You are on page 1of 23

SOSROKARTONO

" Ing donya mung kebak kangelan,


sing ora gelem kangelan aja ing donya. "
" Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia. "

Quote:

Originally Posted by Suzaku Musha

1
Sekilas Biografi
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M.
Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah
mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan.
Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan
pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda.
Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah
ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang
meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera
Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan
Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan.
Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria,
membuka lowongan kerja sebagai wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes
adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom
menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris,
Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono, putra Bumiputra yang ikut
melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30
kata. Persyaratan lainnya juga bisa dipenuhi oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih
sebagai wartawan perang surat kabar bergengsi Amerika, The New York Herald Tribune.

Agar supaya pekerjaannya lancar ia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika
Serikat.

RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10
bahasa suku di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia
bekerja sebagai penterjemah di Wina, ibukota Austria. Di Wina ia terkenal sebagai seorang “jenius
dari Timur”. Ia juga bekerja sebagai wartawan beberapa surat kabar dan majalah di Eropa. Di dalam
buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250
Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.

Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh
blok Sekutu menjadi penterjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syarat-
syarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga bukan bangsa Eropa. Dalam
‘Memoir’ tulisan Drs Muhammad Hatta ditulis kalau RMP Sosrokartono juga menguasai bahasa
Basque, menjadi penterjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque
adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan
perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.
Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan Compaigne di
Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian
rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang
apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil
perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan
yang resmi berlangsung. Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang
resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis.

Ketika banyak wartawan yang mencium adanya ‘perundingan perdamaian rahasia’ masih sibuk
mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat
hasil perundingan rahasia tersebut. Penulisnya ‘anonim’, cuma menggunakan kode pengenal
‘Bintang Tiga’. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari
wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa.
Yang menjadi pertanyaan bagaimana RMP Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan
perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat? Apakah RMP Sosrokartono menjadi

2
penterjemah dalam perundingan rahasia tersebut? Kalau ia menjadi penterjemah dalam perundingan
rahasia itu lalu bagaimana ia menyelundupkan beritanya keluar? Seandainya ia tidak menjadi
penterjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai wartawan perang, bagaimana
caranya ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut? Sayangnya dalam buku
Biografi RMP Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal ini. Namun tak dapat disangkal lagi,
berita tulisan RMP Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian
rahasia Perang Dunia I itu merupakan salah satu prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan
perang.

Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika
Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra,
mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-
Bangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan
tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nations Organization) pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat
menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.

Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu
adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah
diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang
besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya
yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak
itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan
hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-
dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie

3
dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya
pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.

Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan


menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan
Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan
Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan
Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch
dokter.
Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak
sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk
kembali saja ke tanah airnya.
RMP Sosrokartono pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota Bandung. Supaya
RMP Sosrokartono tidak ikut kegiatan politik yang sedang marak saat itu. RMP Sosrokartono
kemudian ditawari berbagai jabatan dari Pemerintah Kolonial Belanda seperti jabatan Bupati,
Adviseur Voor Inlandse Zaken dan Direktur pada Museum Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten
en Wetenschappen di Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak RMP Sosrokartono. RMP
Sosrokartono memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare
School yang baru didirikan di Bandung.

Guru-guru di sekolah Taman Siswa itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr
Usman Sastroamidjoyo. RMP Sosrokartono juga ikut aktif dalam kegiatan politik saat zaman
pergerakan nasional Indonesia. Kegiatan Sosrokartono dapat dilihat dari laporan para pejabat
kolonial Belanda. Dalam laporan rahasia tahun 1962 yang dibuat Van Der Plas pejabat Adviseur
Voor Inlandse Zaken tertulis kalau Drs Sosrokartono termasuk pelopor gerakan nasional Indonesia
dan tidak dapat dipercaya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Laporan ‘Komisi Istimewa’ yang
terdiri Herwerden dan Toxopeus langsung kepada Ratu Wilhelmina berisikan kalau Sosrokartono
penganjur swadesi dan sangat berbahaya bagi berlangsungnya ketentraman dan kedamaian di
Hindia Belanda.

Tahun 1927, RMP Sosrokartono terpaksa keluar dari Perguruan Taman Siswa karena tekanan
Pemerintah Kolonial Belanda terhadapnya sudah tak tertahankan lagi. RMP Sosrokartono kemudian
sering melakukan ‘tarak brata’, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di
tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang. Selanjutnya ia jadi suka
berpuasa tanpa berbuka dan bersahur, dan juga tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40
hari lebih.

Dan pada 30 April 1930 ia mulai mengadakan penyembuhan spiritual dengan air putih yang
dilakukan di tempat tinggalnya di Jalan Pungkur Bandung (sekarang Jl Dewi Sartika), yang
kemudian disebut Darus Salam (Tempat Nan Damai). Orang Jawa yang berobat kepadanya
menyebut beliau ‘Ndoro Sosro’, Orang Sunda menyebutnya ‘Dokter Cai’ atau ‘Juragan Dokter Cai
Pengeran’ atau Dokter Alif, Orang Belanda dan Indo Belanda menyebutnya ‘Oom Sos’ dan
kalangan kedokteran menyebutnya ‘Wonder Dokter’ (bahasa Belanda artinya dokter ajaib). Beliau
tidak menikah, tidak punya murid dan wakil.
Pada hari Jum'at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang
terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta
dengan tenang, tentram.
Presiden Soekarno memerintahkan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) untuk
mengantarkan jenazah RMP Sosrokartono dengan pesawat terbang militer ke kota Semarang.
Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga Sedhomukti di kota Kudus.
Dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tulisan Solichin Salam, Mr Ahmad Soebardjo, mantan
ketua organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda, berkomentar kalau

4
Drs Sosrokartono memang luar biasa di segala bidang kehidupan manusia baik lahir maupun batin.
Sosrokartono senantiasa dicurigai oleh penjajah karena pengaruhnya di masyarakat Indonesia
sangat besar. Dan Drs Sosrokartono dapat dibanggakan sebagai Putra Indonesia Sejati.
Kutipan komentar Prof Mr Muhammad Yamin tentang RMP Sosrokartono,
“..seorang putera Indonesia yang pernah berjuang, menderita dan mendapat kemenangan sampai
pulang ke pangkuan bumi di makam Sedhomukti, setelah bekerja dengan menggerakkan perbagai
tenaga untuk kebahagiaan manusia dan kemajuan bangsa. Bapak Sosrokartono adalah penganjur
orang berilmu yang mengendalikan tenaga jasmani dan rohani untuk kebahagiaan Indonesia dan
dunia, “
Kutipan komentar Bung Karno tentang RMP Sosrokartono.
“..Drs Sosrokartono almarhum adalah salah seorang sahabat saya dan beliau adalah seorang putera
Indonesia yang besar, “
Bpk Ahmad Soebardjo, Bpk Muhammad Yamin dan Bung Karno adalah pahlawan-pahlawan
Indonesia. Komentar-komentar mereka menunjukkan kalau RMP Sosrokartono seorang tokoh
Indonesia yang besar. Raden Mas Panji Sosrokartono adalah pahlawan Indonesia yang kurang
dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Banyak orang menyepelekan jabatan Sosrokartono
sebagai Kepala Penerjamah di Liga Bangsa-Bangsa. Padahal jabatan itu yang sangat prestisius.
Penterjemah di organisasi kelas dunia seperti Liga Bangsa-Bangsa pasti seorang ahli bahasa luar
biasa. Menjadi penterjemah bertaraf internasional itu susah sekali. Apalagi kalau berhasil bekerja
sebagai penterjemah di lembaga dunia seperti Liga Bangsa-Bangsa yang sekarang namanya
Perserikatan Bangsa Bangsa

Mandor Klungsu
Quote:
Originally Posted by Suzaku Musha

"... para Pangeran ingkang sesami rawuh perlu manggihi pun Klungsu, ..."
"... para pangeran yang berdatangan perlu menemui si Klungsu, ..."
"Salam alaikum, Kula pun Mandor Klungsu."
"Salam alaikum, Saya si Mandor Klungsu."

