You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak I. Makalah ini tidak akan tersusun tanpa adanya dukungan dan bantun dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Nande, S.ST. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak I yang telah banyak menyumbangkan waktu untuk membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari semua pihak. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para mahasiswa/i Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Sampit, 10 April 2008

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG .................................................................... B. PERMASALAHAN ........................................................................ C. TUJUAN PENULISAN................................................................... D. METODE PENULISAN.................................................................. E. SISTEMATIKA PENULISAN........................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ............................................................................... B. MANIFESTASI KLINIS................................................................. C. PATOFISIOLOGI............................................................................ D. PEMBAGIAN MACAM-MACAM ANEMIA .............................. E. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA....................................... F. MASALAH KEPERAWATAN...................................................... G. PRIORITAS KEPERAWATAN .................................................... H. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................... I. BAB III RENCANA PERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA..................

i ii

1 1 1 2 2

3 3 3 3 11 13 13 13 14

PENUTUP A. KESIMPULAN ............................................................................... 20 21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Darah mempunyai bagian utama : suatu cairan jernih yang dinamakan plama, dan berbagai sel yang terapung dalam plasma : sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Darah beredar mengelilingi tubuh, memasok jaringan dengan oksigen dan zat-zat gizi dan mengangkut zat-zat sampah. Kebanyakan sel darah dibuat dalam sumsum tulang yang terdapat dalam tulang tertentu, khususnya tengkorak, tulang belakang dan panggul. Dalam plasma banyak terdapat zat-zat kimia seperti protein, yang dibentuk dalam hati (hepar). Contoh darah dapat diambil dari tusukan pada jari atau tumit, atau dari pembuluh balik dengan menggunakan jarum suntik. B. PERMASALAHAN Dalam makalah ini, kami mengangkat beberapa masalah yang akan dibahas yaitu ; 1. Pengertian Anemia 2. Manifestasi Klinis Anemia 3. Patofisiologi Anemia 4. Pembagian macam-macam anemia yang sering terjadi pada anak, yang meliputi : Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Penatalaksanaan 5. Pengkajian pada klien Anemia 6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada Anemia 7. Prioritas Keperawatan pada klien Anemia 8. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang menderita Anemia 9. Rencana perawatan pada klien Anemia. C. TUJUAN PENULISAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Supaya kita dapat mengetahui pengertian dari Anemia Supaya kita dapat mengetahui tanda-tanda dari adanya Anemia Supaya kita dapat mengetahui perjalanan penyakit pada Anemia Supaya kita dapat mengetahui macam-macam Anemia yang sering terjadi Supaya kita dapat mengetahui pengkajian pada klien Anemia Supaya kita dapat mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul Supaya kita dapat mengetahui prioritas keperawatan pada Anemia Supaya kita dapat mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin timbul Supaya kita dapat mengetahui rencana perawatan pada klien Anemia. iii

pada anak-anak yang umumnya sering terjadi pada masa-masa perutmbuhan.

pada Anemia

pada Anemia

D. Metode Penulisan Dalam pembuatan makalah ini, kami selaku penyusun menggunakan matode pustaka dari beberapa buku yang kami cantumkan sehingga terhimpun menjadi makalah ini. E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan BAB II Pembahasan (Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan). (Pengertian, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pembagian Macam-macam Anemia Yang sering Terjadi Pada AnakAnak, Pengkajian, Masalah Keperawatan, Prioritas Keperawatan, Diagnosa Keperawaatan dan Rencana Perawatan Pada Klien Anemia). BAB III Penutup (Kesimpulan) & Daftar Pustaka.

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita (Kapita selekta kedokteran, 2001). B. MANIFESTASI KLINIS Gejala-gejala umum anemia antara lain : cepat lelah, takikardi, palpitasi, dan takipnea pada latihan fisik. C. PATOFISIOLOGI Patofisiologi anemia terdiri dari : 1. Penurunan produksi dll. D. PEMBAGIAN MACAM-MACAM ANEMIA YANG SERING TERJADI PADA ANAK-ANAK 1. Anemia Defisiensi besi Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini Pengertian : hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Pada anak-anak, anemia defisiensi besi paling sering terjadi antara usia 6 bulan sampai 3 tahun; remaja dan bayi prematur juga beresiko (Keperawatan Pediatrik, 2005). Etiologi : Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia adalah : Diet yang tidak mencukupi v : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll 2. Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia hemolitk,

Pathofisiologi :

Absorbsi yang menurun Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi Perdarahan pada saluran cerna, donor darah Hemoglobulinuria Penyimpanan besi yang kurang, seperti pada hemosiderosis paru.

