You are on page 1of 104

Buku Praktis Operasional

TRASI
Terkuaknya Rahasia Alam,
dari Survai ISDL
Oleh :

BENY HARJADI
Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
Balai Penelitian Kehutanan di Solo

DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Kantor : BPK SOLO, Telepon : (0271) 716709 dan Fax. (0271) 716959
Rumah : Jl.Gemak II, T.10, Telp:591268, HP:08122686657, E-m : adbsolo@yahoo.com
TRASI

KATA PENGANTAR
Buku TRASI (Terkuaknya Rahasia Alam dari Survai ISDL)
menjelaskan tentang kondisi lahan yang dapat dikuak dari hasil survai dan
identifikasi ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan). Sehingga
diharapkan buku pedoman ini dapat dipakai sebagai pemandu bagi para
surveyor untuk mengumpulkan data fisik sebanyak-banyaknya pada setiap
SPT (Satuan Pemetaan Tanah) atau Unit lahan (Satuan Lahan).
Satuan Lahan dibuat berdasarkan dari batas kesamaan lereng yang
diturunkan dari setiap bentuk lahan (Landform) yang sama pada suatu
bentang lahan (Landscape). Satuan Peta Tanah sebagai wadah atau
mangkuk untuk mengumpulkan semua data fisik sebanyak-banyaknya dari
Landform (Bentuk Lahan), Rock (Tipe Batuan), Soil (Jenis Tanah), Slope
(Lereng), Erosion (Erosi), Terrace (Konservasi Tanah), Land Use
(Penggunaan/Penutupan Lahan) dan LUC (Land Use Capability/
Kemampuan Penggunaan Lahan).
Ketepatan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning Systeme) atau dengan pemandu petugas lapangan
seperti Mandor atau Mantri Kehutanan jika survai di Kawasan Hutan.
Apabila lokasi yang kita lakukan pengumpulan data fisik ISDL tidak tepat
maka data tersebut tidak berguna atau sia-sia karena maksud kita mau
mendata lahan hutan ternyata yang dilihat lahan tegalan agroforestri.
Buku Pedoman survai ini jauh dari kesempurnaannya, untuk itu
saran dan kritik dari para pemakai atau pengguna sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam proses penyempurnaannya.

PENULIS

BENY HARJADI

Beny Harjadi ii
BPK Solo
TRASI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISI.............................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

II. BENTUK LAHAN (LAND FORM) ................................................ 4

III. DAFTAR ISTILAH GEOMORFOLOGI .................................... 21

IV. BATUAN (ROCK) ....................................................................... 35

V. TANAH (SOIL) ............................................................................. 53

VI. LERENG (SLOPE)....................................................................... 63

VII. EROSI (EROSION)..................................................................... 66

VIII. KONSERVASI TANAH ........................................................... 71

IX. PENGGUNAAN LAHAN ........................................................... 72

X.KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN .................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 77

PERTANYAAN TENTANG SURVAI...................................................... 78

Beny Harjadi iii


BPK Solo
TRASI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variasi Macam Bentuk dan Kemulusan Batuan ........................... 36
Tabel 2. Contoh Batuan Beku (Gambar 9) ................................................. 40
Tabel 3. Contoh Batuan Sedimen (Gambar 10).......................................... 44
Tabel 4. Contoh Batuan Metamorfose (Gambar 11)................................... 47
Tabel 5. Identifikasi Batuan Metamorfik ................................................... 48
Tabel 6. Kelas Lereng (RRL, 1983)............................................................ 63
Tabel 7. Kelas Lereng (Kucera , 1988) ...................................................... 63
Tabel 8. Panjang Lereng............................................................................. 63
Tabel 9. Bentuk Lereng.............................................................................. 64
Tabel 10. Relief Relatif .............................................................................. 64
Tabel 11. Posisi Lereng.............................................................................. 64
Tabel 12. Prosentase Batuan Singkapan .................................................... 65
Tabel 13. Jenis Batuan di Permukaan ........................................................ 65
Tabel 14. Tingkat Erosi Permukaan dan Alur............................................ 67
Tabel 15. Tingkat Erosi Jurang .................................................................. 67
Tabel 16. Biaya Pembangunan Erosi Jurang ............................................. 67
Tabel 17. Tingkat Erosi Pantai................................................................... 69
Tabel 18. Tingkat Pengendapan Material .................................................. 69
Tabel 19. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi........................................ 70
Tabel 20. Prosentase Teras Per Satuan Peta .............................................. 71
Tabel 21. Matriks Penentuan Kelas KPL (LUC) ....................................... 76
Tabel 22. Penentuan Nama Tanah dengan Sifat Penciri Tanah................. 93

Beny Harjadi iv
BPK Solo
TRASI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya
Lahan) ..................................................................................... 3
Gambar 2. Sistem Bentuk Lahan : Alluvial sampai Karst ........................... 5
Gambar 3. Sistem Bentuk Lahan Bukit atau Perbukitan ........................... 10
Gambar 4. Sistem Bentuk Lahan Gunung atau Pegunungan..................... 14
Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur)......... 18
Gambar 6. Sistem Bentuk Lahan Marine (Laut)........................................ 20
Gambar 7. Macam Batuan Tergantung dari proses pembentukannya ....... 35
Gambar 8. Macam Batuan dari Masam sampai Basa ................................ 38
Gambar 9. Macam Batuan Vulkanik tergantung Bahan Penyusunnya...... 39
Gambar 10. Macam Batuan Sedimen/Endapan tergantung Kandungan
Bahannya............................................................................... 44
Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur,
Tekanan dan Waktu .............................................................. 47
Gambar 12. Kronologis Perkembangan Batuan Metamorfose .................. 49
Gambar 13. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran
Struktur ................................................................................. 53
Gambar 14. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari
Epipedon/Hiorozon ............................................................... 54
Gambar 15. Endopedon juga Sebagai Penentu Nama Tanah .................... 54
Gambar 16. Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah dari Toleransi Erosi.... 55
Gambar 17. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan .... 56
Gambar 18. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie. ..................... 57
Gambar 19. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin........... 58
Gambar 20. Perkembangan Dekomposisi Bahan Organik dari Kondisi
Imobilisasi menjadi Mineralisasi .......................................... 59
Gambar 21. Regim Temperatur dari Pergilik sampai Hipertermik ........... 60
Gambar 22. Regim Kelembaban dari Aquic sampai Perudic .................... 60
Gambar 23. Larutan Tanah Sebagai Lalu Lintas Transportasi Unsur Hara
dari Udara, Air ke Tanah ...................................................... 61
Gambar 24. Sifat Kimia Tanah menentukan Tingkat Kesuburan Tanah.. 62
Beny Harjadi v
BPK Solo
TRASI

I. PENDAHULUAN
Sistem pemetaan sumberdaya hutan untuk para perisalah merupakan
perpaduan dari dua sistem yaitu berupa pengumpulan data risalah
kehutanan dan data fisik inventarisasi sumberdaya lahan. Sistem tersebut
menggunakan teknik pemetaan multifaktor didalam satuan-satuan peta
yang relatif homogen yaitu dapat diketahui atas dasar pengelolaan lahan
secara berkelanjutan. Penetapan satuan peta homogen tersebut didasarkan
atas kesamaan bentuk lahan, lereng, dan penggunaan lahan pada masing-
masing petak dan anak petak. Informasi tentang sumberdaya lahan dan
penilaian hasil interpretasi dapat dipadukan dengan sumber informasi lain
seperti data kesesuaian lahan, daerah-daerah perlindungan, serta sosial
ekonomi setempat.
Data fisik lahan yang diperlukan guna melengkapi survai risalah
pada kawasan hutan adalah penambahan parameter fisik baik yang tetap
maupun berubah. Parameter fisik tetap antara lain bentuk lahan, batuan,
tanah, dan lereng; sedangkan parameter fisik yang berubah meliputi erosi,
teras dan informasi penggunaan lahan. Beberapa parameter fisik yang
dikumpulkan mencakup :

A. Lahan 1. Bentuk Lahan


2. Kemiringan Lereng
3. Relief Relatif
4. Batuan Singkapan
5. Batuan di Permukaan
B. Tanah 1. Jenis Tanah
2. Kedalaman Tanah

Beny Harjadi 1
BPK Solo
TRASI

3. Kedalaman Regolit
4. Warna Tanah
5. Tekstur
6. Struktur
7. Kemasaman Tanah
8. Permeabilitas/Drainase
C. Batuan 1. Tipe Batuan
2. Tegangan/Pemecahan
D. Erosi 1. Jenis Erosi
2. Tingkat Erosi
3. Prosentase Erosi
E. Konservasi Tanah 1. Jenis Teras
2. Prosentase Berteras
F. Penggunaan Lahan
Masing-masing parameter tersebut akan diuraikan secara rinci pada
setiap bab berikut. Urutan prosedur perisalahan sumber daya hutan dapat
diuraikan seperti pada Gambar 1.
Buku petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk membantu
mempermudah pengamatan dan pengumpulan data fisik lahan dan risalah
kehutanan dalam rangka mengetahui potensi hutan secara cepat, mudah dan
akurat. Sedangkan tujuan pemetaan tersebut adalah :
1. Penetapan batas petak dan anak petak secara tepat sesuai dengan
tingkat kesesuaian dan kelas kemampuan lahan.
2. Inventarisasi fisik lahan dan kondisi potensi lahan saat ini dengan
mengumpulkan beberapa parameter tetap dan berubah, serta
informasi tambahan lainnya.

Beny Harjadi 2
BPK Solo
TRASI

3. Menginformasikan data multifaktor dengan menampilkan peta


tematik dengan satu faktor atau beberapa faktor sekaligus.

4.

Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya


Lahan)
Beny Harjadi 3
BPK Solo
TRASI

II. BENTUK LAHAN (LAND FORM)


BENTUK LAHAN : Wajah permukaan bentang alam dari hasil perpaduan
gaya endogen dan eksogen yang tercakup dalam relief
topografik atau raut muka bumi (Gambar 2).
: Daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang
A. Alluvial diangkut oleh sungai dan diendapkan di lembah
dengan membentuk lapisan-lapisan endapan akibat
gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau agen penyebab air
atau angin (Alluvial)

B. Marine : Daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan


sekitarnya baik di tengah maupun di tepian.

P. Plain : Suatu wilayah dengan lereng yang umumnya


seragam, secara komparatif datar dengan batas-batas
tertentu dan tidak terpotong oleh elevasi-elevasi dan
depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar
lembah yang meluas atau suatu puncak plato.

H. Hilly : Daerah dengan elevasi ketinggian antara 50 hingga


300 meter, dengan kondisi jalan berkelak-kelok

M. Plateau- : Suatu daerah berelevasi tinggi dengan lahan yang


rata, biasanya dibatasi oleh penurunan yang jelas
Mountain minimal pada salah satu sisi sampai pada lahan yang
lebih rendah. Bidang lahan yang berelevasi tinggi
dengan amplitudo relief lebih dari 300 m dengan
kelokan jalan melingkar spiral.

X. : Bentuk lahan lain yang terdiri dari batuan beku, lahan


bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau,
Miscellaneous lembah sempit, dataran bukit, lahan yang tidak
produktif.

V. Volcanic : Gunung berapi dengan lubang di kulit bumi yang


terjadi akibat magma yang menerobos keluar ke
permukaaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa
bom (batu besar), lapelli (batu kecil), slak (batu tak
teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.

K. Karst : Daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang


porous (berpori), dimana air permukaan tanah
merembes dan menghilang ke dalam tanah, dan
permukaan selalu gundul atau kurang vegetasi.
Beny Harjadi 4
BPK Solo
TRASI

Gambar 2. Sistem Bentuk Lahan : Alluvial sampai Karst

Beny Harjadi 5
BPK Solo
TRASI

Bentuk Lahan adalah wajah permukaan bentang alam yang merupakan hasil
kegiatan dari perpaduan bermacam-macam gaya baik endogen maupun eksogen
yang terdiri dari berbagai macam bentuk permukaan bumi yang tercakup dalam
relief topografik atau raut muka bumi (Desaunettes, 1977 dan Kucera 1988).
Ada delapan sistem bentuk lahan yang ada di Indonesia, yaitu :
A. Alluvial
B. Marine
P. Plain
H. Hilly
M. Plateau and Mountain
X. Miscellaneous
V. Volcanic
K. Karst

A. Alluvial
Sistem Alluvial adalah daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang diangkut oleh
sungai dan diendapkan di lembah dengan membentuk lapisan-lapisan endapan
akibat gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau oleh agen penyebab air atau angin
(Alluvial).
A1.
Alluvio-marine sub system
A11. Swamp (tree vegetation)
A12. Marsh (low vegetation = hydrophytes and wet grass)
A13 Low lying lands (cultivated marshes)
A14. Undulating low lying lands
A15. Delta deposits (very recent soils = Fluvisols)
A16. Ancient sea shore and sand bars
A.17 Tidal swamp (inland)
A2.
Alluvial sub system
A21. Narrow river valley (<50 m), slope < 2%
A22. Broad river valley (> 50 m), slope < 2%
A23. Meander belt including menader scars
A24. Undulating to rolling river valley (slope 2 – 15%)
A25. Recent terrace (non floded river valley floor)
A26. Levee
A27. Alluvial fan
A28. Alluvial land
A3.
Alluvio-colluvial sub system
A31. Narrow, isolated interhill miniplain
A32. Broad, isolated
A33. Ramified
A34. Undulating to rolling interhill miniplain
A35. Alluvio-colluvial fan
A36. Colluvial fan
Beny Harjadi 6
BPK Solo
TRASI

A37. Footslope colluvium in strips


A4.
Closed alluvial sub system
A41. Narrow depressed area (Swale, Mire, Slough, Vly etc.)
A42. Closed basin, depression and the lake
A43. Swamp or marsh (without marine influence)
A44. Lacustrine plain (recent)
A45. Ancient lake bottom

P. Plain
Sistem Dataran adalah suatu wilayah dengan lereng yang umumnya seragam, secara
komparatif datar dengan batas-batas tertentu dan tidak dipotong oleh elevasi-
elevasi dan depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar lembah yang meluas
atau suatu puncak plato.
P0. Plain (synclinal plain included)
P01. Flat plain
P02. Undulating plain
P03. Rolling plain
P04. Flat with hummock, and hummocky
P05. Flat with hillock
P06. Undulating with hillocks
P07. Rolling with hillocks
P08. Hillocky
P09. Hilly with flat interhill miniplain
P1. Coastal plain (ss = same sub-categories)
P2. Marine terrace (ss)
P3. River and lake terrace (ss) ALLUVIAL TERRACES
P4. Erosion galcies =peneplain, pediment (ss)
P5. Accumulation glacis, basin, ancient lacustrine plain (ss)
P6. Piedmont plain (ss)
P7. Erosion remnants (Buttes temoins) : Residual hills and hillocks
P71. Hummock
P72. Hillock OUTLIER (Mesa, Table land, Meseta, Mound, Huerfano..)
P73. Hill
P74. Hummock
P75. Hillock INLIER (Cuesta, Hogback, Dome, Mendip,……..)
P76. Hill
P77. Inselberg
P78. Monadnock
P79. Rocks heaps
P8.
River cut vallons and valley, erosion surfaces
P80. River cut valley (flat)
P81. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope < 8%)
P82. River cut and valley surfaces, undulating rolling (general slope < 15%)
P83. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope < 15%)
P84. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope > 15%)
Beny Harjadi 7
BPK Solo
TRASI

