You are on page 1of 14

PENCAK SILAT

I. Pendahuluan Pencak Silat adalah kata majemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura dan Bali, sedangkan kata Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan) dan Filipina. Penggabungan kata Pencak dan Silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dari perguruan Pencak dan perguruan Silat di Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta. Sejak saat itu Pencak Silat menjadi istilah resmi di Indonesia. Perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat. Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada. tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan, kata Pencak dan Silat masih digunakan secara terpisah. Di bawah ini secara singkat akan diuraikan beberapa hal sekitar Pencak Silat yang meliputi: sejarah, falsafah, jenis, aliran, perguruan dan pendekar Pencak silat, penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat, pengembangan dan penyebaran Pencak Silat serta tantangan terhadap Pencak Silat. Keseluruhan uraian akan disimpulkan secara umum. II. Sejarah Pencak Silat Kebutuhan paling dasar manusia adalah keamanan dan kesejahteraan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan sarana. Diantara ciptaan manusia yang menyangkut kebutuhan keamanan, adalah cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan fisik, di antaranya adalah apa yang disebut "jurus" dan senjata. "Jurus" adalah teknik gerak fisikal berpola yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa maupun dengan menggunakan senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia. Kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Demikian pula senjata yang digunakan. Masyarakat pribumi Asteng pada umumnya merupakan masyarakat agraris yang hubungan sosialnya dilaksanakan dengan sistem peguyuban. Warga masyarakat yang demikian mempunyai dasar pandangan dan kebijaksanaan hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-

nilai serta kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat. Dengan dasar itulah sistem paguyuban yang diperlukan bagi kehidupan agrarisnya dapat dilaksanakan dan ditegakkan. Dalam kaitan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah itu, "jurus" harus digunakan secara bertanggungjawab. Hal ini dapat terlaksana apabila si pengguna mampu mengendalikandiri. "Jurus" hanya boleh digunakan untuk pembelaan diri. Di dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan berbagai cara dan sarana di antaranya dengan pengembangan "jurus" ke dalam bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan batin dan lahir. Dalam perkembangan sosial dan budayanya, masyarakat pribumi Asteng telah menyerap pengaruh luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama maupun moral yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan itu,falsafah dari luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah tersebut,telah diserap dan digunakan untuk mengemas pandangan dan kebijaksanaan hidup masyarakat pribumi Asteng. Dengan demikian jatidiri Pencak Silat ditentukan oleh tiga hal pokok sebagai satu kesatuan yakni : 1. Budaya masyaraka-t pribumi Asteng sebagai sumber dan coraknya. 2. Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya. 3. Substansi Pencak Silat itu sendiri yang mempunyai aspek mental spiritual (pengendalian diri), beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan. Pencak Silat dengan jatidiri yang demikian baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,kemudian Budha dan terakhir Islam, Pencak Silat dikembangkan dan menyebar luas. Pada waktu sebagian besar kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng berada di bawah kekuasaan penjajah asing dari Eropa Barat, pendidikan Pencak Silat yang dipandang menanamkan jiwa nasionalis, telah dibatasi dan kemudian dilarang. Tetapi kegiatan pendidikain Pencak Silat berjalan terus secara tertutup. Pada jaman pendudukan Jepang, Pemerintah yang berkuasa memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mengembangkan budayanya agar mendapat dukungan dalam perangnya melawan sekutu. Pada jaman ini, pendidikan Pencak Silat dilaksanakan seperti semula dan lebih meluas. Setelah kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng bebas dari kekuasaan asing dan lahir negara-negara yang merdeka dikawasan tersebut, perkembangan dan penyebaran Pencak Silat semakin pesat. Lebih-lebih setelah dibentuknya organisasi nasional Pencak Silat di sebagian dari negara-negara tersebut, yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat Singapura (PERSISI), Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam (PERSIB), Pencak Silat Association of Thailand (PSAT) dan Philippine Pencak Silat Association (PHILSILAT). Di luar negara sumbernya, Pencak Silat juga berkembang dan nenyebar, lebih-lebih etelah

