Professional Documents
Culture Documents
huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara
maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Untuk mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara, HDI terbagi dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.
Jadi, berdasarkan data-data diatas HDI Thailand berada di tingkat medium human development sebesar 0,682.
University dan Chulalongkorn University memiliki posisi yang jauh lebih baik dari pada universitas di Indonesia. Sedangkan bila dibandingkan dengan universitas di Malaysia, Thailand masih lebih baik. Malaysia hanya memiliki 6 universitas yang masuk di jajaran Top 200 Asia, dengan posisi tertinggi berada pada ranking 42, yakni Universiti Malaya. Padahal posisi tertinggi universitas Thailand, yakni Mahidol University berada pada ranking 28. Ini menunjukkan bahwa kualitas universitas di Thailand lebih baik dari pada di Malaysia menurut standar dari QS.
Keuntungan Belajar di Thailand Sebagai sesama negara berkembang, Thailand ternyata memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang lebih tinggi dari Indonesia, bahkan angka partisipasi masyarakat mereka dalam pendidikan tinggi telah mencapai 48%, jauh dibandingkan dengan Indonesia yang baru mencapai 18%. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah Thailand telah berhasil menjadikan pendidikan tinggi mereka bermanfaat bagi pembangunan sumber daya masyarakatnya. Belajar di Thailand memiliki beberapa keuntungan, yakni: 1. Ilmu pengetahuan yang diajarkan sangat sesuai dengan keadaan negara berkembang seperti Indonesia. 2. Kampus-kampus terkemuka di Thailand memiliki tenaga pengajar yang hampir 100% memegang gelar Doktor dari berbagai universitas terkemuka dunia, sehingga kualitas pendidikannya terjamin. 3. Riset yang kita lakukan di Thailand dapat diaplikasikan langsung di Indonesia, baik itu dalam ilmu sosial, teknik, kesehatan maupun ilmu pertanian, karena iklim dan kondisi masyarakat yang hampir sama. Hal ini berbeda dengan di negara maju yang gap pengetahuannya terasa sangat jauh. 4. Cultural shock tidak begitu dahsyat bagi mahasiswa Indonesia yang baru datang, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan cepat.
5. Dukungan industri dan pemerintah terhadap penelitian terhitung besar di banding di Indonesia, sehingga dana untuk riset dapat diperoleh dengan mudah. Kini, Thailand tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata, namun juga tempat studi bagi banyak mahasiswa asing. Universitas-universitas di Thailand telah membuka diri dengan dunia internasional, hal ini dibuktikan dengan banyaknya program internasional yang ditawarkan, begitu juga berbagai macam tawaran beasiswa bagi mahasiswa asing. Belajar di Thailand terasa sangat menyenangkan bagi saya, sebab selain bisa memperoleh ilmu, juga bisa jalan-jalan ke berbagai tempat tujuan wisata dengan biaya yang terjangkau. ANALISA Dari artikel diatas, kita bisa melihat bahwa Thailand ini tidak hanya memiliki potensi wisata yang dapat menarik turis untuk berlibur bahkan menetap disana tetapi Thailand juga memiliki potensi di bidang pendidikan yang patut dibanggakan. Dengan banyaknya sektor swasta memaksimalkan berbagai keindahan alam Thailand yang ada maka hal ini dapat meningkatkan PDB negara tersebut karena semakin banyak turis yang datang, pemasukan negara juga ikut meningkat. Untuk sektor pendidikannya, Thailand banyak kedatangan orang asing yang ingin menimba ilmu di negara tersebut. Menurut lembaga perankingan universitas dunia, QS Top Universities, pada tahun 2010 terdapat 7 universitas Thailand yang menduduki posisi Top 200-Asian University ranking yang jumlahnya hampir sama dengan universitas di Indonesia, hanya saja yang membedakan adalah ada dua universitas di Thailand yakni Mahidol University dan Chulalongkorn University yang memiliki posisi jauh lebih baik dari pada universitas di Indonesia. Selain itu Thailand telah membuka diri dengan dunia internasional, hal ini dibuktikan dengan banyaknya program internasional yang ditawarkan, begitu juga berbagai macam tawaran beasiswa bagi mahasiswa asing dan juga berbagai keuntungan yang telah disebutkan di artikel yang berdasarkan pengalaman orang yang berkuliah disitu. Jika melihat kelebihan-kelebihan diatas, sudah tidak heran lagi kalau ternyata HDI Thailand menjadi lebih tinggi dalam angka partisipasi pendidikan dan Produk Domestik Bruto dibandingkan Indonesia yang keduanya termasuk negara berkembang
juga. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah Thailand telah berhasil menjadikan pendidikan tinggi mereka bermanfaat bagi pembangunan sumber daya masyarakatnya dan juga memaksimalkan potensi alam wisata negaranya untuk meningkatkan pendapatan negara. KASUS 2
"Jika ibu kota Bangkok sampai kebanjiran juga, kerugian akan lebih besar," kata Thanawat Polwichai, Kepala Pusat Perkiraan Bisnis dan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri Thailand, seperti dilansir dari Reuters.
