You are on page 1of 16

2013

MAKALAH KAA DAN GNB

Kelompok : 3 Kelas : 11 IPA 3 Anggota : 1. Alisha Amelia D P 2. Anintya Rizki A 3. Deby Annisa 4. Desintha Riesmakania 5. Farhan Faujan K 6. Nadiar Jua P 7. Rinaldo Limbong

SMAN 17 BANDUNG
5/3/2013

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan Makalah ini. Pembuatan Karya Tulis ini bertujuan untuk mendorong agar kita dapat aktif, juga untuk menguji kemampuan dalam penulisan kreatif, dari sini guru bisa memantau siswa dalam mengikuti pelajaran PKn. Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Karenanya dalam kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Marwati selaku guru mata pelajaran PKn 2. Pak Aan, selaku wali kelas XI IPA 3 3. Seluruh anggota kelompok penyusun makalah ini 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurna, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan guna kesempurnaan. Selanjutnya atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih dan harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua.

Bandung, Maret 2013 Penulis.

Konferensi Asia Afrika (KAA)


I. LATAR BELAKANG
Konferensi Asia-Afrika mungkin merupakan sejarah yang penting namun hampir terlupakan oleh kita terkecuali jika kita berada dilingkungan sekolah. Berikut ini akan saya jelaskan sedikit tentang Konferensi Asia Afrika yang pernah berlangsung di Bandung, Jawa Barat. Konferensi Tingkat Tinggi AsiaAfrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialismeAmerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusankeputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.

Konferensi Pendahuluan Sebelum Konferensi Asia Afrika


a. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I) Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut. Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah. Birma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu. Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala Dalam konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut. Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis. Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko. Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggara b. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)

Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara yang akan diundang dan kesekretariatan. Rekomendasi yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai berikut. Mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955. Menetapkan kelima negara peserta konferensi Colombo sebagai negara-negara sponsor. Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang. Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika. Dapat di simpulkan bahwa latar belakang terjadinya KAA adalah sebagai berikut: 1. Bangsa-bangsa Asia Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarah yakni samasama menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa. 2. Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari kekuasaan Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain. 3. Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional yang diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur. 4. Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belum terdapat kesadaran untuk bersatu, yang kemudian Rusia dan Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam masalah tersebut. 5. PBB seringkali tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara. Seruan Dewan Keamanan PBB sering dilanggar negara-negara yang sedang berselisih 6. Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negaranegara Asia-Afrika agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB. 7. Bangsa-bangsa Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

II. FAKTOR-FAKTOR
a) Letak benua asia dan afrika yang berdekatan dan mampunyai kesamaan geografis. b) Kedua benua memiliki kesamaan yang kuat bukan hanya faktor keturunan, akan tetapi juga faktor agama dan sejarah. c) Kedua benua juga memiliki kesamaan nasib, yaitu sama-sama dijajah oleh negara-negara eropa. d) Setelah merdeka kedua beua juga memiliki persoalan yang harus dihadapi bersama. Sebelum diadakan konferensi asia afrika pemuda asia mengadakan Kongres Liga Internasional Anti Penjajahan dan Penindasan di Brussel (Belgia) pada tanggal 15 Januari 1927. Selain itu para peuda arab berkumpul di Bludan untuk membentuk Pan-Arabisme pada tanggal 18 september 1937. Pada tanggal 2 april 1947 Sri Pandhit Jawaharlal Nehru mengadakan Konferensi Hubungan Antar Asia di New Delhi.

III. TUJUAN Tujuan diselenggarakan KAA antara lain:


1. Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta untuk menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama.

2. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya dengan negara-negara peserta. 3. Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa AsiaAfrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme. 4. Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.

IV. DAMPAK
1) Berkurangnya ketegangan dan bahaya peperangan antara blok barat dan blok timur. 2) Peranan Negara Asia-Afrika sangat di butuhkan dalam setiap pengambilan keputusan sidang umum PBB.

