You are on page 1of 31

HIPOTESIS

Pasien ( Nyeri dan Rasa Terbakar )

Anamnesis Bercak Putih Pemeriksaan Swab

Pemeriksaan Mikrobiologi

Pewarnaan Gram

Hifa

Candidiasis

Pengobatan

Perawatan Rongga Mulut Secara Islam

SKENARIO 2 Nyeri di Mulut Seorang laki laki berusia 25 tahun, mengeluh mulutnya terasa nyeri dan rasa terbakar. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan pada rongga mulut dan ditemukan adanya bercak putih di daerah bukal. Dokter kemudian mengambil usap mukosa pada bercak putih tersebut untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologik secara mikroskopis dengan pewarnaan Gram dan hasilnya didapatkan adanya hifa. Dokter menyimpulkan pasien menderita infeksi berupa Candidiasis oral. Dokter menjelaskan kepada pasien sebaiknya agar menjaga kebersihan rongga mulut menurut islam

SASARAN BELAJAR SKENARIO

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Mikrobiologik LO.1.1 Definisi LO.1.2 Tehnik pengambilan sampel LO.1.3 Macam-macam LI.2. Memahami dan Menjelaskan Candidiasis Oral LO.2.1 Definisi LO.2.2 Etiologi LO.2.3 Patogenesis LO.2.4 Gejala LO 2.5 Pemeriksaan LO 2.6 Pengobatan LI.3. Memahami dan Menjelaskan Kebersihan Rongga Mulut Secara Islam

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Mikrobiologi LO 1.1 Definisi Pemeriksaan Mikrobiologik adalah untuk menemukan penyebab penyakit dengan cara pemeriksaan langsung dan pembiakan mikroorganisme, yang dilanjutkan dengan penentuan spesies kuman dan jenis obat antimicrobial yang dapat dipakai dalam mengatasinya. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Tujuan pemeriksaan mikrobiologik : 1. membantu menegakkan diagnosa dengan penyakit infeksi mendapatkan mikroorganisme penyebab

2. uji kepekaan mikroorganisme yang berhasil diidentifikasi agar dapat diketahui cara pengobatan yang paling baik dan sesuai. LO 1.2 Tehnik Pengambilan Sampel Sampel: DARAH Waktu Pengambilan a. Darah diambil pada saat suhu badan meningkat b. Bakteremia intermiten(bakteri itu tidak selalu di pemb. Darah) darah diambil 2-3 kali, dari tempat berbeda,dalam 24 jam (juga menilai kontaminasi) c. Untuk typhoid diambil pada demam minggu pertama. d. Sebelum pemberian antibiotik atau setelah 3 hari antibiotik dihentikan. Volume darah (jumlah patogen sedikit) a. Bayi : 1-3 ml. b. Anak-anak: 3-5 ml c. Dewasa:10-20 ml Pengumpulan spesimen darah a. Tindakan asepsis kulit secara melingkar dengan iodophor dan alkohol 70% b. Darah diambil dengan spuit secara steril c. Tanpa antikoagulan atau dengan sodium polyanetholsulfonate (SPS) (Yellowcapped tube) dan pindahkan darah ke botol media kultur

URIN Sampel: a. Mid stream urine ( Clean catch urine, urin porsi tengah) b. Supra pubic puncture terutama kultur anaerob c. Urin kateter Transport : a. minimal 2 jam setelah pengumpulan spesimen b. > 2 jam : lemari es (bukan freezer) Cara pengumpulan spesimen urin 1. Mid stream urine ( Clean catch urine )
5

a. b. c. d.

urine pertama di pagi hari spesimen dikumpulkan di pertengahan urine dikeluarkan Penis / vulva dibersihkan dengan air sabun atau tissue basah steril Hindari kemih mengenai kulit

2. Urin Kateter a. b. c. d.

bukan dari catheter bag Bersihkan dengan alcohol pada tempat ambil urin Tusukkan jarum, ambil urin, tamping, tutup rapat Segera periksa dalam 30m atau taruh dalam lemari es dan paling lama 24 jam

