You are on page 1of 31

Tari Saman; Kesenian Asli Asal Gayo

oleh TARI SAMAN pada 29 November 2010 pukul 19:19 (Tanggapan atas Tulisan Thayeb Loh Angen, yang berjudul; Saman dan Seudati Dua Tarian Kembar dari Pase)

Oleh Sabela Gayo

Tari saman merupakan hasil akal budi dan karya ciptaan masyarakat Gayo khususnya yang berasal dari Lokop Serbejadi (Aceh Timur) dan Gayo Lues yang ditirukan dari gerakan-gerakan Gajah Putih ketika digiring oleh para pang (pengawal Kerajaan Linge) dari Gayo menuju Aceh. Masyarakat Gayo yang hidup di sepanjang aliran sungai Kala Jemer (Aceh Timur) sudah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi pada masa tersebut. Tari Saman sudah ada dan hidup didalam masyarakat Gayo jauh sebelum Islam datang (masa pra Islam) dan bukan diciptakan pada abad 18 oleh seorang ulama yang bernama Syech Saman yang digunakan sebagai media penyebaran Islam di Gayo Lues (kawasan Leuser). Hal ini sama halnya dengan sistem hukum adat Sarakopat yang sudah ada sebelum Islam masuk ke Gayo. Sebelum Islam masuk ke Gayo sistem hukum adat yang berlaku adalah Saraktulu(Hukum yang Tiga) yang didalamnya terdiri unsur; Reje, Petue dan Rayat. Ketika Islam masuk maka Saraktulu berubah menjadi Sarakopat dengan ditambahnya unsur Imem (Imam/Ulama) ke dalam sistem hukum adat Gayo. Penambahan unsur Imem menjadi unsur hukum adat di Gayo merupakan suatu bukti penerimaan rakyat Gayo secara sukarela terhadap ajaran Islam.

Menurut catatan sejarah Islam lebih dahulu masuk ke Gayo Lues dibandingkan ke Pase. Masuknya Islam ke wilayah Gayo khususnya Lokop Serbejadi dan Gayo Lues bukanlah pada abad ke 18 bersamaan dengan masuknya Tarekat Sammaniyah (Tulisan Thayeb Loh Angen; Saman dan Seudati, Dua Tarian Kembar dari Pase; 2010). Melainkan, pada abad ke 11 jauh sebelum abad 18 sedangkan Islam baru masuk ke Pase pada abad ke 13. Islam sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat Gayo khususnya di Lokop Serbejadi dan Gayo Lues. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Mesjid Nampaan di Kec.Blangkejeren, Gayo Lues pada tahun 1214. Mesjid Nampaan merupakan mesjid tertua di Aceh Bahkan dari bukti sejarah itu justru orang Gayo lah yang menyebarkan Islam ke daerah Pase dimana salah satu putra asli Gayo yang bernama asli Merah Silu yang juga merupakan anak Yang Mulia Raja Linge Adi Genali menjadi raja Islam pertama di negeri Pase dengan gelar Sultan Malik As-Saleh (Malikussaleh). Hal ini dibuktikan lagi dengan adanya beberapa Kerajaan besar di wilayah Gayo yang sudah lama memeluk Islam bahkan simbol-simbol stempel kerajaan-kerajaan tersebut bernuansa Islam jauh sebelum abad ke 18, jauh sebelum Tarekat Sammaniyah datang ke Aceh. Adapun beberapa kerajaan besar di Gayo yang sudah memeluk Islam jauh sebelum abad ke 18, adalah; Kerajaan Abuk di Lokop Serbejadi (Aceh Timur), Kerajaan Linge, Kerajaan Patiamang di Blangkejeren (Gayo Lues), Kerajaan Syiah i Nosar, Kerajaan Cik dan Kerajaan Bukit. Dengan adanya bukti sejarah tersebut bahwa Islam sudah masuk ke Gayo khususnya Lokop Serbejadi dan Gayo Lues jauh sebelum abad ke 18 maka sungguh mustahil jika orang Gayo khususnya di Gayo Lues baru memeluk Islam seiring dengan datangnya Syech Saman bersama dengan tarekat Sammaniyanya dengan membawa misi penyebaran Islam.

Tari saman bukanlah berasal dari nama seorang ulama asal Pase yang bernama Syech Saman, tetapi kata Saman berasal dari kata dalam bahasa Gayo yaitu; Peraman, yang berarti tutur/gelar/nama panggilan. Tari peraman pada mulanya ditarikan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran anak di dalam suatu keluarga Gayo. Rasa syukur kepada Allah SWT itu kemudian diwujudkan oleh pemuda-pemuda Gayo ke dalam bentuk gerakangerakan tari yang ditirukan dari gerakan-gerakan gajah putih yang sedang berjalan dari Gayo menuju Aceh, gerakangerakan tersebut di dalamnya terdapat shalawat kepada Rasullah SAW, kata-kata nasehat, petuah-petuah, dan pujipujian kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan tambahan anggota keluarga. Seiring dengan perkembangannya tari Peraman berubah nama menjadi tari Saman, yang juga sering disebut dengan tari Sahan Peraman e (Siapa nama panggilannnya) menunjukkan kepada si anak dan orang tua si anak tersebut.

Islam masuk ke wilayah nusantara, khususnya Gayo pada abad ke 11 yang dibawa oleh seorang ulama Arab yang bernama Said Syech Ibrahim (Rakyat Aceh; hal 1; 2010). Sang ulama masuk ke Gayo Lues dari Wih Ben (sekarang daerah tersebut bernama Bayen). Di daerah Wih Ben itu ada sebuah Dayah/Pesantren yang bernama Zawiyah Cot Kala. Dayah tersebut merupakan dayah pertama yang berdiri di Aceh yang banyak menghasilkan para pendakwah Islam yang kemudian menjadi penyebar Islam di Aceh. kemudian sang ulama Said Syech Ibrahim ia menuju Perlak, setelah itu beliau menuju Serbejadi Lokop dan akhirnya sampailah beliau ke Gayo Lues tepatnya di Desa Penampaan, Kec.Blangkejeren, Gayo Lues. Kemudian sang ulama membangun sebuah mesjid sebagai simbol bahwa Islam sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Gayo Lues di desa Penampaan, Kec.Blangkejeren, Gayo Lues. Mesjid tersebut dibangun dengan bantuan seorang tukang yang bernama Said Syech Gunung Gerdung (Rakyat Aceh; hal 1; 2010). Mesjid tersebut sampai hari ini masih berdiri kokoh dan dapat dilihat dalam bentuknya yang asli, sehingga adalah suatu kekeliruan yang nyata yang disampaikan oleh Thayeb Loh Angen dalam tulisannya Tari Saman dan Seudati; Dua Tarian Kembar dari Pase, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Gayo Lues karena disebarkan oleh seorang ulama Aceh asal Pase yang bernama Syech Saman yang membawa gerakan-gerakan tarekat Sammaniyah yang kemudian berubah menjadi Tari Saman, padahal Islam sendiri baru masuk ke Pase pada abad ke 13, artinya lebih dahulu Islam masuk ke Gayo Lues baru kemudian berkembang dan tersebar ke wilayah Pase. Jadi bagaimana mungkin seorang ulama Aceh asal Pase yang bernama Syech Saman itu menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Gayo Lues yang sudah terlebih dahulu memeluk islam dibandingkan dengan daerah asal sang ulama sendiri yaitu Pase?.

Penulis Adalah: 1. Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pemuda Gayo (PP IPEGA). 2. Direktur Eksekutif Biro Bantuan Hukum Sentral Keadilan (BBH-SK) Banda Aceh.

Source: http://www.lovegayo.com/?p=919

TARI SAMAN ATAU RATOEH DUEK?


oleh TARI SAMAN pada 5 November 2009 pukul 18:27

RATOEH DUEK

Apabila mengamati perkembangan tari yang diajarkan di ekstrakurikulum sekolah-sekolah di Jakarta, semua anak yang sekolahnya mewajibkan tari dalam ekskulnya pasti akan lansung menyebut tari Saman yang telah dan akan dipelajari. Tarian ini dikenali sebagai tarian yang dinamis, rampak dan memakai vokal serta tepukan-tepukan tubuh sebagai iringannya.

Sejak era 70 an tari dari daerah Aceh yang populer di Jakarta pastilah orang menyebutnya sebagai TARI SAMAN. Tapi tahukah kita bahwa sesungguhnya tari yang populer tadi bukanlah tari Saman semata. Tokoh tari dari Daerah Istimewa Aceh yang mempopulerkan tari Aceh di Jakarta adalah bapak Marzuki dan Bapak Nurdin Daud Alm. Tetapi merekapun tidak pernah menyebutkan bahwa tarian mereka adalah tari Saman. Melainkan tari yang merupakan eksplorasi dan kreativitas mereka berdua sebagai hasil koreografi penggabungan dari Tari Seudati, Pho, Saman dan Ratoeh. Dan mereka menamakan tariannya sebagai tari RAMPAI ACEH.

Tahun 1999, datanglah seorang anak muda bernama YUSRI SALEH, yang terkenal dengan nama panggilan DEGAM, asli anak Aceh yang lahir pada 5 Februari 1977. Kariernya di Jakarta dimulai sebagai penata tari terbaik parade tari daerah tingkat nasional di TMII. Pada event ini DEGAM membuat satu nomor tari sebagai hasil dari eksplorasi tari Likok Pulo ( Aceh Besar ), yang memakai Rapai atau gendang sebagai iringannya. Dari prestasinya mulailah ia merambah ke sekolah-sekolah di Jakarta. Dari Labschool, Alazhar, Global Islamic, SMU 70, SMU Cisauk, SMU 46 dllsemuanya mewajibkan tari ini sebagai ekskulnya. Bayangkan dari 2x festival dalam setahun tari Saman yang di Jakarta sampai sekarang mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 3x dalam sebulanfantastis, betapa fenomenalnya tari ini.

SAMAN Belakangan akibat dari tekanan dan kontroversi beberapa tokoh dari daerah Aceh, DEGAM berinisiatif menamakan tariannya sebagai RATOEH DUEK. Karena tari Saman tidak ada yang menggunakan Rapai sebagai iringannya. Ini menjadi penekanan bahwa tari Aceh yang populer, di festivalkan di kalangan pelajar bukanlah SAMAN, melainkan RATOEH DUEK.

Sayangnya tari yang fenomenal ini justru mengalami kesalahan yang cukup fatal karena orang selalu menyebutnya sebagai Saman tarian dari Aceh, bahkan sampai seluruh manca negara menyebutnya demikian. Padahal tarian Aceh banyak macamnya dan bukan melulu Saman.. Saman..dan Saman.

Dibawah ini adalah dokumentasi dari Tari Saman dan Tari Ratoeh Duek, secara kasat mata memang kelihatan sama tapi bila diperhatikan dengan teliti sangat jauh bedanya.

http://www.youtube.com/watch?v=-LikgiZn6jU http://www.youtube.com/watch?v=0c9VVUA2aWA

Sumber: antiyank.wordps

Dari tulisan ini maka timbul pertanyaan 'mengapa orang lebih mengenal tari Saman' ? semoga para fan "Tari saman" bisa menjawabnya.

