You are on page 1of 18

ORGAN REPRODUKSI BETINA

PENDAHULUAN Latar Belakang Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan merukan cirri khas dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi species akan punah. Kelangsungan individu sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian spesies. Untuk terjadinya proses reproduksi seksual, hewan perlu mempunyai organ reproduksi yang mampu menghasilkan gamet, setelah itu harus melalui perkawinan. Organ reproduksi primer pada hewan betina adalah ovarium, tanpa ovarium pada hewan betina maka hewan tersebut tidak akan memperoleh keturunan atau anak. Pada mamalia betina vungsi ovarium adalah siklus di alam dan berkaitan dengan perubahan siklus dalam organ kelamin betina. Oleh karena itu, pada praktikum reproduksi ternak yang telah dilaksanakan yaitu pada percobaan pengenalan organ kelamin betina. Di dalam praktikum ini, bertujuan untuk mengetahui dan melihat secara langsung nama organ, letak serta fungsi organ-organ reproduksi pada hewan betina.

Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum mengenai Pengenalan Organ Kelamin Betina adalah untuk mengetahui bentuk ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin betina serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut. Kegunaan dari praktikum mengenai Pengenalan Organ Kelamin Betina adalah agar dapat mengenal dan mengetahui fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin betina. METODOLOGI PRAKTIKUM Metode Praktikum Pertama-tama menyiapkan organ kelamin betina lalu membersihkan dengan air dan kemudian membersihkan dari lemak yang membungkus bagian-bagian organ. Mengidentifikasi setiap bagian-bagian organ dan mengenali letak serta fungsi setiap bagian-bagian organ tersebut. Lalu mengukur panjang serta diameter masing-masing bagian organ kelamin kemudian mencatat data yang diperoleh ke dalam tabel. PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-Bagian Organ Kelamin Sapi Betina yang sedang Bunting. Bagian Organ Parameter Yang Diukur Bentuk Warna Panjang (cm) Lingk. Diameter (cm) Ovarium Kiri Oval Orange - 1,7 Ovarium Kanan Oval Kuning - Oviduct Kiri Silinder Putih Pucat 4 2,2 Oviduct Kanan Silinder Putih Pucat 15 1,7 Cornua Uteri Kiri Tanduk Putih Pucat 27 7,6 Cornua Uteri Kanan Tanduk Putih Pucat 20 4,6 Corpus Uteri Segitiga Putih Pucat 19,5 11,5 Cerviks Memanjang Merah pucat 5,6 3,2 Vagina Oval Merah pucat 15,1 4,1

Folikel Bulat Orange 1 0,5 Corpus Luteum Oval Orange Sumber : Hasil Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Dasar 2010. Tabel 2. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-Bagian Organ Kelamin Sapi Betina yang tidak Bunting. Bagian Organ Parameter Yang Diukur Bentuk Warna Panjang (cm) Lingk. Diameter (cm) Ovarium Kiri Oval Kuning telur 2,4 1,6 Ovarium Kanan Oval Kuning telur 3 1,8 Oviduct Kiri Lonjong Keunguan 20,2 0,4 Oviduct Kanan Lonjong Keunguan 18,9 0,6 Cornua Uteri Kiri Tanduk Kuning 16,4 3 Cornua Uteri Kanan Tanduk Kuning 20,9 3,2 Corpus Uteri Segitiga Kuning 6,2 4,3 Cerviks Memanjang Putih pucat 6,8 3,1 Vagina Oval Keunguan 20,2 2,2 Folikel - - - Corpus Luteum - - - Sumber : Hasil Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Dasar 2010. Pembahasan 1. Organ Kelamin Primer Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya bentuk ovarium pada hewan ruminansia, dalam hal ini sapi adalah bulat atau oval dan berwarna orange baik ovarium kanan, maupun pada ovarium kiri. Dimana pada ovarium kiri sapi yang sedang bunting memiliki diameter 1,7 cm. Ovarium kiri pada sapi tidak bunting panjangnya 2,4 cm dengan diameter 1,6. Ukuran yang dimiliki oleh ovarium tersebut bervariasi tergantung pada jenis ternak dan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa ovaria bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 1932 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr. Dari hasil yang tersebut dapat pula diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang dibanding dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologik ia lebih aktif. Ovarium pada sapi mengandung folikel dan corpus luteum. Dimana keduanya memiliki bentuk yang oval. Folikel berwarna kuning sedangkan corpus luteum berwarna kuning coklat. Corpus luteum berada dibagian permukaan sehingga terlihat seperti benjolan. Ukurannya sangat kecil, folikel panjangnya 1 cm dengan diameter 0,5 cm sedangkan pada sapi yang tidak bunting folikel dan corpus luteumnya tidak berkembang, hal ini berkaitan dengan fungsi keduanya dalam hal menghasilkan hormon yang berperan dalam kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Folikel pada ovarium bergaris tengah 12 mm. Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm. Sedangkan corpus luteum yang telah matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang tidak bunting dan normal, corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil. Corpus luteum pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium selama kebuntingan. 2. Organ Kelamin Sekunder a. Oviduct Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa oviduct merupakan saluran yang panjang dan kecil serta berkelok-kelok, yang menjadi penghubung antara ovarium dan uterus. Dimana oviduct merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai dengan Frandson (1986) yang menyatakan bahwa Oviduct atau disebut tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari tiap ovari