3. Urine Aspirasi Suprapubik a. Spesimen urine paling baik b. Anestesi pada tempat tusukan c. Masukkan jarum ke kantung kemih yang sedang penuh, tamping dalam botol dan tutup rapat d. Dikerjakan bila urin porsi tengah sulit didapatkan
6

e. Segera periksa dalam 30m atau taruh dalam lemari es dan paling lama 24 jam

FESES a. Feses segar sebanyak + 10 gram/ 1 sendok teh, taruh dalam wadah bersih, jangan tercampur dengan urine atau air kloset. b. Feses berdarah atau berlendir, ambil bagian berdarah/ berlendir, pada bayi melalui swap rektal c. Pemeriksaan spesimen feses dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi Shigellae, Salmonella, E. Coli patogen, dan dengan permintaan khusus yaitu Clostridium difficile, Vibrio, dan Yersinia. USAP DUBUR (RECTAL SWAB) a. Bayi, konstipasi b. memasukkan lidi kapas steril sepanjang 1 inchi/ 2,5 cm ke dalam sfingter anus. Secara hati-hati, putar lidi kapas pada kripte anus searah jarum jam dan putar balik lidi kapas. c. Segera dikirim ke lab kurang dari 30 m d. Bila tidak langsung ditanam, masukkan ke dalam media transport Carey-Blair.

SALURAN NAPAS ATAS 1. USAP TENGGOROK a. Tekan lidah dengan spatula lidah, usap lidi kapas pada kedua tonsil dan faring belakang, jangan menyentuh lidah & uvula b. Pemeriksaan Difteri(pada tonsil, bakteri membentuk selaput, ketika di swap akan berdarah) pseudomembran

2. USAP HIDUNG Cara: a. Masukkan swab sekurangnya 1 cm ke dalam lobang hidung atau bila ada lesi ambil di pinggir lesi b. Putar swab dan diamkan 10 -15 c. Tusukkan ke medium transpor

SALURAN NAPAS BAWAH 1. SPUTUM a. Bukan saliva b. Mukolitik dan inhalasi sebelumnya c. Bangun tidur berkumur batuk dalam d. Wadah steril

LUKA / ABSES 1. Cara : biopsi(jar. Luka diambil sedikit) (terbaik), aspirasi(disedot)(ex, bisul yg tertutup), dan swab 2. Anaerob : biopsi dan aspirasi 3. Aspirasi untuk : a. Abses tertutup b. Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup debris superfisial

4. Swab : a. Pus diluar dibersihkan terlebih dahulu dengan swab yang telah dicelupkan dengan NaCl steril dengan swab baru buat usapan dari dasar ulkus 5. Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain BIOPSI DAN ASPIRASI Aspirasi untuk : Abses tertutup Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup debris superfisial

10

SWAB

PEMERIKSAAN MYCOBACTERIUM Sputum(SPS, Sewaktu-Pagi_sewaktu) a. Waktu pengambilan : b. Sputum pertama pagi sesudah bangun tidur, 3 kali berturut-turut bila diperlukan c. Sputum sewaktu di bawah pengawasan dokter pagi sewaktu d. Diwarnai dengan BTA, basofil tahan asam (3x) Alat : Wadah + Penutup ( bersih ) Jumlah : 3-5 ml
11

PEMERIKSAAN ANAEROB Spesimen yang baik untuk pemeriksaan kuman anaerob : a. Spesimen yang baik diambil secara tepat (aspirasi atau biopsi jaringan swab) b. Tidak tercemar oleh mikroba yang tidak diinginkan c. Terhindar dari kontak dengan udara. d. Menggunakan media transport anaerob (Stuart, Amies, Cary-Blair, Pepton alkali, thioglikolat) bila perlu Penyimpanan dan pengiriman anaerob : a. Spesimen: Medium transport anaerob thioglikolat kantong anaerob Sampel penderita dalam spuit tidak dianjurkan Jangan dimasukkan dalam lemari es