Saman dance page fan link: http://www.facebook.com/Samandance

Salam Admin

Syair Saman
oleh TARI SAMAN pada 2 November 2009 pukul 7:37 Gayo = Indonesia

Persalaman

1. Rengum/ Dering

Hmm laila la aho Hmm laila la aho Hoya-hoya, sarre e hala lem hahalla Lahoya hele lem hehelle le enyan-enyan Ho lam an laho

Aum/ Koor Aum Hmm tiada Tuhan selain Allah Hmm tiada Tuhan selain Allah Begitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibu Nah itulah-itulah Tiada Tuhan selain Allah

1. Salam Kupenonton

Salamualikum kupara penonton Laila la aho Simale munengon kami berseni Lahoya, sarre e hala lem hahalla Lahoya hele lem hehelle

Le enyan-enyan Ho lam an laho Salamni kami kadang gih meh kona Laila la aho Salam merdeka ibuh kin tutupe Hiye sigenyan enyan e alah Nyan e hailallah Laila la aho, ala aho

Salam Kepada Penonton

Assalamualaikum ya para penonton Tiada Tuhan selain Allah Yang hendak melihat kami berseni Begitu pula semua kaum bapak Begitu pula kaum ibu Nah itulah-itulah Tiada Tuhan selain Allah Salam kami mungkin tidak semua kena Tiada tuhan selain allah Salam merdeka dijadikan penutupnya Ya itulah, itulah, aduh Itulah, kecuali Allah Tiada tuhan selain Allah, selain allah

Uluni Lagu/ Kepala lagu

1. Asalni Kededes

Asalni kededes kedie Asalni kededes ari ulung kele keramil Sentan ire rempil kedie Sentan irerempil he kemenjadi jadi bola Asalni kededes kedie Asalni kededes ari ulung kele keramil Sentan irerempil kedie Sentan irerempil he kemenjadi jadi bola Asalni kededes kedie

Asalani kededes ari ulung ke le keramil Sentan irerempil kedie Santan irerempil he menjadi jadi bola Inget-inget bes yoh ku ine e

Asal Bola Daun Kelapa Asal bola daun kelapa kiranya Asal bola daun kelapa dari daun kelapa Begitu dijalin-jalin kiranya Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola Asal bola daun kelapa kiranya Asal bola daun kelapa dari daun kelapa Begitu dijalin-jalin kiranya Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola Asal bola daun kelapa kiranya Asal bola daun kelapa dari daun kelapa Begitu dijalin-jalin kiranya Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola Ingat-ingat awas sayangku aduh ibu

1. Salam Ni Rempelis Mude

Oreno nge tewah ari beras beras padi Ya hoya, oi manuk kedidi He menjadi rem rempelis mude Ne inget bes inget bes Oi kiri sikuen kiri Ara salamualaikum, rata bewene Ara kesawah jamuni kami Ne inget-inget bes yohku Kuguncang male kuguncang Salamualaikum rata bewene Ne inget bes mien yohku Ingatin bang tudung Oi mude kin ulung mude Ipantasan mulo

Salam dari Rampelis Mude (Rampelis Mude nama sanggar)

O runduk sudah rebah dari beras beras padi Ya, begitulah oi burung kedidi Hai menjadi Rempelis Muda Oh ibu, ingat awas, awas Oi yang dikiri dikanan-kiri Assalamualaikum, rata semuanya Adakah tiba tamu kami Oh ibu, inga-ingat, awas sayangku Ku guncang akan ku guncang Assalamualaikum rata semuanya Oh, ibu ungat awas lagi sayangku Digantilah tudung Oi muda untuk daun uda Dipercepat dulu.

Lagu-lagu

1. Le Alah Payahe

He le ala payahe kejang E kejang mufaedah payah musemperne Enge ke engon ko kuseni ruesku Senangke atemu kami lagu nini Ine inget-inget bes mien yoh ku ine Oho ingatin bang tudung uren Awin gere kedie muselpak Jangko gere kedie muleno Beluh gere kedie berulak Jarak gere kedie mudemu Ine ilingang lingeken mulo Yoh kukiri sikuen kiri Tatangan katasan Enti lale cube die ine Awin gere kedie muselpak Jangko gere kedie muleno Beluh gere kedie berulak Jarak gere kedie mudemu Jadi bang mulongingku ine

O kejang teduhmi ningkah Ike payah teduhmi kite Ike gaduh tuker mulo

Aduh Payahnya Hai, aduh payahnya, payah lelah E, lelah berfaedah, payah memuaskan Sudahlah kau lihat sendi ruasku Senangkah kamu kami seperti ini Oh ibu, ingat-ingat lagi sayangku, oh ibu Oho, diganti dulu payung hujan Di tarik, tidaklah nanti patah Dijangko tidaklah nanti rebah Pergi tidaklah nanti kembali Jauh tidaklah lagi bertemu Oh ibu, di goyang, di geleng dulu Hai ke kiri, ke kanan-kiri Angkatlah lebih tinggi Jangan lalai cobalah dulu, oh ibu Di tarik, tidaklah nanti patah Dijangko tidaklah nanti rebah Pergi tidaklah nanti kembali Jauh tidaklah lagi bertemu Cukuplah dulu adikku, oh ibu Oh, capek berhenti dulu meningkah Jika payah berhenti dulu kita Jika letih tukar dulu

1. Balik Berbalik

Iye balik berbalik Gelap uram terang uren urum sidang Simunamat punce wae ala aho He nyan e hae ala aho Aho aho aho Iye balik berbalik Gelap uram terang uren urum sidang Simunamat punce wae ala aho

He nyan e hae ala aho Aho aho aho

Balik Berbalik Iya ku balik berbalik Gelap dengan terang, hujan dengan teduh Yang nmemegang punca Dialah, Ya Tuhan Itulah dia, ya Tuhan Ya Allah Ya Allah Ya Allah Iya ku balik berbalik Gelap dengan terang, hujan dengan teduh Yang nmemegang punca Dialah, Ya Tuhan Itulah dia, ya Tuhan Ya Allah Ya Allah Ya Allah

Penutup

1. Gere Kusangka

Gere kusangka, aha kenasibku bese Berumah rerampe ehe itepini paya Berumah rerampe ehe itepini paya Suyeni uluh, nge turuh supue sange Mago-mago bese aku putetangak mata Mago-mago bese aku putetangak mata Tetea tetar ahar reringe petepas Gere kidie melas dengan naik iruangku Gere kidie melas dengan naik iruangku

Tidak Kusangka Tidak kusangka, aha kalau nasibku begini Berumah rerumputan ditepinya rawa Berumah rerumputan ditepinya rawa Tiangnya bambu, sudah bocor atap dari pimping Sulit-sulit begitu aku berputih mata Sulit-sulit begitu aku berputih mata Lantainya belahan bambu, dindingnya pun tepas Tidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku

Tidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku

1. Kemutauh Uren

Kemutauh uren ari langit Munerime kedie bumi Kemutauh uren ari langit Munerime kedie bumi I nampaan ara baro renah Cabang tewah ku lawe due Ari abang gih mungkin berubah Bier lopah itumpun kudede Kemutauh uren ari langit Munerime kedie bumi Kemutauh uren ari langit Munerime kedie bumi I nampaan ara baro renah Cabang tewah ku lawe due Ari abang gih mungkin berubah Bier lopah itumpun kudede Kerna langkah ni kami serapah Berizin mi biak sudere Kesediken cerak kami salah Niro maaf kuama ine

Jika Turun Hujan Jika turun hujan dari langit Menerimakah kiranya bumi Jika turun hujan dari langit Menerimakah kiranya bumi Di nampaan ada waru rendah Cabang rebah ke lawe due Dari abang tidak mungkin berubah Biar pisau tancapkan ke dada Jika turun hujan dari langit Menerimakah kiranya bumi Jika turun hujan dari langit Menerimakah kiranya bumi

Di nampaan ada waru rendah Cabang rebah ke Lawe Due Dari abang tidak mungkin berubah Biar pisau tancapkan ke dada Karena langkah kami segera bergegas Mohon izin kepada sanak saudara Sekiranya ucapan kami salah Mohon maaf kepada ibu-bapak

Sumber: pusaka2aceh.wordps

Tari Saman siapa yang punya ?


oleh TARI SAMAN pada 8 Januari 2010 pukul 23:25 Oleh: Azhari Lubis

Dok.alabaspos.com anak anak di Kabupaten Gayo Lues,selalu melekat dengan tarian saman,dan sebauh kebanggan jika mampu membawakan tarian ini dengan baik,lengkap dengan pakaian tradisionalnya yang disebut"kerawang Gayo)

Tarian saman kini mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan telah dinikmati dan disenangi oleh masyarakat Mancanegara ,berbagai grup maupun sanggar seni kini mencoba memperdalam tarian yang sering disebut sebagai tarian tangan seribu, namun masyarakat luas tidak banyak mengetahui dari mana asal tarian saman ,dan siapa pemilik aslinya ,yang dikenal oleh masyarakat luas tarian saman merupakan tarian asal Aceh,ini wajar karena pemilik aslinya,masuk dalam wilayah provinsi aceh, tetapi yang biasa disajikan oleh grup sanggar tari, umumnya hanya merupakan sebuah bayangan atau sebuah kolaburasi dari tarian yang sebenarnya, apalagi tarian saman yang sering ditampilkan oleh sanggar tari sering terlihat menampilkan kaum wanita dalam tarian saman,

Hal inilah yang sering menjadi pertanyaan oleh Masyarakat Gayo Lues sebagai pemilik asli tarian saman ,sebab didalam tarian saman yang telah hidup dalam masyarakat Gayo Lues sejak ratusan tahun lalu dan telah menjadi sebuah budaya ,kaum wanita tidak pernah dilibatkan dalam tarian saman, sebab dalam budaya Gayo Lues untuk kaum wanita ada tarian khusus bagi kaum wanita yakni tari Binnes,jadi tidak pernah terlihat ada kaum wanita ikut serta dalam barisan tarian saman.

Tentunya perlu diketahui bahwa tarian saman merupakan budaya Asli milik masyarakat Gayo Lues, yang masih originil,sebab tariam saman selain menjadi sebuah budaya dikalangan masyarakat Gayo Lues tentunya juga merupakan sebuah budaya yang menjadi perekat sebuah tali persaudaraan dan tali silaturhmi, sudah saatnya pemerintah Kabupaten Gayo Lues tidak berdiam diri melihat seni tari saman ini akan diambil dan diakui oleh orang lain sebagai tarian miliknya, seperti yang pernah dilakukan oleh Malaysia ,yang mengakui reog ponorogo sebagai tarian asli malayasia,atau lagu rasa sayang sange asal Maluku.dan kita protes ketika orang lain mencoba mengambil dan

mengakui hal itu sebagai miliknya.

Saman penyambung persaudaraan dan silaturahmi.

