You are on page 1of 42

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

KE PDAM BANDARMASIH

Di susun oleh
Kelompok 5
Befi Rusmina Dewi H1E107043
Siti Rizki Amalia H1E107045
Ratri Tri Hapsari H1E107046
Putri Rachmalia K. H1E107048
Maria Setianingsih H1E107049
Muzwar Rusadi H1E107050
Adi Rizkian Noor H1E107051
Hidayatul H. Amelia H1E107052

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
2008

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air minum merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, yang harus tersedia
dalam kuantitas yang cukup dan kualitas yang memenuhi syarat. Meskipun alam
telah menyediakan air dalam jumlah yang cukup, tetapi pertambahan penduduk dan
peningkatan aktivitasnya telah mengubah tatanan dan keseimbangan air di alam.
Sebagian besar air yang tersedia tidak lagi layak dikonsumsi secara langsung dan
memerlukan pengolahan supaya air dari alam layak dan sehat untuk dikonsumsi.
Kualitas air baku untuk air minum semakin memburuk dengan masih
kurangnya perhatian yang serius terhadap pengelolaan air limbah. Air limbah dari
rumah tangga dan industri, kawasan perdagangan, dan sebagainya hampir semuanya
dibuang langsung ke badan-badan air tanpa pengolahan. Akibatnya, terjadi
penurunan kualitas air permukaan dan air tanah, yang pada akhirnya menurunkan
kualitas air baku untuk air minum.
Pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pengembangan system pernyediaan air minum. Sejak akhir 1970an hingga saat ini
penyediaan air minum khususnya dengan sistem perpipaan telah dibangun dan
dikembangkan menggunakan berbagai pendekatan baik yang bersifat sektoral
maupun pendekatan keterpaduan dan kewilayahan (perkotaan dan perdesaan).
Pada awalnya pengembangan system penyediaan air minum (SPAM) banyak
dilakukan oleh pemerintah pusat. Tetapi sejalan dengan upaya desentralisasi melalui
PP No.14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah bidang
Pekerjaan Umum kepada daerah, urusan pembangunan, pemerliharaan dan
pengelolaan prasarana dan sarana air minum diserahkan kepada pemerintah
kabupaten/kota. Meskipun urusan tersebut telah diserahkan, namum pendanaannya
masih dapat dibantu sebagian oleh Pemerintah pusat. Penyerahan urusan
pembangunan, pemerliharaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum
sebagai wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota tersebut.
Selanjutnya dipertegas dalam Pasal 16 Undang-Undang No.7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air dan Pasal 40 PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum dengan rumusan “memenuhi kebutuhan air minum

2
masyarakat di wilayahnya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang
ditetapkan.”
Penetapan wewenang dan tanggung jawab tersebut sejalan pula dengan
pengaturan dalam Pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menempatkan urusan penyediaan prasarana dan sarana
umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di kabupaten/kota sebagai “urusan
wajib pemerintah kabupaten/kota”. Tentunya lingkup atau pengertian dan urusan
penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di
kabupaten/kota tersebut mencakup pula penyediaan air minum bagi masyarakat.
Penerapan PP ini adalah pembangunan PDAM di seluruh Indonesia demi melayani
kebutuhan air bersih untuk kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan PDAM ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Mekanika Fluida”. Serta untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan air
di daerah Banjarmasin terutama pada PDAM Bandarmasih.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Penyediaan Air Bersih


Makhluk di dunia ini tanpa terkecuali sangat menggantungakan
hidupnya pada air. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makan dan
minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian , industri dan lain-lain.
Dengan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di
dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak
mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakikatnya
dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi
kebutuhan akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber –
sumber air yang ada di dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sangat
sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah langka akan
sumber air minum yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian.
Di mana-mana air sudah tercemar, dan ini berarti harus mempergunakan suatu
peralatan yang modern untuk mendapatkan air minum agar terbebas dari
berbagai penyakit.
Untuk membatasi penguraian selanjutnya, penulis akan membicarakan
tentang sumber-sumber air dan syarat-syarat air minum.

A. Sumber Air Minum


Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu
aliran yang di namakan ”cyclus Hydrologi”.
Untuk lebih jelasnya di gambarkan sebagai berikut:

4
Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di
permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin,
maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering
dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama
makin tinggi di mana temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan
titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir
ke dalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka peresapan akan
berkurang, dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat air ini. Jika
air ini ke luar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut mata air. Air
permukaan sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka
air akan berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak di
antaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus
hidrologi ini.
Sumber-sumber air :
1. Air laut
2. Air Atmosfir, air meteriologik.
3. Air permukaan
4. Air tanah

5
1. Air laut
Mempunyai sifat lain, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tak memenuhi
syarat untuk air minum.

2. Air atmosfir, air meteriologik


Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya
pengotoran udara yang di sebabkan oleh kotoran-kotoran industri/ebu dan
lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada
saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-
pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan mempunyai sifat
lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya
air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota
dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukan akan
berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis
pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.
Setelah mengalamin suatu pengotoran, pada suatu saat air
permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :

6
Udara yang mengandung Oksigen atau gas O 2 akan membantu mengalami
pengotoran, karena selama dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air
permukaan.
Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada
1. Sifat dan banyak pengotoran
- aliran sungai (cepat atau lambat);
- suhu/ temperatur ;
2. Kadar Oksigen yang terlarut.

Air permukaan ada 2 macam yakni :


a. Air sungai
b. Air rawa/ danau
a. Air sungai.
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

7
b. Air rawa/ danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat.
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya
kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O 2 kurang
sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan
air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.
Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di
tengah – tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula
dengan lumut yang ada pada permukaan rawa/ telaga.

4. Air Tanah.
Terbagi atas :
a. air tanah dangkal
b. air tanah dalam
c. mata air

8
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur
akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing – masing lapisan tanah. Lapis tanah di sini berfungsi sebagai saringan.
Di samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama
pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat
air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di mana air tanah ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan sumur dangkal ini
adalah :
1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3,00 m dari muka tanah, agar
pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan.
2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1 -1,5 m untuk
mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3. Pada lantai (sekelilingnya) harus diberi saluran pembuangan air kotor,
agar , air kotor dapat tersalurkan daan tidak akan mengotori sumur ini.
4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar.
5. Pada bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1,00 m.