P85. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope > 15%)
P86. River cut and valley surfaces, rolling relief (general slope > 15%)
P87. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope < 15%)
P88. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope > 15%)
P89 River cut and valley surfaces, hilly
P9.
Special features
P91. Dissected foot of terraces
P92. Dissected ancient alluvio-colluvial fan
P93. Scalped anticline, rolling
P94. Scalped anticline, hummocky ANTICLINE DEPRESSION
P95. Scalped anticline, hillocky
P96. Terrace remnant : epaulement

H. Hilly (Amplitudo 50-300 m)


Sistem Bukit adalah daerah dengan elevasi ketinggian antara 50 hingga
300 meter, biasanya dicirikan oleh kondisi jalan berkelak kelok.
H1.
Hillock and hills pattern and special features
H11. Isolated hillock (may be an erosion remnant)
H12. Undulating land with hillock (mostly in piedmont)
H13. Rolling land with hillock
H14. Hillock in rolling pattern
H15. Foothills, lanieres and spur (hilly relief)
H16. Neatly singled out units in the piedmont,
not so much in continuity the upper slope
H17. Interhill rolling area (small unit)
H18. Rounded hill or knob
H19. Steep hills with undulating interhill bottoms
H2. Parallel, elongated ridges and structural slopes from bedded rocks with
vertical or sub vertical dip.
H21. Slopes up to 30%
H22. Slopes 30 – 50%
H23. Slopes 50 – 75%
H24. Slopes over 75%
H25. Slopes up to 50%
H26. Slopes 30 to 75%
H27. Slopes above 50%
H28. Slopes 30 and more
H29. Terraced ridge slopes
H3 Moderately dissected hill slope (ss = same sub-categories)
H4. Dissected hill slope (ss)
H5. Strongly dissected hill slope (ss)
H6. Versant or massif, slope connecting two surface, piedmont slopes and footslopes
(general gradient up to 30%)
Beny Harjadi 8
BPK Solo
TRASI

H61. Slightly dissected, flat to undulating footslope


H62. Moderately dissected, undulating to rolling footslope
H63. Dissected piedmont slope, rolling with hummock and gullies
H64. Strongly dissected versant and piedmont slope (hillock, deep gullies)
H65. Deeply dissected versant (hilly relief)
H66. Non to slightly dissected footslope, undulating to rolling
H67. Slightly to moderately dissected piedmont slope, hummocky
H68. Slightly to moderately dissected versant, hilly
H69. Terraced footslope and piemont slopes
H7. Front or escarpment (general gradient from 30% onward)
H71. Slope 30 – 50%, slightly dissected
H72. Slope 30 – 50%, moderately dissected
H73. Slope 30 – 50%, dissected
H74. Slope 30 – 50%, strongly dissected
H75. Slope 50 – 75%, moderately dissected
H76. Slope 50 – 75%, dissected
H77. Slope 50 – 75%, strongly dissected
H78. Slope over 75%, dissected
H79. Slope over 75%, strongly dissected
H8.
Structural slopes
H80. Slightly dissected dip slope, gradien less than 15%
H81. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien up to 30%
H82. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien 15 - 50%
H83. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien 15 - 50%
H84. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien 30 - 75%
H85. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien 30 - 75%
H86. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien over 50%
H87. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien over 50%
H88. Scarp slope, gradien 30 to 75%
H89. Scarp slope, gradien 50 and above
H9. Summit areas remnants of ancient surfaces (small units)
H91. Flat relief
H92. Undulating
H93. Rolling
H94. Hummocky
H95. Hillocky
Lihat Gambar 3

Beny Harjadi 9
BPK Solo
TRASI

Gambar 3. Sistem Bentuk Lahan Bukit atau Perbukitan

Beny Harjadi 10
BPK Solo
TRASI

M. Plateau and Mountain


Sistem Plateau adalah suatu daerah berelevasi tinggi dengan lahan yang rata, biasanya
dibatasi oleh penurunan yang jelas minimal pada salah satu sisi sampai pada
lahan yang lebih rendah.

Sistem Mountain adalah bidang lahan yang ber-elevasi tinggi, dengan amplitudo relief
lebih dari 300 m.

M1.
Plateau or high plain
M11 Flat plateau
M12 Undulating plateau
M13 Rolling plateau
M14 Plateau with hummocky relief
M15 Serrated plateau with parallel sharp ridges
M16 Plateau with hillocky relief
M17 Strongly dissected plateau area, sharp ridges (not parallel, hill size)
M18 Extremely dissected plateau area, hilly relief
M2. Non to slightly dissected mountain slope (relief amplitudo over 300 m)
M21 Gradient less than 30%
M22 Gradient 30 – 50%
M23 Gradient 50 – 75%
M24 Gradient over 75%
M25 Gradient up to 50%
M26 Gradient 30 – 75%
M27 Gradient above 50%
M28 Gradient above 20%
M29 Terraced
M3. Moderately dissected mountain slope, (ss = same sub categories)
M4. Dissected mountain slope (ss)
M5. Strongly dissected mountain slope (ss)
M6.
Slope of special characteristics
M61 Talus slope
M62 Rough broken and rocky slope
M7.
Special features
M71 Peak, Pinacho
M72 Serrated scarps, crags
M73 Horn
M74 Tower
M75 Arête
M76 Teton

Beny Harjadi 11
BPK Solo
TRASI

M8.
Cirque and natural terrace
M80 Dissected vallon or valley head with dendritic d.p. (big unit)
M81 Cirque sloper
M82 Cirque with undulating floor
M83 Cirque with rolling floor
M84 Cat step
M85 Corrugated break on a slope (similar to epaulements)
M86 Natural terrace, flat to rolling relief
M87 Natural terrace, rolling to hilly relief

X. Micellaneous
Sistem Micellaneous adalah bentuk lahan yang lain terdiri dari batuan terbuka, lahan
bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau, lembah sempit, dataran bukit,
lahan yang tidak produktif.

X1.
Outcrops
X11. Bluff (slope over 100%, rockiness over 50%)
X12. Rock outcrops
X2.
Salt pan or salt works
X3.
Settlement
X31. Kampong
X32. Town
X4.
River bed
X41. Straight
X42. Meandering
X43. Deeply incised
X5.
Lakes
X51. Saline and brackish water
X52. Fresh water
X53. Hot water ponds
X54. Reservoir

Beny Harjadi 12
BPK Solo
TRASI

X6.
Miscellaneous land types
X61. Bad lands
X62. Rough, broken and rocky land (over 50% rockiness)
X63. Mountain scree (over 50% boulders on a steep slope)
X64. Scree fan, debris cone
X65. Land slide scar
X66. Landslide, earthslide, landslip
X67. Solifluxion stream, mudflow, slump
X7.
Narrow valley
X71. V – shaped valley
X72. Gully, ravine, flume
X73. Gorge
X74. Canyon
X75. Terraced valley sides and bottom
X76. Terraced valley head (vallon), gentle slopes
X77. Embayment, cove
X78. Dissected vallon with deep ravines (small unit)
X79. River cut valley (flat to undulating, small)
X8.
Summits
X81. Sharp summit and creat line
X82. Convex rounded summit
X83. Flat summit (very limited area)
X84. Mountain slope
X85. Saddle

Beny Harjadi 13
BPK Solo
TRASI

Gambar 4. Sistem Bentuk Lahan Gunung atau Pegunungan

Beny Harjadi 14
BPK Solo
TRASI

V. Volcanic
Sistem Vulkanik atau gunung berapi adalah lubang di kulit bumi yang terjadi akibat
magma yang menerobos keluar ke permukaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa bom (batu besar), lapelli
(batu kecil), slak (batu tak teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.
V1.
Craters
V11. Crater
V12. Caldera
V13. Volcanic vent.
V2.
Volcano upper slope
V21. Slightly dissected
V22. Moderately dissected
V23. Dissected
V24. Strongly dissected
V3.
Volcano middle slope
V31. Slightly dissected
V32. Moderately dissected
V33. Dissected
V34. Strongly dissected
V35. Flat and level part of mid slope
V36. Elongated spur, hill size (volcanic ridge)
V37. Benched
V38. -
V39. Terraced
V4.
Volcano lower slope
V41. Slightly dissected
V42. Moderately dissected
V43. Dissected
V44. Strongly dissected
V45. Flattish
V46. Volcanic ridge
V47. Terraced
V5.
Lava flows
V51. Recent lava flow
V52. Ancient lava flow
V53. Very ancient and dissected, broken down
V54. Scories, cinders cone
V55. Lava flow and lahar combined
V56. Toe of lava flow or volcanic ridge
V57. Lava plain
V58 Lava plateau
Beny Harjadi 15
BPK Solo
TRASI

V6.
Lahar
V61. Terraced footslope on lahar, with boulders and blocky
V62. Undulating to rolling valley, with boulders and blocky
V63. Terraced footslope with hummocks
V64. Slope with catsteps and hillocks
V65. Talus slope on lahar with blocks
V7.
Planeze
V71. Flat, level and non dissected planeze
V72. Undulating and dissected level planeze
V73. Rolling, strongly dissected with ravines and gorges level planeze
V74. Slope planeze
V75. Intervolcano plain, slightly dissected, undulating
V76. Intervolcano plain, dissected, rolling
V77 Intervolcano plain, strongly dissected rolling with hummocks
V8.
Volcanic plain
V81. Flat
V82. Undulating
V83. Rolling
V84. Flat + hummocks
V85. Undulating + hummocks
V86. Rolling + hummocks
V87. Undulating + hillocks
V88. Rolling + hillocks
V9.
Volcanic outcrops
V91. Batholith
V92. Dyke
V93. Boss
V94. Stock
V95. Neck/plug
V96 Spine
V97 Piton (small volcano, hill size, rocky)

Beny Harjadi 16
BPK Solo
TRASI

K. Karst
Sistem Karst adalah daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang porous (berpori),
dimana air permukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah,
dan permukaan selalu gundul/kurang vegetasi (Gambar 5).
K1. Karstic plateau (terrace)
K11. Undulating to rolling, with hummocks (hums or karstic mounds)
K12. Same, hillock size
K13. Same, hill size
K14. Plateau with lapies relief, blocks and boulders are gouged and …………..
K15. Same, with knobs, big outcrops with grotesque relief, grottos
K16. Same, with cliffs and caves
K2.
Gentle karstic slope
K21. Hummocky relief (conical mounds = hums, uvalas, and doline)
K22. Same, hillocky relief
K23. Same, hilly relief
K24. Lapies relief
K25. Knobs and gottos
K26. Cliffs and caves
K3. Steep slope (ss = same sub categories)
K4. Versant (ss)
K5.
Outcrops
K51. Hum
K52. Cliff
K53. Pinnacle
K6.
Depression
K61. Doline
K62. Uvala
K63. Sinkhole
K64. Katavothre
K7.
Plains
K71. Polje with flat relief
K72. Polje with flat relief + hillocks
K8.
Erosion surface in bedded chalk
K80. Vallon with dendritic drainage pattern
K81. Undulating relief
K82. Rolling relief
K83. Hummocky relief
K84. Hillocky relief
K85. Sharp parallel ridges, hillock sized with deep carved dendritic gullies on
the flanks, strongly dissected
K86. Hillock in rolling pattern with dense dendritic d.p., extremely dissected
Beny Harjadi 17
BPK Solo
TRASI

Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur)

Beny Harjadi 18
BPK Solo
TRASI

B. Marine
Sistem Marine adalah daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan
sekitarnya baik ditengah maupun ditepian (Gambar 6).

B1. Beaches
B11. Sand beach
B12. Mud beach
B13. Shingle beach
B14. Cove
B15. Mud flat
B2. Dunes and lido
B21. Shifting sand
B22. Flat sandy deposits
B23. Lido
B24. Beach ridges
B25. Tombolo
B3. Rocky seaside and barriers
B31. Barrier, barrier flat
B32. Cliff
B33. Reef
B34. Wave cut terrace
B35. Rocky cape
B36. Reef flat
B4. Laguna and Lagoon
B41. Laguna
B42. Coral reef
B43. Coral flat
B44. Lagoon
B5. Atoll and coral
B51. Atoll
B52. Coral reef
B53. Coral flat
B6. Tidal flats
B61. Bared (or cultivated) tidal flat
B62. Marshy tidal flat
B63. Swampy tidal flat (mangrove)
B7. Delta outcrops
B71. Sandy
B72. Silty
B73. Clayey
B8. Sub-recent sea shore
B81. Swale deposits
B82 Sand ridges

Beny Harjadi 19
BPK Solo
TRASI

Gambar 6. Sistem Bentuk Lahan Marine (Laut)

Beny Harjadi 20
BPK Solo
TRASI

III. DAFTAR ISTILAH


GEOMORFOLOGI
1. Alluvial Fan : deposit berbentuk kerucut dari alluvium yang berasal dari
aliran di dataran rata atau pertemuan aliran yang lebih rendah,
yang terbentuk dari pemancaran aliran pada pegunungan.
2. Alluvial Fan : Kipas Aluvial
: Massa sedimen berbentuk kipas melandai yang diendapkan
oleh suatu aliran dari bagian hulu ke tanah datar di hilir.
3. Alluvial Land : Lahan Aluvial
: Daerah-daerah alluvium yang tersatukan dan secara umum
tersusun berlapis-lapis dan bervariasi secara luas dalam tekstur,
yang baru diendapkan oleh aliran-aliran dan terkena
penggenangan berulang kali.
4. Alluvium : deposit yang diendapkan dari sungai-sungai termasuk endapan
yang terletak dibantaran sungai, arus di tanah datar, danau, fans
di lereng, dan kuala, tidak termasuk deposit di laut dan danau
5. Arroyo : terowongan ephemeral atau arus yang berselang seling,
biasanya dengan material yang tidak terkonsolidasi setinggi
dua atau tiga kali.
: Terowongan berlantai datar dari arus ephemeral dari semiarid
barat daya.
6. Atoll : Karang berbentuk gelang
: Karang yang mengelilingi pulau, lalu pulaunya tenggelam
menjadi laguna dengan Atoll disekililingnya.
: pulau yang berbentuk cincin atau melingkari laguna, dengan
komposisi karang atau calcareous algae.
7. Backshore : zone pantai bagian atas diseberang daya capai gelombang dan
air pasang. Salah satu permukaan mendatar yang disebut
BERM kearah darat dari puncak pantai dengan bagian dalam
curam.