5
"Taklimi pun Mandhor ... Pak Klungsu."
"Taklimnya Mandhor ... Pak Klungsu."
"Salam taklimipun lan padonganipun. Pak Klungsu."
"Salam taklimnya dan do'anya. Pak Klungsu."
Kutipan- kutipan di atas menunjukkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono menyebut dirinya sebagai
"Mandor Klungsu".
Klungsu artinya biji asam, bentuknya kecil tapi keras (kuat) yang ketika ditanam dan dirawat
sebaik-baiknya, maka akan menjelma sebuah pohon yang besar-kekar, berdaun rimbun dan berbuah
lebat.
Bukan sekedar biji buah asam, melainkan kepala/pimpinannya.
Pohon asam mulai dari pohon sampai bijinya, semua dapat dimanfaatkan. Selain itu, mempunyai
sifat kokoh dan tegar.
Ketika melihat kiprahnya sehari-hari, maka beliau hanya seorang Mandor, Mandor Klungsu, yang
harus menjalankan perintah Sang Pimpinan (Tuhan), serta mempertanggungjawabkan semua
karyanya selama itu kepada Tuhannya.
"Kula dermi ngelampahi kemawon."
Maksudnya, "Saya hanya menjalankan saja."
"Namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti."
Maksudnya, "Saya hanya mencari sesuatu yang baik, semuanya saya serahkan kepada Tuhan."
"Kula saged nindhakaken ibadat inggih punika kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng
sesami."
Maksudnya, "Saya bisa menjalankan ibadah, yaitu kewajiban berbakti dan pengabdian saya kepada
sesama."

Jaka Pring
Quote:
Originally Posted by Suzaku Musha

"... Nyuwun pangestunipun para sedherek dhumateng pun Djoko Pring."

6
"... mohon do'a restunya saudara-saudara untuk si Jaka Pring."
"Saking Ulun, Djoko Pring."
"Dari saya, Jaka Pring."
Selain untuk dijadikan nama, Drs. R.M.P Sosrokartono juga pernah menuliskannya sebagai berikut:

"Pring padha pring


Weruh padha weruh
Eling tanpa nyanding."
Artinya, "Bambu sama-sama bambu, tahu sama-sama tahu, ingat tanpa mendekat."
Versi lain berbunyi:

"Susah padha susah; seneng padha seneng; eling padha eling; pring padha pring."
Artinya, "Susah sama-sama susah; senang sama-sama senang; ingat sama-sama ingat; bambu sama-
sama bambu."
Jaka adalah jejaka/laki-laki yang belum (tidak) menikah dan Pring adalah bambu.
Pohon bambu adalah pohon yang sekujur tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang
berkepentingan dengannya. Pohon Bambu dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah, mulai dari
tiang, atap, dinding, pagar, sampai atap-atapnya. Bukankah orang-orang dahulu menjadikan daun
bambu sebagai genteng rumah mereka? Ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar atau pagar.
Bambu dapat digunakan untuk membuat balai-balai, sangkar, keranjang, tempayan, tembikar, kursi,
dll. Cikal bakal dari pohon bambu dapat dimanfaatkan untuk sayur/dimakan. Yang jelas, semuanya
dapat dimanfaatkan, semuanya dapat difungsikan atau dibutuhkan sesuai kehendak orang yang
bersangkutan.
Satu hal lagi, jenis bambu itu bermacam-macam. Sesuai dengan hajat seseorang dalam
memfungsikan bambu, maka ia mempunyai pilihan terhadap jenis bambu yang mana ia butuhkan.
Apakah bambu pethung, bambu ori, bambu wuluh, bambu apus dan lain sebagainya.
Kutipan di atas juga mengutarakan bahwa, apapun jenis kita, bangsa kita, agama kita, ras, warna
kulit, perbedaan bahasa dan suku kita, kita tetap sama, sama-sama tahu, sama-sama manusia.
Apapun jenis, warna dan bentuknya bambu, tetap bambu. Tak ada perbedaan, semua sama belaka.
Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sama. Seperti ketika beliau melakukan
perjalanan ke luar Jawa, kemudian beliau bertemu oleh sekian jenis manusia dengan status sosial
yang berbeda. Bagi beliau, semua manusia disejajarkan. Sikap egalitarisme tetap dijaga dan
dilestarikan.
Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun dan di manapun, ingat akan keterciptaan, teringat akan
sesama, saling mengingatkan dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah. Ketika
manusia itu ingat kepada Tuhannya, maka Tuhanpun akan ingat kepadanya.

Guru Sejati

"Murid, gurune pribadi


Guru, muride pribadi
Pamulangane, sengsarane sesami
Ganjarane, ayu lan arume sesami."
Artinya, "Murid gurunya diri pribadi. Guru, muridnya diri pribadi. Tempat belajarnya/pelajarannya,
penderitaan sesama. Balasannya, kebaikan dan keharuman sesama."
Untaian itu mengandung pengertian bahwa sesungguhnya dalam diri seseorang terdapat seorang
guru dan diri seseorang itu sendiri menjadi murid, murid dari guru sejati.
Sebab, pada intinya, segala bentuk ilmu dan pengetahuan itu hanya datang dari Tuhan, karena guru
selain Tuhan itu hanya sebagai perantara belaka.

7
"Sinau ngarosake lan nyumerepi tunggalipun manungsa, tunggalipun rasa, tunggalipun asal
lan maksudipun agesang."
Artinya, "Perlu belajar ikut merasakan dan mengetahui bahwa manusia itu satu, rasa itu satu,
berasal dari tempat yang sama, dan belajar memahami arti dari tujuan hidup."
"Tansah anglampahi dados muriding agesang."
Artinya, "Selalu menjalani jadi murid kehidupan/sesama hidup."
Kehidupan itulah sang guru, karena kehidupan itu juga mengajarkan kepada kita.

Sang Alif
Quote:
Originally Posted by Suzaku Musha

"... Ping kalihipun perlu babat lan ngatur papan kangge masang Alif. (Masang Alif punika
inggih kedah mawi sarana lampah. Boten kenging kok lajeng dipun canthelaken kemawon,
lajeng dipun tilar kados mepe rasukan)."
Artinya, "Yang keduanya perlu membuka dan mengatur tempat untuk memasang Alif. (Memasang
Alif itu harus dengan sarana penghayatan. Tidak boleh hanya dicantolkan begitu saja, lalu ditinggal
layaknya menjemur pakaian.)
"Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, ..."
Maksudnya adalah mengabdi kepada abdinya Tuhan dan memperbaiki keindahan hidup.
Diungkapkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono memiliki tiga buah Alif, yaitu :

1. Sang Alif warna hitam, dengan dasar putih.


2. Sang Alif warna putih, dengan dasar biru muda.
3. Sand Alif warna putih, dengan dasar merah.

Ketika melayani dan mengobati orang-orang yang sakit, Drs. R.M.P. Sosrokartono selalu berdiri.
Beilau kuat sekali berdiri berjam-jam atau berhari-hari. Setelah mengobati orang-orang sampai

8
pukul 12 malam, Dar-Oes-Salam ditutup. Namun beliau tidak langsung tidur, beliau seringkali
bermain catur sampai jam 3, 4 pagi, itupun beliau lakukan sambil berdiri.

