Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
Konsep dan gagasan KH. Abdurrahman Wahid tentang pendidikan secara jelas
pendidikan pesantren, mulai dari visi, misi, tujuan, kurikulum, manajemen dan
mempertahankan identitas dirinya sebagai penjaga tradisi keilmuan klasik, dalam arti
tidak larut sepenuhnya dengan modernisasi, tapi mengambil sesuatu yang dipandang
Artinya : “Memelihara dan melestarikan nilai-nilai lama yang masih relevan dan
harus mampu melihat gejala sosial yang tumbuh di masyarakat, sehingga keberadaan
sebenarnya Gus Dur hendak mengatakan bahwa peran pesantren ialah tidak hanya
sumbangsih yang berarti serta membangun system nilai dan kerangka moral pada
individu dan masyarakat. Dengan cara demikian, pesantren dapat menjadi lembaga
pendidikan yang mendidik manusia untuk bisa menjalani kehidupan dalam arti yang
sesungguhnya 3.
Lebih lanjut, berdasar latar ini menurut Gus Dur pesantren seharusnya
yang belajar di pesantren adalah peserta didik yang memiliki ilmu agama yang kuat
sekaligus juga memiliki ilmu yang kuat secara seimbang. Gus Dur menginginkan,
agar di samping mencetak ahli ilmu agama Islam, pesantren juga mampu mencetak
orang yang memiliki keahlian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang ending
Dengan dasar di atas, Gus Dur menginginkan ada perubahan pada kurikulum
kebutuhan zaman juga harus mampu merangsang daya intelektual-kritis anak didik.
Terkait yang terakhir ini semisal dengan melebarkan pembahasan fiqih antar
tetap harus dalam asas yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga tidak sampai
3
Abuddin Nata, Tokoh Pembeharuan., 351-352.
4
Ibid., 353.
58
arti jangan sampai pesantren mengajarkan ketrampilan saja ataupun sebaliknya, yakni
mengajarkan agama saja, tetapi keduanya harus dalam porsi yang seimbang5.
berpikir kritis, sikap kretif dan juga merangsang peserta didik untuk bertanya
sepanjang hayat. Ia sangat menolak system pembelajaran yang doktriner dan banking
Sedangkan terkait dengan Guru dan pemimpin menurut Gus Dur harus
Kesemua konsep pendidikan anak pertama dari KH. Wahid Hasyim ini
keyakinan ini terlihat jelas dari belantara pemikirannya yang terkodifikasi dalam
karya-karyanya, semisal dalam buku Tuhan tak Pelu Dibela, Islamku Islam Anda,
Islam Kita, Islam Kosmopolitan, Mengurai Hubungan Agama dan Negara, Tabayun
Gus Dur dan beberapa buku atau artikel karyanya yang lain.
Singkatnya, konsep pendidikan Gus Dur ini ialah konsep pendidikan yang
5
Abdurrahman Wahid. Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam. Ed. M. Saleh Isre. (Yogyakarta: LKiS,
1998), 153.
6
Abdurrahman Wahid. “ Pendidikan Kita dan Kebudayaan”. http://www.gusdur.net/indonesia/index.
diakses tanggal 22 Juli 2008.
7
Abuddin Nata, Tokoh Pembeharuan., 360.
59
menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang utuh, mandiri dan bebas dari
belenggu penindasan. Atau dengan kata masyhur-nya ialah konsep pendidikan yang
memerdekakan manusia.
demikian merupakan cerminan dari sikap religiusitas yang selalu menjadi landasan
sosial yang fair, yang menghargai manusia dengan kemanusiawiannya sebagai subjek
kehidupan bukan objek. Tidak ada tirani mayoritas maupun minoritas, penindasan
Tindakan Mangunwijaya ini, menurut Gus Dur ialah sesuai dengan dimensi
ajaran Islam, dan pastinya hal ini juga menjadi dasar dari konsep pendidikannya.
kaum mustdl’afin, egaliter dan juga melarang umatnya untuk bertindak diskriminasi
dan kekerasan kepada siapa pun. Nilai-nilai universal Islam ini menurutnya tercermin
dalam lima jaminan dasar, yakni hifdzu an-nafs, hifdzu ad- din, hifdzu an-nash, hifdzu
60
al-mal, dan hifdzu al-aqli8. Selain, itu dalam al-qur’an juga banyak tersebar ayat-ayat
p k r ' ¯ » t t ûïÏ% © ! $ # ( # q ã Y t B # u ä ( # q çR q ä . t û ü ÏB º § q s % $ *
Å Ý ó ¡É )ø 9 $ $ Î/ u ä ! # y p k à ¨ ! ö q s 9 u r # n ? t ã ö N ä 3 Å ¡à ÿ R r & Ír r &
» û ø ï y Ï9º u q ø 9 $ # t û ü Î/ t ø % F { $ # u r 4 b Î) ïÆ ä 3 t $ ÏY x î ÷ r r &
# Z É ) s ù ª ! $ $ s ù 4 n < ÷ r r & $ y JÍk Í5 ( x s ù ( # q ã è Î7 F s ?
# u q o lù ; $ # b r & ( # q ä 9 Ï ÷ è s ? 4 b Î) u r ( # ÿ ¼ â q ù = s ? ÷ r r &
( # q à Ê Ì ÷ è è ? ¨b Î* s ù © ! $ # t b % x . $ y JÎ/ t b q è = y J÷ è s ? # Z Î6 y z
« ÊÌÎ »
Terjemahnya :“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun
miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan”.(QS. An Nisa’ : 135).
