You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Bani Umayyah (bahasa Arab: , Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab (Damaskus). Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa kekhalifahan Bani Umayyah berumur 90 tahun, yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah. Dimana pemerintahan bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu setelah Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah. Muawiyah bin Abi Sufyan telah berhasil meletakkan sendi-sendi pemerintahan bani Umayyah. Dan selama masa pemerintahan Bani Umayyah telah berkuasa 14 orang khalifah.

BAB II PEMBAHASAN Bani Umayah I A. Situasi Politik Ummat Islam Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib Pada saat Ali ibn Abi Thalib menjabat sebagai khalifah, banyak terjadi pemberontakan. Diantaranya dari Muawiyah bin Abu Sufyan (yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur di Damaskus, Siria) dan didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi yang telah dipecat Ali ibn Abi Thalib. Disini timbul indikasi fitnah atau perang saudara karena Muawiyah menuntut balas bagi Utsman (keponakannya) dan atas kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali. Tatkala Ali beserta pasukannya bertolak dari Kuffah menuju Siria, mereka bertemu dengan pasukan Muawiyah di tepi sungai Eufrat atas, Shiffin. Terjadi lah perang yang disebut perang Shiffin. Perang ini tidak konklusif sehingga terjadi kebuntuan yang akhirnya mengarah pada tahkim atau arbitrase. Dalam majlis tahkim ini ada dua mediator atau penengah. Mediator dari pihak Ali adalah Abu Musa al-Asyari (gubernur Kuffah), sedangkan mediator dari pihak Muawiyah adalah Amr ibn al-Ash. Namun tahkim pun tetap tidak menyelesaikan masalah. Menurut Ibnu Khaldun, setelah fitnah antara Ali Muawiyah, jalan yang ditempuh adalah jalan kebenaran dan ijtihad. Mereka berperang bukan untuk menyebar kebatilan atau menimbulkan kebencian, tapi sebatas perbedaan dalam ijtihad dan masing-masing menyalahkan hingga timbul perang. Walaupun yang benar adalah Ali, Muawiyah tidak melakukan tindakan berlandaskan kebatilan, tetap orientasinya dalam kebenaran. Partai Ali terpecah menjadi dua golongan, yaitu Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali sekaligus menentang tahkim) dan Syiah (para pengikut setia Ali). Sementara itu, Muawiyah melakukan strategi dengan menaklukkan Mesir dan mengangkat Amr ibn al-Ash sebagai khalifah di sana. Jadi, di akhir masa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik; Muawiyah, Syiah, dan Khawarij. Kemunculan Khawarij semakin memperlemah partai Ali, di sisi lain Muawiyah semakin kuat. Muawiyah

memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Yerusalem (660). Kemudian Ali wafat karena dibunuh oleh Ibn Muljam, salah seorang anggota Khawarij (661). B. Pengangkatan Hasan bin Ali sebagai Khalifah Setelah Ali wafat, kursi jabatan kekhalifahan dialihkan kepada anaknya, Hasan bin Ali. Hasan diangkat oleh pengikutnya (Syiah) yang masih setia di Kuffah. Tetapi pengangkatan ini hanyalah suatu percobaan yang tidak mendapat dukungan yang kuat. Hasan menjabat sebagai khalifah hanya dalam beberapa bulan saja. C. Peralihan Kekuasaan dari Hasan ke Muawiyah Pada tahun 661 M (41 H) terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi dengan amat bijaksana dia berkata : Saya tidak tahan menyaksikan kalian terbunuh karena perebutan kekuasaan, inti kekuatan bangsa arab sekarang ada di tanganku. Mereka akan rela damai jika aku ingin damai dan mereka bersedia perang kalau harus berperang. Akan tetapi aku tidak menginginkan peperangan, karena aku ingin perdamaian. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah, sebuah kota pelabuhan yang makmur di teluk Persia. Peristiwa itu kemudian dikenal dalam sejarah islam dengan istilah Amul Jamaah. Dengan demikian, Muawiyah telah sah menjadi khalifah sekaligus mendirikan pemerintahan daulah Bani Umayyah sebagai dinasti islam pertama yang berkuasa. D. Kekuasaan Muawiyah dan Pengangkatan Yazid bin Muawiyah Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan kepada seluruh rakyat untuk tunduk setia kepada anaknya, Yazid bin Muawiyah, Ia bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang dangkat oleh Allah. Ekspansi