Anemia defisiensi terjadi dalam tiga tahap : Tahap 1 dikarakteristikkan dengan depresi hemosiderin, ferritin, dan penyimpanan zat besi lainnya yang terdapat dalam sumsum tulang, hepar dan limpa. Tahap 2 dikarakteristikkan dengan kurangnya pengangkutan zat Tahap 3 dikarakteristikkan dengan defisit transportasi zat besi yang besi mengakibatkan penurunan saturasi transferin zat besi. khas, yang menghambat produksi hemoglobulin normal. Protoporfirin eritrosit meningkat, dan reseptor transferin menjadi lebih banyak seagai respon terhadap keadaan zat besi yang buruk. Manifestasi Klinis : Meskipun pada anak mungkin asimtomatik, berikut ini merupakan tanda dan gejala umum anemia defisiensi zat besi : Kulit pucat Keletihan Pika (nafsu makan abnormal untuk memakan yang bukan makanan Sakit kepala, lesu, dan hampir pingsan Iribilitasi Proses pikir lambat, penurunan lapang perhatian, apatis dan depresi. HDL akan menyatakan SDM yang normal sampai adanya sedikit

seperti tanah dan cat)

Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium : penurunan, hemoglobin dan hematokrit rendah, penurunan MCV (mikrositik), dan penurunan MCH (hipokromik). Kadar protoporfirin eritrosit (EP, erythrocyte protoporphyrin) lebih Uji zat besi akan menyatakan kapasitas besi serum rendah (SIC, Hitung retikulosit dapat diperoleh 10 hari setelah terapi dimulai besar dari 35. serum iron capacity), penurunan feritin serum, dan peningkatan TIBC. untuk mengevaluasi efektivitas. Penatalaksanaan Keperawatan : Kaji adanya keletihan, intoleransi aktivitas, dan tanda-tanda lain akibat kerusakan oksigenasi jaringan. vi

Berikan obat-obatan atau terapi yang direkomendasikan.

Biasanya pengobatan bertujuan untuk memperbaiki penyebab dasar, jika memungkinkan. Pilihan-pilihannya dapat mencakup : Zat-zat besi oral (ferrous sulfate) Zat besi parenteral (anak-anak yang mengalami malabsorpsi Transfusi (untuk anemia berat, kasus-kasus infeksi berat, Tingkatkan asupan makanan kaya zat besi yang

besi atau hemoglobulinuria kronis) disfungsi jantung, atau pembedahan darurat). adekuat (misalnya : sereal dan formula yang diperkaya zat besi; daging tanpa lemak; ikan; sayuran berdaun hijau dan berwarna gelap; buncis; dan roti gandum); anjurkan pemberian susu sebagai sumber makanan yang dominan. Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga Tekankan pemberian suplemen zat besi oral yang tepat . Berikan suplemen dua sampai tiga dosis bagi dalam jumlah kecil cairan mengandung vitamin-C (jus jeruk) di antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi dan meminimalkan efek samping. Berikan zat besi tetes untuk bayi atau melalui sedotan untuk Gosok gigi anak setelah pemberian obat untuk meminimalkan anak yang lebih besar. kerusakan gigi. Jelaskan efek samping zat besi yang potensial, antara lain mual dan muntah, diare atau konstipasi, feses berwarna hitam atau hijau, dan peruabahan warna gigi. Anjurkan orang tua untuk mewaspadai kecelakaan cedera karena zat besi bersifat toksik dalam dosis berlebihan. Berikan petunjuk penyimpanan suplemen zat besi yang aman, jauhkan dari jangkauan anak-anak. Diskusikan tindakan pencegahan infeksi melalui kebersihan yang baik, nutrisi yang baik, dan istirahat yang adekuat. Pemberian preparat Fe : Fero sulfat 3 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan. Fero glukonat 3 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal. vii

Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.