menuju ke tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi bunting panjang 15 cm dan diameter 1,7 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjang oviduct kiri 4 cm dan diameter 2,2 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung pada jenis ternak, pertumbuhan serta kebuntingan (Salisbury, 1985). b. Uterus Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa uterus terdiri dari cornua uteri dan corpus uteri. Dimana cornua uteri memiliki bentuk yang menyerupai tanduk, dengan warna yang putih kekuningan atau pucat. Pada sapi betina yang bunting panjang cornua uteri kiri 27 cm dengan diameter 7,6 cm sedangkan cornua uteri kanan panjang 20 cm dan diameter 4,6 cm. Pada sapi betina tidak bunting cornua uteri kiri panjangnya 16,4 cm dan berdiameter 3 sedangkan cornua uteri kanan panjangnya 20,9 dan diameter 3,2 cm. Sedangkan corpus uteri memiliki bentuk yang lonjong dan berwarna putih pucat. Ukurannyapun bervariasi. Dimana corpus uteri sapi betina bunting panjang 19,5 dan diameter 11,5 cm. Corpus uteri sapi betina tidak bunting panjangnya 6,2 cm dan diameter 4,3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, Dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan faktor lain. Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Yang memiliki corpus uteri yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2010) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). c. Cerviks Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa cerviks memiliki bentuk yang membulat seperti cincin dan kadang pula tidak beraturan. Cerviks merupakan sambungan dari uterus yang menuju ke vagina. Cerviks berfungsi sebagai pintu yang menutup kemungkinan masuknya bakteri ke dalam uterus. Disamping itu cerviks juga menghasilkan mucus atau lendir sebagai pelicin. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1986), yang menyatakan bahwa cerviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Cerviks merupakan sfingter otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Cerviks akan mengeluarkan mucus yang mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus berguna mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus. Cerviks pada sapi yang bunting panjangnya 5,6 cm, berdiameter 3,2 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjangnya 6,8 dan diameter 3,1 cm. Hal ini sesuai pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Cervix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. d. Vagina Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa vagina memiliki bentuk seperti tabung (pipa), yang berwarna pucat (putih kekuningan). Ukurannya bervariasi dimana pada sapi bunting panjangnya 15,1 cm, berdiameter 4,1 cm. Pada sapi tidak bunting panjang 20,2 cm dan diameter 2,2 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2010), vagina berbentuk tubulus sepanjang 15-20 cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina. 3. Organ Kelamin Luar a. Vulva Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, diperoleh bahwa vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar yang berada tepat dibawah anus, yang berfungsi sebagai bagian untuk mendeteksi birahi, tempat masuknya penis serta jalan keluarnya foetus. Vulva memiliki bibir yang disebut labia mayor dan minor. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), bahwa Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya. b. Clitoris Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa clitoris juga bagian organ kelamin luar pada betina yang masih menjadi bagian dari vulva yang mirip dengan penis pada jantan. Dimana letaknya tersembunyi di dalam jaringan vulva dan arcus ischiadicum. Hal ini sesuai dengan pendapat Saliasbury (1985), bahwa tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang clitoris kira-kira 10 cm. Clitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Klitoris membriorik homolog dengan penis sedang vulva homolog dengan skrotum. Semua bagian dari alat kelamin bagian luar ini yaitu klitoris mempunyai banyak ujung-ujung saraf perasa. Syaraf perasa ini memegeng peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris dapat sedikit bereaksi karena mengandung sepasang unsure cavernus yang kecil sedang vulva dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir kedalamnya (Anonimb, 2010). Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : - Organ kelamin betina terbagi atas 3 yaitu organ kelamin primer (ovarium), organ kelamin sekunder oviduct atau tuba fallopi, uterus, cerviks dan vagina dan organ kelamin luar (vulva dan chlitoris). - Ovarium berbentuk oval berwarna orange dengan diameter 1,7 cm, yang berfungsi untuk menghasilkan ovum dan hormone. - Oviduct kiri berbentuk tabung silinder kecil berwarna putih pucat, panjang 4 cm dengan diameter 2,2 cm dan oviduct kanan memiliki panjang 15 cm dengan diameter 1,7 cm. Fungsi oviduct adalah sebagai tempat fertilisasi. - Uterus terbagi 2 yaitu cornua uteri dan corpus uteri. Pada cornua uteri kiri berbentuk tanduk silinder berwarna putih pucat begitu pula pada cornua uteri kanan, panjang cornua uteri kiri 27 cm dengan diameternya 7,6 cm sedangkan panjang cornua uteri kanan 20 cm dengan diameter 4,6 cm. Panjang corpus uteri 19,5 cm dengan diameter 11,5 cm dan berbentuk bulat menyerupai segitiga, berfungsi menerima ovum yang telah dibuahi dan berkembang menjadi embrio. - Cerviks berbentuk tabung berwarna merah pucat dengan panjang 5,6 cm dengan diameter 3,2 cm seperti cincin, yang berfungsi sebagai pelindung uterus. - Vagina berbentuk silinder berwarna merah pucat dan panjangnya 15,1 cm dengan diameter 4,1 cm, yang berfungsi sebagai organ kopulasi dan tempat keluarnya anak dan masuknya spermatozoa. - Vulva dan chlitoris berfungsi pada saat terjadi perkawinan alamiah yang masing-masing terletak paling luar dari organ kelamin betina. Saran Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka sebaiknya organ yang digunakan cukup satu hewan saja, selain memudahkan dalam laporan, juga memudahkan dalam pencarian literatur atau daftar pustaka. DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2010. Ovarium Betina. "http://id.wikipedia.org/wiki/Ovarium". Di akses pada tanggal 13 Maret 2010. ______b. 2009. Ovarium. (http://www.google. Ovarium). Di akses pada tanggal 14 Maret 2010. Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang. Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta. Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

