You are on page 1of 22

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan guru begitu sentral dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini didasari pemikiran bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan yang juga akan sangat dipengaruhi oleh profesionalisme guru, sehingga profesionalisme guru perlu terus dikembangkan atau dengan kata lain kinerja guru dituntut harus maksimal. Pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas telah dilaksanakan melalui berbagai upaya seperti, pengembangan dan perbaikan kurikulum, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, sistem evaluasi, pengembangan bahan ajar, pelatihan guru dan tenaga pendidik, dan usaha lainnya. Peningkatan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan bagaian dari usaha peningkatan mutu pendidikan, dimana guru mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai perencana, pelaksana dan dinamisator kurikulum dan bahan ajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tingkat dan perkembangan peserta didik melalui penguasaan didaktik dan metodik. Namun, peran atau kemampuan guru dewasa ini masih dinilai jauh dari harapan, sehingga harus ada upaya pembinaan tertentu. Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui sistem pembinaan profesional melalui pembentukan gugus sekolah dan melalui pembinaan profesional di masing-masing sekolah melalui MGMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang melandasi pembuatan makalah ini, oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kriteria guru profesional ? 2. Bagaimanakah pengembangan profesi guru ? 3. Bagaimanakah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ? 4. Bagaimanakah pengembangan profesi guru melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat oleh penulis, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui kriteria guru profesional 2. Untuk mengetahui pengembangan profesi guru 3. Untuk mengetahui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) 4. Untuk mengetahui pengembangan profesi guru melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ?

BAB II PEMBAHASAN A. Guru Profesional Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional sebagai berikut : 1. Mempunyai Kompetensi Pedagogik Yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan. 2. Mempunyai kompetensi kepribadian Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik. 3. Mempunyai kompetensi profesi Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut. 4. Mempunyai kompetensi sosial Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan

demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya (Fzil, 2011). B. Pengembangan Profesi Guru Profesi adalah Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran) tertentu (Nurdin, 2002). Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Tujuan pengembangan guru profesi guru adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan. Perbaikan proses belajar mengajar yang pencapainnya melalui peningkatan profesi guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Menurut Sudarwan Danim (2002), pengembangan profesi guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya (Luthfiyah, 2010). C. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) KKG/MGMP adalah suatu organisasi non struktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain. KKG/MGMP sebagai suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/

kecamatan/sanggar/gugus sekolah yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah (Koran Pendidikan, 2012). Baik KKG, MGMP maupun MGMD mempunyai peranan penting dalam pengembangan program pendidikan di sekolah. Melalui forum ini para guru dapat mengadakan diskusi dan tukar pikiran mengenai masalah yang dihadapi di sekolah masing-masing. Selain itu, forum ini merupakan wadah profesional guru dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Banyak kegiatan profesional guru yang dapat dibicarakan dalam forum ini, misalnya kegiatan pembuatan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dari hasil diskusi itulah, para anggota KKG/MGMP/MGMD bisa mengambil pengalaman untuk menyusun KTSP di sekolah masing-masing. Selanjutnya, bisa dibicarakan masalah-masalah lain seperti rencana pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian, guru bisa melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Selain sebagai tempat meningkatkan mutu proses belajar mengajar, KG/MGMP/MGMD juga sebagai tempat kegiatan pengembangan profesi. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan para guru misalnya menyusun karya ilmiah seperti karya tulis ilmiah bentuk penelitian, pembuatan buku, modul atau bahan ajar serta karya tulis ilmiah populer. Selain itu, kegiatan menerjemahkan/ menyadur buku atau bahan lain serta melaksanakan orasi ilmiah sesuai dengan bidang pelajaran atau bidang diklat. Dengan kegiatan ini, selain meningkatkan mutu pendidikan, sekaligus guru juga mengembangkan dirinya (Kada, 2008). 1. Fungsi MGMP a. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah; b. Mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif; c. Mengupayakan lokakarya (Lokakarya (Inggris: academic workshop) adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan

masalah tertentu dan mencari solusinya), simposium (Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama). dan sejenisnya atas dasar inovasi manajemen kelas, manajemen pembelajaran efektif (seperti : PAKEM-Partisipasi Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan-, joyful and quantum learning, hasil classroom action research, hasil studi komparasi atau berbagai studi informasi dari berbagai nara sumber, dan lain-lain.); d. Merumuskan model pembelajaran yang variatif dan alat-alat peraga praktik pembelajaran program Life Skill, Lesson study dan PTK (Widodo, 2012). 2. Tujuan MGMP Tujuan diselenggarakannya MGMP adalah : a. Untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional; b. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan; c. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya; d. Untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan; e. Untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama;

f. Untuk menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform), khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif (Widodo, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Supiati selaku wakil MGMP sekolah kabupaten, tujuan dari pengembangan profesi guru melalui MGMP adalah untuk keberhasilan siswa, disesuaikan dengan metode atau teknik terkini. Keberhasilan siswa yang dimaksud dapat berupa keberhasilan siswa dalam proses belajar maupun hasil belajar yang didapat dari proses belajarnya. Melalui kegiatan pengembangan profesi guru, diharapkan guru dapat melakukan inovasi dalam proses pembelajaran sehingga berdampak baik dalam peningkatan hasil belajar siswa baik dalam hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotor setiap siswa. Dalam melaksanakan teknik tersebut ada beberapa cara diantaranya seperti role playing, problem possing, atau memilih metode, bergantung pada materinya. Manfaat yang didapat adalah : a. Bisa mengikuti kemajuan teknik-teknik pembelajaran. Teknik teknik pembelajaran ini dapat meliputi cara pelaksanaan metode pembelajaran di dalam suatu pembelajaran. Misalnya, guru menerapkan metode role playing dalam pembelajarannya yang nantinya akan lebih mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat turut aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk memerankan peran tertentu dalam suatu adegan simulasi seingga menemukan suatu konsep materi pembelajaran sendiri sehingga konsep tersebut dapat melekat lebih kuat di benak siswa. Selain itu, guru juga dapat mengubah gaya mengajar ketika pembelajaran. Gaya mengajar ini dapat berupa perubahan gaya berbicara guru ketika memberikan penjelasan dengan pemberian tekanan tekanan pada beberapa konsep utama ketika pembelajaran berlangsung. b. Menyatukan/ menyamakan/ standarisasi tujuan pembelajaran. Tujuan dari standarisasi tujuan pembelajaran ini juga untuk memudahkan pencapaian indikator yang diinginkan. Dengan adanya standarisasi tujuan pembelajaran, maka akan mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran etrmasuk dalam hal menentukan scenario, media, metode dan model pembelajaran. Selain itu, hal ini akan mempermudah siswa menguasai indikator yang sudah

dikembangkan oleh guru mereka tetapi masih memiliki bobot penilaian yang sama dengan guru di sekolah lain yang dalam cakupan satu wilayah sekolah itu berada. c. Memperlancar persiapan olimpiade Dengan adanya persamaan tujuan pembelajaran maka hal ini akan mempermudah pihak Kabupaten atau pemerintah setempat dalam membuat soal yang tingkat kesulitannya sudah dapat disamakan untuk setiap sekolah yang menjadi peserta olimpiade. Dengan demikian, tidak akan ada sekolah yang diuntungkan dari jenis soal yang nantinya dimuat dalam olimpiade. Selain itu, pihak-pihak sekolah juga lebih mudah dalam memberikan pelatihan kepada peserta olimpiade yang sesuai dengan kisi-kisi soal olimpiade yang telah ditetapkan. d. Memecahkan permasalahan yang ada atau yang sedang dihadapi. MGMP di sini juga dapat menjadi tempat untuk memusyawarahkan masalahmasalah seputar pembelajaran atau yang terkait dengan tingkat satuan pendidikan. Misalnya, masalah mengenai buruknya hasil try out I pada daerah tertentu sehingga dimusyawarahkan dalam pertemuan dalam MGMP dan merapatkan mengenai solusi terbaik untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk mempersiapkan UAN. Masalah lainnya misalnya adanya siswa yang tidak menyukai mata pelajaran tertentu maka guru bisa mengubah metode atau model pembelajaran yang digunakan guru di kelas sehingga siswa tidak bosan dan mulai menyukai mata pelajaran tertentu tersebut dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Peran MGMP a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif; b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian; c. Supporting agency dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah; d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan; MGMP di

