You are on page 1of 27

MARIFATULLAH

PENGANTAR KAJIAN MARIFATULLAH Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah. (Q. S. Ar Rad (13) : 16) RINGKASAN PENGANTAR KAJIAN MA'RIFATULLAH Pembahasan ini merupakan pembahasan yang wajib diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim untuk mengenal Tuhannya, Allah Swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari kajian Ilmu Tauhid (Ke-Esa-an Allah Swt.) dan berdampingan dengan pembahasan mengenai Marifatul Insan (mengenal manusia). Diharapkan dengan menguasai kajian-kajian tersebut seorang hamba dapat lebih mengenal dirinya sebagai hamba dan bagaimana seharusnya bersikap sebagai hamba, dan juga lebih mengenal Tuhannya, Allah Swt., sehingga ia mengetahui bagaimana ia bersikap di hadapan Tuhannya serta beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki Nya menurut apa yang disukai Nya. Sebagai contoh dari harapan pembahasan ini adalah mengenal (salah satu) Sifat Allah Swt., bahwa Ia Swt. adalah Maha Besar dan sebaliknya bahwa manusia penuh dengan kelemahan. Setelah mengetahuinya diharapkan seorang hamba akan dapat merasakan Kebesaran Allah Swt. dan merasakan kelemahan dirinya sehingga tidak ada lagi padanya sifat sombong, merasa hebat, merasa besar, merasa paling benar dsb. Begitu pula dengan memahami bahwa Allah Swt. adalah Sang Pemberi Rezeki misalnya, maka diharapkan dapat menghilangkan pula sifat ketergantungan seorang hamba kepada hamba yang lainnya dari sisi ekonomi yang menyebabkannya dapat terjajah baik secara fisik, ideologi, pemikiran, sosial, politik atau yang lainnya. I. LINGKUP PEMBAHASAN Dalam materi (awal) MarifatuLlah ini lingkup pembahasan dibatasi kepada pengertian Rabb, di mana Allah Swt. adalah Rabb seru sekalian alam. Adapun pengertian Rabb adalah Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur dan Pemberi Rezeki, di mana kita sebagai muslim mengetahui dan meyakini permasalahan ini adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Allah Swt. berfirman: Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah. (Q. S. Ar Rad (13) : 16) Allah menciptakan segala sesuatu (Az Zumar (39) : 62)

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rizkinya (Q. S. Hud (11) : 6) Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (Q. S. Al Anaam (6) : 12) Pengertian Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini pun diakui oleh orang-orang kafir jahiliyyah sebagaimana tertera dalam ayat: Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: Allah, (Q. S. Az Zukhruf (43) : 87) Bahkan iblis, makhluk yang telah dilaknat Allah Swt. seperti yang tertera dalam AlQuran, juga mengakui hal ini sebagaimana tertera dalam ayat berikut: Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (Q. S. Al Araaf (7) : 12) Dari sini terlihat bagaimana sangat mengherankan jika kita melihat dalam kenyataan, adanya orang yang tidak mengakui keberadaan Allah Swt. atau tidak mengakui Allah Swt. sebagai Pencipta (na'uudzubiLlah). Karena seperti terlihat jelas dalam ayat di atas, bahkan iblis pun mengakui bahwa Allah Swt. telah menciptakannya dari api. Dalam ayat tersebut pun terlihat bagaimana iblis juga mengakui bahwa kelebihan yang dimilikinya merupakan pemberian murni dari Allah Swt. (namun iblis menolak taat kepada Allah Swt. yang menyebabkannya menjadi terlaknat nauudzubiLlah). Lalu dimanakan derajat orang yang tidak mengakui eksistensi Allah Swt.? Sekali lagi: Nauudzu biLlahi min dzaalik. II. KEKUATAN DALIL Eksistensi Allah Swt. sebagai Rabb seru sekalian alam ini dikuatkan oleh berbagai dalildalil dan bukti-bukti yang kuat yang telah disiapkan Allah Swt. untuk manusia dalam berbagai bentuk bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya dan menggunakan petunjuk yang telah diberikan kepadanya. a. Dalil Naqli (Al Quran dan As Sunnah) Begitu banyak dalil dalam Al Quran yagn menyatakan bahwa Allah Swt. adalah Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Penguasa seluruh alam semesta seperti yang telah banyak disebutkan di atas. Dalam firman Nya yang lain, bahkan Allah Swt. memperkuat persaksiannya seperti terlihat dalam ayat: Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya

dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhantuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (Q. S. Al Anaam (6) : 19) b. Dalil Aqli (Rasio / akal) Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Q. S. Ali Imraan (3) : 190) Begitu banyak bukti Kebesaran Allah Swt. yang dengan mudah akan kita dapati di sekeliling kita, atau bahkan lebih dekat lagi, yaitu pada diri-diri kita. Bagaimana Allah Swt. telah dengan sempurna menciptakan alam raya ini dengan sedemikian teraturnya, sedemikian sempurnyanya yang semuanya tidak lain hanya menunjukkan Kebesaran Nya semata. Seorang cendekiawan Turki terkemuka, Harun Yahya, dalam salah satu karyanya menerangkan bagaimana fakta penciptaan yang ada sangat menunjukkan keberadaan Sang Pencipta, Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah contoh kasus sederhana, di mana beberapa makhluk tertentu (serangga, dari salah satu jenis lalat) memiliki kemampuan untuk menyerupai makhluk lain yang dapat menakut-nakuti hewan pemangsa. Dari contoh kasus kecil ini terlihat bagaimana seekor serangga kecil yang tidak memiliki jaringan otak yang memadai untuk berpikir dapat melakukan sebuah aksi yang menakjubkan dalam mengusir pemangsanya dengan menyerupai hewan lain yang ditakuti oleh si pemangsa. Pertanyaannya adalah: Riset seperti apakah yang sudah dilakukan si serangga tersebut sehingga ia bisa mengetahui apa yang ditakuti lawannya dengan otaknya yang sedemikian kecilnya? Berapa lama dia melakukan riset tersebut padahal kebanyakan serangga hanya berumur beberapa minggu saja? Dari manakah ia mendapatkan data tentang hewan yang ditakuti pemangsanya tadi? Dan jika semua itu telah didapat, bagaimanakah ia mempersenjatai dirinya dan melengkapi dirinya dengan perangkatperangkat yang dapat membuatnya menyerupai hewan yang ditakuti pemangsa tadi (padahal perangkat tersebut tidak lain adalah anggota tubuhnya sendiri yang telah dimilikinya sejak ia ada di muka bumi ini)? Sungguh, dalam setiap penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal. Benarlah Allah Swt. dan Rasul Nya saw.

c. Dalil Fithrah (Bukti Fitrah) Setiap fitrah manusia yang lurus akan mengakui keberadaan Rabbnya dan Rabb seru sekalian alam, Allah Swt. Hal ini digambarkan oleh NabiyuLlah Ibrahim as. ketika dalam masa pencariannya seperti terlihat dalam ayat berikut: Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q. S. Al Anaam (6) : 76 79) Selain itu, jauh sebelum manusia diturunkan ke muka bumi, Allah Swt. telah mengambil persaksian dari setiap jiwa untuk mengakui Allah Swt. sebagai rabbnya. Hal ini dapat dilihat dalam Al-Quran pada ayat: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q. S. Al Araaf (7) : 172) III. BUAH DARI MENGENAL ALLAH SWT. Hasil yang diharapkan dari kita mengenal Allah Swt. adalah bertambahnya iman dan takwa kita kepada Nya, yang semuanya tercermin dalam setiap betikan hati kita baik dalam niat ataupun yang lainnya, tutur kata kita dan tingkah laku serta amalan kita. Hal ini menyebabkan kita dapat meraih manfaat-manfaat besar lainnya yang Allah Swt. anugerahkan , baik di dunia maupun di akhirat. 1. Manfaat Di Dunia a. Al-Hurriyah (Kebebasan) dan al-Amn (Keamanan) Kebebasan bagi orang yang mengenal Allah Swt. didapatnya dengan bebasnya diri hamba tersebut dari keterikatan dan ketundukan kepada selain Allah Swt. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai Pemberi Rezeki contohnya, dapat menjadikannya bebas dari sifat-sifat rendah seperti tamak, keinginan memiliki yang bukan miliknya atau bebas dari keterjajahan dari negara penghutang misalnya. Mereka pun merasa aman karena mengetahui bahwa Allah Swt. adalah Pengatur segala sesuatu yang tidak akan terjadi sesuatu pun melainkan dengan Kehendak Nya semata, sementara mereka merasakan jaminan perlindungan Nya disebabkan keimanan mereka. Allah Swt. berfirman:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q. S. Al Anaam (6) : 82) b. Ath-Thumaniinah (Ketenangan) Ketenangan ini merupakan anugerah Allah Swt. yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki Nya dari hamba-hamba Nya yang senantiasa berdzikir kepada Nya, di mana hal ini tidak mungkin terjadi jika seorang hamba tidak mengenal Nya. Allah Swt. berfirman: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q. S. Ar Rad (13) : 28) c. Al-Baraakaat (Keberkahan) Allah Swt. menjanjikan keberkahan ini bagi negeri-negeri yang penduduknya beriman dan bertakwa dalam firman Nya: Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q. S. Al Araaf (7) : 96) d. Al-Hayah ath-Thayyibah (Kehidupan yang Baik) Allah Swt. berfirman: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q. S. An Nahl (16 : 97) Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., dia berkata bahwa RasuluLlah saw. bersabda: Allah tidak menzhalimi suatu kebaikan bagi seorang mukmin. Kebaikan itu diberikan kepadanya di dunia dan diberikan pula pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka diberi makan di dunia karena aneka kebaikannya, sehingga apabila dia telah tiba di akhirat, maka tiada satu kebaikan pun yang membuahkan pahala. (H. R. Muslim) 2. Manfaat Di Akhirat a. Al-Jannah (Surga) Selain manfaat di dunia, Allah Swt. juga menjanjikan tempat kembali yang baik bagi orang-orang yang mengenal Nya sesuai yang dikehendaki Nya, serta beramal dengan ilmunya dengan beribadah kepada Nya sesuai yang dikehendaki Nya dan disukai Nya. Janji Allah Swt. ini termaktub dalam ayat:

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (Q. S. Yunus (10) : 25 26) b. MardhatiLlah (Keridhaan Allah Swt.) Allah Swt. berfirman tentang janji keridhaan Nya ini dalam ayat: Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q. S. Al Bayyinah (98) : 8) Demikianlah, bahwa MarifatuLlah (mengenal Allah Swt.) adalah sebuah ilmu yang wajib difahami oleh setiap muslim yang dengannya (dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari) dapat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan yang dijanjikan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mengenal Nya sebagaimana Ia Swt. menginginkan kita mengenal Nya. Hanya kepada Nya lah kita menyembah dan hanya kepada Nya pulalah kita memohon pertolongan. Tiada daya dan kekuatan selain dari Nya Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa. (Dituliskan kembali dari struktur bagan kajian MarifatuLlah karya para Ulama Dakwah oleh PIP PKS ANZ wil. NSW) Untuk lebih lengkapnya silakan merujuk sumber-sumber berikut: MarifatuLlaah, Dr. Irwan Prayitno, Pustaka Tarbiatuna Al-Islam, Syaikh Said Hawwa RahimahuLlah WujuuduLlah, Dr. Yusuf al-Qaradhawy, Risalah Gusti Kitab Tauhid, Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Daarul Haq Harun Yahya at www.harunyahya.com

Marifatullah Puncak Akidah Islam


Ditulis pada Oktober 24, 2007 oleh abu mujahid 1. KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM

Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini : <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.. QS. 30:30 <!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? QS. 42:21 <!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar QS 2:111 <!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka QS. 43:22 2. PENGERTIAN MARIFATULLAH Marifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.

Menurut Ibn Al Qayyim : Marifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul marifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya. Marifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun mariaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah. <!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->CIRI-CIRI DALAM MARIFATULLAH

Seseorang dianggap marifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali <!--[if !supportLists]-->1. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->asma (nama) Allah <!--[endif]-->sifat Allah dan

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->afal (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.

Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan : <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->sikap shidq (benar) dalam ber -muamalah (bekerja) dengan Allah, <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah, <!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT <!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya <!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->berdawah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya <!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->membersihkan dawahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.

Figur teladan dalam marifatullah ini adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya. HR Al Bukahriy dan Muslim. Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan perasaannya sendiri. Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama QS. 35:28 Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya. Ada sebagian ulama yang mengatakan : Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat

<!--[if !supportLists]-->4.

<!--[endif]-->URGENSI MARIFATULLAH

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Marifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena marifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan marifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12 <!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Marifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar. Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur (HR.Muslim) Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Dari Marifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah. <!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Dari Marifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh. <!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Dari Marifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.

<!--[if !supportLists]-->5.

<!--[endif]-->SARANA MARIFATULLAH

Sarana yang mengantarkan seseorang pada marifatullah adalah : <!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Akal sehat

Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191 Sabda Nabi : Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu HR. Abu Nuaim <!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Para Rasul

Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang marifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.. QS. 57:25

<!--[if !supportLists]-->c.

<!--[endif]-->Asma dan Sifat Allah

Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada

makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah : Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma al husna (nama-nama yang terbaik) QS. 17:110 Asma al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah : Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu QS. 7:180

Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (marifatullah). Dan marifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al marifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan.

