You are on page 1of 18

Journal Reading

Conservative Management of Acute Mastoiditis in Children


Pembimbing: dr. Bambang A. Soe., Sp.THT
Disusun oleh: Astriana Indrawati (01.206.5138) Nurul Isna Hidayati (01.207.5544) Yulia Arisna Triwi (01.208.5808)
1

TUJUAN
untuk membandingkan terapi mastoiditis akut pada anak dengan antibiotik dikombinasikan dengan pungsi retroaurikuler dan insersi grommet dibandingkan dengan penatalaksanaan standart dengan mastoidektomi.

RANCANGAN penelitian retrospektif

LOKASI pusat kesehatan anak tersier


3

PASIEN
kami mengidentifikasi 50 pasien berusia kurang dari 14 tahun dengan mastoiditis akut (rerata usia 32 bulan). Individu dengan mastoiditis subakut dan kolesteatom diieksklusikan dari penelitian ini. Semua anak mendapatkan terapi antibiotik. Sebelum 2002, abses subperiosteal (SA) diterapi dengan mastoidektomi. Sejak tahun 2002, terapi konservatif dimulai untuk menghindari mastoidektom

Main Outcome Measure

proporsi dari anak yang sembuh setelah terapi konservatif SA pada mastoiditis akut.

Hasil
Dibandingkan metode sebelum 2002, metode setelah 2002 ( 15 dan 16), tetapi jumlah mastoidectomi menurun (16 dan 1). Lamanya perawatan di RS pada pasien yang dilakukan aspirasi lebih singkat dibanding dengan pasien yang dilakukan mastoidectomi kortikal.
5

KESIMPULAN
pengobatan dengan antibiotik dikombinasikan dengan pungsi aurikuler dan insersi grommet merupakan alternatif efektif untuk mastoidektomi pada terapi mastoiditis akut dengan SA pada anak.
6

BACKGROUND
Mastoiditis akut (AM) merupakan penyakit infeksi pada tulang temporal yang dapat berkomplikasi menjadi otitis media akut (OMA). Meskipun dengan antibiotik modern, AM dapat berkembang cepat dan mengancam nyawa, dengan komplikasi ekstrakranial dan intrakranial. Abses Subperiosteal (SA) merupakan komplikasi tersering dari AM. Pada kasus ini, hampir semua anak perlu dilakukan mastoidektomi . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa SA, yang merupakan komplikasi AM, dapat diterapi seimbang dengan terapi konservatif seperti halnya dengan mstoidektomi kortikal.
7

METODE

POPULATION

analisis retrospektif dari catatan medis dan computed tomografi (CT) dari anak dengan AM di departemen THT anak pada pusat rujukan kesehatan dari 1 Mei 1994 hingga 30 Mei 2008.

Tujuan dari study ini adalah untuk mempelajari AM, kriteria diagnosis dari tandatanda OMA, termasuk nyeri telinga, edema preaurikuler dengan nyeri didaerah mastoid, dan demam.

Pasien dengan kolesteatom, subakut mastoiditis, atau selulitis postaurikuler sekunder hingga otitis eksterna dikeluarkan dari penelitian ini.
8

Pasien dengan kolesteatom, subakut mastoiditis, atau selulitis postaurikuler sekunder hingga otitis eksterna dikeluarkan dari penelitian ini. Sebelum terapi antibiotik, spesimen kultur telinga diambil menggunakan penghisapan kanul secara steril melalui miringotomi atau dari pus yang didapat selama mastoidektomi dan drainase dari abses. Spesimen segera dilakukan kultur secara aerob dan anaerob.
9

Potongan diambil secara halus dari garis orbitomeatal untuk menghindari iradiasi yang tidak perlu pada mata dengan menggunakan algoritma resolusi tinggi dan nilai miliampere yang kecil. Kami melakukan CT untuk anak dengan suspek klinis SA atau komplikasi intrakranial dan untuk pasien yang tidak membaik dengan antibiotik setelah 48 jam.

10

pasien yang diterapi sebelum 2002 yang juga dilakukan mastoidektomi kortikal

kelompok operasi

sesudah tahun 2002 tidak dilakukan mastoidektomi , dilakukan pungsi postaurikuler atau timpanostomi .

kelompok konservatif

11

OUTCOME MEASUREMENTS
Usia, jenis kelamin, gambaran klinis, CT dan penemuan kultur, terapi dan hasil dipelajari untuk menggambarkan populasi anak dengan SA dan untuk membandingkan kelompok operatif dan konservatif.

12

RESULT
13

Table 1
Streptococcus pneumococcus adalah bakteri patogen yang paling banyak, dan didapatkan pada kultur 19 pasien SA. Rerata S. pneumoniae yang resisten adalah 78% pada kelompok operasi dan 90% pada kelompok konservatif. Tidak perbedaan signifikan tercatat pada kelompok S. pneunomoniae diantara kedua kelompok (odds ratio 2,4 p=5,8)
14

Table 2 Perbandingan lama perawatan di RS pada kelompok operatif dan konservatif, perbedaannya signifikan dengan uji T yaitu 15 hari dibanding 9 hari (p<0,02).

15

COMMENT
frekuensi dan morbiditas dari AM menurun sejak penggunaan antibiotik. Abses periosteal biasanya memerlukan pembedahan. Penelitian ini menggambarkan terapi konservatif dengan pungsi postaurikuler atau timpanostomi dengan antibiotik sebagai terapi alternatif untuk anak dengan SA.

16

Lamanya perawatan di RS menurun dibandingkan dengan anak yang diterapi dengan pembedahan. Bagaimanapun, bila mastoiditis disebabkan oleh F Necrophorum, dokter harus waspada bahwa infeksi dapat menjadi lebih agresif dan sulit untuk diterapi. Bila terapi konservatif gagal, mastoidectomi harus dilakukan.
17

TERIMAKASIH

18

You might also like