You are on page 1of 27

USUL SKRIPSI HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM

DI RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE TAHUN 2007-2010

Pembimbing : dr. Lantip Rujito Oleh : KELOMPOK 5 BLOK MRP 1 Dibyaguna Dimas Bagus C. P. Astrid Indriati Dhita Andini A. Margareta G.R.I.S Dini Arika Sari Ageng Sadeno Putro Novania Indriasari Rijal Maulana M. . G1A008108 G1A008110 G1A008111 G1A008112 G1A008113 G1A008114 G1A008116 G1A008117 G1A008119

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus hipertensi meningkat secara sangat signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7% (Depkes RI, 2009). Prevalensi dari hipertensi di United State tahun 2005 berjumlah 35.3 juta pada pria dan 38.3 juta pada wanita. Hipertensi lebih meningkat pada orang kulit hitam dari pada kulit putih. Data dari 1988-1994 dan 1999-2002 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada individu kulit hitam dari 35.8% menjadi 41.4% (begitu juga pada kulit putih, prevalensi hipertensi juga mengalami peningkatan namun tidak signifikan) (Khalilullah, 2011). Tekanan darah (BP) sistol meningkat seiring bertambahnya usia, ini mengalami peningkatan bermakna pada pria dibanding wanita sampai wanita tersebut menopause. Dengan demikian, prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita yang lebih muda dari 55 tahun, tetapi pada wanita lebih dari 55 tahun, wanita memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dari pada pria. Prevalensi penyakit jantung hipertensi mungkin mengikuti pola yang sama dan dipengaruhi oleh tingkat keparahan peningkatan BP (Khalilullah, 2011). Selain itu, penyakit hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, suku, faktor genetik, obesitas, stress, merokok, dan konsumsi alcohol (Sheps, 2005). Menurut WHO pada tahun 2006, secara global terdapat dari satu milyar penduduk dewasa yang kelebihan berat badan. 300 juta diantaranya adalah obesitas. Di indonesia, jumlah penduduk yang kelebihan berat badan diperkirakan mencapai 76,7 juta (17,5%) dan pasien obesitas

berjumlah lebih dari 9.8 juta (4,7%).

Kelebihan berat badan dan

kegemukan adalah selah satu faktor penting penyebab penyakit kronik seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke daan kanker jenis tertentu yang berdampak terhadap kualitas hidup (Hariadi, 2005). Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan obesitas. Metode tersebut di antaranya adalah pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar pinggul (Bell et al, 2001). Lingkar pinggang dapat digunakan sebagai indikator pelengkap untuk mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat (Wannamethee et al, 2005) Lingkar leher setelah diteliti juga dapat digunakan sebagai uji saring sederhana dan cepat untuk mengetahui adanya obesitas (Nafiu et al, 2010). Skreening obesitas dapat menggunakan berbagai metode pengukuran antropometri tubuh. Salah satu metode tersebut adalah pengukuran lingkar leher. Selain mudah dan murah pengukuran dengan lingkar leher merupakan index obesitas tubuh bagian atas karena lingkar leher merupakan salah satu indeks distribusi lemak subkutan. Lingkar leher mempunyai hubungan yang kuat dengan IMT dengan besar koefisien korelasi laki-laki 0,83 dan pada perempuan 0,71 (Sjostrom et al., 2001). Lingkar leher 37 cm untuk laki-laki dan 34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT 25 kg/m2, sedangkan lingkar leher 39,5 cm untuk laki-laki dan 36,5 cm untuk wanita adalah cut of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas IMT 30 kg/m2 (Liubov et al.,2001). Lingkar pinggang merupakan ukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur obesitas sentral. Seorang pria di Asia Pasifik dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang 90 cm sedangkan wanita dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang 80 cm. Lingkar pinggang adalah indeks yang sangat berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait (Fasli et al, 2009).

