS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM (1920-1982)

Oleh : Malta Rina BP. 0821217008 Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND

Islam masuk ke Indonesia telah banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena adanya transmisi dan sosialisasi ajaran Islam. Pertumbuhan dan pekembangan pendidikan ini dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana kita lihat pada saat sekarang ini. Pendidikan Islam berkembang ditandai dengan banyaknya lembaga pendidikan Islam yang bermunculan dengan fungsi utamanya memasyarakatkan ajaran Islam tersebut.1 Berkembangnya lembaga pendidikan Islam dapat dilihat dengan banyaknya jumlah lembaga pendidikan Islam yang ada di Sumatera Barat.2 Terjadinya dinamika pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam pada saat ini tidak terlepas dari kiprah para tokoh-tokoh yang menyumbangkan pemikiran dan idenya dalam membangun pendidikan Islam di Indonesia. Salah seorang tokoh tersebut adalah Prof.Dr.H Mahmud Yunus. Prof.Dr.H Mahmud Yunus adalah tokoh pembaharu pendidikan Islam mempunyai ide-ide yang dikembangkannya untuk membangun pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, kondisi sosial, budaya dan politik pada masa itu telah ikut berpengaruh kuat terhadap proses pendewasaan karakter intelektualitas Mahmud Yunus dan sekaligus memotivasinya untuk menjadikan bidang pendidikan Islam sebagai pilihan profesinya. Perubahan politik yang dimulai dari

Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 1. 2 Pada Tahun 2010 jumlah RA sebanyak 442 buah lembaga, MI sebanyak 119, MTs sebanyak 260, MA sebanyak 183 dan PTAI sebanyak 22 buah lembaga pendidikan Islam. Diambil dari data Statistik Pendidikan Agama Islam RA, MI, MTs, MA, dan PTAI Kementerian Agama RI Tahun 2010.

pemerintahan kolonial Belanda, pendudukan Jepang hingga Indonesia merdeka adalah rentangan pengalaman yang tidak bisa diabaikannya dalam memposisikan sistem pendidikan Islam dalam perkembangan masyarakat Indonesia.3 Abad 20 ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara yang bisa menguasai kedua hal tersebut, akan bisa mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dan tentu, bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim mau tak mau harus mengikuti perkembangan itu. Mahmud Yunus mulai terlibat gerakan pembaruan setelah mewakili gurunya untuk hadir dalam rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang Sumatra Barat. Selama ini ada anggapan pendidikan Islam hanya terpusat untuk mempelajari ilmu-ilmu agama. Tapi beberapa kalangan telah melakukan penyesuaian dengan memasukkan ilmu umum dalam kurikulum pendidikan Islam. Salah satu tokoh pembaru itu adalah Prof Mahmud Yunus. Disebutkan dalam buku Tokoh dan Pemimpin Agama, Biografi Sosial-Intelektual, Mahmud Yunus lahir di desa Sungayang Batusangkar Sumatera Barat, hari Sabtu 10 Pebruari 1899. Keluarganya adalah tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya bernama Yunus bin Incek menjadi pengajar surau yang dikelola sendiri. Ibundanya bernama Hafsah binti Imam Samiun merupakan anak Engku Gadang M Tahir bin Ali, pendiri serta pengasuh surau di wilayah itu. Mahmud Yunus dilahirkan pada tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sungayang Batusangkar Sumatera Barat. Ia dilahirkan dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani biasa, bernama Yunus bin Incek, dari suku Mandahiling dan ibunya bernama Hafsyah yang dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago. Mahmud mempunyai seorang adik kandung perempuan bernama Hindun, saudara satu ibu bernama Syarkawi.4 Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup memadai, sehingga dia

Riwayat Hidup Prof.Dr.H. Mahmud Yunus 10 Pebruari 1899-16 Januari 1982 (Jakarta: Hidakarya Agung, tt), hlm. 5. 4 Wawancara dengan Munirahanim cucu Mahmud Yunus di Caniago Sungayang Kec. Sugayang Kab. Tanah Datar, pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2011.