9
Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur
air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik.
Kuantitas kurang cukup daan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam


Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan
bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalamn
(biasanya antara 100 - 300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar
dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak
dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu
pengeluaran air tanah dalam ini.
Kualitas dari air tanah dalam :
Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih
sempurna dan bebas dari bakteri.
Susunan unsur – unsur kimia tergantung pada lapis – lapis tanah yang dilalui.
Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena
mengandung Ca (HCO3 )2 dan Mg (HCO3 )2 . jika melalui batuan granit, maka
air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3).
Untuk mengurangi kadar Fe yang menyebabkan korosi itu harus
diadakan pengolahan dengan jalan aerasi yaitu memberikan kontak dengan
udara sebanyak-banyaknya agar Fe (OH3) dan (OH4) mengendap dan kemudian
disaring. Air sadah tidak ekonomis dalam penggunaanya, karena :
1) Terlalu boros dalam pemakaian sabun.
Hal ini disebabkan karena air sudah mengandung Ca++ yang jika bereaksi
dengan C1 7H3 5 (COO2) Ca yang menyebabkan tidak terbentuknya busa
sabun. Setelah Ca habis, barulah busa akan berbentuk.

2) Mengganggu pada ketel – ketel air karena terjadi reaksi :


Ca(HCO3 )2 ------ Ca CO3 + H2 O + CO2

10
Dengan terjadinya endapan CaCO3 sebagai batu ketel, maka hal ini sangat
mengganggu dalam pemindahan panas (ada beda suhu ) sehingga sering
terjadi ledakan pada ketel – ketel air atau sumbatan pada pipa – pipa.
Kualitas pada air tanah pada umumnya mencukupi (tergantung pada
lapisan keadaan tanah) dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim.

c. Mata air
Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hamper tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitas / kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah ) terbagi atas :
- rembesan, di mana air ke luar dari lereng – lereng.
- Umbul, di mana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran.

11
B. Syarat – Syarat Air Minum
Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar (patokan) yang pada
beberapa negara berbeda – beda menurut :
- Kondisi negara masing – masing.
- Perkembangan ilmu pengetahuan.
- Perkembangan teknologi

Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum, antara lain :


1. American drinking Water Standard.
2. British Drinking Water Standard; agak ketat.
3. W.H.O Drinking water Standard.

Dari segi kualitas Air minum harus memenuhi :


a. Syarat Fisik
- Air tidak boleh berwarna.

12
- Air tidak boleh berasa.
- Air tidak boleh berbau.
- Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk kurang lebih 250 C).
Syarat – syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan)
yang diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :
Kadar (bilangan) Kadar (bilangan)
yang diisyaratkan yang tak boleh
dilampaui
Keasaman sebagai PK 7,0 – 8,5 Di bawah 6,5 dan di
atas 9,5
Bahan – bahan padat Tak melebihi 50 mg/l Tak melebihi 1.500 mg/l
Tak melebihi 50
Warna (skala Pt CO) Tak melebihi kesatuan kesatuan
-
Rasa Tak mengganggu
-
Bau Tak mengganggu

b. Syarat – syarat kimia :


Air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
PH 7,0 - 8,5
Alkalinity -
NH3 - N ppm 0,5
NO2 - N ppm -
NO3 - N ppm 40
CL - ppm 200
SO4 ppm 200
KmnO4 cons. ppm 10
T.S. ppm -

13
T, Hardness -100 – 50
Ca++ ppm 75
Mg++ ppm 50
T.Fe ppm 0,3
T.Mn ppm 0,1
T.Cu ppm 1,0
T.Pb ppm 0,1
T.Cu ppm 1,0
T.Pb ppm 0,1
T.Zn ppm 5,0
T.Cr ppm 0,05
Cr6+ ppm -
T.Mg ppm -
T.As ppm 0,2
T.FF ppm 1,0
CN ppm 0,01
Phenol ppm 0,001
R Chlorine ppm -
T.Cd -
Radio -10-9 c/ml
Activity -10-8 c/ml
General -
Bacteria -
Caliform MPN 10
bacteria All year

c. Syarat – syarat bakteriologik :


Air minum tidak boleh mengandung bakteri –bakteri penyakit (patogen)
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri – bakteri golongan Coli
melebihi batas – batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli / 100 ml.air .
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.
Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :

14
- Bakteri typhsum.
- Vibrio colera
- Bakteri dysentria
- Entamoba hystolotica
- Bakteri enteritis (penyakit perut).
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi
(berhubungan) dengan kotoran manusia.
Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung
diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan
indikator bakteri golongan Coli.

2.2 Proses Pengolahan Air


Proses penjernihan air untuk mendapatkan air yang berkualitas telah
dilakukan oleh manusia beberapa abad yang lalu. Pada tahun 1771, di dalam edisi
pertama Encyclopedia Britanica telah dibicarakan fungsi filter (filtrasi) sebagai
sistem penyaring untuk mendapatkan air yang lebih jernih. Perkembangan
selanjutnya dari proses pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa
pembubuhan zat pengendap atau penggumpal (koagulan) dapat ditambahkan
sebelum proses penyaringan (filtrasi). Selanjutnya proses penggumpalan yang
ditambahkan dengan proses pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi)
serta menggunakan zat-zat organik dan anorganik adalah merupakan awal dari cara
pengolahan air. Kini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan cepatnya, telah
diciptakan / didesain sarana pengolahan air minum dengan berbagai sistem. Sistem
pengolahan air minum yang dibangun tergantung dari kualitas sumber air bakunya,
dapat berupa pengolahan lengkap atau pengolahan sebagian. Pengolahan lengkap
adalah pengolahan air minum secara fisik, kimia dan biologi, sedangkan pengolahan
sebagian adalah pengolahan air minum yang tidak menggunakan semua cara
tersebut, tetapi hanya salah satu atau dua cara saja. Pengolahan lengkap yang terdiri
dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi kemudian ditambahkan
chlorinasi disebut sebagai pengolahan air minum sistem konvensional, seperti yang
dipergunakan oleh hampir seluruh PDAM di Indonesia.

