You are on page 1of 24

keperawatan maternitas ( keluarga pada suatu unit perawatan ) 2.

1 Pengertian definisi keluarag meliputi penjelasan tentang stuktur ,fungsi , unsure ,dan ikatan kasih dalam keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. (Duvall dan Logan 1986 ) Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. ( Bailon dan Maglaya 1978 ) Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) Keluarga didefinisikan secara luas dengan menekankan pentingnya ketelibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Menurutnya keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung bersama karena adanya ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga ( friedman 1992 ) Dari presfektif anak , keluarga adalah seperangkat hubungan antara anak yang bergantung dan satu atau lebih orang dewasa yang memberikan perlindungan Keluarga sebagai suatu kelompok dan keluarga sebagai individu secara smultan terlibat dalam tugas tugas perkembangan ( dufall ,1997 ; erikson 1968 ) 2.2 Bentuk Keluarga keluarga inti terdiri dari suami ,istri dan 2 atau lebih orang anak kehadiran anak mempengaruhi waktu keluarga dan sumber ekonomi kehadiran anak memungkinkan suami dan istri mencari konseling dan pelayanan kesehatan keluarga besar

termasuk kerabat makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar,maka makin mempunyai pengaruh pada pelayanan kesehatan keluarga ini dapat memberikan berbagai macam dukunganberdasarkan kebutuhan anggota keluarga termasuk pelayanan kesehatan keluarga dengan orang tua tunggal keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggal ,bercerai,mengabaikandan kemudian seseorang memutuskan untuk mengadopsinya situasi perpisahan berdampak pada keluarga : merupakan akibat yang paling umum karena terjadinya perceraian. Pengurangan sumber financial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluarga keluarga campuran orang tua membawa anak anak yang tidak memiliki hubungan dari hubungan sebelumnya ke dalam hubungan yang baru dan bergabung dalam situasi kehidupan adaptasi terhadap situasi kehidupan akan mempengaruhi status kesehan tekanan dari bentuk pola keluarga yang baru dapt mempengaruhi status mental anggota keluarga pola alternative hubungan rumah tangga denagn banyak orang dewasa keluarga dengan nenek dan kakek yang mengasuh cucu kelompok bersama dengan anak anak pasangan yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan perkawinan pasangan homoseksual 2.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga mencakup 5 bidang dasar : biologi , ekonomi , pendidikan , psikologi ,dan sosbud ( WHO 1978 ).
1. Fungsi biologis : a. Meneruskan keturunan b. Memelihara dan membesarkan anak c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga d. Memelihara dan merawat anggota keluarga 2. Fungsi Psikologis : a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d. Memberikan identitas keluarga 3. Fungsi sosialisasi : a. Membina sosialisasi pada anak b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga 4. Fungsi ekonomi : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan : a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya 2.4 Dinamika Keluarga Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang sesuai. Sebuah peran social tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dirancang supaya bekerja dengan sebuah mitra-peran. Negosiasi membawa pasangan peran ini ke kesejajaran yang baru. Setiap keluarga menetapkan batasan antara keluarga tersebut dan masyarakat. Meskipun terdapat batasan untuk setiap keluarga, anggota keluarga menetapkan saluran sebagai sarana mereka