Republika, 14 Maret 2003

Penyebab Hamba Mencapai Ma'rifatullah


Dalam khazanah keislaman terdapat istilah ma`rifatullah, yang secara harfiah memiliki pengertian, mengenal Allah SWT. Dalam Syarah Tsalasatul Ushul yang kitabnya ditulis oleh Syaikhul Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pensyarah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, disebutkan bahwa mengenal Allah hanya dapat dilakukan melalui hati. Konsekuensinya adalah keharusan penerimaan terhadap setiap syariah yang ditetapkan oleh-Nya dengan sebenar-benar ketaatan dan kepatuhan sehingga seorang Muslim senantiasa menjadikan Alquran yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW dan as-sunnah sebagai penentu segala hukum. Ketika seorang hamba berusaha untuk mengenali Tuhannya, ia harus berupaya memahami apa yang tersirat pada ayat-ayat Alquran dan sunnah Rasulullah SAW berkenaan dengan ma'rifatullah. Selain itu, dengan memperhatikan proses-proses yang terjadi pada alam sekitar, setiap manusia tentunya harus mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ada yang mengatur. "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" (QS adzDzaariyaat [51]: 20-21). Berpedoman pada kitab Syarah Tsalasatul Ushul itu terdapat beberapa sebab yang memungkinkan seorang hamba mengenali Rabb-nya. Pertama, ia memperhatikan seluruh fenomena alam semesta serta memikirkan hal ihwal yang berlaku pada setiap makhluk. Dengan mengamati fenomena yang terjadi pada alam semesta ini, manusia hendaknya dapat menginsyafi bahwasanya terdapat kekuasaan yang menciptakan dan mengatur segala aktivitasnya. Peristiwa kelahiran, kematian, pergantian siang dan malam adalah hal-hal yang di luar batas kemampuan manusia dan makhluk lainnya untuk mengendalikannya. Tidak ada satu makhlukpun yang dapat mencegah tumbuhnya benih pada rahim manusia, hewan, maupun pembuahan pada tumbuhan. Segala daya upaya yang dikerahkan oleh makhluk takkan kuasa mencegah kelahiran dan kematian serta pergantian siang dan malam. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang telah Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS al-Baqarah [2]: 164). Kedua, ia berusaha memahami ayat-ayat syar`iyah berupa wahyu yang diamanahkan kepada para rasul alayhissalam. Ayat-ayat syar'iyah yang dimaksud tentulah ayat-ayat yang ada dalam Alquran dan sunnah Nabi SAW yang mengandung seluruh pelajaran mengenai kehidupan manusia di alam dunia dan akhirat. Jika manusia berpedoman dan mampu mengambil ilmu serta hikmah yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut melalui pemahaman, penghayatan dan pengamalan, niscaya ia akan mampu mengenali

Rabb-nya. Sebab dengan pemahaman, penghayatan dan pengamalanlah, seseorang dapat merasakan kesempurnaan pelajaran yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut bagi kemaslahatan hidup. Jika kemaslahatan hidup tercapai maka terbukalah hijab antara manusia sebagai makhluk dan Allah SWT sebagai Sang Khaliq. Manusia akan menyadari dan membuktikan sendiri bahwa sesungguhnya ayat-ayat Alquran adalah wahyu yang diamanahkan kepada Rasulullah SAW yang sumbernya dari Allah Azza Wa Jalla dan tak mungkin kitab ini dikarang oleh manusia, mengingat betapa sempurna ajaran yang dikandung di dalamnya. "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (as-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.'' (QS an-Nisaa' [4]: 59). Ketiga, ma'rifah yang dikaruniakan langsung oleh Allah SWT ke dalam qolbu orang yang beriman. Dalam pengertian syar'i, iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan lalu mengamalkannya dengan anggota badan. Yang diyakini, diucapkan, diamalkan oleh orang yang beriman semata-mata hanya peribadatan yang diambil dari perintah dalam kitabullah Alquran dan sunnah Nabi SAW saja. Orang yang beriman hanya akan mengikuti apa-apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya, sehingga dengan begitu qolbu menjadi bersih dari kotoran-kotoran dan hal tercela. Ketika qolbu-nya telah bersih dari segala hama kotoran, maka dalam ibadahnya --baik yang bersifat mahdhah ataupun ghayr mahdhah-- seorang yang beriman akan merasa selalu ditatap oleh Rabb-nya. Bahkan, ia seakan-akan melihat Rabb-nya itu dengan mata kepalanya sendiri. Mengenai hal tersebut, Rasulullah SAW telah bersabda, "Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR Muslim) Jika manusia menyadari, sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla yang Maharahman dan Maharahim telah memberikan petunjuk yang banyak agar manusia bisa mengenali Rabb-nya. abu rashif rn/mns/mqp.