Kanthong Bolong

"Nulung pepadhane, ora nganggo mikir


wayah, wadhuk, kanthong.
Yen ana isi lumuntur marang sesami."
Artinya, "Menolong sesama, tidak perlu memakai pikiran waktu, perut, saku. Jika (saku) berisi
mengalir kepada sesama."
Dengan demikian, maksud dari "Ilmu Kanthong Bolong" adalah sebuah pengetahuan konkrit
tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, yang secara pasti tempat itu tak pernah membiarkan
sesuatu yang dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di sana
selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.

"Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanci-wanci."
Maksudnya, menolong orang itu dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu, kapan saja.

Sugih Tanpa Bandha

"Sugih tanpa bandha.


Digdaya tanpa hadji.
Ngalurug tanpa bala.
Menang tanpa ngasoraken."
Artinya, "Kaya tanpa harta. Sakti tanpa azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa
merendahkan."
Demikianlah kata-kata mutiara yang tertera pada salah satu batu nisan makam Drs. R.M.P.
Sosrokartono di Sidhomukti Kudus.

Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini tidak mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang
melarat, miskin, tak punya harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi
sesungguhnya, kembali pada penjelasan bahwa orang kaya itu bukanlah karena banyak harta
bendanya, melainkan orang kaya itu adalah orang yang kaya hatinya, yang kaya mentalnya.

“Puji kula mboten sanes namung sugih-sugeng-seneng-ipun sesami.”


Maksudnya, si miskin akan akan tetap jadi miskin atau makin miskin karena bermental miskin.
Bukankah orang kaya itu orang yang sudah tak lagi membutuhkan sesuatu, karena semuanya telah
terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda sudah merasa cukup dengan apa yang anda
dapatkan di dunia ini, maka andalah orang kaya itu. Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta,
tapi anda masih menginginkan dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda
bukanlah orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum tercukupi.

Digdaya Tanpa Aji

“Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun
Gusti.”
Artinya, “Ajiannya tidak lain hanyalah ajian tekad, ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadlan
Tuhan.”

9
Perbuatan taat dan meninggalkan maksiat itulah sumber energi yang dapat membuat seseorang sakti
mandraguna, disamping kemampuan diri mengekang gejolak syahwat dan dari perintah nafsu yang
buruk.
Rumusan beliau “Digdaya tanpa Aji” ada pada tiga tahapan, yaitu :
Tekad
Tekad adalah sifat yang merujuk pada semangat dan keberanian diri dalam menghadapi segala
masalah, seperti rekayasa hidup, fitnah dan bujukan dunia. Tekad ada karena ada niat, sementara
segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Jika niatnya itu baik, maka baiklah jadinya. Selain itu,
dengan tekad manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tekad bukan berarti spekulasi miring,
tapi lebih mengarah pada sikap tidak takut pada apapun dan siapapun, sehingga hasil yang
dicapaipun menjadi maksimal. Tekad dapat dijadikan senjata, yakni senjata psikis dalam
menghadapi setiap masalah. Oleh karena itu tekad dapat dijadikan ajian, azimat pamungkas dalam
segala urusan. Untuk mendapatkan “aji tekad” tidak perlu melakukan laku (tirakat), tidak pula
belajar ilmu kanuragan dahulu, tetapi “aji tekad” dapat diperoleh dengan menanam keberanian,
kepasrahan, keadilan dan niat yang baik dalam diri.

Pasrah
Ilmu pasrah dapat juga disebut ilmu tawakal. Memasrahkan diri sepenuhnya kepada Yang Maha
Kuasa. Ilmu tawakal ini bisa diperoleh dengan menanamkan pemahaman dalam diri bahwa tak ada
kuasa dan daya selain kuasa dan daya Tuhan Yang Maha Agung. Hidup dan mati itu urusan Tuhan,
sukses dan gagal atas kehendak Tuhan. Intinya, menyerahkan permasalahan hidup ini kepada
Tuhan, karena Dialah sebaik-baiknya Wakil. Pasrahkan jiwa dan raga kepada-Nya; Dibalik
tawakkal ada keselamatan, karena ketika manusia telah menyerahkan hidup-matinya, segala
urusannya kepada Yang Maha Esa, maka Dialah yang akan melindungi dan menyelamatkannya dari
bahaya dan bencana.

Keadilan
Keadilan disini adalah lafal, kata/tanda yang disandarkan kepada Tuhan. Keadilan ini sulit didapat
dan sulit dipraktekkan, kaena keadilan adalah puncak dari kebaikan. Ketika manusia tak dapat
berbuat adil, maka Tuhanlah yang akan memberikan keadilan. Keadilan Tuhan ini sangat
menakutkan, karena Yang Maha Adil itu takkan memandang siapa yang akan diadili, sehingga
keadilan benar-benar ditegakkan.
Ketika keadilan-Nya telah berbicara, maka kebenaranlah yang ada. Ketika keadilan Tuhan telah
menjadi ucapan seseorang dalam denyut kehidupannya, maka kebenaran dan kebaikanlah yang
diperolehnya.
“Tanpa aji, tanpa ilmu, kula boten gadhah ajrih, sebab payung kula Gusti kula, tameng kula
inggih Gusti kula.”
Artinya, “Tanpa ajian, tanpa ilmu (kanuragan), saya tidak takut, sebab payung atau pelindung saya
adalah Tuhan dan perisai saya juga hanya Tuhan.”

Bertempur Tanpa Pasukan

"Ngalurug tanpa Bala" adalah merupakan sebagian kebenaran hidup yang harus dihayati dan
diamalkan, karena ungkapan ini merujuk pada istilah berkarya dengan tangan sendiri. Tak perlu
bantuan, tak perlu teriak-teriak meminta pertolongan, karena diri pribadi sudah dapat mengatasi apa
yang dialami.
Sesungguhnya musuh manusia adalah setan, baik setan manusia maupun setan jin, maka kepada
keduanyalah manusia harus melakukan perlawanan. Sekali lagi, setan-setan itulah yang harus
dilawan, diperangi, dan kalau bisa, dimusnahkan saja. Dengan bekal teksd dan keberanian yang
suci, maka tak ada yang tak dapat dihancurkan, karena semua mahluk akan binasa kecuali Dzat-
Nya.