berinteraksi dengan masyarakat. Saluran-saluran ini juga memastikan keluarga menerima sumber-sumber masyarakat yang menjadi bagiannya. Secara ideal, keluarga menggunakan sumber-sumbernya untuk memberi lingkungan yang aman dan intim bagi perkembangan biopsikososial para anggota keluarga. Keluarga mengasuh neonatus dan mensosialisasikan anak yang sedang bertumbuh secara bertahap. Keluarga menjadi sumber hubungan pertama dengan orang lain. Hubungan paling dini dan paling dekat yang dibentuk anak ialah hubungan dengan orang tua atau orang yang menjadi wali mereka dan hubungan ini berlanjut seumur hidup. Hubungan orang tua-anak mempengaruhi harga diri dan kemampuan individu dalam membentuk hubungan dimasa yang akan datang. Keluarga Mempengaruhi persepsi anak tentang dunia luar. Keluarga melengkapi anak yang sedang tumbuh dengan suati identitas yang mencakup pengertian tentang masa lalu dan masa depan. Melalui interaksi sehari-hari, keluarga mengembangkan dan menggunakan pola komunikasi verbal dan non verbal. Pola-pola ini memberi pengertian yang dalam pada pertukaran emosi dalam sebuah keluarga dan bertindak sebagai indicator fungsi interpersonal yang dapat dipercaya. Anggota keluarga tidak hanya bereaksi terhadap komunikasi atau tindakan anggota keluarga yang lain tetapi juga menginterpretasikan dan mendefinisikan komunikasi dan tindakan tersebut. Seiring perjalanan waktu, keluarga mengembangkan protocol penyelesaiaan masalah, khususnya yang menyangkut keputusan-keputusan lain seperti memeliki bayi, membeli rumah atau menyekolahkan anak-anak keperguruan tinggi. Kriteria yang digunakan dalam membuat keputusan didasarkan pada nilai dan sikap keluarga terhadap kesesuaian perilaku dan peristiwa moral, social, politis dan ekonomi dalam masyarakat. Anggota keluarga diberi kekuasaan untuk membuat keputusan kritis melalui tradisi dan negosiasi. Kekuasaan ini tidak selalu dinyatakan. Kekuasaan mencerminkan konsep keluarga tentang dominasi pria atau wanita dan praktek kebudayaan, kebiasaan masyarakat dan norma komunitas. Akibatnya anggota keluarga memperoleh status atau hierarki tertentu. Mereka melakukan status ini dengan menerima berbagai peran. Kebanyakan keluarga mempunyai seorang anggota yang bertanggungjawab atau mendukung atau tidak dapat diharapkan untuk melakukan sesuatu. 2.5 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga TAHAP SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA PROSES EMOSIONAL TRANSISI: PRINSIP UTAMA PERUBAHAN STATUS KELUARGA TINGKAT KEDUA YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PERKEMBANGAN Diferensiasi diri dari keluarga asal

Meninggalkan rumah; orang Menerima tanggungjawab dewasa muda yang belum emosional dan keuangan

menikah Penggabungan keluarga melalui perkawinan: pasangan baru Keluarga dengan anak kecil Keluarga dan remaja Melepas anak-anak dan pindah Keluarga pada tahap lanjut

untuk diri sendiri Komitmen pada system yang baru Menerima anggota baru kedalam system Meningkatkan fleksibilitas batasan keluarga karena anak mulai mandiri dan kakek-nenek mengalami penurunan fungsi Menerima banyak anggota keluarga yang masuk dan keluar system keluarga Menerima perubahan peran generasi

Mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya Memantapkan pekerjaan dan kemandirian financial Pembentukan system perkawinan Bersama pasangan menjalin kembali hubungan dengan keluarga besar dan teman Menyesuaikan system perkawinan untuk memberi ruang pada anak-anak Bersama-sama melaksanakan tugas membesarkan anak, mengatur keuangan dan rumah tangga Menjalin kembali hubungan dengan keluarga besar dan berperan sebagai orangtua dan kakek-nenek Perubahan hubungan orangtua-anak yang memungkinkan remaja bergerak masuk dan keluar system Fokus kembali pada masalah perkawinan dan karier pada usia tengan baya Mulai beralih merawat generasi yang lebih tua bersama-sama Negosiasi kembali system perkawinan sebagai

pasangan Perkembangan hubungan antara dua orang dewasa, yakni antara orangtua dan anak yang sudah dewasa Menjalin kembali hubungan dengan melibatkan menantu dan cucu Menghadapi kedidakmampuan dan kematian orangtua (kakeknenek) Mempertahankan fungsi dan hobi diri sendiri dan/pasangan dalam menghadapi penurunan fisiologis; menggali pilihan peran keluarga dan peran social yang baru Mendukung generasi tengah baya untuk berperan lebih sentral Melibatkan kebijaksanaan dan pengalaman lansia kedalam system, mendukung generasi yang lebih tua tanpa mengabaikan fungsi mereka Menghadapi kehilangan pasangan, saudara, dan teman sebaya dan mempersiapkan diri menghadapi kematian sendiri; meninjau ulang dan mengintegrasi kehidupan. 2.6 Perkembangan Keluarga

teori tentang perkembangan mempelajari tentang keluarga di pandang sebagai suatu pendekatan teoritis dan konseptual ,seperti pendekatan social,fungsional struktual ,konsep siklus kehidupan tentang kebutuhan dan tugas perkembangan dan konsep interaksi personal 1. Pasangan baru (keluarga baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
Membina hubungan intim yang memuaskan Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
Persiapan menjadi orang tua Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman Membantu anak untuk bersosialisasi Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk
Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkunga Mempertahankan keintiman pasangan Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