15
A. Pengertian Pengolahan Air
Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air
minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.
Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara,
yakni :
1. Pengolahan lengkap ata complete treatment process, yaitu air akan
mengalami pengolahan lengkap , baik fisik, kimiawi dan bakteriologik.
Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan
pengolahan, yaitu :
a. Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan
lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organic yang ada dalam
air yang akan diolah.
b. Pengolahan kimia, yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan
zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya
dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan dan sebagainya.
c. Pengolahan bakteriologik, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh/memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air
minum yakni dengan cara/jalan membubuhkan kaporit (zat desinfektant).
2. Pengolahan sebagian atau partial treatment process, misalnya diadakan
pengolahan kimiawi dan/atau pengolahan bakteriologik saja.
Pengolahan ini pada lazimnya dilakukan untuk :
a. Mata air bersih
b. Air dari sumur yang dangkal/dalam

B. Unit-unit Pengolahan Air


Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :
1. Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk
menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat

16
dimanfaatkan. Adapun bentuk dan konstruksi ini bergantung kepada jenis dan
macam sumber air yang kita tangkap. Fungsi dari bangunan penangkap air ini
sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran. Sedangkan
penanganan bangunan penangkap air ini ditujukan terhadap :

a. Kuantitas
• Pencatatan tingkah laku (keadaan) dari sumber asal air
• Pencatatan debit air pada setiap saat, sehingga dengan demikian akan
dapat mengetahui fluktuasi dari kuantitas air yang masuk
• Mengontrol/memeriksa peralatan pencatatan debit serta peralatan
lainnya (misalnya: pompa, saringan, pintu air) untuk menjaga
kontinuitas debit pengaliran
b. Kualitas
• Hal ini penting terutama terhadap kemungkinan pencemaran sumber
asal air yang kita ambil
• Pemeriksaan kualitas air pada sumber air secara periodic
Dengan demikian akan dapat diketahui ada tidaknya pencemaran.

2. Bangunan pengendap pertama


Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi.
Pada proses ini tidak ada pembunuhan zat/bahan kimia. Untuk instalasi
penjernihan air minum, yang air bakunya cukup jernih, tetapi sadah, bak
pengendap pertama tidak diperlukan. Penanganan pada unit ini terutama
ditujukan terhadap :
a. Aliran air
Harus dijaga supaya aliran air pada unit ini laminair (tenang), dengan
demikian pengendapan secara gravitasi tidak terganggu. Hal ini dapat kita
lakukan dengan mengatur pintu air masuk dan pintu air keluar pada unit
ini.
b. Unit instalasi

17
Hasil pengendapan pada unit ini adalah terbentuknya lumpur endapan
pada dasar bak. Untuk menjaga pada unit ini adalah terbentuknya lumpur
pada dasar bak. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan
pencegahan pembusukan lumpur endapan, maka secara periodic lumpur
endapan harus kita keluarkan. Peralatan untuk pembuangan lumpur harus
dikontrol/diperiksa setiap saat agar supaya tetap dapat bekerja secara
sempurna.
Selain pembuangan lumpur secara periodic tanpa menggangu jalannya
proses, maka bak endapan dan pencegahan pembusukan lumpur endapan
harus kita keluarkan secara total.

3. Pembuluh koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu
proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan
dengan sendirinya (secara gravimetris). Sesuai dengan nama dari unit ini,
maka unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai
dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat).
Alat pembubuh koagulan yang banyak kita kenal sekarang, dapat
dibedakan dari cara pembubuhannya.
a. Secara gravitasi, dimana bahan/zat kimia (dalam bentuk larutan) mengalir
dengan sendirinya karena gravitasi.
b. Memakai pompa (dosering pump), pembubuhan bahan/zat kimia dengan
bantuan pemompaan.
Di sini perlu kita perhatikan pada pembubuhan koagulan, adalah
perpipaan yang mengalirkan bahan/zat kimia supaya tidak tersumbat. Maka
perlu pemeriksaan secara teliti terhadap peralatan-peralatannya.
Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulan yaitu aluminium
sulfat. Biasanya disebu sebagai tawas. Bahan ini banyak dipakai karena
untuk menurunkan kadar karbonat. Bahan ini paling ekonomis (murah) dan
mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan. Bentuknya serbuk,
Kristal dank oral.

18
4. Bangunan pengaduk cepat
Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan
agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. Cara
pengadukannya dengan alat mekanis (motor dengan alat pengaduknya) dan
penerjun air (dengan bantuan udara bertekanan).
Yang perlu diperhatikan dalam pengadukan cepat adalah alat/cara
pengadukannya, supaya mendapat pengadukan yang sempurna dan sesuai
dengan yang kita inginkan.

5. Bangunan pembentuk flok


Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar
supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan
bahan/zat koagulan yang kita bubuhkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok-flok (partikel yang lebih
besar dan bisa mengendap dengan gravitasi) :
a. Kekeruhan pada baku air
b. Tipe dari suspended solid
c. pH
d. Alkalinity
e. Bahan koagulan yang dipakai
f. Lamanya pengaduka
Pada unit ini kita usahakan supaya tak terbentuk endapan flok.

6. Bangunan pengendap kedua


Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak
pembentuk flok. Pengendapan di sini dengan gaya berat flok sendiri
(gravitasi). Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak
pengendapan pertama. Aliran pada unit dijaga sedemikian rupa sehingga tetap
tenang.
Dengan teknologi modern
a. Unit pengaduk cepat
b. Unit pengaduk lambat

19
c. Unit pengendap kedua
Unit-unit tersebut di atas digabungkan menjadi satu unit tersendiri yang
kompak yang kita kenal dengan accelator clarifier (bak pengendapan) dan
pulsator clarifier.
Bak pengendapan adalah accelator clarifier

Sebagian kota-kota besar di Indonesia, instalasi air minum dibangun oleh


Degremont S.A. (perancis), antara lain Bandung, Jakarta, Surabaya, dan lain-
lain.
Cara kerja dari pulsator adalah sebagai berikut :
a. Valve A tertutup
b. Air naik pada ruangan vakum C
c. Air di bagian D dalam keadaan diam
d. Setelah air di vakum C mencapai S, kran udara A terbuka
e. Air di ruang vakum C turun dan masuk daerah B
f. Lumpur naik, dan sebagian terbuang ke B1
g. Air jernih di bagian atas akan mengalir ke saluran E