yang terhenti pada masa khalifah usman dan ali kemudian dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Karena Muawiyah dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan munculnya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau manyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Bersamaan dengan itu kaum syiah malakukan konsilidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein pada tahun 680 M. Ia berangkat dari Mekkah ke Kuffah atas tipu daya golongan syiah yang ada di Iraq. umat islam di daerah ini tidak mengakui Yazid, mereka menghasut dan mengangkat Husein sebagai khalifah dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karballa, sebuah daerah di dekat kuffah. Tentara dan seluruh keluarga Husein kalah dan Husein sendiri terbunuh. E. Masa Pemerintahan Abdul Malik, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abd Malik, Hisyam bin Abdul Malik Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab. Ekspansi yang berhasil dilakukan pada masa Muawiyah antara lain ke wilayah-wilayah: Tunisia, Khurasan sampai ke sungai Oxus, Afganistan sampai ke Kabul, serangan ke ibukota Bizantium (Konstantinopel). Kemudian ekspansi

ke timur dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik yang berhasil menaklukkan Balkh, Sind, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan India. Ekspansi ke barat dilanjutkan pada masa Al-Walid ibn Abdul Malik dengan mengadakan ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju barat daya, benua Eropa. Wilayah lainnya yang berhasil ditaklukan adalah al-Jazair, Maroko, ibukota Spanyol (Kordova), Seville, Elvira, dan Toledo. Di zaman Umar ibn Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis. Selain itu, wilayah kekuasaan Islam meliputi Spanyol, Afrika Utara, Siria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, dan sebagian Asia Tengah. Jasa-jasa dalam pembangunan di berbagai bidang banyak dilakukan Bani Umayyah. Muawiyah mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang, dan jabatan Qadhi (hakim) mulai berkembang menjadi profesi sendiri. Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah yang pertama kali membuat mata uang dinar dan menuliskan di atasnya ayat-ayat al-Quran. Ia juga melakukan pembenahan administrasi pemerintahan dan mmberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik di bangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan-jalan raya, pabrik-pabrik, gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memprioritaskan pembangunan dalam negeri, keberhasilannya antara lain ialah menjalin hubungan baik dengan golongan Syiah, memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya, pungutan pajak diperingan, dan kedudukan mawali (non Arab) disejajarkan dengan muslim Arab. Dengan keberhasilan dan keteladanannya, maka Umar ibn Abdul Aziz sering disebutsebut sebagai khalifah kelima setelah Ali bin Abi Thalib. Di bidang keilmuan atau pendidikan, cakupan keilmuannya tentang teologi dan keagamaan, misalnya legalisasi penyusunan al-Quran pada masa Utsman yang telah disusun oleh Abu Bakar. Di bidang kesastraan, muncul para penyair terkenal, seperti Umar ibn Abi Rabiah, Tuwais, Ibnu Suraih, dan Al-Garidh. Sepeningal Umar bin Abdul Aziz kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid bin Abdul Malik (720-724 M). Sayang, penguasa yang satu ini sangat gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan

kehidupan rakyat. Zaman ini berubah menjadi kacau sehingga masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik. Bahkan pada masa itu muncul kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Sebenarnya Hisyam bin Abdul Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi karena gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak mampu mematahkannya. Sepeniggal Hisyam, khalifah Bani Umayyah yang muncul bukanya hanya lemah tapi bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi, akhirnya pada tahun 750 M Daulah Bani Umayyah berhasil digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan abu Muslim Al-Khurasani, Marwan bin M.Al-himar , khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir ditangkap dan dibunuh disana. F. Gerakan Separatis, Perlawanan, dan Pemberontakan Berbagai kemajuan memang telah dicapai oleh bani Umayyah, namun konflik internal tetap terjadi. Hal ini terbukti dengan banyaknya gerakan pemberontakan yang muncul dan pada akhirnya menimbulkan perang saudara. Diantara gerakan-gerakan perlawanan tersebut antara lain:

Syiah

Gerakan ini merupakan gerakan yang paling kuat, paling berani dan solidaritas kaumnya sangat tinggi, hingga dapat menjatukan kekuasaan Bani Umayyah. Pemberontakan kaum ini didasarkan atas kebencian mereka terhadap Bani Umayyah dan rasa cinta mereka terhadap keluarga Ali. Gerakan ini erat kaitannya dengan pemikiran. Salah satu contoh yaitu dukungan kepada Hussain bin Ali agar menolak baiat terhadap Yazid. Karena Hussain tetap mempertahankan keteguhannya, ia bersama pasukannya dibunuh di Karbela.