170

diangkat menjadi Imam Nagari. Jabatan Imam Nagari pada waktu itu, diberikan secara adat oleh anak nagari kepada salah seorang warganya yang pantas untuk menduduki jabatan itu atas dasar ilmu agama yang dimilikinya.5 Ibu Mahmud seorang buta huruf, karena ia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, apalagi pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa,. tetapi ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami. Kakek Hafsyah adalah seorang ulama yang cukup dikenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan orang dengan Tuanku Kolok. Ayahnya bernama Doyan Muhammad Ali. Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.6 Doyan Muhammad Ali mempunyai Lima orang anak yang terdiri dari pertama; Hafsyah yang mempunyai suami dua yaitu Yunus bin Incek yng merupakan ayah dari Prof.Dr.H Mahmud Yunus dan Achmad, anak kedua bernama Abdul Kadir, Badul Manan, M. Esa, dan yang kelima bernama Sakdiah. Doyan Muhammad Ali juga mempunyai lima orang saudara, kakaknya bernama Omeh dan mempunyai anak satu yang bernama Muhammad Amin Parmato Kayo. Adik Doyan terdiri atas tiga orang, yang pertama bernama M. Taher Ongku Godang, ia memiliki lima orang anak yang bernama Fatimah, Karimah, Jamaliah, Hajir dan Ali. Adiknya yang kedua bernama Siti Hawa dan ia menikah dengan M. Qasyim, Siti Hawa mempunyai dua orang Anak yang bernama H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati dan Maimunah. Adik Doyan yang ketiga adalah Achmad Jalil yang mempunyai anak empat orang yaitu Leha, Umi Kalsum, Nuriah, dan Nuruk.7 Saudara sepupu Hafsyah yang bernama H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati anak dari Siti Hawa dan M. Qasyim adalah seorang saudagar kaya di Batusangkar. Kekayaan H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati ini sangat menopang kelanjutan pendidikan Mahmud, terutama pada waktu ia belajar ke Mesir. Ibrahim sangat memperhatikan bakat serta kecerdasan yang dimiliki oleh kemenakannya ini.

Tanpa Penulis, Tanpa Tahun Terbit, Riwayat Hidup Prof.Dr.H. Mahmud Yunus 10 Pebruari 1899-16 Januari 1982 (Jakarta: Hidakarya Agung), hlm. 5. 6 Tanpa Penulis, Tanpa Tahun Terbit, Riwayat..,Ibid, hlm, 6. 7 Dr.H Amran Ibrhim, Riwayat Hidup H.Ibrahim Dt. Sinaro Sati 1988-1964, (Jakarta, 2008), hlm. 3

171

Dialah yang mendorong Mahmud untuk melanjutkan pelajarannya ke luar negeri dengan disertai dukungan dana untuk keperluan itu.8 Hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakan yang berlaku di Minangkabau pada waktu itu sebagai pepatah yang berbunyi : Anak dipangku, kamanakan dibimbiang. Suatu kelaziman yang berlaku sepenuhnya pada waktu itu, bahwa tanggung jawab mamak terhadap kemenakan bukanlah didasarkan atas ketidakmampuan dari ayah kemenakan itu sendiri.9 H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati mempunyai sembilan orang istri yang pertama bernama Tika dan mempunyai tiga orang anak yang bernama Ishak, Ismai dan Rawanah. Kedua, H. Djaurah yang terdiri atas lima orang anak yang bernama Dr.H.M Rasyid, Nawami, Hj. Darisah, Hj. Danisah dan Hj. Yasnimar. Ketiga, Djomaliah yang mempunyai satu orang anak yang bernama Bustaman Ibrahim. Keempat, Kolosun mereka tidak mempunyai anak, oleh karena itu, H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati menikah lagi dengan Hitam. Dari istrinya yang kelima ini ia mempunyai tujuh orang anak yaitu Mayor H. Sofyan Ibrahim, Halwanis, Banuddin, Roslina, Ujang Godang, Ujang Ketek, dan Ainalis. Istrinya yang keenam bernama Jomah, dari istri keenam ina Ia mempunyai dua orang anak yang bernama Syafinah dan Amanar Dt. Bandaro Mangun. H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati menikah lagi dengan istrinya yang ketujuh bernama Sawiyah dan dari perkawinan ini mereka tidak mempunyai. Istri yang kedelapan yang bernama Hj. Baharana. Hj. Baharana mempunyai lima orang anak yang bernama Hj. Danimar Munir, Hj. Damalis Bahar, Hj. Yoena Yasri, Dr Amran Ibrahim, dan Imran. Istrinya yang terakhir bernama Noni, dari pernikahan ini ia mempunyai dua orang anak yang bernama Bahniar Anwar dan H. Adi Rajo Panghulu nan Bangkuku Ameh.10 Ilmu pengetahuan Mahmud Yunus kurang menonjol dalam bidang adat Minangkabau, sehingga H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati menginginkan arahan agama untuk kemenakannya. Melihat perkembangan Mahmud dari kecil, tersebut, maka Ibrahimpun menyokong kecenderungan ini. Bahkan dia tak berkeberatan

