You are on page 1of 3

Tugas Pengantar Sistem Informasi Geografi

Nama : Brifnita Karlina R. Nim : 11517

Prodi : MSP

MANFAAT PENGINDRAAN JAUH BAGI DUNIA PERIKANAN TERUTAMA DALAM PERSEBARAN IKAN TUNA

Sistem informasi geografi memberikan informasi tentang pengindraan jauh. Sistem informasi geografi merupakan suatu sistem, cara atau teknik .yang berbasis computer untuk membangun, menyimpan, mengelola, dan menampilkan informasi berefrensi geografis misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database. Pengindraan jauh memiliki bermacam-macam manfaat dalam mengetahui hasil persebaran ikan-ikan tertentu yang ada di perairan samudra luas yang sering ditangkap nelayan. SIG mampu memberikan gambaran tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan. Selain itu SIG memiliki kapabilitas menghubungkan berbagai lapisan data di suatutitik yang sama pada tempat tertentu, mengkombinasikan, analisis data tersebut dan memetakan hasilnya. Teknologi ini juga dapat mendeskripsikan karakteristik objek pada peta dan menentukan koordinatnya, melakukan query dan analisisspasial serta menyimpan, mengolah, mengupdate datasecara terorganisirdan efisien. Hasil outputnya berupa peta. Peta selain sebagai penunjuk letak dapat juga menggambarkandistribusi sosial ekonomi suatu masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggambaran distribusi ini berupa faktor lingkungan antara lain data suhu permukaan laut atau sea surface temperature(SST), tingkat konsentrasi klorofil, perbedaan tinggi perrmukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Pada tiap ikan memiliki faktor-faktor kesukaannya masing-masing. Ikan dengan mobilitas yang tinggi akan lebih mudahdilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentuIkan tuna tergolong jenis scombrid yang sangat aktif dan umumnya menyebar di perairan oseanik sampai perrairan dekat pantai territorial dan ZEE Indonesia. Keberadaan ikan tuna disuatu perrairan sangat tergantung pada beberapa halyang terkait dengan spesies tersebut, kondisi hidrooseanografi perairan, pada wilayah ZEE migrasi di perairan Indonesia merupakan bagian dan jalurr migrasi tuna dunia karena Indonesia terletak pada linatasan perbatasan perairan antara samudra hindia dan samudra pasifik.kelompok tuna merupakan kelompok ikan pelagic besar yang secara komersialdibagi atas kelompok tuna besar dan tuna kecil. Tuna besar terdiri dari jenis ikan tuna mata besar (Bigeyes thunnus obesus),

medidihang ( yellowfin thunnus albacores), tuna albakora (Albacore thunnusalalunga), tuna sirip biru selatan southem blue-fin, Thunnus maccoyii) dan tuna abu-abu (long tail tuna, Thunnus tonggol) sedangkan yang termasuk tuna kecil adalah cakalang (Skipjack katsuwonus pelamis). Criteria-kriteria seperti adanya peristiwa upwelling (pengadukan arus )disebut pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua masa air yang berbeda baik salinitas, suhu, klorofil-a, pengetahuan dasar yang dipakai dalam pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dengan faktor disekelilingnya. Dari hasil analisis ini akan diperoleh indicator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Misal ikan albacore tuna di laut uttara pasifik cenderung terkonsentrasi pada kisaran suhu 118,50C-21,50C dan berasosiasi dengan tinggkat klorofil-a 0,3 mg/m3(polovia et all.2001; Zainudinet all, 2004 dalam Zainudin,2006) sedangkan ikan cakalang dan tuna kecil (little/ babby tuna) lebih nyamanhidup pada daerah dengan kisaran suhu 23280C(Leavestu dan Hela,1970 dalam kusuma.2004) Keadaan-keadaanlingkungan yang merupakansyarat kenyamanan hidup bagi ikan-ikan tersebut merupakan suatusebaran spasial yang dapat diolah dengan SIG. data-data lingkungan tersebut dapat diperoleh dari data pengindraan jauh seperti SST/suhu laut dan klorofil-a yang bisa diperroleh dari citra MODIS sedangkan data-data yang lokasi pendaratan kapal penangkapan, batas pantai, pasang surut yang bisa diperoleh dari survey lapangan dan peta dasar wilayah. Selanjutnya output yang didapatkan dari indikatoroseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. data indicator oseanografi yang cocok untuk ikanperlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada suatu parameterlingkungan saja ttetapi berbagai parameter yang saling berkaitan, dengan kombinasi SIG, indraja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan yang banyak tertangkap, berapa jarak antara fishing ground yang produktif dan fishing base serta kapan musim penangkapan ikanyang efektif yang nantinya akan memberikan gambaran solusi tentang pertanyaan nelayankapanb dan dimana bisa mmendapatkan banyak ikan. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut(SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaanair laut (SSHA) dan eddy kinetic (EKE) (AVISO). Parameter pertama dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna, sedangkan parameter kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktivitas primer perairan yang berrhubungan dengan kelimpahan makanan ikan, sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperrti sddy danupwelling; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhidistribusi ikan. Data penagkapan ikan tunabiasanya ditunjukkan dengan tanda panah)diplot pada peta lingkungan yangyang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan. Gambar 1 memberikan informasi bahwaikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 350LU dan 1600BT bersesuaian dengan kondisiSST sekitar 200C dan berasosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0,3 mg/m3.konsentrasi ikan terrsebut berbeda pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang

Tugas Pengantar Sistem Informasi Geografi

bertepatan dengan kondisi EKE yang relative lebih tinggi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa prediksi hasil tangkapandengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hospot) jugamengkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesiesikan memiliki karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempatidaerah tertentu yang dapat dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatanSIG dan inderaja multilayer tersebut. Aplikasi SIG dan indraja dalam kegiatan penagkapan ikan tunapada bulan November 2000( resolusi semua layer citra = 9 km (Zaenudin,2006)

You might also like