You are on page 1of 10

METODE TAFSIR

Metode adalah cara yang digunakan mufasir untuk mewujudkan tafsirnya dalam bentuk tulisan. 1. Metode tafsir Tahili atau analisis Kata tahili adalah bentuk masdar dari kata hallala-yuhallihutahlilan yang berasal dari kata halla-yahullu-hallan. Menurut ibnu fasis, asal kata ha, lam, dan lam mempunyai banyak definisi kata dan asalnya berarti membuka sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang tertutup darinya. Dari sini dapat dipahami bahwa kata tahili menunjukkan arti membuka sesuatu yang tertutup atau terikat dan mengikat sesuatu yang berserakan agar tidak ada yang terlepas atau tercecer. Sedangkan definisi penafsiran tahili adalah seseorang mufasir menafsirkan beberapa ayat Al-Quran sesuai susunan bacaannya dan tertib susuna di dalam mushaf, kemudian baru menafsirkan atau menganalisisnya secara rinci. Menurut Al-Farmawi metode penafsiran tahili adalah suatu metode menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan memaparkan segala aspek yang tergantung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu dan menerangkan maknamakna yang tercakup didalamnya sesuai keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. 72 Penjelasan makna ayat-ayat tersebut bisa tentang makna kata, penjelasan umumnya susunan kalimatnya, asbabunnuzulnya, serta penafsiran yang dikutip dari nabi, sahabat maupun thabiin. 73 Sedangkan menurut Baqir as-sadr, metode penafsiran tahili adalah metode dimana mufasir membahas Al-Quran ayat-demi ayat sesuai rangkaian ayat yang tersusun di dalam Al-Quran.74 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode penafsiran tahili adalah metode yang berupaya menafsirkan ayat demi ayat Al-Quran dari setiap surahsurah dalam Al-Quran dengan seperangkat alat-alat penafsiran ( diantaranya asbabun-nuzul, munasabat, nasikh-mansukh dan lain-lain) dalam Al-Quran.
1 71

171 72

Ibnu Faris, Mujam Maqayis Al-lugah, (Beirut : Darul-lhya at-Turas Al-Arabi, 2001) hal.228 Abdul-Havy al-Farmawi, Al-Bidayah Fit-Tafsir MaudhuI Diarasah Manhajiyyah Maudhu iyyah, ( ttp : Matbaah Al-hadarah Al-Arabiyyah, 1997), hal.24 73 Al-Farmawi, hal. 17 74 Muhammad Baqir as-sadr, pendekatan Tematik terhadap tafsir Al-Quran Jurnal Ulumul Quran, vol. 1, hal 28.

A. Ciri-ciri metode Penafsiran Tahili Diantara cirri-ciri dari tafsir yang menggunakan metode penafsiran tahili adalah sebagai berikut : 1. Mufasir menafsirkan ayat demi ayat dan surah demi surah secara berurut sesuai dengan urutannya didalam mushaf. 2. Seorang mufasir berusaha menjelaskan makna yang terkandung didalam ayat-ayat Al-Quran secara komprehensif dan menyeluruh, baik dari segi Irab (posisi kata dalam kalimat), munasabah ayat atau surah, asbab nuzulNya, maupun dari segi lainnya. 3. Dalam penafsirannya seorang mufasir menafsirkan ayat-ayat baik melalui bil-masur maupun bir-rayi.

B. Langkah-langkah metode tahili Dalam menggunakan metode penafsiran tahili, terdapat langkah-langkah penafsiran yang umumnya digunakan, yaitu : 1. Menerangkan makki dan madani da awal surah; 2. Menerangkan munasabah; 3. Menjelaskan asbabun-nuzul (jika ada); 4. Menerangkan arti mufradat (kosakata), termasuk didalamnya kajian bahasa yang mencakup Irab dan balayah; 5. Menerangkan unsure-unsur fasahah, bayan, dan Ijaz-nya; 6. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya; 7. Menjelaskan hokum-hukum yang digali dari ayat yang dibahas.