Beny Harjadi 21
BPK Solo
TRASI

8. Bar : Sand Bar (Sand Bank), Beting


: Sejenis gosong yang terdapat di muara sungai, biasanya
berbentuk estuaria yang memisahkan sungai dengan laut.
: OFFSHORE BAR – beting (gosong) letaknya terpisah dari
daratan dengan endapan pasir terbentuk pada laut yang dangkal
agak jauh dari pantai.
: SANDSPIT (Sandbar) – sejenis gosong yang biasa terdapat
pada muara sungai berbentuk estuaria ataupun di teluk, tetapi
bentuknya khusus yaitu salah satu ujungnya bersambung
dengan daratan.
9. Barchans : Sikkelduin (Bld)
: Sejenis bukit pasir (dune) berbentuk bulan sabit, tanduk yang
menghadap kearah datangnya angin. Lerengnya melandai
menghadap kearah datangnya angin, sedang lereng dibawahnya
angin agak curam.
10. Basin : Bekken (Bld), Cekungan, Lembah, Lubuk
: Relief permukaan bumi berbentuk baskom atau belanga
(concave), suatu depresi ukuran besar, yang terjadi akibat
sruktural ataupun erosional.
11. Beach : Strand (Bld), Pesisir, Pantai
: Pesisir, pantai laut berpasir atau berkerikil, termasuk juga
pesisir danau.
: Pantai curam dari kawasan air yang dihempas oleh gelombang
atau air pasang, terutama bagian yang tertutup pasir atau batu
kerikil.
12. Beach Scarp : lereng yang mendekati tegak lurus disepanjang pantai yang
disebabkan oleh erosi akibat gelombang, dengan tinggi
bervariasi dari beberapa inci sampai beberapa kaki, tergantung
dari gerakan gelombang tadi serta komposisi pantai.

Beny Harjadi 22
BPK Solo
TRASI

13. Butte : sejenis bukit yang puncaknya berbentuk datar dengan lereng
curam yang berdiri diatas suatu dataran sendirian, disebabkan
oleh daya tahan yang tinggi terhadap erosi (TABLE LAND).
14. Caldera (Sp) : Kaldera, Kepundan
: Kawah atau kepudan gunung berapi yang amat luas, akibat
depresi vulkanis yang besar, agak berbentuk bundar, dikelilingi
cliff terjal. Kadang ditutupi oleh danau (danau Toba), kadang
beberapa gunung api belum mati di tengah kaldera (kaldera di
crater lake, Oregon USA).
: Tekanan vulkanis berbentuk kolam besar, berbentuk lingkaran
atau bundar, diameternya lebih besar dari lubang vulkanis
(letusan, reruntuhan, longsoran).
15. Canoon : Canyon
: Lembah atau ngarai yang dalam dan sempit dan lerengnya
vertical curam serta tinggi, hasil kikisan sungai. Contoh :
grand Canyon di Colorado, USA.
16. Cliff (Ing) : Pantai curam atau terjal. Contoh : pantai selatan Jawa
: bagian depan karang yang curam dan tinggi.
17. Coast (Ing) : kust (Bld), Pantai laut/Pantai Ria
: tanah yang berbatasan dengan laut atau darata yang tidak
terkena air laut.
: Pantai laut atau jalur daratan yang sebagian terdiri dari laut dan
daratan dengan lebar jalur dan garis batas tertentu.
18. Colluvial : Koluvial
: Bahan yang telah bergerak melandai ke bawah dan telah
terlindung di lereng-lereng bagian bawah atau didasar bukit
yang digerakkan oleh gaya grafitasi sampai tingkat tertentu
terjadi aksi pembekuan dan hanyutan air lokal.
: Mengandung alluvium dan pecahan karang, kontras dengan
alluvium dan diluvium, talus dan cliff debris material salju.

Beny Harjadi 23
BPK Solo
TRASI

19. Colluvium : deposit yang tidak ada ujung pangkalnya, biasanya pada kaki
yang miring dan dibawa dengan gaya berat grafitasi bumi,
termasuk terbentuknya talus dan cliff debris.
20. Delta : Deposit (endapan) alluvial yang terbentuk disuatu tempat
aliran atau sungai mengendapkan beban sedimennya setelah
memasuki suatu bahan air yang lebih tenang
: Terbentuk dibawah permukaan air dan disuatu daerah yang
sering mempunyai bentuk segitiga huruf DELTA Yunani
dengan titik masuk aliran pada satu sudut.
: Deposit Lumpur, pasir atau kerikil (endapan alluvium) yang
mengendap di muara sungai, berbentuk huruf keempat Yunani
(∆ = delta). Contoh : Alexandria, Calcutta, Shanghai,
Rotterdam, New Orleans.
21. Delta Plain : dataran tinggi dari timbunan Lumpur pada mulut aliran atau
meluap sepanjang aliran yang lebih rendah.
22. Dendritik : pola saluran pengeringan dendritik yang dikenali mutunya dari
drainage cabang yang tidak teratur pada seluruh arah dengan sambungan
pattern cabang aliran disetiap sudut.
23. Dike : Tanggul, Levee
: Peninggian tanah berbentuk tanggul yang membatasi atau
mengendalikan air, terutama peninggian tanah yang dibangun
sepanjang tepi (tebing) sungai untuk mencegah luapan bagi
lahan (tanah) rendah (tanggul banjir – rekayasa).
: Badan datar dari batuan beku yang memotong melintang
struktur batuan yang berdekatan atau memotong batuan massif
(pejal).
: Tanggul atau dinding yang disusun disekitar areal rendah
untuk mencegah banjir.
24. Doline : dolina, dolinen
: goa besar berbentuk cerobong yang berhubungan dengan
system saluran pengeringan bawah tanah di daerah batu kapur.

Beny Harjadi 24
BPK Solo
TRASI

25. Dome : Kubah


: Relief permukaan bumi berbentuk kubah dimana pada bagian
lapisan kulit bumi terangkat sehingga terbentuk lapisan yang
melengkung seperti kubah (convex) dan bundar.
26. Dome : bulatan yang rata, puncak pegunungan yang tertutup karang
menggantikan kubah atau cupala pada suatu bangunan.
27. Dome : pegunungan yang dibentuk dari tekanan dibawah tekanan
Mountain samping.
28. Dune (Ing) : Duin (Bld), Bukit Pasir
: Bukit pasir rendah terbentuk oleh angin, khusus didaerah
pantai, terdiri dari 2 tipe : Barchans dan Seifs.
29. Dyke : Dike, Retas, Korok Intrusi
: Magma yang menerobos lalu memotong lapisan batu-batuan
secara vertical, yang terletak tegak memotong batu-batuan
diatasnya,yang membentuk dinding batuan beku yang panjang
dan sempit. Panjang dan tebalnya bervariasi, sampai 50 km.
30. Escarpment : Tebing curam
: Permukaan terjal atau tebing perbukitan, atau tebing curam di
daerah pegunungan biasanya terletak paling dekat laut.
31. Estuary : Kuala
: Bagian dari suatu aliran pantai yang dipengaruhi oleh pasang
surut tempatnya mengalirnya air kedalamnya. Contoh : teluk,
muara, sungai.
: Tempat pasang surut bertemunya arus sungai yaitu
bercampurnya air tawar dan air laut.
32. Extrusi : Extrusion (ing), Extrusie (Ing)
Magma : Peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan
bumi dan terbentuklah volcano (gunung berapi) atau
vulkanisme. Ekstrusi magma dapat bersifat erupsi eksplosif
(dikeluarkan dan terlempar ke udara) dan effusif (magma
keluar dengan cara meleleh)..

Beny Harjadi 25
BPK Solo
TRASI

33. Fan : Kapas


: Timbunan runtuhan dari suatu aliran pada suatu lereng curam
dan muncul di dataran landai menjadi bentuk sebuah kipas,
membentuk potongan kerucut yang sangat rendah.
34. Fault : Breuk (Bld), Sesar
: Rekahan/retakan pada kulit bumi yang terjadi akibat gaya
endogen yang menekan dari dalam bumi dengan tekanan yang
tidak sama. Disekitar fault akan terjadi gerakan-gerakan
vertical atau horizontal yang menyebabkan kemungkinan
dislokasi lapisan batuan semula dan terjadi gempa bumi.
Contoh : normal fault, reverse fault, horizontal fault, graben,
horst.
: Pecahan zone panjang yang digantikan sisi yang relatif satu
dengan lainnya parallel dengan pecahan tersebut.
: Pecahan atau zone pecahan dari tanah yang bersamanya
terdapat pergeseran satu sisi terhadap sisi lainnya.
35. Fault Dip : kecuraman vertikal pada permukaan fault atau zone yang
tegeser, diukur dari bidang datar.
36. Fault Line : pemotongan permukaan fault dengan permukaan bumi atau
permukaan buatan lainnya.
37. Fisiografi : kajian tentang genesis (perkembangan tanah) dan evolusi
bentuk lahan (landform). Istilah lama yang tidak hanya
mempelajari bentuk muka bumi (permukaan tanah) dan
geologi, tetapi juga tentang klimatologi, meteorology, dan
oceanografi serta didalamnya fenomena (kejadian) alam secara
umum.
38. Fjard : Norw
: Teluk sempit, panjang dan dalam dengan tebing yang curam
karena pantai mengalami kemorosotan. Contoh : lembah
glacial yang berada dibawah air, dan pantai Norwegia.

Beny Harjadi 26
BPK Solo
TRASI

39. Floodplain : dataran banjir, bantaran sungai


: Dataran rendah dikiri kanan sungai yang sering terkena banjir,
yang tebrntuk dari deposit tanah deposit yang ditinggalkan
banjir.
: Tanah hampir datar yang terletak disisi dari suatu sungai yang
terkena luapan banjir.
40. : Exogene Kracht (Bld), Exogenetic Force (Ing)
Gaya : Gaya yang bekerja pada kulit bumi berasal dari luar (atmosfir,
Eksogen
hidrosfir, dan biosfir) yang mengakibatkan perusakan atau
perombakan muka bumi. Contoh : pelapukan, erosi dan tanah
longsor.
41. Gaya : Endogene Kracht (Bld), Endogenetic Force (Ing)
Endogen : Gaya yang bekerja pada kulit bumi berasal dari dalam bumi
yang mengakibatkan tektonisme, vulkanisme, dan seisme
(gempa).
42. Geomorfologi : Geomorphology
: studi tentang bentuk permukaan bumi dan segala proses yang
menghasilkan bentuk-bentuk tersebut, yang didominasi oleh
proses pelapukan dan erosi.
: kajian tentang bentuk bumi,yang telah dibagi dalam berbagai
cabang ilmu, antara lain : geografi, geologi, dan geofisika.
Kenyataan geomorfologi merupakan kajian spesifik tentang
evolusi bentuk alam (landform) dan bentang alam (landscape)
terutama yang diakibatkan oleh proses erosi.
43. Gorge : Ravine, Lung, Luhung
: Sejenis lembah yang amat sempit dan dalam dengan dinding
lereng yang curam, lebih sempit dari canyon. Umumnya pada
kedalaman puluhan meter, di dasar gorge dialiri sungai.
44. Graben : Slenk (Bld)
: Bagian kulit bumi yang merosot oleh agya endogen seperti
terbentuknya Horst yang terangkat ke permukaan.

Beny Harjadi 27
BPK Solo
TRASI

45. Horst : Crust Block


: Bagian kulit bumi yang terangkat secara vertical oleh gaya
endogen. Pengangkatan tersebut didahului oleh adanya retakan
ataupun patahan pada lapisan kulit bumi, sehingga hubungan
lapisan-lapisan tersebut terputus dan biasanya lereng curam.
46. Insel Berg : sisi bukit, berdiri diatas dataran rata, puncaknya bundar serta
(Jerm) rata, yang menggambarkan tingginya bekas dataran tinggi yang
sudah terkikis oleh erosi. Sering terdapat di daerah Arida dan
Semi Arid, suatu jenis MONADNOCK.
47. Intrusi : Intrusion (Ing), Intrusie (Bld)
: Peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan-lapisan
batuan, tetapi tidak dapat mencapai permukaan bumi. Contoh
bentuk-bentuk inttrusi : batolit, lakkolit, instrusi plat, sill,
korosi, dsb.
48. Karst : Kapur
: Daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang porous
(berpori) dimana air permukaan tanah selalu merembes dan
menghilang kedalam tanha, dan permukaan selalu gundul atau
kurang vegetasi.
: Jenis topografi yang terbentuk diatas batu kapur, dolomit, atau
gips dengan larutan atau cairan serta dikenal pada tekanan
terbuka, sinkholes (tekanan permukaan tanah yang berbentuk
cerobong asap), goa-goa, dan saluran pengeringan bawah
tanah.
49. Karst Plain : tanah datar pada sinkholes, uvala, saluran pengeringan
dibawah teras dan susunan karst lain yang dikembangkan.
50. Laguna : Lagoon, air laut dangkal
: Laut dangkal yang luasnya hanya beberapa mil saja, yang
merupakan teluk atau danau, terletak diantara pulau
penghalang dengan pantai, termasuk air laut didalam Atoll.

Beny Harjadi 28
BPK Solo
TRASI

51. Landform : Bentuk Lahan


: Bagian dari wajah bentang alam (landscape) yang merupakan
hasil kegiatan dari perpaduan berbagai macam gaya, baik gaya
endogen maupun gaya eksogen. Sehingga terbentuk berbagai
macam bentuk bumi yang tercakup dalam relief topografik,
atau raut muka bumi (gunung, pegunungan, bukit, perbukitan,
lembah, ngarai, dataran tinggi, dataran rendah, cekungan/dome,
cliff/pantai terjal, dll), dimana satuan ketinggian menggunakan
meter dan satuan kemiringan dengan derajat atau persen.
: Bagian utama dari tanah yang digambarkan sebagai bentang
alam berdimenasi tiga, yang dihasilkan dari pengaruh sintetik
semua bahan-bahan dan proses-proses di dalam lingkungannya.
: Bentuk lahan merupakan produk beberapa aktivitas proses
geomorfologi pada suatu jenis batuan dan bahan induk lain
yang beragam karena dipengaruhi oleh iklim terhadap proses-
proses terjadinya lahan dan daerah-daerah fisiografi.
: Macam-macam profil tanah berasosiasi dengan macam-macam
bentuk lahan akan mempengaruhi genesis (perkembangan
tanah). Perbedaan penting keduanya berkaitan dengan
perbedaan bentuk lahan.
52. Landscape : Bentang alam, Landskap, Pemandangan, Landschap (Bld)
: Semua gambaran alami seperti lapangan, bukit, hutan dan air
yang membedakan satu bagian permukaan bumi dari bagian
lainnya.
: Daerah yang dapat ditangkap mata dalam selintas pandang,
termasuk cirri alaminya.
: Salah satu dari kenampakkan yang diambil bersama-sama
menyusun permukaan bumi, yang meliputi : kenampakkan
yang luas (dataran, plato, dan gunung) dan kenampakkan yang
sempit/kecil (bukit, lembah, lereng, kanyon, aarroyo, dan kipas
alluvial).

