Professional Documents
Culture Documents
com
A. Pengertian Istihsan
c. Istihsan juga dapat diartikan, “pengecualian dari yang umum”, karena adanya
maslahah/kebutuhan”.
Contoh, menurut ketentuan umum, pria tidak boleh melihat aurat wanita, kecuali untuk
kebutuhan proses melahirkan anak bagi wanita sedangkan dokternya adalah pria. Akan tetapi
kebolehan dokter PRIA melihat aurat wanita Dalam berobat (operasi dan atau melahirkan
menurut ketentuan umum (qiyas), Seseorang dilarang melihat aurat orang lain, tetapi dalam
kasus ini dibolehkan berdasarkan istihsan.
Ada pula ahli ushul fiqh yang menyebut istihsan ijma’, di mana sandarannya adalah ijma’
ulama.
a. Al-Bazdawi (Hanafi)
Istihsan “Berpaling dari kehendak qiyas kepada Qiyas yang lebih kuat atau pengkhususan
qiyas berdasarkan dalil yang lebih kuat”
b. As-Sarakhsy (Hanafi)
Istihsan ialah meninggalkan qiyas dan mengamalkan Qiyas yang lebih kuat, karena adanya
dalil yang Menghendaki erta lebih sesuai dengan kemaslahatan ummat
1
agustianto.niriah.com
c. Al-Ghazali (Syaf’iy)
Istihsan ialah Semua hal yang dianggap baik oleh mujtahid menurut akalnya
Istihsan ialah suatu keadilan terhadap hokum Karena adanya dalil tertentu dari Al-Quran
dan Sunnah. Imam Ahmad menggunakan istihsan dalam berbagai masalah.
Contoh:
e. Asy-Syatibi (Maliki)
Istihsan ialah pengambian suatu kemaslahatan Yang bersifat juz’iy dalam menanggapi dalil
yang bersifat global
f. Al-Karkhi (Hanafi)
Perbuatan adil terhadap suatu permasalahan hokum dengan memandang hukum yang lain,
karena adanya sesuatu yang lebih kuat yang membutuhkan keadilan
1) Ulama sepakat tentang pengertian istihsan, karena lapaz istihsan banyak terdapat dalam
Al-Quran dan Hadits
2) Az-Zumar : (39) ayat 18)
ﺴ َﻨ ُﻪ
َ ْاﱠﻟﺬِﻳ َﻦ ﻳَﺴْﺘَﻤِﻌُﻮنَ اﻟْ َﻘﻮْ َل َﻓ َﻴ ﱠﺘ ِﺒﻌُﻮ َن َأﺣ
Artinya:
2
agustianto.niriah.com
Artinya:
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang ditunrunkan Tuhanmu kepadamu (QS.Az-Zumar : 55)
a. Menurut Imam Al-Syatibi, istihsan merupakan hasil induksi dari berbagai ayat dan hadits
yang secara keseluruhan menunjukkan secara pasti bahwa kaidah ini didukung oleh
syara’.Dari sekumpulan dalil-dalil itulah dirumuskan kaedah istihsan.
b. Contoh : kebolehan mudharabah, menjama’ shalat pada saat musafir, kebolehan
berbuka bagi orang musafir, Semua istihsan ini didasarkan pada nash syara’.
c. Imam al-Sarakhsi (dari mazhab Hanafi) menjelaskan bahwa banyak persoalan hukum
yang ketentuannya diserahkan kepada ijtihad kita untuk menetapkannya. Di sini kita
menggunakan istihsan.
d. Misalnya masalah menetapkan ukuran mut’ah dari suami yang menceraikan istrinya
sebelum dicampuri. Seperti firman Allah (QS.2:236). و ﻣﺘﻌﻮهﻦ ! ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮﺳﻊ ﻗﺪرﻩ وﻋﻠﻰ
اﻟﻤﻘﺘﺮ ﻗﺪرﻩ
e. Artinya : Berikanlah suatu mut’ah kepada mereka. Orang-orang yang mampu menurut
kemampuannya dan orang-orang yang tak mampu juga menurut kemampuannya.
f. Menentukan ukuran mut’ah dalam ayat tersebut adalah termasuk berbuat yang lebih
baik.Hal itu disebut istihsan dan tidak ada ulama yang menolak hal itu.
g. Contoh lain : kecakapan bertindak hukum dalam kegiatan bisnis menurut ketentuan fiqh
adalah baligh dan berakal. Tetapi para ulama menentukan umurnya secara fix, yaitu, pria
19 tahun dan wanita 16 tahun. Demikian pula usia perkawinan pria dan wanita,
sebagaimana yang terdapat dalam UU Nomor 1/1974.
h. Menentukan perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index, antara lain
perusahaan tersebut tidak memiliki hutang lebih dari 45 %. Semua ini adalah pekerjaan
ijtihad.
i. Menentukan ketentuan-ketentuan pada wadiah yad dhamanah dalam giro wadiah di
bank syariah.
j. Menurut ketentuan umum dalam fiqh klasik tidak ada ketentuan-ketentuan tersebut.
k. Seperti menentukan saldo minimun dana yang dititipkan,dan penarikannya dengan cek
dan bilyet giro, tidak seperti tabungan biasa.