Sejak usia dini anak anak lelaki di Kabupaten Gayo Lues ( sebagian di Aceh tenggara) tarian saman sudah menjadi sebuah kewajiban, hampir disetiap kampung, jika ada anak anak berusia SD hingga SMP dan SMA sedang kongko kongko , dan berkumpul ,gerakan gerakan tarian saman selalu terlihat, tidak ada batas usia, jika ingin bergabung dengan tarian ini ,siapa saja boleh merapatkan bahunya dan duduk dengan tumit kaki dibawah bagian pangkal paha, mirip seperti ketika duduk diantara dua sujud dalam rangkaian sholat,lagu yang dibawakan dalam tarian ini juga lagu khusus memberikan nasehat tentang kehidupan,keEsaan Allah SWT dan cinta Rasul,dan setiap penampilan dimuka umum tarian saman selalu dibuka dengan meminta ijin dari yang hadir serta mengucapkan asma Allah, beberapa sumber menyebutkan ,ini merupakan sebuah ajaran Islam, sebelum masuknya Islam di Gayo Lues tarian ini sudah ada dan sering dilakukan oleh remaja Gayo Lues,ketika istirahat dari bekerja dikebun atau disawah,oleh pendakwah Islam Syeh Saman kala itu,menjadikan tarian ini sebagai jalan untuk dakwah, Masyarakat diajarkan menyebut Asma Allah ketika tarian akan dimulai.selain itu, Tarian Saman dijadikan sebagai sarana penyambung tali persaudaraan antara masyarakat Gayo Lues dengan melakukan tanding saman (saman jalu-red),ketika usai panen padi tiba,.dimana kampung yang mengundang wajib menjamu tamunya selama dua hari dua malam ,mulai dari konsumsi ,rokok,dan peralatan mandi serta oleh oleh yang akan dibawa pulang,setiap rumah yang menjamu tamunya, tergantung kemampuannya terkadang satu rumah bisa menjamu dua atau tiga orang,dan ini tergantung dari jumlah tamu yang datang,kedatangan tamu dikampung tersebut tentunya disambut dengan meriah,bahkan dengan tarian Didong Alo dan melenkan( seperti berbalas pantun) tamu yang telah tiba dipilih oleh warga, langsung dibawa kerumah masing masing ,sitamu dilayani dengan baik bahkan seperti saudara kandung,mulai dari peralatan mandi,sampai,makan sitamu dilayani dengan baik,dan persaudaraan ini biasa disebut Serinen Saman ( saudara saman ) yang tidak beda dengan saudara kandung, biasanya pertandingan tarian saman dilakukan beberapa kali baik siang maupun malam secara bersamaan,dan regu tari saman yang sedang beraksi akan diikuti oleh regu lainnya ,gerakan gerakan yang dilakukan tim tamu misalnya,harus mampu diikuti oleh regu tari saman tuan rumah, begitu juga sebaliknya, jika tidak mampu tentunya akan disoraki oleh penonton.beberapa sumber juga menyebutkan bahwa tarian saman bagi masyarakat Gayo Lues merupakan tarian kaum lelaki bukan kaum wanita , karena gerakan serta bunyi tepukan tangan didada merupakan sebuah ciri gerakan seorang lelaki, sehingga di Gayo Lues yang namanya kaum wanita tidak pernah terlihat melakukan tarian Saman,beda jika dilakukan oleh Grup tari yang bukan dari Gayo Lues dimana wanita terlibat didalamnya.

Sebagai pemilik asli tarian saman tentunya Pemkab Gayo Lues sudah saatnya mendaftarkan tarian saman serta Binnes dan lainnya sebagai milik masyarakat Gayo Lues ke Kementerian yang membidangi hal tersebut, sehingga dikemudian hari tidak terjadi adanya pengklaiman atas tarian saman oleh pihak lain,dan tentunya masyarakat Gayo Lues tidak ingin seperti kata pepatah sapi punya susu pabrik punya nama dan yakinlah tari saman tidak akan hilang di bumi Gayo Lues,selagi budaya ini masih terus dijaga keberadaannya .(Azhari Lubis)

Sumber: http://www.alabaspos.com/view.9.616.Tari-Saman-siapa-yang-punya--.html

TARI SAMAN DIBAJAK


oleh TARI SAMAN pada 25 November 2009 pukul 12:10 Oleh Sabela Gayo

Tari saman adalah sebuah tari tradisonal yang berasal dari daerah lokop serbejadi (Aceh Timur) dan Blangkejeren (Gayo Lues). Dalam berbagai sumber sejarah yang ada Tari Saman sebenarnya untuk tingkat Provinsi Aceh berasal dari kedua daerah tersebut yaitu Lokop Serbejadi dan Blangkejeren. Bahkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah sendiri yang notabene merupakan daerah Gayo, bukan asal dari Tari Saman. Karena seni budaya yang lebih berkembang di Dataran Tinggi Tanoh Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah kesenian Didong, Sebuku, dll.

Konon pada mulanya Tari Saman diciptakan oleh seorang ulama yang menyebarkan agama islam yang bernama Syech Saman. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, seni budaya merupakan salah satu media penyampaian dakwah yang paling efektif bagi penyebaran nilai-nilai dan syiar islam di kala itu. Melalui seni-budaya biasanya masyarakat dengan cepat dan mudah menerima dan memahami pesan-pesan dakwah islam yang disampaikan melalui media seni budaya.

Pada era globalisasi, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, seni-budaya merupakan salah satu media yang paling efektif untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan dunia luar. Sedemikian pentingnya peran seni-budaya sehingga banyak Negara yang melakukan pertukaran delegasi seni-budaya dalam rangka semakin mempererat tali persaudaraan dan kesepahaman diantara sesama bangsa-bangsa di dunia. Karena demikian penting dan sakralnya sebuah identitas budaya bagi sebuah komunitas masyarakat adat sehingga masyarakat adat Bali menjadi resah ketika kelompok-kelompok tertentu di Malaysia mengklaim bahwa Tari Pendet adalah kebudayaan asli Malaysia.

Demikian halnya dengan Tari Saman yang sangat diminati dan disenangi oleh berbagai kelompok masyarakat pada setiap penampilannya. Dimana terbukti setiap kali penonton menyaksikan pementasan Tari Saman selalu berdecak kagum dan memberikan aplus yang luar biasa dalam setiap penampilannya. Kekaguman penonton mungkin dikarenakan oleh gerakan-gerakan Tari Saman yang sangat serempak dan rapi dengan semangat para penarinya yang berapi-api. Tetapi sayangnya sekarang ini, banyak para koreografer-koreografer tari ataupun pencipta-pencipta tari dengan berkedok dan berdalih TARI KREASI BARU, menjiplak, meniru dan mengambil gerakan-gerakan Tari Saman pada intinya dengan menambahkan alat-alat musik tertentu untuk menyamarkan gerakan-gerakan Tari Saman yang dicontoh, ditiru dan diambil tersebut. Kalau namanya Kreasi Baru, seharusnya merupakan tari-tarian yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, yang semula gerakan-gerakan tarinya tidak ada dan tidak dikenal kemudian menjadi ada dan dikenal. Demikian pemahaman saya tentang Kreasi Baru dari segi bahasa, entah apakah pemahaman saya itu sama dengan pencipta-pencipta seni lainnya atau tidak. Wallahualam bissawab.

Hal tersebut diatas sebenarnya tidak seberapa dan belum apa-apa jika dibandingkan dengan kondisi terakhir dimana Tari Saman sudah ditampilkan dengan penyampaian syair-syairnya yang tidak lagi memakai bahasa dan baju adat Gayo dan banyak Sanggar Tari di Aceh yang sudah mengubah syair-syair Tari Saman kedalam bahasa-bahasa lain selain

Bahasa Gayo, bahkan para penari-penarinya pun sudah memakai baju adat lain dan tidak lagi memakai baju adat Gayo. Kondisi itu tentu sangat menyedihkan dan menyakitkan perasaan ke-Gayo-an kita dimana Seni Budaya kita khususnya Tari Saman sudah dibajak oleh orang lain dengan alasan-alasan yang tidak jelas. Gerakan-gerakan tarinya ditiru, dijiplak dan diambil tetapi identitasnya berupa bahasa dan baju adat ditinggalkan. Dan hal itu terjadi di depan mata kita, tetapi mengapa kita hanya diam saja?.

Kita tidak ingin kondisi Tari Saman akan bernasib tragis sama seperti Tari Pendet dimana Negara lain mengklaim bahwa Tari Pendet itu adalah miliknya. Tapi kalau kita mau jujur Tari Pendet masih lebih untung dan baik kondisinya dibandingkan dengan Tari Saman. Kalau Tari Pendet, hanya kepemilikannya saja yang diklaim oleh Negara lain tapi gerakan-gerakan tarinya, baju adatnya, bahasa penyampaian syair-syairnya masih menggunakan bahasa bali dan memakai baju adat Bali (walaupun menurut kita baju adat Bali itu melanggar syariat). Tetapi kalau Tari Saman kondisinya lebih parah lagi, gerakan-gerakan tarinya ditiru / dipelajari / dijiplak / diambil, baju adatnya ditukar dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun ditukar ke dalam bahasa lain dan baju adat lain. apabila kondisi ini terusmenerus kita biarkan dan kita anggap enteng bukan tidak mungkin suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik orang lain dan bukan lagi milik masyarakat Gayo?, masuk akal kan?. Kalau lah seandainya Tari Saman diklaim menjadi milik orang lain tetapi gerakan-gerakan tarinya, bahasanya masih menggunakan bahasa Gayo, dan para penarinya pun masih memakai baju adat Gayo, mungkin kita tidak terlalu sedih tetapi sekarang kondisinya tidak demikian.

Datu orang Gayo menciptakan Tari Saman dengan perpaduan gerakan-gerakan yang serempak dan enerjik dan kemudian memiliki daya tarik tersendiri bagi orang yang menyaksikannya mungkin merupakan suatu karunia dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada masyarakat Gayo. Karena itu masyarakat Gayo harus mensyukuri karunia, rahmat dan pemberian Allah SWT tersebut dengan cara menjaganya, merawatnya, mengembangkannya dan melestarikannya. Sama seperti halnya dengan anak/mobil, ketika kita memperoleh karunia oleh Allah SWT berupa seorang anak maka tentunya kita akan menjaganya, merawatnya, melindunginya dan memberikan pendidikan yang layak baginya. Itu adalah bentuk rasa syukur kita atas karunia Allah SWT tersebut. Kalau rasa syukur itu tidak kita lakukan berarti kita termasuk orang-orang yang tidak mau bersyukur!. Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Quran yang artinya Apabila engkau bersyukur akan nikmat-Ku maka niscaya akan kutambah nikmat itu, tetapi apabila engkau ingkar, ingatlah sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Kasus pembajakan Tari Saman ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan dan instropeksi diri, apakah kita sebagai orang Gayo selama ini telah bersyukur kepada Allah SWT dengan segala karunia, rahmat dan pemberian-Nya? Baik itu berupa tanah pertanian yang subur, seni tari yang indah, bahasa yang luar biasa dan budaya serta peradaban yang tinggi. Coba bayangkan jika gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru/dijiplak/diambil, baju adat dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun sudah diubah, bagaimana orang lain bisa mengenal dan mempelajari bahasa, seni dan budaya Gayo ?. bagaimana orang lain bisa tahu kalau diatas bumi ini ada yang namanya Suku Gayo?. Dan mungkin

juga Tari Saman itu merupakan suatu jalan yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang Gayo untuk bisa dikenal secara luas oleh masyarakat-masyarakat lain di dunia melalui jalur seni dan budaya. Tetapi pada kenyataannya hari ini, gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru, dijiplak bahkan diambil kemudian bahasanya dan baju adat para penarinya sudah diubah sedemikian rupa oleh kelompok-kelompok tertentu dengan seenaknya, jika kondisi itu terus kita biarkan dan kita menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar-wajar saja maka berarti kita adalah termasuk manusia yang tidak bersyukur tadi dan tidak mempunyai tanggung jawab moral terhadap kesenian kita sendiri. Dan bukan tidak mungkin apabila kita lalai, suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik kelompok masyarakat lain.

