You are on page 1of 13

DEFINISI Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang

usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus 2) berak-berak meperet 3) tinja mengandung darah dan lendir.

2. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia pada Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 38 - 48 orang penderita diare berat, ditemukan 5% shigella. Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%).

3. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI

Manusia merupakan host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya. Etiologi dari disentri ada 2, yaitu : 1) Disentri basiler, disebabkan olehb Shigella,s p. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari

shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. 2) Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba Hystolitica. E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit (Haematophagous Trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

4. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

A. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi yang mengandung leukositpolym or fonuclear (PMN) dan darah.

Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap PH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri,dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5 cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum. B. Disentri amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis. 5. 5. CARA PENULARAN Disentri merupakan penyakit yang endemis di Indonesia ini memeiliki tahap-tahap penularan sebagai berikut:

Seperti pada bakteri Shigella spp, memiliki cara penularan adalah secara oro- faecal. Maksudnya adalah cara kontak langsung (person to person). Inilah sebabnya penyakit ini disebut hand washing disease Beberapa spesies Salmonella yang bukan S. typhi, S. para-typhi A dan B dapat menyebabkan diare invasif. Seperti diketahui Salmonella merupakan penyaldt zoonosis, hewan dan unggas merupakan reservoir penyakit ini, .dan manusia tertular melalui makanan, daging, unggas dan telur. Pada Campylobacter spp, penularannya adalah melalui unggas atau memakan daging unggas, atau terkontaminasi oleh tinja unggas yang mengandung Campylobacter spp, .

4. PENGOBATAN

Disentri Basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.

Cairan Dan Elektrolit

Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet

Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Pengobatan spesifik

Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan jenis yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kuma terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan trimetoprim- sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karena tidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler. Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari. Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.(6)

7. PENCEGAHAN Disentri Amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 500C selama 5 menit.

Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.(2) Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih Demam Typhoid Definisi Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typhoid atau dalam bahasa kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tifus/tifes merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Selain oleh Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi namun gejalanya jauh lebih ringan. Kuman ini umumnya terdapat dalam air atau makanan yang ditularkan oleh orang yang terinfeksi kuman tersebut sebelumnya. Penyakit ini umumnya disebarkan secara antar manusia, karena bakteri ini reservoir utamanya bukan pada hewan. Kontaminasi oleh faeces manusia merupakan penyebab utama penyebaran dan melalui air yang terkontaminasi. Demam typhoid saat ini masih sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Lebih dari 13 juta orang terinfeksi kuman ini di seluruh dunia dan 500.000 diantaranya meninggal dunia. Gejala Demam Typhoid Masa inkubasi penyakit ini antara satu sampai dua minggu dan lamanya penyakit dapat mencapai enam minggu. Beberapa gejala yang dialami pasien antara lain :

Sakit kepala yang luar biasa. Penurunan nafsu makan. Nyeri nyeri pada seluruh tubuh. Demam. Lemah. Diare.

Penderita demam typhoid dapat mengalami demam sampai dengan 40 derajat Celsius. Beberapa pasien dapat mengalami sesak nafas, nyeri pada perut dan ketidaknyamanan lainnya. Jika tidak ada komplikasi maka penyembuhan akan terjadi pada minggu ke 3 dan 4.

Sekitar 10% pasien yang sudah dinyatakan sembuh akan mengalami kekambuhan setelah dua sampai tiga minggu kemudian. Penyebab dari kekambuhan ini belum dapat dipastikan namun hal ini terjadi umumnya pada pasien yang mendapat pengobatan antibiotika. Epidemiologi Distribusi dan penyebaran penyakit Typhoid Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun. demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Etiologi Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 56C dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu. Patogenesis Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di organ-organterutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. Mekanisme penularan Bagaimana sih seseorang bisa mengalami demam typhoid? Kuman typhoid masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air yang kita konsumsi. Seorang penderita typhoid dapat mencemari air di sekitarnya melalui kotoran yang penuh dengan kuman typhoid. Air yang tercemar ini bila digunakan untuk mengolah makanan maka makanan pun akan ikut tercemar terutama makanan yang tidak dimasak dengan baik. Tidak semua penderita typhoid mengalami gejala yang kasat mata, banyak diantaranya yang