e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah); dan f. Clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian (appraisal) (Widodo, 2012). 4. Program Kegiatan MGMP Berdasarkan teori, Program kegiatan KKG / MGMP pada dasarnya merupakan bagian utama dalam pengembangan KKG / MGMP. Program tersebut harus selalu merujuk pada usaha peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Setiap program dan kegiatan KKG / MGMP diharapkan memiliki kerangka program yang mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Kerangka dasar dan struktur program kegiatan KKG/MGMP Kerangka dasar program kegiatan KKG/MGMP merujuk kepada pencapaian empat kompetensi guru, yaitu kompetensi profesional, pedagogik, social, dan kepribadian. b. Struktur Program Struktur program kegiatan KKG/MGMP terdiri dari program umum, program inti/pokok, dan program penunjang dengan uraian sebagai berikut 1. Program umum adalah program yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada guru tentang kebijakan-kebijakan pendidikan di tingkat daerah sampai pusat 2. Program inti adalah program-program yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Program ini dapat dikelompokkan ke dalam program rutin, program pengembangan dan program penunjang. a). Program rutin terdiri dari: Diskusi permasalahan pembelajaran Penyusunan dan pengembangan silabus, program semester, dan rencana program pembelajaran Analisis kurikulum Penyusunan laporan hasil belajar siswa Pendalaman materi Pelatihan terkait dengan penguasaan materi yang mendukung tugas mengajar

10

Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Sekolah

b). Program pengembangan, sekurang-kurangnya dapat dipilih lima dari kegiatan-kegiatan berikut : Penelitian, diantaranya Penelitian Tindakan Kelas/Studi Kasus Penulisan Karya Ilmiah Seminar, lokakarya, kolokium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel Pendidikan dan pelatihan berjenjang (diklat berjenjang) Penerbitan jurnal dan buletin KKG/MGMP Penyusunan dan pengembangan website KKG/MGMP Kompetisi kinerja guru Pendampingan pelaksanaan tugas guru oleh pembimbing/tutor/ instruktur/ fasilitator di KKG/MGMP Lesson study (suatu pengkajian praktik pembelajaran yang memiliki tiga komponen yaitu plan, do, see yang dalam pelaksanaannya harus terjadi kolaborasi antara pakar, guru pelaksana, dan guru mitra) Profesional Learning Community (komunitas belajar profesional) TIPD (Teachers International Profesional Development) Global Gateaway Program lain yang sesuai dengan kebutuhan setempat c). Program penunjang, bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan peserta KKG/MGMP dengan materi-materi yang bersipat penunjang seperti bahasa asing, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan lain-lain. 5. Materi Kegiatan KKG/MGMP Setiap KKG/MGMP perlu mengembangkan materi kegiatan KKG/MGMP yang mengacu kepada empat kompetensi guru dan dan program yang telah ditetapkan. Untuk melihat sejauh mana materi-materi yang dipilih dalam program/kegiatan KKG/MGMP, diperlukan penyusunan indikator pencapaian kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di KKG/MGMP. a. Kalender Kegiatan KKG/MGMP

11

Setiap KKG/MGMP perlu menyusun kalender kegiatan yang terdiri dari kalender kegiatan bulanan, semesteran. Sekurang-kurangnya 12 kali pertemuan dalam setahun. b. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan KKG/MGMP terdiri dari nara sumber utama dan nara sumber pendukung. Nara sumber utama pada kegiatan KKG/MGMP berasal dari unsur-unsur berikut : a). Guru (anggota) b). Instruktur/fasilitator c). Tenaga fungsional lainnya Nara sumber pendukung pada kegiatan KKG/MGMP berasal dari unsur-unsur berikut: a) Kepala Sekolah b) Pengawas Sekolah c) Tenaga struktural di Dinas Pendidikan d) Tenaga struktural/non struktural dari instansi lainnya (Depdiknas, 2009). 6. Indikator Keberhasilan Kegiatan KKG/MGMP Kegiatan KKG/MGMP dinyatakan berhasil apabila mampu memenuhi indikator sebagai berikut: a. Terwujudnya peningkatan mutu pelayanan pembelajaran yang mendidik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. b. Terjadinya saling tukar pengalaman dan umpan balik antar guru anggota KKG atau MGMP. c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kinerja anggota KKG atau MGMP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih profesional ditunjukkan dengan perubahan perilaku mengajar yang lebih baik di dalam kelas. d. Meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah melalui hasil-hasil kegiatan KKG atau MGMP oleh anggotanya.