V. ANGGOTA
Pada tahun 1954 Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka . wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut: 1) Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo 2) India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru 3) Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah 4) Birma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu 5) Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala. Pada tahun 1955 Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-25 April 1955 bertempat di Gedung Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara sponsor) dari 30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi. Adapun negara-negara yang hadir dalam KAA adalah : 1. Indonesia 16. Laos 2. India 17. Libanon 3. Birma (Myanmar) 18. Liberia 4. Pakistan 19. Libia 5. Srilangka 20. Nepal 6. Afghanistan 21. Filipina 7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia 8. Republik Rakyat China 23. Sudan 9. Mesir 24. Syiria 10. Ethiopia 25. Muang Thai 11. Ghana (Pantai Emas) 26. Turki 12. Iran 27. Vietnam Utara 13. Irak 28. Vietnam Selatan 14. Jepang 29. Yaman 15. Yordania Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.

VI. HASIL KERJA KAA


Konferensi Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan (hasil kerja) yang disepakati para peserta sebagai berikut: 1. Kerja sama ekonomi (mengusahakan kemajuan ekonomi, memajukan perdagangan, saling memberikan bantuan teknik, dan mendirikan bank-bank) - Bekerja sama memajukan perkembangan ekonomi di Asia-Afrika atas dasar saling menguntungkan dan menghormati kedaulatan masing-masing. - Saling memberikan bantuan teknik, misalnya tenaga ahli, dsb. - Mengusulkan dibentuknya segera dana istimewa PBB dan suatu kerjasama keuangan internasional untuk perkembagan ekonomi Asia-Afrika. - Mengusahakan penstabilan perdagangan barang-barang serta memperluas lingkungan perdagangan sehingga bersifat multilateral. - Melakukan tindakan kolektif Negara peserta konfrensi guna mencapai stabilitas harga-harga internasional dan permintaan barang-barang melalui perjanjian-perjanjian bilateral/multilateral. - Negara-negara Asia-Afrika agar mengekspor bahan-bahan mentahnya yang telah diolah. - Diadakan tindakan bersama untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada beberapa maskapai perkapalan, seperti masalah tariff yang sering dipermainkan. - Memberi dorongan terbentuknya bank-bank nasional dan regional. - Perumusan politik bersama mengenai pertukaran keteangan-keterangan yang terkait dengan perminyakan. - Penggunaan tenaga nuklir untuk kepentingan perdamaian kepentingan Negara-negara di AsiaAfrika dan menyediakan keterangan-keterangan penggunaan tenaga atom untuk perdamaian sehingga perlu dibentuk Badan Tenaga Aton Internasional (International Atomic Energy Agency). - Menunjuk pejabat-pejabat penghubung Negara-negara peserta konfrensi untuk pertukaran keteranga-keterangan yang saling menguntungkan. - Diadakan perundingan-perundingan antar Negara peserta konfrensi di forum-forum internasional untu kepentingan bersama 2. Kerja sama kebudayaan (antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan terpenting untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia-Afrika, memajukan pendidikan dan pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.) - Bekerjasama yang lebih erat dalam lapangan kebudayaan sebagai salah satu jalan terpenting untuk mewujudkan saling pengertian diantara Negara/bangsa Asia-Afrika. - Mengutuk pelanggaran hak-hak dasar manusia dalam lapangan pendidikan dan kebuadayaan di beberapa daerah di Asia-Afrika, seperti Tuniasia, Aljazair dan Maroko serta mengutuk rasialisme digunakan sebagai alat penindasan dilapangan kebudayaan. - Pengembangan kerjasama kebudayaan bukan dimaksudkan untuk mengecualikan/menyaingi golongan bangsa-bangsa dan peradaban serta kebuadayaan lain, tetapi dikembangkan dalam rangka hubungan kerjasama sedunia yang lebih luas. Disamping itu pengembangan kebudayaan mereka dengan Negara lain dengan harapan memperkaya kebudayaan mereka, sehingga pada akhirnya akan tercipta perdamaian dunia dan saling mengerti. - Menganjurkan Negara-negara Asia-Afrika yang lebih maju/beruntung memberikan fasilitasfasilitas, seperti pertukaran pelajar, pelatih dan guru untuk memajukan pendidikan dan pengajaran dikawasan Asia-Afrika. - Memajukan kerjasama kebudayaan antar Negara-negara Asia-Afrika hendaknya ditujukan kepada: a.Mendapat pengetahuan tentang Negara-negara satu sama lain. b.Pertukaran kebudayaan. c. Pertukaran keterangan-keterangan. - Untuk mencapai hasil-hasil terbaik dari kerjasama kebudayan hendaknya dilakukan dengan mengadakan perjanjian bilateral

