Professional Documents
Culture Documents
A
atau A dan
diikuti dengan vektor satuan
b B
atau B
b
.
Dalam sistem koordinat Cartesius dengan sumbu x, y dan z pada
arah positif
adalah vektor satuannya
x
,
y
,
z
atau
i
,
j
,
k
. Sehingga penulisan
suatu vektor dalam ruang dapat dinyatakan sebagai berikut :
A
=
x A
+
y A
+
z A
atau A = A
x
+ A
y
+ A
B
=
i B
+
j B
+
k B
atau B = B
i
+ B
j
+ B
k
Perhitungan vektor
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
A
-A
3
Besaran dan Satuan
Penjumlahan Vektor
A
=
i A
+
j A
+
k A
dan
B
=
i B
+
j B
+
k B
(2)
Maka penjumlahan vektor
A
dan vektor
B
adalah
A
+
B
= (
A
+
B
)
i
+ (
A
+
B
)
j
+ (
A
+
B
)
k
(3)
Pengurangan Vektor
A
dan Vektor
B
adalah
A
-
B
= (
A
-
B
)
i
+ (
A
-
B
)
j
+ (
A
-
B
)
k
(4)
Resultan Dua Buah Vektor A dan B yang Mengapit Sudut
R =
cos . . 2
2 2
B A B A + +
Tiga Buah Gaya Sebidang:
sin sin sin
3 2 1
F F F
Jangka Sorong
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
4
Besaran dan Satuan
Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur diameter
dalam benda, misalnya diameter cincin. Jangka sorong juga dapat
mengukur diameter luar sebuah benda, misalnya diameter
kelereng. Jangka sorong mempunyai batas ukur 10 cm dengan
ketelitian 0,1 mm.
Jangka sorong memiliki dua bagian penting yaitu :
1. Rahang tetap ; pada bagian ini terdapat skala utama.
2. Rahang sorong ; pada rahang ini terdapat skala 10 bagian yang
dinamakan skala nonius atau vernier.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm sedangkan 10 skala
nonius memiliki panjang 0,9 cm. Jadi, beda satu skala nonius
dengan skala utama adalah 0,1 cm 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1
mm. Jadi, skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01
cm. Bagaimana dengan ketelitian atau ketidakpastian jangka
sorong? Ketelitian jangka sorong adalah setengah dari skala
terkecilnya. Jadi, ketelitian jangka sorong adalah
2
1
x 0,1 mm = 0,05 mm atau 0,005 cm
Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat digunakan
untuk mengukur diameter kelereng atau tebal keping logam
dengan lebih teliti (akurat).
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua macam skala yaitu skala utama
(tetap) dan skala nonius (skala putar). Skala nonius terdiri atas 50
skala ketelitian mikrometer sekrup 0,01 mm. Skala utama tertera
pada selubung dan skala nonius tertera pada selubung luar. Jika
selubung luar diputar lengkap satu kali maka rahang geser dan
juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
5
Besaran dan Satuan
Karena selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada
selubung luar sama dengan jarak maju atau mundur rahang geser
sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Jadi, skala terkecil mikrometer
sekrup adalah 0,01 mm atau 0,001 cm. Bagaimana dengan
ketelitian atau ketidakpastian mikrometer sekrup? Ketelitian
mikrometer sekrup adalah setengah dari skala terkecilnya. Jadi,
ketelitian mikrometer sekrup adalah
2
1
x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm
Dengan ketelitian 0,0005 cm, mikrometer sekrup dapat digunakan
untuk mengukur tebal selembar kertas atau diameter kawat tipis
dengan teliti (akurat).
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
6
Besaran dan Satuan
Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka
taksiran (angka yang diragukan). Ketentuan mengenai angka
penting.
1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol merupakan
angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan bukan angka nol termasuk angka
penting, kecuali ada penjelasan lain.
4. Angka nol yang hanya terletak di sebelah kiri angka bukan nol,
baik yang terletak di sebelah kanan koma desimal, bukan angka
penting.
Aturan Operasi Hitung Angka Penting
1. Pada operasi perkalian dan pembagian bilangan akan menghasilkan
bilangan dengan angka penting yang sama banyaknya dengan
bilangan yang mempunyai angka penting paling sedikit.
2. Hasil operasi penjumlahan atau pengurangan hanya boleh
mengandung satu angka taksiran. Angka taksiran adalah angka
terakhir dari suatu bilangan penting.
Notasi Ilmiah
Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel
yang sangat kecil, seperti massa elektron, sampai dengan ukuran
yang sangat besar, seperti massa Bumi. Penulisan hasil
pengukuran massa sangat kecil maupun sangat besar ini
memerlukan tempat yang lebar dan sering salah dalam
penulisannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat
menggunakan notasi ilmiah atau notasi baku. Dalam notasi ilmiah,
hasil pengukuran dinyatakan sebagai
n
x a 10 ,....
di mana:
a
adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9
n adalah eksponen dan merupakan bilangan bulat.
Dalam Persamaan
,.... a
disebut bilangan penting, dan
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
7
Besaran dan Satuan
n
10 disebut orde besar.
Dengan notasi ilmiah, maka massa elektron
0,000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 9,11 kg
geser koma ke kanan melalui 31 angka, ditulis
31
10 11 , 9
x kg
dengan bilangan penting = 9,11 dan orde besar =
31
10
atau t v x
dengan x menyatakan perpindahan atau jarak (dalam GLB,
perpindahan dapat kita samakan dengan jarak). Untuk posisi awal
o
x
ketika
o
t
= 0, maka
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
9
Besaran dan Satuan
o
x x x
atau
o
t t t
t t t 0
Dengan demikian,
vt x
atau
vt x x
o
vt x x
o
+
Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan didefinisikan sebagai suatu benda
pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Percepatan
tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap. Benda mengalami
perubahan kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama.
Kinematika Gerak Lurus Berubah Beraturan
Variabel-Variabel yang berhubungan Persamaan
Kecepatan, waktu, percepatan
at v v
o
+
Kecepatan awal, akhir, dan rata-rata ) (
2
1
v v v
o
+
Jarak, kecepatan, waktu t v v t v x
o
) (
2
1
+
Jarak, percepatan, waktu
2
2
1
at t v x
o
+
Kecepatan, jarak, percepatan x a v v
o
+ 2
2 2
Gerak Jatuh Bebas
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
10
Besaran dan Satuan
Ketika buah kelapa tua jatuh sendiri dari tangkainya, dapatkah kita
anggap kelapa mengalami gerak jatuh bebas. Kelapa jatuh bebas
karena kelapa lepas dari tangkainya dari keadaan diam (
0
o
v
)
dan ditarik ke bawah oleh gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada
kelapa. Jika selama jatuhnya hambatan udara diabaikan, maka
selama jatuhnya dari keadaan diam, kelapa mengalami percepatan
tetap, disebut percepatan gravitasi g. Gerak jatuh bebas
didefinisikan sebagai gerak jatuh benda dengan sendirinya mulai
dari keadaan diam (
0
o
v
) dan selama gerak jatuhnya hambatan
udara diabaikan, sehingga benda hanya mengalami percepatan ke
bawah yang tetap, yaitu percepatan gravitasi. Karena dalam gerak
jatuh bebas, percepatan benda tetap, maka gerak jatuh bebas
termasuk suatu GLBB. Di Bumi, percepatan gravitasi, g, bernilai
kira-kira
2
8 , 9 s m . Sesungguhnya, nilai g di permukaan Bumi
berkisar
2
782 , 9 s m (paling kecil) di sekitar khatulistiwa sampai
2
832 , 9 s m (paling besar) di sekitar kutub. Untuk mempermudah
perhitungan dalam soal, g sering dibulatkan menjadi
2
10 s m g .