C. Kelebihan dan kekurang metode penafsiran tahili Metode penafsiran tahili ini mempunyai kelebihan dan juga beberapa kekurangan, diantaranya adalah : -Kelebihan :

a. Metode ini adalah tertua dalam sejarah tafsir Al-Quran, karena telah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, b. Metode ini yang paling banyak dianut oleh para musafir, c. Metode ini paling banyak memiliki corak (Laun), Orientasi (ittijah), d. Metode ini memungkinkan bagi seorang mufasir untuk mengambil ulansan pantang leher (itnab) ataupun singkat, ataupun tengah-tengah diantara keduanya.

-Kekurangan : a. Bisa menghanyutkan seorang mufasir dalam pembahasannya, sehingga terlepas dari suasana ayat dan Al-Quran yang sedangkan dikajinya serta masuk dalam suasana lain, seperti suasana bahasa, fiqih, kalam, dan semacamnya, sehungga kita tidak sedang membaca tafsir Al-Quran. b. Metode ini bersifat Parsial sehungga kurang mampu memberikan jawaban yang tuntas terhadap berbagai macam permasalahan yang dihadapi masyarakat, lebih-lebih masalah kontemporer, seperti keadilan, kemanusiaan, dan semacamnya. c. Dengan menggunakan metode ini membuka peluang yang lebih luas akan masukan paham-paham yang tidak sejalan dengan pendapat jumhur ulam :kisah-kisah Israilyyat, dikarenakan metode ini memberikan ruang begitu luas kepada mufasir untuk menuangkan hasil pemikirannya. d. Subjektivitas Bisa diamati bahwa sejak masa penulisan kitab-kitab tafsir sampai saat ini, para mufasir menafsirkan ayat-ayat Al-Quran ayat demi ayat sesuai dengan tertib susunannya dalam mushaf. Penafsiran berdasarkan susunan tertib mushaf ini tidak memberikan pemahaman secara utuh dari berbagai permasalahan yang di paparkan oleh ayat hanya dari satu surah saja. Penafsiran dengan cara ini menjadikan petunjuk-petunjuk Al-Quran terpisah-pisah karena satu masalah dalam Al-Quran sering dipaparkan secara terpisah dan dalam beberapa surah. Contohnya adalah ayat khamar yang dikemukakan dalam surah an-Nahl, al-Baqarah, dan al-Maidah. Untuk mengetahui pandangan AlQuran secara menyeluruh tentang khamar, dibutuhkan pembahasan yang mencakup ayat-ayat tersebut dari berbagai surah yang berbeda.

Para ulama menyadari khususnya imam Asy-Syatibi ( W. 1588 M) bahwa setiap surah walaupun masalah-masalah yang ditemukan berbeda-beda, namun ada satu sentral yang mengikat dan menghubungkan masalah yang berbeda tersebut.

2. Metode Tafsir Maudhui

Metode MaudhuI yaitu metode menafsirkan dengan menghimpun semua ayat dari berbagai surah yang berbicara tentang satu masalah tertentu yang dianggap menjadi tema sentral. Kemudian merangkaikan dan mengikatkan ayatayatitu satu dengan yang lain, lalu menafsirkannya secara utuh dan menyeluruh. Dengan metode ini, petunjuk Al-Quran yang dipaparkan bisa memberikan gambaran utuh tentang permasalahan tersebut dalam Al-Quran. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Syekh Mahmud Syaltut (1960 M) ketika menyusun tafsir Al-Quran al-karim. Sebagai penerapan ide yang dikemukakan oleh Asy-Syatibi ( W 1388 M), ia berpendapat bahwa setiap surah walaupun masalah yang dikemukakan berbeda-beda namun ada satu tema sentral yang mengikat dan menghubungkan masalah-masalah yang berbeda tersebut. Kemudian dikembangkan oleh Prof.Dr.Ahmad Sayyid Al-Kumi, ketua Jurusan tafsir pada fakultas Usuludin Universitas al-azhar sampai tahun 1981. Berikutnya Prof.Dr.Al-Farmawi menyusun sebuah buku yang memuat langkah-langkah tafsir maudhuI yang diberi judul Al-Bidayyah Wan-Nihayah fi Tafsir al-Maudhui.

Menurut para ulama tafsir, metode ini mempunyai 2 pengertian.