3. Hak-hak Asasi Manusia dan Hak Menentukan Nasib Sendiri (menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.) - Menjunjung tinggi sepenuhnya prinsip-prinsip dasar hak-hak manusia seperti yang termuat dalam piagam PBB dan memperhatikan pernyataan hak-hak manusia (Universal Declaration of Human Rights) sebagai dasar umum seluruh rakyat, dan memberikan dukungan sepenuhnya pada prinsip menenukan nasib diri sendiri sperti yang termuat dalam piagam PBB hak-hak rakyat dan bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, sebagai syarat mutlak untuk dapat menikmati hak-hak dasar manusia sepenuhnya. - Menentang adanya rasdiskriminasi, yang sangat bertentangan dengan hak-hak manusia maupun nilai-nilai dasar peradaban serta martabat manusia, dan menyatakan simpati dan dukungan penuh terhadap sikap gagah berani bangsa-bangsa Asia-afrika yang menjadi korban politik rasdiskriminasi 4. Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka (menentang adanya imperialisme dan menuntut kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.) - Masalah-masalah Negara yang belum merdeka, kolonialisme dan keburukannya yang ditimbulkan oleh penjajahan serta pemerasan bangsa-bangsa oleh kekuasaan asing, telah disepakati oleh peserta konfrensi, antara lain: a. Kolonialisme dalam bentuk apaun adalah suatu kejahatan yan harus diakhiri/dihapus. b. Ditegaskan lagi bahwa dijajah dan diperasnya bangsa-bangsa oleh bangsa asing melanggar hak dasar manusia seperti yang tercamtum dalam piagam PBB dan sekaligus sebagai penghalang bagi tercapainya perdamaian dunia da kerjasama sedunia. c. Memberikan bantuan pada bangsa-bangsa yang belum merdeka. d. Menyerukan bangsa-bangsa yang menguasai untuk memberikan kemerdekaan bangsa-bangsa yang dikuasai. - Member bantuan kepada hak rakyat Aljazair, Maroko dan Tunisia untuk menentukan sendiri dan mendesak pemerintah Peranccis untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan segera 5. Masalah-masalah lain(yakni mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut soal Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya wilayah Irian Barat (sekarang Papua) kepada Indonesia serta menuntut hak wilaya Aden bagi Yaman.) - Adanya ketengan di timurTengah yang disebabkan keadaan di Palestina, peserta konfrensi memberikan songkokan kepada hak-hak bangsa Arab atas Palestina dan menghimbau agar dilaksanakan resolusi PBB tentang Paelestina dan diselesaikan secara damai. - Konfrensi juga memberikan dukungan kepada RI mengenai soal Irian Barat yang didasarkan atas persetujuan Indonesia-Belanda dan mendesak Belanda untuk menyelesaikan lewat perundagian-perundagian secara damai. - Konfrensi juga memberikan dukungan kedudukan Yaman atas Aden dan bagian-bagian selatan Yaman yang dikenal sebagai proktektorat untuk segera dilaksanakan secara damai 6. Mengusahakan perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut. - Mendesak PBB untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni Kamboja, Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam. - Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata nuklir. - Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati hakhak manusia. 7. Pernyataan mengenai usaha memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia. Selain keputusan KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia untuk hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan atas dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung (Bandung Declaration). Adapun isi Dasasila Bandung selengkapnya adalah :

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB. 2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa. 3. Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil. 4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil. 5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB. 6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain. 7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara. 8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut pihakpihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB. 9. Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama. 10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional. Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok, Indonesia merupakan salah satu pelopornya.