LAPORAN FISIOLOGI REPRODUKSI ORGANISME AKUATIK

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisiologi adalah adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi. Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna physis, "asal-usul" atau "hakikat", dan logia, "kajian". Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan (Wikipedia, 2012). Fisiologi hewan air adalah Ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel dari suatu organisme (ikan sebagai hewan air). Termasuk dalam Fisiologi Hewan Air adalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan (adaptasi), Metabolisme, Peredaran darah, Respirasi, Reproduksi dan Pengambilan makanan (nutrisi) (Zaldi, 2010). Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. ada tiga strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah hanya bilamana energi cukup tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan energi; 3). Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati. Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting untuk diketahui karena menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masnyarakat, mahasiswa, maupun instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan. Strategi reproduksi biasanya melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan dalam hubungannya dengan kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang menonjol adalh ikan yang memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah telur yang besar, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.

Berdasarkan strategi reproduksi yang dimiliki oleh hewan-hewan air, maka dikenal 3 tipe reproduksi yaitu: 1). Reproduksi aseksual, diaman anak yang dihasilkan tanpa penggabungan gamet, biasanya banyak dijumpai padan hewan vertebrata; 2). Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, umumnya dilakukan oleh hewan-hewan teristrial, dan dalam beberapa juga ikan perenang cepat; 3). Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, merupakan penggabungan dua gamet (sperma dan telur) diluar masing-masing tubuh masing-masing induk. Fertlisais external terjadi dimana ikan jantan dan betina berdekatan dan mengeluarkan sel telur serta sperma secara terkoordinir. Kemungkinan fertlisasi diperbesar oleh besarnya jumlah telur dan sperma yang diproduksi dalam satu kali pemijahan.

1.2. TujuandanManfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum fisiologi reproduksi organisme akuatik yang selama ini dilakukan adalah: 1. Mahasiswa bisa mengenali dan mengetahui kualitas sperma dan telur ikan patin selain itu dapat menghitung volume semen, motilitas semen dan viabilitas semen. Serta mengetahui diameter telur dan letak dari inti sel telur. 2. Mahasiswa bisa mengetahui indeks gonad somatik (IGS), indeks hati somatik (IHS) dan indek usus somatik (IUS) dari ikan sepat siam. Serta dapat mengetahui golongan dari TKG ikan, mengetahui diameter telur ikan dan fekunditas telur ikan. 3. Mahasiswa dapat mengetahui dari perkembangan embrio dari ikan mas yang membeikan manfaat dalam proses budidaya perikanan 4. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan histologi dari testis ikan baung. Sehingga memberikan manfaat penambahan pengetahuan dari penglihatan TKG ikan secara histologi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang (Raharjo, 1980 dalam Lisa, 2009).

Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerahbermusim empat antara lain ialah suhu dan makanan.Tetapi untuk ikan di daerahtropic faktor suhu secara relative perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Effendie, 2002). Pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal (eksogenous) dan internal (endogenous). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap pematangan gonad akhir dan ovulasi oosit. Faktor eksternal yang mempengaruhi reproduksi yaitupendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin praovulasi danrespon ovarium terhadap GtH. Sedangkan faktorek sternal yang mempengaruhipemijahan adalah photo periode, suhu, substrat untuk pemijahan dan hubungandengan individu lain (faktorsosial) (Djariah, 2002). Menurut Kesteven dalam Bagenal dan Braum (1971) gonad yang sudah jelasbentuknya, berbentuk testes atau ovary ialah apabila individu ikan itu sudah mulaimatang gonad (kelamin) berada pada tahap perkembangan I atau ke III. Akan tetapijika masih berada pada tahap kematangan gonad 1 dan 2 masih agak suli tuntukdibedakan bentuknya dengan mata biasa. Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsimenghasilkanselkelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikanbetina disebut ovary berfungsi menghasi lkan telur. (Pulungan et al., 2005). Sumantadinata (1997) mengatakan bahwa reproduksi ikan dikendalikan olehtiga sumbu utama, yaitu hipotalaums, hipofisa, dan gonad. Secaraalami, sistem kerjareproduksi ikan dimulai dari keadaan lingkungan seperti suhu, cahaya, dan cuaca yang diterima oleh organ perasa dan meneruskannya ke sistem saraf. Selanjutnya, hipotalamus melepasakan GnRH (gonadotropin releasing hormon) yang bekerjamerangsang kelenjar hipofisauntukmelepaskanGtH (gonadotropin). Gonadotropin akanberfungsidalamperkembangandanpematangan gonad serta pemijahan.Menurut Effendi (1997) menyatakan bahwa tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu kematangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Volume air mani yang dikeluarkan oleh ikan jantan tergantung pada jenis ikan, musim dan rangsangan terhadap ikan (Kruger et.al., 1984). Pavlosisi dan Vlad (1979) menyatakan bahwa mani ikan mas yang baik bewarna putih kekuningan, memiliki kekentalan seperti krem susu dan memiliki kisaran pH antara 6,8 7,6. Hardjamulia (1978) menyatakan bahwa aspek reproduksi ikan mas jantan yang mulai matang gonad pada umur enam bulan, sedangkan ikan betina pada umur lima belas bulan. Pada daerah tropis ikan mas memijah sepanjang tahun, baik di kolam atau di tanki. Embriogenesis ialah proses perkembangan telur sampai menjadi larva definitif. Lamanya waktu embriogenesis pada setiap spesies ikan berbeda-beda karena pengaruh faktor internal dan eksternal. Salah satu dari faktor internal ialah genetik ikan tersebut. Sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas air, penyakit, dan ketersediaan pakan alami. Embriogenesis akan berlangsung pada saat inkubasi dimulai dari proses pembelahan sel telur (cleavage), morulasi, blastulasi, gastrulasi, dan dilanjutkan dengan organogenesis yang selanjutnya menetas.