Bahkan sekarang ini sudah ada opini yang berkembang bahwa seolah-seolah Tari Saman itu adalah milik sekelompok masyarakat tertentu. dan ada sebuah proyek pendidikan di Aceh yang di danai oleh USAID DBE 2 yang mengembangkan Tari Saman bukan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Gayo dan para penarinya pun tidak memakai baju adat Gayo. Bahkan mereka membuat VCD yang berisi instruksional Tari Saman dalam bahasa Aceh, Inggris dan Indonesia dan disebarkan ke Sekolah-Sekolah Dasar di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, dan Aceh Tengah agar dapat dipelajari oleh siswa-siswa SD yang notabene adalah generasi penerus. Yang apabila kondisi ini dibiarkan maka anak-anak SD yang ada di Gayo akan mempelajari Tari Saman dalam bahasa lain yang sebenarnya asal Tari Saman itu adalah dari Gayo. Ini sangat ironis sekali. dan mereka beralasan mengapa mereka lakukan seperti itu karena bahwa kondisi yang demikian yang sekarang terjadi secara nyata di lapangan dimana Tari Saman sudah ditampilkan bukan lagi dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Gayo dan para penarinya pun sudah tidak lagi memakai baju adat Gayo. Alas an yang demikian itu, tentu saja semakin memompa semangat kita untuk mengadvokasi Tari Saman secara sistematis. Sebelum hal itu terus berlanjut maka kita sebagai generasi muda Gayo harus mengambil langkah-langkah penyelamatan baik secara hukum maupun non hukum, di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan dalam rangka mengembalikan marwah dan identitas kita sebagai sebuah komunitas yang kaya akan seni dan budaya. Kalau warisan datu kita yang sudah ada saja, yang berupa Tari Saman tidak bisa kita jaga, saya kira kita jangan bermimpi untuk meraih sesuatu yang sama sekali belum ada.

Gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan bermaksud untuk melarang agar Tari Saman jangan ditampilkan oleh orang lain/kelompok lain. Bahkan sebaliknya kita sebagai masyarakat Gayo akan semakin bangga mengaku bahwa kita orang Gayo karena memiliki seni-budaya yang indah dan diminati oleh orang lain. Dan juga gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan untuk memunculkan konflik baru di tengah-tengah masyarakat/mengkotak-kotakkan masyarakat antara satu dengan yang lainnya. Tetapi gerakan yang akan kita lakukan adalah murni gerakan penyelamatan seni-budaya dalam rangka melindungi aset seni dan budaya GAYO agar tetap lestari sampai ke akhir zaman. Jadi kita tidak perlu kemel atau merasa ini hal yang tabu untuk diadvokasi. Dan Tidak ada unsur-unsur sentimen kesukuan/primordial dalam gerakan ini. Kapan lagi bahasa Gayo mau dipelajari oleh orang lain kalau bukan melalui Tari Saman? Dan kapan lagi budaya Gayo akan dikenal oleh kelompok masyarakat lain kalau bukan melalui Tari Saman?, Apakah ketika Tari Saman yang dibawakan dengan bahasa lain dan baju adat penarinya juga lain, namanya tetap Tari Saman?. Atau namanya berubah menjadi Tari Samin? Atau bahkan Tari Samun?, wallahualam bissawab.

Bukankah ketika salah satu irama lagu Peterpen yang dinyanyikan oleh penyanyi India dalam bahasa India dengan irama musik yang sama dengan yang dimiliki oleh grup musik Peterpen beberapa waktu yang lalu, itu sudah dikategorikan sebagai sebuah bentuk pembajakan? Apa bedanya dengan kondisi Tari Saman hari ini?. Kalau kondisi seperti ini terus kita biarkan dimana setiap sanggar tari di Aceh yang membawakan/menampilkan Tari Saman selalu menggunakan bahasa dan baju adat lain dan tidak menggunakan bahasa dan baju adat Gayo.maka cepat atau lambat Tari Saman akan menghilang dari Gayo, sama halnya dengan kondisi bahasa Gayo yang hampir punah. Sungguh tragis!!!.

Tari Saman, Harta Rakyat Gayo


oleh TARI SAMAN pada 2 Maret 2010 pukul 1:30 Oleh: Sabela Gayo

Tari saman adalah sebuah tari tradisonal yang berasal dari daerah lokop serbejadi (Aceh Timur) dan Blangkejeren (Gayo Lues). Dalam berbagai sumber sejarah yang ada Tari Saman sebenarnya untuk tingkat Provinsi Aceh berasal dari kedua daerah tersebut yaitu Lokop Serbejadi dan Blangkejeren. Bahkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah sendiri yang notabene merupakan daerah Gayo, bukan asal dari Tari Saman. Karena seni budaya yang lebih berkembang di Dataran Tinggi Tanoh Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah kesenian Didong, Sebuku, dll.

Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, seni budaya merupakan salah satu media penyampaian dakwah yang paling efektif bagi penyebaran nilai-nilai dan syiar islam di kala itu. Melalui seni-budaya biasanya masyarakat dengan cepat dan mudah menerima dan memahami pesan-pesan dakwah islam yang disampaikan melalui media seni budaya.

Pada era globalisasi, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, seni-budaya merupakan salah satu media yang paling efektif untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan dunia luar. Sedemikian pentingnya peran seni-budaya sehingga banyak Negara yang melakukan pertukaran delegasi seni-budaya dalam rangka semakin mempererat tali persaudaraan dan kesepahaman diantara sesama bangsa-bangsa di dunia. Karena demikian penting dan sakralnya sebuah identitas budaya bagi sebuah komunitas masyarakat adat sehingga masyarakat adat Bali menjadi resah ketika kelompok-kelompok tertentu di Malaysia mengklaim bahwa Tari Pendet adalah kebudayaan asli Malaysia.

Demikian halnya dengan Tari Saman yang sangat diminati dan disenangi oleh berbagai kelompok masyarakat pada setiap penampilannya. Dimana terbukti setiap kali penonton menyaksikan pementasan Tari Saman selalu berdecak kagum dan memberikan aplus yang luar biasa dalam setiap penampilannya. Kekaguman penonton mungkin dikarenakan oleh gerakan-gerakan Tari Saman yang sangat serempak dan rapi dengan semangat para penarinya yang berapi-api. Tetapi sayangnya sekarang ini, banyak para koreografer-koreografer tari ataupun pencipta-pencipta tari dengan berkedok dan berdalih TARI KREASI BARU, menjiplak, meniru dan mengambil gerakan-gerakan Tari Saman pada intinya dengan menambahkan alat-alat musik tertentu untuk menyamarkan gerakan-gerakan Tari Saman yang dicontoh, ditiru dan diambil tersebut. Kalau namanya Kreasi Baru, seharusnya merupakan tari-tarian yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, yang semula gerakan-gerakan tarinya tidak ada dan tidak dikenal kemudian menjadi ada dan dikenal. Demikian pemahaman saya tentang Kreasi Baru dari segi bahasa, entah apakah pemahaman saya itu sama

dengan pencipta-pencipta seni lainnya atau tidak. Wallahualam biss awab.

Hal tersebut diatas sebenarnya tidak seberapa dan belum apa-apa jika dibandingkan dengan kondisi terakhir dimana Tari Saman sudah ditampilkan dengan penyampaian syair-syairnya yang tidak lagi memakai bahasa dan baju adat Gayo dan banyak Sanggar Tari di Aceh yang sudah mengubah syair-syair Tari Saman kedalam bahasa-bahasa lain selain Bahasa Gayo, bahkan para penari-penarinya pun sudah memakai baju adat lain dan tidak lagi memakai baju adat Gayo. Kondisi itu tentu sangat menyedihkan dan menyakitkan perasaan ke-Gayo-an kita dimana Seni Budaya kita khususnya Tari Saman sudah dibajak oleh orang lain dengan alasan-alasan yang tidak jelas. Gerakan-gerakan tarinya ditiru, dijiplak dan diambil tetapi identitasnya berupa bahasa dan baju adat ditinggalkan. Dan hal itu terjadi di depan mata kita, tetapi mengapa kita hanya diam saja?,

Kita tidak ingin kondisi Tari Saman akan bernasib tragis sama seperti Tari Pendet dimana Negara lain mengklaim bahwa Tari Pendet itu adalah miliknya. Tapi kalau kita mau jujur Tari Pendet masih lebih untung dan baik kondisinya dibandingkan dengan Tari Saman. Kalau Tari Pendet, hanya kepemilikannya saja yang diklaim oleh Negara lain tapi gerakan-gerakan tarinya, baju adatnya, bahasa penyampaian syair-syairnya masih menggunakan bahasa bali dan memakai baju adat Bali (walaupun menurut kita baju adat Bali itu melanggar syariat). Tetapi kalau Tari Saman kondisinya lebih parah lagi, gerakan-gerakan tarinya ditiru / dipelajari / dijiplak / diambil, baju adatnya ditukar dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun ditukar ke dalam bahasa lain dan baju adat lain. apabila kondisi ini terusmenerus kita biarkan dan kita anggap enteng bukan tidak mungkin suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik orang lain dan bukan lagi milik masyarakat Gayo?, masuk akal kan?. Kalau lah seandainya Tari Saman diklaim menjadi milik orang lain tetapi gerakan-gerakan tarinya, bahasanya masih menggunakan bahasa Gayo, dan para penarinya pun masih memakai baju adat Gayo, mungkin kita tidak terlalu sedih tetapi sekarang kondisinya tidak demikian.