10
Kasih sayang dapat melunakkan musuh, dapat menolong, dapat dijadikan pelindung, dan dengan
tekad asih, kita tidak akan merasa takut terhadap siapapun dan apapun.
"Ingkang kula dalaken dede tekad pamrih, ananging tekad asih."
Artinya, "Yang saya pergunakan bukan tekad pamrih, tapi tekad asih."
"Anglurug tanpa bala, tanpa gaman; Ambedhah, tanpa perang tanpa pedhang."
Maksudnnya, mengejar (musuh) tanpa tentara, tanpa senjata; menundukkan (musuh) tanpa perang
tanpa pedang.Tak perlu teman, tak perlu senjata. Hindarilah peperangan, pertarungan, atau
kekerasan.
Yakinlah bahwa orang yang berjalan dengan membawa cinta kasih kepada sesama mahluk akan
senantiasa mendapatkan pertolongan dan perlindungan Tuhan.
Meskipun manusia tidak mencari masalah atau musuh, permasalahan atau musuh itu datang dengan
sendirinya dan akan meniupkan gangguan-gangguan. Akan tetapi, permasalahan dan musuh yang
ada di dalam diri kita sendiri. Tekanan batin, penderitaan mental, atau nafsu-nafsu kotor yang
menghuni lembah diri kita itulah permasalahan dan musuh kita yang berat lagi membahayakan,
karena tak tampak tetapi dapat kita rasakan.
Nafsu-nafsu jahat yang menghuni diri manusia bermacam-macam. Nafsu-nafsu itulah yang pada
umumnya membuat manusia menjadi sombong, kikir, dengki, jahat dan segala bentuk sifat buruk
sering bercokol dalam dirinya, sehingga kehinaan dan kenestapaanlah yang diperoleh, bukan
kemuliaan dan keselamatan. Maka, sangat elegan jika Drs. R.M.P. Sosrokartono mencetuskan
rumusan "Ngalurug tanpa Bala" yang mempunyai muatan ajaran spiritual dalam rangka menghalau
segala bentuk keburukan yang ada didalam diri manusia, supaya manusia tidak menjadi hina,
karena barang siapa yang dikalahkan dengan hawa nafsunya maka kehinaanlah yang akan
bersanding mesra dengannya.

Trimah Mawi Pasrah

"Trimah mawi pasrah.


Suwung pamrih, tebih ajrih.
Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.
Antheng mantheng sugeng jeneng."
Artinya, "Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi tiada duka, tiada suka.
Tenang memusat, bahagia bertakhta."
Konsep "trimah mawi Pasrah", oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah
beliau katakan di bawah ini :

"Ikhlas marang apa sing wes kelakon.


Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana."
Artinya, "Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa
yang akan ada."
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga bergandengan
dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain.
Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan keridhaan
akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.

"Trimah mawi Pasrah" juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan
Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena
dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat
kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan dan yang
ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.

11
Suwung Pamrih Tebih Ajrih

" ... Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula
sumanggaken dhateng Gusti ... "
Artinya, " ... Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan
kepada Tuhan ... "
"Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang boten sae."
Artinya, "Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih atau niat yang tidak
baik."
"Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih, nanging luh
peresanipun manah suwung pamrih."
Artinya, "Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis pamrih, tetapi air mata
perasan hati yang kosong pamrih."
Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena menginginkan imbalan
yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan.
Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari
kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.

Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan, bahkan
dapat membuat orang menjadi hina.

Apalah artinya berpegang kepada kesementaraan, jika di alam baka kita dicambuk derita ?!

Padhang Ing Petheng

" ... Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng; seneng ing sengsara, tunggaling
sewu yuta ... "
Artinya, "Yang jelas adalah mencari terang di dalam gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta
contohnya."
Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-peteng;
seneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya
kehidupan. Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng terus itu juga tidak ada.
Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu, yang bertentangan itu dibutuhkan dalam
kehidupan ini. Dengan adanya panjang, kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan
sehat. Dengan mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk.
Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng dan
selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini? Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau
peteng terus, apa saja yang semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau
panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di muka bumi. Kalau hujan
terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai
kematian umat manusia. Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?
Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat
dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi. Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang
dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa?
Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.

Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan,
maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang

12
membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan.

Catur Murti

Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan adalah empat yang
dijelmakan menjadi satu. Menurut Aksan, Catur Murti adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran,
perasaan, perkataan dan perbuatan.

Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan berpikir dan tindak
lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun
berbuat. Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan
mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk
berbuat baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang
jahat dan berbuat jahat.

Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita. Kita harus menjinakkan
kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran
jahat itu dapat kita hilangkan. Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah
membuat anda jadi benci. KAta-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan berjalannya
waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda
dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah
anda tidak bertambah pusing?

Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang cukup.
Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya.
Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya
uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000. Anda mampir di warung,
nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda
sendiri dan anda sangat lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai
hatikah anda berbuat begitu?
Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda yang makan. Anda
hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda yang sedang menikmati
makanannya.
Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang kedua, anda
adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan benar. Nah, coba anda mencari makanan
yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak
kenyang, tetapi sudah makan. Teman anda tidak kelaparan. Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang
benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan
begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah "Perbuatan benar".

Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambil
protholannya saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu,
Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan. Berlatih Catur
murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita
terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai
dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan
benar.

Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah mata, artinya banyak-

13
banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak
perlu sebaiknya ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.

Benci (kebencian)
Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam dapat melahirkan
ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat dari sebuah kebencian.
Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan
orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan,
kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.
Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia
kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu
hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui
kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali
untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.
Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa
benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita
dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas
kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti
biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa
kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun
menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya
terlambat.

Mutiara-mutiara

"... Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. ..."
"... Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani ..."
"Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng
pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami."
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..
"Yen kapergok aja mlayu."
..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)
"Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya."
"Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia."
"Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling
Gusti."
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang
benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan.
"Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi."
Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan
keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan
budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal
tersebut dapat teruji dan terbukti.
"Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah."
Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan
dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.

14
"Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat."
Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah
(semisal hukum karma).
"Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane."
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus
dimiliki.
"Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan."
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.
"Dede tekad pamrih, nanging tekad asih."
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.
"Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika :
"maksudipun"."
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.
"Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun
wastani ugi : Ngendoni niyat utawi "ngeker ancas lan tujuning lampah"."
Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat
langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan
perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah.
"Ingkang tansah dados ancasipun lampah kula mboten sanes namung sunyi pamrih, puji
kula mboten sanes namung sugih, senengipun sesami."
Intinya, dalam menjalankan tugasnya niat beliau tak lain adalah sunyi pamrih, tidak mencari
imbalan, sedangkan puji beliau adalah puji cukup, selamat dan kesenangan orang lain.
"Prabot kula boten sanes badan lan budi."
Intinya, atribut yang hanya bisa dibawa kapan saja adalah badan dan budi.
"Nyebar wiji sederekan lan wiji utamining kejawen ing manca negari."
Intinya, benih-benih persaudaraan dan keutamaan orang Jawa-lah yang harus diperjuangkan. Itu
jika anda orang Jawa. Jika bukan, ya keutamaan bangsa anda yang harus anda perjuangkan,
sebarkan ke mana saja anda berada. Namun yang terpenting disini ialah persaudaraan bukan
permusuhan. (Perlu diingat bahwa sewaktu beliau menulis mutiara-mutiara ini, Negara Kesatuan
Republik Indonesia belum berdiri.)
"Tumraping kula piyambak, kejawi urun batos, raos, kula kedah wani urun badan, urun
dada, urun bahu."
Intinya, memberikan pertolongan kepada sesama, bahkan dalam sebuah pengembaraan, selain
menyumbangkan batin dan rasa, juga harus berani menyumbangkan badan, dada dan bahu. Sekujur
tubuh, lahir dan batin harus bersedia disumbangkan demi kebahagiaan bersama.
"Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, tanpa pamrih tanpa ajrih,
jejeg mantep, mawi pasrah. Sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula."
Intinya, dalam menjalani kehidupan disarankan mengabdikan diri kepada abdinya Tuhan,
menyempurnakan kebahagiaan hidup, tanpa pamrih tanpa takut, tegak, mantap dengan jalan
tawakkal. Sebab, yang patut dijadikan tempat berlindung dan bergantung hanyalah Tuhan.
"Yen kula mundur sebab ajrih, kula kenging dipun wastani kirang dhateng Gusti."
Intinya, seseorang yang mundur dari sebuah pertempuran (perjalanan dalam hidupan) karena takut,
itu dapat dinilai sebagai orang yang kurang pasrah kepada Tuhan.
"Angungkup kabeh, anyandak siji."
Intinya, semuanya harus diraih, tapi hanya satu yang menjadi sumbernya, yaitu ridha Ilahi.
"Ambuka netra, tegesipun anutup netra. Anggelar pemandeng, tegesipun angringkes
pemantheng."
Intinya, mata yang dibuka adalah mata yang ditutup. Meluaskan pandangan adalah konsentrasi.
Mata bathinlah yang harus diutamakan, agar tidak mudah tergiur oleh gemerlap dunia yang
hanyalah semu.