C. Jenis Istihsan
a. Istihsan Nash
3
agustianto.niriah.com
Pada saat terjadi akad jual-beli salam, barang yang diperjual-belikan belum ada. Menurut
ketentuan umum (sandaran qiyas), jual beli seperti itu tidak sah, karena tidak terpenuhinya
rukun jual beli yakni adanya barang pada saat transaksi, namun metode berpikir seperti itu,
tidak dipakai, karena ada nash dari hadits Nabi yang membolehkan jual beli salam
b. Istihsan Dharury
Contohnya:
c. Istihsan ‘Urf
Contohnya
4
agustianto.niriah.com
3) Makan di longue bandara, hotel atau restoran tertentu dengan harga tertentu, konsumen
bisa makan sepuasnya.
Dalam kasus ini, jumlah makanan dan minuman yang dibeli tidak jelas kuantitasnya.
Secara fiqh mumalah yang berlaku umum, jual beli ini tidak sah. Namun karena sudah
menjadi ‘urf di tempat terttentu, maka jual beli tersebut dibolehkan.
Dalam hal ini ulama berpindah dari dalil yang biasa/umum digunakan kepada dalil lain yang
khusus, berdasarkan pertimbangan maslahah
Contoh :
1) Penerapan revenue sharing dalam sistem bagi hasil (profit distribution) di bank syariah.
Menurut kebiasaan umum yang berlaku digunakan PLS, namun berdasarkan maslahah
diterapkan Revenue sharing (Lihat fatwa DSN-MUI No 20/2000)
2) Maslahah Revenue Sharing ialah untuk memelihara dan mementingkan harta
masyarakat banyak yang ditempatkandi bank syariah. Juga untuk menciptakan rasa
nyaman dan rasa was-was para deposan, sehingga mereka tidak curiga kepada bank
syariah yang mengeluarkan biaya-biaya operasional.
3) Penerapan agunan/collateral dalam pembiayaan di bank syariah. Menurut ketentuan
umum yang baisa, pembiayaan mudharabah, musyarakah dan jual beli murabahah tidak
memerlukan collateral, namun demi untuk memproteksi/menjaga harta masyarakat yang
dikelola, agar nasabah serius maka perlu diminta collateral. Istihsan dalam kasus ini
selain sandarannya maslahah, juga nash Al-quran (2:283)
Dalam istihsan ini seorang ulama meninggalkan qiyas jali kemudian berpegang kepada qiyas
khafi karena ada kemaslahatan.
Contoh :
Bersihnya makanan/minuman sisa burung buas (elang dan gagak). Menurut qiyas jali, sisa
tersebut najis karena mengqiyaskannya kepada binatang buas yang lain yang dagingnya
sama-sama haram dimakan. Namun, dalam hal kasus ini, ia diqiyaskan kepada burung biasa
(qiyas khafi), sehingga sisa minuman/makananya dihukumkan bersih.
5
agustianto.niriah.com
Kalau hanya semata merujuk kepada kitab-kitab fiqh muamalah klasik, kemungkinan besar
tidak akan mampu menjawab berbagai persoalan kontemporer. Karena itu seorang mujtahid
harus mampu menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif, utuh, segar, dan berorientasi
kemaslahatan, tidak bisa terbatas pada empat dalil hukum (al-Quran, sunnah, ijma, qiyas),
apalagi hanya mengandalkan Al-quran dan Sunnah
Oleh karena itu kecendrungan untuk menggunakan istihsan, sebagai salah satu metode
perumusan hukum ekonomi Islam, perlu dilakukan
1) Capital Market : sharia “bond”, sharia stock dan mutual fund (reksadana)
2) Islamic Multi Level Marketing
3) Islamic Mortgage
4) Cash waqf di lembaga keuangan
5) Leasing syariah
6) Koperasi syariah BMT
7) Islamic insurance
8) Franchising (waralaba)
9) Konsinyasi, dll.