Perlawanan Abdullah ibn Zubair

Ia adalah seorang yang berambisi ingin menjadi pemimpin. Pertama kali perlawanannya pada saat perang Jamal. Ia adalah seseorang yang memiliki tipu

daya. Ia juga tidak mempunyai falsafah, revousinya tidak berdasar kepada prinsipprinsip yang benar dan bukan pula militer. Hampir dalam setiap pemberontakan, ia turut ambil bagian,tetapi hanya sebagai provokator.

Khawarij

Gerakan ini merupakan kumpulan dari orang-orang yang keluar dari barisan Ali atau tidak mendukung Ali. Meskipun benci terhadap Ali, kaum ini lebih benci lagi terhadap Bani Umayyah. Nama lain dari golongan ini adalah Muakkimah. Pemberontakannya terjadi di Kufah dan di Madinah. Mazhab kaum ini sangat sedikit menggunakan falsafah dan pemikiran-pemikirannya kurang mendalam.

Mutazilah

Gerakan ini bersifat keagamaan, tidak mengumpulkan pasukan dan tidak pernah menghunuskan pedang. Gerakan ini sangat berkaitan dengan mazhab Khawarij. Dalam gerakan ini, muncul lagi pendapat golongan, seperti Murjiah, Jabariyah dan Mutazilah itu sendiri. Karena konflik internal dalam negeri yang tidak bisa diselesaikan, akhirnya dinasti ini tumbang (750), dan digantikan dengan Daulat Bani Abbasyiyah. G. Kemajuan yang Dicapai Bani Umayyah Berbagi kemajuan yang dicapai diantaranya: pembentukan secretariat Negara/ dewan hakim menggunakan Bahasa Arab dan system romawi dalam urusan administrasi system perhubungan pos ditingkatkan pembangunan gol. kapal mendirikan pusat keilmuan di Damaskus yang disebut Marbat menerjemahkan buku dari bahasa latin ke bahasa arab pengembangan ilmu agama seperti Fiqh, Tafsir, Aqidah, dll. Dari segi politik, daulah Bani Umayyah membentuk organisasi dan kesekretariatan: a. organisasi politik (An-nidham As-siyasi) b. organisasi keuangan (An-nidham Al-Maaly) c. organisasi tata usaha Negara (An-Nidham Al-idary)

d. organisasi kehakiman (An-nidham Al-Qadhai) e. organisasi ketentraman (An-nidham Al-HArby) Selain itu juga terdapat kemajuan dari bidang arsitektur dan ilmu pengetahuan, seperti ilmu qiraat, tafsir , hadits, fiqh, nahwu, balaghah, bahkan ahli tafsir pertama hidup pada masa itu, yaitu ibnu abbas yang wafat pada tahun 68 H. H. Kemunduran Bani Umayyah Adapun kemuduran yang dialami Bani Umayyah , antaralain: ketidakstabilan pemerintahannya pelanggaran terhadap isi perjanjian dengan Hasan bin Ali terjadinya perang saudara muncul pemberontakan dimana-mana membuka peluang bagi oposisi lain Bani Umayyah yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-khurasan. Ada beberapa contoh yang menyababkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran: 1. system pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bidah) bagi tradisi islam yang telah menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan system pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yg tidak sehat di kalangan istana. 2. latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik politik yang terjadi di Masa Ali. Sisa-sisa syiah dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka maupun secara tersembunyi. 3. pada masa kekuasaan Bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia utara (bani qays) dan Arabia selatan (bani kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non arab) terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu

menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah. 4. lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang. 5. penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd alMuthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan dari kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah . I. Khalifah yang Memimpin Zaman Bani Umayyah Berikut ini adalah khalifah yang pernah memimpin pada jaman bani Umayah:
1. Muawiyah bin Abu sufyan tahun 661-679 M 2. Yazid bin Muawiyah tahun 679-683 M 3. Muawiyah II dan Marwan bin Hakam tahun 683 M 4. Abdul Malik bin Marwan tahun 684 -705 M 5. Walid bin Abdul Malik tahun 705-714 M 6. Sulaiman bin Abdul Malik tahun 714-717 M