15
"Perlunipun lan maksudipun inggih punika nyukani urunan piwulang, pitedah lan tulada
dhateng para sederek ing ngriki, ingkang asor inggih ingkang luhur, ingkang mlarat ingkang
sugih."
Intinya, semua yang dilakukan itu dijadikan pelajaran untuk diri sendiri dan orang lain, sebagai
petunjuk bersama, bahwa sesungguhnya yang hina itulah yang luhur, yang miskin itulah yang kaya.
Penampilan seseorang tidak dapat dijadikan pertanda, melainkan apakah ada yang baik dibalik
penampilan yang baik, atu mungkin orang yang seakan baik tapi berhati jahat.
Quote:
Originally Posted by WitGedhangMabur
" Je moet leren om te doorvoelen.
dat het leven een is, Ti.
Alles is in dat ene.
En dat leven is juist in jou.
Onthou dat.
Alles is in jou.
En jij, je ben in alles. . . . . "
Quote:
Originally Posted by zeth
"Kamu harus belajar untuk merasakan. bahwa kehidupan itu adalah satu, Ti.
Semuanya ada didalam satuan itu. Dan kehidupan itu justru ada di dalam mu. Ingatlah. Semuanya
ada didalam mu Dan kamu, kamu adalah semuanya"
"Ikhlas marang apa sing wis kelakon. Trimah apa kang dilakoni. Pasrah marang apa kang
bakal ana. "
Artinya, ikhlas terhadap apa yang telah dijalani. Menerima apa yang sedang dialami. Pasrah
terhadap apa yang akan dihadapi.
"Jen kersa njangoni, sampun njangoni uwas, nanging njangoni mantep lan pasrah. Punika
sangunipun wong lanang."

16
Kepustakaan
Quote:
Originally Posted by Suzaku Musha

• Indy G. Hakim, Tafsir Surat-surat & Mutiara-mutiara Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Pustaka
Kaona, April 2008)
• Pa' Roesno, Karena Panggilan Ibu Sejati : Riwayat Hidup dari Drs. R.M.P. Sosrokartono,
(Djakarta : 1954)
• Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, Kempalan Serat-serat : Drs. Sosrokartono,
(Surabaya : Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, 1992)
• Serat Saking Medan, 12 Mei 1931 dalam Suxmantojo, Kempalan Serat-serat Drs. R.M.P.
Sosrokartono
• Serat Saking Binjei, 5 Juli 1931
• Serat Saking Binjei, 9 Juli 1931
• Serat Saking Tanjung Pura (Langkat), 26 Oct. 1931

17
• Serat Saking Tanjung Pura, 11 Oct. 1931
• Djoko Pring, "Aji Pring", (Binjei, 12 Nov. 1931)
• Djoko Pring, Omong Kosong, (Binjei, 12 Nov. 1931)
• R. Mohammad Ali, Ilmu Kantong Bolong, Ilmu Kantong Kosong, Ilmu Sunji Drs. R.M.P.
Sosrokartono
• Djoko Pring, Lampah lan Maksudipun, (Binjei 12 Nov. 1931)
• Blog Arienda @ http://arienda.livejournal.com/
• Blog Inggra @ http://parandaru.multiply.com/journal/item/1/Coba_direnungkan_saja
• Blog Wib @ http://wib711.multiply.com/photos/album/226
• Artikel Ir. Budi Setiaji di Kedaulatan Rakyat @
http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=174451&actmenu=39

Quote:
Originally Posted by Suzaku Musha
sudah tak beredar mas di toko2 buku kaya gitu, saya dapatnya di toko buku bekas dan kuno di Solo.

1. Kempalan serat-serat (Drs. R.M.P. Sosrokartono), cetakan asli thn.1992

2. Ilmu dan laku, fotokopian thn.88

3. Ilmu kantong kosong, ilmu kantong bolong, ilmu sunji, fotokopian th 66

18
Notes :
Perjalanan Hidup. Drs. R.M.P. Sosrokartono lahir pada tanggal 10 April 1877 dan wafat pada
tanggal 8 Februari 1952. Berdasarkan sistem kalender Jawa Saka lahir pada tanggal dengan weton
kelahiran Rabu Pahing. Tempat kelahirannya di kaki G. Muria - Jawa Tengah, tepatnya di suatu kota
kecil bernama Mayong. Sejak masa kanak-kanak sudah tampak bakat supranaturalnya. RA. Kartini,
seorang pahlawan nasional yang juga adik kandung dari Sosrokartono menyampaikan suatu cerita
yang didengar dari ibunya. Waktu itu Sosrokartono masih berusia 3 tahun. Suatu hari Ibundanya,
RMA. Ngasirah melihat Sosrokartono kecil sibuk mengumpulkan mainan-mainannya. Saat ditanya
mengapa sibuk mengumpulkan mainan, Sosrokartono kecil menjawab : "Kita akan pindah ke
Jepara". Beberapa bulan kemudian, keluarga Sosrokartono pindah dari Mayong-Rembang ke
Jepara. Kepindahannya karena Ayahanda Sosrokartono, RM Adipati Aryo Samingoen Sosroningrat
mendapat promosi jabatan menjadi Bupati di Jepara. Pada umur 20 tahun, Sosrokartono berangkat
ke Eropa untuk belajar di High Technical School di Delft- Belanda. Kemudian pindah ke
Universitas Leiden dan mengambil studi tentang Sastra dan Filsafat, namun tidak menyelesaikan
disertasinya. Sosrokartono kemudian menjadi koresponden berita harian Amerika The New York
Herald. Selama hampir 29 tahun lamanya beliau berkeliling Eropa, utamanya sebagai Jurnalis.
Wartawan kawakan Rosihan Anwar menyatakan bahwa Sosrokartono adalah koresponden pertama
Indonesia yang meliput Perang Dunia I ( 1914-1918 ). Gajinya saat itu, menurut Mohammad Hatta
sebesar US$1 ,250 per bulan. Dengan gaji sebesar itu seseorang dapat hidup bak jutawan, namun
Sosrokartono tetap hidup seperti orang biasa tidak bermewah-mewahan. Agar dapat bebas meliput
di medan perang, dia diangkat sebagai tentara dan diberi pangkat Mayor oleh Sekutu, tetapi
menolak untuk dipersenjatai. Masa setelah perang, Sosrokartono bekerja di Kedutaan Perancis di
Hague. Selain itu juga bekerja sebagai penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk di
Jenewa-Swiss. Kemampuan bahasa Sosrokartono luar biasa, sebagian orang menyatakan dia
menguasai secara baik 26 bahasa, tetapi ada yang menyatakan 17 macam bahasa, termasuk bahasa:
Latin, Yunani, Rusia, Sansekerta, Cina, Jepang, Arab, Perancis, Belanda, Jerman, Spanyol, Slavia
dsb. Hatta pernah menyatakan, Sosrokartono juga lancar menguasai bahasa etnik Basque di
Spanyol. Karena kemampuan bahasanya, Sosrokartono diundang dalam Konggres ke-25 Bahasa
dan Sastra Belanda di tahun 1899, atas referensi dari mentornya di Universitas Leiden Prof.Dr.
J.H.C. Kern. Konggres yang berlangsung di Gent-Belgia ini membahas mengenai keberadaan
bahasa dan satra Belanda di berbagai negara. Sewaktu diberi kesempatan berbicara di depan
Konggres, Sosrokartono berkata: "Dengan tegas saya menyatakan akan menjadi musuh bagi siapa
saja yang akan mengubah kami (Hindia Timur) menjadi orang Eropa atau setengah negara Eropa
dan juga siapa saja yang akan menginjak-injak adat dan tradisi kami yang suci dan adiluhung.
Selama matahari dan bulan masih bersinar, saya akan menentangnya!" Setelah 29 tahun di Eropa
sejak tahun 1897 , Sosrokartono kembali ke Indonesia pada tahun 1926 , kemudian mendirikan
perpustakaan "Panti Sastra" di Tegal bersama dengan adik kandungnya RA. Kardinah. Sesuai
dengan panggilan hatinya, Sosrokartono kemudian pindah ke Bandung dan mendirikan Darussalam
di Jalan Pungkur 7. Selain itu dia juga memimpin Sekolah Menengah Taman Siswa di Bandung.
Sesaat sampai di tanah kelahiran yang demikian dicintainya, Pemerintah Kolonial yang kuatir
terhadap dirinya menuduh Sosrokartono sebagai komunis. "Itu merupakan fitnah yang sangat jahat
yang belum pernah saya alami tetapi saya tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawannya,"
tulis Sosrokartono dalam suratnya kepada Mrs. Abendanon. Selanjutnya dalam surat tersebut
Sosrokartono menulis : "Tetapi untukmu, wanita yang terhormat (Mrs. Abendanon), saya
bersumpah demi pusara Ayahku dan Kartini bahwa saya tidak pernah memeluk komunisme
sebelumnya atau sekarang. Tak ada apapun yang saya inginkan kecuali hanya bekerja untuk
mendidik bangsa kami seperti yang Kartini cita-citakan". Selama di Darussalam, tamu-tamu
berbagai bangsa tak pernah berhenti datang dan pergi untuk berdiskusi berbagai hal, ataupun
meminta pertolongan beliau untuk membantu menyembuhkan berbagai penyakit dan menyelesaikan
bermacam masalah kehidupan. Sukarno juga sering terlihat datang untuk belajar bahasa selain
berdiskusi mengenai berbagai hal. Kemampuan penyembuhannya diketahui dunia saat di Perancis
diminta untuk menyembuhkan seorang anak kecil. Sosrokartono hanya meletakkan tangannya di

