You are on page 1of 16

Dua Dari Beberapa Jenis Metode Penelitian Kualitatif

DUA DARI BEBERAPA JENIS METODE PENELITIAN KUALITATIF

Jonherz Stenlly Patalatu

Dalam ilmu sosial dikenal dua paradigma besar yang mendasari perkembangannya, yakni paradigma positivistik yang menyatakan bahwa ilmu didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur-prosedur baku dan paradigma interpretif (fenomenologis) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dari kehidupan sehari-hari.

Positivisme melihat penelitian sebagai langkah instrumental, penelitian dianggap sebagai alat untuk mempelajari peristiwa sosial dan menemukan interkoneksi di dalamnya. Sedangkan dalam pandangan interpretif, penelitian dilakukan untuk mengembangkan pemahaman. Dari pemahaman inilah maka muncul penelitian kualitatif.

Menurut Creswell (2010), Penelitian Kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Penelitian kuantitatif menampilkan data dalam bentuk angka. Sementara itu, penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif. Secara umum pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.

Studi dalam situasi alamiah

Desain penelitian kualitatif bersifa ilmiah, artinya peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi sebenarnya dimana fenomena itu ada.

2.

Analisis induktif

Dikatakan analisis induktif karena peneliti tidak membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya, melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan apa adanya. Patton (1990) mengatakan analisis induktif dimulai dengan observasi khusus, yang memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut (Poerwandari, 1998)

3.

Kontak personal langsung

Aktivitas sentral dari peneliti kualitatif adalah kegiatan lapangan. Mengembangkan kegiatan lapangan ini berarti mengembangkan hubungan personal langsung dengan orang-orang yang diteliti

4.

Perspektif holistik

Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks, dan bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih bermakna daripada penjumlahan bagian-bagian.

5.

Perspektif dinamis, prespektif perkembangan

Penelitian kualitatif melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang, bukan sebagai suatu hal yang statis dan tidak berubah dalam perkembangan kondisi dan waktu. Minat penelitian kualitatif adalah mendeskripsikan dan memahami proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan gejala yang diteliti.

6.

Orientasi pada kasus unik

Penelitian kualitatif yang baik akan menampilkan kedalaman dan detail, karena fokusnya memang penyelidikan yang mendalam pada sejumlah kasus kecil. Kasus dipilih sesuai dengan minat dan tujuan khusus yang diuraikan dalam tujuan penelitian

7.

Netralistik empatik

Empati mengacu pada sikap peneliti terhadap subjek yang dihadapi dan diteliti, sementara netralitas mengacu pada sikap peneliti menghadapi temuan penelitian.

8.

Fleksibel desain

Penelitian yang bersifat kualitatif tidak dapat secara jelas, lengkap dan pasti ditentukan di awal sebelum dilaksanakannya pekerjaan lapangan. Tentu saja ada desain awal yang disusun sebaik mungkin, yang akan menentukan fokus pertama, rencana-rencana pengamatan dan wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

9.

Peneliti sebagai instrument kunci

Bila penelitian kuantitatif dapat berpegang pada rumus-rumus dan teknik statistik, penelitian kualitatif tidak memiliki formula baku untuk menjalankan penelitiannya. Karenanya, kompetensi peneliti menjadi aspek paling penting. Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik, mengumpulkan data, menganalisis hingga menginterpretasikannya.

Beberapa catatan tentang penelitian kualitatif

Validitas penelitian kualitatif dilihat dari keterlibatan peneliti dalam melaksanakan penelitian, intensitas peneliti dilapangan penelitian Kredibilitas penelitian kualitatif adalah sejauh mana data penelitian dapat dipercaya. Kekayaan informasi dari sumber penelitian merupakan faktor penting didalam penelitian kualitatif. Penelitian yang berkualitas adalah penelitian yang memiliki review literature yang kaya

STUDI KASUS

Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwaperistiwa kehidupan nyata seperti silklus kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan

manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan internasional, dan kematangan industri-industri

Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, masing-masing adalah tipe eksplanatoris, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dalam konteks kehidupan nyata. Tipe eksploratoris, yaitu digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi yang tidak dapat dievaluasi secara intevensi atau berdasarkan single point saja. Dan tipe berikutnya adalah deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata.