Mempertahankan keintiman pasangan Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua Membantu anak untuk mandiri di masyarakat Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
Mempertahankan kesehatan Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat Melakukan life review (merenungkan hidupnya

2.7 Faktor Kunci Dalam Kesehatan Keluarga Karakteristik sosioekonomi keluarga merupakan hal yang penting. Kelas social mempengaruhi pengharapan, kewajiban, dan imbalan, semua hal ini mempengaruhi memanfaatan pelayanan kesehatan. Selain itu keluarga bertindak sebagai unit ekonomi primer dimana pemasukan digabung, keputusan tentang pengeluaran uang dibuat bersama, dan pelayanan diberikan secara internal. Friedman (1992) mempertimbangkan kelas social sebuah keluarga sebagau factor utama pembentuk gaya hidup keluarga.

2.8 Faktor Budaya Konteks budaya dalam keluarga Banyak subkultur dapat ditemukan dalam setiap kultur. Subkultur mengacu ke sebuah kelompok yang berada dalam system budaya yang lebih besar, yang mempertahankan karakteristiknya. Suatu subkultur merupakan sebuah kelompok etnik atau suatu kelompok yang di organisasi secara berbeda. Akulturasi mengaju pada perubahan yang terjadi pada satu atau kedua kelompok ketika individu dari budaya yang berbeda-beda kontak satu sama lain. Individu dapat mempertahankan sebagian kebudayaan sekaligus mengadopsi beberapa praktik budaya masyarakat yang dominant. Sosialisasi di antara kelompok budaya ini menghasilkan kesamaan perilaku yang sangat jelas. Individu bertukar dan menerisme, gaya, praktik kelompok lain. Pakaian, pola bahasa,pilihan makanan, dan praktik kesehatan berbedabeda di antara kelompok kelompok bidaya dalam suatu masyarakat. Suatu akulturasi adalah adopsi praktik makanan etnis di Amerika Serikat. Asimilasi di sisi lain terjadi ketka suatu kelompok budaya kehilangan identitasnya menjadi bagian dari budaya dominant. Menurut Friedman (1992) asimilasi merupakan proses suatu budaya diserap ke dalam budaya lain : proses ini bersifat satu arah dan lebih lengkap. Asimilasi adalah proses dimana kelompok-kelompok melebur ke dalam arus utama sehingga muncullah gagasan pot yang melebur suatu fenomema yang dikatakan telah terjadi di Amerika Serikat. Sebaliknya Spector (1991) menyatakan bahwa di Amerika Serikat pot yang melebur dengan impiannya tentang suatu kebudayaan bersama terbukti hanya isapan jempol belaka dan telah lenyap . kini saatnya mengidentifikasi sekaligus menerima dan menghargai perbedaan di antara menusia. Etnosentrisme adalah pendapat yang mengatakan cara kebudayaan seseorang melakukan sesuatu merupakan cara yang benar dan alami ( Galanti 1991 ).Etnosentris mendukung ide baik kelompok etnik ataupun social. Relatifisme merupakan kebalikan dari etnosentris yang terdiri dari pembelajaran satandar kebudayaan individu lain kedalam kegiatan kebudayaan individu tersebut.perawat harus menyadari bahwa prilaku individu didasarkan pada suatu system logis dan penerapan yang berbeda dari keyakinan mereka .relativisme kebudayaan menegaskan keunikan dan nilai setiap budaya. 2.9 Keyakinan Dan Praktik Melahirkan Perawat yang menagani keluarga dalam usia subur akan merawat keluarga dalam kelompok budaya dan etnik yang berbeda.Untuk itu dalam memberikan asuhan perawatan pada keluarga ,perawat harus menyadari praktik budaya yang penting dalam keluarga tersebut