Nezli Harmaini, Wawancara, (Medan : 20 Februari 2011). Fachri Mahmud, Catatan Pribadi Anak Mahmud Yunus yang berjudul Daftar Riwayat Hidup Dan Riwayat Pekerjaan Mahmud Yunus. 10 Dr.H Amran Ibrhim, Riwayat ., hlm. 28-38.
9

172

menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu, hingga Mahmud dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.11 Dukungan ekonomi dari sang mamak dengan disertai dorongan dari orang tuanya, maka Mahmud sejak kecil hingga remaja hanya dilibatkan dengan keharusan untuk belajar dengan baik, tanpa harus ikut memikirkan ekonomi keluarga dalam membantu orang tuanya mencari nafkah, ke sawah atau ke ladang meskipun Mahmud satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya, ia dan adiknya Hindun. Sedangkan ayahnya telah meninggalkan ibunya selagi Mahmud masih kecil, sebelum Mahmud mumayyiz (dewasa).12 H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati pada masa kecilnya ikut belajar mengaji di Surau Tolang. Pada saat ayahnya meninggal, ia berumur tiga tahun dan ia dibesarkan oleh ibunya sendiri. Keadaan ibunya yang kurang mampu mengakibatkan Ibrahim memilih untuk membantu ibu dan kakaknya dengan memasuki dunia perdagangan. Pada saat berusia 15 tahun, ia mulai berdagang cengkeh, kulit manis dan kopi ke pasar-pasar di sekitar Batusangkar. Ia ditawarkan oleh bosnya yang bernama Toke Engke pergi ke Padang untuk menghadiri pertemuan berkala antara toke-toke dari seluruh Sumatera Tengah dengan pedagang Belanda dari CV. Internatio tahun 1905. Tahun 1907, H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati sudah diberi izin oleh bosnya untuk membawa dagangannya sendiri ke Padang. Ketekunannya sebagai pedagang menjadikan H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati menjadi pedagang yang sukses dan ia mampu untuk mendidik anak-anaknya dan membiayai segala kebutuhan Prof.Dr.H Mahmud Yunus dalam menyelesaikan tugas belajarnya.13 Mahmud mempunyai lima orang istri, istri pertamanya bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh dan mempunyai satu orang anak lakilaki yang bernama Prof.Dr.H. Kamal Mahmud, SH yang lahir pada tahun 1923. Istri kedua Mahmud Yunus bernama Hj. Djawahir yang juga berasal dari Payakumbuh dan mempunyai lima orang anak yaitu Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs.H. Hamdi dan Elly. Istri Mahmud Yunus yang ketiga adalah Karniah dan mempunyai satu orang anak yang bernama Amlas. Ketiga istri
11 12

Ibid, hlm. 8. Ibid, hlm 9. 13 Nezli Harmaini, Wawancara, (Medan : 05 Juli 2011).