2. -

Anemia Aplastik Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel

Pengertian : hematopeatik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit akibat berhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk Anemia aplastik dikarakteristikkan dengan pansitopenia (anemia, dan trombositopenia) dan hipoplasia sumsum tulang sel darah (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). granulositopenia, Etiologi : (didapat). Jenis-jenis primer antara lain : Sindrom Fanconi diturunkan sebagai sifat resesif autosomal Sindrom Blackfan-Diamond (anemia hipoplastik), suatu dan dihubungkan dengan sitopenia dna anomali kongenital multipel. kondisi yang jarang terjadi, dengan karakteristik destruksi SDM dan sedikit penurunan trombosit dan SDP, transmisinya masih belum jelas. Penyebab umum anemia aplastik yang didapat antara lain : Idiopatik (penyebab tidak diketahui). Terapi radiasi. Obat-obatan, seperti kloramfenikol, metisilin, sulfonamida, Agens toksik, seperti zat-zat kimia industri dan rumah tangga, Anemia aplastik mungkin primer (kongenital) atau sekunder

(Keperawatan Pediatrik, 2005).

taidis, dan agens kemoterapeutik. termasuk zat pewarna, lem, penghilang cat, intektisida, produk petroleum,dan benzen. Infeksi, terutama hepatitis dan sepsis. Infiltrasi dan penggantian jaringan mieloid (misal : leukimia Defisiensi hemolitik, seperti penyakit sel sabit. Keadaan alergi atau autoimun. viii

dan limfoma).

Patofisiologi : infeksi. Manifestasi Klinis : Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura, dan perdarahan. Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium : Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak, dan retikulosit menurun. Pada pasien dengan anemia aplastik yang berat ditemukan neutrofil kurang dari 500 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1%, dan kepadatan selular sumsum tulang kurang dari 20%. Penatalaksanaan : Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologinya dari anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti : Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan Androgen, seperti fluokrimesteron, testosterone, metandrostenolon, diperlukan trombosit, berikan darah segar atau platelet concentrate. perlu untuk mencegah timbulnya infeksi. akibat trombositopenia berat. dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi viriliasi, retensi air dan garam, perubahan hati, dan amnore. Immunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk menyarankan penggunaannya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapatkan transfusi berulang. 3. Transplantasi sumsum tulang. Pada anemia aplastik, penurunan kapasitas fungsional sumsum Pensitopenia berat dapat menghasilkan perdarahan masif atau tulang hipoplastik mengakibatkan pansitopenia.

Anemia Sel Sabit Penyakit sel sabit (sickle cell disease) merupakan kelompok

Pengertian : penyakit yang bersifat hemolitik, genetik berat, kronis, dihubungkan dengan hemoglobin S (Hb S), yang mentrasnformasikan SDM ke dalam bentuk sabit (seperti bulan sabit) pada saat oksigenasi darah menurun. Hemoglobin SS (anemia sel sabit) merupakan bentuk paling umum dari penyakit sel sabit. ix

Anemia sel sabit ditemukan paling sering pada orang-orang di

pedalaman afrika, tetapi juga juga pada orang-orang mediterania, karibia, amerika tengah dan selatan, arab, dan pedalaman Indian timur. Anemia sel sabit merupakan hemoglobinopati yang paling sering terjadi pada orang afrika amerika dan diperkirakan mencapai 1 setiap 375 kelahiran hidup. Ciri sel sabit merupakan gangguan benigna dan bersifat carrier (Keperawatan Perdiatrik, 2005). Etiologi : Penyakit sel sabit merupakan gangguan resesif autosomal. Oleh karena itu, setiap anak memiliki 25% kesempatan untuk menderita penyakit dari kedua orang tua yang menurunkan sifat ini. Patofisiologi : Hemoglobin abnormal (Hb S) menggantikan semua atau sebagian hemoglobin A normal; di bawah keadaan peningkatan tekanan oksigen dan pH rendah, SDM mengalami perubahan bentuk dari yang bulat ke bentuk bulan sabit. Sel yang sabit tidak dapat meluncur dalam pembuluh darah seperti halnya sel normal. Bentuk sel yang bersudut menyebabkan gumpalan, trombosis, obstruksi arteri, peningkatan viskositas darah, hemolisis, dan kadang-kadang iskemia dan nekrosis jaringan. Bersamaan dengan pembentukan sel sabit terjadi, perubahan yang akut dan kronis berkembang dalam berbagai organ dan struktur. Manifestasi Klinis : Manifestasi klinis bervariasi; beberapa karakteristik tanda dan gejala Pembesaran limpa akibat kongesti sel sabit Pembesaran dan nyeri tekan hepar akibat stasis darah Hematirua Ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine Enuresis Sindrom nefrotik (kadang-kadang) Kelemahan tulang Daktilitis (pembengkakan simetris tangan dan kaki) Masalah lain dapat mencakup : Cedera serebrovaskular (CVA, cerebro vascular accident) Infark miokard (IM) Retardasi pertumbuhan Hambatan kematangan seksual Fertilitas menurun x antara lain :