Perawat perlu lebih mengenal setiap wanita sebagai individu dan lebih memvalidasi keyakinan budaya yang bermakna bagi wanita tersebut .dengan pengetahuan ini ,perawat dapat mendukung dan memelihara keyakinan dan meningkatkan adaptasi fisik dan emosionalnya terhadap kehamilannya .Namun jika keyakinan tertentu di identifikasi dapat membahayakan ,maka perawat harus berhati hati dalam menggali keyakinan tersebut pada pasien dan gunakan keyakinan tersebut dalam proses redukasi dan modefikasi. 2.10 Keluarga Dan Krisis Krisis adalah merupakan suatu gangguan kebiasaan : suatu kerusakan dalam cara individu dan keluarga mempertahankan kendali terhadap suatu situasi Saat berhadapan dengan krisis mula- mula keluarga atau individu akan menggunakan nilai dan prilaku yang biasa digunakan untuk menghadapi krisis .bila nilai dan prilaku tersebut tidak dapat mengatasi krisi dengan adekuat maka pola prilaku yangbaru harus dikembangkan melalui intervensi krisis.intervensi krisis akan berupaya menolong pasien belajar cara baru dalam menghadapi masalah atau konflik. Krisi yang dapat ditemukankan adalah krisi maturasi dan situasional yang menyertai pengalaman usia subur ,pengalaman ini merupakan titik balik yang signifikan dalam kehidupan keluarga . masa usia subur sering disering dianggap sebagai masa krisis 1) krisi maturasi terjadi pada akibat pertumbuhan dan perkembangan yang normal . Secara khas krisis ini berkembang seiring perjalanan waktu dan melibatkan perubahan peran dan status krisis ini meliputi peristiwa kelahiran , masa bayi,kanak kanak ,remaja,dewasa,dan tua. Setiap fase siklus kehidupan keluarga akan menghasilkan krisi atau kejadian yang khas yang dapat menimbulkan sters dan akan mempengaruhi kesehatan keluarga. 2) krisis situasional meliputi peristiwa kelahiran praterm ,penyakit mental atau fisik ,kehilangan dukungan dan financial ataupun social ,perubahan citra tubuh ,pengalaman yang tidak menyenangkan . krisis ini mencakup ancaman terhadap harga diri individu atau kehilangan objek ataupun posisi yang berharga .

ansietas dan depresi merupakan respon yang khas ,bila krisis ini menimbulkan ketegangan berat ,kesehatan dapat menjadi rusak respon terhadap krisis dipengaruhi oleh 3 komponen yang dipandang sebagai penyeimbang yaitu: a. persepsi pasien terhadap peristiwa krisis b. mekanisme kopoing pasien c. system pendukung pasien keterkaitan dari 3 bidang ini sangat mendukung hasil akhir dari suatu masalah Persepsi terhadap suatu peristiwa Apa yang dipertimbangkan oleh individu sebagai krisis bisa dipersepsikan sebagai krisis oleh individu lain namun bisa juga tidak. Factor seperti usia ,pengalaman , status emosional , ansietas ,dapat mengubah persepsi. Mekanisme koping yaitu pola prilaku yang dikembangkan individu atau keluarga dalam menghadapi ancaman terhadap kesejahteraan hidup a. mekanisme koping konstruktif---mengarah pada penyelesaian masalah b. mekanisme koping destruktif---mengganggu hubungan interpersonal dan membatasi kemampuan kerja. System pendukung Hal ini mengacu pada jaringan yang membantu individu selama masa krisis ,caplan mengatakan bahwa keberhasilan dalam penyelesaian suatu krisis sering kali bergantung pada system pendukung yang ada.sistem pendukung pasien dapat keluarga ,teman , sahabat.sistem pendukung akan berperan sebagai penaggung jawab komunitas dengan pengetahuan dan pengalamannya membantu pasien menghadapi krisis. 2.11 Penatalaksanaan Perawatan Pengkajian Yaitu proses pengumpulan data:

Pendekatan Kebiasaan Bahasa Setelah melakukan pengumpulan data maka lakukan analisis dan sintesis dan validasi data Diagnosa keperawatan Mencerminkan persepsi keluarga dan persepsi perawat tentang kebutuhan keluarga tersebut. Contoh diagnosa tersebut adalah : Kerusakan ikatan antara orang tua dan bayi peubahan proses keluarga yang b.d kelahiran anak cacat Ansietas yang b.d harapan menjadi orang tua Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan aktifitas perawatan bayi Setelah diagnosa ditegakan ---gali nilai personal keluarga yang dapat mempengaruhi intervensi keperawatan---validasi--pastikan persepsi mereka objektif dan akurat Hasil akhir yang diharapkan Menetapkan hasilnya sesuai dengan diagnosis.---tetapkan bersama dengan keluarga keluarga mengevaluasisesuai dengan realities---menetapkan hasil akhir jangka panjang dan jangka pendek---menetapkan hasil akhir yang menjadi prioritas Perawatan kolaboratif Menetapkan tindakan yang akan diberikandisesuaikan dengan kebutuhan keluarga--perawat mengarahkan keluarga dalam implementasi evaluasi perawat dan keluarga akan mengevaluasi hasil akhir yang diharapkan melaui kriteriahasil yang telah ditetapkan

Beberapa issue global tentang kesehatan reproduksi remaja terkini yang sedang menjadi pembicaraan hangat antara lain Kesetaraan Gender, masalah lansia, Trafficking, aborsi, dan HIV AIDS disamping issue lain. Kumpulan berita yang dirilis dari berbagai media sering membahas ketiga hal tersebut. Dan berbagai pihak mengkaitkan issue tersebut sebagai bagian dari permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan. Proses globalisasi itu sendiri memegang peranan penting dalam perubahan permasalahan kesehatan dunia termasuk kesehatan reproduksi. Perubahan yang cepat sebagai dampak globalisasi ini juga terjadi pada perilaku remaja. Hal ini didukung oleh kemudahan mendapatkan informasi, kemudahan memperoleh sarana dan prasarana, kemudahan dalam komunikasi. Kemudahan kemudahan ini pada dasarnya untuk kesejahteraan umat namun disisi lain bias juga menjerumuskan umat ke dalam kondisi yang menyulitkan.

Issu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi; Salah Satu tolok ukur Millennium Development Goals (MDGs), adalah terwujudnya kesetaraan gender dalam akses terhadap pendidikan Laki2/Perempuan =100 % pada tahun 2015. Dan ahir ahir ini pengarusutamaan Gender menjadi tofik hangat di banyak negara khususnya negara negara berkembang. Menurut kajian yang dilaksanakan oleh UN Development for Women (UNIFEM), dalam dua dekade terahir di negara negara berkembang terjadi peningkatan ketidak setaraan laki laki dan perempuan. Kesenjangan ini justru karena proses globalisasi, dengan adanya keterbukaan yang diiringi dengan masuknya informasi dan teknologi terbyata tidak dapat di akses oleh para perempuan di Negara berkembang. Akibatnya para perempuan akan kalah bersaing dengan laki laki yang memiliki akses terhadap informasi dan teknologi. Sebagai akibatnya keterbukaan global membuat perempuan di negara berkembang semakin tertinggal. Persfektif Perempuan menurut DAWN (Development Alternatives of Women for a New Era); menurut DAWN: Kebijakan dunia usaha harus dibedakan antara laki2 dan perempuan karena perbadaan akses thd sumber daya ekonomi, tg jawab sosial, dan sifat biologis. Organisasi Wanita juga berhasil menginisiasi kebijakan publik sebagai contoh Contoh: Larangan bagi perempuan bekerja menggunakan pestisida dalam pertanian ; Wanita Afrika menuntut perhatian khusus ttg pola hidup ; Wanita latin Afrika menolak eksplorasi perusahaan di daerah Amazon krn kawatir tanaman tradisional utk kesehatan wanita disana rusak dan kebijakan lainnya. Double Whammy for women; menurut Boonthan Sakanond; Akibat Krisis ekonomi para wanita di Asia mengalami Redomesticating beberapa perusahaan yg terkena imbas krisis dan mem PHK sebagian pekerja maka yg paling mudah terkena PHK adalah Perempuan. Memaksa perempuan mancari alternatif pekerjaan lain dalam penelitian terbukti peningkatan pekerja komersial sex. Pengalaman di Thailan dlm masa krisis terjasi 300 ribu PHK, kebanyakan korbannya adalah wanita. Di Hongkong, Pilipina, juga mengalami hal yang sama.