12

e. Termanfaatkannya kegiatan KKG atau MGMP bagi guru, siswa, sekolah, KKG atau MGMP, dan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) (Depdiknas, 2009). D. Pengembangan Profesi Guru Melalui MGMP Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Supiati, pengembangan profesi guru dapat dilakukan melalui MGMP. MGMP yang dilakukan yaitu sebagai berikut : MGMP tingkat kabupaten MGMP internal/ sekolah Workshop MGMP tingkat Kabupaten ini memiliki cakupan yang lebih umum dibandingkan MGMP internal. MGMP internal ini lebih membahas mengenai masalah yang timbul di tiap sekolah secara individu. Maksudnya, permasalahan yang dibahas lebih mengenai masalah yang dihadapi oleh masing-masing sekolah, karena tiap sekolah terkadang memiliki masalah yang berbeda dengan masalah yang dihadapi sekolah lain. MGMP tingkat kabupaten ini membahas masalah secara umum mengenai masalah yang banyak dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah tertentu. Walaupun demikian, bahasan dalam rapat MGMP intern maupun MGMP tingkat kabupaten sama. Workshop guru dapat dilakukan guna membahas issue-issue terkini yang terjadi di dunia pendidikan seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetauan dan teknologi. Guru dapat saling mendiskusikan mengenai kurikulum, perangkat pendidikan, metode, media, model-model pembelajaran dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran, MGMP ataupun tersebut media. membahas Yang tentang kurikulum, dalam metode program

menjadi

sasaran

pengembangan profesi guru oleh tim MGMP terutama adalah para guru bidang studi dan bagi siswa. Untuk para guru pada masing-masing bidang studi diharapkan mereka dapat meningkatkan kemampuan mengajar mereka dan bisa

13

lebih kreatif dalam menggunakan metode dan model pembelajaran yang sudah berkembang sampai saat ini. Dengan pengembangan dalam penerapan metode pembelajaran akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran ini akan mempengaruhi tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Pelaksanaan program pengembangan tersebut dilakukan dengan mengadakan pertemuan 2 kali sebulan untuk MGMP intern (tingkat sekolah), dan untuk yang lainnya dilakukan pertemuan satu bulan sekali (MGMP tingkat kabupaten). Sebenarnya pertemuan itu bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Pelaksanaan kegiatan operasionalnya yaitu dengan mengadakan pertemuan yaitu hari Sabtu dengan agenda pertemuan merencanakan dan membuat program pembelajaran, perangkat pembelajaran, sampai membuat soal, yaitu soal UTS, sumatif, atau soal ulangan harian. Kendala Yang Dihadapi MGMP Berdasarkan hasil wawancara, kendala dalam pelaksanaan MGMP adalah adanya siswa yang tidak berminat masuk kejurusan tertentu, misalnya saja ada siswa yang tidak berminat masuk ke jurusan IPA, tetapi dia tetap masuk ke IPA, serta siswa yang kurang berminat melakukan praktikum. Untuk masalah tersebusat, tim MGMP mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pembelajaran yang menyenangkan salah satunya belajar dengan menyelipkan games didalamnya, dan sebagainya. Guru dapat menggunakan metode games dan quiz dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasana pembelajaran tidak monoton dan siswa tidak bosan mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tersebut nantinya bisa termotivasi. Motivasi ini dapat diberikan kepada siswa baik sebelum dimulainya pembelajaran maupun di saat pembelajaran. Motivasi ini dapat berupa cerita guru menurut pengalamannya yang masih berhubungan dengan materi pembelajaran atau yang masih berhubungan dengan pengembangan karakter pada siswa. Motivasi yang diberikan dapat juga berupa pemberian reinforcement positif seperti pemberian pujian kepada siswa terkait hasil belajarnya, guru juga dapat mengumumkan hasil nilai ulangan terbaik yang diraih oleh siswa sehingga bisa memotivasi siswa lainnya untuk belajar lebih giat lagi.