LO 1.3 Macam-macam Pemeriksaan dengan cara pewarnaan 1. Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pada umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum Cara membuat pewarnaan sederhana : 1.Buat sediaan kuman dan direkatkan/fiksasi 2. Tuangkan salah satu zat warna di atas sedimen/preparat kuman, biarkan selama 1-2
12

menit 3. Cuci dengan air mengalir perlahan-lahan dan biarkan mengering di udara atau letakkan di antara 2 helai kertas saring kemudian ditekan-tekan (jangan digosokgosok) 4. Teteskan satu tetes minyak ceder/imersi di atas preparat/sediaan kuman dan lihat dengan mikroskop menggunakan lensa objektif 100 kali dan lensa okuler 10 kali (pembesaran total 1000 kali)
2. Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan untuk melihat bagian/struktur

kuman yang sukar menyerap zat warna (simpai/kapsul/selubung kuman), dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya. Metode pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna(negatif). Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam latar belakangnya
3. Pewarnaan diferensial (pewarnaan Gram dan pewarnaan Tahan Asam) a. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang menggunakan dua macam

zat warna yaitu ungu kristal karbol (UKK) dan air fukhsin. Pewarnaan Gram digunakan untuk membedakan dua macam sifat kuman yaitu kuman bersifat Gram-positif yang mengikat zat warna UKK sehingga kuman tampak berwarna tampak berwarna ungu dan kuman bersifat Gram-negatif yang pada pencucian dengan alkohol 96% akan melepaskan zat warna UKK kemudian mengikat zat warna kedua yaitu zat warna air fukhsin sehingga kuman tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine b. Pewarnaan Tahan Asam merupakan jenis pewarnaan diferensial lainnya yang digunakan untuk membedakan kuman yang bersifat tahan asam/tidak tahan asam, dimana kuman yang tahan asam akan memberikan hasil kuman yang berwarna merah sedangkan kuman tidak tahan asam akan memberikan hasil kuman yang berwarna ungu. Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci Membuat pewarnaan Gram : 1. Buat sediaan kuman dan direkatkan/fiksasi 2. Tuangkan zat warna ungu gentian/ungu kristal karbol, biarkan selama 5 menit 3. Cuci dengan air mengalir perlahan-lahan 4. Tuangkan cairan lugol, diamkan selama 45-60 detik, kemudian cuci kembali dengan air mengalir 5. Celupkan sediaan kuman ke dalam bejana yang berisi alkohol 96% sambil di goyang-goyangkan selama 30 detik (sampai tidak tampak lagi warna ungu yang mengalir) 6. Cuci kembali dengan air mengalir perlahan-lahan 7. Tuangkan air fukhsin ke atas sediaan kuman di biarkan selama 1-2 menit 8. Cuci kembali dengan air mengalir, keringkan di udara, tetesi dengan satu tetes minyak imersi dan periksa dengan mikroskop pembesaran 1000 kali
13

Hasil pewarnaan : Kuman Gram-positif berwarna ungu Kuman Gram-negatif bewarna merah
4. Pewarnaan khusus Digunakan untuk melihat struktur tertentu dari sel kuman yang

tidak dapat dilihat dengan pewarnaan biasa, misalnya untuk melihat spora, simpai, flagel, yang digunakan pewarnaan khusu spora, simpai, & flagel tersebut Pewarnaan Spora Spora pada kuman dibentuk oleh beberapa jenis kuman. Tidak semua kuman memiliki spora. Spora kuman disebut juga endospora dan bersifat resisten terhadap panas, radiasi, kekeringan dan bahan kimia disinfektan. Spora dapat dibentuk oleh kuman anggota genus Bacillus dan Clostridium. Spora tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana, maka untuk melihat spora kuman, spora harus diwarnai dengan pewarnaan khusus. Pewarnaan spora yang sering dugunakan adalah pewarnaan Klein. Sel kuman berwarna biru , spora berwarna merah Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada Bacillus subtitulis LI.2 Memahami dan Menjelaskan Candidiasis Oral LO.2.1 Definisi Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Kandidiasis oral atau disebut juga atrophic Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur dalam genus Candida. Spesies paling sering dijumpai sebagai penyebab Kandidiasis Oral ialah Candida albicans yang sebenarnya merupakan flora normal dari rongga mulut. Hal ini ditandai dengan bercak-bercak kecil seperti kerikil atau sariawan, eritema pada palatum durum da palatum mole, membran bukal, dan permukaan lidah bagian dorsal. Infeksi pada jaringan mulut oleh Candida albicans; sering merupakan infeksi oportunistik pada manusia dengan AIDS atau mereka yang penderita lain yang mengalami penurnan sistem kekebalan tubuh, juga sering terjadi pada bayi normal yang diobati dengan antibiotic. Kandidasis oral sering menyerang orang-orang yang memakai gigi palsu. Orangorang yang mentidak menjaga mulut bersih, penderita diabetes dan pengguna steroid jangka panjang. Beberapa antibiotik dapat menyebabkan oral trush, terutama jika digunakan jangka waktu panjang. Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C.albikan yang paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral. Kandidiasis oral dapat menyerang semua usia baik usia muda, usia tua dan pada penderita defisiensi imun seperti AIDS. Pada pasien HIV/AIDS, Kandida albikan ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95% LO.2.2 Etiologi Oral thrush dan infeksi Candida lainnya dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah oleh karena penyakit atau obat-obatan seperti prednison, atau ketika antibiotik mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme dalam tubuh. Biasanya sistem kekebalan tubuh bekerja untuk mengusir invasi organisme berbahaya, seperti virus, bakteri.
14

Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C. lusitaneae, dan C. pseudotropicalis. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemi. Penyakit-penyakit yang dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi kandidiasis mulut (oral trush), antara lain: 1. HIV/AIDS Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV. 2. Kanker Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush. 3. Diabetes mellitus Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan candida. 4. Infeksi jamur vagina Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush. LO.2.3 Patogenesis Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat15

obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis. Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu. Faktor penentu patogenitas kandida adalah : 1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang paling tinggi patogenitasnya. 2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. 3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi. 4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik. 5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C. albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid. Mekanisme pertahanan pejamu : 1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis. 2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau membunuh mikroba. 3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO). 4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV.

16

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekulmolekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain : 1. Faktor endogen : a. Perubahan fisiologik a) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina b) Kegemukan, karena banyak keringat c) Debilitas d) Iatrogenik e) Endokrinopati, gangguan gula darah kulit f) Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk. b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna. c. Imunologik : penyakit genetik. 2. Faktor eksogen : a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat b. Kebersihan kulit c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur. d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase. LO.2.4 Gejala Secara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya berupa lesi lesi putih atau area eritema difus Penderita kandidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok tipe yaitu akut, kronik dan angular cheilitis.Secara umum, candidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu: 1. Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis, pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau
17

kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan permukaan yang berwarna merah. Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial, mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring. Thrush dijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi tubuhnya lemah. Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering dihubungkan dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS. Diagnosa banding dari kandidiasis pseudomembranosus ini meliputi flek dari susu dan debris makanan yang tertinggal menempel pada mukosa mulut, khususnya pada bayi yang masih menyusui atau pada pasien lanjut usia dengan kondisi tubuh yang lemah akibat penyakit

b. Kandidiasis Atrofik Akut Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore tongue atau juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan permukaan tampak sebagai bercak kemerahan. Penggunaan antibiotik spektrum luas maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya kandidiasis atrofik akut. Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh adanya rasa sakit seperti terbakar.

2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu : a. Kandidiasis Atrofik Kronik Kandidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau denture related stomatitis, dan merupakan bentuk kandidiasis paling umum yang ditemukan pada 24-60% pemakai gigi tiruan. Gambaran klinis denture related stomatitis ini berupa
18

daerah eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan gigi tiruan. Gigi tiruan yang menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur. Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu : Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya tampak pada bagian tengah palatum keras.

Gambar 1. Denture Stomatitis tipe I

Gambar 2. Denture Stomatitis tipe II

Gambar 3. Denture Stomatitis tipe III b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat seperti plak putih pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandida leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. Kandidiasis leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah.
19

c. Median Rhomboid Glositis Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis yang tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah, dan cenderung dihubungkan dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang dihirup.

3. Angular cheilitis Angular cheilitis atau disebut juga angular stomatitis atau perleche merupakan infeksi campuran bakteri dan jamur Kandida yang umumnya dijumpai pada sudut mulut baik unilateral maupun bilateral. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah - pecah atau berfissure. Angular cheilitis dapat terjadi pada penderita anemia defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, dan pada gigi tiruan dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak tepat.