Beberapa penelitian mengatakan bahwa lingkar pinggang memiliki korelasi yang kuat dengan obesitas sentral dan resiko kardiovaskular. Selain itu dari beberapa penelitian membuktikan bahwa lingkar pinggang dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan Indeks Massa Tubuh dan lingkar panggul. (Guagnano et al, 2001). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu :
1. Apakah terdapat hubungan antara lingkar leher dengan hipertensi

pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010? 2. Apakah terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui lingkar leher pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010. b. Mengetahui lingkar pinggang pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010. c. Mengetahui faktor risiko hipertensi pada pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010.

d. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi. c. Manfaat bagi rumah sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam perencanaan pengelolaan pasien hipertensi di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005). 2. Etiologi Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang berlangsung kronis, namun penyebab tekanan darah tinggi dapat beragam. Hipertensi esensial menyumbang 90% dari kasus hipertensi pada orang dewasa, hipertensi sekunder berjumlah 10% dari sisa kasus kronis hipertensi (Khalilullah, 2011). Salah satu penyebab dari hipertensi adalah adanya peningkatan total resistensi perifer. Peningkatan total resistensi perifer yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan total resistensi perifer, jantung harus memompa darah lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik (Hayens, 2003). Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat

sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens, 2003). 3. Faktor Risiko a. Merokok Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama hipertensi dan hiperkolesterolemia. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Penelitian Framingham mendapatkan prevalensi penyakit hipertensi pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah menurunnya karena rangsangan oleh katekolamin akibat dan komsumsi oksigen inhalasi

karbonmonooksida atau dengan kata lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % (Djohan, 2004). b. Usia Telah dibuktikan adanya hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi. Sebagian besar kasus tersebut terjadi pada laki-laki usia 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya usia. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat usia 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai usia 50 tahun. Prevalensi hipertensi pada perempuan sebelum menopause ( 45-50 tahun ) lebih rendah dari pada lakilaki dengan umur yang sama. Hal ini disebabkan karena setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

c. Jenis Kelamin Di Amerika Serikat gejala hipertensi sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko hipertensi 2-3 kali lebih besar dari perempuan. d. Ras Perbedaan resiko hipertensi antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika Serikat perbedaan ras perbedaan antara ras kaukasia dengan non kaukasia ( tidak termasuk Negro) didapatkan resiko hipertensi pada non kaukasia kira-kira separuhnya. e. Diet Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko hipertensi yang lebih rendah dari pada Amerika (Djohan, 2004). Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orangorang peka sodium lebih mudah terjadi peningkatan sodium dalam tubuh yang akan menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). f. Obesitas Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh lebih dari 19% pada laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko hipertensi akan jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20 % dari berat

badan ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang rutin.
g. Diabetes Mellitus

tinggi

dapat

menurunkan

kolesterolnya

dengan

mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah latihan

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu

telah diketahui

sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita diabetes resiko hipertensi 50 % lebih tinggi daripada orang normal sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi dua kali lipat. h. Olahraga Olahraga dikurangi. i. Perilaku dan kebiasaan lainnya Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B. j. Perubahan keadaan sosial dan stress Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang gangguan stress 1,5 kali lebih besar mendapatkan resiko hipertensi. Disamping itu, stress juga dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. k. Keturunan Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik. (Djohan, 2004). dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memperbaiki kadar kolesterol sehingga resiko hipertensi dapat

4.

Klasifikasi

Klasifikasi dari hipertensi menurut JNC 7 Klasifikasi hipertensi Tekanan sistole(mmHg) Normal Pre hipertensi Hipertensi grade I <120 120-139 140-159 Tekanan diastole(mmHg) <80 Atau 80-89 Atau 90-99 Atau>100

Hipertensi grade II & >160 III ( Price S. A, Wilson L. M., 2001 ) 5. Cara Pengukuran

Dalam mengukur tekanan darah, dibutuhkan alat yang sah dan sudah terkalibrasi dengan tepat. Orang yang akan diukur hendaknya duduk dengan tenang sekitar 5 menit di kursi, dengan kaki ada pada lantai dan tangan bersandar di meja setinggi jantung. Pengukuran dari tekanan darah pada posisi berdiri diindikasikan secara periodik, terutama pada yang mempunyai resiko postural hypotension. Tekanan sistole adalah dimana terdapat bunyi atau dentuman yang pertama terdengar (fase I) dan tekanan diastole adalah dimana saat bunyi dentuman akan hilang (fase V). B. Lingkar Leher 1. Definisi Lingkar leher merupakan suatu indeks yang menunjukkan adanya distribusi lemak subkutan tubuh bagian atas dan digunakan untuk mengidentifikasi adanya obesitas dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler (Preis et al, 2010) karena penumpukkan lemak pada pria tidak hanya pada bagian perut tetapi juga terdapat pada bagian leher (Matsuzawa, 2010). Oleh karena itu, lingkar leher dapat menjadi suatu metode pengukuran untuk skreening individu dengan obesitas (Liubov et al, 2001). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada

beberapa kelompok yang berbeda, metode ini memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al, 2001). Lingkar leher merupakan ukuran leher pada bagian tengah leher dengan titik acuan processus spiosus servical VII pada perempuan dan di bawah jakun pada laki-laki (Ben-Noun et al, 2006). Ben-Noun et al (2001) menyebutkan bahwa individu dengan usia 18 tahun apabila ukuran lingkar lehernya 39,5 cm untuk laki-laki dan 36,5 cm untuk perempuan menunjukkan adanya obesitas. Selain mudah dilakukan, pengukuran lingkar leher juga dapat membantu untuk menentukkan obesitas pada pasien yang mengalami cedera paraplegi dan medulla spinalis. Pada penelitian Snyman et al (2008) menunjukkan bahwa pengukuran lingkar leher dalam posisi berbaring maupun duduk tidak menunjukkan suatu perbedaan yang bermakna. 2. Klasifikasi Lingkar leher 37 cm untuk laki-laki dan 34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT 25 kg/m2, lingkar leher 39,5 cm untuk lakilaki dan 36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT 30 kg/m2). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001). 3. Cara Pengukuran Diukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan kepala menghadap lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia laryngeal (adams apple), lingkar leher diukur tepat di bawah adams apple. Sedangkan pada wanita, lingkar leher diukur pada bagian tengah leher, yaitu di antara spina midcervicalis dan midanterior leher, pastikan pita pengukur tidak menekan leher terlalu ketat. Lingkar leher dinyatakan dalam cm.

C. Lingkar Pinggang 1. Definisi Lingkar pinggang merupakan ukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur obesitas sentral. Seorang pria di Asia Pasifik dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang 90 cm sedangkan wanita dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang 80 cm. Lingkar pinggang adalah indeks yang sangat berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait (Fasli et al, 2009). 2. Klasifikasi Kriteria Lingkar Pinggang Berdasar Etnis (IDF, 2005). Negara/grup etnis Eropa Lingkar pinggang (cm) pada obesitas Pria >94 Wanita >80 Asia Selatan Populasi China, Melayu, dan AsiaIndia China Pria >90 Wanita >80 Jepang Pria >85 Wanita >90 Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga Pria >90 Wanita >80

tersedia data spesifik

3. Cara Pengukuran Diukur dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal. Nyatakan lingkar pinggang dalam cm.

D. Hubungan Antara Lingkar Leher dengan Hipertensi Pengukuran lingkar leher sangat berkaitan dengan screening obesitas. Jika lingkar leher 39,5 cm untuk laki-laki dan 36,5 cm untuk wanita maka dinyatakan obesitas. Sedangkan obesitas sangat berhubungan dengan faktor resiko kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). Data yang diperoleh dari NHANES pada populasi orang Amerika Serikat memberikan gambaran yang jelas mengenai kekuatan hubungan antara kenaikan IMT dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta tekanan nadi (El-Atat et al., 2003). Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung, dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik. Beberapa mekanisme lain yang berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain peningkatan sistem saraf simpatik, meningkatnya aktivitas renin angiotensin aldosteron (RAAS), peningkatan leptin, peningkatan insulin, peningkatan asam lemak bebas (FFA), peningkatan endotelin 1, terganggunya aktivitas natriuretic peptide (NP), serta nitrit oxide (NO) yang menurun (M. Wahba, 2007).

E. Hubungan Antara Lingkar Pinggang dengan Hipertensi Seperti yang telah diketahui prevalensi hipertensi dengan obesitas lebih banyak terjadi daripada orang yang tidak mengalami obesitas. Namun tidak menutup kemungkinan jika orang yang tidak obesitas pun dapat mengalami hipertensi. Salah satu hubungan yang paling mungkin dari obesitas dan hipertensi adalah adanya hiperinsulinemia dan resisten insulin yang paling sering ditemui di individu yang obesitas. Hiperinsulinemia, resisten insulin dan tekanan darah tidak selalu berhubungan dengan obesitas namun selalu ada pada pasien dengan hipertensi. (Paul et al, 2005). Quebec Health Survey juga menjelaskan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan adanya hipertensi adalah kontribusi kelebihan adiposa yang diukur dari Indeks Massa Tubuh, akumulasi lemak tubuh yang diukur dari lingkar pinggang, kadar insulin puasa, dan sensitivitas insulin yang dinilai dengan homeostasis model assesment (HOMA) untuk variasi tekanan darah. (Paul et al, 2005).