14

Motivasi juga dapat diberikan melalui pemberian hadiah kepada siswa yang berhasil mencapai target tertentu sebagai bentuk penghargaan terhadap usaha dan kinerja siswa. Berdasarkan teori, ada kendala-kendala yang terkait dengan : sumber daya manusia, keterlibatan pengurus dan peserta belum optimal, dana operasional yang terbatas, koordinasi antar MGMP SMP , SMA dan SMK dan pembinaan serta perhatian dari stakeholder pendidikan masih belum optimal (Widodo, 2012). Kendala lainnya antara lain luas wilayah dan besarnya jumlah anggota, terutama di wilayah kabupaten. Hal ini tentu merupakan kendala bagi pengurus untuk mengumpulkan guru di satu tempat secara periodik. Banyak waktu, tenaga dan dana yang diperlukan untuk menjalankan roda organisasi. Untuk mengatasinya bisa saja dibentuk kelompok atau kluster di tingkat kecamatan. Namun, untuk KKG di tingkat SD jumlah guru yang cukup besar tetap merupakan kendala serius. Lain halnya, untuk wilayah perkotaan. Jarak bukan merupakan masalah, hanya saja jumlah guru yang besar tetap merupakan masalah terutama untuk KKG (Kada, 2008). Kendala klasik lainnya adalah minimnya dana. Dana untuk kegiatan forum KKG/MGMP/MGMD pada umumnya berasal dari APBD. Anggaran ini diusulkan dinas pendidikan melalui pemerintah daerah dan disetujui DPRD. Di tengah rendahnya anggaran pendidikan, pengalaman menunjukkan bahwa anggaran yang disetujui pemerintah dan DPRD untuk forum ini boleh dikata sangat kecil. Biasanya pengurus berharap pada pihak sekolah. Namun, setali tiga uang. Ada sekolah yang kurang antusias untuk mendukung forum ini dengan berbagai alasan. Misalnya, seringnya mengikuti forum ini membuat guru banyak meninggalkan kelas yang berakibat tidak tertibnya kelas. Akibatnya sering penentu kebijakan sekolah tidak mengizinkan guru mengikuti forum ini, apalagi memberi sumbangan dana. Padahal, kalau mau berpikir jernih dengan bertambahnya kualitas guru, sekolah dan murid bersangkutan akan mendapat manfaat yang cukup besar (Kada, 2008). Langkah Nyata Memberdayakan MGMP Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk memberdayakan MGMP antara lain sebagai berikut :

15

a. Bantuan dana operasional MGMP dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat harus lebih diperbesar seiring dengan 20% alokasi dana untuk pendidikan dari Pemerintah pusat. b. Adanya pertemuan rutin dua atau tiga bulan sekali antara Dinas Pendidikan, Pengawas, MKKS dan pengurus MGMP untuk melaporkan program MGMP yang telah dilakukan dan mengevaluasinya secara bersama-sama. c. Terjalinnya hubungan dan komunikasi yang baik antar pengurus MGMP di tingkat kabupaten/kota dan Propoinsi sehingga secara bersama-sama dapat saling bekerjasama untuk mengatasi keterbatasan MGMP. d. Mengembangkan dan mengisi informasi serta materi yang terbaru serta menarik dalam website MGMP On line secara berkesinambungan oleh MGMP SMP dan SMA. e. Adanya pembinaan dari Dinas Pendidikan Kota/Kab, LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi, P4TK dan lainnya secara terus-menerus dan berkelanjutan terhadap MGMP. f. Meningkatkan keterlibatan MGMP dalam kegiatan bersama Dinas Pendidikan setempat dan MKS dalam meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, misalnya kegiatan lomba bidang study, pemetaan sumber daya guru dan pembinaannya, pelatihan bersama, kegiatan IHT, bintek, simposium karya tulis /PTK, seminar, lomba bidang study siswa SMP dan SMA dan lain-lain (Widodo, 2012). g. Melengkapi dasar hukum penyelenggaraan kegiatan KKG / MGMP, antara lain penerbitan Surat Penetapan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk KKG, Surat Penetapan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk MGMP. h. Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KKG/MGM. i. Melakukan penataan struktur organisasi KKG/MGMP dengan susunan pengurus terdiri dari satu orng ketua, satu orang sekretaris, satu orang bendahara dan tiga orang ketua bidang, yaitu (I) bidang perencanaan dan

16

pelaksanaan program, (II) bidang pengembangan organisas, administrasi, sarana dan prasarana, (III) bidang humas dan kerjasama. j. Menyusun dan melaksanakan program kegiatan secara efektif dan efisien (Luthfiyah, 2010).