Datu orang Gayo menciptakan Tari Saman dengan perpaduan gerakan-gerakan yang serempak dan enerjik dan kemudian memiliki daya tarik tersendiri bagi orang yang menyaksikannya mungkin merupakan suatu karunia dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada masyarakat Gayo. Karena itu masyarakat Gayo harus mensyukuri karunia, rahmat dan pemberian Allah SWT tersebut dengan cara menjaganya, merawatnya, mengembangkannya dan melestarikannya. Sama seperti halnya dengan anak/mobil, ketika kita memperoleh karunia oleh Allah SWT berupa seorang anak maka tentunya kita akan menjaganya, merawatnya, melindunginya dan memberikan pendidikan yang layak baginya. Itu adalah bentuk rasa syukur kita atas karunia Allah SWT tersebut. Kalau rasa syukur itu tidak kita lakukan berarti kita termasuk orang-orang yang tidak mau bersyukur!. Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Quran yang artinya Apabila engkau bersyukur akan nikmat-Ku maka niscaya akan kutambah nikmat itu, tetapi apabila engkau ingkar, ingatlah sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Kasus pembajakan Tari Saman ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan dan instropeksi diri, apakah kita sebagai orang Gayo selama ini telah bersyukur kepada Allah SWT dengan segala karunia, rahmat dan pemberian-Nya? Baik itu berupa tanah pertanian yang subur, seni tari yang indah, bahasa yang luar biasa dan budaya serta peradaban yang

tinggi. Coba bayangkan jika gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru/dijiplak/diambil, baju adat dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun sudah diubah, bagaimana orang lain bisa mengenal dan mempelajari bahasa, seni dan budaya Gayo ?. bagaimana orang lain bisa tahu kalau diatas bumi ini ada yang namanya Suku Gayo?. Dan mungkin juga Tari Saman itu merupakan suatu jalan yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang Gayo untuk bisa dikenal secara luas oleh masyarakat-masyarakat lain di dunia melalui jalur seni dan budaya. Tetapi pada kenyataannya hari ini, gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru, dijiplak bahkan diambil kemudian bahasanya dan baju adat para penarinya sudah diubah sedemikian rupa oleh kelompok-kelompok tertentu dengan seenaknya, jika kondisi itu terus kita biarkan dan kita menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar-wajar saja maka berarti kita adalah termasuk manusia yang tidak bersyukur tadi dan tidak mempunyai tanggung jawab moral terhadap kesenian kita sendiri. Dan bukan tidak mungkin apabila kita lalai, suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik kelompok masyarakat lain.

Bahkan sekarang ini sudah ada opini yang berkembang bahwa seolah-seolah Tari Saman itu adalah milik sekelompok masyarakat tertentu, opini yang demikian tidak benar adanya. jika kondisi ini terus dibiarkan maka generasi muda. Gayo akan kehilangan sejarah dan mempelajari Tari Saman bukan dalam bentuknya yang asli lagi melainkan sudah dalam bentuknya yang lain, dengan bahasa dan baju adat yang berbeda. Padahal sejarah yang sebenarnya, asal Tari Saman itu adalah dari Gayo, walaupun ada tari yang berasal dari Meulaboh, Aceh Barat yang gerakan-gerakannya hampir mirip dengan gerakan tari Saman tetapi yang membawakan tari tersebut bukan laki-laki melainkan perempuan. Tari tersebut adalah Tari Meuseukat. Walaupun pada kenyataannya eksistensi tari Meuseukat itu pun masih bisa diperdebatkan lagi keabsahannya. Kondisi tari Saman yang sementara ini diklaim oleh orang lain sebagai tari miliknya adalah sangat ironis sekali. dan orang-orang diluar Aceh sudah terlanjur menganggap bahwa tari Saman itu adalah tari yang selama ini mereka lihat. Karena di beberapa sekolah favorit di Jakarta, tari Saman adalah salah satu pilihan seni tari favorit sebagian besar siswa-siswa sekolah di Jakarta. Sehingga untuk menyikapi kondisi yang demikian, rakyat Gayo harus berjuang kembali untuk mengembalikan marwah dan identitas tari Saman ke jalurnya yang benar. Kondisi yang demikian tentu saja semakin memompa semangat kita untuk mengadvokasi Tari Saman secara sistematis, agar dikembalikan pada pemilik aslinya yaitu rakyat Gayo. Sebelum persepsi yang keliru hal itu terus berlanjut maka kita sebagai generasi muda Gayo harus mengambil langkah-langkah penyelamatan baik secara hukum maupun non hukum, di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan dalam rangka mengembalikan marwah dan identitas kita sebagai sebuah komunitas yang kaya akan seni dan budaya. Kalau warisan datu yang sudah ada saja, yaitu Tari Saman tidak bisa kita jaga dan lestarikan, saya kira kita jangan bermimpi untuk bisa meraih sesuatu yang sama sekali belum ada.

Gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan bermaksud untuk melarang agar Tari Saman jangan ditampilkan oleh orang lain/kelompok lain. Bahkan sebaliknya kita sebagai masyarakat Gayo akan semakin bangga mengaku bahwa kita orang Gayo karena memiliki seni-budaya yang indah dan diminati oleh orang lain. Dan juga gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan untuk memunculkan konflik baru di tengah-tengah masyarakat/mengkotak-kotakkan masyarakat antara satu dengan yang lainnya. Tetapi gerakan yang akan kita lakukan adalah murni gerakan penyelamatan seni-budaya, dalam rangka melindungi aset seni dan budaya GAYO agar tetap lestari sampai ke akhir zaman. Jadi kita tidak perlu kemel atau merasa ini hal yang tabu untuk diadvokasi. Dan Tidak ada unsur-unsur sentimen kesukuan/primordial dalam gerakan ini. Kapan lagi bahasa Gayo mau dipelajari oleh orang

lain kalau bukan melalui Tari Saman? Dan kapan lagi budaya Gayo akan dikenal oleh kelompok masyarakat lain kalau bukan melalui Tari Saman?, Apakah ketika Tari Saman yang dibawakan dengan bahasa lain, baju adat dan penarinya juga lain, namanya tetap Tari Saman?. Atau namanya berubah menjadi Tari Samin? Atau bahkan Tari Samun?, wallahualam bissawab. Pertanyaan yang kemudian harus ditanyakan kepada rakyat Gayo adalah Kalau bukan sekarang menyelamatkan tari Saman, kapan lagi?, kalau bukan rakyat Gayo yang bergerak, siapa lagi yang diharap?.

beberapa waktu yang lalu kita mendengar ketika kasus pembajakan lagu Peterpen yang dinyanyikan oleh penyanyi India dalam sebuah film produksi Bollywood, dengan menggunakan bahasa India dan irama musik yang sama dengan yang dimiliki oleh grup musik Peterpen, itu sudah dikategorikan sebagai sebuah bentuk pembajakan? Apa bedanya dengan kondisi Tari Saman hari ini?. Kalau kondisi seperti ini terus kita biarkan dimana setiap sanggar tari, sekolahsekolah, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, institusi pendidikan tinggi di Aceh mapun di luar Aceh yang membawakan/menampilkan suatu bentuk tarian, yang kemudian tarian itu disebut sebagai Tari Saman padahal kondisi sebenarnya Tari Saman dalam bentuknya yang asli tidak demikian adanya. Tari Saman yang sering ditampilkan baik di forum-forum internasional maupun nasional yang tidak menggunakan bahasa Gayo dan baju adat Gayo sesungguhnya Tari itu bukanlah Tari Saman. Tari Saman selalu dan wajib ditarikan/ditampilkan dengan memakai bahasa Gayo, dan baju adat Gayo, apabila Tari Saman terus-menerus dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawam dan tidak ada upaya hokum apapun dari rakyat Gayo maka cepat atau lambat Tari Saman akan menghilang dari Gayo, sama halnya dengan kondisi bahasa Gayo yang hampir punah. Sungguh tragis!!!. Semoga dengan adanya pendaftaran Tari Saman ke UNESCO dapat menyelamatkan Tari Saman itu sendiri dan menjadikan Tari Saman sebagai ikon budaya dan sarana diplomasi Rakyat Gayo baik dalam tataran lokal, regional, nasional maupun internasional.

http://www.alabaspos.com/view.1114.699.Tari-Saman--Harta-Rakyat-Gayo-.html

Tari Saman VS Tari Ratb Meuseukat


oleh TARI SAMAN pada 27 September 2010 pukul 22:21

Tari Saman dan tari Ratb Meuseukat sangat sering disalahartikan. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Saman (asli Gayo) dengan Ratb Meuseukat ada 4 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapai dan geundrang. Dan keempat, Tari Saman menggunakan kostum pakaian Adat Gayo (Kerawang) sedangkan tari Ratb Meuseukat menggunakan kostum pakaian Adat Aceh

TARI SAMAN

Saat ini, tari asal Gayo ini telah terdaftar sebagai warisan tradisional Indonesia asal Gayo Lues yang teregistrasi di Unesco dengan nomor 0000001.Tari yang diciptakan oleh seorang Ulama bernama Syekh Saman. Pada mulanya tarian

ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Melihat minat yang besar masyarakat pada kesenian ini maka oleh Syekh disisipilah dengan syair-syair yang berisi Puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu latihan Saman dilakukan di bawah kolong Meunasah. Sehingga mereka tidak akan ketinggalan untuk shalat berjamaah.

Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Mungkin saat kita mengetahui segala aspek yang terdapat dalam tarian ini, kita dapat lebih memahami. Dan mendapatkan tidak hanya keindahan namun juga makna filosofi dari posisi, gerak, syair yang terlantun saat pertunjukan Saman di gelar.

Dalam penampilan yang biasa saja (bukan pertandingan) dimana adanya keterbatasan waktu, Saman bisa saja dimainkan oleh 10 12 penari, akan tetapi keutuhan Saman setidaknya didukung 15 17 penari. Yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

* Nomor 9 disebut PengangkatPengangkat adalah tokoh utama titik sentral dalam Saman, yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan)

* Nomor 8 dan 10 disebut PengapitPengapit adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal

* Nomor 2-7 dan 11-16 disebut PenyepitPenyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan pengangkat. Selain sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/ bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.

* Nomor 1 dan 17 disebut PenupangPenupang adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/ menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.

Tari saman ditarikan dalam posisi duduk. Yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk dan berkembangnya agama islam. Dimana posisi penari duduk berlutut, berat badan tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman juga terbatas pada level, yakni ketinggian posisi badan. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi diatas lutut (Gayo berlembuku) yang merupakan level paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari membungkuk badan kedepan sampai 45o (tungkuk) atau miring kebelakang sampai 60o (langat). Terkadang saat

melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang (lingang).

Selain posisi duduk dan gerak badan, gerak tangan sangat dominan dalam tari saman. Karena dia berfungsi sebagai gerak sekaligus musik. Ada yang disebut cerkop yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam. Dan tepok yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/ bolak-balik/ seperti baling-baling). Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lamban sampai cepat (anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek) juga merupakan ragam gerak saman. Kesenyawaan semua unsur inilah yang menambah keindahan dan keharmonisan dalam gerak tari saman.

Karena tari saman di mainkan tanpa alat musik, maka sebagai pengiringnya di gunakan tangan dan badan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut:

1. Tepukan kedua belah tangan. Ini biasanya bertempo sedang sampai cepat2. Pukulan kedua telapak tangan ke dada. Biasanya bertempo cepat3. Tepukan sebelah telapak tangan ke dada. Umunya bertempo sedang4. Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.

Dan nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Dimana cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :

1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

Dalam setiap pertunjukan semuanya itu di sinergikan sehingga mengahasilkan suatu gerak tarian yang mengagumkan. Jadi kekuatan tari Saman tidak hanya terletak pada syairnya saja namun gerak yang kompak menjadi nilai lebih dalam tarian. Ini boleh terwujud dari kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya masing-masing.