Karena itu jika tidak disebut tetapi diperlukan dalam penyelesaian
soal, maka g diambil
2
10 s m
Gerak Melingkar Beraturan
Gerak yang dialami partikel-partikel di pinggir roda disebut gerak
melingkar. Sudut yang dibentuk oleh partikel-partikel selama
berputar terhadap porosnya disebut perpindahan sudut (notasi
). Perpindahan sudut adalah sudut yang disapu oleh sebuah
garis radial mulai dari posisi awal garis,
o
2
2
2
2
Kecepatan linear, jarak, dan
kecepatan sudut
r w v .
Gaya Sentripetal
r
v
m F
s
2
Percepatan Sentripetal
r
v
a
s
2
Dinamika Partikel
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
12
Besaran dan Satuan
Dinamika merupakan cabang mekanika yang mempelajari
penyebab dari gerak, yaitu gaya. Karena benda yang ditinjau
dianggap sebagai partikel, maka disebut dinamika partikel.
Formulasi Hukum-Hukum Newton
1. Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi:
Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka
benda yang mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda
yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan
kecepatan tetap.
Secara matematis hukum I Newton dinyatakan sebagai
0
F
2. Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi:
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya,
searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan
massa benda.
Secara matematis hukum II Newton dinyatakan sebagai
m
F
a
atau
a m F .
,
_
,
_
p
b
b
p
b
p
r
r
x
m
m
g
g
Hubungan hukum Gravitasi Newton dengan hukum II Keppler.
GM R
T
k
2
3
2
4
Keterangan:
T = periode revolusi planet (s)
R = jarak antara planet dan matahari (m)
G = tetapan Gravitasi (
2 2 11
10 67 , 6 kg Nm x
)
M = massa matahari (kg)
Gaya Pegas dan Elastisitas Bahan
Pada umumnya, setiap benda atau bahan dapat mengalami
perubahan bentuk jika diberikan gaya. Setelah gaya pada benda
dihilangkan, mungkin saja benda akan kembali ke bentuknya
semula, tetapi bisa juga benda akan berubah bentuk. Sifat benda
yang demikian disebut elastisitas benda.
Berdasarkan fenomena di atas ada dua macam sifat benda, yaitu:
Elastis, yaitu benda akan berubah kembali ke bentuk semula jika
gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan, contohnya karet dan
pegas.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
16
Besaran dan Satuan
Plastis, yaitu benda akan benar-benar berubah ke bentuk yang
baru setelah gaya yang diberikan dihilangkan, contohnya kayu dan
plastisin (lilin)
a) Hukum Hooke
x F
x
F
= k
x k F
dengan:
F = gaya pegas, satuannya N
K = konstanta pegas, satuannya
1
Nm
x = pertambahan panjang, satuannya m
b) Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain)
Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja pada satu satuan luas
penampang bahan, yang dinyatakan dengan rumus:
A
F
dengan:
= regangan (strain)
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
17
Besaran dan Satuan
l = pertambahan panjang, satuannya m
l = panjang mula-mula, satuannya m
Bunyi hukum Hooke:
Perbandingan antara tegangan (
) dengan regangan (
) adalah
konstan.
Konstanta ini kemudian dikenal sebagai modulus Young yang dibei
lambang E, yang juga merupakan gradient garis OP.
Jadi :
EA
Fl
l
l A
Fl
l
l
A
F
E
dengan:
l = pertambahan panjang, satuannya m
F = gaya, satuannya N
l = panjang mula-mula, satuannya m
E = modulus Young, satuannya Pa atau
2
Nm
A = luas penampang, satuannya
2
m
c) Energi Potensial Elastis pada Pegas
Pegas yang berada dalam keadaan meregang atau tertekan
memiliki suatu energi yang disebut energi potensial pegas. Sesuai
dengan hukum Hooke: x k F , maka energi potensial pegas
dirumuskan:
2
) (
2
1
x k E
P
dengan:
P
E = energi potensial elastis pegas, satuannya J
K = konstanta/tetapan gaya pegas, satuannya
1
Nm
x = pertambahan panjang pegas, satuannya m
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
18
Besaran dan Satuan
Persamaan energi potensial pegas dapat dinyatakan dalam bentuk-
bentuk yang lain, yaitu:
x F E
P
2
1
atau
k
F
E
P
2
2
F
. Oleh karena
peninjauan partikel berada pada bidang yang terdiri dari sumbu x
dan sumbu y, maka syarat kesetimbangan partikel secara
keseluruhan adalah:
0 , 0
y x
F F
Jika pada partikel bekerja tiga buah gaya, maka untuk
menyelesaikan kesetimbangan partikel bisa digunakan aturan
sinus. Pada sistem ini berlaku persamaan:
sin sin sin
3 2 1
F F F
Jenis-Jenis Kesetimbangan
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
20
Besaran dan Satuan
i) Kesetimbangan Stabil (Mantap)
Pada kesetimbangan stabil, jika benda diberi gaya atau gangguan
kecil maka energi potensial benda naik, dan jika gayanya
dihilangkan maka kedudukan benda kembali ke semula. Amati
gambar di bawah. Sebuah bola berwarna biru digantung dengan
seutas tali. Mula-mula benda berada dalam keseimbangan
statis/benda diam (gambar 1). Setelah didorong, benda bergerak
ke kanan (gambar 2). Sekuat apapun kita mendorong atau menarik
bola, bola akan kembali lagi ke posisi semula setelah puas
bergerak. Sebagaimana tampak pada gambar, titik berat bola
berada di bawah titik tumpuh. Untuk kasus seperti ini, bola atau
benda apapun yang digantung selalu berada dalam keseimbangan
stabil.
Amati gambar 2. Bola bergerak kembali ke posisi seimbang akibat
adanya gaya total yang bekerja pada bola (w sin ). Gaya
tegangan tali (T) dan komponen gaya berat yang sejajar dengan
tali (w cos ) saling melenyapkan, karena kedua gaya ini memiliki
besar yang sama tapi arahnya berlawanan.
ii) Kesetimbangan Labil (Tidak Mantap)
Pada kesetimbangan labil, jika benda diberi gaya (gangguan kecil),
maka energi potensialnya turun, dan jika gayanya dihilangkan
maka benda tidak kembali ke semula tetapi mencari kedudukan
lain dan akhirnya setimbang. Sebuah balok mula-mula diam
(gambar 1). Setelah ditabrak tikus, balok tersebut bergerak alias
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
21
Besaran dan Satuan
mau tumbang ke tanah (gambar 2). Amati posisi titik berat dan
titik tumpuh. Posisi titik berat berada di sebelah kanan titik
tumpuh. Adanya torsi total yang dihasilkan oleh gaya berat (w)
membuat balok bergerak semakin jauh dari posisinya semula
(gambar 3). Titik tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi.
iii) Kesetimbangan Netral (Indeferent)
Pada kesetimbangan netral, jika benda diberi gaya (gangguan
kecil), maka energi potensialnya tetap, dan jika gayanya
dihilangkan, benda tetap pada keadaan saat gayanya dihilangkan.