17

BAB III PENUTUP Kesimpulan Guru profesional harus mempunyai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial. Ada banyak upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru, salah satunya dengan MGMP. MGMP adalah suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ kecamatan/sanggar/gugus sekolah yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah. Dalam pembelajaran, MGMP ataupun tersebut media. membahas Yang tentang kurikulum, dalam metode program menjadi sasaran

pengembangan profesi guru oleh tim MGMP terutama adalah para guru bidang studi dan bagi siswa. Dalam setiap kegiatan MGMP harus ada nara sumber utama yang dapat berasal dari guru (anggota), instruktur/fasilitator, tenaga fungsional lainnya, dan juga nara sumber pendukung yang dapat berasal dari kepala sekolah, pengawas sekolah, ataupun tenaga struktural di Dinas Pendidikan, atau bahkan tenaga struktural/non struktural dari instansi lainnya Struktur program kegiatan KKG/MGMP terdiri dari program umum, program inti/pokok, dan program penunjang, dan melalui MGMP inilah guru-guru dengan bidang mata pelajaran yang sama dapat saling belajar dalam upaya peningkatan kompetensinya sehingga kompetensi siswa juga dapat lebih ditingkatkan lagi nantinya. Kegiatan MGMP dinyatakan berhasil apabila mutu pelayanan pembelajaran yang mendidik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dapat terwujud, terjadi saling tukar pengalaman dan umpan balik antar guru anggota MGMP, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kinerja anggota MGMP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih profesional ditunjukkan dengan perubahan perilaku mengajar yang lebih baik di dalam kelas, mutu pembelajaran di sekolah meningkat, serta termanfaatkannya kegiatan MGMP bagi

18

guru, siswa,

sekolah,

MGMP,

dan

pemerintah

(pusat, provinsi,

dan

kabupaten/kota). Kendala-kendala dalam MGMP dapat berkaitan dengan sumber daya manusia, keterlibatan pengurus dan peserta belum optimal, dana operasional yang terbatas, koordinasi antar MGMP SMP , SMA dan SMK, pembinaan serta perhatian dari stakeholder pendidikan masih belum optimal, luas wilayah dan besarnya jumlah anggota, serta minimnya dana.

19

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. 2009. Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta : Dirjen PMPTK, Depdiknas Fzil. 2011. Ciri-ciri Guru Profesional. (Online). (http://fzil.wordpress.com), diakses pada 9 Maret 2013 Kada. 2008. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui MGMP. (Online). (http://taufik79.wordpress.com), diakses pada 7 Maret 2013 Koran Pendidikan. 2012. Mengembangkan Program Kerja KKG/MGMP. (Online). (http://www.koranpendidikan.com), diakses pada 7 Maret 2013) Luthfiyah, Ufi. 2010. Perkembangan Profesi Guru. (http://ufitahir.wordpress.com), diakses pada 7 Maret 2013 Nurdin. 2002. Ciri-ciri Guru Profesional. (http://staibntegal.wordpress.com), diakses pada 9 Maret 2013 (Online). (Online).

Sudarwan, Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia Widodo, Trisno. 2012. Memberdayakan MGMP. (http://edukasi.kompasiana.com), diakses pada 7 Maret 2013 (Online).

20

LAMPIRAN Pertanyaan dari Pembahas Utama : 1. Kelompok 1 : Program seperti apa saja yang dilakukan MGMP yang sudah dilakukan oleh guru? MGMP intern dilaksanakan sebulan dua kali. Apa yang dimaksud MGMP intern? Kemudian ada MGMP lainnya yang dilaksanakan satu kali sebulan sekali. Apa yang dimaksud dengan MGMP lainnya? Apakah sudah ada hasil yang maksimal? Jawaban : Program MGMP yang sudah dilakukan oleh guru meliputi MGMP intern dan ekstern. Dalam MGMP dilakukan musyawarah untuk membuat RPP, silabus, modul, soal-soal ujian, mendiskusikan metode dan media yang cocok diterapkan di kelas, dan lain sebagainya. MGMP intern : MGMP tingkat sekolah MGMP ekstern : MGMP tingkat kabupaten Dengan pelaksanaan MGMP intern dan ekstern sudah ada hasil yang maksimal. 2. Kelompok 7 : Apa maksud peran MGMP sebagai evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS? Dalam MGMP kan ada penelitian ilmiah, lokakarya, peran MGMP itu apa dalam melakukan pengembangan tersebut? Akan ada perubahan kurikulum 2013 dimana guru tidak lagi dipusingkan membuat RPP silabus, dll. Apakah ada perubahan kegiatan rutin MGMP dengan adanya hal tersebut? Jawaban : Peran MGMP sebagai evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) maksudnya melalui MGMP guru bisa memusyawarahkan problem yang terjadi di kelas, mengevaluasi mengapa problem tersebut bisa terjadi kemudian mendiskusikan solusi untuk memecahkan problem tersebut guna