Prangtip Daorang dan Kafil Yamin; membuat statement : Women Last in Firt Out; artinya wanita dalam memperoleh kesempatan kerja untuk dapat masuk pada urutan terahir; apa bila akan di PHK pada urutan pertama, kejadian ini terjadi di Asia tenggara. Laporan ILO mengatakan bahwa perbaikan ekonomi pasca krisi di Asia; Wanita tidak mendapat benefit yang adil. Pekerja migran wanita di Asia berkembang pesat dalam jumlah; data terahir terdapat 1,5 juta pekerja baik legal maupun ilegal, tujuan penkerja migran, Saudi, Kuwat, Taiwan, Korea, Malaisya, Brunei dan Singapura. Kesetaraan gender dalam pemerintahan; keberadaan Jumlah kabinet wanita belum seimbang dengan komposisi cabinet secara keseluruhan, Di Indonesia ada kecenderungan kesulita pemenuhan kuota bagi Partai Peserta PEMILU untuk mencalonkan wakilnya 30% perempuan,

Issue Kesehatan Reproduksi lansia: Lanjut usia atai lansia marupakan masa dimana seseorang berada pada kondisi yang merupakan resultan atau hasil ahir periode kehidupan sebelumnya. Diharapkan pada masa ini seseorang tinggal menikmati hasil kerjanya. Dengan adanya peningkatan umur harapan hidup terjadi peningkatan jumlah lansia yang sangat bernakna ahir ahir ini; dan ada kecenderungan beberapa tahun yang akan dating jumlahnya masih akan meningkat. Akibatnya Dependency ratio akan meningkat; artinya dalam suatu Negara akan terjadi jumlah usia produktif harus menaggung lebih banyak usia non produktif dimana sebagian besar adalah lansia. Di beberapa Negara maju umur harapan hidup telah mencapai sekitar 80 tahun akibatnya didalam suatu populasi akan terdapat lansia yang banyak, beberapa kondisi yang berkaitan dengan lansia antara lain: Kelaparan; Kemiskinan; asupan diet yang tidak adequate; gangguan fungsi organ; isolasi social; kesepian; masalah demografi pedesaan dan perkotaan; depresi; berkurangnya ingatan; ketergantungan, dan kesehatan mulut dan gigi yang jelek. Dari semua kondisi tersebut berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi lansia.

Issue Issue lain lain dalam Kesehatan Reproduksi: Trafficking merupakan masalah lama yang masih tetap hangat dibicarakan samai ahir ahir ini; terutama di negara negara berkembang dan masyarakat miskin. Trafficking muncul dari berbagai bentuk, mulai dari penjualan bayi, anak dan wanita. Hampir semua korban trafficking adalah anak anak dan wanita, belum dijumpai korban trafficking pria dewasa. Traffiking sangat erat kaitanya dengan perbudakan atau praktek praktek yang menyerupainya. Ada beberapa bentuk kegiatan atau praktek praktek yang berkaitan dengan trafficking antara lain: Debt bondage adalah suatu status seseorang yang harus melayani orang lain dalam waktu lama sehubungan dengan nilai yang telah dibayar orang lain tersebut dimana tidak ada batasan waktu dan batasan tugas, dan nilai pekerjaannya itu tidak dapat untuk membayar atau melunasi. Serfdom adalah suatu status seseorang akibat suatu kekuatan hukum, transaksi, atau perjanjian tertentu yang menyebabkan orang

tersebut bekerja kepada orang lain baik dibayar maupun tidak, dan orang tersebut tidak memiliki kekuatan untuk merubah statusnya. White slavery atau perbudakan untuk industry sex. Kebanyakan korban dari white slavery ini adalah bukan orang kulit putih, adalah kondisi seseorang akibat transaksi atau perjanjian tertentu mengakibatkan dirinya dapat di ekploatasi secara seksual oleh orang lain, kebanyakan korbannya dipekerjakan dalam kegiatan prostitusi. Dengan adanya bukti bukti bahwa banyaknya terjadi trafficking di negara negara berkembang yang sebagian besar korbanya dipekerjakan dalam industrri sex; banyak kalangan menganggap penting untuk segera dicarikan jalan keluar guna menangani masalah ini. Penanggulangan secara nasional dan regional saja tidaklah cukup. Perlu diadakan kesepakatan internasional untuk mengatasi perdagangan anak anak dan perempuan. Dampak yang dikawatirkan dengan adanya trafficking ini adalah terjadi penyebaran penyakit menular seksual termasuk HIV AIDS, kehamilan yang tidak diharapkan, anak anak tidak memperoleh pendidikan yang memadai dan timbulnya dampak social laiannya.