Itulah sekelumit tentang fungsi formasi, jenis gerak, asal musik pengiring serta nyanyian dalam pertunjukan tari Saman. Semoga bermanfaat bagi anda dalam memahami tarian Saman.

Tema Syair pada tarian saman pada mula pertamanya adalah tentang dakwah atau ajaran agama. Pada perkembangan selanjutnya tema tersebut bertambah dengan tema-tema lainnya seperti tentang pertanian, pembangunan, adat istiadat, muda-mudi dan lain-lain.

Berikut adalah contoh syair-syair lagu pengiring tari Saman yang tema utamanya adalah tentang muda-mudi untuk masa pertunjukan selama kurang lebih 10 menit. Yang di susun berdasarkan urutan penyajian tari saman dan telah di terjemahkan kedalam bahasa indonesia.

Persalaman

1. Rengum/ Dering

Hmm laila la ahoHmm laila la ahoHoya-hoya, sarre e hala lem hahallaLahoya hele lem hehelle le enyan-enyanHo lam an laho

Aum/ Koor AumHmm tiada Tuhan selain AllahHmm tiada Tuhan selain AllahBegitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibuNah itulah-itulahTiada Tuhan selain Allah

1. Salam Kupenonton

Salamualikum kupara penontonLaila la ahoSimale munengon kami berseniLahoya, sarre e hala lem hahallaLahoya hele lem hehelleLe enyan-enyanHo lam an lahoSalamni kami kadang gih meh konaLaila la ahoSalam merdeka ibuh kin tutupeHiye sigenyan enyan e alahNyan e hailallahLaila la aho, ala aho

Salam Kepada Penonton

Assalamualaikum ya para penontonTiada Tuhan selain AllahYang hendak melihat kami berseniBegitu pula semua kaum bapakBegitu pula kaum ibuNah itulah-itulahTiada Tuhan selain AllahSalam kami mungkin tidak semua kenaTiada tuhan selain allahSalam merdeka dijadikan penutupnyaYa itulah, itulah, aduhItulah, kecuali AllahTiada tuhan selain Allah, selain allah

Uluni Lagu/ Kepala lagu

1. Asalni Kededes

Asalni kededes kedieAsalni kededes ari ulung kele keramilSentan ire rempil kedieSentan irerempil he kemenjadi jadi bolaAsalni kededes kedieAsalni kededes ari ulung kele keramilSentan irerempil kedieSentan irerempil he kemenjadi jadi bolaAsalni kededes kedieAsalani kededes ari ulung ke le keramilSentan irerempil kedieSantan irerempil he menjadi jadi bolaInget-inget bes yoh ku ine e

Asal Bola Daun KelapaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun

kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaIngat-ingat awas sayangku aduh ibu

1. Salam Ni Rempelis Mude

Oreno nge tewah ari beras beras padiYa hoya, oi manuk kedidiHe menjadi rem rempelis mudeNe inget bes inget besOi kiri sikuen kiriAra salamualaikum, rata beweneAra kesawah jamuni kamiNe inget-inget bes yohkuKuguncang male kuguncangSalamualaikum rata beweneNe inget bes mien yohkuIngatin bang tudungOi mude kin ulung mudeIpantasan mulo

Salam dari Rampelis Mude (Rampelis Mude nama sanggar)O runduk sudah rebah dari beras beras padiYa, begitulah oi burung kedidiHai menjadi Rempelis MudaOh ibu, ingat awas, awasOi yang dikiri dikanan-kiriAssalamualaikum, rata semuanyaAdakah tiba tamu kamiOh ibu, inga-ingat, awas sayangkuKu guncang akan ku guncangAssalamualaikum rata semuanyaOh, ibu ungat awas lagi sayangkuDigantilah tudungOi muda untuk daun udaDipercepat dulu.

Lagu-lagu

1. Le Alah Payahe

He le ala payahe kejangE kejang mufaedah payah musemperneEnge ke engon ko kuseni rueskuSenangke atemu kami lagu niniIne inget-inget bes mien yoh ku ineOho ingatin bang tudung urenAwin gere kedie muselpakJangko gere kedie mulenoBeluh gere kedie berulakJarak gere kedie mudemuIne ilingang lingeken muloYoh kukiri sikuen kiriTatangan katasanEnti lale cube die ineAwin gere kedie muselpakJangko gere kedie mulenoBeluh gere kedie berulakJarak gere kedie mudemuJadi bang mulongingku ineO kejang teduhmi ningkahIke payah teduhmi kiteIke gaduh tuker mulo

Aduh PayahnyaHai, aduh payahnya, payah lelahE, lelah berfaedah, payah memuaskanSudahlah kau lihat sendi ruaskuSenangkah kamu kami seperti iniOh ibu, ingat-ingat lagi sayangku, oh ibuOho, diganti dulu payung hujanDi tarik, tidaklah nanti patahDijangko tidaklah nanti rebahPergi tidaklah nanti kembaliJauh tidaklah lagi bertemuOh ibu, di goyang, di geleng duluHai ke kiri, ke kanan-kiriAngkatlah lebih tinggiJangan lalai cobalah dulu, oh ibuDi tarik, tidaklah nanti patahDijangko tidaklah nanti rebahPergi tidaklah nanti kembaliJauh tidaklah lagi bertemuCukuplah dulu adikku, oh ibuOh, capek berhenti dulu meningkahJika payah berhenti dulu kitaJika letih tukar dulu

1. Balik Berbalik

Iye balik berbalikGelap uram terang uren urum sidangSimunamat punce wae ala ahoHe nyan e hae ala ahoAho aho ahoIye balik berbalikGelap uram terang uren urum sidangSimunamat punce wae ala ahoHe nyan e hae ala ahoAho aho aho

Balik BerbalikIya ku balik berbalikGelap dengan terang, hujan dengan teduhYang nmemegang punca Dialah, Ya TuhanItulah dia, ya TuhanYa Allah Ya Allah Ya AllahIya ku balik berbalikGelap dengan terang, hujan dengan teduhYang nmemegang punca Dialah, Ya TuhanItulah dia, ya TuhanYa Allah Ya Allah Ya Allah

Penutup

1. Gere Kusangka

Gere kusangka, aha kenasibku beseBerumah rerampe ehe itepini payaBerumah rerampe ehe itepini payaSuyeni uluh, nge turuh supue sangeMago-mago bese aku putetangak mataMago-mago bese aku putetangak mataTetea tetar ahar reringe petepasGere kidie melas dengan naik iruangkuGere kidie melas dengan naik iruangku

Tidak KusangkaTidak kusangka, aha kalau nasibku beginiBerumah rerumputan ditepinya rawaBerumah rerumputan ditepinya rawaTiangnya bambu, sudah bocor atap dari pimpingSulit-sulit begitu aku berputih mataSulit-sulit begitu aku berputih mataLantainya belahan bambu, dindingnya pun tepasTidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahkuTidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku

1. Kemutauh Uren

Kemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiI nampaan ara baro renahCabang tewah ku lawe dueAri abang gih mungkin berubahBier lopah itumpun kudedeKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiI nampaan ara baro renah Cabang tewah ku lawe dueAri abang gih mungkin berubahBier lopah itumpun kudedeKerna langkah ni kami serapahBerizin mi biak sudereKesediken cerak kami salahNiro maaf kuama ine

Jika Turun HujanJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiDi nampaan ada waru rendahCabang rebah ke lawe dueDari abang tidak mungkin berubahBiar pisau tancapkan ke dadaJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiDi nampaan ada waru rendahCabang rebah ke Lawe DueDari abang tidak mungkin berubahBiar pisau tancapkan ke dadaKarena langkah kami segera bergegasMohon izin kepada sanak saudaraSekiranya ucapan kami salahMohon maaf kepada ibu-bapak.

Video: (a) Saman Dance from Gayo Lues, Indonesia, performed at UNESCO Paris. http://www.facebook.com/video/video.php?v=1187154456420

(b) http://www.youtube.com/watch?v=-LikgiZn6jU

(Dalam Video ini tertera title "Saman Aceh Tenggara", Tarian ini berasal dari Belangkejeren, dulu Kecamatan Belangkejeren masuk diwilayah Kabupaten Aceh Tenggara, kini setelah pemekaran, Belangkejeren menjadi Ibukota Kabupaten Gayo Lues, yang ditinggali oleh Suku Gayo (Lues), suku asli pemilik Tari Saman.

*********

Tari Ratb Meuseukat

Tari Ratb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Diberitakan bahwa tari Ratb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya. Pada mulanya Ratb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Ratoh Bukan Saman


oleh TARI SAMAN pada 11 Oktober 2010 pukul 4:04 Sun, Oct 10th 2010, 08:54 Apresiasi Ratoh Bukan Saman Jauhari Samalanga - Budaya

SAMAN, tari yang diaftarkan ke lembaga UNESCO, sekaligus usulam Wagub Aceh untuk jadi tari tangan seribu ini menjadi salah satu warisan dunia yang patut dijaga. Tak lama berselang, di Silang Monas Jakarta Tari Saman kembali digelar secara kolosal 1.050 remaja putri dari berbagai Siswa di Jakarta ikut memainkannya, tentu bukan sekedar menyedot kekaguman massa, tetapi juga berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menerima langsung sertifikat MURI tersebut di Gedung Jakarta Theatre, Thamrin, Jakarta Pusat.

Beritapun tersiar kemana-mana, sekaligus tarian tangan seribu itu mengangkat prestise pemimpin di provinsi ini. Masyarakat di Pedalaman Aceh-di daerah Gayo terutama Gayo Lues topik ini menjadi pembicaraan dimana-mana, terutama dikalangan masyarakat yang fanatik terhadap tari Saman. Tentu, seperti biasa-ada pro dan kontra. Tari Saman Gayo yang terkenal ke seluruh dunia itu sangat jarang mendapat kesempatan di momentum-momentum besar, sehingga emosional primordial terkuah ke permukaan.

Sebagai hiburan Saman memang menarik, terutama para penikmat seni. Beda halnya dengan kelompok yang memahami Saman, dua prestasi itu dipertanyakan. Termasuk para alit kita, pahamkah mereka dengan saman? Pahamkah filosofinya? Atau hanya sekedar tarian hiburan semata. Sehingga para orangtua yang paham halite menjadi miris hatinya jikaSaman dilekatkan sekedar symbol hiburan yang menjadi perempuan sebagai penari.Dulu dalam sejarah Saman Gayo ,tidak diperkenankan perempuan menjadi penarinya. Istilahdi Gayo disebut Sumang alias tidak baik dan tidak sopan, lantaran ritme Saman hanya untuk kaum laki-laki.

Tentu,bukan bermakna orang Gayo anti penari perempuan. Di Takengon, kesenian didong juga dimainkan oleh kaum perempuan. Namanya Didong Banan. Dan dalam tari guel-biasanya penarinya itu laki-laki, tetapi yang mengendalikan musik Canang adalah perempuan-persis saat prosesi mengarak pengantin, sepanjang jalan perempuan memainkan musik canang ini (Musik Canang adalah alat musik yang terbuat dari logam berbentuk persis sebuah gamelan. Seperangkat musik canang antara lain Canang, Gong, dan Gegedem yakni perkusi menyerupai rebana). Sementara di Gayo Lues sendiri kesenian yang khusus menampilkan perempuan-perempuan muda dan cantik dinamakan tari Bines.