Amati gambar di bawah. Bola berada di atas permukaan horisontal
(bidang datar). Jika bola didorong, bola akan bergerak. Setelah
bergerak, bola tetap diam di posisinya yang baru. Dengan kata
lain, bola sudah malas balik ke posisinya semula, bola juga malas
bergerak lebih jauh lagi dari posisinya semula.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
22
Besaran dan Satuan
Kesetimbangan Benda Tegar
Benda tegar adalah benda yang partikel-partikelnya memenuhi
seluruh volume benda secara kontinu dan jaraknya satu dengan
yang lain selalu tetap. Bentuk benda tegar adalah tetap.
Kesetimbangan benda tegar lebih rumit daripada kesetimbangan
partikel, karena gerakan rotasi pada benda tegar yang mungkin
terjadi tidak dapat diabaikan.
1. Momen Gaya
Telah kamu ketahui bahwa momen gaya merupakan hasil kali
perkalian antara vektor posisi dengan gaya. Hasil perkalian
tersebut merupakan besaran vektor.
F x r
Oleh karena momen gaya merupakan besaran vektor, maka
momen gaya memiliki arah.
2. Kopel
Gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dan tidak
berimpit, akan membentuk kopel dan momen gayanya disebut
momen kopel (M), yang besarnya:
F r M .
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
23
Besaran dan Satuan
Titik Berat
Titik berat merupakan titik tangkap dari gaya berat suatu benda.
Letak titik berat benda-benda beraturan langsung ditentukan,
seperti segitiga, lingkaran dan segi empat.
Untuk menentukan letak titik berat
O
z
(
O O
y x ,
) benda beraturan
atau bangun dari benda-benda beraturan dapat digunakan
persamaan:
1. Untuk benda yang diketahui massa (m)
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
m m m
x m x m x m
m
m x
x
i
i i
O
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
m m m
y m y m y m
m
m y
y
i
i i
O
2. Untuk benda yang diketahui beratnya (w)
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
w w w
x w x w x w
w
w x
x
i
i i
O
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
24
Besaran dan Satuan
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
w w w
y w y w y w
w
w y
y
i
i i
O
3. Untuk benda yang diketahui luasnya (A)
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
A A A
x A x A x A
A
A x
x
i
i i
O
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
A A A
y A y A y A
A
A x
y
i
i i
O
4. Untuk benda yang diketahui panjangnya ()
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
l l l
x l x l x l
l
l x
x
i
i i
O
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
l l l
y l y l y l
l
l y
y
i
i i
O
5. Untuk benda yang diketahui Volumenya (V)
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
V V V
x V x V x V
V
V x
x
i
i i
O
...
...
3 2 1
3 3 2 2 1 1
+ + +
+ + +
V V V
y V y V y V
V
V y
y
i
i i
O
Titik Berat untuk Benda-Benda Homogen
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
25
Besaran dan Satuan
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
26
Besaran dan Satuan
Dinamika Rotasi
Momen Gaya (Torsi)
Torsi atau momen gaya merupakan hasil perkalian antara vektor
posisi (r) dengan gaya (F). Hasil perkalian tersebut merupakan
besaran vektor. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
F x r
adalah torsi atau momen gaya (dibaca tau). Besaran ini adalah
penyebab timbulnya perubahan gerak rotasi. Untuk memahaminya,
mari kita tinjau suatu benda tegar (benda yang tidak berubah
bentuk maupun ukurannya ketika diberi gaya) berupa batang
homogen yang bisa berotasi dengan poros salah satu ujungnya.
Kunci pas yang dipasak pada sumbu yang melewati O. Gaya F yang
bekerja membentuk sudut
2
Momen inersia benda dengan bentuk lainnya terhadap berbagai
sumbu dapat dihitung dengan cara yang sama.
Teorema Sumbu Paralel
Jika momen inersia benda terhadap pusat massa
pm
I
diketahui,
momen inersia benda terhadap sembarang sumbu yang parallel
dengan sumbu pusat massa dapat dihitung dengan menggunakan
teori sumbu parallel yang menyatakan:
2
Md I I
pm
+
dengan d adalah jarak dari sumbu pusat massa ke sumbu parallel,
dan M adalah massa benda.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
29
Besaran dan Satuan
Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut
Sebuah partikel bermassa m yang berotasi pada lingkaran berjari-
jari r akibat gaya tangensial F. Menurut hukum II Newton, gaya
tangensial F akan menimbulkan percepatan tangensial
t
a
. Oleh
karena momen gaya F r. dan percepatan tangensial
r a
t
,
maka diperoleh:
( ) ( ) [ ]
2
mr r m r ma r rF
t
Mengingat momen inersia partikel
2
.r m I , maka:
I
Energi Kinetik dan Usaha dalam Gerak Rotasi
Setiap benda yang bergerak pasti memiliki energi kinetik. Energi
kinetik yang dimiliki oleh benda yang berotasi dinamakan energi
kinetik rotasi. Besar energi kinetik ini dapat diturunkan dari energi
kinetik translasi sebagai berikut.
2
2
1
mv E
k
Karena
wr v
, maka:
( )
2 2 2
2
1
2
1
w mr rw m E
k
Karena momen inersia
2
.r m I , maka diperoleh
2
2
1
Iw E
k
1. Usaha dalam Gerak Rotasi
Momen gaya
Iw L
dengan:
L = momentum sudut (
1 2
s kgm )
I = momen inersia (
2
kgm )
w = kecepatan sudut (
1
rads )
1. Hubungan Momentum Sudut dengan Momen Gaya
Pada gerak linear kita memahami bahwa impuls sama dengan
perubahan momentum, yang dapat dinyatakan sebagai:
p t F
Secara analogi kita peroleh hubungan pada gerak rotasi sebagai
berikut.
t
L
L t
Dengan
t
L
0
), maka momentum sudut L akan konstan.
0
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
32
Besaran dan Satuan
0
t
L
atau L = konstan
Bunyi hukum kekekalan momentum sudut adalah sebagai
berikut:
Jika tidak ada resultan momen gaya luar yang bekerja pada
system (
0
), maka momentum sudut system adalah kekal,
ditulis
0
atau L konstan
Jika kita tinjau terhadap benda tegar yang berotasi dengan dua
keadaan yang berbeda, maka hukum kekekalan momentum
sudut dapat dituliskan sebagai berikut.
2 1
L L atau
2 2 1 1
w I w I
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
33
Besaran dan Satuan
Fluida
Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair
dan gas. Fluida dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu fluida
statis dan dinamis.
Fluida Statis
Tekanan (Hukum Pascal)
Dalam Hukum Pascal berbunyi :
Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah
2
2
1
1
A
F
A
F
dengan:
1
F = Gaya yang bekerja pada piston 1
2
F = Gaya yang bekerja pada piston 2
1
A = Luas penampang piston 1
2
A = luas penampang piston 2
Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan pada zat cair yang disebabkan
oleh beratnya sendiri.
h g P
h
. .
dengan:
h
P
= Tekanan Hidrostatik (
2
/ m N )
g
= Percepatan Gravitasi (
2
/ s m )
cos 2
y
= kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)
m
Q u A u A
u A u A
m m m m
2 2 1 1 2 1
2 2 2 1 1 1
2 1 2 1
maka , Jika
konstan
(steady) 0
38
Besaran dan Satuan
Suhu
Suhu didefinisikan sebagai derajat panas dinginnya suatu benda.