8
Abdurrahman Wahid. Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan. Ed.
Agus M. A. dan A. Suedy. (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), 4-5.
61
u Z ø O u ÷ r r & u r t P ö q s )ø 9 $ # úïÏ% © ! $ # ( # q çR % x . $
cq à ÿ y è ô Ò t F ó ¡ç X Í » t ± t B « Ú ö F { $ # $ y g t /Ì » t ó t B u r
Ó É L© 9 $ # $ u Z ø . t » t / $ p k Ïù ( ô M £ J s ? u r à M y JÎ= x . În/ u
4 Ó o _ó ¡ß sø 9 $ # 4 n ? t ã û Ó Í_ t / @ É Ïä Â u ó Î) $ y JÎ/ ( # rç y 9 | ¹ (
$ t R ö ¨B y u r $ t B c% x . ß ì u Z ó Á t Ücö q t ã ö Ïù ¼ çm ã B ö q s % u r
$ t B u r ( # q çR $ 2 cq ä © Ì ÷ è t « ÊÌÐ »
Terjemahnya :”Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah
ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan
bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah
padanya. dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu
yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan
kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah
dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah
dibangun mereka”.(QS. Al A’raaf : 137).
iman, menurut Gus Dur memang harus dijalankan dan ditekankan. Bahkan dalam
salah satu artikelnya Gus Dur menyatakan bahwa faham religiusitas seperti inilah
yang nantinya mampu membentuk tatanan masyarakat yang ideal. Sebab di dalamnya
tidak ada sekat apapun, baik sekat agama, suku, etnis maupun yang lainnya, yang ada
adalah kesatuan makhluk Tuhan9. Dalam arti, Gus Dur hendak mengatakan bahwa
dengan konsep pendidikan ini anak didik diharapkan akan menjadi generasi-generasi
yang memiliki keyakinan dan paradigma yang inklusif, demokratis dan dialogis
dalam kehidupannya kelak. Hal ini sama dengan gagasannya tentang pelebaran
9
Abdurrahman Wahid. “ Romo Mangun dan Moral Absoluth”. Dalam Mendidik Manusia Merdeka:
Romo YB. Mangunwijaya 65 Tahun. Ed. Th. Sumartana dkk. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 331-
333.
62
pembahasan fiqih dalam pesantren yang menurutnya selama ini menyempit pada satu
dinamis, demokratis, dan bertumpu pada anak didik, memang harus dijalankan. Sebab
oposisi binner atasnya, menurut tokoh fenomenal Nahdlotul Ulama ini, akan
bertentangan dengan hakikat manusia dan tujuan diadakannya pendidikan itu sendiri.
Manusia sebagai makhluk yang merdeka, berdimensi sosial, bernilai serta makhluk
ber-Tuhan dan tujuan pendidikan tidak lain ialah bagaimana mengantar anak didik
mampu menjadi manusia yang utuh, mandiri, dan cerdas lahir-bathin. Untuk itu,
maka menurutnya kurikulum dan pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sesuai
dengan hakikat manusia dan tujuan diadakannya pendidikan tersebut. Dalam arti,
metode dan pendekatan yang merangsang berpikir kritis dan kreatif, serta
kemampuan anak didik. Dan pastinya kesemuanya ini harus dijiwai dengan
keimanan. Hal ini ditekankan oleh Gus Dur, sebagaimana juga Mangunwijaya, karena
jika tidak maka dikhawatirkan ilmu pengetahuan yang dimiliki anak didik tersebut
kemanusiaan11. Menurut Gus Dur, pada titik inilah sebenarnya yang terlupakan pada
10
11
Abudin Nata. Tokoh Pembeharuan., 355.
63
pendidikan Negara kita. Keadaan ini dicontohkan dengan banyaknya anak terdidik
dalam pendidikan, menurut Gus Dur sangat perlu dilakukan. Sebab, menurutnya
diukur dari kebutuhan masyarakat13. Selain itu, tidak mungkin proses pendidikan
hanya dilakukan oleh atau di sekolahan saja, sebab proses belajar anak didik terus
berlangsung di mana pun mereka berada selama hidupnya. Bisa ketika di rumah, di
Untuk memperkuat konsep konsep di atas, bisa dilihat dari beberapa dalil nash
1. Hakikat Manusia
c Î) ç Éi tó ã $ tB B Q ö q s) Î / 4 Ó Æ Ly m …3
© !$ # w
... (# r ç Éi tó ã $ tB ö N Í k Å ¦ à ÿ R r' Î / 3
Terjemahnya : ….Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri….( QS. Ar Ra’ad :
11)
12
13
Ibid., 352.