Beny Harjadi 29
BPK Solo
TRASI

: Suatu pemandangan alam atau daerah dengan aneka ragam


bentuk permukaan bumi seperti gunung, lembah, sungai,
sawah, hutan, kampung, dsb., yang dapat terlihat sebagai satu
kesatuan pandang. Bentang alam ada yang ciptaan manusia
dan ada juga yang ciptaan alam.
53. Lembah : Valley
: Daerah bawah diantara perbukitan sampai pada aliran sungai.
Lembah balin (Irian Jaya)
Lembah Silindung (Tapanuli)
Lembah Po (Italia)
Lembah Rhijn Dal (Eropa Barat)
: Suatu depresi (basin) sempit dan memanjang dipermukaan
bumi, dengan bentuk lembah ada yang V (muda) dan U (tua).
Lembah berbentuk V (V – Shaped Valley)
Lembah berbentuk U (U – Shaped Valley)
Lembah Longitudinal (Longitudinal Valley)
Lembah Transversal (Transverse Valley)
Lembah Merosot (Rift Valley)
Lembah Gantung (Hanging Valley)
54. Levee : Tanggul air buatan alam
: Dibentuk oleh deposit lumpur bila sungai banjir, dimaksudkan
untuk menahan air sungai agar tercegah mengalir ke daerah
sekitarnya. Contoh : levee Missisipi, S. Gangga, S. Po.
55. Limestone : Batu kapur, Batu gamping
: Batuan sedimen berwarna putih kelabu atau warna lain terdiri
dari kalsium karbonat (CaCO3), sering diakibatkan timbunan
dari sisa- sisa tulang belulang dan kulit kerang. Dipakai untuk
bahan bangunan, semen, industri kimia dan keramik.
56. Marble : Marmer, Batu Pualam
: Hasil metamorfose batu kapur dan terjadi rekristalisasi karena
temperatur dan tekanan.
: MARMER ORDINARIO – marmer biasa, dipakai sebagai
bahan bangunan, papan nama, dekorasi, papan peringatan, batu
nisan, perabot ds.

Beny Harjadi 30
BPK Solo
TRASI

: MARMER STATUARIO – dipakai untuk membuat patung,


tugu, pilar-pilar dsb.
57. Marsh : Tidal, Pasang surut, Rawa-rawa, Paya (asin & tawar), Muras
(Bld)
: Tanah basah yang selalu tergenang air, karena drainse yang
jelek atau letaknya yang rendah.
: Daerah datar dan rendah yang diseberangi oleh saluran-saluran
yang bersilangan dan paya-paya pasang surut serta secara
berkala digenangi oleh pasang naik dengan vegetasi biasanya
yang toleran terhadap garam.
: daerah yang secara periodic basah atau secara terus menerus
tergenang dengan permukaannya tidak terendam dalam,
tertutup secara dominan dengan SEDGES (sejenis rumput
alang-alang), CATTAILS (tanaman paya mirip gelagah),
gelagah atau timbunan hidrofila lainnya.
58. Meander : Tikungan sungai, sungai berkelak-kelok
: Tikungan sungai yang berulang-ulang membelok kekiri dan
kekanan berbentuk setengah lingkaran, biasanya terdapat pada
dataran rendah. Meander kadang berukuran besar dengan garis
tengah sampai 9 km, hampir menyerupai srikel yang lengkap.
Lama-kelamaam membentuk ladam kuda (tapal kuda) atau
sampai terpisah membentuk kali mati (ox bow lake)
59. Mesa : bukit yang puncaknya berbentuk datar, lereng curam, dimana
dulunya mesa tersebut merupakan dataran tinggi, tetapi akibat
kegiatan erosi jadi terbagi-bagi dan terpisah-pisah yang
terdapat pada daerah Arida.
60. Off Shore : Lepas pantai
: Zone daerah disekitar mulai dari garis air rendah sampai ke
pinggir landas benua (Continental Shelf).

Beny Harjadi 31
BPK Solo
TRASI

61. Ox bow lake : Kali Mati


: Telaga atau sungai mati yang terbentuk dari sungai meander,
karena meander sungai tersebut sudah sampai pada bentuk
lingkaran yang penuh, sampai akhirnya ssungai memotong
sehingga jalan sungai jadi lurus. Oleh deposit Lumpur dikedua
ujung meander terputus, maka akhirnya meander tadi terpisah
dan menjadi sampai mati (telaga berbentuk ladam kuda).
62. Plain : Dataran
: Tanah atau daerah yang datar dan luas dimana permukaannya
rata atau sedikit bergelombang dengan ketinggian sedikit diatas
permukaan laut (base level). Terbentuk karena pengankatan
dasar laut dan atau endapan timbunan bahan-bahan erosi yang
diangkat.
63. Plateau : Plato, Dataran tinggi
: Tanah tinggi yang agak datar, karena pengaruh erosi maka
akan berubah menjadi terpotong-potong dengan lembah yang
berubah-rubah.
64. Plutonisme : semua batuan-batuan terbentuk akibat kegiatan pana perut
bumi, termasuk peristiwa penyusupan magma diantara lapisan-
lapisan kulit bumi dan hal-hal yang mengenai bentuk-bentuk
intrusi dan prosesnya.
65. Reef (Rif) : Terumbu
: Kumpulan atau barisan bukit karang, muncul diatas
permukaan atau dekat ke permukaan laut.
: Barrier reef, Fringing reef (karang pantai), Atoll
: Submerged reef (karang lempung)
: Barrier reef (karang penghalang) di Queensland (Australia),
The Great Barrier reef (2000 km).
: Selat Makasar
: Karang Penghalang Sunda (500 km)

Beny Harjadi 32
BPK Solo
TRASI

66. Relief : perbedaan dalam elevasi antara titik-titik yang tinggi dan yang
rendah dari suatu permukaan lahan.
67. Sand Bars : palang atau tepian pasir yang ditimbun keatas atau didekat
permukaan air dengan aliran sungai atau gerakan gelombang
pada pantai.
68. Sand Dune : tanggul, tepian, atau bukit dengan pasir longsor yang
menimbun keatas karena pengaruh angin.
69. Slope : Lereng, Tanjakan
: Istilah dalam geomorfologi yang mengatakan tentang suatu
medan atau daerah permukaan yang letaknya miring. Contoh :
Mountain slope, Hill slope, Valley side slope, Steep slope.
70. Subsidence : gerakan permukaan tanah kearah bawah yang disebabkan oleh
larutan atau keruntuhan deposit penyangga yang dapat larut.
: Penyusunan kembali partikel-partikel setelah penyingkiran
batu bara, atau pengurangan tekanan cairan (fluida) dalam
suatu akuifer atau reservoir minyak bumi.
71. Swamp : Rawa
: Daerh yang terjenuhkan dengan air hampir sepanjang tahun
tertentu dengan permukaan tanah yang biasanya tidak terendam
secara dalam, dengan sisa vegetasi pohon dan perdu.
72. Talus : Scree
: Pecahan batu-batuan yang bentuknya tajamtajam, terdapat di
kaki lereng curam, berasal dari bautan induk yang lapuk.
: Fragmen-fragmen dari batuan dan bahan tanah lainnya yang
terkumpulkan oleh gaya berat pada kaki karang atau lereng
curam.
73. Teluk : Bay >< Tanjung (daratan yang menjorok ke laut)
: Laut menjorok ke darat, lebih kecil dari gulf. : teluk Jakarta.
74. Terrace : Teras
: Suatu dataran sempit membatasi sebuah sungai, danau atau
laut.

Beny Harjadi 33
BPK Solo
TRASI

75. Thalweg : suatu garis yang mengikuti bagian paling bawah dari suatu
lembah dibawah air atau tidak.
76. Uvala : lubang kolam batu besar yang dibentuk dari persenyawaan
beberapa batu doline.
77. Volcano : Vulkaan (Bld), Gunung Api
: Lubang di kulit bumi yang terjadi akibat magma yang
menerobos keluar permukaan bumi secara eksplosif dan
effusive. Contoh : Bom, Lapili, Slak, Zand, As, Batu apung.

Beny Harjadi 34
BPK Solo
TRASI

IV. BATUAN (ROCK)


atuan : Himpunan mineral-mineral sejenis atau berbeda yang terikat
B secara gembur atau padat yang akan membentuk kerak bumi, dan
merupakan satu kesatuan yang padu dari agregat-agregat alami dari satu
mineral sejenis atau beberapa mineral/multicrystaline (Gambar 7).

Gambar 7. Macam Batuan Tergantung dari proses pembentukannya

Beny Harjadi 35
BPK Solo
TRASI

Batuan adalah himpunan mineral-mineral sejenis atau berbeda jenis yang satu dengan
lainnya terikat secara gembur atau padat yang akan membentuk kerak bumi.
(Crippen and Eyles, 1985; dan Panhuys and Buurman, 1988).

Batuan terdiri dari empat jenis yang berbeda cara pembentukkannya, yaitu :
A. Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk karena pengkristalan magma yang
berasal dari dapur magma yang dapat membeku didalam (batuan Plutonik), di
saluran (batuan Korok), dan diluar permukaan bumi (batuan Ekstrusif). Ciri
utama batuan beku adalah motif dan tekstur serta kekerasan seragam.
B. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terkikisnya batuan dari suatu
tempat dan selanjutnya diendapkan di tempat lain. Ciri utama batuan sedimen
adalah heterogen kandungan mineral maupun asal batuan penyusunnya.
C. Batuan Metamorfose atau Batuan Malihan adalah batuan yang berubah bentuk
karena proses metamorfose dengan asal batuan dapat berupa batuan beku atau
batuan sedimen. Ciri utama batuan metamorfose adalah terbentuknya lapisan-
lapisan batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda karena terbentuk pada
waktu yang berlainan (Tabel 1).

Tabel 1. Variasi Macam Bentuk dan Kemulusan Batuan

Beny Harjadi 36
BPK Solo
TRASI

A. Batuan Beku (Vulkanik) : batuan yang terbentuk dari magma yang


mengeras atau membeku didalam dan diatas permukaan bumi dengan 8
elemen utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Na, dan K.
Batuan beku dikelompokkan atas dasar : - kandungan SiO2
- tekstur batuan
- mode pembentukkan :
A1. Batuan beku atas
A2. Batuan beku dalam
A3. Batuan beku gang

Contoh batuan beku :


Gr Granit Pg Pegmatit Fs Felsit Gr Granite
Bs Basal Ap Aplit Fp Felsit Porfirik Sy Syenite
Ad Andesit Lp Liparit Tf Tufa Dr Diorite
Rl Riolit Db Diabase Pm Pumis Gb Gabbro
Dr Diorit Pd Peridot Ob Obsidion Pp Porphyre
Sy Syenit Bm Basal Melafir Bv Bresika Bs Basalte
Vulkanik
Av Abu Vulkanik Fp Felspar Kw Kwarsa Bm Bsl. Melaphyre
Gb Gabro Ob Obsidienne

Kedalaman dan Kecepatan Pembekuan Magma :

a. Abyssal atau Plutonic Rocks


- pembekuan sangat lambat dan sangat dalam (Batolit)
- perkembangan komposisi baik dengan ukuran sama
- tekstur : macroscopicolly Crystalline atau phaneritic
b. Hypabyssal atau Intrusive Rocks
- pembekuan pada kedalaman sedang/ditengah (Laccolith, Sills)
- tekstur : porphyritic-phaneritic
Beny Harjadi 37
BPK Solo
TRASI

c. Volcanic atau Extrusive Rocks (LAVA)


- pembekuan diluar, dari letusan gunung berapi
- pembekuan cepat karena pendinginan lava
- biasanya porous
- tekstur : porphyritic-aphanitic
d. Effusive Materials (Gambar 8).
- pembekuan diudara
- perpecahan bahan glassy antara lain :
Ashes, Cinders, Pumice, Lapilli, dan Bombs
- tekstur : aphanitic (tanpa kristalin)

JENIS BATUAN DARI MASAM SAMPAI BASA


B. Beku Rhyolit Trachit Dasit Andesit Basalt Pakrit
Atas (Liparit) (Nitra
Basalt)

B. Beku Granit Sienit Diorit Diorite Gabro Peridotit


Dalam (Sienit Kw) Kwarsa

B. Beku Porfir- Granit Porfir- Porfir-Diorit Porfir- Porfir- -


Gang Sienit Kwarsa Diorite Gabro

MASAM Intermedier ALKALIS


SiO2 tinggi SiO2 rendah
warna terang warna
(putih) kelam/hitam

Gambar 8. Macam Batuan dari Masam sampai Basa

Beny Harjadi 38
BPK Solo
TRASI

Gambar 9. Macam Batuan Vulkanik tergantung Bahan Penyusunnya.