Alat untuk mengukur suhu adalah termometer, termometer ini
memiliki sifat termometrik zat yang berubah jika dipanaskan.
Prinsip semua termometer mempunyai acuan yang sama dalam
menetapkan skala yaitu titik lebur es murni dipakai sebagai titik
tetap bawah, sedangkan suhu uap air yang sedang mendidih pada
tekanan 1 atm sebagai titik tetap atas.
Perbandingan skala Celcius(C), Kelvin(K), Fahrenheit(F), dan
Reamur(R).
Pemuaian
Pemuaian terjadi baik pada zat padat, cair ataupun gas.
1. Pemuaian Zat Padat
Pemuaian Panjang
Jika suaut benda padat dipanaskan, benda tersebut akan
memuai ke segala arah. Dengan kata lain ukuran panjang,
luas, dan volum benda bertambah. Untuk benda padat yang
panjang tetapi luas penampangnya kecil, misalnya jarum
rajut, kita dapat saja hanya memperhatikan pemuaian zat
padat kea rah memanjangnya. Koefisien muai panjang (
)
suatu bahan adalah perbandingan antara pertambahan
panjang ( l ) terhadap panjang awal benda (
o
l
) per satuan
kenaikan suhu ( T ). Secara matematis dinyatakan sebagai:
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
39
Besaran dan Satuan
T l l
o
. .
Pemuaian luas
Bila benda padat berbentuk persegi panjang dipanaskan,
terjadi pemuaian dalam arah memanjang dan arah melebar.
Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian luas.
Pemuaian luas berbagai zat bergantung pada koefisien muai
luas. Koefisien muai luas (
dinyatakan sebagai:
T A A
o
. .
Pemuaian Volum
Bila benda padat berbentuk balok dipanaskan, akan terjadi
pemuaian dalam arah memanjang, melebar, dan meninggi.
Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian volum.
Pemuaian volum berbagai zat bergantung pada koefisien muai
volum. Koefisien muai volum (
dinyatakan sebagai:
T V V
o
. .
2. Pemuaian Volum Zat Cair
Sifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadah yang
ditempatinya. Jika air dituangkan ke dalam botol maka bentuk
air mengikuti bentuk botol. Jadi, wadah berarti volum. Karena
itu, zat cair hanya memiliki muai volum (tidak memiliki muai
panjang dan muai luas), sehingga untuk zat cair, yang diketahui
selalu koefisien muai volumnya.
3. Pemuaian Gas
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
40
Besaran dan Satuan
Untuk jumlah gas yang tetap, keadaan suatu gas dinyatakan
oleh tiga variabel, yakni tekanan, volum, dan suhu mutlaknya.
Dengan demikian persamaan pemuaian gas melibatkan ketiga
variabel ini.
Kalor
Kalor atau bahang adalah salah satu bentuk energi yang mengalir
karena adanya perbedaan suhu dan atau karena adanya usaha atau
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
41
Besaran dan Satuan
kerja yang dilakukan pada sistem. Kalor mempunyai satuan kalori,
satu kalori didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan 1 gram air
untuk menaikkan suhunya 1OC. Dalam sistem SI satuan kalor adalah
Joule. Satu kalori setara dengan 4,18 joule. Kalor jenis (c) adalah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu setiap 1kg massa benda
dan setiap 1 C kenaikan suhu. Kapasitas kalor ( C ) adalah
banyaknya kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu benda setiap
1 C. Dari kenyataan bahwa, kalor yang diberikan pada benda
sebanding dengan kenaikan suhu. Kalor yang diberikan pada benda
menaikkan suhu sebanding massa benda. Kalor yang diberikan pada
benda menaikkan suhu tergantung jenis benda. Maka kalor (Q) secara
matematis dinyatakan:
T c m Q . .
Perubahan Wujud Zat
Kita kenal ada tiga wujud zat, yaitu padat, cair, dan gas. Pada
umumnya semua zat pada suhu dan tekanan tertentu dapat
berubah dari satu wujud ke wujud yang lain. Misalkan H20 pada
wujud padat berupa es, dalam wujud cair berupa air, dan dalam
wujud gas berupa uap. Jumlah kalor yang diperlukan/dilepaskan
saat perubahan wujud (suhu tetap) dinyatakan dengan formula:
L m Q .
Q=jumlah kalor, satuannya joule.
m=massa zat, satuannya kg.
L=kalor laten (kalor lebur, kalor beku, kalor uap, dan kalor embun)
satuannya joule/kg.
Azas Black
Jika ada dua macam zat yang berbeda suhunya dicampurkan atau
disentuhkan, maka zat yang suhunya lebih tinggi akan melepas
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
42
Besaran dan Satuan
kalor yang sama banyaknya dengan kalor yang diserap oleh zat
yang suhunya lebih rendah.
Terima Lepas
Q Q
Kekekalan energi pada pertukaran kalor seperti persamaan diatas
pertama kali dikemukakan oleh Black seorang ilmuwan Inggris.
Perambatan Kalor
1. Konduksi
Perambatan kalor secara konduksi terjadi pada logam yang
dipanaskan. Partikel-partikel logam tidak berpindah,
perpindahan kalornya terjadi secara berantai oleh partikel yang
bergetar semakin cepat pada saat kalor yang masuk logam
semakin besar dan getaran partikel akan memindahkan kalor
pada partikel disampingnya, demikian dan seterusnya.
Formula:
(Q/t)= laju perpindahan kalor (J/s=W)
A = luas penampang (m
2
)
L = panjang bahan (m)
K = kondusivitas bahan (W/m.K)
T = selisih suhu (
O
C atau K)
2. Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas.
Pada perpindahan kalor ini bagian yang mendapat kalor
partikel-partikelnya akan berpindah ke suhu yang lebih rendah,
demikian dan seterusnya sehingga terjadi arus konveksi.
Formula:
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
) .( .
1 2
T T A h
t
Q
) (
.
1 2
T T
L
A k
t
Q
43
Besaran dan Satuan
(Q/t)= laju perpindahan kalor (J/s=W)
A = luas penampang (m
2
)
h = koef. konveksi (W/m
2
.K)
T = selisih suhu (
O
C atau K)
3. Radiasi/Pancaran
Proses perpindahan kalor secara radiasi terjadi dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah yang terpisah di
dalam ruang, bahkan terjadi di ruang hampa. Jadi perpindahan
kalor secara radiasi tanpa memerlukan medium (zat perantara)
dan dalam perambatannya dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.
Formula:
Teori Kinetik Gas
Teori kinetik mempelajari gerak molekul gas dalam ruangan tertutup.
Sifat-sifat gas ideal:
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
) .( .
4
2
4
1
T T
t
Q
Satu
benda
4
. . T A
t
Q
.
D u a
b e n d a
44
Besaran dan Satuan
1. Jumlah atom, molekulnya sangat banyak bergerak dengan laju
v
.
2. Jarak antarmolekul lebih besar dibandingkan diameter molekul.
3. Mengikuti hukum mekanika klasik.
4. Jika bertumbukan antarmolekul atau molekul dengan dinding
terjadi lenting sempurna.
Hukum Boyle
Hukum ini menyatakan: apabila suhu yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding
terbalik dengan volumenya. Untuk gas yang berada dalam dua
keadaan, keseimbangan yang berbeda pada suhu konstan dapat
dituliskan sebagai berikut.