Bank Sentral Thailand sendiri sebelumnya telah mengirim sinyal untuk mengoreksi target pertumbuhan ekonomi pada 2011. Saat ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand pada 2011 sebesar 4,1 persen. kbc3
ANALISA Dari kasus ini, kita bisa melihat, pada tahun 2011 Thailand mengalami kemunduran PDB dikarenakan bencana alam yaitu banjir yang menghantam sebagian besar daerahnya yang mana Thailand ini maju di sektor pertanian, wisata dan perdagangan. Disektor pertanian, mereka tidak dapat mengekspor beras dan bahan pangan lainnya ke negara lain. Disektor pariwisata, kedatangan turis menjadi menurun di tahun tersebut karena adanya banjir yang melanda negara tersebut dan disektor perdagangan, mereka tidak dapat berdagang hasil pertanian mereka karena digerus oleh banjir. Ini akan diperparah lagi jika pusat negara Thailand, Bangkok,
dilanda banjir juga. Intinya, jika PDB Thailand mengalami kemunduran karena adanya bencana banjir ini, maka HDI mereka pun menurun.
Vietnam hanya bisa mencapai angka 0,593 dan keduanya masih sama-sama berada di tingkat medium human development. Peringkat keduanya hanya berbeda 4 peringkat dimana Indonesia berada di peringkat 124 dan Vietnam di 128. Untuk masing-masing komponennya, angka harapan hidup Indonesia adalah 70,76 tahun dengan laki-laki 68,26 tahun dan perempuan 73,38 tahun. Untuk angka harapan Indonesia berada di peringkat 108 yang mana lebih rendah angka harapan hidupnya dibandingkan negara Vietnam yang berada di peringkat 98. Untuk angka melek hurufnya, Indonesia dapat mencapai angka 90,4% penduduknya dapat membaca dan menulis sedangkan Vietnam 94% penduduknya melek huruf. Dan lagi-lagi Indonesia dibawah negara Vietnam yang notabene HDInya lebih kecil. Untuk PDB per kapitanya, Indonesia sebesar $4,666 menurut versi IMF dan lebih tinggi dibandingkan PDB per kapita Vietnam. Jadi, HDI Indonesia lebih tinggi dikarenakan untuk PDB, kita masih terbilang lumayan. Dan jika melihat peringkat, bisa saja suatu saat nanti Vietnam dapat mengalahkan HDI negara kita jika negara kita tidak bebenah dalam hal PDB karena Vietnam kalah dari negara kita hanya dari soal PDB.
JAKARTA--MICOM: Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik menilai kerja sama pangan Indonesia dengan Vietnam merupakan masalah baru.
"Vietnam itu adalah satu dari sepuluh negara yang melakukan illegal fishing. Hal itu memperburuk kondisi pangan negara kita," ujar Riza, ketika dihubungi, Kamis (15/9).
Indonesia.
Dua sektor tersebut, kata Riza, memiliki masalah masing-masing yang harus segera diselesaikan pemerintah.
Riza melanjutkan, saat ini, persoalan sektor pertanian yang butuh penyelesaian segera adalah sektor lahan pertanian yang makin sempit akibat diperluasnya industrialisasi dan perkebunan. Dan persoalan tersebut tidak dapat selesai hanya dengan membuka keran impor.