19
dahi anak tesebut, dan berdoa; seketika anak kecil tersebut sembuh. Bahkan seorang Paramoedya
Ananta Toer yang skeptis terhadap kemampuan spiritual perlu menuliskan dalam "Panggil Aku
Kartini" (Hasta Mitra, 1997 ) : disekitar tahun 1930an seorang Dokter berkebangsaan Belanda di
Rumah Sakit Umum Jakarta (CBZ, sekarang RSU Dr. Cipto Mangoenkusumo) menuliskan laporan
yang berisi kesaksian bahwa Sosrokartono mampu menyembuhkan seorang wanita yang menurut
ilmu kedokteran sudah tidak dapat ditolong lagi. Wanita itu sembuh setelah minum air putih
pemberian Sosrokartono. Suryatie Ganie, cucu perempuan RA Sulastri Tjokrohadi Sosro yang
merupakan saudara tua Sosrokartono menceritakan kemampuan Sosrokartono dalam membaca
pikiran orang. Di tanah air selain sibuk menerima tamu yang datang ke Darussalam, Sosrokartono
juga sering melakukan perjalanan. Beberapa yang tercatat dalam kumpulan suratnya, dia
mendatangi ke berbagai daerah dan kerajaan di Sumatera. Disana melakukan pelayanan
penyembuhan terhadap masyarakat dan anggota kerajaan. Banyak kisah menarik yang ditulis dalam
surat- suratnya, salah satunya adalah bagaimana sibuknya Raja, Permaisuri dan anggota kerajaan
lainnya di Tanah Sumatera tersebut melayani dirinya. Dengan maksud untuk menghormatinya,
maka dimasakan sajian khusus ala Jawa oleh Permaisuri, namun dengan halus semua makanan yang
enak-enak tersebut ditolak oleh Sosrokartono. Dia lebih memilih makan cabe tiap harinya, dan
minum air putih. Seperti disaksikan banyak orang, Sosrokartono hampir setiap saat berpuasa, bila
tidak dia hanya minum santan sedikit. Waktu istirahatnya sangat pendek, setiap saat selalu
disibukkan oleh orang-orang yang minta tolong disembuhkan dan dipecahkan masalahnya. Dalam
melayani, dia tidak pernah membedakan warna kulit, kebangsaan, agama dan kepercayaan. Dia juga
dikenal sebagai penyayang binatang dan tumbuhan. Baginya dalam setiap makhluk hidup memiliki
percikan Ke-Ilahian dari Tuhan Yang Maha Esa. Sumber : Serat2 RMP.Sosrokartono; Tempo; Arti
Alif

Notes :
Kaum bangsawan di Belanda menjulukinya Pangeran dari Tanah Jawa, DE Mooie Sos atau Sos
yang ganteng. Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak R.A. Kartini, selama 29 tahun, sejak 1897,
mengembara ke Eropa. Ia bergaul dengan kalangan intelektual dan bangsawan di sana. Mahasiswa
Universitas Leiden itu kemudian menjadi wartawan perang Indonesia pertama pada Perang Dunia I.
R.M. Sosrokartono lahir pada tanggal 10 April 1877 di Mayong. Beliau adalah anak ketiga dari
delapan bersaudara putra pasangan Bupati Jepara, R.M. Aryo Sosroningrat dengan Mas Ajeng
Ngasirah. Ia kakak kandung R.A. Kartini yang paling disayangi. Setelah menamatkan Hogere
Burger School (setingkat SMA) di Semarang. Menurut artikel Koentjoro Purbopranoto berjudul Ter
nagedachtenis van Drs. R.M.P. Sosrokartono (Pemikiran-pemikiran Drs. R.M.P. Sosrokartono) yang
dimuat dalam majalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde vol. 129 (1973), awalnya ia
masuk sekolah teknik di Delft. Tidak betah, ia pindah ke fakultas sastra dan filsafat di Leiden.
Untuk masuk ke Leiden ia harus menempuh ujian negara di bidang bahasa Latin dan Yunani. Ketika
dirinya pindah ke Belanda untuk meneruskan kuliah, RA Kartini adalah orang yang paling
kehilangan. Selama di Belanda, RA Kartini selalu menceritakan dan meminta pendapat dari
kakaknya tersebut. DE Mooie Sos atau Sos yang ganteng. Begitulah Raden Mas Panji Sosrokartono
dipanggil semasa tinggal di Eropa selama 29 tahun. Panggilan lain: De Javanese Prins atau
Pangeran dari Tanah Jawa. Kecakapan Sosrokartono dalam berbahasa dan bergaul adalah faktor
utama yang menyebabkan orang-orang asing cepat berteman dengannya. Seniman Belanda Van
Eeden dalam buku hariannya 4 Mei 1915 menulis perihal kekagumannya pada Sosrokartono. "Ia
orang Jawa yang simpatik, sangat terpelajar. Ia sama sekali tidak tertutup atau pendiam. Saya lebih
merasakannya sebagai bangsa saya sendiri daripada gerombolan Eropa yang berkeluyuran di
Scheveningen itu," tulis Van Eeden seperti dikutip Elisabeth Keesing dalam Betapa Besar Pun
Sebuah Sangkar: Hidup, Suratan dan Karya Kartini terbitan PT Djambatan perwakilan KITLV pada
1996. Pembimbing utama Kartono di Leiden adalah Profesor Dr Johan Hendrik Kern, seorang
Orientalis. Ia segera menjadi murid kesayangan Kern. Meski baru pindah kampus, Kern sudah
menyuruhnya bicara di Kongres Sastra Belanda di Gent, Belgia, pada September 1899. Kartono
membawakan pidato Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Hindia Belanda). Seruan