2 2 1 1
.V P V P
Hukum Gay Lussac
Hukum ini menyatakan: apabila volume gas yang berada dalam
bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas
sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas dalam dua keadaan
keseimbangan yang berbeda pada volum konstan dapat dituliskan
sebagai berikut.
2
2
1
1
T
P
T
P
Hukum Charles
Hukum ini menyatakan: apabila tekanan gas yang berada dalam
bejana tertutup dipertahankan konstan maka volume gas
sebanding dengan suhu mutlaknya.
2
2
1
1
T
V
T
V
Hubungan kelajuan (
v
) dengan suhu (T)
m
RT
m
kT
v
3 3
Hubungan kelajuan (
v
) dengan tekanan (P)
P
v
3
Termodinamika
Hukum I Termodinamika
1. Hukum ini diterapkan pada gas, khususnya gas ideal
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
46
Besaran dan Satuan
nRT PV
T nR P V V P + . .
2. Energi adalah kekal, jika diperhitungkan semua bentuk energi
yang timbul.
3. Usaha tidak diperoleh jika tidak diberi energi dari luar.
4. Dalam suatu sistem berlaku persamaan termodinamika I:
W U Q +
Q = kalor yang diserap
U = perubanan energi dalam
W = usaha (kerja) luar yang dilakukan
Dari Persamaan Termodinamika I dapat Djabarkan:
1. Pada proses isobarik (tekanan tetap) P = 0; sehingga,
W = P . V = P (V2 - V1) P. V = n .R T
Q = n . Cp . T
U-= 3/2 n . R . T
maka Cp = 5/2 R (kalor jenis pada tekanan tetap)
2. Pada proses isokhorik (Volume tetap) V =O; sehingga,
W = 0 Q = U
Q = n . Cv . T
AU = 3/2 n . R . T
maka Cv = 3/2 R (kalor jenis pada volume tetap)
3. Pada proses isotermik (temperatur tetap): T = 0
;sehingga,
U = 0 Q = W = nRT ln (V2/V1)
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
47
Besaran dan Satuan
4. Pada proses adiabatik (tidak ada pertukaran kalor antara
sistem dengan sekelilingnya) Q = 0 Berlaku hubungan::
PV = konstan = Cp/Cv ,disebut konstanta Laplace
5. Cara lain untuk menghitung usaha adalah menghitung
luas daerah di bawah garis proses.
Usaha pada proses a b adalah luas abb*a*a
Perhatikan perbedaan grafik isotermik dan adiabatik penurunan
adiabatik lebih curam dan
mengikuti persamaan PV= C.
Jadi:
1. jika P > V, maka grafik adiabatik.
2. jika P = V, maka grafik isotermik.
Catatan:
1. Jika sistem menerima panas, maka sistem akan melakukan kerja
dan energi akan naik. Sehingga Q, W (+).
2. Jika sistem menerima kerja, maka sistem akan mengeluarkan
panas dan energi dalam akan turun. Sehingga Q, W (-).
3. Untuk gas monoatomik (He, Ne, dll), energi dalam (U) gas
adalah
U = Ek = 3/2 nRT = 1,67
4. Untuk gas diatomik (H2, N2, dll), energi dalam (U) gas adalah
Suhu rendah (T 100K)
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
48
Besaran dan Satuan
U = Ek = 3/2 nRT = 1,67
Suhu sedang
U = Ek =5/2 nRT = 1,67
Suhu tinggi (T > 5000K)
U = Ek = 7/2 nRT = 1,67
Hukum II Termodinamika
Tidak mungkin membuat suatu mesin yang bekerja secara terus-
menerus serta rnengubah semua kalor yang diserap menjadi usaha
mekanis. T1 > T2, maka usaha mekanis:
W = Q1 - Q2
= W/Q1 = 1 - Q2/Q1 = 1 - T2/T1
T1 = reservoir suhu tinggi
T2 = reservoir suhu rendah
Q1 = kalor yang masuk
Q2 =kalor yang dilepas
W = usaha yang dilakukan
= efesiensi mesin
Untuk mesin pendingin:
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
49
Besaran dan Satuan
= W/Q2 = Q1/Q2 -1 = T1/T2 - 1
Koefisien Kinerja = 1/
Mesin Karnot
Dalil :
Dari semua motor yang bekerja dengan menyerap kalor dari
reservoir T1 dan melepaskan kalor pada reservoir T2 tidak ada
yang lebih efisien dari motor Carnot.
BC ; DA = adiabatik
AB ; CD = isotermik
Mesin Carnot terdiri atas 4 proses, yaitu 2 proses adiabatik dan 2
proses isotermik. Kebalikan dari mesin Carnot merupakan mesin
pendingin atau lemari es. Mesin Carnot hanya merupakan siklus
teoritik saja, dalam praktek biasanya digunakan siklus Otto untuk
motor bakar (terdiri dari 2 proses adiabatik dan 2 proses isokhorik)
dan siklus diesel untuk mesin diesel (terdiri dari 2 proses adiabatik,
1 proses isobarik dan 1 proses isokhorik).
Gerak Gelombang
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
50
Besaran dan Satuan
Gelombang adalah perambatan getaran
1. Pembagian Gelombang karena Arah getarnya
- Gelombang transversal
- Gelombang Longitudinal
2. Pembagian Gelombang karena Amplitudo dan fasenya
- Gelombang Berjalan
- Gelombang Diam ( Stasioner)
3. Pembagian gelombang karena mediumnya
- Gelombang Mekanik
- Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Transversal
Simpangan Gelombang berjalan :
k
2
Secara umum persamaan gelombang berjalan :
,
_
x
ft A Y
P
2 2 sin
( ) kx ft A Y
P
t 2 sin
Dimana :
Yp = Simpangan gelombang di titik P ( m,cm )
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
p
t Sin Y
T
2
Y = A Sin (2ft - kx)
2 x
Y = A Sin (t - )
T v
t x
Y = A Sin (2 - 2 )
T
x
Y = A Sin (2ft - 2 )
51
Besaran dan Satuan
A = Amplitudo gelombang ( m,cm )
X = Jarak titik P dari titik pusat O ( m, cm )
V = Kecepatan rambat gelombang ( m/s, cm/s )
k = Bilangan gelombang
= Panjang gelombang ( m,cm )
f = Frekuensi Gelombang ( Hz )
T = Periode gelombang ( s )
= Kecepatan sudut ( rad/s )
t = Lamanya titik asal telah bergetar ( s )
t = Sudut fase gelombang ( rad)
Gelombang Stasioner (Gelombang Diam)
Pemantulan Pada Ujung Bebas
Untuk Gelombang Datang di titik P:
Untuk Gelombang pantul di titik P:
Untuk gelombang Stasioner
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
Y
P
= y
1
+ y
2
1
]
1
,
_
,
_
x l
T
t
A y 2 sin
2
1
]
1
,
_
+
,
_
x l
T
t
A y 2 sin
1
2
2
P
P
t l x t l x
t t
v T T
+ +
1
1
P
P
t l x t l x
t t
v T T
52
Besaran dan Satuan
Letak Simpul dan Perut :
Letak simpul dan perut dihitung dari ujung pantul ke titik yang
bersangkutan.