Kerja sama pangan antara Indonesia dan Vietnam adalah dengan membuka peluang bagi Vietnam menangkap ikan di perairan Indonesia.
ANALISA Dalam kasus ini kita bisa melihat bahwa Indonesia melakukan kerjasama dengan Vietnam di bidang pangan dan menurut penuturan Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Riza Damanik, ini merupakan masalah baru. Beliau mengatakan ini merupakan masalah baru karena Vietnam merupakan salah satu negara yang melakukan illegal fishing. Menurut saya, kita terlalu ketergantungan impor pangan padahal Indonesia mempunyai alam yang subur untuk bisa menghasilkan pangan yang berkualitas tanpa harus mengimpor. Dengan kita terus-terusan mengimpor, PDB kita bisa rendah dan otomatis HDI kita menjadi rendah. Dengan begini, Vietnam bisa menyalip ekspor kita, penduduk mereka sejahtera, PDB mereka meningkat dan setelah itu HDI Vietnam menjadi meningkat.
KASUS 2
MedanBisnis-Jakarta. Kinerja ekspor udang dan ikan Indonesia perlahan-lahan tersalip oleh negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Vietnam. Pada tahun ini saja dua negara tersebut menargetkan nilai ekspor yang melampaui dari kinerja ekspor ikan dan udang Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan kepada detikFinance, Senin (20/6/2011).
"Ada masalah di negeri ini, termasuk yang di Lampung menyebabkan suplai udang tak karuan. Padahal negara lain seperti Thailand tahun 2010 naik US$ 6,5 miliar, US$ 4 miliar Vietnam, tetapi Indonesia cuma US$ 2,87 miliar," katanya.
Pada tahun ini kedua negara tersebut menargetkan ekspor udang dan ikan yang cukup fantastis misalnya Thailand menargetkan US$ 7 miliar dan Vietnam US$ 5 miliar. Dari sisi produksi produksi udang Vietnam sudah tembus 500.000 ton sementara, Indonesia hanya 300.000 ton.
"Masalahnya harus koordinasi misalnya soal sektor perbankan, BBM, listrik. Kalau bicara potensi pasar luar biasa, China saja pesan 1 juta ton. Perusahaan Cargil pesan ikan kakap, bawal 100 kontainer per bulan, supplier kita hanya bisa 1 kontainer saja," katanya.
Thomas menambahkan, kebutuhan pasar ikan dan udang dalam negeri sebanyak 80% dipenuhi dari dalam negeri. Selebihnya Indonesia masih harus impor dari luar negeri termasuk untuk industri olahan ikan.
Masalah suplai dan kebutuhan pasar, misalnya udang saat ini menjadi masalah besar
di Tanah Air. Produksi udang terus menurun namun permintaan tinggi sementara impor udang masih dilarang.
"Sekarang impor masih dilarang, bagaimana budidaya ditingkatkan, jangan sampai kehilangan pasar," katanya
Khusus mengenai target ekspor udang, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan nilai ekspor udang tahun 2011 bisa mencapai US$ 1,315 miliar, naik 27,92% dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak US$ 1,028 miliar. (dtf)
ANALISA Dari kasus ini, Indonesia lagi-lagi bermasalah dalam hal ekspor dan impornya. Disini kita bisa melihat ekspornya merupakan ekspor udang dan ikan yang mulai disalip oleh negara Thailand dan Vietnam. Jika kita melihat alam Indonesia, Indonesia terdiri dari banyak pulau yang dikelilingi oleh lautan yang luas dan hasil laut yang melimpah. Tetapi kenyataannya sangat berbalik karena ternyata kita masih harus mengimpor udang dan ikan dan juga berbagai makanan olahan dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Lalu bagaimana kita bisa meningkatkan ekspor kita kalau ternyata kita saja masih kekurangan. Nah masalah inilah yang coba dimanfaatkan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam yang ternyata bisa menghasilkan hasil laut yang lebih banyak dari Indonesia. Jika impor kita tinggi, maka PDB kita menjadi menurun dan HDI kita pun mengalami kemunduran. Sedangkan Vietnam dan Thailand, ekspor mereka meningkat maka PDB pun meningkat serta Indeks Pembangunan Manusianya pun meningkat.