20
Kalau turunnya air di ruang vakum C sampai pada titik i, kran udara A
tertutup kembali.

7. Bangunan penyaring
Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter :
a. Saringan pasir lambat (slow sand filter)
b. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Dari bentuk bangunannya, saringan dikenal 2 macam :
a. Saringan yang bangunannya terbuka (grafity filter)
b. Saringan yang bangunannya tertutup (pressure filter)
Effluent dari bak pengendap (sedimentation basin) mengalir ke filter,
gumpala-gumpalan dan lumpur (flok) tertahan pada lapisan ata filter. Pada
saat-saat tertentu dimana hilangnya tekanan (loos of head) dari air di atas
saringan terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas
dari saringan, maka saringan akan dicuci kembali (back wash) dengan air
bertekanan di bawah.

21
Cara kerja dari filter :
a. Buka kran A, maka air akan mengalir ke filter dari bak yang mengendap
b. Buka kran B, air yang sudah disaring akan mengalir ke reservoir selam
operasi kran-kran yang lain ditutup
Cara kerja pencucian filter :
a. Tutup kran A
b. Tutup kran B pada saat air saringan turun dan tepat di bibir ambang
pelimpah
c. Buka kran C dan D
Maka air pencucian akan mengalir ke atas melaui batu-batu kerikil
dan pasir dan akan membersihkan lumpur-lumpur yang melekat pada lapis
atas dari pasir. Dan air yang kotor dengan lumpur-lumpur akan mengalir
keluar melaui pelimpah. Setelah dianggap bersih, kran A lalu dibuka,
sementara kran-kran yang lain masih dibiarkan tertutup.

22
Sebelum filter beroperasi kembali maka air dibiarkan mengalir
sebentar untuk mengalirkan kotoran-kotoran yang mungkin tertinggal. Kran
C dan D kemudian di tutup dan filter beroperasi kembali. Di Indonesia,
sebagian besar dari instalasi penjernihan air minum dibangun oleh Degremont
S.A. (Perancis), dan menggunakan system filter.
Macam saringan yang lain adalah pressure filter, yang banyak
digunakan untuk keperluan industry (pabrik). Biasanya berkapasitas kecil,
dalam tangki baja tertutup, dapat berbentuk horizontal atau vertical.

8. Reservoir
Air yang telah melaui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air
tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak
reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Untuk keperluan
pemakaian terbanyak pada jam 16.00-18.00 diperlukan tendon minimum 10
% debit perharinya.

9. Pemompaan

23
Keterangan : Prinsip Kerja Pompa
Pada posisi I klep seperti gambar, tekanan udara luar sama dengan
tekanan dalam tabung. Tekanan udara luar ini, tergantung dari ketinggian
tempat pompa dari permukaan air laut. Pada gambar II, volume udara dalam
tabung diperkecil hingga tekanannya menjadi lebih besar, akibatnya klep
mendapat tekanan, karena posisinya klep bawah menutup. Pada posisi ketiga,
volume udara dalam tabung diperbesar, tekanan memjadi lebih kecil, kedua
klep mendapat kelebihan tekanan dari arah luar. Karena posisinya, klep atas
menutup dan klep bawah membuka.
Dengan gerakan seperti tersebut berulang-ulang udara dalam tabung
makin lama berkurang akhirnya mendekati 0. Perbedaan tekanan udara luar
dan udara dalam tabung akhirnya menjadi:
Tekanan udara luar – udara dalam tabung = tekanan udara luar – 0 = tekanan
udara luar = 1 atm = 76 cmHg = 76 cm x 13,6 air = 10,33 m= 10m
Jadi daya hisap pompa = 1 atm = 10 m. Perlu diingat bahwa dalam hal
ini, makin kecil tekanan udara makin cepat kecepatan menguap air, dan
penyerapan air dipengaruhi temperature. Oleh karena itu, daya isap pompa
masih dikurangi dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Tekanan uap jenuh dari air.
b. Kehilangan tekanan karena gesekan dengan pipa (Hosen William).
c. Tergantung tekanan udara luar.
Tiga hal tersebut menentukan daya hidup pompa.

TEKANAN UAP JENUH


Temperatur Tekanan Temperatur Tekanan Temperatur Tekanan
Uap Uap Uap
32 0,204 100 2,91 170 13,83
40 0,281 110 2,95 180 17,33
50 0,411 120 3,91 190 21,55
60 0,591 130 5,13 200 26,52
70 0,838 140 6,67 205 29,46
80 1,170 150 8,68 210 32,58
90 1,61 160 10,95 212 33,90

24
Kehilangan Tekanan Karena:
Tekanan uap 0,6
Barometer rendah 1,2
Elevasi 1,8
Gesekan pipa 2,2
”Entrance lose” 0,3
Kecepatan 0,4
”Pump lose” 8,0
14,7

Daya hisapnya = 33 feet – 14,7 feet


= 18,3 feet = 6,1 m

C. Desinfeksi
Yang dimaksud dengan desinfeksi air minum adalah membunuh bakteri
pathogen (bakteri yang dapat menimbulkan bibit penyakit) yang ada dalam air
tersebut. Desifeksi air dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, yaitu :
1. Pemanasan
2. Penyinaran antara lain dengan sinar ultra violet
3. Ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver
4. Dengan asam atau basa
5. Senyawa-senyawa kimia
6. Chlorinasi
Diantara cara-cara tersebut di atas hanya chlorinasi yang dapat dijalankan
terhadap air minum secara ekonomis. Senyawa-senyawa chlor yang biasa
digunakan adalah :
1. Gas chlor (chlor cair)
2. Senyawa hypochlorite
Kalsium hypochlorite : Ca(OCl)2/kaporit
Kalsium hypochlorite : CaOCl (serbuk kelantang)

25
3. Senyawa sodium chlorite : NaClO2
Untuk Indonesia senyawa chlor yang banyak digunakan adalah gas chlor
dan kaporit. Proses pembubuhan chlor atau chlorinasi dan beberapa proses,
masing-masing tergantung kepada keadaan air bakunya dan maksud-maksud dari
pemakaian air selanjutnya.