1. Letak Simpul
Simpul terjadi jika Ap= 0 dan dan secara umum teletak pada:
( )
4
1
. 1 2 + n Sn
2. Letak Perut
,
_
2
1
n Pn
Pemantulan pada ujung tetap
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
,
_
l
T
t x
A y
P
2 sin ) ( 2 cos 2
2 .cos2 ( ) .
x
A amplitudogelstasioner
2 .cos 2 ( )
P
x
A A
,
_
l
T
t
A y
P P
2 sin
Maka Simpangan Gelombang Stasioner di titik P :
sin 2 sin 2
p
t l x t l x
y A A
T T
1 1 _ _ _ _
+ +
1 1
, , , , ] ]
,
_
l
T
t x
A y
P
2 sin ) ( 2 cos 2
53
Besaran dan Satuan
Untuk Gelombang Datang di titik P:
Untuk Gelombang pantul di titik P:
Y=y1+y2
1
]
1
1
]
1
,
_
,
_
+
1
]
1
,
_
+
,
_
x l
T
t
A
x l
T
t
A Y 2 sin 2 sin
,
_
l
T
t
A Y
P
2 cos
Letak simpul dan perut :
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
1
]
1
,
_
+
,
_
x l
T
t
A y 2 sin
1
1
1
P
P
t l x t l x
t t
v T T
1
]
1
,
_
,
_
x l
T
t
A y 2 sin
2
tasioneor gel amplitudo A
A
x
A
p
P
.
) ( 2 sin 2
) ( 2 cos ) ( 2 sin 2
l
T
t x
A Y +
2
2
P
P
t l x t l x
t t
v T T
+ +
54
Besaran dan Satuan
Letak simpul dan perut merupakan kebalikan gel.stasioner pada
pemantulan ujung bebas.
Letak simpul ke n :
,
_
2
1
n Sn
Letak perut ke n:
( )
4
1
. 1 2 + n Pn
Gelombang Bunyi
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
55
Besaran dan Satuan
Benda yang bergetar dapat menghasilkan sumber bunyi, tetapi tidak
semua benda yang bergetar menghasilkan bunyi yang dapat diterima
oleh pendengaran manusia, adanya keterbatasan pendengaran
manusia menerima frekuensi bunyi. Batasan frekuensi yang dapat
diterima oleh manusia akan kita bahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya.
Bunyi yang dihasilkan sumber bunyi dicirikan oleh frekuensi yang
dihasilkan, ciri tersebut akan kita bicarakan pada pembahasan ini
adalah terbatas pada dawai dan pipa organa.
Dawai
Getaran yang dihasilkan dari getar, biola ataupun kecapi
merupakan sumber bunyi . Hal ini telah dirumuskan oleh Marsene
dengan menunjukkan persamaan-persamaan sebagai berikut :
1. Nada Dasar atau harmonik (
L
2
1
)
L
V
fn
2
V
f
1
3. Nada Dasar atau harmonik (
L
2
3
)
L
V
f
2
3
2
Dengan demikian untuk kecepatan perambatan pada dawai tetap,
akan diperoleh perbandingan antara frekuensi nada-nada pada dawai
sebagai berikut :
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
3 : 2 : 1
2
3
: :
2
: :
2 1 0
L L
v
L
v
f f f
56
Besaran dan Satuan
Perbandingan frekuensi nada-nada tersebut merupakan bilangan bulat
Telah kita ketahui bahwa kecepatan rambat gelombang dalam dawai
adalah :
1. Nada Dasar:
2. Nada Atas Pertama:
3. Nada Atas Kedua:
Secara umum frekuensi nada - nada pada senar dirumuskan :
F
L
n
fn
2
1 +
Ket :
F = Tegangan Dawai ( N )
= massa persatauan panjang (kg/m )
L = Panjang dawai ( m )
fn = frekuensi nada ke n ( Hz )
Pipa Organa
1. Pipa Organa Terbuka
Pipa organa terbuka adalah alat tiup berupa tabung yang kedua
ujungnya terbuka.
Nada dasar (
o
f
)
Nada atas pertama (
1
f )
Nada atas kedua (
2
f )
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
Melde Hukum maka
F
v ,
F
L
f
2
1
0
1
1 F
f
L
2
3
2
F
f
L
L
v
f L
2
3
1
2 2
1
L
v
f L
1
L
v
f L
2
0 2
1
57
Besaran dan Satuan
Dengan demikian, diperoleh perbandingan antara frekuensi
nada-nada pada pipa organa terbuka sbagai berikut :
a. Frekuensi nada dasar
b. Frekuensi nada atas pertama
c. Frekuensi nada atas kedua
Secara umum , bentuk persamaan frekuensi
v
L
n F
L
n
fn .
2
1
2
1 +
F
L
f
2
1
0
F
L
f
1
1
F
L
f
2
3
2
L
v
f L
4
0 4
1
L
v
f L
4
3
1 4
3
L
v
f L
4
5
2 4
5
58
Besaran dan Satuan
Efek Doppler
Tinggi rendahnya nada suatu bunyi berhubungan dengan frekuensi
gelombang yang masuk ke telinga seseorang. Besar kecilnya frekuensi
gelombang yang diterima pendengar dapat dicari dengan
menggunakan rumus berikut.
s
o
o
p
f
v v
v v
f .
t
t
Keterangan:
p
f
= frekuensi gelombang yang diterima pendengar (Hz)
s
f
= frekuensi gelombang yang dipancarkan sumber bunyi (Hz)
v
= cepat rambat gelombang bunyi di udara (m/s)
p
v
= kecepatan pendengar (m/s)
s
v
= kecepatan sumber bunyi (m/s)
Cepat rambat bunyi di udara (
v
) selalu bertanda positif. Untuk
komponen-komponen persamaan lain berlaku sebagai berikut.
1.
s
v
bertanda positif bila sumber bergerak menjauhi
pendengar dan bertanda negatif bila sumber bergerak mendekati
pendengar.
2.
p
v
bertanda positif bila pendengar bergerak mendekati
sumber bunyi dan bertanda negatif bila pendengar bergerak
menjauhi sumber bunyi.
3.
p
v
= 0, bila pendengar diam
4.
s
v
= 0, blia sumber bunyi diam
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
59
Besaran dan Satuan
Optik Geometri
Optika
1. Optika Geometri
a. Hukum Pemantulan Snellius
Sinar datang (AB), sinar pantul BC dan garis normal (n),
terletak pada satu bidang datar.
Sudut datang (i) = sudut pantul (t)
b. Cermin Datar
Sudut sinar pantul = 2 kali sudut perputaran cermin.
Jumlah bayangan yang terlihat sebagai berikut.
n = jumlah bayangan yang terlihat
= sudut antara 2 cermin datar yang dipasang berhadapan.
c. Cermin Cekung (Cermin Positif)
Ketentuan:
Jika benda tidak terletak pada titik-titik transmisi, jumlah nomor
ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu = 5.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
60
Besaran dan Satuan
d. Cermin Cembung (Cermin Negatif)
Catatan :
Cermin cembung mempunyai f bernilai negatif. jadi, misalnya
benda berada 40 cm di depan cermin cembung yang jari-jarinya
20 cm, letak bayangan dihitung sebagai berikut.
e. Pembiasan (Refraksi)
i = sudut datang
r = sudut bias
n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1.