dibentuknya Persekutuan Pencak Antarabangsa ( PERSILAT ) III. Falsafah Pencak Silat Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Hal ini disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi pekerti luhur. Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat "tata-tentrem karta-raharja" (masyarakat yang aman-menentramkan dan sejahtera-membahagiakan) dapat terwujud secara maksimal apabila semua warganya berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang harus menjadi pegangan manusia adalah membentuk budi pekerti luhur dalam dirinya. Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal, rasa dan kehendak. Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak. Semuanya itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai dalam pembentukan budi pekerti luhur ini adalah kemampuan mengendalikan diri, terutama di dalam menggunakan "jurus". "Jurus" hanya dapat digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat maupun dalam rangka mewujudkan masyarakat "tata-tentrem karta-raharja." Dalam kaitan itu falsafah budi pekerti luhur dapat disebut juga sebagai Falsafah pengendalian diri. Dengan budi pekertinya yang luhur atau kemampuan pengendalian dirinya yang tinggi, manusia akan dapat nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta, yakni taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam lingkungan hidupnya. Manusia yang demikian dapat disebut sebagai manusia yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat tinggi. Istilah dalam Pencak Silat

Silat Betawi memperagakan teknik melucuti golok. Sikap dan Gerak

Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat. Langkah Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat. Teknik atau Buah Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain. Jurus Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh. Aspek dan bentuk

Kesenian Randai dari Sumatra Barat memakai silek (silat) sebagai unsur tariannya. Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
1. Aspek

Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para

pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya. 2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional. 3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat. 4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa. Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia. Tingkat kemahiran Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:
1. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik

tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI 2. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya. 3. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik

maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan . 4. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Pencak Silat di dunia

Pesilat Vietnam memperagakan permainan golok. Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional. Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002. Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.

Padepokan Pencak Silat Indonesia

Pintu Gerbang Padepokan Pencak Silat Padepokan adalah istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan tertentu. Padepokan yang disediakan untuk belajar dan mengajar Pencak Silat dinamakan Padepokan Pencak Silat. Di Minangkabau, Sumatera Barat, tempat belajar silat dinamakan sasaran silek yang biasanya hampir dimiliki oleh setiap nagari pada masa dahulunya. Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berlokasi di di tas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Luas total bangunannya sekitar 8.700 m2 dan luas total selasarselasarnya sekitar 5.000 m2. Padepokan ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997. Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi, yakni : 1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat. 2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubu-ngan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan pening-katan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya. 3. Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia. 4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan diantara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara. 5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat. Organisasi Pencak Silat

PERSILAT- Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa IPSI - Ikatan Pencak Silat Indonesia PESAKA Malaysia - Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia PERSISI - Persekutuan Silat Singapore EPSF - European Pencak Silat Federation

Sampai saat ini Anggota Organisasi Pencak Silat yang sudah terdaftar/tercatat di PERSILAT

sebanyak 33 organisasi di seluruh dunia. IV. Jenis dan aliran Pencak Silat Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya, wujud fisikal dan visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari masing-masing jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan pada tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek tertentu dengan tidak meniadakan aspek-aspek yang lain.

Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah : 1. Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri (karena wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian diri), yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat kemampuan mengendalikan diri dan karena itu lebih menekankan pada aspek mental-spiritual. 2. Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan diri secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada aspek beladiri 3. Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan pada aspek seni. 4. Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan karena itu lebih menekankan pada aspek olahraga. Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat dengan kadar yang berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar. Karena itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4 aspek sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai etis (mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan sportif (olahraga) sebagai satu kesatuan. Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis Pencak Silat dilakukan dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan ciri-cirinya yang menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya, disebut "aliran" Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya (aliran), nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat, yakni etis, teknis, estetis dan sportif sebagai satu kesatuan tetap ada dan terlihat Jika tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat. Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai "jurus" Pencak Silat. Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek fisikal dan tidak menyangkut segi mental-spiritual dan falsafah. Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau mazhab. Karena itu jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah budi pekerti luhur dan mempunyai aspek mentalspiritual sebagai aspek pengendalian diri. Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang menggunakan "tenaga supernatural" dalam gaya pelaksanaan "jurus"nya. Tenaga supranatural yang disebut "tenaga dalam", "tenaga dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan penguat "jurus" atau kekebalan badan.