Beny Harjadi 39
BPK Solo
TRASI

Tabel 2. Contoh Batuan Beku (Gambar 9)


NO BOBOT WARNA MINERAL MINERAL CIRI NAMA
JENIS UTAMA TAMBAHAN LAIN BATUAN
1 2,6-2,7 putih abu-abu, quartz, orthose, apatite, zircon, sangat
putih, microklin, topaze, tourmaline, keras, GRANITE
kemerahan, plagioclase, beryl, sphene, masif
kehijauan, biotite, magnetite,
kebiruan, merah, muscovite, ilmenite, hematite,
hitam hornblende, pyrite, monazite,
augite flourite, etc.....
2 2,8-3 hitam dan putih, plagioclase, apatite, sphene, sangat
abu-abu hijau, amphibole, zircon, rutile, keras DIORITE
pyroxinene, magnetite,
biotite, kadang ilmenite,
quartz pyrrhotine, pyrite
3 2,5-2,8 abu-abu, orthose, apatite, zircon, tidak
kehijauan, plagioclase, sphene, magnetite terlalu POR
coklat, coklat biotite, kompak PHYRE
kehijauan, amphibole,
kemerahan pyroxene, kadang
quartz
4 2,8-3,3 hitam, plagioclase, magnetite, sangat
kehijauan, hijau augite, ilmenite, biotite, keras, BASALTE
gelap, abu-abu hypersthene, apatite, hauyne, kompak
olivine, kaca perovskite, zeolite

5 2,7-2,9 abu-abu, abu- orthose, apatite, zircon, sangat


abu gelap, plagioclase, sphene, magnetite keras, SYENITE
kemerahan biotite, masif
hornblende, augit
6 2,8-3,1 abu-abu hitam, plagioclase, apatite, ilmenite, kompak
putih abu-abu, pyroxine, quartz, magnetite, GABBRO
kecoklatan, amphibole, sphene, pyrrhotine,
kehijauan, kadang olivine chromite, pyrite,
kemerahan rutile, grenat
7 2,8-3,3 hitam, abu-abu plagioclase, chlorite, magnetite, keras BASALTE
gelap, coklat, augite, ilmenite, agate, ketika MELA
kemerahan, hypersthene, quartz, calcite, segar PHYRE
merah, coklat, olivine, zeolite
abu-abu
kehijauan
8 2,3-2,6 hitam, abu-abu batu kaca quartz, biotite, batu
gelap, hijau, oligoclase perhias- OBSI
coklat an DIENNE
Beny Harjadi 40
BPK Solo
TRASI

B. Batuan Sedimen (Endapan) : sedimen yang mengalami pemadatan atau


pengendapan serta konsolidasi dari hasil erosi yang terangkut, diendapkan dari
batuan endapan, beku atau metamorf.

Batuan sedimen dikelompokkan atas dasar : - wujud bahan endapan


- mode pembentukkan
- gatra petrologis
- watak mineral, komposisi
organik, tekstur dan bangun batuan
- lingkungan pengendapan
Contoh Batuan Endapan :

Bo boulder Bs batu sabak Kb E. Karbonat Bc Brecke


Pe pebble Br breksi Kp E.O. kapur Co Conglomerat
Se selut Pk pasir kwarsa Si E.O. Silikat Gr Gres
Li liat Gw graywacke Bk E.O. berkarbon Sa Schiste
argileux
Ko kongklomerat Ak arkosa Pi E. Piroklastik Ma Marne
Bp batu pasir Ag aglomerat As Argile
Schisteuse
Tv Travertin
Bx Bauxite
E = Endapan
E.O. = Endapan Organik

Beny Harjadi 41
BPK Solo
TRASI

Keterangan Tambahan :
Boulder : bongkah batu sangat besar
Pebble : bongkah batu besar
Selut : kerikil, pasir, lumpur
Endapan karbonat : batu kapur, batu kapur liat, marl, marl berkarbon, marl
berliat, batu selut, batu selut berkarbon
Endapan Organik Berkapur : pasir mantel, adang coral, sekat foraminifera, sekat
pteropoda, dan Globigerin
Endapan Organik Silikat : Sekat diatomae dan Radiolaris, Flint, Jasper dan Chert
Endapan Organik Berkarbon : Batu bara, Gambut dan Minyak bumi
Endapan Piroklastik : Gelas Vulkanik, Sibiran lava berhablur, dan pecahan
hablur

B1. Batu Endapan Tua


Contoh : Batu gamping [CaCO3, CaMg(CO3)2]
Batu pasir [SiO2, pasir kwarsa]
Batu liat [Shale, Napal]

B2. Batu Endapan Baru


Contoh : Air [dataran banjir]
Angin [pasir pantai]

Beny Harjadi 42
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 43
BPK Solo
TRASI

Gambar 10. Macam Batuan Sedimen/Endapan tergantung Kandungan


Bahannya
Tabel 3. Contoh Batuan Sedimen (Gambar 10)
NO BOBOT WARNA MINE MINE RAL CIRI-CIRI
JENIS RAL TAMBAHAN LAIN NAMA
UTAMA BATUAN
1 Berva- bervariasi bervariasi : bervariasi butiran BRECHE
riasi : quartz, menyudut
calcite, sampai 2
dolomite, mm
2 2-2,65 abu-abu terang, quartz, calcedoine, granular GRES
kehijauan, kadang muscovite, 0,05-2 mm
kemerahan, opale feldspath,
coklat, hematite,
multiwarna limonite, zircon,
rutile, glauconie,
3 2,6-2,8 abu-abu terang calcite, bahan butumine granular MARNE
sampai gelap, dolomite kurang dari
kehijauan, quartz, min. 0,02 mm
kemerahan argileux
4 2,6-2,8 putih, kuning, calcite, mineral - TRAVERTIN
coklat, aragonite argileux, quartz,
kemerahan, hematite,
keabu-abuan limonite,
5 Berva- bervariasi, quartz, mineral butiran CONGLO
riasi tergantung quarzite, argileux, membulat MERATE
bahan fragmen, schiste limonite, sampai 2
galet, dan siliceux hematite, calcite mm
penyemen dll...
6 2,8 abu-abu biru, kaolinite, muscovite, granular SCHISTE-
keabu-abuan, mineral lain zircon, rutile, sampai 0,02 AEGILEUX
kehijauan, hitam argileux, calcite, mm
kecoklatan, quartz penghasil
kemerahan, bitumine
7 2,8 abu-abu, biru kaolinite, muscovite, granular ARGILE-
abu-abu, dan mineral calcite, zircon, kurang dari SCHIS-
kemerahan argileux, rutile, bahan 0,02 mm, TEUSE
sampai hitam quartz bitumine mudah belah
8 2,4-2,5 putih, kuning, calcite, hematite, - BAUXITE
coklat, coklat aragonite, goethite,
kemerahan, alumogel, lepidocrocite,
violet, hijau, dispore, chlorite, calcite,
abu-abu bohmite, phosphorite,
hydrargillit opale
Beny Harjadi 44
BPK Solo
TRASI

C. Batuan Metamorfose (Malihan) : batuan yang berasal dari batuan beku atau
batuan sedimen yang telah mengalami perubahan dasar struktur kimia, atau
mineral sebagai akibat dari perubahan temperatur, tekanan, tegangan geser atau
lingkungan kimiawi.

Batuan metamorfose dikelompokkan atas dasar : - pendekatan geologis


- pendekatan regional

Contoh Batuan Metamorfose :

Fi K. Filit Kw K. Kwarsit Gn Gneiss


Gn K. Gneis Hn K. Hornfels Ms Mica-shists
Mb K. Marbel Gu K. Granulit Gu Granulite
Af K. Amfibolit Go K. Granolit Ss Sericito-schiste
Ek K. Eklogit Gb K. Granoblastit Mb Marbre
Fe K. Fels Sv Schiste vert Corn
Ab Amphibolite
Sp Serpentinite
K = Kelompok

Bentuk : C1. Foliated (Lembar)


- Lembar halus (Mika Schist)
- Lembar kasar (Granit Gneis)

C2. Non-Foliated (Bukan Lembar)


- dari batu pasir (Kwarsit)
- dari batu kapur (Marmer)

Beny Harjadi 45
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 46
BPK Solo
TRASI

Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur,


Tekanan dan Waktu
Tabel 4. Contoh Batuan Metamorfose (Gambar 11)

N BOBOT WARNA MINE RAL MINE RAL CIRI- NAMA


O JENIS UTAMA TAMBAHAN CIRI BATUAN
LAIN
1 2,6-2,8 abu-abu, abu- quartz, orthose, apatite, zircon, lemba GNEISS
abu putih, plagioclase, sphene, grenat, r-
coklat, biotite, muscovite, cordierite, lemba
kemerahan, amphibole, sillimanite, r
putih dan pyroxine epidote, pyrite,
hitam graphite
2 2,6-2,9 putih, abu-abu quartz, orthose, apatite, zircon, - GRANUL-
terang sampai plagioclase, grenat rutile, cyanite, ITE
abu-abu gelap hypersthene, biotite
diopside
3 2,6-2,8 putih, calcite, dolomite quartz, mica, - MARBRE
kehijauan, talc, epidote,
kebiruan, tremolite,
hijau, abu-abu forsterite, dll...
merah, hitam,
multiwarna
4 2,7-2,8 hitam, abu- amphibole, quartz, grenat, - AMPHI
abu, hijau plagioclase apatite, sphene, BOLITE
kehitaman epidote, biotite,
chlorite, diopsid
5 2,6-3,2 kehijauan, quartz, muscovite, albite, grenat, lemba MICA-
coklat, coklat biotite, paragonite staurodite, r daun SCHISTE
kemerahan, epidote,
abu-abu gelap tourmaline,
andalousite,
graphite
6 2,7-2,8 kehijaun, abu- quartz, chlorite, albite, aspek SERICITO
abu, abu-abu sericite, kadang tourmaline, mika SCHISTE
kehijauan, albite magnetite dan
abu-abu-gelap sutera
7 2,7-2,8 hijau, abu-abu chlorite, sericite, quartz, calcite - SCHISTE
hijau amphibole, V. CORNE-
epidote, albite ENNE
8 2,6-2,7 abu-abu hijau, olivine, serpentine grenat, bronzite, - SERPEN
hitam chromite, TINITE
kehijauan amphibole,
magnetite, talc

Beny Harjadi 47
BPK Solo
TRASI

Tabel 5. Identifikasi Batuan Metamorfik

Beny Harjadi 48
BPK Solo
TRASI

Gambar 12. Kronologis Perkembangan Batuan Metamorfose

Beny Harjadi 49
BPK Solo
TRASI

KODE BATUAN
1. Penulisan dengan huruf besar dan huruf kecil
2. maksimum hanya 2 jenis batuan

Contoh : Iw, Iv untuk batuan vulkanik lunak (pelapukan lanjut) dan


Untuk batuan vulkanik keras (pelapukan ringan)

I :Igneous Rock (Batuan beku/Volkanik)


It : Abu vulkanik
Iw : Batuan volkanik lunak
Ic : Batuan volkanik butiran kasar
Iv : Batuan volkanik keras
Is : Batuan pasir tufa
:
:

S : Sedimentary Rocks (Batuan endapan)


Sf : Alluvium halus (fine)
Sc : Alluvium kasar (coarse)
Sb : Alluvium liat hitam (black)
:
Sl : Sedimen batu kapur (limestone)
:

Beny Harjadi 50
BPK Solo
TRASI

3. 2. Unsur Yang Diamati

A. Tegangan (Pemecahan)

KEKERASAN PERALATAN UJI LAPANGAN


TINGKAT
BATUAN TEGANGAN PALU GEOLOGI PISAU LAPANG
1 Sangat Lunak Sangat Lemah pecah, hancur mudah dibongkar
2 Lunak Lemah lubang dangkal dibongkar susah
3 Agak Keras Agak Kuat pukulan satu kali dapat digores
4 Keras Kuat pukulan > satu kali digores dengan susah
5 Sangat Keras Sangat Kuat pukulan beberapa kali tidak dapat dibongkar
6 Extrim Keras Ekstrim Kuat hanya dengan palu tidak bisa
B. Pelapukan (Perubahan jadi tanah)

PELAPUKAN BAHAN BATUAN JADI TANAH


WARNA TEGANGAN
0 Belum tetap tetap belum
1 Ringan sudah berubah tidak lebih lemah belum
2 Sedang agak berubah lebih lemah berubah sedikit
3 Lanjut agak bk.berubah sangat lemah > 1/2 bagian
4 Sangat Lanjut banyak berubah amat sangat lemah seluruh luarnya
5 Sempurna berubah sempurna tidak ada sempurna

C. Kekerasan (Goresan)

C1. Bahan Kohesif (Plastisitas dan Kelembaban relatif)


Contoh : liat, debu, lempung dan lain-lain.

Plastisitas : 1. tidak liat (mudah jatuh lepas-lepas)


2. agak liat (mudah dipecah dengan jari-jari)
3. liat (sulit dipecah dengan jari-jari)
4. sangat sulit (tidak dapat dipecah)

Kelembaban Relatif : 1. Basah (sangat lemah)


2. Lembab (teguh)
3. Kering (keras)

Beny Harjadi 51
BPK Solo
TRASI

TINGKAT TEST UJI LAPANGAN


KEKERASAN IBU JARI JARI-JARI
Sl Sangat Lunak mudah ditekan dengan lepas-lepas bila diremas
kepalan
Ln Lunak ditekan beberapa cm dibentuk dengan tekanan jari-
jari ringan
Tg Teguh ditekan beberapa cm dengan dibentuk dengan tekanan kuat
kekuatan sedang
Kk Kukuh ditembus dengan penekanan tidak dapat dibentuk
kuat
Sk Sangat Kukuh mudah ditembus dengan -
kuku
Kr Keras sulit ditembus dengan kuku -

C2. Bahan Non Kohesif (Kekompakan)


Contoh : bahan-bahan kasar, pasir, kerikil dan campurannya.

TINGKAT PERALATAN UJI LAPANGAN KELAS


KEKERASAN TANGAN SEKOP TEKSTUR
Ss Sangat lepas dapat digali - sangat kasar
Ls Lepas mudah hancur dapat digali kasar
Km Kompak agregat hancur sulit sedang
Sm Sangat Kompak gumpalan hancur dengan ganco halus

3. Kode Batuan

Penulisan kode batuan mencakup seluruh parameter penetapan nama batuan,


antara lain meliputi :
1. Jenis Batuan
2. Tegangan (pemecahan)
3. Kekerasan (Goresan)
4. Tingkat Pelapukan (Menjadi Tanah)
5. Kandungan Mineral Utama
6. Kandungan Mineral Tambahan
7. Warna batuan

Beny Harjadi 52
BPK Solo
TRASI

V. TANAH (SOIL)

Gambar 13. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran


Struktur
Beny Harjadi 53
BPK Solo
TRASI

Gambar 14. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari


Epipedon/Hiorozon

Gambar 15. Endopedon juga Sebagai Penentu Nama Tanah


Beny Harjadi 54
BPK Solo
TRASI

Gambar 16. Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah dari Toleransi Erosi

Beny Harjadi 55
BPK Solo
TRASI

Gambar 17. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan

Beny Harjadi 56
BPK Solo
TRASI

Gambar 18. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie.

Beny Harjadi 57
BPK Solo
TRASI

Gambar 19. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin

Beny Harjadi 58
BPK Solo
TRASI

Gambar 20. Perkembangan Dekomposisi Bahan Organik dari Kondisi


Imobilisasi menjadi Mineralisasi

Beny Harjadi 59
BPK Solo
TRASI

Gambar 21. Regim Temperatur dari Pergilik sampai Hipertermik

Gambar 22. Regim Kelembaban dari Aquic sampai Perudic

Beny Harjadi 60
BPK Solo
TRASI

Gambar 23. Larutan Tanah Sebagai Lalu Lintas Transportasi Unsur Hara dari Udara, Air ke Tanah
Beny Harjadi 61
BPK Solo
TRASI

Gambar 24. Sifat Kimia Tanah menentukan Tingkat Kesuburan Tanah


Beny Harjadi 62
BPK Solo
TRASI

VI. LERENG (SLOPE)


A. KEMIRINGAN LERENG (Kucera, 1988)

Lereng adalah istilah dalam geomorfologi yang menyatakan permukaan


tanah yang letaknya miring yaitu merupakan sudut tangen atau
perbandingan antara perbedaan tinggi dengan jarak datar yang dapat
dinyatakan dalam bentuk derajat atau persen lereng.