Priapisme Infeksi berat yang berulang (terutama dari organisme pneumokokus dan salmonela). Krisis sel sabit biasanya dicetuskan oleh infeksi, tetapi mungkin juga

oleh dehidrasi, demam, perjalanan flu, hipoksia, latihan fisik yang berat, keletihan hebat, atau perubahan ketinggian ekstrim. Krisis sel sabit dapat terjadi dalam berbagai bentuk : Krisis vaso-okslusif merupakan bentuk yang paling umum dan menyakitkan. Sel sabit menghambat pembuluh darah, mengakibatkan demam, nyeri akut abdomen, daktilitis (peradangan jari-jari tangan dan kaki), priapisme (ereksi menyakitkan yang tidak diinginkan), dan artralgia tanpa eksaserbasi anemia. Penatalaksanaan mencakup hidrasi, penggantian elektrolit, tirah baring, dan antibiotik spektrum luas. Transfusi dan oksigen digunakan untuk mengobati kasus-kasus berat. Sekuestrasi splenik (splenic sequestration) terjadi saat limpa menampung sejumlah besar darah, yang menyebabkan penurunan volume darah drastis dan syok. Kondisi ini mengancam kehidupan pasien, dengan gejala-gejala antara lain : pucat, iritabilitas distensi abdomen dan nyeri, hipotensi, dan takikardia. Bentuk kronis disebut hipersplenisme. Penanganannya antara lain transfusi dan splenektomi. Krisis aplastik jarang terjadi. Hal ini menggambarkan penurunan produksi SDM dan dikarakteristikkan dengan kegagalan sumsum tulang. Gejala-gejalanya antara lain : pucat, takikardia, demam, dan CHF. Penanganannya termasuk transfusi kantung SDM. Krisis hiperhemolitik jarang terjadi, yang menyebabkan peningkatan kecepatan destruksi SDM. Bentuk krisis ini secara langsung menyebabkan adanay masalah lain seperti penyakit virus atau defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Anemia megaloblastik kemungkinan akibat dari kebutuhan nutrisi yang berlebihan terhadap asam folat, vitain B12, atau keduanya selama periode eritropoiesis yang signifikan. Stroke dapat terjadi akibat penyekatan sel sabit dalam pembuluh Sindrom dada diduga sebagai akibat dari proses pembentukan sel darah serebral utama, menyebabkan berbagai derajat kerusakan neurologis. sabit (sickling) dalam pembuluh darah kecil paru yang berasal dari krisis vaso-okslusif atau infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan pneumonia. Infeksi hebat, biasanya dari pneumonia sterptokokus dan hemofilus influenza tipe b, dan merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun. xi

Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium : Hb S muncul sejak konsepsi; namun ,hemoglobin fetus (Hb F)menghambat sickling, membuat kecurigaan melemah dan penegakan diagnosis semakin sulit, akan tetapi bukan tidak mungkin, terjadi sebelum usia 3 bulan. Skrining Sickledex, merupakan uji yang paling sering digunakan mendeteksi adanya Hb S tetapi dapat memberi hasil negatif palsu seselum rentang usia 4 sampai 6 bulan. Jika hasil uji coba Sickledex positif, hemoglobin elektroforesis diperlukan untuk membedakan antara sifat sel sabit dan penyakit. Hemoglobin elektroforesis harus dilakukan pada saat lahir semua bayi baru lahir. Sampling virus korionik (CVS, chorionic villus sampling) atau analisis darah atau sel janin dapat menyatakan penyakit sel sabit masa prenatal. HDL akan menyatakan penurunan hitung SDM dan peningkatan SDP LED akan menurun. Uji zat besi akan menyatakan peningkatan kadar zat besi serum. Masa hidup SDM akan menurun. Hitung retikulosit akan menyatakan retikulositosis. Tingkatkan oksigenasi jaringan. Berikan tindakan terapeutik yang tepat. Berikan hidrasi cairan oral dan intravena (IV) untuk meningkatkan Berikan penggantian elektrolit untuk mencegah asidosis yang volume cairan darah untuk membantu mencegah sickling dan trombosis. disebabkan hipoksia. Berikan terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi yang adekuat. Berikan tirah baring dan pengaturan aktivitas anak yang cermat untuk Berikan dan pantau transfusi untuk menangani anemia serta mengurangi Redakan nyeri. Berikan jadwal obat untuk pencegahan sehari semalam. Hindari pemberian meperidin (demerol) akibat dari peningkatan resiko kejang. xii serta hitung trombosit.

Penatalaksanaan :

meminimalkan pengeluaran energi. viskositas darah.