20
patriotik agar Belanda mengajarkan bahasanya lebih luas bagi rakyat Jawa itu dimuat di majalah
bulanan Neerlandia sebulan kemudian. Nama lain seperti Van Vollenhoven, guru besar ilmu hukum
di Leiden dan ahli Sanskerta Speyer, serta guru besar De Groot dan Niewenhuis ikut mengajarnya,
selain juga ahli bahasa Arab dan agama Islam, Snouck Hurgronje. Saat menerima gelar doctorandus
dalam bidang sastra dan bahasa, Keesing menyebutkan Kartono memakai topi bulat dan kerah
tinggi, laiknya politisi pada masa itu. Semua literatur tentang Kartono menyinggung
kemampuannya yang luar biasa dalam bidang bahasa. Siti Soemandari dalam Biografi Kartini
menyebut kemampuan bahasa Kartono mencapai 17 bahasa asing. Buku Drs. RMP Sosrokartono,
Sebuah Biografi karya Solichin Salam (terbitan Yayasan Pendidikan Sosrokartono, 1979)
menambah sepuluh bahasa Tanah Air ke jumlah itu. "Kemampuan inilah yang membantu perjalanan
hidupnya di Eropa di kemudian hari," Koentjoro menulis. Studinya belum lagi selesai di Belanda
ketika Kartono merantau ke Belgia, Jerman, Prancis, Swiss, dan Austria sebagai koresponden harian
Amerika The New York Herald selama Perang Dunia I (1914-1918). Buku Mono Perjuangan Jiwa
Besar Kaliber Internasional, Drs. R.M.P. Sosrokartono karangan Ki Sumidi Adisasmita terbitan
1972 menyebut, Kartono menjadi satu-satunya mahasiswa yang lulus tes koran itu. Ia dites
menerjemahkan artikel panjang menjadi satu kolom berisi 27 kata dalam bahasa Inggris, Prancis,
dan Rusia. The New York Herald adalah koran yang diterbitkan di New York dan bertahan hidup
dari 1835 sampai 1924. Pada Perang Dunia I, koran ini juga terbit dalam edisi Eropa. Surat kabar
ini kemudian melakukan merger dengan The New York Tribune, menjadi The New York Herald
Tribune yang terbit sampai hari ini. Ketika bertugas dalam medan perang, Kartono diberi pangkat
mayor oleh pihak Sekutu. Tapi ia menolak membawa senjata. "Saya tidak akan menyerang orang,
karena itu saya pun tak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata?" kata Kartono, seperti
dikutip dalam naskah Drs. RMP Sosrokartono, Sarjono-Satrya Pinandita karya Amin Singgih. Salah
satu keberhasilan Kartono sebagai wartawan perang adalah ketika ia memuat hasil perundingan
antara Jerman yang kalah perang dan Prancis yang menang perang. Perundingan antara Stresman
yang mewakili Jerman dan Foch yang mewakili Prancis itu berlangsung secara rahasia di sebuah
gerbong kereta api di hutan Campienne, Prancis, dan dijaga sangat ketat. Nama penulis berita itu tak
disebutkan, selain kode tiga bintang, kode samaran Kartono. Kemampuan bahasa Kartono juga
mengantarnya menjadi juru bahasa tunggal di Volken Bond atau Liga Bangsa-Bangsa, tak lama
setelah Perang Dunia I usai. Tapi Amin Singgih mengutip kegeraman Kartono terhadap politik
organisasi cikal bakal PBB itu, yang ia nilai tak netral. Dia meninggalkan Jenewa, tempat Volken
Bond bermarkas, dan pindah ke Prancis untuk menjadi mahasiswa pendengar di Universitas
Sorbonne, jurusan psikometri dan psikoteknik. Kartono tertarik mempelajari ilmu kejiwaan setelah
mendapat rekomendasi dari seorang dokter di Jenewa. Kebetulan dokter itu melihat Kartono
menyembuhkan seorang anak kerabatnya, berusia 12 tahun, yang tak sadarkan diri setelah terserang
demam tinggi. Sang dokter kemudian menganjurkannya sekolah di Sorbonne. Tapi Kartono tak
lama kuliah di Sorbonne. Pada 1921, pemerintah Prancis mengangkatnya sebagai pegawai tinggi
dengan jabatan atase Kedutaan Besar Prancis di Den Haag. Kartono membawa pulang surat
pengangkatannya dan menunjukkannya kepada Ki Sumidi pada 1931. Di periode 1920-an inilah Ki
Sumidi menyebut Kartono telah menerima banyak uang hingga puluhan ribu poundsterling. Uang
itu tersimpan di bank Swiss. "Hingga sekarang tak ada yang mengurus," Ki Sumidi menulis. Cerita
ini paralel dengan cerita Dahlan Abdullah kepada Mohammad Hatta. Wakil presiden pertama RI itu
dalam buku Memoir terbitan Tirta Mas Indonesia pada 1979 menulis, menurut Dahlan, pendapatan
Sosrokartono pada masa itu mencapai US$ 1.250 per bulan. "Dengan gaji sebanyak itu, ia dapat
hidup sebagai miliuner di Wina," tulis Hatta. Namun berita tentang kekayaan di bank Swiss ini
bertolak belakang dengan perkara utang Kartono yang disinggung Keesing. Sumber beritanya
adalah pasangan Abendanon. Dan dari mereka pula berita tentang utang-utang Kartono sampai ke
Jepara (baca: Hurgronje dan Sang Kakak yang Malang). Hatta mengetahui cerita Kartono dalam
perjalanannya bersama Dahlan ke Wina pada Januari 1922. Menurut Dahlan, ada seorang Indonesia
yang sudah lama tinggal di Wina, yakni kakak almarhum Raden Ajeng Kartini. Dahlan mengatakan,
"Sosrokartono sangat pintar dan tergolong manusia jenial." Dalam Memoir Hatta yang memuat
penuturan Dahlan juga menyebut bahwa Sosrokartono tak pernah ikut serta dalam Indische