F. Kerangka Teori

HIPERTENSI

LINGKAR LEHER

LINGKAR PINGGANG

G. Kerangka Konsep LINGKAR LEHER HIPERTENSI LINGKAR PINGGANG

H. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara lingkar leher dengan hipertensi pada pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010. 2. Terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi

pada pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode cross sectional, di mana sampel yang diambil adalah pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010, dilihat dari rekam medis lalu menemui pasien di kediamannya yang kemudian diukur lingkar leher dan lingkar pinggangnya, dan dibandingkan hasilnya masingmasing yang menderita hipertensi dengan yang tidak menderita hipertensi.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi target dari penelitian adalah seluruh pasien pada poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Sedangkan populasi terjangkau penelitian adalah seluruh pasien pada poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010. 2. Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto yang menderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan

judgment sampling artinya peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subyektifnya. Jumlah sampel minimal, dihitung dengan rumus (Sastroasmoro, 2008): n1 =n2 =2[(Z + Z)s]2 ageeeeeeng :D (X1 - X2) Kriteria inklusi meliputi :
a. Pasien laki-laki pada poli penyakit dalam Rumah Sakit Margono

Purwokerto periode 2007-2010.


b. Usia dewasa akhir (40 60 tahun).

c. Bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi meliputi : a. Pasien dengan kelainan anatomi tubuh sehingga tidak bisa

diukur antropometrinya. b. c. Pasien dengan struma atau goiter. Pasien dengan oedem dan gagal jantung.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas 2. Variabel terikat

: Lingkar leher dan lingkar pinggang : Hipertensi

D. Definisi Operasional Variabel 1. Lingkar leher Definisi operasional obesitas dalam penelitian ini adalah besaran lingkar leher yang diukur dengan pita pengukur dalam satuan cm, dilakukan pada bagian tengah leher dengan responden berdiri tegak dan kepala menghadap ke depan. Pada laki-laki yang mempunyai laryngeal prominence, pengukuran dilakukan dibawahnya. Skala variabel ini adalah numerik rasio.
2. Lingkar pinggang

Definisi operasional obesitas dalam penelitian ini adalah besaran lingkar pinggang yang diukur dengan pita pengukur dalam satuan cm. Pengukuran dilakukan dengan responden berdiri tegak dengan kedua tungkai dilebarkan + 25 cm. diukur di antara crista illiaca dan batas bawah iga pada akhir responden melakukan ekspirasi. Skala variabel ini adalah numerik rasio. 3. Hipertensi Definisi operasional hipertensi dalam penelitian ini adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg semua dilihat dari rekam medisnya.

E. Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan data


a. b.

Pita pengukur merek butterfly Spygmomanometer air raksa merek Riester dengan Stetoskop merek Litmann

ketelitian mmHg.
c.

2. Uji coba alat pengukuran data Karena alat yang digunakan sudah memenuhi standar dan diakui oleh para ahli maka tidak diperlukan ujicoba pada alat tersebut. 2. Cara pengumpulan data Penelitian ini menggunakan cara pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang secara langsung pada sampel terpilih dengan menggunakan pita pengukur. Setelah itu, diukur tekanan darahnya sesuai dengan tata urutan kerja baku untuk pengukuran tekanan darah. F. Tata Urutan Kerja 1. Persiapan a. b.
c.

Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, serta tujuan Menentukan rancangan penelitian yang akan dilakukan. Menentukan sampel (Pasien poli penyakit dalam di Rumah Menentukan instrumen untuk metode pengumpulan data. Pengukuran lingkar leher yang diukur tepat pada bagian bawah prominentia laryngeal / adams apple dengan posisi badan beridiri tegak dan kepala menghadap ke depan dengan menggunakan pita ukur.

penelitian.

Sakit Margono Soekarjo Purwokerto). d.


i.

ii.

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Penghalang berupa baju harus disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca.

iii.

Pengukuran tekanan darah sesuai dengan prosedur yang sudah disesuikan dengan SOP (Standar Operating Prosedur). Menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat

e. f. g.

menjawab tujuan Menentukan sasaran Menentukan tempat pengumpulan data

h.