Di sini,saya tak membahas Saman dari sisi filosofis, sejarah, dan perjalanannya karena porsi tersebut lebih dikuasai oleh pengamat tari Saman itu sendiri-atau baca tulisan Yusra Habib Abdul Gani berjudul Konsep Jihad Dalam Saman yang dimuat harian ini November silam dengan mengupas rinci masalah filosofi dan sejarahnya. Saya hanya mengingatkan aikon kesenian yang berubah wujud dan cenderung mematikan karakter tari -tari Aceh sejenis Saman lainnya. Semisal Saman berubah menjadi Ratoh-walau diritme gerak yang sama, tetapi kedua tarian itu tetap di jalur yang berbeda.

Bagi dunia, semua tari jenis gerak serentak disebut Saman-dan hal itu dihalalkan oleh orang Aceh. Pada rekor MURI misalnya, sisi yang bisa ditarik benang merahnya terkait penghargaan tersebut barangkali hanya pada penari terbanyak saja, bukan pada Samannya. Tari yang dimainkan itu bernama Ratoh, dan bukan Saman. Tari Ratoh merupakan tarian yang dilakukan tanpa alat musik. Musik tarian ini berasal dari lagu yang dinyanyikan oleh sang penari. Para penari melakukan gerakan bersamaan dan dinamis ini dimainkan tujuh sampai Sembilan penari dengan satu penari melantunkan lagu, dia itu disebut Syeikh. Kemudian kekayaan ini ditarik menjadi satu saja, yaitu tari Saman.

Seharusnya, setiap bentuk tari-walau mirip-haruslah bernama lain, agar karya yang terlahir lebih beragam. Ketika Tari Saman mendapat MURI misalnya, dan materi yang disaji justru ratoh, bisa dibayangkan perasaan seniman Ratoh yang telah memperjuangkan tari sebut habis-habisan. Ini seperti ucapan Pelantun hikayat Aceh Muda Balia, Manok nyang thoh boh, leumo nyang cok nan (Ayam yang bertelur sapi yang terkenal=mata sapi). Tentu, dalam hal ini, seniman Saman menolak perlakuan itu, lantaran konsep dalam tari Ratoh berbeda jauh dengan Saman.

Di Jakarta dan sebagian Pulau Jawa Tari Ratoh ini sangat terkenal, karena memang ikut dipopulerkan institute Kesenian Jakarta (IKJ), dan kemudian pemahaman publik itulah Saman. Sementara pejuang seni Aceh di Institue Kesenian Jakarta-sejak almarhum Nurdin Daud lalu-tidak melakukan pembelaan apapun sehingga ya dia mengalir sebagai Tari

Saman. Sedangkan kesenian Saman Gayo terpaku tak beranjak dari duduknya, hanya menjadi kesenian bersifat lokal. Kini di Jakarta, Tari Ratoh yang disebut Saman ini pun berkembang pesat hingga hampir suluruh Sekolah menengah memainkannya.

Semua itu hanya pemahamana saja. Saya merasa kesenian di Aceh tidak berkembang layaknya budaya Aceh yang tersohor kemana-mana. Salah satu faktor dekadensi ini lantaran Aceh tidak membangun keberagaman keseniannya, semisal keberagaman nama-nama kesenian itu sendiri. Kalau saja kita mau jujur dengan dunia kesenian, maka kesenian Aceh memang telah mengalamai kemunduran sejak puluhan tahun lalu tatkala negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang cuek terhadap kesenian, yang menempatkan kesenian hanya pada porsi penghibur seremonial semata, maka itu awal dari dekadensi budaya-yang akhirnya berdampak pada tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan, dimana rasa curiga, rasa tidak percaya, dan sikap pesimis terus menggayuti.

Sejak lama, Aceh melakukan kesalahan pada kesenian dan produk seni yang dilahirkan. Para perlu,misal, sulit menghidupi keluarga lantaran ada larangan dari para orangtua dulu, tidak boleh melukis wajah. Tapi sekarang disetiap rumah terpampang wajah-wajah sendiri. Begitu juga untuk seni pahat, yang dianggap hanya menghasilkan berhala. Di Negara-negara maju justru patung dibesarkan, karena dia bisa menjadi media komunikasi yang menggambarkan symbol dan watak masyarakat di negara itu. Lalu seni musik, dianggap sebagai seni gereja, sehingga di Aceh seni musik hanya menjadi latar untuk menggiringi tarian. Dan terakhir tidak membolehkan perempuan berkesenian di panggung karena dianggap memamerkan aurat, tetapi kemudian masa itu berkembang kesenian panggung yang dimainkan kaum pria dengan melakoni diri sebagai wanita, persis di Biola Aceh yang menjadi Nyak Maneh, atau pada sandiwara Aceh dengan tokoh bernama Cupo Mareuhoi. Mereka laki-laki yang berdandan wanita.

Ekses masa lalu masih terasa sampai sekarang-apalagi Aceh sebagai daerah syariat Islam-kesenian panggung dengan syariat sering terjadi tolak tarik, kecuali hanya untuk kesenian-kesenian islami seperti Dikee, Dalail, Qasidah, Nasyid, dan lain-lain. Persoalan pertama muncul dijadwal pelaksanaan, malam atau siang hari. Kalau malam maka akan banyak pertanyaan, sementara siang hari dalam sebuah panggung menjadi kurang menarik, lantaran mengurangi kemegahan panggung.

Tetapi itu menjadi ajang negosiasi yang menarik, karena kasus group Band Nasional Nidji beberapa tahun lalu misalnya, hingga sekarang masih menjadi pertanyaan besar, dimana salahnya? Padahal dalam pementasan Rebecca, semalam sebelum Band Nidji tampil, berjalan aman, Pertanyaannya , dimana kesalahan mendasar yang membuat Nidji kemudian diprotes Ormas Islam itu.

Peristiwa-peristiwa di atas, pastilah akan bernasib sama dengan kekeliruan masa lalu soal karya seni. Aceh pasti akan mengalami kemunduran kesenian yang luar biasa gara-gara terlalu banyak persoalan yang dihadapi seniman dengan karya-karyanya. Sementara-bukan rahasia umum lagi-menjadi seniman di Aceh bukanlah profesi yang strategis, lantaran tidak bisa menghidupi. Dari dulu, profesi seniman ya begitu.

Menjadi seniman memang karena niat, sementara profesi sebenarnya adalah petani atau nelayan, jadi tidak terlalu dipersoalkan secara ekonomi. Kecuali itu,perlu kesadaran agar menjaga kesenian ini. Karena tak mustahil suatu saat punah. Lihat saja sanggar-sanggar yang aktif, hidupnya bukan dari berkarya, tetapi bergantung pada sebuah tarian seremonial perkawinan, kalau di Aceh Pesisir dikenal dengan tarian Ranub lampuan, atau Guel di Gayo. Tari-tari begini hidup lantaran ada pesanan acara-acara seremonial perkawinan, sunatan, atau menyambut tamu penting.

Upaya yang harus dilakukan, setidaknya untuk menghidupi seniman berkarya. Kita mesti menghargai Setidaknya Ratoh sebagai Ratoh dan Saman sebagai Saman.Begitu pula untuk jenis tari yang ada di Aceh, harus disesuaikan dengan nama aslinya, agar semakin hari semakin bertambah jenis kesenian Aceh. Aceh cukup licik, menjadikan Saman sebagai nama untuk semua jenis tari serentak, padahal dia memiliki pencipta, dan biarkan Saman menjadi kesenian yang paling membanggakan hati-turut melibatkan seniman-senimannya sebagai motor perkembangan dari Saman itu sendiri, demikian juga untuk kesenian Aceh lainnya, tetap mengedepankan senimannya. Nama dalam karya sanga penting, sehingga dia perlu dijaga.

* Penulis adalah Inisiator Gayo Art Summit dan Lembaga Budaya Saman

Sumber: http://www.serambinews.com/news/view/40401/ratoh-bukan-saman

Tari Saman, Harta Rakyat Gayo


oleh TARI SAMAN pada 2 Maret 2010 pukul 1:30 Oleh: Sabela Gayo

Tari saman adalah sebuah tari tradisonal yang berasal dari daerah lokop serbejadi (Aceh Timur) dan Blangkejeren (Gayo Lues). Dalam berbagai sumber sejarah yang ada Tari Saman sebenarnya untuk tingkat Provinsi Aceh berasal dari kedua daerah tersebut yaitu Lokop Serbejadi dan Blangkejeren. Bahkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah sendiri yang notabene merupakan daerah Gayo, bukan asal dari Tari Saman. Karena seni budaya yang lebih berkembang di Dataran Tinggi Tanoh Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah kesenian Didong, Sebuku, dll.

Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, seni budaya merupakan salah satu media penyampaian dakwah yang paling efektif bagi penyebaran nilai-nilai dan syiar islam di kala itu. Melalui seni-budaya biasanya masyarakat dengan cepat dan mudah menerima dan memahami pesan-pesan dakwah islam yang disampaikan melalui media seni budaya.

Pada era globalisasi, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, seni-budaya merupakan salah satu media yang paling efektif untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan dunia luar. Sedemikian pentingnya peran seni-budaya sehingga banyak Negara yang melakukan pertukaran delegasi seni-budaya dalam rangka semakin mempererat tali persaudaraan dan kesepahaman diantara sesama bangsa-bangsa di dunia. Karena demikian penting dan sakralnya sebuah identitas budaya bagi sebuah komunitas masyarakat adat sehingga masyarakat adat Bali menjadi resah ketika kelompok-kelompok tertentu di Malaysia mengklaim bahwa Tari Pendet adalah kebudayaan asli Malaysia.

Demikian halnya dengan Tari Saman yang sangat diminati dan disenangi oleh berbagai kelompok masyarakat pada setiap penampilannya. Dimana terbukti setiap kali penonton menyaksikan pementasan Tari Saman selalu berdecak kagum dan memberikan aplus yang luar biasa dalam setiap penampilannya. Kekaguman penonton mungkin dikarenakan oleh gerakan-gerakan Tari Saman yang sangat serempak dan rapi dengan semangat para penarinya yang berapi-api. Tetapi sayangnya sekarang ini, banyak para koreografer-koreografer tari ataupun pencipta-pencipta tari dengan berkedok dan berdalih TARI KREASI BARU, menjiplak, meniru dan mengambil gerakan-gerakan Tari Saman pada intinya dengan menambahkan alat-alat musik tertentu untuk menyamarkan gerakan-gerakan Tari Saman yang dicontoh, ditiru dan diambil tersebut. Kalau namanya Kreasi Baru, seharusnya merupakan tari-tarian yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, yang semula gerakan-gerakan tarinya tidak ada dan tidak dikenal kemudian menjadi ada dan dikenal. Demikian pemahaman saya tentang Kreasi Baru dari segi bahasa, entah apakah pemahaman saya itu sama dengan pencipta-pencipta seni lainnya atau tidak. Wallahualam bissawab.