21
Vereeniging, cikal bakal Perhimpunan Indonesia. Dahlan pun tak merasa perlu mengajak Hatta
mengunjungi seniornya itu di Wina. Padahal di semua literatur tentang Sosrokartono, kakak Kartini
itu disebut ikut mendirikan Indische Vereeniging di Belanda pada awal abad ke-20 itu. Solichin
Salam mengutip dokumen pendirian Indische pada 1908berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging (1922) dan Perhimpunan Indonesia (1925)yang membubuhkan nama Sosrokartono
bersama Hussein Djajadiningrat, Noto Soeroto, Notodiningrat, dan Soemitro Kolopaking di
antaranya. Buku tipis Drs. RMP Sosrokartono, Menumbuhkan Sikap Patriotisme, Membangun
Karakter Bangsa karya Aksan (terbitan Grasindo, 2005) mengutip saat Indonesische mengirim buku
Sumbangsih kepada Boedi Oetomo, nama Sosrokartono terdapat di redaksi penyusun buku.
Namanya juga tercantum dalam daftar dewan redaksi harian Bintang Timoer yang terbit di Belanda
pada 1903, pimpinan Drs. Abdoel Rivai. Perjalanan Sosro berakhir di Southampton, Inggris, saat ia
menulis surat perpisahan kepada pasangan Abendanon dari kapal Grotius, 5 Juli 1925. Surat ini
beserta dua surat lainnya dimuat di Surat-surat Adik R.A. Kartini terbitan Djambatan 2005. Dalam
surat itu, De Mooie Sos yang tengah berada dalam perjalanan pulang ke Jawa memohon maaf tak
sempat berpamitan kepada pasangan Abendanon yang tinggal di Amsterdam. Di Jawa, kata
Kartono, "Saya bertekad memperbaiki dan menyelamatkan kehidupan saya. Ada keinginan dan
kemauan, dan di atas itu ambisi, untuk menyumbangkan pengalaman-pengalaman yang telah saya
dapat kepada bangsa saya." Pulang ke Indonesia pada 1926, ia dituduh komunis oleh pemerintah
jajahan. Sosrokartono kemudian memilih mendirikan perpustakaan ?Panti Sastra? di Tegal bersama
sang adik, R.A. Kardinah. Kemudian ia menetap di Bandung, mendirikan perpustakaan Dar-es-
salam di Jalan Pungkur 7. Ia juga diangkat sebagai Kepala Sekolah Nationale Middelbare School
(Sekolah Menengah Nasional) oleh para aktivis Taman Siswa. Di perpustakaan itulah Sosrokartono
kerap didatangi Soekarno, yang ingin belajar bahasa padanya. Ia memiliki bakat supernatural sejak
usia 3 tahun. Adik-adik Kartini yang mendengar kisah sang ibu menceritakan, pada suatu hari
Sosrokartono mengumpulkan benda-benda mainannya. Waktu ditanya mengapa ia mengumpulkan
mainannya, ia menjawab, ?Mau pindah ke Jepara.? Beberapa bulan kemudian keluarga Sosroningrat
pindah dari Mayong Rembang ke Jepara lantaran ayah Sosrokartono itu diangkat dari jabatan
Wedana Mayong menjadi Bupati Jepara. Ketika masih di Prancis, Sosrokartono pernah dimintai
tolong menyembuhkan seorang anak yang sakit. Sosrokartono hanya meletakkan tangan di dahi si
anak dan membaca doa, sang anak sembuh. Dalam Panggil Aku Kartini Saja (Hasta Mitra, Jakarta,
1997), Pramoedya Ananta Toer menuliskan, pada 1930-an seorang dokter Belanda di RSUP (CBZ)
Jakarta menulis laporan dalam salah satu koran tentang pengalamannya menyaksikan Sosrokartono
menyembuhkan wanita melahirkan yang menurut para dokter tak tertolong lagi. Wanita itu sembuh
setelah minum air putih yang diberikan Sosrokartono. Kemampuan menyembuhkan kemudian
semakin berkembang ketika Sosrokartono tinggal di Bandung. Ia juga pernah diundang Sultan
Langkat untuk mengobati anggota keluarga kerajaan yang sakit. Sisi spiritual Sosrokartono,
termasuk memberikan ajaran-ajaran hidup dalam bahasa Jawa, di kemudian hari melahirkan para ?
pengikut?. Paguyuban Sosrokartanan, komunitas pencinta Sosrokartono, kini telah ada di empat
kota: Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Pada setiap pengobatan, Kartono biasanya
memberikan air putih dan secarik kertas bertulisan huruf Alif (singkatan dari Allah) kepada pasien.
Kartini Pudjiarto masih menyimpan lukisan sederhana berbingkai kayu yang berisi goresan Alif di
kertas putih pemberian Eyang Sosro. "Katanya buat jaga-jaga," ujar Kartini. Ada pula secarik kertas
putih yang berisi nasihat Eyang Sosro bertulisan "Sugih tanpa banda / Digdaya tanpa aji / Nglurug
tanpa bala / Menang tanpa ngasorake" (Kaya tanpa harta/ Sakti tanpa azimat/ Menyerbu tanpa
pasukan/ Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan) yang ditempel dengan selotip di dinding. Ia
juga menyimpan tongkat Kartono, yang merupakan jatah warisan keluarga yang dibagi-bagi setelah
sang eyang meninggal. Air putih, huruf Alif, nasihat-nasihat hidup yang ia tulis dalam bahasa Jawa,
dan laku berpuasa berhari-hari, adalah bagian dari "wajah mistik" Sosrokartono, orang Indonesia
pertama yang terjun ke medan peperangan di Perang Dunia I di Eropa sebagai wartawan. Ucapan-
ucapan Sosrokartono
• Saya minta dengan sangat dan bersungguh-sungguh, hendaklah kepada insulinde ditumpahkan
cinta kasih, cinta kasih yang wajib diberikan kepadanya sebagai hak miliknya. Hai, kamu bangsa

22
penjajah, pada tangan kirimu kamu menggenggam lambang utusan/ajaran untuk damai di antara
sesama manusia, dengan tangan kananmu kamu memegang tongkat lambang peradaban, maka dari
itu hidupkanlah rasa persaudaraan antara bangsamu dan bangsa yang engkau jajah!? - Pidato
Sosrokartono dalam Kongres ke-25 Bahasa dan Sastra Belanda di Gent, Belgia, 29 Agustus 1899.
• Masih saja ada orang yang, meski telah memiliki masa dinas di Hindia selama bertahun-tahun,
tidak mengambil pelajaran dari situ dan beranggapan dapat memperlakukan tiap orang pribumi
sebagai kuli?. Birokrat-birokrat dan otokrat-otokrat yang telah ?jatuh ke atas? (orang tak berbobot
yang naik menduduki jabatan tinggi) tidak kami butuhkan di Hindia. - Surat Sosrokartono kepada
Tuan dan Nyonya Abendanon, 14 Juli 1925.
• Nun di suatu masa nanti, Terusan Suez bakal bermandikan darah, tapi yang berkobar dahsyat di
Benua Asia dan Afrika. Akhirnya kedua benua akan berpaut menyatu-padu di kota ini.?--Ucapan
Sosrokartono pada usia 40 tahun dalam Wajah Bandung Tempo Doeloe karangan Haryoto Kunto.
• Sampaikan kepada Bung Karno, Dik, bahwa perjuangan kemerdekaan ini memerlukan waktu yang
lama, akan banyak berjatuhan korban, diiringi oleh kerusuhan-kerusuhan dan kekacauan, tetapi
akhirnya Indonesia merdeka juga. Saya akan membantu, tetapi Bung Karno harus eling? - Ucapan
Sosrokartono kepada Dr R. Suharto, dokter pribadi Bung Karno, suatu malam menjelang
kemerdekaan Indonesia, dalam Dr R. Suharto Saksi Sejarah terbitan PT. Gunung Agung, Jakarta.
• Sugih tanpa banda, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake? (Kaya tanpa
harta, Sakti tanpa azimat, Menyerbu tanpa pasukan, Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan)

Sumber :
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=32927369#post32927369

23

You might also like