21

mengembangkan pembentukan sekolah yang lebih baik yang dimulai pada perubahan pembelajaran di dalam kelas. Misalnya rendahnya hasil belajar atau motivasi siswa bisa disiasati dengan menerapkan multimetode dan multimedia. Metode alternatif yang bisa diterapkan antara lain metode games yang menyenangkan sehingga meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Penelitian ilmiah digunakan untuk menambah dan memantapkan pengetahuan guru terkait dengan wawasan dan materi ajar yang akan diajarkan kepada siswa. Sedangkan lokakarya digunakan untuk memecahkan masalah melalui forum diskusi. Adanya kurikulum 2013 yang tidak lagi memusingkan guru membuat RPP dan silabus, hanya akan merubah sedikit agenda MGMP terkait dengan pembahasan mengenai RPP dan silabus dalam forum MGMP, namun kegiatan rutin MGMP tetap berjalan sebagaimana mestinya karena dalam forum MGMP selain membahas RPP dan silabus juga masih banyak hal lain yang dibahas seperti membuat modul, mendiskusikan problem di kelas, sharing metode dan media yang cocok dan disenangi oleh siswa dan lain sebagainya. 3. Kelompok 8 : Apa maksud mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif? Apa maksud reformator dalam classroom reform? Jawaban : Maksud dari mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif yaitu MGMP yang terdiri dari guru-guru satu mata pelajaran dapat melakukan pengawasan terhadap kerja guru lainnya dalam mengajar guna mengevaluasi dan saling berbagi informasi di bidang akademik untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Maksud dari reformator dalam classroom reform adalah MGMP dapat mengubah bentuk kelas menjadi lebih baik dalam artian guru dapat mengubah metode dan media yang diterapkan di dalam kelas untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa.

22

Pertanyaan dari audiens : 1. Suci : Apa perbedaan MGMP ekstern dan intern ditinjau dari ruang lingkup pembahasan dalam rapat? Jawaban : MGMP intern membahas masalah akademik yang terjadi di sekolah, dalam ruang lingkup yang kecil. Sedangkan MGMP ekstern membahas masalah yang lebih besar yang perlu diselesaikan dengan melibatkan berbagai pihak dan mencakup banyak kepentingan. 2. Anisa : Agenda di MGMP untuk merencanakan reformasi sekolah seperti apa? Kendala yang dihadapi, ada sekolah yang kurang antusias misalnya ada guru yang sering meninggalkan kelas untuk mengikuti forum MGMP? Jawaban : Agenda MGMP untuk mereformasi sekolah misalnya dalam perubahan metode dan media yang diterapkan guru di dalam kelas sehingga membuat siswa tidak bosan dan membuat siswa antusias sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Solusi yang dapat diterapkan untuk menanggulangi kendala sekolah yang kurang antusias misalnya ada guru yang sering meninggalkan kelas untuk mengikuti forum MGMP yaitu dengan mengadakan MGMP di luar jam pelajaran, misalnya pada hari sabtu setelah siswa sepulang sekolah atau hari minggu. 3. Aditya : Kendala MGMP, seperti apa koordinasinya dalam berbagai MGMP SMP,SMA, SMK? Jawaban : Maksud dari koordinasi MGMP pada berbagai tingkat satuan pendidikan tersebut yaitu koordinasi MGMP tingkat SMP sendiri, MGMP tingkat SMA sendiri, MGMP tingkat SMK sendiri. Contoh hasil kinerja dari MGMP yaitu adanya LKS yang ditulis oleh tim MGMP daerah tertentu.

You might also like