Perubahan perilaku yang cenderung keluar dari kebiasaan sesuai norma social budaya setempat. Hal ini berkenaan dengan arus globalisasi dimana terjadi transfer informasi dari suatu negara ke negara lain. Dalam berapa hal perubahan yang cepat dari suatu kebiasaan perilaku ke perilaku yang lain sering menimbulkan beberapa akibat yang kurang sesuai. Perubahan perilaku yang perlu harus segera diperhatikan antara lain: pergaulan bebas; pemakaian obat obatan terlarang; penggunaan alcohol dll. Dengan adanya pergaulan bebas akan meningkatkan adanya kehamilan remaja atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang tidak diharapkan ini berkontribusi terhadap meningkatnya angka aborsi dan lahirnya anak anak yang tidak diharapkan dari orang tuanya. Dari aborsi sendiri akan menimbulkan berbagai dampak yangh harus ditanggung oleh pihak ibu. Issue tentang aborsi telah mengundang berbagai pro dan kontra di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara berkembang tercatat bahwa 15 - 30% kematian maternal berkaitan dengan komplikasi aborsi. Dari data 40 juta keguguran ditengarai 20 juta diantaranya adalah aborsi illegal dari angka tersebut 19 juta diantaranya terjadi di negara berkembang, bila dilihat dari kelompok umurnya ternyata aborsi illegal lebih banyak terjadi pada kehamilan remaja. Secara keseluruhan di dunia diperkirakan 38% kehamilan adalah tidak diharapkan dan 22 % diantaranya berahir dengan keguguran. di negara negara Afrika tercatat 30% kehamilan adalah tidak diharapkan, 15% diantaranya berahir dengan keguguran, di Eropa Timur tercatat 63 % kehamilan tidak diharapkan dan 57% diantaranya berahir dengan keguguran, di Amerika 49% kehamilan tidak diharapkan dan 54% diantaranya berahir dengan keguguran. Selain pergaulan bebas, penyimpangan perilaku remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih ada beberapa hal, misalnya penggunaan obat obatan terlarang, merokok, penggunaan alcohol. Semua faktor di atas memberikan pengaruhnya pada perilaku kesehatan reproduksi, yang bisa bersifat sebagai:

(1) faktor pencetus (predisposing factor) atau sifat yang memotivasi perilaku; (2) faktor pemungkin (enabling factor) atau sifat yang menfasilitasi perilaku individu; atau (3) faktor penguat (reinforcing factor) atau sifat yang menunjukkan suatu pujian atau hukuman atau semua feedback yang mengikuti atau yang merupakan antisipasi sebagai konsekuensi dari perilaku (Green, 1991). Tiap faktor memberikan pengaruh positif (protektif) atau membuat risiko (negatif) untuk keluaran kesehatan reproduksi remaja yang sehat.

Issue selanjutnya yang menjadi pembicaraan hangat ditingkat global adalah HIV AIDS. Beberapa puluh tahun yang lalu HIV AIDS belum dikenal, namun sekarang epidemic HIV AIDS telah menyebar di seluruh dunia. Sebagai contoh di Boswana Afrika Selatan dan Simbagwe sekitar seperempat sampai sepertiga remaja putri telah terjangkit HIV. Hal ini yang menyebabkan kematian remaja di negara tersebut banyak disebabkan oleh AIDS. Penyebaran HIV di kalangan masyarakat khususnya remaja terjadi karena perubahan pola perilaku. Baik perilaku berganti ganti partner sex maupun perilaku penggunaan obat obat terlarang.

Kesehatan Reproduksi Remaja


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah remaja (usia >10-1,9 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi, karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting.

B. Rumusan Masalah Dari gambaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam malakah ini adalah pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja.

C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja.