walaupun terinfeksi tetapi tidak merasakan apa apa. Nah, mereka inilah yang berbahaya sebab mereka dapat menulari orang lain sementara karena tidak merasakan sakit, mereka enggan untuk ke dokter berobat. Orang orang seperti ini dikenal dengan nama carier. Kuman typhoid berkembang biak dan bertambah banyak di dalam kandung empedu dan hati yang selanjutnya masuk ke dalam usus. Hebatnya, kuman ini mampu bertahan berminggu minggu di dalam air atau kubangan yang telah kering. Bagaimana kuman typhoid dapat menyebabkan penyakit? Setelah memakan makanan yang terkontaminasi, kuman typhoid selanjutnya masuk ke dalam usus halus lalu ke pembuluh darah. Di dalam pembuluh darah, kuman typhoid dibawa oleh sel darah putih menuju hati, limpa dan sumsum tulang. Kuman selanjutnya bertambah banyak pada organ organ ini lalu kembali ke pembuluh darah. Saat inilah penderita typhoid akan merasakan gejala demam. Berikutnya kuman akan memasuki kandung empedu lalu jaringan getah bening usus. Disini kuman akan berkembang biak semakin banyak. Lalu kuman juga akan menembus dinding usus dan bercampur dengan kotoran. Cara penanggulangan / Control Disease Merupakan suatu kegiatan yang sifatnya komprehensif dalam rangka menghentikan penyakit yang sedang berlangsung dan mencegah suaya penyakit tidak terjadi. Oleh karena itu prinsip dari Control Disease adalah tindakan terhadap: Penderita

penderita harus segera diberi pengobatan untuk menghindari penularan ke orang lain. Penderita sebaiknya diberi edukasi/pendidikan tentang penyakit yang dialaminya, agar ia dapat mengontrol dirinya sendiri untuk berperilaku sehat dan dapat mencegah penularan.

Contak person

Personal Higiene makan makanan yang bersih dan sehat, makan secara teratur Demam typhoid diobati dengan antibiotika yang dapat membunuh kuman Salmonella Vaksin typhoid sudah tersedia namun di Indonesia masih sangat jarang ditemukan. Meningkatkan imunitas dengan olahraga secara teratur, istirahat cukup, gizi seimbang, dll. Mengolah makanan secara higienis dan harus dimasak dengan baik.

Lingkungan

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar Membuang sampah pada tempatnya Mengelola saluran pembuangan air dengan baik agar tidak mencemari air yang lain.

Kegiatan tersebut harus dilakukan secara bersama-sama, dengan tujuan segera memutus mata rantai penularan. Dan semua itu kembali lagi ke personal nya, butuh kesadaran dari penderita untuk melakukan control tersebut.