64
y 7 t R q è = t « ó ¡ o « Æ t ã Ì ô J y ø 9 $ # Î Å £ ÷ y Jø 9 $ # u r ( ö @ è % !
$ y JÎg ä Ïù ÷ N ø O Î) × Î7 2 ß ìÏÿ » o Y t B u r Ĩ$¨ Z = Ï9 !
$ y Jß g ß Jø O Î) u r ç t 9 ò 2 r & `ÏB $ y JÎg Ïè ø ÿ ¯R 3 t R q è = t « ó ¡ o u r
# s $ t B t b q à )Ïÿ Z ã » @ è % u q ø ÿ y è ø 9 $ # 3 Ï9 º x x . ß û Îiü t 7 ã
ª ! $ # ã N ä 3 s 9 ÏM » t F y $ # ö N à 6 ¯= y è s 9 t brã © 3 x ÿ t F s ? « Ë Ê Ò »
Terjemahnya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan
judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir, (QS. Al Baqarah : 219)
.رواه مسلم. ما من مولود ال يولد على الفطره فابواه يهودنه او ينصرانه او يمجسانه
untuk belajar dan belajar, meskipun hal itu berada ditempat yang
sangat jauh dan sulit. Selain itu, juga bisa diambil kepahaman
Keyakinan ini sama persis seperti yang digagas oleh Gus Dur dan
juga Mangunwijaya.
Artinya : “Didiklah anak-anakmu dengan pola pendidikan yang berbeda dengan pola
pendidikan yang kalian dapatkan karena Sesungguhnya mereka itu
dilahirkan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu”14.
Artinya : “Bekerjalah, maka setiap orang di mudahkan untuk mengerjakan apa yang
memang diciptakan untuknya” (HR. Thabrani dan Ibnu ‘Abbas)
Artinya : “Anak yang energik ketika kecilnyaadalah pertanda ia akan menjadi orang
yang cerdas ketika dewasa” (HR. Tirmidzi).
maka bisa ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam menganjurkan kurikulum harus
14
Ahmad Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thoyyibah, (Yogyakarta: LKiS, 2007), Xvi.
67
anak didik. Selain itu juga menerangkan terkait pembelajaran harus bersifat
demokratis, menyenangkan dan merangsang anak didik untuk belajar tentang segala
humanistik Mangunwijaya menurut perspektif Gus Dur sangat ideal dan juga sesuai
dengan ajaran Islam. Meski Mangunwijaya bersandar pada ajaran teologi Katholik
dan juga terinspirasi oleh pemikiran Paulo Friere dan Jean Pieget, Menurut Gus Dur
konsep pendidikan Mangunwijaya dengan ajaran Islam berjalan dalam satu rel, yakni
pada semangat pemerdekaan manusia. Maka dari itu, kita sebagai umat muslim tidak
ada salahnya jika kita mempelajari dan mengikuti konsep pendidik Mangunwijaya
yang nota-bene-nya sebagai seorang Pastur Katholik, toh setelah diteliti kesemuanya
itu ternyata ada dasarnya dalam ajaran Islam. Selain itu, Islam juga tidak pernah
melarang umatnya untuk mempelajari ilmu apa pun dan dari siapa pun, asalkan ada
mediasi untuk pemaknaan pendidikan yang memerdekakan, hal ini baik kepada
ajaran Islam dan ideal, menurut penulis ada dua pemikiran darinya yang harus
Karakteristik tersebut ialah latar belakang ekonomi murid yang kebanyakan miskin,
dan juga kultur masyarakat setempat yang sangat mendukung. Semisal mata pelajaran
Komunikasi Iman, terkait ini Romo Mangun mengatakan bahwa di sekolah tidak ada
pelajaran tentang doktrin-doktrin agama, yang ada ialah komunikasi anatar iman dan
agama. Doktrin-doktrin agama bisa diberikan dan dipelajari siswa di sekolah Informal
keberhasilan mata pelajaran ini ialah karena kultur masyarakatnya yang memang
religius. Selain itu, kerjasama antara sekolah Formal, Informal dan Nonformal di sana
berjalan dengan baik. Maka, jika konsep ini dibawa dan ditumbuhkan pada bentuk
sosiologis yang berbeda, semisal di sebuah daerah yang memang minim religius dan
Kedua, kurikulum dan sistem evaluasi. Dalam hal ini Romo Mangun tidak
kurikulum masih mengikuti Kurikulum Nasional dengan porsi 30%, dan pada sistem
Ulangan Semester. Terkait ini, penulis setuju dengan ketegaran pendiri pendidikan