7. Umar bin Abdul Aziz tahun 717-719 M


8. Yazid bin Abdul Malik tahun 719-723 M 9. Hisyam bin Abdul Malik tahun 723-742 M 10. Walid bin Yazid tahun 742-743 M 11. Yazid bin Walid tahun 743 M 12. Ibrahim bin Walid tahun 743-744 M 13. Marwan bin Muhammad tahun 744-750 M

Bani Umayyah II Keberhasilan tentara Islam yang dipimpin oleh Thoric dan Musa ini membawa citra Bagi umat Islam, sebab penaklukkan Andalusia / spanyol membuka lembaran baru dalam perjalanan sejarah politik militer umat islam khususnya pada masa dinasti Bani Umayyah I ( 661-750M ). Karna umat Islam telah membebaskan masyarakat Andalusia dari kekejaman dan kedholiman penguasa Roderic. Jatuhnya Andalusia itu membuka jalan baru bagi umat islam untuk menyebarkan Islam keseluruh Eropa, namun sayang konflik interen kemudian menjadi penyebab utama kehancuran penguasa islam di spanyol yang menyebebkan mereka terusir dari negara itu pada tahun 1492M. A. Abdurrahman Addakhil Pendiri Bani Umayyah II di Andalusia Awal perjalanan Abdurrahman sampai keandalusia sangat sulit, ia dikejar-kejar oleh pasukan Abu jafar Almanshur, raja Bani Abasyiah yang berupaya melenyapkan sisa-sisa bani Umayyah termasuk Abdurrahman namun mengalami kegagalan yang akhirnya berdirilah bani Umayyah II di Andalusia ( 756-1031M ), dinasti ini mencapai kejayaannya pada masa Abdurrahman III ( 300-350H / 912-916M )selama periode bani umayyah II kordova tetap menjadi kota yang megah seperti kemegahan bahgdat pada masa bani abasiya. Abdurrah menjadi raja selama 32 th ( 138-172H / 756- 788M ) yang wilayahnya meliputi kordova, Arkidona, Sevilla, Tholledo, dan Grannada. Untuk memperluas dan mempertahankan wilayahnya beliau membangun dan mengembangkan angkatan bersenjata yang kuat dan terlatih dari bangsa barbar yang dikenal cukup loyal karena digaji cukup tinggi. B. Hisyam I ( 172-180H / 788-796M ) Hisyam I adalah putra abdurrahman I sebagaian sejarawan menyerupakan ketegasannya sama dengan Umar Bin Abdul Aziz ( raja ke 8 Bani Umayyah di Damaskus ). Hisyam I sangat besar perhatiannya terhadap kesejahteraan dan keadilan rakyatnya, ia terkenal sebagai kholifah yang dekat dengan para ulama, mereka mendapatkan kesempatan

besar untuk mengembangkan kemampuan dan ilmu mereka kepada rakyat, serta mendapatkan kedudukan yang sangat diperhitungkan didalam pemerintahan. Diantara ulama yang hidup pada masa itu adalah Yahya Bin Yahya Al-Laits salh seorang murit imam malik ( kitab Al-muato ). i. Setelah memerintah 7 thn lebih ia wafat dengan meninggalkan kajayaan Bani Umayyah II diandalusia. C. Alhakam I ( 180-206H / 796-822M ) Alhakam I adalah putra hisyam I, semenjak pemerintahan Alhakam Andalusia mulai mengalami kemunduran yang siknifikan. Ia kholifah yang pertama kali menerapkan sekularisme dalam pemerintahan, peran ulama dibatasi hanya dalam ranah agama dan tidak boleh mempunyai andil dalam urusan pemerintahan. Setelah memegang tampok pemerintahan dua puluh tuju tahun alhakam I wafat dan diganti putranya yaitu abdurrahman. D. Abd Rahman Al-Ausath ( 206-238H / 822-852M ) Pada masa pemerintahannya sepanyol / Andalusia mengalami banyak kemajuan dalam berbagai bidang spt ; Ekonomi, politik, Kurtural, dan Sosial. Kemajuan tersebut hampir menyaingi kemajuan yang dicapai Bani Abasiyah dalam periode yang sama. Khalifah-khalifah Dinasti Bani Umayyah II sangat toleran terhadap multi kulturalisme dan perbedaan Agama, mereka sering mengadakan kerjasama dengan para raja kristen di perbatasan untuk saling menjaga perdamaian kedua belah pihak dari serangan musuh, namun disisi lain banyak pihak yang menodai toleransi ini, para pastur kristen misalnya mereka secara terang-terangan berani mencela nabi Muhammad S.A.W. tentu ini adalh sebuah penghinaan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. E. Muhammad I ( 238-273H / 852-886M ) F. Almundzir ( 273-275H / 886-888M ) G. Abdullah ( 275-300H / 888-912M ) Selama pemerintahan tiga orang tersebut 72 thn hampir tidak ada peristiwa dan perstasi yang mencolok, hanya ada beberapa kejadian yang tertulis dalam sejarah misalnya penumpasan terhadap pemberontakan di Barcelona