III. METODE PRAKTIKUM

3.1

WaktudanTempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah dari tanggal 8, 12, 14 dan 15 Desember 2012 yang berlangsung di Laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2

BahandanAlat

Adapun bahan dan alat yang digunakan selama dalam praktikum adalah ikan(ikan patin, ikan sepat siam, ikan mas, ikan baung), larutan transparan, larutanfisiologis, es batu, ovaprim, nampan, haemocytometer, jarum spuit, mikroskop, petri dish, pinset, object glass, cover glass, aerasi, baskom, gunting bedah, timbangan, penggaris, dan alat-alat tulis lainnya.

3.3

Metode Praktikum

Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan pembimbing pratikum.

3.4

ProsedurPraktikum
Prosedur dari praktikum fisiologi reproduksi organisme akuatik yang selama ini dilakukan adalah:

1.

PemijahanBuatan Pertama ikan baungyang telah matang gonad di striping, ketikatidak memberikan hasil pengeluaran, baik sperma ataupun ovarium. Maka gonad dari ikan jantan dan betina diambil dengan carapembedahan. Letakkan gonad ikan jantan dan gonad ikan betina secara terpisah. Penentuan volume semen pada gonad jantan dilakukan denganmenggunting gonad yang telah diberikan larutan fisiologis (Nacl) sehingga semen keluar dan bisa di sedot dengan jarum spuit yang dialaskan batu es (tujuan agar sperma ikan dapat hidup)

Menentukan konsentrasi dan motilitas sperma ikan, dilakukandengan cara menghisap semen spermaikan dengan pipet batumerah sebanyak 0,5, kemudian dihisap dengan menggunakan biosinhingga volume 101. Lanjut dengan melakukan pemutaran sepertiangka delapan selama 5 menit. Lalu diteteskan diatashaeocytometer. Pengamatan dibawah mikroskop. Penentuan diameter telur pada gonad ikan betina, dilakukandengan cara mengeluarkan telur pada ovary ikan. Kemudiandicampur dengan larutan transparan. Kemudian amati beberapa diameter sampel telur di bawah mikroskop. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang KeberhasilanPemijahan Buatan Ikan sepat siam ditimbang berat badannya. Bedah ikan unuk mendapatkan gonad, usus dan hari Timbang gonad ikan, hati dan usus secara terpisah Pengamatan diameter telur ikan, dengan cara mengeluarkan telurikan yang kemudian diletakkan pada object glass. Maka amati letakinti sel telur dibawah mikroskop. Pengamatan Perkembangan Embriogenesis Ikan mas disuntik Kemudian dipijahkan Keluarkan telur dan sperma Kemudian ditetaskan dengan meletakkan di dalam baskom yang telah berikan aerasi Pengamatandilakukan 45 menit sekali untuk mengetahuiperkembangan embrio ikan mas Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung Preparat dari histologi ikan baung betina Amati dibawah mikroskop

2.