Pencegahan Dua dasar tindakan yang dapat melindungi manusia dari demam tifoid: 1. Menghindari makanan dan minuman berisiko. 2. Mendapatkan divaksinasi terhadap demam tipus. Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara penularan dan faktor resikonya. Bakteri S typhi menular melalui jalur oro-fekal, artinya bakteri masuk melalui makanan atau minuman yang tercermar oleh feses yang mengandung S typhi. Di negara endemis seperti Indonesia, faktor resikonya antara lain makan makanan yang tidak disiapkan sendiri di rumah (karena tidak terjamin kebersihannya), minum air yang terkontaminasi, kontak dekat dengan penderita tifoid, sanitasi perumahan yang buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. (6) Oleh karena itu, pencegahan yang paling sederhana adalah dengan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, menyiapkan makanan sendiri, tidak buang air besar sembarangan (di negara kita masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban sendiri), memasak makanan terlebih dahulu, bijak dalam menggunakan antibiotik. (6) Selain hal-hal di atas, saat ini sudah tersedia vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular/disuntikkan ke dalam otot. Menurut FDA Amerika, efektivitas kedua vaksin ini bervariasi antara 50-80 %. (6) Vaksin hidup Ty21A diberikan kepada orang dewasa dan anak yang berusia 6 tahun atau lebih. Vaksin ini berupa kapsul, diberikan dalam 4 dosis, selang 2 hari. Kapsul diminum dengan air dingin (suhunya tidak lebih dari 37 oC), 1 jam sebelum makan. Kapsul harus disimpan dalam kulkas (bukan di freezer). Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada orang dengan penurunan sistem kekebalan tubuh (HIV, keganasan). Vaksin juga jangan diberikan pada orang yang sedang mengalami gangguan pencernaan. Penggunaan antibiotik harus dihindari 24 jam sebelum dosis pertama dan 7 hari setelah dosis keempat. Sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil. Vaksin ini harus diulang setiap 5 tahun. Efek samping yang mungkin timbul antara lain, mual, muntah, rasa tidak nyaman di perut, demam, sakit kepala dan urtikaria. (6) Vaksin polisakarida Vi dapat diberikan pada orang dewasa dan anak yang berusia 2 tahun atau lebih. Cukup disuntikkan ke dalam otot 1 kali dengan dosis 0,5 mL. Vaksin ini dapat diberikan kepada orang yang mengalami penurunan sistem imun. Satu-satunya kontra indikasi vaksin ini adalah riwayat timbulnya reaksi lokal yang berat di tempat penyuntikkan atau reaksi sistemik terhadap dosis vaksin sebelumnya. Vaksin ini harus diulang setiap 2 tahun. Efek samping yang mungkin timbul lebih ringan dari pada jika diberikan vaksin hidup. Dapat timbul reaksi lokal di daerah penyuntikkan. Tidak ada data yang cukup untuk direkomendasikan kepada wanita hamil. 1. A. DEFINISI Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari), perubahan bentuk dan konsistensi

tinja menjadi lembek dari biasanya, disertai muntah-muntah, sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuhnya (dehidrasi) yang pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segera dapat menyebabkan kematian. 1. B. EPIDEMIOLOGI Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita disebabkan oleh diare. Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan12 bulan. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Di Afrika anak-anak terserang infeksi diare 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya yang mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%. 1. C. DISTRIBUSI 1. Berdasarkan umur Sekitar 80 % kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun, data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang total episode diare pad abalita sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia dibawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun. 1. Berdasarkan tempat Distribusi penyakit diare di Indonesia pada tahun 2005 banyak ditemukan di propinsi Nusa Tenggara Timur dengan CFR 1,28 %. 1. Berdasarkan waktu Distribusi penyakit diare di Indonesia sering ditemukan pada musim pancaroba (perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau). 1. D. MEKANISME PENULARAN 1. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi 2. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air. 3. Pembuangan tinja yang tidak higienis. 4. E. ETIOLOGI 1. Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman 2. Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta jonjot-jonjot (villi) usus halus. 3. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya masih belum baik

2.

3. 4. 5.

4. Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik. 5. Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus. 6. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare. Penyakit diare selain disebabkan oleh virus juga disebabkan oleh agentnya berupa bakteri seperti vibrio cholerea, E.coli, Salmonella paratyphi adalah sebagai berikut: 1. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. 2. Di dalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang dapat lolos sampai kedalam usus duabelas jari (duodenum). 3. Didalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus. 4. Dengan memproduksi enzim mucinase bakkteri berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran (dinding) sel epitel 5. Didalam membran bakteri mengeluarkan toksin (racun) yang disebut sub unit A dan sub unit B 6. Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan bersentuhan dengan membran sel, serta mengeluarkan CAMP (Cyclic Adenosine Monophosphate) 7. CAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi dan menghambat cairan usus di bagian apikal villi, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. 8. Sebagai akibat adanya ransangan sekresi cairan yang berlebihan tersebut, volume cairan di dalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus akan mengakibatkan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan kebawah atau ke usus besar. Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan, contoh : Giardia lamblia, Entamoeba histolityca. Reaksi obat, contoh : antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium. Menurut Sumirat, penyakit diare selain disebabkan oleh bermacam- macam faktor juga sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan oleh masyarakat, adapun macam- macam faktor yang mempengaruhi dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Air sebagai penyebar mikroba patogen. b) Air sebagai sarang insekta dan penyebar penyakit. c) Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik. d) Air sebagai sarang hopses sementara penyakit.