Adanya aliran yang menggunakan "tenaga supernatural" telah memperkaya Pencak Silat. V. Perguruan dan pendekar Pencak Silat Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan aliran Pencak Silat. Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat berguru Pencak Silat. Berguru mempunyai konotasi belajar secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi secara langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru diketahui dengan jelas perkembangan kemampuannya, terutama kemampuan pengendalian dirinya atau budi pekertinya. Sang guru tidak akan mendidik, meningkatkan atau memperluas pendidikannya kepada seseorang yang mentalitasnya (kemampuan pengendalian diri atau budi pekertinya) dinilai tidak atau kurang memadai. Dalam kaitan itu, di waktu yang lalu tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi murid atau anggota perguruan Pencak Silat. Ujian- ujian berat yang menyangkut sikap mental harus ditempuh lebih dulu dan lulus. Ditinjau dari segi jenis Pencak Silat yang diajarkan, maka terdapat 4 kategori perguruan Pencak Silat, yakni : 1. Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan pendidikannya secara intensif pada aspek mental-spiritual Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan pengendalian diri yang tinggi kepada murid atau anggotanya. 2. Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya pada aspek beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemahiran teknik beladiri yang tinggi tanpa atau dengan menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau anggotanya. 3. Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada aspek. seni Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk keterampilan mempertunjukkan keindahan gerak Pencak Silat kepada murid atau anggotanya, tanpa atau dengan iringan musik tradisional serta tanpa atau dengan menggunakan senjata, sesuai dengan ketentuan "wiraga" (teknik gerak), "wirama" (irama gerak yang selaras, serasi dan seimbang) dan "wirasa" (pelembutan dan penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan improvisasi yang dilandasi rasa penghayatan). 4. Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya pada aspek olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan mempraktekkan teknik- teknik Pencak Silat yang bernilai olahraga bagi kepentingan memelihara kesegaran jasmani atau pertandingan. Bagi kepentingan pertandingan, pendidikan disesuaikan dengan peraturan pertandingan yang berlaku. Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang terbanyak, diantaranya ada yang mengajarkan "tenaga supernatural". Sejak tahun 1970-an, banyak perguruan Pencak Silat Beladiri yang mengajarkan Pencak Silat Olahraga untuk kepentingan pertandingan dengan tujuan agar murid atau anggotanya dapat mengikuti kejuaraan Pencak Silat Olahraga, karena hanya jenis Pencak Silat ini yang dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni tidak dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan peragaan. Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yakni: 1. Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang menonjol antara lain: 1. Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun. 2. Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa percobaan yang ketat. 3. Metoda pendidikan bersifat monologis.

4. Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi pemecatan sebagai anggota. 5. Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya. 6. Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya. 7. Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan. 2. 2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara lain : 1. Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang dipandang handal sebagai calon. 2. Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid. 3. Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan sebagai pemula. 4. Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis. 5. Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan argumen rasional. 6. Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya. 7. Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan perguruan. 3. Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri pokoknya antara lain: 1. Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang handal sebagai calon. 2. Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi Status sebagai anggota sementara. 3. Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak menyangkut halhal yang prinsipiil. 4. Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan. 5. Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang menyangkut perguruan dan pendidikannya secara terbatas. 6. Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari anggotanya. 7. Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana sumbangan. Penanaman nilai-nilai falsafah dan pendidikan mental-spiritual di semua perguruan Pencak Silat tidak dilakukan secara khusus tetapi pada waktu dilaksanakan latihan dalam bentuk wejangan-wejangan singkat, pengucapan sumpah atau prasetya perguruan. Sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat yang semakin rasional, semua perguruan Pencak Silat tradisional dan peralihan akan berkembang dan berubah menjadi perguruan Pencak Silat modern dengan sifat pengelolaan dan pendidikannya yang relatif profesional. Di Indonesia terdapat 10 perguruan Pencak Silat yang disebut perguruan historis. Kesepuluh perguruan tersebut adalah : Setia Hati (SH), Setia Hati Terate (SHT), Perisai Diri (PD), Perisai Putih, Phasadja Mataram, PERPI Harimurti, Tapak Suci, Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI), Nusantara dan Putra Betawi. Status historis disebabkan karena kesepuluh perguruan tersebut mempunyai hubungan kesejarahan dengan kelahiran dan perkembangan IPSI. Selain perguruan historis, di Indonesia terdapat juga perguruan besar. Yang menjadi ukuran adalah wilayah penyebaran dan jumlah anggota perguruan yang bersangkutan.