173

Mahmud Yunus tersebut dinikahinya sebelum ia berangkat ke Mesir, maka pada waktu ia pergi belajar ke Mesir Mahmud menceraikan istri yang pertama yaitu Darisah binti Pangeran dan istrinya yang ketiga yaitu Karniah.14 Mahmud Yunus dengan istrinya yang keempat yang bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya dari sudut kiri bernama Fachri Mahmud, SH yang lahir tahun 1932, Hj. Suraiya, Dr. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Fachran. Hj. Nurjani menikah setelah Mahmud Yunus kembali dari Mesir. Sedangkan Istri Mahmud Yunus yang kelima adalah Hj. Darisah binti Ibrahim yang mempunyai enam orang anak yang bernama Sufni (meninggal pada waktu masih bayi) yang lahir tahun 1939, Drs.H Yunus Machmud lahir tanggal 29 November 1940, Dr.H Hamdi lahir taggal 3 Oktober 1942, Hj. Elina lahir tanggal 1 Februari 1946, Mahdiarti lahir tanggal 6 Maret 1948 dan Chairi lahir tanggal 17 Januari 1951. Hj. Darisah binti Ibrahim ini merupakan anak dari mamaknya Mahmud sendiri yaitu H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati.15 Hj. Darisah binti Ibrahim mendirikan penerbit buku yang bernama CV. Hidakarya Agung. CV ini dikelola oleh Hj. Darisah binti Ibrahim dengan anakanaknya dari tahun 1963 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004, CV Hidakarya Agung mengalami falid atau bangkrut dan nama CV Hidakarya Agung dirubah menjadi CV Alhidayah. Pada tahun 2006, Chairi, Yunus dan Madiarti berinisiatif mendirikan PT Mahmud Yunus yang bertujuan untuk mencetak ulang semua karya-karya yang ditulis oleh Mahmud Yunus.16 Sejak kecil Mahmud Yunus dididik dalam lingkungan agama. Dia tidak pernah masuk ke sekolah umum. Ketika menginjak usia tujuh tahun (1906), Mahmud mulai belajar Alquran serta ibadah lainnya. Gurunya adalah kakeknya sendiri. Mahmud sempat selama tiga tahun menimba ilmu di sekolah desa, tahun 1908. Namun saat duduk di kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas sebelumnya diulangi. Dia pun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di Surau Tanjung Pauh bernama Madras School, asuhan HM Thaib Umar, seorang tokoh pembaru Islam di Minangkabau.

14 15

Nezli Harmaini, Wawancara, (Medan : 20 Februari 2011). Nezli Harmaini, Ibid. 16 Nezli Harmaini, Ibid.

174

Mahmud Yunus mulai terlibat di gerakan pembaruan saat berlangsung rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang. Dia diminta untuk mewakili gurunya. Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pemikiran pembaruan Mahmud terutama berkat pandanganpandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaru seperti Abdullah Ahmad serta Abdul Karim Amrullah. Bersama staf pengajar lainnya yang bergiat di gerakan pembaruan, tahun 1920 Mahmud membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama Sumatera Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan majalah al-Basyir dengan Mahmud Yunus menjadi pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian intens dengan gerakan pembaru, mendorongnya untuk menimba pengetahuan lebih jauh di Mesir. Tidak mudah untuk mewujudkan hasratnya itu, berbagai kendala dihadapi. Namun pada akhirnya kegigihan Mahmud Yunus dapat mengantarkannya ke al-Azhar, Kairo, tahun 1924. Di sana dia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan sebagainya. Mahmud Yunus berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari alAzhar dalam waktu satu tahun. Dia merasa belum cukup dengan apa yang telah diperoleh lantaran peningkatan pengetahuan umumnya belum terpenuhi. Dia pun berkeinginan melanjutkan studi ke madrasah Dar al-Ulum yang memang mengajarkan pengetahuan umum. Mahmud Yunus kemudian meneguhkan diri untuk mengikuti seluruh persyaratan yang diminta dan terbukti mampu memenuhi. Dia dimasukkan sebagai mahasiswa di kelas bagian malam (qiyam lail). Semua mahasiswanya berkebangsaan Mesir, kecuali Mahmud Yunus. Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar. Tahun 1929, dia mendapat ijazah diploma guru dengan spesialisasi bidang ilmu kependidikan. Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sungayang Batusangkar. Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang. Mahmud Yunus yang lantas mendirikan dua lembaga pendidikan Islam tahun 1931 yakni al-Jamiah Islamiyah di Sungayang dan Normal Islam di Padang. Di kedua lembaga inilah dia menerapkan pengetahun dan pengalaman yang didapatnya di Dar al-Ulum Kairo. Kekurangan tenaga pengajar al-Jamiah Islamiyah mengakibat sekolah ini ditutup pada tahun 1933. Sedangkan Normal Islam hanya menerima tamatan madrasah 7