Tabel 6. Kelas Lereng (RRL, 1983)


Kelas Persen Lereng (%) Deskripsi / Kriteria
1 0-8 Datar
2 8 - 15 Miring
3 15 - 25 Sangat Miring
4 25 - 45 Curam
5 > 45 Sangat Curam

Tabel 7. Kelas Lereng (Kucera , 1988)


Kelas Persen Lereng (%) Deskripsi / Kriteria
A 0-4 Datar
B 4-8 Agak Miring
C 8 - 15 Miring
D 15 - 25 Sangat Miring
E 25 - 35 Agak Curam
F 35 - 45 Curam
G 45 - 65 Sangat Curam
H 65 - 85 Ekstrim Curam
I > 85 Terjal

Tabel 8. Panjang Lereng


Simbol Panjang Lereng (m) Deskripsi
1 < 50 Sangat Pendek
2 50 - 100 Pendek
3 100 - 200 Cukup Panjang
4 200 - 500 Panjang
5 > 500 Sangat Panjang
Beny Harjadi 63
BPK Solo
TRASI

Tabel 9. Bentuk Lereng


Simbol Bentuk Lereng Deskripsi
x Convex Cembung
v Concave Cekung
s Straight Lurus
c Complex Kompleks

B. RELIEF RELATIF

Relief Relatif adalah perbedaan elevasi permukaan tanah antara titik


rendah dan titik tinggi serta merupakan suatu ketidaksamaan tinggi
rendah permukaan lahan yang dipandang secara kolektif.

Tabel 10. Relief Relatif


Simbol Relief Relatif Persen Lereng Beda Tinggi (m)
(%)
e Endapan <2 <2
d Dataran <2 2 - 10
o Berombak 2-8 2 - 10
l Bergelombang 8 - 16 2 - 10
h Berbukit Kecil > 16 2 - 10
i Bukit Terisolasi > 16 10 - 25
a Berbukit Anakan > 16 25 - 50
b Perbukitan > 16 50 - 300
g Pegunungan > 16 > 300

Tabel 11. Posisi Lereng


Simbol Posisi Lereng Deskripsi
t Top Interfluve Puncak Bukit
v Upper Slope Lereng Bagian Atas
m Middle Slope Lereng Bagian Tengah
l Lower Slope Lereng Bagian Bawah
f Valley Slope Dasar Lembah

Beny Harjadi 64
BPK Solo
TRASI

C. BATUAN SINGKAPAN

Batuan Singkapan adalah batuan induk yang keluar ke permukaan bumi


karena lapisan tanah terkikis habis akibat telah terjadi erosi berat
yang telah lanjut.

Tabel 12. Prosentase Batuan Singkapan


Simbol Deskripsi Prosentase (%)
0 Tidak ada 0
1 Sedikit 1 - 10
2 Sedang 10 - 20
3 Banyak 20 - 40
4 Berlebih 40 - 60
5 Melimpah 60 - 80
6 Ekstrim melimpah > 80

D. BATUAN DI PERMUKAAN

Batuan Permukaan adalah batuan-batuan yang terletak di permukaan


tanah karena berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan akan
mengganggu dalam pengelolaan tanah yang lebih intensif.

Tabel 13. Jenis Batuan di Permukaan


Simbol Nama Diameter (cm)
Inggris Indonesia
g Gravel Kerikil 0,2 - 7,6
f Fine gravel Kerikil halus 0,2 - 0,5
m Medium gravel Kerikil sedang 0,5 - 2,0
r Coarse gravel Kerikil kasar 2,0 - 7,6
c Cobble Kerakal 7,6 - 25
s Stone Batu 25 - 60
b Bouldery Batu besar > 60

Beny Harjadi 65
BPK Solo
TRASI

VII. EROSI (EROSION)

Erosi adalah salah satu gaya eksogen yang mengikis tanah atau batuan
yang telah melapuk dan dapat diakibatkan oleh antara lain air
mengalir, air laut, angin, es, air tanah, dan gravitasi.

1. JENIS EROSI (Varnes, 1978; dan Eyles, 1985)

Erosi Permukaan adalah pemindahan tanah yang relatif seragam dari


suatu luasan oleh air tanpa perkembangan saluran yang nyata.

Erosi Alur adalah suatu saluran kecil dengan kedalaman kurang dari 300
mm dan dapat diratakan dengan pengolahan tanah secara normal.

Erosi Jurang adalah erosi berupa saluran dengan kedalaman lebih dari 300
mm.

Erosi Longsor (Landslide) adalah pemindahan bahan tanah-batuan secara


cepat diatas permukaan yang secara kasar sejajar dengan permukaan
bumi.

Erosi Jatuhan (Fall) adalah pemindahan bahan tanah dan batuan secara
cepat diatas permukaan tanah karena grafitasi tanpa adanya luncuran
sejajar permukaan bumi

Aliran Masa Tanah adalah bahan material yang bergerak dalam bentuk
cairan kental.

Slump adalah longsoran atau luncuran secara berputar dan sebagian besar
dari masa tanah tersebut dapat terangkat kearah mundur.

Erosi Pantai adalah erosi karena gelombang pada daerah pantai.

Erosi Tebing Sungai adalah pemindahan material oleh air dari tebing
aliran atau sungai.

Pengendapan adalah bahan tererosi yang telah diendapkan oleh air tetapi
tidak seluruhnya ditumbuhi tanaman.

Beny Harjadi 66
BPK Solo
TRASI

2. TINGKAT EROSI
A. Erosi Permukaan/Lembar, Alur dan Angin

Tabel 14. Tingkat Erosi Permukaan dan Alur


Simbol Deskripsi Deskripsi Kondisi
0 Tidak ada Diabaikan A<T
1 Ringan Penipisan top soil A>T
2 Sedang Hampir semua lapisan A >> T
3 Berat Lapisan bawah telah hilang kronis A >>> T
Keterangan : A : erosi aktual, T : erosi yang
diperbolehkan

B. Erosi Jurang

Tabel 15. Tingkat Erosi Jurang


Simbol Deskripsi Kedalaman (m) Panjang (m)
1 Ringan <2 < 20
2 Sedang 2-8 20 - 50
3 Berat >8 > 50

Tabel 16. Biaya Pembangunan Erosi Jurang


Simbol Harga Relatif Biaya Jutaan Rupiah
A Mahal > 15
B Sedang 5 - 15
C Murah <5

Kesulitan Teknis Lebar Jurang


a. Sulit 1. < 1 m
b. Sedang 2. 1 - 5 m
c. Mudah 3. > 5 m

Beny Harjadi 67
BPK Solo
TRASI

C. Tanah Longsor (Landslide) dan Jatuhan (Fall)


Luas Bekas Erosi Volume Material Biaya
L. Luas > 20 ha 1. Banyak > 100 m3 Pembangunan
D. Sedang 2 - 20 ha 2. Sedang 10 - 100 m3 A. Mahal
S. Sempit < 2 ha 3. Sedikit < 10 m3 B. Sedang
C. Murah

Kesulitan Teknis Jumlah Tanah Longsor Kedalaman


a. Sulit X. Berlebih Rata-rata
b. Sedang Y. Sedang <1m
c. Mudah Z. Sedikit >1m

D. Aliran Masa Tanah dan Slump


Luas Bekas Erosi Volume Material Biaya
L. Luas > 20 ha 1. Banyak > 100 m3 Pembangunan
D. Sedang 2 - 20 ha 2. Sedang 10 - 100 m3 A. Mahal
S. Sempit < 2 ha 3. Sedikit < 10 m3 B. Sedang
C. Murah

Kesulitan Teknis Jumlah Tanah Longsor Kedalaman


a. Sulit X. Berlebih Rata-rata
b. Sedang Y. Sedang <1m
c. Mudah Z. Sedikit >1m

Beny Harjadi 68
BPK Solo
TRASI

E. Erosi Pantai dan Tebing Sungai

Tabel 17. Tingkat Erosi Pantai


Simbol Kriteria Tinggi (m) Panjang (m)
1 Ringan <2 < 20
2 Sedang 2-8 20 - 50
3 Berat >8 > 50
Keterangan : Panjang Tebing 5 meteran
Tinggi Tebing 1 meteran

Sifat Material Frekwensi Kena Ombak/Banjir


0. Berpasir (lepas-lepas) A. Jarang < 1 x / 5 tahun
1. Berdebu ( licin, agak lepas) B. Sedang 1 x / 1-5 tahun
2. Berlempung (kuat, padat) C. Sering > 1 x / tahun
3. Berliat (masif, padu)

F. Depresi/Pengendapan

Tabel 18. Tingkat Pengendapan Material


Frekwensi Debu + Pasir Kerikil Kerikil + Batu
kali/tahun < 0,2 cm 0,2 - 25 cm > 25 cm
<2 0 0 1
2-4 0 1 2
4-8 1 2 3
8 - 15 2 3 3
> 15 3 3 3
Keterangan : (o) Diabaikan, (1) Ringan, (2) Sedang, (3) Berat

Beny Harjadi 69
BPK Solo
TRASI

3. PROSENTASE EROSI

Tabel 19. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi


Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 Sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya

Beny Harjadi 70
BPK Solo
TRASI

VIII. KONSERVASI TANAH


(TERRACES)
Konservasi Tanah adalah usaha mencegah erosi untuk melindungi tanah,
sehingga kesuburan tanah selalu terpelihara dan dapat berproduksi
secara berkesinambungan dan berkelanjutan (lestari).

1. JENIS TERAS
Bl. Terang bangku datar
Br. Teras bangku miring kedalam
Bo. Teras bangku miring keluar
Bm. Teras Campuran
Rt. Teras Gulud
Hd. Hillside Ditch
Ot. Orchard Terrace (Teras Kebun)
Ib. Individual Basin ( Teras Individu)

2. PROSENTASE BERTERAS

Tabel 20. Prosentase Teras Per Satuan Peta


Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya

Beny Harjadi 71
BPK Solo
TRASI

IX. PENGGUNAAN LAHAN


(LAND USE/LAND COVER)

HUTAN (H)
Ha = hutan palem
Hb = hutan bambu
Hc = hutan pantai
Hd = hutan rontok dimusim kering
He = hutan savana campuran (Melaleuca sp.)
Hf = hutan submontane basah (ketinggian 1000-2000 m dpl)
Hg = hutan gambut
Hh = hutan dataran rendah primer basah (ketinggian < 1000 m dpl)
Hi = hutan kapur
Hj = hutan jati
Hk = hutan kerangas
Hl = hutan mahoni
Hm = hutan pegunungan basah (ketinggian > 2000 m dpl)
Hn = hutan nipah
Ho = hutan gelam (Melaleuca leucadendron)
Hp = hutan pinus
Hq = hutan lain-lain, kebun karet terbengkalai, dll.
Hr = hutan rawa
Hs = hutan kiri kanan sungai (meander)
Ht = hutan payau (pasang-surut), hutan bakau dll.
Hu = hutan pada bukit-bukit ultrabasik
Hv = hutan bakau
Hw = hutan lahan becek (wetland) dataran rendah
Hx = hutan log (primer yang diusahakan, termasuk kubah gambut)
Hy =
Hz = hutan sekunder

SEMAK (B)
Bl = semak pegunungan pada gambut, hutan moss (blang)
Bu = semak alami, semak-semak, belukar, sudah tidak ditanami 5-10
tahun

Beny Harjadi 72
BPK Solo
TRASI

PADANG RUMPUT ( R)
Ra = alang-alang
Rr = rawa
Rs = savana
Rt = padang gembalaan

TEGAL (U)
Uc = kebun campuran
Us = kebun sayur-sayuran, pekarangan, hortikultura
Ut = tanaman tegalan

SAWAH (S) AIR (W)


Ss = sawah Wd = danau
Si = sawah irigasi Wg = tambak garam
Se = lebak, lebung Ws = tambak salju
Sp = sawah pasang surut Wt = tambak (bandeng, udang)
Sr = sawah tadah hujan Ww = waduk

PERKEBUNAN (P)
Pa = nanas Pn =
Pb = tembakau Po = coklat
Pc = kelapa Pp = kelapa sawit
Pd = pinus (damar) Pq =
Pe = Pr =
Pf = Ps = panili
Pg = cengkeh Pt = teh
Ph = Pu = tebu
Pi = kopi Pv = singkong
Pj = Pw =
Pk = karet Px =
Pl = lain-lain Py =
Pm = pisang Pz =

AGROFORESTRY (A)
Aa = agro-silvikulture

PENGHIJAUAN (F)
Fm = peremajaan spesies khusus
Fp = penghijauan
Fr = reboisasi
Beny Harjadi 73
BPK Solo
TRASI

TANDUS/TANPA VEGETASI (T)


Tb = pantai
Td = bukit pasir
Tf = kipas aluvial, dasar sungai
Tl = aliran lava dan abu vulkanik
Tm = aliran lumpur
Tr = batuan singkapan
Ts = runtuhan batu lepas

PEMUKIMAN (K)
Kk = kota, desa, areal industri, areal rekreasi, bandar udara,
Km = markas militer, tempat latihan, lapangan tembak
Ks = timbunan sampah
Kt = tambang

Beny Harjadi 74
BPK Solo
TRASI

X.KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN


(LAND USE CAPABILITY)
Kelas I sampai IV ditetapkan sebagai daerah untuk penanaman
tanaman semusim tanpa teras. Lahan kelas I - IV sesuai juga untuk
penanaman tanaman semusim pada teras, dan akan memiliki peningkatan
pembatas fisik pada tanaman yang tanpa teras. Lahan tersebut juga cocok
untuk padang gembalaan, agroforestri, dan untuk hutan.
Kelas V tidak cocok untuk penanaman budidaya tanpa teras.
Hanya cocok untuk tanaman yang berteras bangku, untuk agroforestri,
padang gembalaan, dan hutan. Kelas VI hanya cocok untuk tanaman
tahunan dimana sesuai dengan kedalaman dan kemiringan lereng
disesuaikan dengan tanaman agroforetri dan teras bangku. Lahan ini cocok
untuk padang gembalaan, agroforestri dan hutan. Kelas VII sesuai untuk
hutan produksi terbatas, sehingga tidak sesuai untuk tanaman semusim atau
tanaman agroforstri. Kelas VIII sesuai untuk hutan lindung yaitu tanaman
hutan yang tidak boleh dilakukan penebangan karena banyak faktor
pembatas fisik, sehingga hanya diperuntukkan untuk perlindungan lahan
dan pelindung daerah aliran sungai.
Penetapan kelas KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dapat
mengikuti Tabel # KPL dibawah ini sampai tingkat sub kelas. Dimana dari
semua faktor pembatas dipilih faktor pembatas yang terberat dengan kelas
KPL yang paling rendah, misalnya VIII. Sebab satu faktor penghambat
dapat sebagai penentu ke kelas mana lahan harus dimasukkan, untuk lahan
yang tidak memiliki faktor penghambat sama sekali baru dimasukkan di
kelas I.