Yang termasuk perguruan besar di Indonesia antara lain: Merpati Putih, Bangau Putih, Satria Muda Indonesia dan Kateda Indonesia. Pimpinan perguruan Pencak Silat pada umumnya berkualifikasi pendekar, yakni suatu status tertinggi yang berkaitan dengan kemampuan pengamalan ajaran falsafah Pencak Silat secara konsisten dan konsekuen yang patut ditauladani sekaligus berkaitan juga dengan kemahiran dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat menurut kaidahnya. Di lingkungan perguruan modern, istilah pendekar telah digunakan sebagai gelar untuk tingkat penguasaan kemahiran Pencak Silat, diantaranya ada yang sifatnya berjenjang.

VI. Penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat Baik penelitian maupun penulisan ilmiah tentang Pencak Silat hingga sekarang belum banyak dilakukan. Penelitian dan penulisan yang pernah dilakukan pada umumnya difokuskan pada segi teknis Pencak Silat. Segi nonteknis kurang atau belum mendapat perhatian, pada hal keduanya merupakan satu kesatuan. Tulisan-tulisan tentang Pencak Silat yang cukup terkenal adalah hasil karya Amy Shapiro yang berjudul "Martial Arts Language" dan hasil karya Don F. Draeger yang berjudul "Weapons and Fighting Arts of the Indonesian Archipelago". Amy Shapiro dalam tulisannya itu membedakan Pencak dengan Silat dalam pengertiannya. Menurut dia, "literally Pencak means skilled and specialized body movements, and silat means to fight using pencak. Don F. Draeger juga membedakan pengertian Pencak dan Silat tetapi keduanya tak dapat dipisahkan. Menurut dia, berdasarkan pengertian orang Minangkabau, '"pencak is a skillful body movement in variations for self-defence and silat is the fighting application of pencak; silat cannot exist without pencak; pencak without silat is purposeless". Menurut penulis ini, kata pencak, berasal dari bahasa Mandarin Shantung "pung-cha". Dikatakan olehnya bahwa "Pung means to parry and cover an attacking action, while cha implies to finalize by striking (chopping) action. The first ideogram implies an avalanche force while the second implies pressing". Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab Pendahuluan, kata Pencak dan Silat berasal dari bahasa masyarakat pribumi Asteng dan mempunyai pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan keterangan mengenai silat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwodarminto. Menurut Hisbullah Rachman dalam tulisannya yang berjudul "Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia", pada masa jayanya kerajaan Sriwijaya, Universitas Nalanda di negara tersebut telah menjadi pusat pengembangan agama Budha dan sekaligus juga pusat penyebaran Pencak Silat. Banyak orang Cina yang mempelajari Pencak Silat dan menyebarkannya di negerinya. Ligaya Fernando Amilbang dalam bukunya "Pangalay" (gerak yang indah) menulis tentang "Langka" di Filipina Selatan yang sama dengan Pencak Silat. Langka berarti langkah. Disebutkan adanya Langka Budjang, Langka Baluang, Langka Kuntaw, Langka Pansak (Pencak), Langka Silat, Langka Lima dan Langka Sayaw. Kesemuanya itu mempunyai ciriciri Pencak Silat Mental-spiritual, Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni. Menurut penulis ini, di Myanmar Langka disebut "Lai-ka". Tulisan-tulisan tentang Pencak Silat dalam bahasa Indonesia yang beredar cukup luas di Indonesia, antara lain hasil karya Mariyun Sudirohadiprojo, Moh. Djumali dan Januarno. Ketiganya menyangkut penuntun teknis