175

tahun dan dimaksudkan untuk mendidik calon guru. Ilmu yang diajarkan berupa ilmu agama, bahasa Arab, pengetahuan umum, ilmu mengajar, ilmu jiwa dan ilmu kesehatan. Dua penekanan dalam pembaruan Mahmud Yunus di lembaga pendidikannya yakni pengenalan pengetahuan umum dan pembaruan pengajaran bahasa Arab. Pengajaran pengetahuan umum di sekolahnya sebenarnya tidaklah baru. Tahun 1909 Abdullah Ahmad sudah mengajarkan berhitung, bahasa Eropa di Adabiyah School. Sementara Mahmud menambahkan beberapa pelajaran umum semisal ilmu alam, hitung dagang, dan tata buku. Pada bidang pengajaran bahasa Arab, pembaruan Mahmud Yunus tak hanya menekankan penguasaan bahasa Arab, namun juga menunjukkan bagaimana secara didaktis-metodis modern para siswa menguasai bahasa tersebut dengan cepat dan mudah. Dia memimpin Normal Islam selama 11 tahun, mulai 1931-1938 dan 1942 dan 1946. Pada tahun 30-an, dia juga aktif di organisasi Islam antara lain menjadi salah satu anggota Minangkabau Raad. Lantas tahun 1943 dipilih menjadi Penasehat Residen mewakili Majelis Islam Tinggi. Demikian pula di kementerian agama yakni dengan menjabat selaku Kepala Penghubung Pendidikan Agama. Sepanjang hidupnya, Mahmud menulis tak kurang dari 82 buku, dari karya-karya ditulis hanya 65 buku yang ditemukan dan 39 buku yang dianalisa pada tesis ini. Mahmud memulai menulis sejak tahun 1920, dalam usia 21 tahun. Karirnya sebagai penulis tetap ditekuninya pada masa-masa selanjutnya. Dia senantiasa mengisi waktu-waktunya untuk menulis, dalam situasi apapun. Pada waktu perang kemerdekaan, ketika mengikuti perang gerilya, dia tetap menyempatkan diri untuk menulis. Buku Marilah Sembahyang (4 jilid) adalah merupakan hasil karangan Mahmud sewaktu dia beserta pejuang-pejuang lainnya berada dalam pengungsian dari ancaman perlawanan tentara Belanda (Nica) di Batusangkar pada tahun 1949. Daftar buku-buku karya Prof.Dr.H. Mahmud Yunus : 1. Bidang Pendidikan ada 6 karya : 1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik 2. Metodik Khusus Pendidikan Agama

176

3. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia 4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran 5. At-Tarbiyyah wa at-Talim (Bahasa Arab) 6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat 2. Bidang Bahasa Arab ada 16 karya : 1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab) 2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab) 3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab) 4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab) 5. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah Ala Thariqati al-Haditsah I (Bahasa Arab) 6. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah Ala Thariqati al-Haditsah II (Bahasa Arab) 7. Metodik Khusus Bahasa Arab 8. Kamus Arab Indonesia 9. Penterjemah atau Pentafsir Al-Quran 10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab) 11. Muthalaah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab) 12. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah I (Bahasa Arab) 13. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah II (Bahasa Arab) 14. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah III (Bahasa Arab) 15. Muhadatsah al-Arabiyyah (Bahasa Arab) 16. Al-Mukhtaraat li al-Muthalaah wa al-Mahfuzhhat (Bahasa Arab)

3. Bidang Fiqh ada 17 karya : 1. Marilah Sembahyang I 2. Marilah Sembahyang II 3. Marilah Sembahyang III 4. Marilah Sembahyang IV 5. Puasa dan Zakat 6. Haji ke Mekkah 7. HukumWarisan dalam Islam

177

8. Hukum Perkawinan dalam Islam 9. Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa 10. Manasik Haji untuk Orang Dewasa 11. Soal Jawab Hukum Islam 12. Al-Fiqhu al-Wadhih juz. 1 (Bahasa Arab) 13. Al-Fiqhu al-Wadhih juz. 2 (Bahasa Arab) 14. Al-Fiqhu al-Wadhih juz. 3 (Bahasa Arab) 15. Mabadi`u Fiqhu al-Wadhih (Bahasa Arab) 16. Fiqhu al-Wadhih An-Nawawy (Bahasa Arab) 17. Al-Masailu al-Fiqhiyyah Ala Mazahibu al-Arbaah (Bahasa Arab)