V1 dan V2 = kecepatan cahaya di dalam zat 1 dan zat 2.
nud = indeks bias udara = 1
2. Optika Fisik
a. Sudut Dispersi
Q = D
u
- D
m
Q = sudut dispersi
D
u
dan D
m
= deviasi sinar ungu dan sinar merah
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
61
Besaran dan Satuan
b. Celah Ganda (Percobaan Young)
Garis Terang (Interferensi Maksimum)
Garis Gelap (Interferensi Minimum)
= panjang gelombang cahaya
d = jarak antar celah
p = jarak antara dua garis gelap atau 2 garis terang
berurutan
L = jarak celah ke layar
k = 1,2,3 .. dst
c. Celah Tunggal
Garis Terang (Interferensi Maksimum)
Garis Gelap (Interferensi Minimum)
= sudut deviasi
d. Difraksi Kisi
Garis Terang (Interferensi Maksimum)
Garis Gelap (Interferensi Minimum)
e. Selaput Tipis
Garis Terang (Interferensi Maksimum)
Garis Gelap (Interferensi Minimum)
n = indeks bias selaput tipis
d = tebal selaput tipis
r = sudut bias
f. Polarisasi
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
62
Besaran dan Satuan
Gelombang Elekrtomagnetik
Gelombang elektromagnetik memiliki sifat-sifat yang sama seperti
cahaya sebagi berikut.
1. Dapat merambat dalam ruang hampa (tidak memerlukan
medium untuk merambat.
2. Tidak bermuatan listrik.
3. Merupakan gelombang transversal, yaitu arah getarnya tegak
lurus dengan arah perambatannya.
4. Memiliki sifat umum gelombang, seperti dapat mengalami
polarisasi, pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), interferensi,
dan lenturan (difraksi).
Secara umum, panjang gelombang, frekuensi, dan kecepatan
perambatan gelombang elektromagnetik memenuhi persamaan
berikut.
f c .
Spektrum gelombang elektromagnetik dari frekuensi terkecil sampai
frekuensi terbesar sebagai berikut.
1. Gelombang radio dan televisi.
2. Gelombang mikro.
3. Sinar infrared.
4. Cahaya tampak.
5. Sinar ultraviolet (UV).
6. Sinar-X
7. Sinar gamma.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
63
Besaran dan Satuan
Fisika Modern
A. Relativitas
V1 = kecepatan suatu sistem I terhadap pusat koordinat tertentu.
V2 = kecepatan sistem II terhadap sistem I
C = kecepatan cahaya dalam ruang hampa
V = kecepatan sistem II terhadap pusat koordinat atau terhadap
sistem lain di luar koordinat
L = panjang batang yang diamati pengamat yang bergerak searah
memanjang batang
L = panjang batang yang diamati pengamat yang diam
V = kecepatan pengamat
C = kecepatan cahaya dalam hampa udara
= selang waktu antara 2 kejadian yang diamati oleh
pengamat yang bergerak
= selang waktu antara 2 kejadian yang diamati oleh
pengamat yang dia
U = kecepatan pengamat
C = kecepatan cahaya dalam hampa udara
mo = massa partikel dalam keadaan diam
m = massa partikel dalam keadaan bergerak
C = kecepatan cahaya dalam hampa udara
E = m . C
2
E = energi yang timbul
m = massa hilang yang berubah menjadi energi
C = kecepatan cahaya dalam hampa udara
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
64
Besaran dan Satuan
B. Teori Kuantum
E = h . f
E = kuantum energi dalam joule
h = konstanta Planck = 6,625 x 10
-34
joule . detik
h = konstanta Planck = 6,625 x 10
-34
joule.detik
f = frekuensi gelombang electromagnet yang datang (Hz)
fo = frekuensi batas (Hz)
me= massa elektron (kg)
Vo = kecepatan elektron
hf = W + Ek
hf = energi foton yang datang
W = energi pelepasan elektron
Ek = energi kinetik elektron
= panjang gelombang de Broglie
= konstanta Planck
= massa partikel
= kecepatan partikel
= momentum foton
= konstanta Planck
= kecepatan cahaya (foton)
= panjang gelombang cahaya (foton)
= panjang gelombang foton setelah tumbukan
= panjang gelombang foton mula-mula
= konstanta Planck
= sudut penyimpangan foton
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
65
Besaran dan Satuan
Dualisme Gelombang Partikel
Dalam dualisme antara elektron sebagai partikel dan elektron sebagai
gelombang, beberapa hal perlu kita catat.
Bahwa elektron dapat dipandang sebagai gelombang tidaklah
berarti bahwa elektron adalah gelombang; akan tetapi kita dapat
mempelajari gerakan elektron dengan menggunakan persamaan
diferensial yang sama bentuknya dengan persamaan diferensial
untuk gelombang.
Elektron sebagai partikel mempunyai massa tertentu, m. Elektron
sebagai gelombang mempunyai massa nol, tetapi memiliki panjang
gelombang yang terkait dengan massa dan kecepatan elektron
yaitu
g e
mv
h
mv
h
.
Elektron sebagai partikel memiliki energi total yang terdiri dari
energi potensial dan energi kinetik yaitu
2
2
e
P K P
mv
E E E E + + .
Elektron sebagai gelombang mempunyai energi total
. . h f h E
.
Elektron sebagai partikel mempunyai momentum
2
2
e
mv
P .
Elektron sebagai gelombang memiliki momentum
h
k
h
P .
Kita tidak dapat menentukan momentum dan posisi elektron secara
simultan dengan masing-masing mempunyai tingkat ketelitian yang
kita inginkan secara bebas. Kita dibatasi oleh prinsip ketidakpastian
Heisenberg: h x P .
Demikian pula halnya dengan energi dan waktu: h t E .
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
66
Besaran dan Satuan
Nuklir
Gaya Nuklir / Interaksi Kuat
Yang dimaksud dengan gaya nuklir atau interaksi kuat (biasa dikenal
juga dengan gaya inti kuat) di sini yaitu, interaksi antar 2 nukleon
atau interaksi nukleonnukleon (interaksi NN): antar p dan p, p dan n
serta n dan n.
Pada model inti kulit, contohnya, ditemui juga interaksi inti, yang
direpresentasikan oleh sebuah potensial inti. Dalam hal ini, interaksi
tersebut merupakan interaksi inti efektif antar satu nukleon dan sisa
nukleon dalam inti. Dapat dikatakan, bahwa interaksi inti efektif
merupakan jumlah / resultan semua interaksi NN dalam inti.
Menurut model standar fisika partikel (yang sudah diterima
fisikawan), interaksi kuat sebenarnya interaksi antar quark. Quark
merupakan penyusun nukleon dan juga partikel-partikel lain, yang
semuanya termasuk jenis partikel hadron, yang terdiri dari jenis
meson dan barion. Jadi, interaksi kuat bermakna lebih luas dari
sekedar interaksi NN. Pada bagian ini akan dibahas interaksi kuat
dalam arti khusus, yaitu sebagai interaksi NN. Ini tidak membuat
pembahasan menjadi tidak penting, mengingat:
sebelum ditemukan quark, interaksi kuat dianggap sebagai
interaksi NN,
karena kerumitan dalam perhitungan, sampai sekarang
masih dikerjakan
interaksi kuat dalam bentuk interaksi NN atau interaksi antar hadron.