Studi kasus dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus mendasarkan diri pada teknikteknik yang lazim digunakan pada strategi historis seperti peneliti sangat bergantung pada dokumendokumen primer, dokumen sekunder, peralatan-peralatan budaya, dan fisik sebagai bukti tetapi kemudian menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tidak dimiliki oleh penelitian historis yakni observasi dan wawancara sistematik. Dengan demikian kekuatan unik dari studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti, selebihnya dalam beberapa situasi seperti observasi partisipan, manipulasi informasi juga dapat terjadi.

Dalam melakukan penelitian studi kasus diperlukan juga desain penelitian. Menurut Nachmias dan Nachmias (1976), desain penelitian adalah suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Dalam hal ini desain penelitian merupakan suatu model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kausal antarvariabel di dalam suatu penelitian. Desain penelitian tersebut juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi, yaitu apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau situasi-situasi yang berbeda (Yin, 2011). Dapat disimpulkan bahwa desain penelitian mengarahkan peneliti pada sebuah prosedur atau langkah-langkah yang menjadi acuan sebuah penelitian sehingga peneliti tidak mengalami jalan buntu dalam melaksanakan penelitian.

Tujuan pokok dari desain penelitian adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.

Komponen-komponen desain penelitian studi kasus ada lima, yaitu:

1.

Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian berkenan dengan W-H question yaitu what, who, where, why dan how yang akan member rambu-rambu terhadap strategi penelitian yang digunakan. Dari bentuk pertanyaan diatas, studi kasus paling cocok menggunakan pertanyaan How dan why.

2.

Proposisinya, jika ada

Proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam ruang lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja sama untuk sebuah keuntungan timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan isu teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus mencari bukti yang relevan.

3.

Unit-unit analisis

Unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan kasus dalam penelitian. Contoh studi kasus tentang pasien histeria atau pemimpin yang otoriter. Pada situasi seperti ini, perorangan merupakan kasus yang akan dikaji, dan individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi mengenai setiap individu yang relevan dikumpulkan.

4.

Logika yang mengaitkan data dengan proposisi

Penjodohan pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola adalah pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses koding

5.

Kriteria untuk menginterpretasi temuan

Setelah pola-pola dijodohkan atau dikategorikan maka diharapkan agar pola-pola tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang perbedaan gambaran sehingga temuan-temuan dapat diinterpretasikan dengan baik.

Kriteria penetapan kualitas desain penelitian sangat berpengaruh terhadap suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. Kriteria kualitas desain penelitian berkaitan dengan:

a. Validitas konstruk yakni menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Dalam studi kasus, dapat digunakan teknik multisumber bukti, memberikan kesempatan kepada informan kunci untuk meninjau kembali draft laporan studi kasus yang bersangkutan.

b. Validitas internal merupakan hubungan sebab-akibat, dimana kondisi-kondisi tertentu diperhatikan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain, untuk membedakan dari hubungan semu.

c. Validitas eksternal yaitu menetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian dapat divisualisasikan

d. Realibitas yaitu bahwa suatu penelitian seperti proseduk pengumpulan data dapat diinterpretasikan dengan hasil yang sama pada waktu yang berbeda

Selanjutnya adalah pelaksanaan pengumpulan data dalam studi kasus. Bukti atau data untuk keperluan sebuah studi kasus pada dasarnya berasal dari enam sumber, antara lain:

Dokumen

Dokumen-dokumen dapat berupa: surat, memorandum, pengumuman resmi, proposal, artikelartikel, agenda, dll.

Manfaat dari penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Dokumen membantu memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi yang disinggung dalam wawancara. Dokumen juga membantu memberikan rincian informasi jika bukti documenter bertentangan dengan informasi dari sumber yang didapat maka peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh tentang topik yang bersangkutan. Kesimpulan juga dapat dibuat dari dokumen-dokumen terkait.

Rekaman Arsip

Berupa rekaman keorganisasian atau bagan organisasi, daftar nama dan komoditi yang relevan, peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat, rekaman daftar nomor telepon, buku harian, dll.

Wawancara

Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting dalamp studi kasus. Wawancara dalam studi kasus terdiri dari beberapa tipe yakni tipe open-ended, yaitu peneliti dapat bertanya kepada informan kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa, selain itu peneliti juga memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan opini tentang peristwa tersebut. Tipe wawancara terfokus dimana wawancara akan terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara dan informan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat diluar dari pertanyaan yang diajukan. Dan tipe wawancara terstruktur dimana peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan tertentu sehingga memunculkan jawaban yang berkorespondensi dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya.