1. Penafsiran menyangkut satu surah dalam Al-Quran dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan tema sentralnya, serta menghubungkan persoalan-persoalan yang beraneka ragam dalam surah tersebut antara yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan tema tersebut, sehingga satu surah tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Contohnya adalah tafsir yang digagas oleh Syekh Mahmud Syaltut dalam tafsir AlQuran al karim.

2. Penafsiran yang berdasarkan pada tema-tema tertentu dengan langkahlangkah sebagai berikut. a. Menentukan topik atau pokok bahasan b. Mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dua tema diatas c. Menyusun ayat-ayat tersebut sesuai dengan tertib turunnya ayat d. Memperhatikan korelasi anatar ayat e. Membahas sebab nuzul jika ada f. Menyusun pembahasan dalam kerangka pembahasan yang sempurna (out line) g. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang ada kaitannya dengan tema diatas h. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau yang mengkompromikan antara ayat-ayat ain dengan kha dengan mutlaq-maqayyud atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga kesemuaannya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan i. Menafsirkan dan membuat kesimpulan menyeluruh tentang masalah yang sedang dibahas.

Kelebihan dan kekurangan Metode Tafsir Maudhui 1. Kelebihan a. Menjawab tantangan zaman. Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang. Untuk menjawab semua permasalahan itu, dilihat dari sudut tafsir Al-Quran tidak dapat ditangani dengan metodemetode selain maudhI (tematik) b. Praktis dan sistematis dalam membahas permasalahan yang timbul. Dikatakan praktis karena seseorang tidak dituntun untuk membaca tafsir seca keseluruhan dalam mencari jawaban suatu permasalahan yang dihadapi, cukup membaca metode maudhuI karena metode ini mencakup ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah itu. Dikatakan sistematis karena tafsir dengan metode ini disusun secara teratur sesuai dengan ayat-ayat yang memiliki keterkaitan dengan tema yang dibahas. c. Aktual dan kontekstual dengan perkembangan dan perubahan zaman. Tafsir maudhuI selalu kontekstual karena berangkat dari tematis

mengambil peran dialog untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari AlQuran, tetapi tindakan mencari jawaban itu bukan tindakan pasif, melainkan pendekatan aktif dengan tujuan menemukan kebenaran dalam kehidupan dari nas Al-Quran.

2. Kekurangan a. Memenggal ayat Al-Quran. Maksudnya adalah mengambil satu kasus yang terdapat di dalam satu ayat atau lebih yang mengandung banyak permasalahan yang berbeda. Misalnya, petunjuk tentang salat dan zakat, yang biasanya diungkapkan bersamaan dalam satu ayat. Apabila akan membahas kajian tentang zakat, maka ayat tentang salat harus ditinggalkan ketika mengutip dari mushaf agar tidak mengganggu ketika melakukan analisis. b. Membatasi pemahaman ayat. Dengan ditetapkannya judul penafsiran, pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas tersebut, sehingga penafsiran akan terikat dengan judul tersebut.

3. Metode Tafsir Ijmali Yang dimaksud dengan metode penafsiran ijmali adalah metode yang menafsirkan Al-Quran dengan cara mengemukakan makna global. Dalam define lain dijelaskan bahwa metode ijmali adalah metode penafsiran yang menjelaskan ayt-ayat Al-Quran secara ringkas tetapi komprehensif dengan bahasa yang popular, mudah dimengerti dan enak dibaca. Ciri-ciri metode penafsiran Ijmali adalah mufasirnya langsung menafsirkan AlQuran secara ringkas dari awal sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul. Ciri Ijmali ini tidak terletak pada jumlah ayat yang ditafsirkan, apakah keseluruhan atau sebagian saja, tetapi terletak pada pola atau sistematika pembahasan. Contoh kitab tafsir dengan Ijmali adalah : a. Tafsir al-Muyyasar karya Syekh Abdul Jalil Isa b. Tafsir Safwat al Bayan Li maani Al-Quran karya Syekh Muhammad Makhluf. Kelebihan dan kekurangan metode tafsir Ijmali Kelebihan a. Praktis dan mudah dipahami

b. Bebas dari isra illayat dan pemikiran-pemikiran yang kadang terlalu jauh menyimpang dari pemahaman ayat-ayat Al-Quran c. Ayat-ayat lebih mudah dipahami karena penafsiran mengatakan pengertian ayat denagn sinonimnya. langsung

Kekurangan a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial b. Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai atau uraian yang memuaskan berkenaan dengan pemahaman satu ayat.