Marifatullah (Bagian 1)
Posted By Tim dakwatuna.com On 21 Maret 2008 @ 06:15 In Aqidah Muslim | No Comments dakwatuna.com - Mungkin ada di kalangan kaum muslimin yang bertanya kenapa pada saat ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar dan menyebut namaNya, dan kita tahu bahwa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita? Tidak. Jangan sekali-kali kita merasa cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah. Karena, semakin memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin dekat denganNya. Selain itu, dengan pengenalan yang lebih dalam lagi, kita bisa terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Allah dan kita terhindar dari sikap-sikap yang salah terhadap Allah. Ketika kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita berbicara tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Makna seperti ini ada di dalam surat An-Naas (114): 1-3. Dengan demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas, bagaimana metoda yang harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa saja halangan yang senantiasa menghantui manusia dari mengenalNya? Benarkan kalimat yang mengatakan, Kenalilah dirimu niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu. Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri, yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani. Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat. Keyakinan terhadap Allah swt. menjadi mantap apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan (eksistensi) Allah lantas melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada Allah saja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya. Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita di bawah bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafush shalih. Kita juga harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Quran maupun sunnah, yaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah. Dengan pemahaman ini kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut. Kehidupan paling tenang adalah kehidupan yang bersandar terus kecintaannya kepada Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah mengatasi segalagalanya. Apa yang menjadi tuntutan kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul, dan jihad secara minhaji. Di dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya memahami bahwa Allah sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah berikan itu menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi yaitu sebagai pedoman hidup dan juga sebagai sarana hidup. Kita juga

sepatutnya menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai tahap takwa yang lebih cemerlang. Ayat-ayat Allah ada dalam bentuk ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Kedua jenis ayat-ayat Allah ini terbuka bagi siapa saja yang ingin membaca dan menelitinya. Namun terdapat berbagai halangan akan muncul di hadapan kita dalam mengenali Allah. Halangan-halangan ini muncul dalam bentuk sifat-sifat pribadi kita yang bersumberdari syahwat seperti nifaq, takabbur, zhalim, dan dusta dan sifat-sifat yang bersumber dari syubhat seperti jahil, raguragu, dan menyimpang. Kesemua sifat-sifat fujur itu akan menghasilkan kekufuran terhadap Allah swt. Ahammiyah Marifatullah (Urgensi mempelajari Makrifatullah) Riwayat ada menyatakan bahwa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin marifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, di manakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain? Apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini? Apakah tanggung jawab kita dan ke manakah kesudahan hidup kita? Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul Allah sebagai Rabb dan Ilah, Yang Mencipta, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dalil-dalil: QS. Muhammad (47): 19 Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan kalimat ketahuilah olehmu bahwasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Quran menggunakan sibghah amar (perintah), maka menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui atau mengenali Allah (marifatullah) adalah wajib. QS. Ali Imran (3): 18 Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. QS. Al-Hajj (22): 72-73 Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah, Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka? Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburukburuknya tempat kembali. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang

menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. QS. Az-Zumar (39): 67 Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan. Tema Perbicaraan Makrifatullah Allah Rabbul Alamin. Ketika membicarakan marifatullah, artinya kita sedang membicarakan tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Hal ini termaktub dalam surat An-Naas (114): 1-3. Inilah tema yang dibahas dalam marifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya. Dalil-dalil: QS. Ar-Radu (13): 16 Katakanlah, Siapakah Rabb segala langit dan bumi? Katakanlah, Allah. Katakanlah, Adakah kamu mengambil wali selain dariNya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat? Katakanlah, Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? Apakah sama gelap dan nur (cahaya)? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka? Katakanlah, Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa. QS. Al-Anam (6): 12 Katakanlah, Bagi siapakah apa-apa yang di langit dan bumi? Katakanlah, Bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat. Sesungguhnya Dia akan menghimpun kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman. QS. Al-Anam (6): 19 Katakanlah, Apakah saksi yang paling besar? Katakanlah, Allah lah saksi di antara aku dan kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Quran ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Quran. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain? Katakanlah, Aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah, Hanya Dia-lah Tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan. QS. An-Naml (27): 59 Katakanlah, Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan? QS. An-Nur (24): 35 Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi. QS. Al-Baqarah (2): 255 Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit. Didukung Dengan Dalil Yang Kuat