Beny Harjadi 75
BPK Solo
TRASI

Tabel 21. Matriks Penentuan Kelas KPL (LUC)

Beny Harjadi 76
BPK Solo
TRASI

DAFTAR PUSTAKA

Balsem, T. and Buurman, P., 1989. Guidelines for Land Unit Description. Land
Resource Evaluation and Planning Project. Technical Report No.13 Centre for
Soil Research, Bogor.

Desaunettes, J.R., 1977. Catalogue of Landforms for Indonesia. Soil Research


Institute Bogor, FAO. 111p and Appendices.

Eyles, G.O., 1985. The New Zealand Land Resources Inventory Erosion Classification.
Water and Soil Miscellaneous Publication No. 85. National Water and Soil
Conservation Authority, New Zealand.

Klingebiel, A.A. and Montgomery, P.H., 1961. Land Capability Classification.


USDA Agriculture Handbook No. 210.

Kucera, K.P., 1988. Guidelines for Soil and Terrain Field Description in Integrated
Watershed Management Studies for Indonesia using USDA System. Konto
River Project ATA 206 Phase III. Project Communication No. 6.

USDA, 1975. Soil Taxonomy a Basic System of Soil Classification for Making and
Interpretation Soil Surveys. Soil Survey Staff. Agriculture Handbook No. 436.

Beny Harjadi 77
BPK Solo
TRASI

PERTANYAAN TENTANG SURVAI


APA
1. apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan hutan ?
2. apa yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan survai ?
3. apa yang dikerjakan pada saat survai lapangan ?
4. apa yang harus dilakukan setelah selesai survai ?
5. apa manfaat dari melaksanakan kegiatan survai ?

BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir ?
2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?
3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?
4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan
tingkat KPL dan KKL ?
5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai sampling
dan pada saat survai secara sensus ?

DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara dan citra satelit ?
2. Dimana letak lokasi setiap unit lahan harus ditetapkan sebelum
menginventarisasi data SEL ?
3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum survai ?
4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa saja ?
5. Diaman saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?

MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik ?
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?

SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai lapangan ?
3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya ?
5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini disebarluaskan ?
Beny Harjadi 78
BPK Solo
TRASI

APA
1. Apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan
hutan ?
Survai SEL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan) merupakan survai biofisik
lahan dengan WADAH unit lahan yang merupakan unit pengelolaan lahan
atas dasar kesamaan lereng yang dilakukan secara sensus atau sampling.
Jika survai SEL meliputi seluruh wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)
baik diluar maupun didalam kawasan hutan, sedangkan survai perisalahan
hutan hanya meliputi kawasan hutan yang meliputi wilayah BH (Bagian
Hutan).

2. Apa yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan survai ?


Persiapan survai antara lain :
- SDM (Sumber Daya Manusia), yaitu yang menguasai teknik
IFU (Interpretasi Foto Udara) dan mendalami tentang biofisik
lahan
- Bahan, meliputi bahan IFU, bahan survai, dan bahan GIS
(pemetaan)
- Peralatan, peralatan IFU, survai dan laborat GIS (Geographic
Information System)
- Transportasi, harus tangguh dan handal untuk medan yang
berat, menanjak, berbatu, berlumpur baik roda dua maupun
roda empat.

3. Apa yang dikerjakan pada saat survai lapangan ?


a. Konsultasi : koordinasi ke beberapa instansi dari atas sampai
bawah di lokasi yang menjadi wilayah survai.
b. Orientasi : penjelajahan seluruh wilayah yang akan di survai
dari hulu sampai hilir, dari pegunungan sampai dataran, dari
desa sampai perkotaan.
c. Survai : dapat berupa sensus (mendatangi seluruh unit lahan)
atau dengan cara sampling ( beberapa sampel yang mewakili
bentuk lahan dan penutupan lahan).
d. Recheking : survai kembali dilakukan karena ada beberapa
data yang belum lengkap, tertinggal, terlewatkan sementara
jika ditetapkan dengan IFU ternyata foto udara tidak jelas atau
tidak ada fotonya.
e. Monev : evaluasi seluruh kegiatan dari persiapan, survai awal
dan rechecking untuk melihat kekurangan atau kelemahan
Beny Harjadi 79
BPK Solo
TRASI

pelaksanaan survai agar tidak terulang dikemudian hari, sambil


melengkapi data yang masih belum lengkap, misalnya data
penyebaran curah hujan, suhu udara & sosek.

4. Apa yang harus dilakukan setelah selesai survai ?


a. Reinterpretasi : IFU ulang untuk revisi peta dasar dan peta unit
lahan serta data biofisik yang belum dilengkapi pada lembar
tabulasi.
b. Tabulasi : melengkapi data biofisik setiap unit lahan dari IFU,
dan memasukkan data hasil analisis laboratorium tanah, untuk
rekomendasi dan pengkelasan KPL (Kemampuan Penggunaan
Lahan) dan KKL (Klasifikasi Kesesuaian Lahan).
c. Kompilasi data : data biofisik, data laborat untuk penetapan
KPL dan KKL diproses sebagai data atribut dengan
memasukkan sebagai data dasar lewat program Excell atau
dBase.

5. Apa manfaat dari melaksanakan kegiatan survai ?


a. Survai orientasi : dimaksudkan untuk mengenal medan dan
penjelajahan seluruh wilayah untuk koreksi dalam
penyempurnaan peta dasar.
b. Survai biofisik : untuk pengumpulan data sumber daya lahan
pada setiap unti lahan secara sensus maupun sampling sistem,
dengan beberapa tahapan :
- Survai pendahuluan : untuk mendaptakan Kunci Interpretasi
(KI) dalam IFU dan persiapan pembuatan Kartu Lapangan
(KL).
- Survai utama : survai SEL dengan mengumpulkan data
biofisik, data sosek dan data iklim setempat yang menyebar di
wilayah survai.
- Survai akhir (Recheking): beberapa unit lahan yang tidak ada
foto udaranya, sambil melengkapi data sekunder, serta sheking
beberapa data SEL pada unit lahan yang meragukan.

BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir
?
IFU awal : yaitu IFU sebelum berangkat ke lapangan untuk persiapan
pembuatan peta dasar (peta navigasi untuk memastikan letak lokasi di

Beny Harjadi 80
BPK Solo
TRASI

lapangan) dan peta unit lahan (wadah yang akan diisi oleh data SEL dari
akses di lapangan maupun dari hasil IFU dan analisis laborat tanah).
IFU akhir : yaitu untuk melengkapi data SEL yang belum sempat
dikumpulkan di lapangan dengan dasar kunci interpretasi beberapa lokasi
berdekatan yang sudah didatangi

2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?


Pada prinsipnya kedua survai tersbut sama, yaitu sama sama berpedoman
unit lahan sebagai dasar pengelolaan lahan, unsur pembeda tersebut antara
lain :

NO UNSUR SURVAI SEL PERISALAHAN


PEMBEDA HUTAN
1. Lokasi Hutan dan diluar Kawasan hutan
hutan perhutani
2. Wilayah DAS Bagian Hutan (BH)
3. Unit Lahan Wadah tunggal Sebagai bagain dari
untuk kesamaan petak atau pengganti
pengelolaan lahan anak petak (SK.143)
4. Penetapan di Dengan peta dasar Dengan peta blangko
Lapangan (navigasi) dan peta dan berdasarkan
bentuk lahan nomer petak & huruf
(lereng) anak petak
5. Kepastian letak unit Harus hati-hati Lebih mudah dan
lahan karena sering keliru tepat, karena petugas
menetapkan letak lapangan (mandor)
unit lahan di hafal betul letak petak
lapangan dan anak petak.
6. Penjelajahan lokasi Mudah diluar hutan Mudah karena
dan sulit untuk di dipandu oleh para
kawasan hutan petugas lapangan
Perhutani

Beny Harjadi 81
BPK Solo
TRASI

3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?


a. Membaca buku pedoman dan buku-buku tentang tanah dan
geologi
b. Sering melakukan survai (jam terbang), sehingga mengenal
betul setiap biofisik di buku pedoman dengan kenampakan
fisik di lapangan.
c. Sering melaksanakan IFU untuk mengakses data biofisik dari
interpretasi foto dengan berbagai pendekatan parameter lain
dan menggunakan kunci interpretasi.
d. Mengvisualisasi deskripsi parameter lahan dengan kondisi
sebenarnya di lapangan lewat beberapa foto-foto obyek yang
telah dikumpulkan.

4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan


tingkat KPL dan KKL ?
a. Data biofisik dan data laborat merupakan data dasar yang
nantinya dapat dipakai untuk rekomendasi tentang KPL, KKL
maupun tingkat kekritisan lahan.
b. Penetapan KPL dan KKL dari data dasar tersebut dapat
dilakukan secara manual dari tabulasi parameter maupun
dengan otomatis dengan bahasa makro saat pengolahan GIS
dengan komputer.
c. KPL meliputi kelas terbaik (kelas I) sampai terburuk (kelas
VIII), KKL dari kelas sesuai (S1), sesuai marjinal (S0) dan
tidak sesuai (N). masing-masing memiliki faktor pembatas
yang berbeda antara KPL (e, w, s, c, g) dan kelas KKL (s, d,
pH, Rh, T, dll).

5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai


sampling dan pada saat survai secara sensus ?
a. Survai sampling, yaitu mengambil sampel yang mewakili
semua bentuk lahan dan variasi beberapa kelas penutupan
lahan dari daerah atas (Pegunungan) sampai daerah bawah
(Alluvial/Daratan).
b. Survai sensus, yaitu dengan menjelajahi dan mengambil
sampel seluruh unit lahan yang ada pada peta secara berurutan
dari daerah yang tersulit (pegunungan dan perbukitan) sampai
daerah yang mudah dijangkau (dataran rendah).

Beny Harjadi 82
BPK Solo
TRASI

DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara atau citra satelit ?
- Foto udara maupun citra satelit dapat diperoleh pada agen atau
instansi yang terkait dengan penginderaan jauh, dimana foto
udara biasanya diperbaharui setiap 5 – 10 tahun, sedangkan
citra satelit diperbaharui setiap bulannya.
- Agen atau instansi yang mengadakan atau memperjualbelikan
foto udara dan citra satelit antara lain : LAPAN, Bakosurtanal,
PT.Bhumi Prasaja, PPIK (Pusat Pelayanan Informasi
Kebumian).

2. Dimana saja letak lokasi setiap unit lahan yang harus ditetapkan
sebagai sampel sebelum menginventarisasi data SEL ?
- sampel unit lahan harus tersebar merata yang mewakili variasi
bentuk lahan, jenis tanah, dan kelas kemiringan lereng serta
kelas penutupan lahan.
- Sebelum mengisi data SEL pada setiap unit lahan pastikan
bahwa nomer unit lahan yang ada di Foto Udara
kenampakkannya sama dengan kondisi di lapangan.
- Kesalahan mengakses unit lahan yang tidak sesuai selain data
tidak berguna juga akan mempengaruhi kesalahan unit lahan
yang lain jika data tersebut dijadikan kunci interpretasi saat
reinterpretasi (IFU akhir).

3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum


survai atau saat orientasi ?
- Koordinasi : koordinasi dalam Tim antara Tim Lapangan
dengan TIM GIS dan para pengemudi, disamping itu juga
harus ada koordinasi dengan instansi lain misalnya : Perhutani,
Pertanian, Dinas PU, Pemda dll.
- Konsultasi : menyampaikan rencana atau maksud orientasi dan
survai serta kegiatan selanjutnya sampai selesai.
- Orientasi : melakukan penjelajahan wilayah yang akan di
survai sehingga diperoleh gambaran umum, sebagai bahan
perencanaan survai selanjutnya.

4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa


saja ?

Beny Harjadi 83
BPK Solo
TRASI

- Data Iklim, didapat dari BMG (Badan Meteorologi dan


Geofisika) propinsi, Dinas Pengairan Kabupaten atau
Kecamatan, Dinas Pertanian dll.
- Data Sosek, BPS (Badan Pusat Statistik) propinsi atau
Kecamatan, Nomografi desa di Kelurahan.
- Data Tanah, dari Puslitanak Departemen Pertanian, Dinas
Geologi di Bandung, dll.
- Data Vegetasi, Peta RePPORT, Bakosurtanal, dll.

5. Dimana saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?


a. untuk mendapatkan kelengkapan data biofisik lapangan dan
disimpulkan dalam KPL.
b. Dengan dibantu data analisis laboratorium kesuburan tanah,
maka akan diperoleh KKL (tanaman perkebunan, industri,
pertanian, dan kehutanan).
c. Dari KPL dan KKL akan dapat direkomendasikan pengelolaan
lahan yang optimal untuk setiap unit lahan

MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
- Walaupun sudah ada foto udara maupun citra satelit, tapi
survai lapangan mutlak dilakukan atau tidak dapat
ditinggalkan, karena setiap lahan memiliki spesifikasi
kenampakkan yang berbeda. Walaupun nampaknya di foto
udara sama, kondisinya bisa jadi di lapangan berbeda,
sehingga foto udara hanya salah satu alat bantu survai.
- Sebelum survai atau orientasi diawali dengan IFU, untuk
mengenal Landscape (bentang lahan) dan variasi Land Form
(bentuk lahan), sehingga dapat ditetapkan beberapa sampel
yang menyebar dan dapat mewakili keseluruhan.
- IFU awal dipersiapkan untuk membuat Peta Dasar (Peta
Navigasi) sebagai penunjuk arah lokasi di lapangan, dan Peta
Unit Lahan (Peta Anak Petak) yang dipakai sebagai wadah
untuk mengisi seluruh data SEL.

2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?