dan tolitolia. Setelah memegang tampok pemerintahan 35 thn muhammad I wafat dan diganti oleh putranya mundzir yang hanya memerintah selama dua tahun. Mundzir kemudian diganti oleh abdullah, pada masa perintahannya banyak terjadi pemberontakan kaum kristen disekitar wilayah kordova dan utara sepanyol. Belum lama memerintah sudah banyak wilayah sepanyol yang memisahkan diri dari pangkuan bani umayyah tersebut. H. Abdurrahman III (300-350H / 912-961M ) Pada masa pemerintahan abdurrahman III inilah dinasti bani umayyah dua mencapai fase keemasan.. Kebijakan luarnegeri ini juga diikuti dengan kelihaiannya dalam melaksanakan pembangunan negara dalam berbagai bidang termasuk pembangunan dermaga dan pelabuhan perdagangan. Keberhasilannya melaksanakan pembangunan dan perluasan wilayah tidak lepas dari kemunduran dalam dinasti Abasyiah ditimur. Abdurrahman III adalah penguasa dinasti umayyah II yang pertama kali memakai gelar kholifah, sehingga pada masa itu ada tiga dinasti islam yang memakai gelar khalifah yaitu dinasti Abasyiah ditimur, dinasti Umayyah II di Sepanyol, dan dinasti Fathimiyah di Mesir. I. Alhakam II ( 350-366H / 961-976M ) Alhakam II mewarisi kekhalifahan yang penuh kedamaian dan kesuksesan dari sang ayah, hanya ada beberapa peperangan penting yang melibatkan pasukan hakam II diantaranya aerang melawan pasukan kristen di Lyon yang melanggar perjanjian damai dengan bani Umayyah II, hakam juga mengirimkan pasukan kemaruko utara dan tengah dan berhasil mengusir pasukan dinasti Fathimiyah dan Idrissiyah yang semula mendudukinya. Dalam bidang ilmu pengetahuan ia banyak mendatangkan buku dari Damaskus, Bagdat, dan Kairo untuk mengisi perpustakaan negara didaerah Kordova. J. Hisyam II ( 366-399H / 976-1009M ) Hisyam II menjadi khalifah ketika berumur 10 thn hal ini tentu berimbas pada ketidak cakapannya mengelola jalannya pemerintahan. Oleh kerena

itu orang yang paling berpengaruh dan berwenag menjalankan administrasi negara adalah Ibnu Abi Amir ( sang patih ). Ibnu Abi Amir menguasai jalannya pemerintahan dinasti Umayyah II selama 27 thn, ia sakit dan wafat tahun 392 H / 1002 M. Putranya Al-Mudzaffar menggantikannya , namun hanya 6 thn. Sampai sata itu bani Umayyah II masih disegani oleh lawan-lawannya di Eropa tetapi ketika Al-Mudzaffar digantikan ole Abdurrahman An-nasir ( 399-421H / 1009-1031 ) terjadilah kemelut didalam negeri yang mengantarkan dinasti Umayyah II ketepi kehancuran. Perkembangan / kemajuan pada masa bani umayah
1

Bidang Ilmu Pengetahuan. Pemisahan Andalusia dari bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transisi keilmuwan dan peradaban antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negri islam belahan timur dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia. Prestasi umat islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras melauli beberapa tahapan system pengembangan. Mula mula dilakukan beberapa penerjemah kitab kitab klasik yunani, romawi, india , Persia. Kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori teori yang sudah ada, yang acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir pemikir muslim sendiri. Oleh karena itu, umat islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zama klasik ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaintannya dari kerjasam yang harmonis antara penguaa,