3. 4.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Selamapraktikumfisiologireproduksiakuatikmendapatbeberapahasilpengamatan yang dilakukan di laboratoriumbalaibenihikan, yaitu:

4.1.1. Pemijahan Buatan


Volume semen (ml) Konsentrasi Spermatozoa Motilitas spermatozoa = kamar 2 = kamar 3 = kamar4 = kamar5 = 3,0 ml = 7.750.000 sel/ml = kamar 1 40/154 100% = 25,9 %

52/168 100% = 30,9 % 45/147 100% = 30,6 % 46/131 100% = 35,1 % 50/135 100% = 28,5 % = kamar 1 54/154 100% = 33,7 %

Viabilitas spermatozoa = kamar 2 = kamar 3 = kamar 4 = kamar 5

72/168 100% = 42,8 % 50/147 100% = 34,0 % 45/131 100% = 34,3 % 53/175 100% = 30,2 %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

DIAMETER TELUR 10/4 0,01 60 = 1,5 m ( intitelurberadaditengah )

10/4 0,01 55 = 1,37 m ( intitelurberadaditengah ) 10/4 0,01 70 = 1,75 m ( intitelurberadaditepi ) 10/4 0,01 60 = 1,5 m 10/4 0,01 60 = 1,5 m ( intitelurberadaditengah ) ( intitelurberadaditengah )

10/4 0,01 55 = 1,37 m ( intitelurberadaditengah ) 10/4 0,01 55 = 1,37 m ( intitelurberadaditengah ) 10/4 0,01 60 = 1,5 m ( intitelurberadaditengah )

10/4 0,01 50 = 1,25 m ( intitelurtidakdampak )

10. 10/4 0,01 58 = 1,45 m ( intitelurberadaditengah ) 11. 10/4 0,01 50 = 1,25 m ( intitelurtidakdampak ) 12. 10/4 0,01 47 = 1,25 m ( intitelurberadaditengah ) 13. 10/4 0,01 62 = 1,55 m ( intitelurberadaditengah ) 14. 10/4 0,01 63 = 1,58 m ( intitelurberadaditengah ) 15. 10/4 0,01 61 = 1,53 m ( intitelurberadaditengah )

16. 10/4 0,01 64 = 1,60 m ( intitelurberadaditepi) 17. 10/4 0,01 68 = 1,70 m ( intitelurberadaditepi) 18. 10/4 0,01 68 = 1,70 m ( intitelurberadaditepi) 19. 10/4 0,01 50 = 1,25 m ( intitelurberadaditepi ) 20. 10/4 0,01 56 = 1,40 m ( intitelurberadaditepi ) Rata-rata diameter telur = 1,46 m.

4.1.2. Pengamatan Beberapa Data BiologiReproduksi Ikan Yang Menunjang KeberhasilanPemijahan Buatan
Indeks Gonad Somatik= Berat gonad berattubuh 100 % = 0,32 gr 8,78 gr 100 % = 3,64 % Indeks Hati Somatik = Berathati berattubuh 100 % = 0,22 gr 8,78 gr 100 % = 2,50 % Indeks Usus Somatik = Beratusus berattubuh 100 % = 0,46 gr 8,78 gr 100 % = 5,23 % Fekunditas = 83 butir 2,90 = 240,7 butir atau 241 butir 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. DIAMETER TELUR 10/4 0,01 30 = 0,75 m 10/4 0,01 28 = 0,7 m 10/4 0,01 28 = 0,7 m 10/4 0,01 20 = 0,5 m 10/4 0,01 30 = 0,75 m 10/4 0,01 29 = 0,72 m 10/4 0,01 29 = 0,72 m 10/4 0,01 22 = 0,55 m 10/4 0,01 29 = 0,72 m

10. 10/4 0,01 23 = 0,57 m 11. 10/4 0,01 30 = 0,75 m 12. 10/4 0,01 35 = 0,87 m 13. 10/4 0,01 20 = 0,5 m 14. 10/4 0,01 34 = 0,85 m 15. 10/4 0,01 25 = 0,62 m 16. 10/4 0,01 32 = 0,8 m 17. 10/4 0,01 18= 0,45 m 18. 10/4 0,01 32 = 0,8 m 19. 10/4 0,01 28 = 0,7 m 20. 10/4 0,01 27 = 0,67 m Rata-rata diameter telur = 0,68 m

PENGAMATAN MORFOLOGI TELUR Telur ikan sepat siam adalah berada dalam golongan TKG III karena gonad hampir mengisi setengah rongga perut. Butiran telur mulai kelihatan dengan mata telanjang.