QS. Al-Qiyamah (75): 14-15 Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasanalasannya. Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berpikir dan membuat penilaian. Oleh karena itu banyak fenomena alam yang dibahas oleh AlQuran dan diakhiri dengan kalimat pertanyaan: tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu mendengar. Pertanyaan-pertanyaan itu mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua fenomena alam adalah di bawah milik dan aturan Allah swt. Dalil-dalil: Naqli [QS. Al-Anam (6): 19] Katakanlah, Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah, Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah? Katakanlah, Aku tidak mengakui. Katakanlah, Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah). Aqli, [QS. Ali Imran (3): 190] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Fitri, [QS. Al-Araf (7): 172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan). Dapat Menghasilkan: peningkatan iman dan taqwa. Apabila kita betul-betul mengenal Allah mentadaburi dalil-dalil yang dalam, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah lebih dekat lagi kepada kita. Setiap ayat Allah baik ayat qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berpikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menghasilkan pribadi muslim yang merdeka, tenang, penuh keberkatan, dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diridhaiNya. Kemerdekaan [QS. Al-Anam (6): 82] Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan; dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Ketenangan [QS. Al-Radu (13): 28] (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Barakah [QS. Al-Araf (7): 96] Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayatayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Kehidupan Yang Baik [QS. Al-Nahl (16): 97] Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Surga [QS. Yunus (10): 25-26] Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Mardhotillah [QS. Al-Bayinah (98): 8] Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Article printed from dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com URL to article: http://www.dakwatuna.com/2008/marifatullah-bagian-1/

Marifatullah (Bagian 2)
Posted By Tim dakwatuna.com On 22 Maret 2008 @ 13:46 In Aqidah Muslim | 1 Comment Ath-Thariqu Ila Marifatullah, Jalan Menuju Pengenalan Terhadap Allah swt. Allah swt. tidak menampilkan wujud Dzatnya Yang Maha Hebat di hadapan makhlukmakhluknya secara langsung dan dapat dilihat seperti kita melihat sesama makhluk. Maka, segala sesuatu yang tampak dan dapat dilihat dengan mata kepala kita, pasti itu bukan tuhan. Allah menganjurkan kepada manusia untuk mengikuti Nabi saw. supaya berpikir tentang makhluk-makhluk Allah. Jangan sekali-kali berpikir tentang Dzat Allah. Makhluk-makhluk yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam banyak ayat Al-Quran agar menjadi bahan berpikir tentang kebesaran Allah. Ayat Qauliyah Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Quran. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah. QS. At-Tin (95): 1-5 Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Ayat Kauniyah Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala

sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. QS. Nuh (41): 53 Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? Metode Islam Dengan Naqli dan Akal Islam menghargai nilai akal yang dimiliki manusia. Karena dengan sarana akal ini, manusia mampu berpikir dan memilih antara yang benar atau salah. Walau begitu, dengan akal semata-mata tanpa panduan dari Pencipta akal, pencapai pemikiran manusia cukup terbatas. Apa lagi jika dicampurkan dengan unsur (anasir) hawa nafsu dan zhan (prasangka). Gabungan antara kemampuan akal dan panduan dari Penciptanya akan menghasilkan pengenalan yang tepat dan mantap terhadap Allah swt. Maka, menjadi satu kesalahan besar apabila manusia tidak menggunakan akalnya untuk berpikir. QS. Yunus (10): 100-101 Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. Katakanlah, Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS. Ath-Thalaaq (65): 10 Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah, hai orangorang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu. QS. Al-Mulk (67): 10 Dan mereka berkata, Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Tasdiq (membenarkan) Hasil dari berpikir dan meneliti secara terus menurut pedoman-pedoman yang sewajarnya, akan mencetuskan rasa kebenaran, kehebatan dan keagungan Allah. Boleh jadi ia berbetulan dengan firman Allah di An-Najm (53): 11 yang berbunyi, Tiadalah hatinya mendustakan (mengingkari) apa-apa yang dilihatnya). Hati mula membenarkan dan akur kepada kebijaksanaan Tuhan. QS. Ali Imran (3): 191 Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Qaf (50): 37 Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. Menghasilkan Iman. Metode pengenalan kepada Allah yang dibawa oleh Islam ini cukup efektif secara berurutan sehingga akhirnya menghasilkan keimanan sejati kepada Allah azzawajalla.