pelajaran atau pelatihan Pencak Silat Olahraga. Majalah "Pendekar" berbahasa Melayu yang diterbitkan di Kuala Lumpur, mengkhususkan diri pada informasi-informasi sekitar Pencak Silat. Majalah "Pencak Silat" yang diterbitkan oleh PB IPSI dan terbitan perdananya baru bulan Mei 1990, juga bersifat serupa. Informasi tentang teknik-teknik Pencak Silat cukup banyak dimuat dalam beberapa majalah yang diterbitkan di berbagai negara. VII. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat dilakukan oleh perguruan-perguruan Pencak Silat. Setelah Perang Dunia ke-2, kegiatan perguruan-perguruan tersebut di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dikordinasikan oleh organisasi nasional Pencak Silat, yakni IPSI yang dibentuk pada tahun 1948, PERSISI yang dibentuk pada tahun 1976, PESAKA yang dibentuk pada tahun 1983 dan PERSIB yang dibentuk pada tahun 1987. Organisasi nasional Pencak Silat juga dibentuk di negara- negara lain. Untuk mengarahkan dan mengkordinasikan upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara internasional, pada tanggal 11 Maret 1980 di Jakarta dibentuk Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT). Menurut konstitusinya, PERSILAT mempunyai 3 macam anggota, yakni : 1. Anggota Pendiri, yang terdiri dari IPSI, PESAKA, PERSISI dan PERSIB. 2. Anggota Gabungan, yang terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat lainnya yang telah diakui oleh suatu badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah Pencak Silat di negara yang bersangkutan dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT. 3. Anggota Bersekutu, yang terdiri dari organisasi Pencak Silat yang belum diakui oleh badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah Pencak Silat tetapi dinilai oleh PERSILAT dapat mewakili negaranya dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT. Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat diusahakan untuk dapat dilaksanakan secara simultan, meliputi segi fisik dan non-fisik (mental- Spiritual dan falsafah). Tetapi hal ini belum sepenuhnya terlaksana. Yang sudah terlaksana baru Pencak Silat olahraga. Ini pun segi non-fisiknya belum mantap. Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Olahraga dilaksanakan antara lain dengan menyelenggarakan kejuaraan-kejuaraan. Di Indonesia setiap tahun diadakan kejuaraan nasional Pencak Silat untuk pesilat dewasa dan remaja secara berselang- seling, kecuali apabila dalam tahun yang bersangkutan diadakan PON (Pekan Olahraga Nasional) di mana Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan. Sejak tahun 1987, Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan dalam SEA Games. Dalam tahun- di mana Pencak Silat Olahraga ikutserta dalam SEA Games, IPSI juga tidak menyelenggarakan kejuaraan nasional. Setiap kejuaraan nasional selalu dimulai dari kejuaraan tingkat kecamatan. Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Seni dilaksanakan dengan menyelenggarakan festival atau lomba. Di Indonesia IPSI baru melaksanakannya secara nasional pada tahun 1982. Untuk mengefisienkan penyelenggaraan, festival atau lomba tersebut diintergrasikan dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Lomba Pencak Silat Beladiri sedang diusahakan untuk juga dapat diselenggarakan, yang akan diintegrasikan juga dengan kejuaraan Pencak Silat