4.1.3. Pengamatan Perkembangan Embriogenesis


Perhitungan Dosis Ovaprim (Betina dan Jantan) dan Ovoposisi Dosis ovaprim Betina = Berat tubuh 1000 dosis = 364 1000 0,7 ml = 0,25 ml Dosis ovaprim Jantan =Berat tubuh 1000 dosis = 364 1000 0,3 ml = 0,11 ml Ovoposisi = Berat total telur Berat sample telur jumlah telur sample = 47,9 gr 0,2 gr 1487 butir = 356137 butir

Pengamatan perkembangan embrio Jam 08.00 08.45 WIB = Embrio belum berkembang.

Gambar 1. Embrio belum berkembang Jam 09.45 14.26 WIB = Blastodisk sempurna.

Gambar 2. Blastodisk sempurna

Jam 15.10 19.12 WIB = Morula.

Gambar 3. Morula Jam 19.40 20.00 WIB = Blastula.

Gambar 4. Blastula Jam 20.30 21.28 WIB = Gastrula.

Gambar 5. Gastrula

Jam 22.00 23.45 WIB = Perisai embrio.

Gambar 6. Perisai embrio Jam 00.00 15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulaikelihatan bintikmata, ada garisgaris dibagian punggung sampaiterbentuknya organ.

Gambar 7. Organogenesis Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas menjadi larva.

Gambar 8. Larva ikan

4.1.4. Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung

Gambar 9. Preparat TKG I Jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spermatogonium mulai terlihat yang

akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.

Gambar 10. Preparat TKG II Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-niferi yang berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan spermatogonium.

Gambar 11. Preparat TKG III Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar. Sebagian masihterlindung oleh sista yang berbentuk kantong.

Gambar 12. Preparat TKG IV Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. Sel spermatozoa yang terbentukmengisi kantongkantong tubulus seminiferi.

4.2.

Pembahasan

Pada judul praktikum pemijahan buatan ikan patin yang mendapatkan volume semen sebesar 3,0 ml, konsentrasi spermatozoa 7.750.000 sel/ml, motilitas sperma pada kamar 1 sebesar 25,9 %, kamar 2 sebesar 30,9 %, kamar 4 sebesar 30,6 % dan kamar 4 sebesar 35,1 % dan kamar 5 sebesar 28,5 %, viabilitas sperma yang terdapat pada kamar 1 adalah 33,7 %, kamar 2 adalah 42,8 %, kamar 3 adalah 34,0 %, kamar 4 adalah 34,3 % dan kamar 5 adalah 30,2 %. Penentuan diameter telur memiliki rata-rata diameter telur 1,46 mm. Memiliki inti sel telur ada yang berada di tepi, di tengah ataupun malah kosong. Inti sel telur yang berada di tengah memiliki 50%, ditepi 35% dan yang kosong 15%. Hal pengamatan beberapa data biologi reproduksi ikan sepat siam yangmenunjang keberhasilan pemijahan buatan, memberikan hasil pembahasan Indeks Gonad Somatik sebesar 3,64 %, Indeks Hati Somatik sebesar 2,50 % dan Indeks UsusSomatik sebesar 5,23 %. Fekunditas telur ikan sepat siam adalah 240,7 butir atau 241 butir. Rata-rata diameter telur ikan sepat siam 0,68 mm. Morfologi gonad betina ikan sepat siam adalah berada dalam golongan TKG III karena gonad hampir mengisi setengah rongga perut. Butiran telur mulai kelihatan dengan mata telanjang.