Metode Selain Islam Pemikiran berkenaan theologi dan ketuhanan banyak juga dibawa oleh pemikir-pemikir dari penjuru dunia, tetapi tidak berlandaskan kepada metoda yang sebenarnya. Kebanyakannya berlandaskan duga-dugaan, sangka-sangkaan, dan hawa nafsu. Pastinya metoda itu tidak akan sampai kepada tujuan (natijah) yang sebenar karena bayang-bayang khayalan tetap menghantui pemikiran mereka. Ada tuhan angin, tuhan api, tuhan air yang berasingan dengan rupa-rupa yang berbeda seperti yang digambarkan oleh Hindu, Budha, dan seumpamanya. Dugaan dan Hawa Nafsu Dua unsur utama dalam metoda mengenal tuhan yang tidak berlandaskan disiplin yang sebenar adalah sangka-sangkaan dan juga hawa nafsu. Campur tangan dua unsur ini sangat tidak mungkin untuk mencapai natijah yang tepat dan shahih. QS. Al-Baqarah (2): 55 Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. QS. Yunus (10): 36 Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. QS. Al-Anam (6): 115 Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ragu-Ragu Apabila jalan yang dilalui tidak jelas dan tidak tepat, maka hasil yang didapati juga sangat tidak meyakinkan. Mungkin ada hasil yang didapati, tetapi bukan hasil yang sebenarnya. Bagaimanakah kita ingin mengenal Allah tetapi kaidah pengenalan yang kita gunakan tidak menurut neraca dan panduan yang telah ditetapkan oleh Allah. Kadangkala Umar bin Khattab tersenyum sendiri mengenangkan kebodohannya menyembah patung yang dibuatnya sendiri dari gandum sewaktu jahiliyah. Apabila terasa lapar, dimakannya pujaan itu. QS. Al-Hajj (22): 55 Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al-Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. QS. An-Nur (24): 50 Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu, ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. Berakibat Kufur Semua metoda pengenalan yang tidak berasaskan cara yang dianjurkan oleh Islam, yaitu mengikuti aqli dan naqli, akan membawa ke jalan kekufuran terhadap Allah swt.

Article printed from dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com URL to article: http://www.dakwatuna.com/2008/marifatullah-bagian-2/

Marifatullah (Bagian 3)
Oleh: Tim dakwatuna.com Mawani Marifatullah Sifat yang berasal dari penyakit syahwat. Fasiq Yaitu orang-orang yang melanggar janji Allah, memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah menghubungkannya dan mereka melakukan bencana di atas muka bumi. QS. Al-Baqarah (2): 26-27 Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi. QS. Al-Hasyr (59): 19 Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. Sombong Adalah orang yang hatinya ingkar dan membantah terhadap ayat-ayat Allah dan mereka tidak beriman dengan Allah QS. Al-Nahl (16): 22 Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. QS. Ghaafir (40): 35 (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-

orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. QS. Ghaafir (40): 56 Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. QS. Al-Araf (7): 12 Allah berfirman, Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab, Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Zalim QS. As-Sajdah (32): 22 Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. Dusta QS. Al-Baqarah (2): 10 Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. QS. Mursalaat (77): 9-19 Dan apabila langit Telah dibelah, dan apabila gunung-gunung Telah dihancurkan menjadi debu, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka,) Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)? Sampai hari Keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari Keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Bukankah kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? Lalu kami iringkan (azab kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Banyak Dosa QS. Al-Muthaffifin (83): 14 Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Semua sifat-sifat yang disebutkan di atas tadi akan berakhir dengan kemurkaan dari Allah swt. Karena itu, sifat-sifat itu harus diobati. Obatnya dengan mujahadah. Manakala kelompok kedua adalah sifat-sifat yang berasal dari penyakit syubhat yang ada pada personaliti seseorang.

Jahil. QS. Az-Zumar (39): 65 Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Ragu-Ragu. QS. Al-Hajj (22): 55 Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu- raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. Menyimpang. QS. Al-Maidah (5): 13 (tetapi) Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempattempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka Telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Lalai QS. Al-Araf (7): 179 Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Buah Ma'rifatullah
Seorang ahli ibadah akan optimis dalam hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan mengarahkan hidupnya. Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah. Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya. Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah. Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup. Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track). Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah. Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan. Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat. Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut. Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan

setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat. Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa menumbuhkan ACM (Aku Cinta Masjid). Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan dengan air. Tidak mungkin seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan keimanannya bila ia tidak akrab dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan terhadap shalat dan masjid adalah dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid dan dilakukan secara berjamaah. Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah dengan datang lebih awal ke masjid untuk menunggu shalat. Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin sulit, tidak ada yang bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar untuk menggapai pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. Cara menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah. Wallaahu a'lam