20

LO 2.5 Pemeriksaan 1. Anamnesis dan gambaran klinis yang khas, termasuk plak putih atau eritema difus. Khas keluhannya iritasi dan terbakar lebih menonjol dari pada gatalnya dan tidak disertai fluor albus, klinisnya tampak eritema vagina atau tidak ada kelainan sama sekali. 2. Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH/ larutan Salin tampak budding yeast cells dengan atau tanpa pseudohifa Hanya C. albicans dan C. tropicalis yang dapat membentuk hifa sebenarnya selain budding yeast dan pseudohifa. Pada Candida nonalbicans terutama, C (Torulopsis) glabrata, C. parapsilosis, C. krusei dan S. cerevisiae tampak hanya budding yeast dan biasanya lebih sulit dilihat dengan mikroskop, perlu pembesaran yang lebih besar. Spesimen harus baru dan segera diperiksa. Leukosit dalam jumlah normal20 (< 30 sel/lp). Bila jumlah leukosit banyak / berlebihan (> 30 sel/lp) berarti ada infeksi campuran non-spesifik. 3. Pewarnaan Gram, jamur (budding yeast cell, blastospora, pseudohifa, hifa) tampak positif Gram dan sporanya lebih besar dari bakteri. Pemeriksaan langsung KOH atau Gram harus dilakukan pada kandidiasis mukosa dan apabila hasilnya positif, sudah dapat menyokong diagnosis. Leukosit dalam jumlah normal20 (< 30 sel/lp). Bila jumlah leukosit banyak / berlebihan berarti ada infeksi campuran non-spesifik.20 4. Kultur. Spesimen harus baru dan kultur dapat dilakukan dengan media : a. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan antibiotik. Candida spp. umumnya tidak terpengaruh oleh sikloheksimid yang ditambahkan pada media selektif jamur patogen, kecuali beberapa galur C. tropicalis, C. krusei dan C. parapsilosis yang tidak tumbuh karena sensitif terhadap sikloheksimid. Kultur tumbuh dalam 24-72 jam. b. CHROMagar Candida. Dasarnya warna Koloni kontras kuat yang dihasilkan karena reaksi enzim spesifik spesies dengan substrat Chromogenic mix. Identifikasi dipercepat dengan CHROMagar Candida yang menghambat pertumbuhan bakteri dan identifikasi dengan warna koloni dari C.albicans, C.tropicalis, C.dubliniensis, dan C.krusei. Pada CHROMagar Candida masingmasing koloni spesies Candida mempunyai warna khas : C.albicans hijau apel, C.dubliniensis hijau tua, C.glabrata merah muda (pink) sampai ungu, besar, C.tropicalis biru tua kadang-kadang merah muda dan semuanya membentuk halo ungu, C.krusei merah muda pucat, besar, datar, permukaan kasar, C.parapsilosis putih kotor (off white) sampai merah muda pucat, C. guilliermondii merah muda
21

sampai ungu, kecil. C.dubliniensis hanya dapat diidentifikasi dengan CHROMagar Candida, tidak dapat hanya dengan media SDA atau Potato Dextrose agar oleh karena akan terdiagnosis sebagai C. albicansc. c. Identifikasi C. albicans dapat dengan melihat fenomena Reynolds Braude, yakni memasukkan jamur yang tumbuh pada kultur ke dalam serum atau koloid (albumin telur) dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37C. Di bawah mikroskop akan tampak germ tubes (bentukan seperti kecambah) yang khas pada C.albicans.1 Germ tube : > 90% C.albicans, dapat tampak pada C.dubliniensis dan C.stellatoidea. d. Cornmeal agar dengan Tween 80 atau Nickerson polysaccharide trypan blue (Nickerson-Mankowski agar) pada suhu 25C, digunakan untuk menumbuhkan klamidokonidia, yang umumnya hanya ada pada C. albicans dan tumbuh dalam 3 hari. e. Tes karbohidrat (fermentasi dan asimilasi) untuk identifikasi spesies Candida secara lebih tepat. Terbaik kombinasi CHROMagar Candida dan Cornmeal agar dengan Tween 80 disertai tes karbohidrat. Untuk membedakan C.albicans dan C.dubliniensis perlu pemeriksaan morfologi (bentuk) blastokonidianya dan kemampuannya memproduksi pseudohifa dan klamidokonidia padaSemi-Starvation media yang cocok seperti Cornmeal atau Rice-Tween agar C.dubliniensis pada Cornmeal Tween 80 agar, lebih kaya klamidospor, klamidokonidianya lebih besar-besar, berpasang-pasangan dan triplet dari pada C.albicans, pada C.albicans klamidokonidianya tunggal diujung pseudohifa atau hifa, juga keduanya tampak pseudohifa berlebihan, beberapa hifa dan gerombolan blastospora sepanjang pseudohifa. Pada media CHROMagar Candida tampak koloni C.dubliniensis lebih besar, lebih bulat dan lebih hijau dibandingkan dengan koloni C.albicans. Strategi paling aman untuk identifikasi ragi (yeast) dimulai denga tes yang cepat, simpel dan spesifik untuk identifikasi C.albicans karena spesies tunggal ini yang tersering tumbuh dari sampel klinis. 5. Polymerase Chain Reaction (PCR). Dapat mendeteksi pada wanita yang anamnesis ada KVVR tapi asimtomatik, dengan PCR 28,8% positif dibandingkan dengan kultur 6,6%. 6. Histopatologis, pilihan untuk diagnosis leukoplakia kandida. Tampak hifa di dalam epitel superfisial, akantosis, parakeratosis menunjukkan kedalaman invasi hifa, peradangan intraepitel terutama sel polimorfonuklear, edema dan peradangan kronis dalam dermis. Pengecatan dengan Periodic acid-Schiff (PAS).