BAB II PEMBAHASAN

Di masyarakat, kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki selalu dipandang dengan muatan-muatan yang sarat dengan moral. Masyarakat cenderung menyalahkan korban, bukannya empati. Akibatnya, terjadi stigmatisasi dan

diskriminasi dan menjadikan kasus ini tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Akibat kehamilan yang tidak dikehendaki ini, hampir bisa dipastikan (khususnya siswi) yang mengalami kasus ini harus berhenti dari sekolah atau dikeluarkan. Pihak sekolah selalu beralasan, dengan memberikan izin sekolah bagi siswi hamil, nama baik sekolah akan tercermar dan perbuatan tersebut akan ditiru oleh murid-murid lainnya. Pendapat ini baru asumsi/ pandangan dan belum tentu kebenarannya. Dengan demikian, pihak perempuanlah yang paling dirugikan bila kasus ini benar-benar terjadi. Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki ini merupakan kasus yang berakibat terjadinya diskriminasi dan merupakan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak, sehingga harus ada perubahan cara pandang atas kasus ini dari muatan moral menjadi muatan empati, di mana hakhak korban harus dilindungi dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan lagi menyalahkan korban dengan alasan-alasan yang tidak rasional, seperti menuduh korban sebagai pihak yang memicu terjadinya perbuatan tersebut dengan memakai pakaian-pakaian seksi dan sejenisnya. Mengacu pada isu-isu global, seperti yang dibahas di International Conference of Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, maka setiap orang (laki-laki dan perempuan, tanpa diskriminasi, termasuk anak dan remaja) harus mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai. Maka bila ada golongan tertentu (anak/remaja) yang karena sebab-sebab tertentu tidak dapat mengakses pelayanan, maka hal tersebut termasuk pelanggaran hak.

A. Kesehatan Reprosuksi Remaja Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Tumbuh Kembang Remaja. 1. Masa remaja dibedakan dalam : a. Masa remaja awal, 10 13 tahun. b. Masa remaja tengah, 14 16 tahun. c. Masa remaja akhir, 17 19 tahun.

2. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan : a. Mulai menstruasi. b. Payudara dan pantat membesar. c. Indung telur membesar. d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.

e. Vagina mengeluarkan cairan. f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina. g. Tubuh bertambah tinggi.

3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki : a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap. b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin. c. Tumbuh kumis. d. Mengalami mimpi basah. e. Tumbuh jakun. f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang. g. Penis dan buah zakar membesar.

4. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu : a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya. b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua. c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri. d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya. e. Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan barunya.

5. Menstruasi atau haid. Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-kira 3 tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus secara teratur sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut menopause. Siklus menstruasi meliputi : a. Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang. b. Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal. c. Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil pembuahan. d. Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi perdarahan. Telur akan keluar dari rahim bersama darah. e. Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30 hari, atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun kadang-kadang ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh darah yang dikeluarkan biasanya antara 30 80 ml. Selama masa haid, yang

perlu diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering mungkin.

6. Mimpi Basah, Bagaimana Bisa Terjadi Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah.

7. Kehamilan. Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut : a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur. b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur. c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.

8. Tanda-tanda kehamilan : a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari. b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu. c. Amenorhea (tidak mengalami haid). d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam). e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG. f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar.

9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada saat persalinan akan mengalami kesulitan. a. Belum siap mental sebagai ibu. b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan). c. Abortus Spontan (tidak disengaja) d. Provokatus (disengaja)

B. Perlunya Pendidikan Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi

mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor. Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu, harus ada kesadaran bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik hasilnya. Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat. Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja mulai SD hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional. Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan, terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka dapat saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan dari SD hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD ataupun SMU. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya dengan teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan pengetahuan yang berisi tentang pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk di dalamnya proses terjadinya menstruasi dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan, pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan tentang gender dan risiko-risiko hubungan seks yang tidak bertanggung jawab. Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka akan ada upayaupaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya di masa depan. Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik dalam bentuk tulisan, maupun elektronik.

Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan inovatif dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Jawa Tengah. Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga berlebihan, karena di dalam informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan dikhawatirkan. Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah dan menderita hanya gara-gara mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak bertanggungjawab di masa mendatang disebabkan pengetahuan mereka yang rendah. Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih baik dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi. (29) -Farid Husni, Direktur Pelaksana Daerah PKBI Jawa Tengah, LSM yang aktif di bidang kesehatan reproduksi.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIVAIDS serta narkotika. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan

kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.

B. Saran 1. Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting. 2. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui pembekalan.

You might also like