Power Ma'rifatullah Dalam Kesuksesan


Written by Indri Zulaikha http://mta-online.com/v1/index.php?option=com_content&task=view&id=64&Itemid=33 Thursday, 28 December 2006 Sebagai seorang muslim sebenarnya kebanyakan dari kita kurang mengenal Allah, keindahan Islam dan aturan Islam itu sendiri. Kita lebih sibuk dengan alam pikir kita masing-masing yang kadang kala kalau tidak diarahkan malah jadi bumerang bagi langkah kita selanjutnya. Allah sudah menurunkan bagi kita AlQuran sebagai petunjuk pedoman hidup kita dalam menjalani kehidupan, tidak ada keraguan di dalamnya (QS. 2:2). Mari kita renungkan, Allah bukanlah sekedar orang yang super genius, bukan makhluk ghoib yang diciptakan, bukan robot canggih, tetapi Allah adalah PENCIPTA kita, adakah yang lebih mengetahui tentang suatu ciptaan, dibandingkan PENCIPTAnya? Melalui Al Quran Allah mengajak kita pada Islam sebagai satu-satunya agama yang diridloi (QS 3:19) di bumi ini. Islam berarti tunduk terhadap aturan Allah, siap menerima segala perintahmya dan menjauhi laranganNya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan ringan maupun berat hati. Kita diperintahkan bekerja, berikhtiar didunia sebagai sarana untuk meraih akherat (QS. 39:39), berdoa (QS 2: 185), bersabar (QS 2: 153), tawakkal, ikhlas (QS4:146; QS.39: 2-3) dan tidak berputus asa dari rahmat Allah, maka harus kita upayakan semaksimal mungkin melaksanakannya. Bukan hanya sampai pada Islam (tunduk) saja, tetapi agar semangat kita tidak mudah loyo, kita harus selalu kita meningkatkan marifatullah kita agar sampai pada derajad IMAN (yakin). Keyakinan akan janji Allah akan memunculkan kekuatan yang luar biasa. Kadang terasa di luar logika. Dengan keyakinan kepada Allah dan harapan akan pertolongan Allah, insyaAllah Allah akan memberi kemudahan karena dzat Allah itu seperti apa yang kita pikirkan.. Kalaupun ada kesulitan, maka itu akan selalu disikapi dengan positif sebagai latihan kesabaran sekaligus keyakinan bahwa pasti ada hikmah yang bisa diambil dibalik segala ujian yang Allah berikan pada kita, sehingga bisa selalu ikhlas dan ridlo terhadap segala ketentuanNya. Allah berjanji tidak akan menganiaya hamba-hambaNya, janji Allah ini pasti ditepati, karena Allah adalah Maha Bijaksana dan

Maha Menepati janji. Jika keyakinan kepada Allah tidak dibangun, maka kita akan mudah patah semangat jika hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan kita, berpikir dangkal, mudah terbakar emosi, tidak menghargai proses dan menyukai hasil instant. Dalam kehidupan inipun, untuk meraih kesuksesan memerlukan keyakinan terhadap kemampuan diri, harus PD alias percaya diri. Ingatlah, sebelum kita menjadi embrio kita telah bersaing dengan jutaan sperma, dan akhirnya kitalah yang menjadi pemenangnya, jadi masing-masing dari kita mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Tergantung kita mau tidak melalui jalan-jalan menuju kesuksesan yang memang butuh pengorbanan. Sejak awal sebenarnya manusia sudah diberi potensi yang bisa dikembangkan, tetapi sayang kebanyakan manusia tidak mau menggali potensi yang ada pada dirinya.

Sebagai contoh, ada orang-orang pilihan yang meskipun oleh Allah diberi ujian dalam bentuk keerbatasan fisik (cacat fisik) tetapi karena mereka tidak menyerah dengan keadaan dan yakin bahwa mereka pasti punya kelebihan lain, justru banyak diantara mereka yang sukses. Ada yang sukses di dunia ada juga yang sukses dunia akherat kalau dilandasi dengan iman. Usaha yang tidak dilandasi keyakinan bisa sukses akan sangat rapuh dan tidak memacu syaraf, otot, maupun organ lain untuk berfungsi maksimal. Hal tersebut karena otak menginstruksikan tidak yakin terhadap kemampuan diri sendiri, sehingga respon yang diberikan juga biasa-biasa saja bahkan cenderung melemah. Sebagai contoh ketika kita belajar, jika kita selalu berpikir soal-soal yang kita pelajari kemungkinan tidak keluar di ujian, kemudian jika kita menemui soal yang agak sulit kita malah berdoa semoga soal ini tidak keluar di ujian, maka kapan kita akan benar-benar sungguh-sungguh memompa kemampuan kita untuk bisa memecahkan soal tersebut? Berpikirlah kita bisa melakukannya, kita pasti bisa. Ada masalah? Itu bagian dari proses, hadapi, cari solusi, maju terus! Jangan takut gagal, gagal adalah pembelajaran menuju keberhasilan, bukan akhir perjuangan. Jadikan semangat kekasih kita Rasulullah SAW, para sahabat, dan tabit tabiin sebagai tauladan dalam meraih keridloanNya dan meraih cintaNya nan indah. Semangat Orang-orang Beriman Tidak Pernah Padam Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka demi membela agama Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.s. alHujurat: 15). Bila kita sedang ditimpa was-was dari syetan dalam bentuk kemalasan, futur, lemah, maka cepat sadari bahaya tersebut, Allah telah memberi solusi untuk kembali kepadanya dan memohon pertolonganNya.

Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orangorang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Q.s. al-Araf: 200-1).

You might also like