Observasi langsung

Peneliti membuat kunjungan langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi, pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi. Bukti observasi cenderung bermanfaat sebagai informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti

Observasi partisipan

Dalam hal ini peneliti tidak hanya bertindak sebagai pengamat yang pasif tetapi peneliti juga bertindak aktif dalam mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwaperistiwa yang diteliti.

Perangkat Fisik

Sumber bukti ini dapat berupa perangkat fisik, peralatan teknologi, alat, pekerjaan seni atau beberapa bukti kultural lainnya. Contoh: sebuah perangkat hasil cetakan komputer dapat dipakai sebagai sumber informasi tentang kualitas komputer tersebut.

Selain sumber individual diatas, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data studi kasus. Hal tersebut mencakup:

Berbagai sumber bukti yaitu bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi sesuai dengan dengan serangkaian fakta dan temuan yang sama. Data dasar yaitu cara mengorganisasikan dan mendokumentasikan data yang telah terkumpul berupa catatan studi kasus, dokumen studi kasus, bahan tabulasi atau data survei, dan narasi. Memelihara rangkaian bukti. Prinsip ini memungkinkan pengamat atau pembaca dapat mengikuti asal muasal dari pertanyaan penelitian awal sampai dengan konklusi dari studi kasus yang disajikan. Hal ini mengacu pada sebuah skenario dari awal penelitian sampai dengan selesai sebagai suatu ikatan yang utuh dan sinergis, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dengan baik studi kasus tersebut.

ETNOGRAFI

Menurut Craswell (2007) Etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif dalam menyelidiki suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah dalam rentan waktu yang cukup lama dalam proses pengumpulan data yakni berupa data observasi, dan data wawancara.

Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai semua kebudayaan manusia dari prespektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. Dengan demikian maka tujuan utama etnografis adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli dalam kaitannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya tentang dunianya.

Beberapa peran etnografi yaitu menginformasikan teori-teori ikatan budaya, menemukan grounded theory, memahami masyarakat yang kompleks, dan memahami perilaku manusia

Dalam penelitian etnografi, bahasa memiliki peran yang sangat krusial sebab etnografer sebaiknya menguasai bahasa asli (native language) sebuah komunitas dimana ia melakukan penelitian, selanjutnya bahasa juga menunjuk pada penggunaan istilah-istilah asli yang harus dipahami oleh etnografer.

Untuk menghasilkan suatu deskripsi kebudayaan, etnografer sebaiknya memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut yaitu; karakteristik jenis kelamin yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga mencegah terjadinya tindakan asusila. Mengetahui aspek budaya seorang informan merupakan aspek selanjutnya yang harus diketahui oleh etnografer sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman dalam proses wawancara. Interaksi yang baik antara etnografer dengan informan akan sangat berpengaruh terhadap wawancara, hubungan yang baik dapat terbina apabila etnografer menjadi pendengar yang baik dalam wawancara. Aspek yang terakhir adalah seorang etnografer harus memiliki keterampilan interpersonal dalam membangun wawancara, aspek ini terkait dengan kapan etnografer harus mengajukan pertanyaan, kapan ia harus diam dan tidak bersifat tegas.

Selain itu seorang informan yang baik diharapkan memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:

1.

Enkulturasi penuh

Informan yang baik akan mengetahui budaya mereka dengan sangat baik. Salah satu cara untuk memperkirakan seberapa dalam seseorang telah mempelajari suatu suasana budaya adalah dengan menentukan lamanya orang itu dalam situasi budaya. Dengan kata lain dia benar-benar sudah terenkulturasi.

2.

Keterlibatan langsung

Etnografer harus mengetahui dengan baik keterlibatan langsung informan dalam suasana budayanya.

3.

Suasana budaya yang tidak dikenal

Informan dari budaya yang berbeda dengan etnografer akan cenderung membuat etnografer lebih mudah dalam menganalisis data lapangan dan data yang diterima tidaklah dangkal.

4.

Cukup waktu

Informan yang baik adalah informan yang memiliki cukup waktu sehingga dapat menunjang terlaksananya proses wawancara secara intensif. Apabila informan tidak memiliki cukup waktu maka etnografer dapat menggunakan informan ganda

5.