Pengamatan embriogenesis pada ikan mas yaitu Jam 08.00 08.45 WIB = Embrio belum berkembang, Jam 09.45 14.26 WIB = Blastodisk sempurna, Jam 15.10 19.12 WIB = Morula, Jam 19.40 20.00 WIB = Blastula, Jam 20.30 21.28 WIB = Gastrula, Jam 22.00 23.45 WIB = Perisai embrio, Jam 00.00 15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulai kelihatan bintik mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai terbentuknya organ dan Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas menjadi larva. Histologi gonad jantan ikan baung, pada TKG I Jaringan ikat terlihat lebihdominan, selsel spermatogonium mulai terlihat yang akan memasuki perkembangantahap spermatogonia, TKG II Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-niferi yang berisi spermatosit primer berasal dariperkembangan spermatogonium, TKG III Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar. Sebagian masih terlindung oleh sista yang berbentuk kantongdan pada TKG IV Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. Sel spermatozoa yang terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi. Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. Selama proses perkembangan gonad baik pada tahap pertumbuhan maupun tahap pematangan, gonad ikan akan mengalami serangkaian perubahan secara sitologik, histologik dan morfologik, sejalan dengan ini gonad juga akan mengalami perubahan berat dan volume dan morfologi. Biasanya indikator dalam menentukan sampai sejauh mana perkembangan yang telah dialami oleh gonad dalam proses oogenesis pada ikan betina atau spermatogenesis pada ikan jantan selalu menggunakan perubahan berat, volume dan morfologi gonad yang terjadi. Tingkat kematangan gonad tertinggi terjadi pada saat ikan akan melakukan pemijahan, pada saat tersebut telur didalam ovarium atau spermatozoa dalam testis juga akan mencapai ukuran yang maksimum (Sukendi, 2007). Pemijahan terbagi dua yaitu total spawning dan partial spawning, dimana total spawning terdapat stadium oosit yang sama dalam satu gonad, sedangkan partial spawning terdapat stadium oosit yang berbedabeda dalam satu gonad. Menurut Pulungan (2005) pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter beberapa butir telur.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Keadan telur ikan patin memberikan ikan tersebut telah matang gonad karena nilai persentasi letak inti sel telur ketepi dan ditengah yang lumayan besar. Sedangkan motilitas sperma dan viabilitas sperma ikan patin yang memiliki persentase tertentu. Pengamatan beberapa data biologi reproduksi ikan sepat siam yangmenunjang keberhasilan pemijahan buatan, memiliki nilai persentase IGS, IHS dan IUS (3,64 %, 2,50% dan 5,23 %). Fekunditas telur 241 butir.sedangkan morfologi telur berada pada TKG III. Hasil Pengamatan perkembangan embriogenesis terjadi ketika pukul 16.00 WIB. Sedangkan pengamatan histologi testis ikan baung terlihat jelas perbedaannya dari TKG I sampai TKG IV

5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik disaat melakukan disetiap materi praktikum yang telah ditetapkan oleh asisten sebaiknya dilakukan dengan konsentrasi dan kerjasama yang baik antara sesama praktikan. Dan juga diharapkan kepada asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang berjalan-jalan atau mainmain selama praktikum berlangsung..

DAFTAR PUSTAKA

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta.

Hardjamula, A. 1978. Budidaya Perikanan Ikan Mas, Ikan Tawes, Ikan Nilem, SUPM Bogor. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Kruger., J.C.D., G.I. Smith,. J.H.H. Voren and Ferreira., 1984. Some Chemical and Physical Characteristics of Sment of Cyprinus carpio L andOreochromis mosambicus Peters. J. Fish Biology. 24:263-273pp.

Pulungan. 2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

Povlopici, F. and G. Vlad. 1979. Some Data Preservation of Carp ( Cyrpinus carpio L).Seminal Material by Freezing. Rey. Cresterea Anim. 4 (4):45-48.

Sukendi, MS. Dr. Ir. 2007. Fisiologi Reproduksi Ikan. MM Press, CV. Mina Mandiri.Pekanbaru

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia.Sastra Budaya. Bogor. 129 hal.

Wikipedia, 2012. Fisiologi. Diakses tanggal 3 mei 2012.

Zaldi, 2010. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Lele. http://zaldibiaksambas.wordpress.com. Diakses tanggal 1 mei 2012, pukul 18.15 WITA

You might also like