Salah satu interaksi fundamental* selain interaksi kuat yaitu interaksi
elektromagnetik (e.m.). Interaksi e.m. telah dengan sukses
dijabarkan denganalat atau kerangka yang disebut elektrodinamika
electrodynamics (QED). Interaksi e.m. kuantum / quantum
digambarkan berlangsung sebagai pertukaran foton antar 2 muatan
listrik. Jadi, foton merupakan pembawa (carrier) interaksi e.m.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
67
Besaran dan Satuan
Yukawa (1935) yang pertama melontarkan ide, bahwa interaksi kuat
berlangsung sebagai pertukaran suatu partikel dari jenis meson antar
nukleon. Berdasarkan jangkauan interaksi kuat, Yukawa menghitung
massa meson tersebut, yang pada saat itu belum ditemukan.
Interaksi fundamental di alam ada 4 yaitu, interaksi gravitasi, interaksi
elektromagnetik (e.m.), interaksi kuat dan interaksi lemah. Segala
proses di alam berlangsung akibat satu atau lebih dari interaksi
fundamental tersebut. Beberapa sifat interaksi fundamental:
Interaksi gravitasi paling lemah. Interaksi kuat paling kuat.
Interaksi gravitasi dan interaksi e.m. berjangkauan panjang (tak
berhingga). Interaksi kuat dan interaksi lemah berjangkauan pendek
(kurang lebih seukuran dimensi nukleon).
Astrofisika Nuklir
Obyek dalam astrofisika nuklir yaitu, produksi energi dan penciptaan
unsur-unsur di alam (nukleosintesis) yang berlangsung di bintang.
Berdasarkan proses pembentukannya terdapat dua jenis bintang yaitu,
bintang generasi pertama dan bintang generasi kedua.
Bintang Generasi Pertama
Bintang generasi pertama terbentuk akibat keruntuhan gravitasi
(gravitational collapse) awan hidrogen dan helium-4. Akibat tarikan
gravitasi maka ukuran atau
radius awan tersebut mengecil. Mengecilnya ukuran awan itu
mengakibatkan energi potensial gravitasi berkurang dan energi kinetik
atom-atomnya meningkat, karena energi tetap. Kenaikan energi kinetik
menyebabkan kenaikan temperatur awan itu. Suhu (energi kinetik) yang
tinggi memungkinkan terjadinya reaksi fusi hidrogen menjadi helium-4,
yang akhirnya menghasilkan energi. Reaksi itu menimbulkan tekanan
yang melawan tarikan gravitasi. Jika massa awan itu melampaui suatu
massa kritis, tekanan yang dihasilkan mampu mengimbangi tarikan
gravitasi, maka
jadilah awan itu sebuah bintang. Melalui reaksi yang menghasilkan energi
itu
tercipta juga unsur-unsur yang ditemui di alam, dengan A 60.
Massa bintang menentukan temperatur T di dalamnya dan juga energi
serta unsur yang diproduksinya.
Bintang Generasi Kedua
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
68
Besaran dan Satuan
Sisa-sisa bintang mati mengandung unsur-unsur berat. Dari sisa-sisa ini
dapat terbentuk bintang baru, yang disebut bintang generasi kedua.
Selain unsur-unsur berat, bintang generasi kedua juga terdiri berat,
bintang generasi kedua juga terdiri dari atom-atom hidrogen dan helium-
4. Berbeda dari yang berlangsung di bintang generasi pertama, proses
fusi empat proton menjadi helium-4 bukan melalui siklus proton,
melainkan siklus CNO.
Reaktor Nuklir
Dari grafik energi ikat rata-rata per nukleon atau fraksi ikat terhadap
nomor massa dapat dilihat, bahwa jika inti-inti ringan bergabung (fusi)
membentuk inti yang lebih berat, maka energi dilepaskan, karena fraksi
ikat inti yang lebih berat itu lebih tinggi dari fraksi ikat inti-inti
pembentuknya yang lebih ringan. Hal serupa berlaku jika inti berat pecah
(fisi) menjadi inti-inti yang lebih ringan, energi juga dilepaskan. Dengan
begitu, orang dapat menghasilkan energi dari reaksi inti. Reaksi fusi
terjadi secara alamiah di bintang-bintang, tempat energi dan juga unsur-
unsur dihasilkan. Di sana temperatur sangat tinggi, sehingga
memungkinkan reaksi fusi terjadi (temperatur tinggi berarti energi kinetik
tinggi, sehingga memperbesar peluang partikel-partikel untuk saling
asar penciptaan energi dalam fusi dengan begitu sulit dilakukan. Reaksi
fisi dapat dibuat berdekatan melewati potensial penghalang Coulomb).
Secara buatan reaksi dan ini dijadikan reaktor nuklir. Reaktor nuklir
pertama dibangun oleh Fermi 1942. Reaktor nuklir dan bom nuklir sama-
sama memanfaatkan reaksi berantai yang menghasilkan energi. Bedanya,
dalam reaktor nuklir reaksi itu dikontrol sedangkan pada kasus bom nuklir
reaksi itu tidak dikontrol.
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
69
Besaran dan Satuan
Listrik Dinamis
Arus Listrik
Arus Searah (D.C.)
Arus searah adalah arus listrik yang nilainya hanya positif atau
hanya negatif saja (tidak berubah dari positif kenegatif, atau
sebaliknya).
Arus Listrik
Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan
listrik dalam arah tertentu. Arah arus listrik yang mengalir
dalam suatu konduktor adalah dari potensial tinggi ke potensial
rendah (berlawanan arah dengan gerak elektron).
Kuat Arus listrik (I)
Kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang menembus
penampang konduktor tiap satuan waktu.
I = Q/t = n e v A
Q = muatan listrik
n = jumlah elektron/volume
v = kecepatan elektron
Rapat Arus (J)
Rapat arus adalah kuat arus per satuan luas penampang.
J = I/A = n e v
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
70
Besaran dan Satuan
e = muatan 1 eleltron = 1,6 x 10E
-19
A = luas penampang yang dilalui arus
Hambatan Jenis Dan Hambatan Listrik
= E/J R = L/A
r = hambatan jenis (ohm.m)
E = medan listrik
J = rapat arus
R = hambatan (ohm)
L = panjang konduktor (m)
Hubungan Hambatan Jenis dan Hambatan dengan Suhu
t = o(1 + t)
Rt = Ro(1 + t)
Rt t,
= hambatan jenis dan hambatan pada tC
Ro o,
= hambatan jenis dan hambatan awal
p
r
R
n
I
d
+
= ggl (volt)
d
r
= hambatan dalam elemen
R = hambatan luar
p = banyaknya elemen yang disusun paralel
Rangkaian Hambatan Disusun Seri dan Paralel
Seri
R = R1 + R2 + R3 + ...
V = V1 + V2 + V3 + ...
I = I1 = I2 = I3 = ...
Paralel
...
1 1 1 1
3 2 1
+ + +
R R R R
V = V1 = V2 = V3 = ...
I = I1 + I2 + I3 + ...
Besaran dan Satuan Muhammad Nashiruddin
Tahun 2010
72
Besaran dan Satuan
Energi Listrik
W = V I t = Vt/R = IRt
Joule = Watt.detik
KWH = Kilo.Watt.jam
Daya Listrik
Daya listrik (P) adalah energi listrik yang terpakai setiap detik.
P = W/t = V I = V/R = IR
Rangkaian Listrik
Hukum Kirchoff I : jumlah arus menuju suatu titik cabang sama
dengan jumlah arus yang meninggalkannya.
out in
I I