Chlorinasi sederhana (simple or marginal chlorination)


Cara ini banyaknya atau dosis chlor yang diberikan hanya dikira-kira
sekita 0,2 – 0,5 ppm, atau kadang-kadang 1 ppm, tanpa pengecekan selanjutnya
kadar chlor yang tersisa dalam air minum. Cara ini tidak dapat dilakukan kalau
air bakunya mengandung banyak zat organik.

Chlorinasi dibantu dengan Amonia (chloramination)


Dengan cara ini digunakan jika air bakunya mempunyai baud an rasa
yang jauh melampaui batas-batas. Ammonia ditambahkan adalah untuk
memperbaiki bau dan rasa yang timbul pada saat chlor bereaksi dengan zat-zat
organic atau pada saat pembubuhan chlor terlalu banyak. Waktu kontak selama
dua jam. Ammonia dapat ditambahkan sebelum atau sesudah chlorinasi
tergantung keadaannya. Tujuan utamanya adalah pengaturan bau dan rasa,
ammonia sebaiknya diberikan lebih dahulu daripada chlor. Kadang-kadang chlor
harus diberikan lebih dahulu untuk membunuh kuman-kuman, dan bau diberikan
ammonia, yang akan menyebabkan sisa chlornya berakhir lama. Ammonia dapat
diberikan dalam bentuk senyawa ammonium sulfat (NH4)2SO4 atau gas.

BAB III
GAMBARAN UMUM

26
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih adalah badan
pengelola air minum di Kota Banjarmasin yang dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan air minum daerah Banjarmasin. Yang dimaksud dengan air bersih
adalah air bersih yang didistribusikan kepada masyarakat secara kontinyu dengan
kualitas, kuantitas serta tekanan yang memenuhi persyaratan. Agar pengelolaan air
minum dapat terlaksana dengan baik dan benar, diperlukan penerapan prosedur serta
sistim yang baik dan benar. Oleh karena itu pihak PDAM Kota Banjarmasin
diharapkan dapat mengelolanya dengan prosedur yang berlaku, baik dari segi
manajemen, pengelolaan keuangan, kapasitas produksi serta sistim
pendistribusiannya, sehingga kebutuhan masyarakat akan air minum dapat terpenuhi.
Selain itu tetap memperhatikan kemampuan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat
secara keseluruhan, sehingga pelayanan air minum dapat dinikmati secara merata
oleh masyarakat.
Sejarah dan perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih Kota
Banjarmasin dijelaskan sebagai berikut :

Tahun 1937 : Instalasi Air Minum yang mulai dibangun oleh Belanda pada tahun
1937, mulai difungsikan dengan sambungan sekitar 300 buah
dengan kapasitas 35 liter/ detik.

Tahun 1950 : Perusahaan yang semula bernama Water Leiding Deins berubah
menjadi Jawatan Air Minum, dibawah kementerian Departemen
Pekerjaan dan Tenaga.

Tahun 1960 : Status perusahaan berubah menjadi Seksi Saluran Air Minum
(SAM) Kotapraja Banjarmasin yang merupakan bagian dari Dinas
Usaha Pemerintah Kotapraja.

Tahun 1964 : Dimulai pembangunan pengembangan dan rehabilitasi Saluran Air


Minum dengan dana bantuan Pemerintah Perancis, dengan
kapasitas 275 liter/ detik.

Tahun 1972 : Pengoperasian instalasi baru dengan debit awal 150 liter/ detik,
dengan jumlah pelanggan 800 buah.

27
Tahun 1973 : Berdirinya PDAM

Tahun 1976 : Dengan diserahkannya instalasi tersebut kepada Pemerintah


Daerah Tingkat II Banjarmasin, status perusahaan berubah menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Banjarmasin.

Tahun 1983 : Dimulainya operasi lima buah sumur bor instalasi Km. 24 yang
dihibahkan oleh PPSAB Kalimantan Selatan pada PDAM
Banjarmasin dengan kapasitas 60 liter/ detik.

Tahun 1986 : Dilakukan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air A. Yani


dari 275 liter/ detik menjadi 416 liter/ detik.

Tahun 1987 : Pembangunan Mini Treatment Plan di jalan Kayutangi Ujung


dengan kapasitas 12,5 liter/ detik dan di tahun 1990 ditambah 7,5
liter/ detik dari PPSAB Kalimantan Selatan sehingga menjadi 20
liter/ detik untuk pelayanan air bersih di Banjar Utara dan
Perumnas Kayutangi khususnya.

Tahun 1989 : Berdasarkan Peraturan Daerah TK. II Banjarmasin No. 12 tahun


1976, Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Banjarmasin
berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih
Kotamadya Dati II Banjarmasin.

Tahun 1989 : Pembangunan Mini Treatment Plan dengan kapasitas 20 liter/ detik
di jalan Sutoyo untuk wilayah Banjar Barat.

Tahun 1990 : Pembangunan Mini Treatment Plan di daerah jalan S.Parman dan
Pasar Pagi dengan kapasitas masing-masing 20 liter/ detik untuk
melayani wilayah Banjar Utara dan hotel-hotel berbintang.

Tahun 1991 : Pembangunan satu buah sumur bor di daerah Landasan Ulin
dengan kapasitas 10 liter/ detik untuk melayani Bandara Samsudin
Noor dan jalan A. Yani.

Tahun 1992 : Pembangunan Mini Treatment Plan dengan kapasitas 20 liter/ detik
di daerah S. Lulut untuk melayani wilayah Perumnas Pemurus
Luar.

28
Tahun 1992 : Mulai dibangun Intake Pematang Panjang dan Instalasi Pengolahan
Air berikut jaringan pipa primer dan skunder dengan kapasitas 500
liter/ detik.

Tahun 1995 : Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air di jalan Pramuka dengan


kapasitas 500 liter/ detik untuk pelayanan Banjar Timur dan Banjar
Selatan.

Tahun 1996 : Pembangunan dua buah reservoir dengan kapasitas 6.000 m3


berikut jaringan pipa transmisi dan distribusi untuk melayani
wilayah Banjar Barat dan Banjar Utara.