4. Bidang Tafsir ada 15 karya : 1. Tafsir Al-Qur`an Al-Karim (30 juz) 2. Tafsir Al-Fatihah (Bahasa Arab) 3. Tafsir Ayat Akhlak (Bahasa Arab) 4. Juz Amma dan Terjemahannya 5. Tafsir Al-Qur`an Juz 1 10 (Bahasa Arab) 6. Pelajaran Huruf Al-Qur`an (Bahasa Arab) 7. Kesimpulan Isi Al-Qur`an 8. Alif Ba Ta wa Juz Amma (Bahasa Arab) 9. Muhadharaat al-Israiliyyaat fi at-Tafsir wa al-Hadits (Bahasa Arab) 10. Tafsir Al-Qur`an Karim Juz. 11-20 11. Tafsir Al-Qur`an Karim Juz. 21-30 12. Kamus Al-Qur`an I 13. Kamus Al-Qur`an II 14. Kamus Al-Qur`an (juz 1 30) 15. Surat Yaasin dan Terjemahannya (Arab Melayu) 5. Bidang Akhlak ada 9 karya : 1. Keimanan dan Akhlak I 2. Keimanan dan Akhlak II 3. Keimanan dan Akhlak III 4. Keimanan dan Akhlak IV

178

5. Beriman dan Berbudi Pekerti 6. Lagu-Lagu Baru Pendidikan Agama / Akhlak 7. Akhlak Bahasa Indonesia 8. Moral Pembangunan dalam Islam 9. Akhlak

6. Bidang Sejarah ada 5 karya : 1. Sejarah Pendidikan Islam 2. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia 3. Tarikh al-Fiqhu al-Islamy (Bahasa Arab) 4. Sejarah Islam di Minangkabau 5. Tarikh al-Islam (Bahasa Arab)

7. Bidang Perbandingan Agama ada 2 karya : 1. Ilmu Perbandingan Agama 2. Al-Adyaan (Bahasa Arab)

8. Bidang Dakwah ada 1 karya : 1. Pedoman Dakwah Islamiyyah

9. Bidang Ushul Fiqh ada 1 karya : 1. Muzakaraat Ushulu al-Fiqh (Bahasa Arab)

10. Bidang Tauhid ada 1 karya : 1. Durusu at-Tauhid (Bahasa Arab)

11. Bidang Ilmu Jiwa ada 1 karya : 1. Ilmu an-Nafs 12. Lain-Lain ada 9 karya : 1. Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya 2. Doa-Doa Rasulullah 3. Pemimpin Pelajaran Agama I

179

4. Pemimpin Pelajaran Agama II 5. Pemimpin Pelajaran Agama III 6. Kumpulan Doa 7. Marilah ke Al-Qur`an 8. Asy-Syuhuru al-Arabiyyah fi Biladi al-Islamiyyah (Bahasa Arab) 9. Khulashah Tarikh al-Ustaz Mahmud Yunus (Bahasa Arab)17

Aktivitas-aktivitas Mahmud dalam bidang-bidang lain tidak merupakan rintangan bagi aktivitasnya dalam mengarang. Hal ini dapat dilihat dari tulisan yang dihasilkan justru pada saat aktivitasnya yang lain lebih memuncak, terutama dalam bidang pendidikan. Hingga pada saat ia menjalani masa pensiun ia tetap menulis, bahkan pada tahun-tahun terakhir dari kehidupannya (1982), masih ia sempatkan untuk selalu menulis. Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit. Tahun 1982, dia memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karyakaryanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahun ini juga, Mahmud Yunus meninggal dunia. Kiprah Mahmud Yunus pada dunia pendidikan selama hidupnya seperti ; memimpin sekolah Aljamiah Alislamiah di Sungayang Batusangkar dan Normal Islam di Padang tahun pada tahun 1931. PGAI pada tahun 1940 mendirikan Sekolah Islam Tinggi di padang dan Mahmud Yunus ditunjuk sebagai pemimpin pertamanya. Keadaan kota Padang terancam oleh kedatangan tentara sekutu, hal ini mengakibatkan banyak guru-guru dan murid pindah ke Bukittinggi. Mahmud Yunus berinisiatif untuk menjaga kelangsungan pendidikan agama Islam maka pada tahun 1946 didirikanlah Sekolah Menengah Islam (SMI) dan ia langsung memimpin sekolah ini. Pada saat tentara sekutu menduduki kota Padang, secara beruntun terjadi pertempuran hebat antara pemuda-pemuda dengan tentara sekutu. Suasana ini mengakibatkan terancamnya sekolah-sekolah agama Islam yang ada di Padang. Sekolah-sekolah agama tersebut seperti Normal Islam, akibatnya sekolah ini

17

Daftar Karya Mahmud Yunus dalam buku Riwayat Hidup Prof.Dr.H. Mahmud Yunus.