Non-analitik

Informan yang baik dapat membantu melakukan analisis atas kebudayaannya dengan tidak menggunakan analisis orang luar.

Setelah etnografer dapat menetapkan seorang informan yang baik maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses wawancara etnografis dengan tiga unsur penting yakni:

1.

Tujuan yang eksplisit

Wawancara etnografis melibatkan tujuan dan arah, maka percakapannya cenderung bersifat formal akan tetapi etnografer tidak perlu menjadi otoriter melainkan secara perlahan-lahan mengarahkan pembicaraan menuju penemuan pengetahuan budaya informan.

2. Penjelasan etnografis, mencakup penjelasan projek, penjelasan perekaman, penjelasan bahasa asli, penjelasan wawancara dan perjelasan pertanyaan

3. Pertanyaan etnografis berupa pertanyaan deskriptif untuk mengumpulkan satu sampel dari bahasa informan. Pertanyaan struktural yang memungkinkan etnografer menemukan infomasi tentang domain unsur budaya informan. Dan pertanyaan kontras ketika etnografer ingin menemukan berbagai hal yang dimaksudkan oleh informan berdasarkan bahasa asli yang digunakannya.

Membuat catatan etnografis yang meliputi catatan lapangan, alat perekam, gambar, artefak, dan benda-benda lain yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari. Catatan etnografis harus didasari oleh prinsip identifikasi bahasa dimana etnografer menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan informan yang dihadapinya. Serta prinsip harafiah atau prinsip apa adanya, etnografer mencatat informasi wawancara apa adanya tanpa ada interpretasi awal sehingga tidak mengurangi makna dari informasi yang disampaikan, untuk mempermudah prinsip ini, etnografer dapat menggunakan alat perekam suara.

Dalam etnografi, ada 4 jenis catatan lapangan dalam etnografi, yaitu:

a.

Laporan ringkas

Laporan hendaknya membuat catatan ringkas sesuai dengan yang sesungguhnya terjadi selama proses wawancara.

b.

Laporan yang diperluas

Laporan ini dapat dilakukan dengan cara menuliskan secara detail informasi yang diperoleh setiap kali wawancara.

c.

Jurnal penelitian lapangan

Jurnal ini seperti buku harian yang berisi pengalaman, ide, kekuatan, kesalahan, kebingungan, terobosan, dan permasalahan yang dapat muncul ketika penelitian.

d.

Analisis dan interpretasi

Analisis dapat dilakukan sebagai bentuk penyegaran pikiran dengan melihat ide-ide dari bacaan yang lalu, beberapa prespektif teoritis tertentu dan beberapa komentar yang dinyatakan oleh informan.

Analisis domain dimulai dari penggunaan hubungan-hubungan semantik, sehingga hubungan semantik ini menjadi suatu alat yang bermanfaat dalam analisis etnografi. Dengan menggunakan analisis tersebut, etnografer dapat menemukan sebagian besar prinsip-prinsip yang dimiliki oleh suatu kebudayaan sehingga dapat menyusun simbol-simbol kedalam domain-domain. Hubungan simantik ini ada yang bersifat universal, contoh elang adalah jenis burung. Dan ada yangdiekspresikan oleh informan, contoh: tangan digunakan untuk memegang.

Ada beberapa prinsip dalam mengajukan pertanyaan struktural, yaitu:

a.

Prinsip konkruen

Pertanyaan yang diajukan hendaknya bersifat konkruen yang berarti bahwa mengganti pertanyaan dalam masing-masing wawancara

b.

Prinsip penjelasan

Memberikan penjelasan terhadap pertanyaan structural yang membutuhkan kejelasan sehingga informan mudah memahami maksud pertanyaan tersebut.

c.

Prinsip pengulangan

Mengulang pertanyaan struktural berkali-kali dengan tujuan untuk mendapatkan istilah dalam domain.

d.

Prinsip konteks

Memberikan informasi kontekstual kepada informan, sehingga dapat menempatkan informasi dalam setting domain yang relevan.

e.

Prinsip kerangka kerja budaya

Informan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan batasan budaya dan juga dalam batasan personal

Dalam membuat analisis taksonomik digunakan untuk mengarahkan perhatian seorang etnografer pada struktur internal dari domain-domain yang telah dimilikinya. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk melakukan analisis taksonomik yaitu:

1.

Pilihlah suatu domain untuk analisis taksonomik

2.