Olahraga. Pada setiap kesempatan kejuaraan nasional Pencak Silat Olahraga, di Indonesia selalu diadakan pertemuan dan pernbicaraan dalam rangka peningkatan upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat. Pembicaraan serupa dalam tingkat kebijaksanaan, dilakukan dalam Munas (Musyawarah Nasional) yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Upaya lainnya yang telah dan akan dilakukan adalah Penataran Pelatih dan Wasit-Juri, penyempurnaan peraturan pertandingan, merumuskan standar nasional Pencak Silat Olahraga, kriteria penilaian lomba Pencak Silat Seni dan Pencak Silat Beladiri serta metoda pendidikan dan latihan Pencak Silat. Kejuaraan Pencak Silat Olahraga yang berskala internasional telah 6 kali dilaksanakan. Yang pertama dan kedua di Jakarta pada tahun 1982 dan 1984, yang ketiga di Wina pada tahun 1986, yang keempat di Kuala Lumpur pada tahun 1987, yang kelima di Singapura pada tahun 1988 dan yang keenam di Den Haag pada tahun 1990...**** Pada kesempatan itu juga dilaksanakan festival dan lomba Pencak Silat Seni dan pertemuan. Seminar Intemasional tentang Pencak Silat pernah diadakan, yakni pada kesempatan kejuaraan Internasional yang ke-IV di Kuala Lumpur. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi- informasi sekitar Pencak Silat di berbagai negara, antara lain tentang pengembangan dan penyebarannya. Pencak Silat sekarang ini terdapat dan berkembang di 20 negara, yakni di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Austria, Jerman , Belgia, Denmark, Swiss, Perancis, Yugoslavia, Spanyol, Inggris, Turki, Amerika Serikat, Suriname, Thailand, Filipina dan Australia. Di beberapa negara lain sedang dirintis pengembangannya, antara lain di Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam. Negara-negara ini berkeinginan untuk mengikuti pertandingan Pencak Silat Olahraga dalam SEA Games, diantaranya ada yang meminta bantuan pelatih dari Indonesia. VIII.Tantangan terhadap Pencak Silat Pencak Silat yang "terdapat di luar negara sumbernya belum seluruhnya berkualifikasi sebagai Pencak Silat, dalam arti memenuhi kriteria jatidirinya maupun kaidah pelaksanaannya yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan. Di antara peminat Pencak Silat di luar negara sumbernya, ada yang berkecenderungan mempelajari Pencak Silat hanya segi fisikalnya saja dan kurang berminat mengetahui apalagi menghayati nilai-nilai falsafahnya yang menjiwainya dan nilai-nilai budaya yang mendasari maupun mewarnainya. Selama ini penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat sebagai aturan dasar dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan memang belum pernah dilakukan secara khusus. Usaha kearah itu sedang dirintis oleh IPSI, yanq juga akan dilakukan melalui PERSILAT. Sesuatu yang bernama Pencak Silat tetapi ujud prakteknya tidak menurut kaidah Pencak Silat (yang dijiwai nilai-nilai jatidiri Pencak Silat), dengan sendirinya tidak bernilai Pencak Silat menurut pengertian yang sebenarnya. Hal ini pada gilirannya akan menjatuhkan citra Pencak Silat. Disinilah letak tantangannya. Tantangan yang kedua berkaitan dengan mutu pertandingan Pencak Silat Olahraga yang masih belum memadai, bahkan kadang-kadang diwarnai oleh kericuhan , Kritik tajam mengenai hal ini sering terdengar. Hal itu akan dapat, bahkan mungkin telah menjatuhkan Citra Pencak Silat. Faktor penyebab yang utama adalah karena kurang dihayati dan dilaksanakannya kaidah Pencak Silat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pertandingan. Penghayatan kaidah Pencak Silat harus dilandasi dengan pemahaman

jatidiri Pencak Silat serta nilai- nilai-nilainya. Selain itu, tujuan pertandingan juga belum dihayati. Diantara tujuan tersebut adalah mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat, mempererat persaudaraan dan persatuan serta meningkatkan citra Pencak Silat: dan menarik simpati (minat) masyarakat (nasional dan internasional) terhadap Pencak Silat. Tujuan tersebut harus menjadi motivasi dasar pihakpihak yang terlibat dalam per-tandingan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya. Gagasan Ketua Umum PB IPSI di dalam meningkatkan mutu pertandingan Pencak Silat: Olahraga adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatih IPSI yang berasal dari perguruanperguruan yang kemudian dikembalikan ke perguruan-perguruan untuk melatih anggotanya,terutama mereka yang akan diikutsertakan dalam kejuaraan. Hanya pesilat yang telah mendapat latihan dari pelatih IPSI inilah yang boleh mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI. Nantinya gagasan ini akan di internasionalkan melalui PERSILAT. Gagasan lainnya adalah penciptaan Pertandingan Sistem Baru (PSB), yang sekarang ini sedang diujicoba. Di samping tantangan yang bersifat umum, masih terdapat tantangan yang bersifat khusus dalam kaitan dengan pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara utuh maupun pemeliharaan dan peningkatan citra Pencak Silat.

You might also like