Hal tersebut diatas sebenarnya tidak seberapa dan belum apa-apa jika dibandingkan dengan kondisi terakhir dimana Tari Saman sudah ditampilkan dengan penyampaian syair-syairnya yang tidak lagi memakai bahasa dan baju adat Gayo dan banyak Sanggar Tari di Aceh yang sudah mengubah syair-syair Tari Saman kedalam bahasa-bahasa lain selain Bahasa Gayo, bahkan para penari-penarinya pun sudah memakai baju adat lain dan tidak lagi memakai baju adat Gayo. Kondisi itu tentu sangat menyedihkan dan menyakitkan perasaan ke-Gayo-an kita dimana Seni Budaya kita khususnya Tari Saman sudah dibajak oleh orang lain dengan alasan-alasan yang tidak jelas. Gerakan-gerakan tarinya ditiru, dijiplak dan diambil tetapi identitasnya berupa bahasa dan baju adat ditinggalkan. Dan hal itu terjadi di depan mata kita, tetapi mengapa kita hanya diam saja?,

Kita tidak ingin kondisi Tari Saman akan bernasib tragis sama seperti Tari Pendet dimana Negara lain mengklaim bahwa Tari Pendet itu adalah miliknya. Tapi kalau kita mau jujur Tari Pendet masih lebih untung dan baik kondisinya dibandingkan dengan Tari Saman. Kalau Tari Pendet, hanya kepemilikannya saja yang diklaim oleh Negara lain tapi gerakan-gerakan tarinya, baju adatnya, bahasa penyampaian syair-syairnya masih menggunakan bahasa bali dan memakai baju adat Bali (walaupun menurut kita baju adat Bali itu melanggar syariat). Tetapi kalau Tari Saman kondisinya lebih parah lagi, gerakan-gerakan tarinya ditiru / dipelajari / dijiplak / diambil, baju adatnya ditukar dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun ditukar ke dalam bahasa lain dan baju adat lain. apabila kondisi ini terusmenerus kita biarkan dan kita anggap enteng bukan tidak mungkin suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik orang lain dan bukan lagi milik masyarakat Gayo?, masuk akal kan?. Kalau lah seandainya Tari Saman diklaim menjadi milik orang lain tetapi gerakan-gerakan tarinya, bahasanya masih menggunakan bahasa Gayo, dan para penarinya pun masih memakai baju adat Gayo, mungkin kita tidak terlalu sedih tetapi sekarang kondisinya tidak demikian.

Datu orang Gayo menciptakan Tari Saman dengan perpaduan gerakan-gerakan yang serempak dan enerjik dan kemudian memiliki daya tarik tersendiri bagi orang yang menyaksikannya mungkin merupakan suatu karunia dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada masyarakat Gayo. Karena itu masyarakat Gayo harus mensyukuri karunia, rahmat dan pemberian Allah SWT tersebut dengan cara menjaganya, merawatnya, mengembangkannya dan

melestarikannya. Sama seperti halnya dengan anak/mobil, ketika kita memperoleh karunia oleh Allah SWT berupa seorang anak maka tentunya kita akan menjaganya, merawatnya, melindunginya dan memberikan pendidikan yang layak baginya. Itu adalah bentuk rasa syukur kita atas karunia Allah SWT tersebut. Kalau rasa syukur itu tidak kita lakukan berarti kita termasuk orang-orang yang tidak mau bersyukur!. Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Quran yang artinya Apabila engkau bersyukur akan nikmat-Ku maka niscaya akan kutambah nikmat itu, tetapi apabila engkau ingkar, ingatlah sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Kasus pembajakan Tari Saman ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan dan instropeksi diri, apakah kita sebagai orang Gayo selama ini telah bersyukur kepada Allah SWT dengan segala karunia, rahmat dan pemberian-Nya? Baik itu berupa tanah pertanian yang subur, seni tari yang indah, bahasa yang luar biasa dan budaya serta peradaban yang tinggi. Coba bayangkan jika gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru/dijiplak/diambil, baju adat dan bahasa penyampaian syair-syairnya pun sudah diubah, bagaimana orang lain bisa mengenal dan mempelajari bahasa, seni dan budaya Gayo ?. bagaimana orang lain bisa tahu kalau diatas bumi ini ada yang namanya Suku Gayo?. Dan mungkin juga Tari Saman itu merupakan suatu jalan yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang Gayo untuk bisa dikenal secara luas oleh masyarakat-masyarakat lain di dunia melalui jalur seni dan budaya. Tetapi pada kenyataannya hari ini, gerakan-gerakan Tari Saman sudah ditiru, dijiplak bahkan diambil kemudian bahasanya dan baju adat para penarinya sudah diubah sedemikian rupa oleh kelompok-kelompok tertentu dengan seenaknya, jika kondisi itu terus kita biarkan dan kita menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar-wajar saja maka berarti kita adalah termasuk manusia yang tidak bersyukur tadi dan tidak mempunyai tanggung jawab moral terhadap kesenian kita sendiri. Dan bukan tidak mungkin apabila kita lalai, suatu saat nanti Tari Saman akan diklaim menjadi milik kelompok masyarakat lain.

Bahkan sekarang ini sudah ada opini yang berkembang bahwa seolah-seolah Tari Saman itu adalah milik sekelompok masyarakat tertentu, opini yang demikian tidak benar adanya. jika kondisi ini terus dibiarkan maka generasi muda. Gayo akan kehilangan sejarah dan mempelajari Tari Saman bukan dalam bentuknya yang asli lagi melainkan sudah dalam bentuknya yang lain, dengan bahasa dan baju adat yang berbeda. Padahal sejarah yang sebenarnya, asal Tari Saman itu adalah dari Gayo, walaupun ada tari yang berasal dari Meulaboh, Aceh Barat yang gerakan-gerakannya hampir mirip dengan gerakan tari Saman tetapi yang membawakan tari tersebut bukan laki-laki melainkan perempuan. Tari tersebut adalah Tari Meuseukat. Walaupun pada kenyataannya eksistensi tari Meuseukat itu pun masih bisa diperdebatkan lagi keabsahannya. Kondisi tari Saman yang sementara ini diklaim oleh orang lain sebagai tari miliknya adalah sangat ironis sekali. dan orang-orang diluar Aceh sudah terlanjur menganggap bahwa tari Saman itu adalah tari yang selama ini mereka lihat. Karena di beberapa sekolah favorit di Jakarta, tari Saman adalah salah satu pilihan seni tari favorit sebagian besar siswa-siswa sekolah di Jakarta. Sehingga untuk menyikapi kondisi yang demikian, rakyat Gayo harus berjuang kembali untuk mengembalikan marwah dan identitas tari Saman ke jalurnya yang benar. Kondisi yang demikian tentu saja semakin memompa semangat kita untuk mengadvokasi Tari Saman secara sistematis, agar dikembalikan pada pemilik aslinya yaitu rakyat Gayo. Sebelum persepsi yang keliru hal itu terus berlanjut maka kita sebagai generasi muda Gayo harus mengambil langkah-langkah penyelamatan baik secara hukum maupun non hukum, di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan dalam rangka mengembalikan marwah dan identitas kita sebagai sebuah komunitas yang kaya akan seni dan budaya. Kalau warisan datu yang sudah ada saja, yaitu Tari Saman tidak

bisa kita jaga dan lestarikan, saya kira kita jangan bermimpi untuk bisa meraih sesuatu yang sama sekali belum ada.

Gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan bermaksud untuk melarang agar Tari Saman jangan ditampilkan oleh orang lain/kelompok lain. Bahkan sebaliknya kita sebagai masyarakat Gayo akan semakin bangga mengaku bahwa kita orang Gayo karena memiliki seni-budaya yang indah dan diminati oleh orang lain. Dan juga gerakan penyelamatan Tari Saman yang akan kita lakukan bukan untuk memunculkan konflik baru di tengah-tengah masyarakat/mengkotak-kotakkan masyarakat antara satu dengan yang lainnya. Tetapi gerakan yang akan kita lakukan adalah murni gerakan penyelamatan seni-budaya, dalam rangka melindungi aset seni dan budaya GAYO agar tetap lestari sampai ke akhir zaman. Jadi kita tidak perlu kemel atau merasa ini hal yang tabu untuk diadvokasi. Dan Tidak ada unsur-unsur sentimen kesukuan/primordial dalam gerakan ini. Kapan lagi bahasa Gayo mau dipelajari oleh orang lain kalau bukan melalui Tari Saman? Dan kapan lagi budaya Gayo akan dikenal oleh kelompok masyarakat lain kalau bukan melalui Tari Saman?, Apakah ketika Tari Saman yang dibawakan dengan bahasa lain, baju adat dan penarinya juga lain, namanya tetap Tari Saman?. Atau namanya berubah menjadi Tari Samin? Atau bahkan Tari Samun?, wallahualam bissawab. Pertanyaan yang kemudian harus ditanyakan kepada rakyat Gayo adalah Kalau bukan sekarang menyelamatkan tari Saman, kapan lagi?, kalau bukan rakyat Gayo yang bergerak, siapa lagi yang diharap?.

beberapa waktu yang lalu kita mendengar ketika kasus pembajakan lagu Peterpen yang dinyanyikan oleh penyanyi India dalam sebuah film produksi Bollywood, dengan menggunakan bahasa India dan irama musik yang sama dengan yang dimiliki oleh grup musik Peterpen, itu sudah dikategorikan sebagai sebuah bentuk pembajakan? Apa bedanya dengan kondisi Tari Saman hari ini?. Kalau kondisi seperti ini terus kita biarkan dimana setiap sanggar tari, sekolahsekolah, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, institusi pendidikan tinggi di Aceh mapun di luar Aceh yang membawakan/menampilkan suatu bentuk tarian, yang kemudian tarian itu disebut sebagai Tari Saman padahal kondisi sebenarnya Tari Saman dalam bentuknya yang asli tidak demikian adanya. Tari Saman yang sering ditampilkan baik di forum-forum internasional maupun nasional yang tidak menggunakan bahasa Gayo dan baju adat Gayo sesungguhnya Tari itu bukanlah Tari Saman. Tari Saman selalu dan wajib ditarikan/ditampilkan dengan memakai bahasa Gayo, dan baju adat Gayo, apabila Tari Saman terus-menerus dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawam dan tidak ada upaya hokum apapun dari rakyat Gayo maka cepat atau lambat Tari Saman akan menghilang dari Gayo, sama halnya dengan kondisi bahasa Gayo yang hampir punah. Sungguh tragis!!!. Semoga dengan adanya pendaftaran Tari Saman ke UNESCO dapat menyelamatkan Tari Saman itu sendiri dan menjadikan Tari Saman sebagai ikon budaya dan sarana diplomasi Rakyat Gayo baik dalam tataran lokal, regional, nasional maupun internasional.

http://www.alabaspos.com/view.1114.699.Tari-Saman--Harta-Rakyat-Gayo-.html

You might also like