Indentifikasi kerangka subtitusi yang tepat untuk analisis

3.

Carilah beberapa subset yang memungkinkan dibeberapa istilah tercakup

4. Carilah domain yang lebih besar, lebih inklusif yang dapat masuk ke dalam suatu subset yang sedang dianalisis

5.

Buatlah suatu taksonomi sederhana

6. Formulasikan pertanyaan struktural untuk membuktikan berbagai hubungan taksonomik dan memperoleh berbagai istilah baru

7.

Lakukanlah wawancara struktural tambahan

8.

Buatlah suatu taksonomik yang lengkap

Analisis Komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai komponen makna yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya. Ada dua cara yang dipakai oleh para antropolog ketika melakukan analisis komponen atas berbagai istilah asli informan. Pendekatan yang pertama membatasi diri pada penemuan atribut yang dikonseptualisasikan oleh informan. Tipe Pendekatan selanjutnya mencari perbedaan-perbedaan formal atau logis di antara anggota-anggota suatu rangkaian kontras. Tipe analisis kedua ini berupaya menemukan realitas struktural yang tidak sejalan dengan persepsi informan.

Langkah-langkah dalam membuat analisis komponen

1.

Pilihlah salah satu rangkaian kontras untuk dianalisis

2.

Temukanlah semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya

3.

Siapkanlah suatu kertas kerja paradigma

4.

Identifikasikan dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar

5. Gabungkanlah dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi dimensi kontras yang mempunyai nilai ganda

6. Siapkan pertanyaan-pertanyaan kontras untuk memperoleh atribut yang hilang serta dimensi kontas yang baru

7.

Lakukanlah suatu wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan

8.

Siapkanlah suatu paradigma lengkap

Apabila etnografer selesai melakukan analisis komponen, etnografer hendaknya berusaha mencari dan menemukan tema-tema budaya. Tema budaya merupakan unsur-unsur dalam peta kognitif yang membentuk suatu kebudayaan. Tema terdiri atas sejumlah simbol tersirat atau tersurat yang tersambung melalui hubungan yang mempunyai makna.

Ada beberapa strategi untuk membuat suatu analisis tema yaitu; strategi melebur dengan menjadi bagian dari suatu kebudayaan yang akan memberikan berbagai wawasan tentang tema-tema kebudayaan tersebut. Membuat inventarisasi budaya dengan membuat daftar berbagai domain budaya. Selanjutnya buatlah daftar domain budaya yang sebelumnya tidak teridentifikasi, kemudian periksalah catatan lapangan dan buatlah suatu salinan sketsa peta yang dibuat oleh informan. Buatlah daftar contoh deskripsi verbal dari pengalaman yang kongkrit dan memberikan informasi detail tentang fakta-fakta. Inventarisir data yang beraneka ragam seperti jurnal, ide-ide tertulis dan interpretasi catatan lapangan. Setelah itu, carilah kemiripan dari dimensi-dimensi kontras, mengidentifikasi domain-domain yang mengatur dan menmgorganisir suatu informasi secara dinamis, membuat diagram skematik suasana dari budaya, mencari tema-tema yang universal, menulis intisari secara ringkas dari suasana budaya, dan kemudian buatlah perbandingan dari suasana budaya yang sifatnya hampir sama.

Setelah semua tahapan telah dilewati oleh seorang etnograf maka sampailah ia pada tahap menulis suatu etnografi. Dalam menulis suatu etnografi ada beberapa langkah yang sebaiknya diperhatikan oleh seorang etnografer, antara lain:

1.

Memilih khalayak

2.

Memilih tesis atau pesan utama yang ingin disampaikan

3.

Membuat daftar topik dan garis besar

4.

Menulis langkah kasar untuk masing-masing bagian

5.

Merevisi garis besar dan membuat anak judul

6.

Mengedit naskah kasar

7.

Menuliskan pengantar dan kesimpulan

8.

Menuliskan kembali tulisan mengenai contoh-contoh

9.

Menulis langkah akhir

to be continued

Daftar Pustaka

Creswell W. Jhon. 2010. Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Psikologi. Lembaga Pengembangan Sarana dan Pendidikan Psikologi. Universitas Indonesia. Jakarta

Spradley P. James. 2007. Metode Etnografi. Tiara Wacana. Yogyakarta

Yin K. Robert, Prof. 2011. Studi Kasus; Desain dan Metode. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta

You might also like