VII. PERANAN
Konferensi Asia Afrika membawa peranan yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Peranan Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut. 1. Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai. 2. Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan. 3. Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. 4. Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya. 5. Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya. 6. Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB. Selain membawa peranan bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut. 1. Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/dtente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka. 2. Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok. 3. Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat. 4. Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.

5. Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.

Gerakan Non-Blok (GNB)


I. LATAR BELAKANG
Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk pembentukan organisasi bagi negara-negara yang baru merdeka. Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 merupakan proses awal lahirnya GNB. KAA diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja mencapai kemerdekaannya. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya menformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional. KAA menyepakati Dasa Sila Bandung yang dirumuskan sebagai prinsip -prinsip dasar bagi penyelenggaraan hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB. Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. GNB berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan, Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Congo, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali, Morocco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia dan Yugoslavia. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara mereka. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi terlebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia bebas-aktif ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok. Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.

II. FAKTOR-FAKTOR
1) Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia. 2) Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia. 3) Ditandatanganinya Dokumen Brioni tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.

4) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besarbesaran, sehingga mengkhawatirkan AS. 5) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu: a) Presiden Soekarno (Indonesia), b) PM Jawaharlal Nehru (India), c) Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), d) Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan e) Presiden Kwame Nkrumah (Ghana) Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan ArabMesir (Presiden Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).

III. TUJUAN DAN AZAZ


Tujuan GNB

Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas territorial, dan keamanan dari Negara -negara nonblok dalam perjuangan mereka menentang imperialism, kolonialis me, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agrasi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok polotik. [1] Mereka merepresensikan 55 persen penduduk dunia dan hamper 2/3 keanggotaan. Negara-negara yang telah menyelenngarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Alzair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia. Jadi kesimpulan tujuan di bentuknya GNB adalah : 1. meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang bersengketa. 2. mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai 3. mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis 4. menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme 5. memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar persamaan derajat 6. meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non Blok 7. menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju terciptanya tata ekonomi dunia baru. Asas Gerakan Non Blok

1. GNB bukanlah suatu blok tersendiri dan tidak bergabung ke dalam blok dunia yang saling bertentangan. 2. GNB merupakan wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang yang gerakannya tidak pasif. GNB berusaha mendukung perjuangan dekolonisasi di semua tempat, memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, dan zionisme.

IV. DAMPAK
Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan

banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

V. ANGGOTA
Pada tahun 1961 GNB mulai terbentuk oleh 5 negara , yaitu : (1) Presiden Soekarno dari Indonesia, (2) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir, (3) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India, (4) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan (5) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana. Lalu mengadakan KTT I GNB 1 - 6 September yang di hadiri oleh 25 negara . Pada tahun 1964 KTT II 5 - 10 Oktober di adakan di kairo menjadi , Mesir menjadi 47 negara . Pada tahun 1970 KTT III dari tanggal 8 - 10 September di adakan di Luzaka , Zambia , yang di hadiri oleh 53 negara . Pada tahun 1973 KTT IV dari tanggal 5 -9 September di adakan di Aljir,Alzajair , yamg di hadiri oleh 85 negara . Pada tahun 1976 KTT V di Kolombo, Srilanka dari tanggal 16 - 19 September , yang di hadiri oleh 94 negara . Pada tahun 1979 KTT VI di Havana, Kuba dari tanggal 3 - 9 September , dan masih di hadiri oleh 94 negara . Pada tahun 1983 KTT VII di New Delhi, India, dari tanggal 7 - 12 Maret , di hadiri oleh 101 negara . Pada tahun 1986 KTT VIII di Harare, Zimbabwe dari tanggal 1 - 6 September , masih di hadiri oleh 101 negara . Pada tahun 1989 KTT IX di Beograd, Yugoslavia dari tanggal 4 - 7 September , bertambah 1 negara menjadi 102 negara . Pada tahun 1992 KTT X di Jakarta, Indonesia dari tanggal 1 - 6 September , di hadiri oleh 108 negara . Pada tahun 1995 KTT XI di Cartagena, Kolombia dari tanggal 16 - 22Oktober , di hadiri oleh 113 negara . Pada tahun 1998 KTT XII di Durban, Afrika Selatan dari tanggal 1 - 6 September , di hadiri 113 negara . Pada tahun 2003 KTT XIII di Kuala Lumpur, Malaysia tanggal 20 - 25 Februari , bertambah menjadi 114 negara . Pada tahun 2006 KTT XIV di Havana, Kuba tanggal 12 - 16 September , bertambah lagi menjadi 116 negara Sekretaris Jendral Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok Nama Asal negara Mulai