180

ditutup karena banyak guru-guru dan murid-murid yang mengungsi ke Bukittinggi.18 Prakarsa Mahmud Yunus di Bukittinggi adalah dengan kesepakatan guruguru yang ada, untuk menjaga kelangsungan pendidikan agama Islam didirikanlah Sekolah Menengah Islam (SMI) pada bulan September 1946 dan sebagai ganti dari sekolah Normal Islam. Semua alat-alat pembelajaran seperti kursi, meja, alatalat praktikum Ilmu Kimia dan Ilmu Alam, peta dan lain-lain dibawa ke Bukittinggi untuk di pakai di SMI. Sekolah ini dipimpin pertama kali secara langsung oleh Mahmud Yunus, namun tidak lama, pada bulan Desember, Mahmud dipindah tugaskan ke Pematang Siantar, dan kepemimpinan SMI dipegang oleh H. Bustami Abdul Gani.19 SMI dijadikan sekolah negeri di bawah Jawatan Agama Sumatera Barat dengan beslit Residen Sumatera Barat. Pada tahun 1951 SMI dirubah menjadi SGHA Negeri dengan beslit Menteri Agama.20 Sejak tahun 1947 Mahmud Yunus hijrah ke Pematang Siantar untuk memegang dua tugas, yakni kepala bagian Islam pada jawatan agama di Sumatra Utara dan Anggota Komite Nasional Propinsi Sumatra. Setelah Pematang Siantar diserang dan dikuasai oleh Belanda, ibukota Propinsi Sumatra dipindahkan ke Bukit Tinggi, sehingga administrasi juga turut dipindahkan termasuk Mahmud Yunus.21 Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan agama Islam. Disamping itu keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951) dan keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang penghargaan ijazah-ijazah madrasah, adalah merupakan rangkaian usaha Mahmud

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Ibid, hlm, 21. Ramayulis, Sasuk Nizal, Enskolopedi Pendidikan Islam, (Ciputat : Kuantum Teaching, 2005), hlm, 336. 20 Mahmud Yunus, Sejarah...., Ibid, hlm. 131. 21 Mahmud Yunus, Sejarah...., Ibid.
19

18

181

selama memegang jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia pada umumnya.22 Pada tanggal 1 Januari 1951 ia dipercayakan menjadi Kepala Penghubung Pendidikan Agama pada Departemen Agama di Jakarta oleh KH. Abdul Wahab Hasyim selaku menteri agama waktu itu. Dalam jabatan ini Mahmud Yunus di bawah pimpinan Menteri Agama telah mengeluarkan ketetapan yang cukup penting menyangkut pendidikan Islam di Indonesia, yakni:

(1) Mewujudkan peraturan bersama Menteri P dan K dan Menteri Agama RI tentang pendidikan agama di sekolah swasta. (2) Mendirikan PGA (Pendidikan Guru Agama) pada tahun 1951 di delapan kota: Jakarta, Tanjung Pinang, Kota Raja, Padang, Banjarmasin, Tanjung Karang Bandung dan Pamekasan; (3) Menetapkan rencana Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah dasar; (4) Mewujudkan peraturan bersama Menteri P dan K dan Mentrei Agama tentang peraturan PTAIN di Yogyakarta.23 Setelah berdirinya PTAIN di Yogyakarta, Mahmud Yunus diminta untuk menjadi salah seorang dosennya, namun beliau menolak tawaran iu dengan alasan bahwa perguruan tinggi harus berada di pusat (Jakarta), dan beliau berusaha untuk mendirikan PTAIN di Jakarta. Usaha ini ternyata gagal karena ditolak menteri P dan K mengingat SK bersama itu menetapkan bahwa PTAIN hanya satu dan berada di Yogyakarta. Akhirnya Mahmud Yunus beserta kawan-kawan mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Mahmud Yunus yang kemudian menjadi Dekan ADIA mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA dapat menjadi sebuah perguruan tinggi yang dapat meluluskan sarjana penuh. Pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Mahmud Yunus mengemukakan pula rencana mendirikan madrasah tsanawiyyah untuk seluruh Sumatera. Usul rencana ini mendapat persetujuan pula dari Menteri Agama PDRI. Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah RI, beberapa madrasah Tsanawiyyah yang pada waktu itu bernama Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), didirikan di Sumatera Barat dan

Abuddun Nata, Tokoh-tokoh Pembaharua Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm, 57. 23 Mahmud Yunus, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1977), hlm. 9.