22

Gambar: Skema pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis kandidiasis

23

LO 2.6 Pengobatan Penatalaksanaan oral candidiasis dapat dilakukan dengan cara pemberian obat anti jamur. Terdapat tiga teknik pengobatan berdasarkan jenisnya. Daftar nama obat, dosis, serta efek samping penanganan penyakit Candidiasis Oral sebagai berikut:

24

LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Kebersihan Rongga Mulut Secara Islam Bersiwak (membersihkan mulut dengan kayu dari pohon araak) merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ada beberapa waktu yang sangat dianjurkan oleh syariat untuk kita bersiwak. Bila kita mampu menjalankan ajaran Rasulullah ini Shallallahu alaihi wa sallam, tidak hanya mulut kita yang menjadi bersih, namun pahala dan keridhaan Allah pun insya Allah bisa kita raih. Kata siwak bukan lagi sesuatu yang asing di tengah sebagian kaum muslimin, meskipun sebagian orang awam tidak mengetahuinya disebabkan ketidaktahuan mereka tentang agama. Wallahul mustaan. Pengertian siwak sendiri bisa kembali pada dua perkara. Pertama, bermakna alat yaitu kayu/ranting yang digunakan untuk menggosok mulut guna membersihkannya dari kotoran. Asalnya adalah kayu dari pohon araak. Kedua, bermakna fiil atau perbuatan yaitu menggosok gigi dengan kayu siwak atau semisalnya untuk menghilangkan warna kuning yang menempel pada gigi dan menghilangkan kotoran, sehingga mulut menjadi bersih dan diperoleh pahala dengannya (Fathul Bari 1/462, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim 3/135, Subulus Salam 1/63, Taisirul Allam Syarhu Umdatil Ahkam, 1/62). Dengan demikian, disenangi bersiwak dengan kayu siwak dari araak atau dengan apa saja yang bisa menghilangkan perubahan bau mulut, seperti membersihkan gigi dengan kain perca atau sikat gigi. (Nailul Authar, 1/154). Namun tentunya bersiwak dengan menggunakan kayu siwak lebih utama. Karena, hal itulah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ditunjukkan dalam hadits-hadits yang berbicara tentang siwak. Hukum bersiwak ini sunnah tidak wajib dalam seluruh keadaan, baik sebelum shalat ataupun selainnya. Dan ini merupakan pendapat yang rajih yang dipegangi oleh penulis. Ini juga merupakan pendapat jumhur ulama, menyelisihi sebagian ulama yang memandang wajibnya perkara ini. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullahu mengatakan: Kami tidak mengetahui ada seorang pun yang berpendapat bersiwak itu wajib kecuali Ishaq dan Dawud Azh-Zhahiri. (AlMughni, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak wa Sunnatul Wudhu). Dalil tidak wajibnya bersiwak ini diisyaratkan dalam hadits:

Seandainya aku tidak memberati umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu. Al-Imam Asy-Syafii rahimahullahu mengatakan: Dalam hadits ini ada dalil bahwa siwak tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan (untuk melakukan atau meninggalkannya, pent.). Karena, jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam akan memerintahkan mereka, baik mereka merasa berat ataupun tidak. (Al -Umm, kitab AthThaharah, bab As-Siwak). Kekhawatiran memberatkan umatnya merupakan sebab yang mencegah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk mewajibkan bersiwak ini. (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 1/195) Bersiwak merupakan ibadah yang tidak banyak membebani, sehingga sepatutnya seorang muslim bersemangat melakukannya dan tidak meninggalkannya. Di samping itu, banyak faedah yang didapatkan berupa kebersihan,

25

kesehatan, menghilangkan aroma yang tak sedap, mewangikan mulut, memperoleh pahala dan mengikuti Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. (Taisirul Allam, 1/62) Banyak sekali hadits yang berbicara tentang siwak sehingga Ibnul Mulaqqin rahimahullahu dalam Al-Badrul Munir mengatakan: Telah disebutkan dalam masalah siwak lebih dari seratus hadits. (Subulus Salam, 1/63). Karena perkara bersiwak ini disenangi oleh Rasul kita yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam dan tidak pernah beliau tinggalkan sampai pun menjelang ajalnya, sementara kita diperintah dalam Al-Qur`an untuk menjadikan beliau sebagai qudwah, suri teladan, maka pembahasan tentang siwak tidak patut kita abaikan. Ditambah lagi, bersiwak ini termasuk sunnah wudhu dan termasuk thaharah yang kita dianjurkan untuk melakukannya. Semoga apa yang kami tuliskan ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan mudah-mudahan dapat diamalkan oleh kita semua. Amin Kesenangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Bersiwak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam demikian senang bersiwak. Beliau tidak melupakannya sampai pun pada detik-detik menjelang beliau dijemput kembali ke sisi Allah Subhanahu wa Taala. Aisyah radhiyallahu anha mengabarkan:

Abdurrahman bin Abi Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu anhuma masuk menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan dadaku menjadi tempat sandaran beliau. Abdurrahman membawa siwak yang masih basah yang dipakainya untuk bersiwak. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengangkat pandangan mata beliau, melihat siwak itu. Aku pun mengambil siwak tersebut lalu mematahkan ujungnya (dengan ujung gigi) serta memperbaikinya dan membersihkannya, kemudian aku berikan pada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau kemudian bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersiwak sebagus yang kulihat kali itu. Tidak berapa lama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selesai dari bersiwak, beliau mengangkat tangannya atau jarinya kemudian berkata: Pada teman-teman yang tinggi (Ar-Rafiqil Ala)1. Lalu beliau pun wafat. (HR. Al-Bukhari no. 890, 4438) Dalam satu lafadz, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan: . :

Aku melihat beliau memandangi siwak tersebut dan aku tahu beliau menyukai bersiwak. Maka aku katakan: Apakah aku boleh mengambilkannya untukmu? Beliau mengisyaratkan iya, dengan kepala beliau (mengangguk untuk mengiyakan/sebagai persetujuan). (HR. Al-Bukhari no. 4449)2 Bersiwak Membersihkan Mulut dan Diridhai Allah Subhanahu wa Taala Aisyah radhiyallahu anha mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
26

Siwak itu membersihkan mulut, diridhai oleh Ar-Rabb. (HR. Ahmad, 6/47,62, 124, 238, An-Nasa`i no. 5 dan selainnya. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya secara muallaq. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An-Nasa`i, Al-Misykat no. 381, Irwa`ul Ghalil no. 65) Ibnu Umar radhiyallahu anhuma juga mengabarkan hal yang senada dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:

Seharusnya bagi kalian untuk bersiwak. Karena dengan bersiwak akan membaikkan (membersihkan) mulut, diridhai oleh Ar-Rabb tabaraka wa taala. (HR. Ahmad 2/109, lihat Ash-Shahihah no. 2517) Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain : - membersihkan mulut, - membersihkan gusi, - mencegah pendarahan - menguatkan penglihatan - mencegah gigi berlubang - menyehatkan pencernaan - menjernihkan suara - membantu pencernaan makanan - memperlancar saluran nafas (bicara) - menggiatkan bacaan - menahan tidur - meridhokan Allah Taala - dikagumi malaikat Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti: 1. Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut. 2. Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi. 3. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
27