Menentukan jumlah responden

2. Pelaksanaan a. Pengumpulan data i. ii. iii. Pengukuran lingkar leher Pengukuran lingkar pinggang Pengukuran tekanan darah

b. Survei data sebelum dilakukan pengolahan data


3. Menganalisis adakah hubungan antara lingkar leher dan lingkar

pinggang dengan hipertensi pada pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010

G. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik bivariat. Variabel bebas pada penelitian ini bersifat numerik (rasio) sedangkan variabel terikat pada penelitian ini bersifat numerik (rasio), maka uji analisis data yang digunakan adalah metode Pearson Correlation. Dengan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas data menggunakan analisis distribusi normal (Gaussian distribution) untuk mengetahui distribusi sampel.

H. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Tempat : Hari Senin, 15 Agustus 2011 Sabtu, 20 Agustus 2011 : Rumah Sakit Margono Soekarjo

I. Jadwal Penelitian No Hari, Tanggal Penelitian Tempat Penelitian Tahap Penelitian Jenis Kegiatan

Senin, Agustus 2011

15 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ilmu-

Tahap persiapan

Mempersiapkan alat dibutuhkan yang

Selasa, Agustus 2011

Unsoed 16 Rumah Sakit Margono Soekarjo

Tahap pelaksanaan

Menentukan

sampel berdasar rekam medis

Rabu, Agustus 2011

Purwokerto 17 Kediaman responden

Tahap pelaksanaan

Menuju

ke

tempat masingmasing kediaman responden sebagai sampel terpilih Mengukur leher lingkar

lingkar dan

pinggang pada sampel 4 Kamis,18 Kediaman Tahap Mengukur

tekanan darah - Menuju ke

Agustus 2011

responden

pelaksanaan

tempat masingmasing kediaman responden sebagai sampel terpilih Mengukur leher lingkar

lingkar dan

pinggang pada sampel 5 Jumat, Agustus 2011 19 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unsoed Tahap Mengukur

tekanan darah Mengolah hasil

pengolahan dan data penelitian

Ilmu- analisis data

- Menganalisis adakah hubungan antara leher lingkar pinggang dengan hipertensi pada lingkar dan

pasien

poli

penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode 6 Sabtu, Agustus 2011 20 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unsoed Tahap penyusunan tahun

2007-2010 Membuat laporan penelitian hasil

Ilmu- laporan

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Ge K., Popkin B. M. 2001. Weight Gain and its Predictors in Chinese Adult. International Journal nationed Metabolism Disorder. 25: 1079-1086. Djohan, T. Bahri Anwar. 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Ahli Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. El-Atat, Aneja A., McFarlane S., Sowers J. 2003. Obesity and hypertension. Endocrinol Metab. Clin N Am. 33:823-854. Hariadi, Arsad Rahim Ali. 2005. Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Laboratorium Klinik Prodia Makasar Tahun 2005. Makasar. Hayens, B. 2003. Leenen H.F. Soetrisno, Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta Khalilullah, Said Alfin. 2011. Mekanisme Gagal Jantung pada Hipertensi Kronis. Available at : http://alfinzone.files.wordpress.com/2011/06/gagal-jantungpada-hipertensi-kronis-autosave.pdf diakses tanggal 29 Juli 2011. Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of Endocrinology and Metabolism, Turkey. Matsuzawa, Y. 2010. Establishment of a concept of visceral fat syndrome and discovery of adiponectin. Proceedings of the Japan Academy, 86(2): 131-141. M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562. Nafiu, Olubukola., Burke, Costance., Lee, Joyce., Lewis, T. P., Malviya, Shobha., & Tremper, Kevin. 2010. Neck Circumference as a Screening Measure for Identifying Children With High Body Mass Index. Pediatrics 126 (2) : 306310.

P Paul, L Isabelle, M Pascal, D Eric, B Carolle, B Jean. 2005. Impact of Waist Circumference on the Relationship Between Blood Presure and Insulin. Hypertension Journal, 45. pp 363-367. Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi penelitian Klinis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Jakarta: Sagung Seto. Sheps, G.S. 2005. Mayo Klinik HIpertensi. Jakarta. Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535. Synman, H., Herselman, M.G., & Labadarios, D. 2008. The development of a preliminary regression equation for estimating the weight of black South African paraplegic males using anthropometric measurements in Tshwane, South Africa. S Afr J CLin Nutr 21 (3): 127-131.

You might also like