22

182

mendapat persetujuan dari pemerintah. Madrasah ini diselenggarakan secara swasta, meskipun Mahmud Yunus telah memperjuangkannya untuk dijadikan sekolah negeri.24 Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus. Pada waktu ia menjabat sebagai Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, sebelumnya sudah berdiri Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta. Karena itu, muncul ide dari Mahmud Yunus untuk menyatukan kedua perguruan tinggi yang ada di bawah Departemen Agama ini. Pada waktu Mahmud menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA bisa dijadikan sebagai sebuah perguruan tinggi sampai tingkat sarjana penuh. Menteri Agama yang pada waktu itu dijabat oleh K.H. Wahib Wahab yang menyetuji usul ini. Menteri segera menghadap presiden untuk mendapatkan persetujuan. Presiden setuju untuk mengintegrasikan ADIA dan PTAIN menjadi satu perguruan tinggi agama di bawah Departemen Agama. Dengan demikian keluarlah Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama islam Negeri (IAIN). IAIN pada waltu awal ini memiliki fakultas, yaitu dua fakultas di Jakarta, masing-masing Fakultas Tarbiyah (Dekan : Mahmud Yunus) dan Fakultas Adab (Dekan : H. Bustami Abdul Gani). Dua fakultas di Yogyakarta, yaitu Fakultas Syariah dan Ushuluddin dengan dekan masing-masing Prof Hasbi Ash-Shiddiqy, dan Prof Mukhtar Yahya. 25 Sewaktu Mahmud menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1963 dan menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1966, Mahmud beberapa kali terlibat dalam aktivitas di luar negeri. Perlawatan pertama adalah merupakan tugas dari Departemen Agama kesembilan negara Islam (1961), yaitu: Mesir, Saudi Arabia, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia dan Marokko. Kunjungan ini ditujukan untuk mempelajari pendidikan agama di negara-negara tersebut.26

24

Mustofa Syarif, dkk, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam (Jakarta: LP3NI, 1998), hlm. Mustofa Syarif, dkk, Ibid. Yulizal Yunus, dkk, IAIN...., Ibid.

132.
25 26

183

Pada tahun berikutnya (1962), Mahmud Yunus berkesempatan menghadiri sidang Majelis Ala Istisyari Al-Jamiah Al-Islamiyah di Medinah bulan April 1962 atas undangan Raja Saud yang diterimanya melalui Kedutaan Besar Saudi di Jakarta. Kemudian aktif sebagai peserta Muktamar Buhutsul Islamiyah di Universitas Al-Azhar yang berlangsung di Mesir sebanyak empat kali muktamar, berturut-turut tahun 1964, 1965, 1966 dan 1967. Dalam muktamar ini Mahmud Yunus mengemukakan makalah yang berjudul Al-Israiliyyat fit Tafsir wal Hadits yang mendapat tanggapan serius dari peserta. Pada tahun 1969, Mahmud Yunus kembali diundang untuk menghadiri Majelis Ala Istisyari Al-Jamiah AlIslamiyah di Medinah.27 Aktivitas Mahmud di luar negeri itu telah menjadikan ia semakin menonjol dalam bidangnya, karena didukung dengan pengalaman-pengalaman internasional yang ditimbanya pada aktivitas-aktivitas tersebut. Menjadi Rektor pertama pada perguruan tinggi agama Islam negeri pertama di Sumatera Barat adalah jabatan terakhir yang diemban Mahmud Yunus selama menjadi pegawai Departemen Agama. Banyak aktifitas keagamaan dan kependidikan agama yang telah dijalaninya pada waktu sebelumnya, baik sebagai Dekan pada Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama dan sebagai dosen pada beberapa perguruan tinggi. Pengalaman-pengalaman itu, tentu menjadi pertimbangan bagi Menteri Agama untuk mempercayakan jabatan Rektor IAIN Imam Bonjol di Padang. Jabatan ini dipegangnya dari tahun 1967 hingga memasuki masa pensiun pada akhir tahun 1970. Masa yang dianggap cukup untuk merintis dan mengasuh Institut Agama Islam yang baru berdiri ini.28

27 28

Mahmud Yunus, Pengembangan....., Ibid. Yulizal Yunus, dkk, IAIN Imam Bonjol 30 Tahun, (Padang: IAIN-IB Press 1996),

hlm 2-3

184

You might also like