Penyebab lain yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi, alergi makanan khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu), kurang penyediaan air bersih serta faktor musim dan geografi tertentu. Penyakit ini hanya bisa menyebar apabila mikro organisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. 1. F. CARA PENANGGULANGAN (CONTROL) 1. Pada penderita 1. Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. 2. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI. 3. Garam oralit. 2. Contact person 1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting : sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan. 2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merbus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi. 3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, dll). 4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. 3. Lingkungan

Kolera

Pencegahan Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Dengan tidak adanya pengolahan limbah yang memadai, pedoman berikut harus diikuti untuk mengurangi kemungkinan infeksi:

Rebus itu. Minum dan sikat gigi hanya dengan air yang telah direbus atau diobati dengan tablet klorin atau yodium. Aman minuman termasuk kopi dan teh yang dibuat dengan air mendidih atau air kemasan berkarbonasi dan minuman ringan berkarbonasi.

Memasaknya. Hanya makan makanan dimasak, dan memakannya, sementara mereka masih panas. Hindari makan makanan dari PKL.

Peel itu. Makan hanya buah atau kacang dengan kulit utuh tebal atau shell yang akan segera dihapus sebelum makan.

Lupakan saja. Jangan makan makanan mentah seperti tiram atau ceviche. Hindari salad dan sayuran mentah. Jangan gunakan es batu yang tidak diobati dalam minuman dinyatakan aman.

Tetap keluar dari itu. Jangan berenang atau ikan dalam air tercemar. Pencegahan tindakan sebagai berikut bencana alam termasuk menjamin kemurnian air

minum masyarakat, baik dengan klorinasi besar-besaran dan mendidih, atau dengan membawa air botol atau dimurnikan dari luar. Lain tindakan pencegahan penting di tingkat masyarakat meliputi ketentuan untuk pembuangan yang aman dari kotoran manusia dan kebersihan makanan yang baik. Karena kolera adalah salah satu dari beberapa penyakit menular yang dapat disebarkan oleh jenazah manusia (melalui kotoran bocor dari mayat ke pengadaan air bersih), pekerja darurat yang menangani jenazah manusia akan meningkatkan risiko infeksi. Hal ini dianggap lebih baik untuk mengubur mayat daripada mengkremasi mereka, bagaimanapun, dan untuk memungkinkan korban waktu untuk melakukan upacara penguburan sesuai atau ritual. Tetap harus didesinfeksi sebelum penguburan, dan dimakamkan di setidaknya 90 kaki (30 m) jauh dari sumber air minum. Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya endapatkan

pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita. Vaksin kolera ada yang dapat diberikan kepada wisatawan dan penduduk daerah di mana kolera dikenal aktif, namun vaksin tidak sangat efektif. Itu hanya menyediakan 25-50% imunitas, dan hanya untuk jangka waktu sekitar enam bulan. Vaksin ini tidak pernah diberikan kepada bayi di bawah usia enam bulan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit saat ini tidak merekomendasikan kolera vaksinasi untuk wisatawan. Vaksin kolera baru dikenal sebagai Peru-15 menjalani uji coba fase II pada musim panas 2003. Pada pertengahan tahun 2004, produsen adalah tahap perencanaan percobaan III di negara berkembang dan dalam wisatawan. Peru-15 diklasifikasikan sebagai dosis tunggal vaksin rekombinan.

You might also like