hartawan dan ulam. Umat islam di Negara Negara islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan. Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan perpustakaan, disamping mendirikan lembaga lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan umum maupun pribadi banyak dibangun diberbagai penjuru kerajaan, sejak dari kot besar sampai ke desadesa. Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertam ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negaranegara eropa Kristen, melalai kelompok kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain : a) Filsafat Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam

bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah naskah aristoteles dan menggeltuti masalah masalah menahun tentang keserasian filsafat agama. b) Sains Ilmu kedokteran , music, matematika, astronomi dan kimia berkembang dengan baik di Andalusia. Ibarhim bin yahya al Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak tata surya dan bintang. Ahmad bin abbas dari cordova adalah ahli dalam bidang obat obatan. Umm al-hassan bint abi jafar dan saudara perempuan al hafidz adalah dua orang dokter dari kalangan wanita. Di bidang sejarah dan geografi, muncul ibnu jubair yang menulis negri ngri muslim mediterania dan ibnu batutah yang mengadakan ekspedisi hingga mencapai samudra pasai dan cina. Ibnu al-khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu khaldun dari tunis adalah perumus filasafat sejarah. c) Fiqh Andalusia mayoritas menganut madhzab maliki, yang pertama kali diperkenalkan oleh ziyyad bin abd al-rahman. Ahli ahli fiqih lainnya diantaranya adalah ibnu yahya, seorang qadhi, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan ibnu hazim yang terkenal. d) Musik dan Kesenian. Dibidang ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga kemasyhurannya makin meluas. e) Bahasa dan Sastra. Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Andalusia. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan penduduk asli Andalusia menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam

bahasa Arab baik ketrampilan bahasa maupun tata bahasa Tokohnya antara lain : Ibnu Sayyidh, Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharmatti dan muncul banyak karya sastra seperti al-iqd al-farid karya ibn abd rabbib, al-Dzakhirah fii Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan.
f) Bidang pembanguna fisik.

Samah bin Malik menjadikan cordova sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan sevilla pada tahun 100H/719M. Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang dibangun penguasa romawi dan membangun kisaran air. Ketika ad-Dakhil berkuasa, cordova diperindah serta dibangun benteng di sekeliling kota dan istana. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa ke istana dan rumah penduduk. Kebanggan cordova lainnya adalah al-Qashr al-Kabir, alRushafa, masjid jami cordova, jembatan cordova, al-Zahra dan al-Zahirah Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun adDakhil yang masih tgak berdiri hingga sekarang adalah masjid jami cordova didirikan tahun 170H/786M dengan dana 80.000dianr. masjid ini memiliki sebuah menara yang tingginua 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Ditengah masjid terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada Sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga kecuali pintu maqsurah yang terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama santa maria, tetapi dikalangan orang Andalusia lebih popular dengan ia mezquita, berasal dari bahasa arab alMasjid.

Al-Nashir pada tahun 325 H/ 936 M membangun kota satelit dengan nama salah seorang selirnya al-Zahra. Kemegahannya hamper menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang diselaselanya mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka warna dan sebuah taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H / 978 M Al Manshur membangun kota Al Zairah dipinggir Wadi Al Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al Zahirah dilengkapi dengan taman taman indah, pasar, toko , masjid dan bangunan umum lainnya. Gambaran kondisi bani umayah. Kemajuan pesat di dalam peradaban andalusia salah satunya disebabkan policy dari para penguasanya yang mempelopori berbagai kegiatan ilmiah. Meskipun ada ketegangan politik dengan Baghdad timur tapi tidak selalu terjadi konfrontasi militer. Banyak para sarjana Islam dari wilayah Barat menimpa ilmu di Timur dengan membawa bukum teori dan gagasan pengetahuan, begitu pula sebaliknya. Jadi meskipun umat islam terpecah secara politik tapi tetap dalam bingkai kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan politik pada periode Al Muluk Al Thawaif tidak menyebabkan mundurnya ilmu pengetahuan dan peradaban, bahkan setiap penguasa di negeri-negeri kecil tersebut saling berkompetensi dalam ilmu pengetahuan terutama usaha untuk menyaingi Cordova. Sedang aspek kehancuran Andalusia dari berbagai literature menurut penulis disebarkan karena adanya konflik dengan Kristen. Islami yang terjadi kurang sempurna. Kerajaan kerajaan Kristen taklukan asal tidak melakukan perlawanan militer dibiarkan mempertahankan hukum dan adat mereka, yang pada gilirannya akan menciptakan kubu komunitas berbeda antara Arab Islam dengan Andalusia Kristen yang memicu adanya nasionalisasi. Pada periode kemunduran Islam, kerajaan-kerajaan Kristen ini akhirnya dapat menghimpun kekuatan untuk mengenyahkan Islam dari Andalusia tertama karena kondisi Andalusia yang yang terpencil secara militer, sehingga sulit mendapat bantuan militer kecuali hanya dari Afrika Utara.