Banyak hadits yang meriwayatkan tentang siwak dan anjuran untuk menggunakannya. Diantaranya hadits berikut ini; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Diriwayatkan dari Hudzaifah ra, dia berkata, "Nabi Saw selalu menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur malam hari (HR Bukhari). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu(dahan ) Araak. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau mulai bersiwak. Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti : a. Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut. b. Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins, dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi. c. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap. d. Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature. Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut. Sebuah penelitian terbaru tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University, Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment. Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada selasela gigi. Sehingga banyak perusahaanperusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke
28

dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan. Mari kita budayakan hidup sehat dengan bersiwak

Sudah ada penelitiannya jg tentang siwak pada gigi. Mineral yang terdapat di dalam siwak seperti Natrium Klorida, Kalium, Sodium Bikarbonat, dan Kalsium Oksida ternyata berfungsi membersihkan gigi. Bau harum dan rasanya yang enak, timbul dari minyak alamiah berjumlah 1% dari seluruh komposisi. Selain itu di dalam siwak juga terdapat enzim yang mecegah penyakit gusi. Komposisi alamiah yang terdapat pada siwak, ditiru dengan menambahkan zat-zat seperti yang terdapat pada siwak, pada pasta gigi buatan. Penelitian lain menyebutkan bahwa siwak berasal dari pohon Salvadore Persica yang tumbuh di sekitar kota Mekah dan Timur Tengah, jarang mempunyai diameter lebih dari satu kaki. Siwak memiliki kandungan antara lain; trimetil amine, klorida, fluorida dan silika. Karena khasiatnya yang baik, bahan ini juga dibuat dalam bentuk serbuk dan digunakan dengan sikat biasa Sebuah majalah Jerman jg memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, direktur Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, "Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker"

29

Daftar Pusaka Pinborg,J.J. ,1994 , Atlas Penyakit Mukosa mulut, Edisi ke 4.Diterjemahkan oleh drg Kartika Wangsaraharja , Bina rupa Aksara hal. 56-58 Greenberg. M.S et al,2003 Burkets Oral Medicine, 10 ed, , Bc Decker Inc, Hamilton Ontario, h. 94-8 Samaranayahe LP, Cheung LK and Samaranayahe YH. Candidiasis and other fungal disease of the mouth. Dermatol Ther; 2002. 15 : p. 251-269. Jainkittivong, et al. 2007, Candidiasis in OLP patiens undergoing topical steroid therapy, Triple O, 104: 61-66 Sobel JD. Genital Candidiasis. Dalam: Bodey GP, editor. Candidiasis, Pathogenesis, Diagnosis and treatment, Edisi-2. New York : Raven Press; 1993. p. 225-47. Silverman .S. Jr. 1996, Color Atlas of Oral Manifestations of aids ,2ed, The C.V Mosby , St Louis, Boston Baltimore, h. 18,28 Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2, 775 8. Mc Farlane et al ,2002 Essential of Microbiologi for dental student,Oxfort , New york, h. 287 Silverman. S Jr at al, 2001, Essential of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton, London, h. 170 177 Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6 Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. Burjet, Ilmu Penyakit Mulut: Diagnose & Terapi. Alih Bahasa. PP. Sianita Kurniawan. Grogol: Binarupa Aksara, 1994 Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Australia Dent. J. Medication Suplement, 50;4 Roseff SA, Sugar AM. Oral and esophageal candidiasis. Dalam: Bodey GP, editor. Candidiasis, Pathogenesis, Diagnosis and treatment, Edisi ke-2. New York : Raven Press; 1993. p. 185-203. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology. 2nd ed. Pennsylvania: Saunders, 2002: 187-199. Nolte. A.W.,1982. Oral Microbiologi,4 ed, The C.V Mosby co,St Louis, Toronto, London h. 523- 32 http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=408 jam 20.00 tanggal 19/02/2013 http://bai-fkunissula.blogspot.com/2009/04/menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut-ala.html jam 20.00 tanggal 19/02/2013
30

31

You might also like