Tenangkan kembali anak dan keluaga bahwa analgesik diindikasikan, meskipun dosis opium tinggi dan ketergantungan obat sangat jarang. Berikan panas (yang nyaman) pada area sakit; hindari kompres dingin, yang akan meningkatkan vasokonstriksi dan sickling. Pantau keefektifan semua obat. Gunakan mekanisme pereda nyeri nonfarmakologis. Atur posisi anak untuk tingkat kenyamanan yang maksimal. Bantu pemeriksaan hidrasi yang adekuat dan diet nutrisi yang Cegah infeksi. Bantu peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang Dukung anak dan keluarga dengan memberi kesempatan untuk

seimbang. normal. lainnya. sabit. Berikan tindakan penatalaksanaan di rumah untuk krisis yang ringan. Identifikasi cara-cara mencegah episode sel sabit dengan mencegah faktorfaktor yang diketahui mencetuskan krisis dan dengan mengenali tanda-tanda awal infeksi. Tinjau kembali pentingnya pemeriksaan kesehatan yang rutin, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan mata. Tekankan pentingnya mempertahankan gaya hidup normal jika memungkinkan. Arahkan pentingnya konseling generik. Tekankan pentingnya harga diri dan citra tubuh positif. Berikan penyuluhan untuk anak dan keluarga. Jelaskan proses penyakit, aspek genetik, serta tanda dan gejala awal krisis sel mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, kemarahan mereka, dan perasaan

E. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam pemeriksaan pasien dengan Anemia adalah sebagai berikut : 1. Gejala Aktivitas dan Istirahat : : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

xiii

2. Gejala Tanda

Sirkulasi : : Riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis, menstruasi berat. : TD : Peningkatan sistolik dengan stabil dengan tekanan nadi melebar; hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva mulut dan bibir) dan dasar kuku. Sklera : Biru atau putih seperti mutiaral. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi. Kuku : mudah patah.

3. Gejala Tanda 4. Gejala Tanda 5. Gejala Tanda

Integritas Ego : : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. : Depresi. Eliminasi : : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Hematuria dan penurunan haluaran urine, diare. : Distensi abdomen. Makanan dan Cairan : : Mual/muntah, Tidak nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan. : Turgor kulit buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas, membran mukosa kering, pucat.

6. Gejala

Higiene : : Kurang bertenaga Penampilan tak rapi.

7. Gejala Tanda

Neurosensori: : Sakit kepala, bedenyut pusing, ketidakpastian berkonsentrasi, kelemahan. : Cenderung tidur, gelisah, apatis, mental : tak mau berespon, lambat dan dangkal.

8. Gejala

Nyeri/kenyamanan : : Nyeri abdomen, nyeri epigastrium. xiv

9. Gejala 10. Gejala Tanda 11. Gejala Tanda

Pernafasan : : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Keamanan : : Transfusi darah sebelumnya, Penyembuhan luka buruk (sering infeksi). : Demam. Seksualitas : : Hilangnya libido (pria dan wanita) Impoten : Serviks dan dinding vagina pucat (pada wanita). Sulit/tidak bisa ereksi (pada laki-laki).

12. Gejala

Penyuluhan/pembelajaran : : Kecenderungan keluarga untuk anemia, pemberian transfusi. Riwayat penyakit hematologi

13.

Pemeriksaan Diagnostik

Hemoglobin, hematokrit, eritrosit dan trombosit menurun. F. MASALAH KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan 2. Intoleransi aktivitas 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4. Kerusakan integritas kulit 5. Resiko infeksi 6. Resiko kerusakan pertukaran gas. 7. Kurang pengetahuan G. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. pengobatan H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. xv Peningkatan perfusi jaringan Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan Mencegah komplikasi Memberi informasi tentang penyakit, prognosis dan program

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidaknyamanan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal. 3. Resiko infeksi b/d pertahanan sekunder tidak adekuat, misal : penurunan Hb leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan). 4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan neurologis. 6. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita. Penurunan produksi Gejala-gejala pada anemia secara umum adalah : Cepat lelah Takikardia Palpitasi Takhipnea pada latihan fisik Patofisiologi anemia : : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll.

Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dll. Pembagian macam-macam anemia pada anak-anak : Anemia zat besi Anemia aplastik Anemia sel sabit

xvi

DAFTAR PUSTAKA Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta : EGC Mansjoer. Arief., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid II, Jakarta : Media Aeusculapius Mansjoer. Arief., 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid I, Jakarta : Media Aeusculapius Muscari. E. Mary, 2005, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi 3, Jakarta : EGC

xvii

You might also like