Akhir

Josip Broz Tito Gamal Abdel Nasser Kenneth Kaunda Houari Boumdienne William Gopallawa Junius Richard Jayewardene Fidel Castro N. Sanjiva Reddy Zail Singh Robert Mugabe Janez Drnovek Stipe Mesi Branko Kosti Dobrica osi Soeharto Ernesto Samper Pizano Andrs Pastrana Arango Nelson Mandela Thabo Mbeki Datuk Seri Mahathir bin Mohammad Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi Fidel Castro Ral Castro Hosni Mubarak Muhammad Mursi Mahmoud Ahmadinejad

Yugoslavia Mesir Zambia Aljazair Sri Lanka Sri Lanka Kuba India India Zimbabwe Yugoslavia Yugoslavia Yugoslavia Yugoslavia Indonesia Kolombia Kolombia Afrika Selatan Afrika Selatan Malaysia Malaysia Kuba Kuba Mesir Mesir Iran

1961 1964 1970 1973 1976 1978 1979 1982 1983 1986 1989 1990 1991 1992 1992 1995 1998 1998 1999 2003 2003 2006 2008 2009 2011 2012

1964 1970 1973 1976 1978 1979 1982 1983 1986 1989 1990 1991 1992 1992 1995 1998 1998 1999 2003 2003 2006 2008 2009 2011 2012 sekarang

VI. HASIL KERJA


NO 1 Konferensi KTT GNB I Tempat dan waktu Di Boegrad , Yugoslovia pada tanggal 1 6 September 1961 Di Kairo , Mesir tanggal 5 10 oktober 1964 Di Lusaka , Zambia tanggal 8 10 september 1970 Di Aljir , Aljazair tanggal 5 9 semptember 1973 Hasil Konferensi Membahas tentang upaya penghentian praktik imperialisme dan kolonialisme , mencegah percobaan senjata nuklir , serta mendamaikan blok barat dan blok timur . Membahas tentang usaha perdamaian dunia dan kerja sama ekonomi. Membahas tentang usaha perdamaian dunia , peningkatan kesejahteraan , dan kemakmuran negara-negara berkembang. Membahas usaha peningkatan kerja sama dan saling pengertian antar negara berkembang , serta meredakan ketegangan di Timur Tengah , pergolakan di Rhodesia , dan diskriminasi ras di Afrika Selatan . Membahas tentang usaha menghindari ancaman perang nuklir , serta memperkokoh persatuan dan kesatuan antar negara berkembang . Membahas tentang usaha mewujudkan tatanan ekonomi dunia baru untuk negara berkembang dan negosiasi global untuk

2 3

KTT GNB II KTT GNB III

KTT GNB IV

KTT GNB V

Di Kolombo , Sri Lanka tanggal 16 19 September 1976 Di Havana , Kuba tanggal 16 19 September 1979

KTT GNB VI

KTT GNB VII

Di New Delhi , India tanggal 7 12 Maret 1983

KTT GNB VIII KTT GNB IX

10

KTT GNB X

Di Harare , Zimbabwe tanggal 1- 6 September 1986 Di Beograd , Yugoslovia tanggal 4 7 September 1989 Di Jakarta , Indonesia tanggal 1 6 September 1992