Faktor krusial lainnya didalam intern umat Islam telah terdapat perpecahan. Terutama masalah yang berkaitan dengan etnis dan sosial. Sering dijumpai konflik antara komunitas Arab Utara dan Arab Selatan, antara Barbar dengan arab Selatan, antara Barbar dengan Arab serta problem naturalisasi bagi para mukallaf, yang masih dipandang sebelah mata, terutama dengan pemberian term ibad dan muwalladun yang bertedetensi merendahkan. Yang paling fatal lagi adalah tidak adanya mekanisme yang jelas dalam suksesi kepemimpinan. Sehingga sering menimbulkan gejolak politik yang melemahkan Negara. Dari aspek pengaruh peradaban Andalusia terhadap kebangkitan Eropa (renaissance) adalah dipicu dengan banyaknya kaum terpelajar Eropa yang belajar di pusat-pusat studi di Andalusia sehingga menyerap berbagai gagasan dan pola pemikiran berbagai tokoh pengetahuan seperti Ibnu Rusyd serta berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa melalui terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian di konversi ke bahasa latin. Yang pada akhirnya mempercepat terjadinya proses reformasi, rasionalisasi hingga pada fase pencerahan di Eropa. Hancurnya bani umayyah Factor-faktor yang menyebabkan dynasty bani umayyah lemah dan membawa kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang

baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti bani umayyah tidak bisa dipisahkan

dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa ali. Sisa-sisa syiah (para pengikut ali) dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupaun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan bani umayah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah. 3. Pada masa bani umayah, pertentangan etnis antara suku Arabia utara (bani qays) dan Arabia selatan (bani kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum

islam, makin merucing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa bani umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali(non arab), terutama irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan pada masa bani umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat bani umayah juga disebabkan oleh sikap

hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang. 5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti bani umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang di pelopori oleh keturunan al-abbas ibn abd al-muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari bani hasyim dan golongan syiah, dan kaum mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan bani umayyah.

BAB III KESIMPULAN 1. Khilafah Bani Umayyah merupakan khilafah pertama dalam sejarah islam yang memakai system kerajaan yang diwariskan secara turun temurun kepada anak cucunya, tanpa pemilihan secara demokratis atau semacam monarki absolute. 2. Masa kekhalifahan Bani Umayyah berumur 90 tahun 3. Berbagi kemajuan yang dicapai diantaranya: Bidang ilmu pengetahuan Filsafat Sains Fiqh Music dan Kesenian Bahasa dan Sastra Pembangunan fisik 4. Adapun kemuduran yang dialami Bani Umayyah , antaralain: Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan. Latar belakang terbentuknya dinasti bani umayah tidak lepas dari Runtuhnya persatuan dan kesatuan bani umayyahh akibat

konfik-konflik politik di masa Ali.

meruncingnya perselisihan antara bani qays dan bani kalb, ketidak puasan golongan mawali, keangkuhan bangsa arab pada masa bani. Lemahnya pemerintahan daulat bani umayyah karena sikap hidup Munculnya kekuatan baru yang di pelopori oleh keturunan al-abbas mewah. ibn abd al-muthalib.

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah http://daraibnthalim.blogspot.com/2011/03/khalifah-bani-umayyah-idamaskus.html http://daraibnthalim.blogspot.com/2011/03/khalifah-bani-umayyah-iandalusia.html http://amrikhan.wordpress.com/2011/06/04/perkembangan-islam-pada-masa-baniumayyah/ Souyb,Yusuf.1977.Sejarah Daulat Umayyah I di Damaskus.Jakarta:Bulan Bintang. Souyb,Yusuf.1977.Sejarah Daulat Umayyah I di Andalusia.Jakarta:Bulan Bintang. Yatim, badri.1998.sejarah peradapan islam.Jakarta:Rajawali Pers.

Makalah BANI UMAYYAH

Disusun Oleh: Donny Andika Putra (10660021)

Teknik Industri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012

You might also like