Tahun 2000 : Tahun 2000 SK Walikota Banjarmasin No. 9151 Tahun 2000 yang
Menyatakan bahwa pembinaan UPT PAL (Pengolahan Air Limbah)
dibawah PDAM Bandarmasih. UPT. PAL tersebut mulai
dibangunan pada tahun 1998.

Tahun 2002 : • IPA Sumur Bor Km 24 Landasan Ulin diserahkan kepada


PDAM Kab. Banjar dalam rangka Penyertaan Modal dan.
Pemindahan MTP 60 lt/dt dari Sutoyo dan S.Parman ke IPA
A.Yani, sehingga total kapasitas IPA A.Yani adalah 526 lt/dt
• Peningkatan suplai air baku menjadi 520 lt/det dengan
pekerjaan rehab intake Sungai Bilu dan pengadaan-
pemasangan pipa transmisi Ø 630 mm panjang 1.200
meter dari Intake S.Bilu s/d IPA A.Yani.

• Penambahan kapasitas suplai air baku sebesar 400 lt/det


dengan pekerjaan rehabilitasi intake Sungai Tabuk dan
pengadaan-pemasangan pipa transmisi Ø 630 mm
sepanjang 2.954 meter dari Intake Emergensi Sungai Ulin
sampai dengan waduk pilot schem danØ dilanjutkan
pekerjaan pemasangan pipa Ø 1000 mm sepanjang 1.700
meter mulai dari Intake Sungai Tabuk s/d Intake Pilot
Scheme

Tahun 2003 : • Tahun 2003 Peningkatan Kapasitas Intake Sei Tabuk

29
menjadi 900 lt/det, berupa lanjutan sisa pekerjaan Tahap I
beserta pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa
transmisi Ø 800 mm sepanjang 3.700 meter

• Penerapan Sistem Informasi Manajemen Terpadu

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri


yang terus meningkat di kota Banjarmasin, maka keperluan akan air minum juga
terus bertambah. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Banjarmasin sebagai
badan pengelola air minum di kota ini, dituntut untuk dapat menyediakan sarana air
minum yang memadai, yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan derajat
kesehatan masyarakat serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara umum rencana pengembangan kota Banjarmasin akan memberikan
masukan terhadap PDAM dalam mengembangkan wilayah pelayanan sesuai dengan
arah kebijakan pengembangan wilayah.
Rencana pengembangan pemukiman penduduk diarahkan ke arah luar dari
pusat kota, yaitu ke arah utara dan selatan serta sebagian timur sehingga secara
otomatis akan menimbulkan demand yang tinggi akan air bersih, dalam hal ini
merupakan peluang PDAM untuk sesegera mungkin melakukan pengembangan
jaringan distribusi air sebelum ada pesaing atau alternatif lain untuk mendapatkan air
bersih.
Melakukan inventarisasi terhadap klasifikasi konsumsi penggunaan air
domestik dan non domestik pada daerah pemukiman di pusat kota sehubungan
dengan adanya pemindahan pemukiman dan pengembangan ke arah luar dari pusat
kota.
Rencana pengembangan BMA, kawasan industri dan niaga di daerah
pelabuhan Trisakti serta terminal peti kemas juga memerlukan suplai air bersih yang
memadai, untuk itu PDAM harus melakukan recognaise terhadap klasifikasi dan
jumlah industri yang akan dibangun sehingga dapat diperkirakan kebutuhan akan air
bersih pada daerah tersebut.
PDAM bandarmasih mengambil air baku dari beberapa sumber air, yaitu sungai.
Adapun sungai yang dijadikan sumber air baku:
1. Air baku dari sungai bilu, dengan kapasitas intake 520 lt/dt.

30
2. Air baku dari sungai Tabuk, dengan kapasitas intake 900 lt/dt.
3. Air baku dari irigasi Riam Kanan Pematang Panjang, dengan kapasitas intake
1.000 lt/dt.
4. Air baku dari Sungai Lulut, dengan kapasitas intake 40 lt/dt.
Berdasarkan kunjungan kami di PDAM bandarmasih pada IPA 1 dan IPA 2 :
• Pada instalasi pengolahan air (IPA) di jalan A. yani km 2 Banjarmasin,
dengan kapasitas 560 lt/det.Sumber air baku yang diproduksi yaitu berasal
dari sungai bilu dan sebagian dari sungai tabuk. IPA 1 ini melayani distribusi
air minum ke wilayah banjarmasin barat dan banjarmasin utara.
• IPA dijalan pramuka, dengan kapasitas 1000 lt/det. sumber air bakunya
berasal dari Intake Sungai Tabuk, Intake pematang panjang. IPA ini
melayani distribusi air minum ke wilayah Banjarmasin Timur ,
Banjarmasin Selatan dan sekitarnya.

Kapasitas air baku di PDAM Bandarmasih adalah 3.150 lt/dt dengan


kapasitas produksi 1.071 lt/dt. Sistem pendistribusiannya menggunakan sistem
perpompaan dengan memenfaatkan reservoir sebagai sarana penampung. Jaringan
pipa transmisi dan distribusi menggunakan pipa berdiameter 50 mm sampai 950 mm
dengan panjang keseluruhan 731.588 meter. Sedangkan bahan pipa yang
dipergunakan jenis PVC, ACP, DIP, Steel Pipe dan GRP. Jaringan Pipa Distribusi
dibagi dalam tiga jenis:
1. Jaringan pipa distribusi primer meliputi ∅ 200 – 850 mm
2. Jaringan pipa distribusi sekunder melipiti ∅ 100 – 150 mm
3. Jaringan pipa distribusi tersier meliputi ∅ 50 – 75 mm

31
Untuk peningkatan perluasan sistem jaringan distribusi, pelaksanaannya
bersamaan dengan kegiatan perbaikan eksisting, yaitu berupa penggantian pipa
distribusi dan pipa transmisi. Investasi diatas dilakukan secara bertahap mulai tahun
2006 sampai dengan 2016

32
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 IPA 1 A. YANI


Instalasi pengolahan air (IPA) di jalan A. Yani km.2 Banjarmasin
dengan kapasitas 560 lt/det. Menetapkan sungai Bilu dan Sebagiannya dari
sungai Tabuk sebagai sumber air baku. Proses pengolahan air bersih di IPA 1
A. Yani yaitu sebagai berikut:

Kapur / GAS
Soda Ash KHLOR Kapur / Soda Ash

PAC
LIQUID Kaporit
BANGUNAN Rerservoir
PULSATOR
Ke
Pelanggan

FLASH MIXING / Booster


Intake BAK PENERJUNAN Lumpur Filter Pump

Bak Penampung
Lumpur

Diagram Pengolahan IPA 1 A. Yani


Skema Instalasi Pengolahan Air Pada IPA 1 A. Yani

Air yang di ambil dari sumber air baku (intake), air tersebut
kemudian di alirkan melalui pipa menuju bak penerjunan sambil di tambahkan
PAC lalu di tampung dalam bak penerjunan. fungsi PAC itu sendiri adalah
sebagai koagulan agar terbentuk flok-flok. Flok-flok tersebut menggumpal dan
mengendap ke dasar wadah.

33
Di dalam bak penerjunan terjadi sistem pengadukan cepat dan
ditambahkan bubuhan kapur /soda Ash dan gas khlor yang berfungsi sebagai
koagulan dan desinfektan. Air yang telah melewati bak penerjunan kemudian di
alirkan menuju pulsator. Di dalam pulsator terjadi proses pemisahan air dengan
lumpur yang menghasilkan air bersih dan lumpur. air yang bersih yang telah
lepas dari parikel lumpur tadi kemudian di lanjutkan ke treatment selanjutnya
yaitu pemisahan dengan mengunakan media filter. filter yang digunakan yaitu
pasir kuarsa karena pasir kuarsa memiliki partikel yang lebih besar. air yang telah
melalui treatment filter tersebut kemudian menghasilkan air yang lebih bersih lagi
dan lumpur. sama hal nya dengan pulsator. lumpur yang tersisa dari kedua
treatment tersebut kemudian dialirkan ke dalam bak penampungan.
Air yang telah melalui beberapa langkah tersebut kemudian di alirkan
kembali menuju rersevoir. Reservoir itu sendiri adalah sebagai penampungan air
sebelum di distribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih. tetapi sebelum
menuju reservoir air tersebut di bubuhi kaporit dan soda abu. Kemudian air ini
didistribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih dengan bantuan booster
pump.

4.2 IPA 2 PRAMUKA


IPA di jalan pramuka, dengan kapasitas 1000lt/det, dengan
sumber air baku berasal dari intake Sungai Tabuk, dan intake pematang
penjang. Proses pengolahan air bersih di IPA jalan Pramuka adalah sebagai
berikut:

34
Kapur / GAS
Soda Ash KHLOR Kapur / Soda Ash

PAC
LIQUID Kaporit
Rerservoir
Claryflocculator
Ke
Pelanggan

FLASH MIXING / Booster


Intake BAK PENERJUNAN Lumpur Filter Pump

Bak Penampung
Lumpur

Diagram
Skema Pengolahan
Instalasi IPA
Pengolahan Air2 IPA
Pramuka
2 Pramuka
Air yang di ambil dari sumber air baku (intake), air tersebut
kemudian di alirkan melalui pipa menuju bak penerjunan sambil di bubuhi PAC
lalu di tampung dalam bak penerjunan. fungsi PAC itu sendiri adalah sebagai
koagulan agar terbentuk flok-flok. Flok-flok tersebut menggumpal dan mengendap
ke dasar wadah.
Di dalam bak penerjunan terjadi sistem pengadukan cepat dan
ditambahkan bubuhan kapur /soda Ash dan gas khlor yang berfungsi sebagai
koagulan dan desinfektan. Air yang telah melewati bak penerjunan kemudian di
alirkan menuju claryflocculator. di dalam claryflocculator. Bak clariflokulator
adalah campuran dari alat Clarifier (pengendap) dan koagulator-flokulator yang
terdiri dari proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Koagulasi adalah proses
penambahan koagulan dalam air limbah dengan pengadukan secara cepat guna
mendestabilisasikan koloid dan solid tersuspensi yang halus, dan masa inti partikel
kemudian membentuk jonjot kemudian mengendap. Sedangkan flokulasi adalah
proses terbentuknya flok dengan pengadukan lambat untuk menggabungkan partikel
koloid yang telah didestabilisasi membentuk flok yang mudah mengendap. Di sini
terjadi prose pemisahan air dengan lumpur yang menghasilkan air bersih dan
lumpur. air yang bersih yang telah lepas dari parikel lumpur tadi kemudian di
lanjutkan ke treatment selanjutnya yaitu pemisahan dengan mengunakan media

35
filter. Filter yang digunakan yaitu pasir kuarsa karena pasir kuarsa memiliki
partikel yang lebih besar. Air yang telah melalui treatment filter tersebut
kemudian menghasilkan air yang lebih bersih lagi dan lumpur. sama hal nya dengan
pulsator. lumpur yang tersisa dari kedua treatment tersebut kemudian dialirkan
ke dalam bak penampungan.
Air yang telah melalui beberapa langkah tersebut kemudian di alirkan
menuju rersevoir. Reservoir itu sendiri adalah sebagai penampungan air sebelum
di distribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih. tetapi sebelum menuju
reservoir air tersebut di bubuhi kaporit dan soda abu. Setelah berada di reservoir
air ini didistribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih dengan bantuan
booster pump.

