You are on page 1of 1

PATOFISIOLOGI ALERGI Proses ini dimulai oleh suatu alergen melalui kontak dengan mukosa yang kemudian diikuti

oleh renteten peristiwa kompleks yang menghasilkan IgE. Respons IgE merupakan suatu respons lokal yang terjadi pada tempat masuknya alergen ke dalam tubuh pada permukaan mukosa dan pada limfonodi. Produksi IgE oleh sel B tergantung pada penyajian antigen oleh sel penyaji antigen (APC) dan kerja sama antara sel B dan sel TH2. IgE yang dihasilkan mula mula akan mensensitisasi sel mast di jaringan sekitarnya, sisanya akan masuk sirkulasi ataupun sel mast di jaringan lain di seluruh tubuh. IgE mampu melekat pada sel mast dan basofil dengan afinitas tinggi melalui fragmen Fc-nya. Dengan demikian, walaupun waktu paruh IgE bebas dalam serum hanya beberapa hari, sel mast dapat tetap tersensitisasi oleh IgE untuk beberapa bulan karena tingginya afinitas pengikatan IgE pada reseptornya, terlindungi dari penghancuran oleh protease serum. Reaksi hipersensitifitas tipe I terjadi bila sel mast yang telah tersensitisasi dengan IgE bertemu dengan antigen/alergen spesifik. Kemudian sel mast akan melepaskan mediator farmakologis seperti histamin, ECF-A (Eosinophil-Chemotactic Factor of Anaphylactic), PAF (Platelet Aggregating Factor) dan NCF-A (Netophil-Chemotactic Factor Anaphylactic). (Wahab. 2002: 70). Mediator ini kemudian menimbulkan respons radang yang khas ditandai dengan erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan tebal, berwarna merah memutih bila ditekan dan disertai rasa gatal. (Matondang. 1996: 154). Oleh karena adanya ECF-A hasil dari degranulasi sel mast, sel eosinofil akan bergerak ke daerah sasaran dan akan melepaskan mediator berupa antihistamin yang akan mengontrol reaksi alergi.

You might also like