membentuk kerja sama yang bersifat global . Menghasilkan The New Delhi Message yang berisi dukungan terhadp perjuangan rakyat Palestina dan Namibia , serta usaha memecahkan krisis ekonomi dunia dengan membentuk Tatanan Ekonomi Dunia Baru Membahas tentang usaha mengakhiri pertikaian antara Irak dan Iran . Membahas tentang usaha memperjuangkan kerja sama dan dialog antar negara selatan . Menghasilkan Jakarta Message atau pesan jakarta yang berisi tentang pembahasan masalah kependudukan , penyelesaian utang luar negeri , pembentukan cadangan pangan bersama , peningkatan kerja sama negara utara selatan , maupun antar negara selatan . Membahas tentang usaha penataan kembali dan demokrasi di forum PBB . Membahas tentang usaha Demokratisasi dalam hubungan antar negara diseluruh dunia . Membahas tentang revitalisasi GNB dan usaha meredakan perang teluk III Menghasilkan deklarasi yang mengutuk serangan Israel atas Lebanon , mendukung program nuklir iran , mengritik kebijakan negara Amerika Serikat , dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil dan berkembang .

11

KTT GNB XI

12

KTT GNB XII KTT GNB XIII KTT GNB XIV

13

14

Di Kartagena , Kolombia tanggal 16 22 oktober 1995 Di Durban , Afrika Selatan tanggal 1 6 September 1998 Di Kuala Lumpur , Malaysia tanggal 20 25 februari 2003 Di Hanava , Kuba tanggal 1 6 September 2006

VII. PERANAN
Peran Indonesia dalam GNB Peranan Indonesia, khususnya Presiden Soekarno, dalam meletakkan fondasi pendirian GNB dinilai cukup besar. Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan momen penting sekaligus embrio berdirinya GNB. Selain itu, hingga saat ini prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung, sebagai salah satu hasil KAA, tetap menjiwai setiap upaya GNB Indonesia pernah menjadi ketua GNB (1992-95), saat ini menjadi ketua NAM CSSTC (NonAligned Movement Center for South-South Technical Cooperation) di Jakarta; dan pelopor kemitraan strategis baru Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua Working Group on Disarmament di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata internasional. Dengan berakhirnya sistem bipolar, muncul keragu-raguan peran GNB. Dalam KTT ke-10 GNB di Jakarta tahun 1992 dibawah keketuaan Indonesia, sebagian besar ketidakpastian dan keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Jakarta Message, sebagai hasil KTT,

menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda bagi Selatan (negara berkembang) , namun juga dialog bukan konfrontasi dengan Utara. GNB merupakan forum untuk itu. Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam membantu upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$ 8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta. Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina GNB (Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia sebagai anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni 2002 sebagai ekspresi solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah menghadapi kepungan pasukan Israel di Ramallah. Selain itu, Indonesia juga turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea. Pandangan Indonesia tentang GNB di masa sekarang dan mendatan Indonesia memandang bahwa GNB merupakan wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia (1992-1995). Selama masa kepemimpinannya, Indonesia diakui telah berhasil memajukan pendekatan baru GNB yang berorientasikan pada kemitraan, dialog dan kerjasama serta meninggalkan sikap konfrontatif dan retorika semata. Dengan sikap kooperatif tersebut, GNB mampu merubah persepsi yang pernah melekat di kalangan negara maju bahwa GNB merupakan kelompok yang berpandangan apriori dan hanya bisa menuntut. Dengan demikian, GNB mampu berkiprah secara konstruktif terutama dalam interaksinya baik dengan negara-negara maju maupun dalam organisasi dan badan-badan multilateral/ internasional.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&ID P=3&P=Multilateral&l=id http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Konferensi-tingkat-menteri-ke-14-GerakanNon-Blok http://garuda-bangsa.blogspot.com/2010/03/keanggotaan-gerakan-non-blok-sejak.html http://hasem.wordpress.com/2008/09/13/perkembangan-gerakan-non-blok-tatanandunia-utara-selatan-globalisasi/ http://id.shvoong.com/humanities/history/2251704-latar-belakang-berdirinya-gerakannon/#ixzz1kf41WJ46 http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-sejarah/keikutsertaan-indonesiadalam-gerakan-non-blok-gnb/ http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konferensi_AsiaAfrika&oldid=6301084 Buku paket Grafindo untuk SMA kelas 11 IPA Buku paket Bumi Aksara untuk SMA kelas 11 IPA Buku paket Erlangga untuk SMA kelas 11 IPA

You might also like