4.3 Hasil Analisa Kualitas Air

36
No. Ref : FI-01/PROD/01/ 08 Rev.0
Sampel : Air Baku dan Distribusi IPA. A. Yani
Analist : Agus Salim, Ramdhani Agustini dan Nani Meiharni Wijaya
Bulan : JANUARI 2008

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Rata - Rata


PARAMETER SATUAN PERSYARATAN
BAKU BERSIH BAKU BERSIH BAKU BERSIH BAKU BERSIH BAKU BERSIH
BAKTERIOLOGI
E.coli atau fecal coli Jmlh per 100 mL sampel 0 - - - - - - - 0 - -
Total Bakteri Coliform Jmlh per 100 mL sampel 0 - - - - - - - 0 - -

KIMIA
Kromium mg/l 0,05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Nitrat (sebagai NO3) mg/l 50 1.9 2.3 0.3 1.0 0.7 1.1 0.0 1.0 0.7 1.4
Nitrit (sebagaiNO2) mg/l 3 0.001 0.003 0.018 0.003 0.000 0.004 0.007 0.004 0.007 0.004
Ammonia mg/l 1.5 0.39 0.05 0.49 0.10 0.39 0.14 0.59 0.09 0.49 0.11
Alumunium mg/l 0.2 0.18 0.00 0.01 0.00 0.11 0.02 0.13 0.02 0.11 0.01
Klorida mg/l 250 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Copper mg/l 1,0 0.01 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01
Kesadahan mg/l 500 60.06 60.06 56.06 60.06 54.05 58.06 50.05 58.06 55.06 59.06
Besi mg/l 0.3 1.88 0.02 2.61 0.02 1.67 0.01 1.74 0.02 1.98 0.02
pH 6,5-8,5 6.9 7.0 6.9 7.1 6.8 7.0 6.9 7.1 6.9 7.1
Sulfat mg/l 250 15 10 22 13 22 16 13 12 18 13
Total Organik (KMnO4) mg/l - 24.65 7.58 26.54 7.58 24.65 15.80 25.28 11.38 25.28 10.59
Kalsium ( Ca sebagai CaCO3) mg/l - 24.02 24.02 34.03 28.03 24.02 20.02 24.02 34.03 26.52 26.53
Magnesium ( Mg) mg/l - 8.76 8.76 5.35 7.78 7.30 9.24 6.33 5.84 6.93 7.91
Karbon dioksida bebas (CO2) mg/l - 16.72 7.92 19.36 9.68 12.32 6.16 16.72 9.68 16.28 8.36
Sisa Klor (Cl2) mg/l - - 0.80 - 0.27 - 0.07 - 0.10 - 0.31
Posphat (PO4) mg/l - 0.59 0.28 0.32 0.12 0.24 0.10 0.38 0.18 0.31 0.17
Alkalinity (CaCO3) mg/l - 42 40 34 40 34 40 42 46 38 42

FISIK
Warna Pt - Co 15 228 13 369 2 229 3 502 5 332 6
Rasa dan Bau - - - - - - - - - - - -
Temperatur °C normal ± 3°C 28 28 27.5 27.5 28 28 - - 27.8 27.8
Daya Hantar Listrik (DHL) S - - - - - - - - - - -
Kekeruhan NTU 5 31.30 0.71 51.60 0.55 28.20 0.41 88.70 0.51 49.95 0.55
Persyaratan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 27 Juli 2002

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

37
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang kami peroleh dari kunjungan ke Perusahaan


Daerah Air Minum Bandarmasih, yaitu:

• Instalasi pengolahan air (IPA) di jalan A. Yani km.2 Banjarmasin


dengan kapasitas 560 lt/det. Menggunakan sungai Bilu dan Sebagiannya
dari sungai Tabuk sebagai sumber air baku. Proses pengolahan air
bersih di IPA 1 A. Yani yaitu sebagai berikut: Air baku diambil dari
sungai (intake) dialirkan menuju bak penerjunan dengan ditambahkan PAC.
Setelah itu dialirkan ke bangunan pulsator, di sini terjadi terjadi proses
pemisahan air dengan lumpur yang menghasilkan air bersih dan lumpur.
Lumpur tersebut mengendap dan sitampung ke dalam bak penampung
lumpur. Sedangkan air bersih tadi dialirkan menuju filter untuk proses
penyaringan selanjutnya dengan mengunakan saringan pasir kuarsa. Air yang
telah dihasilkan sebelum didistribusikan oleh pelanggan terlebih dahulu
diberikan disenfektan berupa kaporit ataupun soda abu. Kemudian air ini
ditampung di reservoir untuk selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan
PDAM Bandarmasih dengan bantuan booster pump.

• IPA di jalan pramuka, dengan kapasitas 1000lt/det, dengan sumber air


baku berasal dari intake Sungai Tabuk, dan intake pematang penjang.
Proses pengolahan air bersih di IPA jalan Pramuka adalah sebagai
berikut: Air baku diambil dari sungai (intake) dialirkan menuju bak
penerjunan dengan ditambahkan PAC. Setelah itu dialirkan ke bangunan
clariflokulator, di sini terjadi terjadi proses pemisahan air dengan lumpur
yang menghasilkan air bersih dan lumpur. Lumpur tersebut mengendap
dan sitampung ke dalam bak penampung lumpur. Sedangkan air bersih tadi
dialirkan menuju filter untuk proses penyaringan selanjutnya dengan
mengunakan saringan pasir kuarsa. Air yang telah dihasilkan sebelum
didistribusikan oleh pelanggan terlebih dahulu diberikan disenfektan berupa
kaporit ataupun soda abu. Kemudian air ini ditampung di reservoir untuk

38
selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan PDAM Bandarmasih dengan
bantuan booster pump.

5.2 Saran

Untuk lebih mengefektifkan hasil dari kegiatan kunjungan lapangan ini


hendaknya lebih diperbanyak lagi pemandu guna membantu mahasiswa-mahasiswa
dalam mempelajari dan memahami setiap proses dalam pengolahan air minum yang
ada di PDAM Bandarmasih.

39
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pu.go.id/balitbang/sni/produkpenetapan/CD%20PUSKIM%20diseminasi
!/Air%20Bersih/Revisi%20SNI%2003-3981-1995-P.pdf

http://www.wasapindonesia.org/files/WASAP%20B/Master%20Modul%20PRATAM
A/Volume%201/TEKNIK/1.4.%20Manajemen%20Pemeliharaan%201/Sedime
ntasi.pdf

http://www.sanitasi.or.id/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=74
&Itemid=86

http://www.pu.go.id/balitbang/sni/produkpenetapan/CD%20PUSKIM%20diseminasi
!/Sosialisasi%20LP/Teknologi%20Air%20Bersih.pdf

http://www.pu.go.id/balitbang/sni/produkpenetapan/CD%20PUSKIM%20diseminasi
!/Air%20Bersih/Revisi%20SNI%2003-3981-1995-P.pdf

40
LAMPIRAN

41
42

You might also like