- Titik sampel yang ditetapkan harus memenuhi persyaratan :
a. Mudah dijangkau dengan kendaraan atau ditempuh jalan kaki.
b. Menyebar ke seluruh areal atau wilayah survai.
Beny Harjadi 84
BPK Solo
TRASI

c. Mudah ditandai, dilihat, ditetapkan di lapangan dan lebih dari


10% total keseluruhan unit lahan
- Titik sampel yang tidak terencana dengan baik dan tidak
terorganisir dengan rapi antara satu sampel dengan lainnya
mempersulit pada saat menemukan titik sampel satu titik ke
titik sampel berikutnya, dimana untuk pemula bisa mengakses
sekitar 5 unit lahan, sedangkan yang sudah mahir bisa
mencapai 10 unit lahan per harinya.
- Penetapan titik sampel yang tidak tepat di lapangan,
menyebabkan kesalahan data unit lahan, yang berarti
informasi tersebut tidak memiliki makna yang berarti.
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik
yang akan dikumpulkan ?
- Sebelum survai ada kegiatan orientasi dimaksudkan untuk
penguasaan medan dengan memilah-milah beberapa karakter
medan, misalnya :
a. Medan yang dilalui lewat darat (roda 4 atau roda 2), jalan kaki
dan dengan transportasi air.
b. Penetapan titik sampel pada beberapa unit lahan yang dapat
mewakili variasi bentuk lahan dan mudah dijangkau.
c. Lokasi ditempuh sangat jauh dan bahkan harus menginap di
lokasi atau dapat dilakukan pulang balik dari lokasi ke base
camp.
- Penguasaan dan pendalaman biofisik sangat penting karena
kalau hanya beberapa parameter yang kita ingat dan hafalkan
maka hanya itu-itu saja yang tercatat, padahal kondisi biofisik
di lapangan sangat bervariasi. Untuk itu sangat penting untuk
memahami Buku Pedoman Survai dan pembuatan Kartu
Lapangan.
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
- Survai orientasi sangat perlu dilakukan untuk menguasai
medan, menyiapkan pembuatan Kartu Lapangan dan Kunci
Interpretasi.
- Survai orientasi dimaksudkan juga untuk konsolidasi dengan
para petugas lapangan (Mantri dan Mandor) yang banyak
membantu penunjukkan petak dan anak petak.
- Jika tanpa orientasi atau langsung survai lapangan, maka bisa
jadi kesasar dan buang-buang waktu atau tidak tepat sasaran
serta petugas sering tidak siap di lapangan, sehingga akan
tidak efisien dan efektif dan kadang hanya beberapa sampel
yang dapat dikumpulkan.
Beny Harjadi 85
BPK Solo
TRASI

5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?


- Setiap satu unit lahan diharapkan dapat mewakili 10 unit lahan
yang ada disekitarnya, sehingga untuk setiap BH (Bagian
Hutan) yang biasanya ada 600 unit lahan maka paling tidak
sampel yang harus ditentukan sekitar 60 unit lahan yang
menyebar.
- Jumlah sampel juga tergantung kondisi relief topografi lahan,
dengan semakin berbukit atau bergunung maka sampel akan
semakin banyak, sebaliknya jika relief relatif sebagian besar
berombak atau dataran maka sampel relatif sedikit.
- Jika sampel tidak menyebar maka kesulitan dalam
pengumpulan data SEL lewat IFU, karena kekurangan
informasi yang berasal dari Kunci Interpretasi.

SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
- Teknisi atau Surveyor yang berpindidikan Sarjana (S1) bidang
Pertanian atau Ilmu-ilmu Tanah, atau minimal STM Pertanian
atau SKMA yang pernah memperoleh Teknik Survai dan
Pengetahuan tentang parameter biofisik lahan.
- Surveyor yang berpengalaman dalam IFU dan survai lapangan
untuk evaluasi lahan maupun perisalahan hutan yang memiliki
dedikasi dan kemauan yang kuat untuk mendalami survai
SEL.
- Tidak cacat mata (berkacamata atau silindris), buta warna,
rabun dekat maupun jauh serta usia kurang dari 40 tahun.

2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai
lapangan ?
- orientasi melibatkan para eksekutif, analis laborat GIS,
superviser dan sebagian surveyor untuk bersama-sama
mengenal medan dan manyamakan persepsi di lapangan.
- Survai lapangan dilakukan oleh para surveyor yang dipandu
oleh superviser sampai terjadi transfer teknologi dan
mendapatkan persepsi yang sama tentang pemahaman
parameter biofisik lahan.

3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?


- Koordinasi : melibatkan Tim besar survai dan anggota lain
diluar instansi terkait.
Beny Harjadi 86
BPK Solo
TRASI

- Konsultasi : bertemu para pejabat di pusat, daerah, dan di


lokasi secara vertikal dan lintas sektoral secara horizontal.

4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya
?
- Para superviser dan para eksekutif struktural jika
dimungkinkan dari sejak data SEL sampai dengan
rekomendasi pengelolaan lahan.
- Para analisis laborat GIS yang akan mengakses data atribut
dan data grafis jika dirasa ada yang meragukan dan perlu
dipertanyakan.

5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini


disebarluaskan ?
- Diskusi Internal : Tim besar survai yang terdiri dari para
surveyor, para supervisi dan eksekutif.
- Diskusi Eksternal : melibatkan pemesan pekerjaan (perhutani)
dan para pengguna (stakeholder) lainnya yang mengambil
kebijakan dalam pelaksanaan di lapangan.

PERMASALAHAN UMUM SURVAI


1. Pemahaman surveyor yang berbeda-beda akan menimbulkan
subyektifitas yang tinggi, sehingga data SEL yang dikumpulkan
sering bervariasi antar surveyor.
2. Sering terjadi perbedaan hasil laborat tanah dengan hasil analisis
sidik cepat di lapangan, yang disebabkan kurang akurat hasil laborat
atau subyektivitas pencandraan di lapangan.
3. Merupakan beban dan pekerjaan yang berat dalam melaksanakan
interpretasi foto udara awal, dan terasa lebih berat lagi saat IFU
tahap akhir yang membutuhkan ketekunan, ketelitian dan ketelatenan
yang tinggi.
4. Pada daerah yang sulit dijangkau dan tidak ada foto udara sering
menyulitkan dalam mengisi data SEL, karena tidak ada informasi
yang dapat diandalkan.
5. Ketidak disiplinnya para surveyor dan interpreter foto udara maka
menyebabkan waktu penyelesaian sering mundur dalam akhir
penyajian data.
6. Sering tidak akur (match) antara data yang dikumpulkan dengan
monev unit lahan, karena :
Beny Harjadi 87
BPK Solo
TRASI

a. nomer unit lahan dobel


b. nomer unit lahan tidak ada
c. ada nomer, tapi tidak ada datanya
d. ada data, tapi tidak ada nomer unit lahannya.
7. Tulisan tangan dari hasil interpretasi foto udara yang kurang terbaca
dan data lapangan yang tidak sesuai menyebabkan hasil akhir
berbeda.
8. Interpreter yang sudah berumur lebih dari 40 tahun akan mengalami
kesulitaan untuk mengamati sendiri, sehingga harus ada yang
membantu penulisan data karena keterbatasan mata (minus atau
plus).

PERMASALAHAN PADA SAAT :


a. Persiapan
- Peta topografi dan foto udaara tidak tersedia
- Bahan dan peralatan tidak lengkap
- SDM (Sumber Daya Manusia) tidak mencukupi dan tidak memadai
- Alat transportasi tidak dapat diandalkan untuk medan berat
- Belum ada buku pedoman survai
b. IFU
- Alat interpretasi (stereoskop saku dan cermin) terbatas
- SDM tidak dapat melihat stereoskopis (mata silindris dan minus) dan
kurang menguasai teknik interpretasi foto udara
- Foto banyak yang blank (kosong) pada beberapa RUN (jalur terbang)
atau foto tidak lengkap.
- Pemasangan plastik transfaran pada foto udara tidak tepat
- Kenampakkan foto udara kurang jelas (tidak fokus) atau ada
gangguan awan dan atmosfir.
c. Orientasi
- Tidak faham maksud dan tujuan orientasi lapangan
- Hasil orientasi belum dapat menghasilkan sesuatu yang berarti,
misalnya kartu lapangan, kunci interpretasi, dan route rencana survai.
- Dari orientasi belum didapatkan data sekunder yang lengkap tentang
data iklim, sosek dan aksesibilitas serta rencana jalur survai.
- Saat orientasi belum mampu memperoleh informasi apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan sesuai dengan adat istiadat setempat dan
daerah yang terlarang dimasuki.
- Orientasi belum melibatkan Tim Surveyor maupun Tim Laborat GIS
secara keseluruhan.
d. Survai
Beny Harjadi 88
BPK Solo
TRASI

- Data SEL belum lengkap atau data salah dalam pengumpulan karena
kurangnya pemahaman parameter biofisik lahan
- Data yang dikumpulkan tidak tepat penetapan unit lahan
- Data belum menyebar merata yang dapat mewakili seluruh bentuk
lahan
- Data banyak yang kosong, karena jumlah sampel terlalu sedikit.
- Lokasinya tidak dapat dikunjungi, karena tidak ada foto udara dan
peta topografi.
e. Reinterpretasi
- Belum memiliki kunci interpretasi foto udara (IFU) yang lengkap
sehingga beberapa obyek diinterpretasi berbeda (salah).
- Sering tidak telaten dan kurang teliti karena keterbataassan atau
kelelahan dan dimungkinkan oleh sebab lain, sehingga dibutuhkan
kemauan yang keras.
- Karena bidang pekerjaan ini paling berat dan melelahkan maka yang
sering terjadi untuk penyelesaian target harus dilakukan lembur
pekerjaan sampai malam hari, karena butuh waktu yang sangat lama
dan ketekunan luar biasa.
- Beberapa kode parameter yang jarang dipakai sering lupa dan belum
dicantumkan di kartu lapangan, sehingga sering terjadi pengisian
kode yang salah karena hanya menghafal kode tertentu saja yang
sering dipakai.
- Malas membuka buku pedoman dan menghafal kode parameter dari
buku maupun dari kartu lapangan, sehingga sering data keliru karena
kodenya salah.
f. Recheking
- Recheking ditetapkan pada daerah yang belum didatangi dan tidak
ada dalam foto udara, namun sering menambah sampel yang kurang
menyebar.
- Harus dilakukan oleh surveyor yang sama sehingga memiliki
persepsi yang sama tentang biofisik lahan.
- Dipakai untuk melengkapi data sekunder (iklim, sosek, administrasi,
nomografi, dll) wilayah desa sampai dengan kabupaten.
- Melengkapi dan menyempurnakan lagi sisa-sisa data biofisik yang
belum tercatat dan tidak mungkin dapat diperoleh dari IFU.
g. Kompilasi data
- Data belum lengkap oleh beberapa sebab karena tidak dapat
diperoleh di lapangan karena medan yang sulit dan dari interpretasi
foto udara ada gangguan awan atau gambar tidak jelas.
- Data tertinggal karena belum sempat dikumpulkan dari lapangan dan
belum diinterpretasi.
Beny Harjadi 89
BPK Solo
TRASI

- Data dobel yaitu dalam satu nomer unit lahan memiliki dua atau
lebih data biofisik yang berbeda.
- Beberapa kolom data dikosongkan atau ditinggalkan karena
pemahaman surveyor dan interpreter terbatas.
- Simbul data sering tidak konsisten sehingga tidak dapat ditetapkan
KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dan KKL (Klasifikasi
Kesesuaian Lahan) yang tepat dan pasti.
h. Pelaporan
- Data yang belum lengkap dan sering selesainya mundur
menyebabkan pelaporan tidak segera dapat diselesaikan.
- Data palsu atau keliru menyebabkan kesimpulan KPL dan KKL yang
salah pula, sehingga pelaporannya juga tidak tepat.
- Data dengan tulisan yang kurang jelas sering dinterpretasikan
berbeda oleh pengetik (pengolah data) sehingga hasilnya juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan tidak sesuai dengan kondisi
lapangan.
- Data belum sinkron antara aspek biofisik, iklim, dan sosek maka
belum dapat disimpulkan kelas KPL dan KKL
- Data tidak dilakukan pengoreksian oleh korektor sering mengalami
kekeliruan yang besar dikesimpulan nanti.

TIDAK ADA YANG LEBIH SULIT DARI


SESUATU YANG BELUM KITA KETAHUI

KEMAUAN LEBIH UTAMA DARI KEMAMPUAN


KEMAUAN LEBIH BIJAK DITUNJANG KEMAMPUAN

SERING MENCOBA AKAN SERING SALAH


TIDAK MENCOBA TIDAK PERNAH SALAH

KETAKUTAN HANYA DAPAT DISELESAIKAN DENGAN DIHADAPI


KERJAKAN SESUATU YANG MENAKUTKAN TERLEBIH DAHULU

PERMASALAHAN HANYA DAPAT BERAKHIR JIKA DIPECAHKAN


JANGAN MENIMBUN MASALAH DENGAN MEMETIESKAN
JANGAN MENGENDAPKAN MASALAH DENGAN MELUPAKANNYA
SEMUA MASALAH HARUS DISELESAIKAN DAN DITUNTASKAN

Beny Harjadi 90
BPK Solo
TRASI

BIODATA BENY HARJADI


Data Diri :
Nama : Ir. Beny Harjadi, MSc.
Tempat/Tanggal Lahir: Surakarta, 17 Maret 1961
NIP/Karpeg : 19610317.199002.1.001/ E.896711
b
Pangkat/Golongan : Pembina / IV
Jabatan : Peneliti Madya
Riwayat Pendidikan :
TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967)
SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973)
SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976)
SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980)
S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987)
Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan untuk
Inventarisasi Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW ZEALAND
S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan Penginderaan Jauh
Satelit/ Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996)
PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote Sensing) di danai
dari CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology Education in Asia and The Pasific)
Affiliated to the United Nations (UN/PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).
Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989).
2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi
Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 1998.
3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi
Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 2001.
4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai Litbang
Teknologi Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat), 2005.
5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai Penelitian
Kehutanan) Solo, 2006
Riwayat Organisasi :
1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985)
2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983)
3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)
Penghargaan :
1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004
Alamat Penulis :
1. Kantor : BPK SOLO, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa Tengah,
Telp/Fax : 0271–716709, 715969. E-mail: bpksolo@indo.net.id
2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho, Sukoharjo,
Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657
E-mail : adbsolo@yahoo.com

Beny Harjadi 91
BPK Solo
TRASI

Lampiran 1. Blangko Isian Survai ISDL

Beny Harjadi 92
BPK Solo
TRASI

Tabel 22. Penentuan Nama Tanah dengan Sifat Penciri Tanah

Beny Harjadi 93
BPK Solo
TRASI

KARTU LAPANGAN

Beny Harjadi 94
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 95
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 96
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 97
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 98
BPK Solo
TRASI

Beny Harjadi 99
BPK Solo

You might also like