4. Metode Penafsiran Muqaran Menurut al-Farmawi tafsir muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan kitab-kitab yang ditulis oleh para mufasir, dengan cara menghimpun sejumlah ayat Al-Quran pada satu pembahasan kemudian mengungkap dan mengkaji pendapat para mufasir sekitar ayat tersebut melalui kitab-kitab mereka, baik kalangan salafi maupun khalafi, baik cara penafsiran mereka bil-maqul maupun bil-masur. Quraish Shihab mendefinisikan tafsir dengan membandingkan ayat-ayat AlQuran yang memiliki kesamaan redaksi yang berbicara tentang masalah atau kasus yang sama atau diduga sama. Yang termasuk obyek bahasan metode ini adalah membandingkanayat-ayat Al-Quran dengan hadis Nabi saw yang tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat Al-Quran. Kajian perbandingan ayat dengan ayat tidak hanya terbatas pada analisis redaksionalnya semata, tetapi mencakup perbandingan antar kandungan makna dari setiap ayat yang di bandingkan dan harus ditinjau dari beberapa aspek yang menyebabkan timbulnya perbedaan tersebut seperti asbabun-nuzul, pemakaian kata dan susunannya dalam ayat, serta situasi dan kondisi ketika ayat tersebut diturunkan. Dari definisi yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode muqaran adalah : 1. Membandingkan teks ayat-ayat Al-Quran yang memiliki kesamaan atau kemiripan redaksi dalam 2 kasus atau lebih, atau memiliki redaksi yang berbeda bagi kasus yang sama.

2. Membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan. 3. Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan .

Langkah-langkah metode penafsiran muqaran. Dalam melakukan perbandingan antaayat dalam Al-Quran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang redaksinya memiliki kemiripan, sehingga diketahui mana yang mirip atau tidak 2. Membandingkan antara ayat-ayat yang redaksinya memiliki kemiripan, yang membicarakan satu kasus yang sama atau dua kasus yang berbeda dalam satu redaksi yang sama. 3. Menganalisis perbedaan ayat yang terkandung didalam redaksi yang mirip, baik perbedaan mengenai konotasi ayat maupun redaksinya, seperti berbeda dalam menggunakan susunan kata dan susunan dalam ayat 4. Membandingkan penafsiran antara beberapa mufasir tentang ayat yang dijadikan obyek bahasan. Kelebihan dan kekurangan metode penafsiran Muqaran Kelebihan a. Memberikan wawasan yang relative lebih luas kepada mufasir dan pembaca b. Membela diri untuk selalu bersikap toleran c. Membuat penafsir lebih berhati-hati dalam proses penafsiran satu ayat d. Mufasir dituntut untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis serta pendapat mufasir lain e. Membuat pembanding dan pembaca menjadi kritis dalam memahami ayat.

Kekurangan

a. Kurang cocok untuk pemula karena perbedaan pendapat akan berakibat membingungkan dirinya sendiri b. Kurang cocok untuk memecahkan masalah kontemporer karena bisa memperlambat untuk membuka makna yang sebenarnya dan relevan dengan zaman c. Menimbulkan kesan pengulangan pendapat para mufasir

Corak-corak penafsiran Corak ( laun ) dalam bahasa arab berarti kecenderungan, kesimpulan, pandangan dan pemikiran yang mewarnai sebuah karya tafsir sekaligus mencerminkan latarbelatang intelektual penafsirnya. Dengan kata lain, corak adalah kesan umum atau pemikiran mufasir yang dapat dirasakan dalam karya tafsirnya. Corak-corak yang dikenal selama ini antara lain : a. Corak sastra dan bahasa. Corak ini timbul akibat banyaknya orang no-arab yang memeluk agama islam dan kelemahan-kelemahan orang arab sendiri di bidang sastra sehingga dirasakan kebutuhan dan menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Quran. b. Corak filsafat dan teologi Corak ini muncul akibat penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi beberapa kalangan serta akibat masuknya penganut agama-agama lain kedalam islam yang dengan sadar atau tanpa sadar masih mempercayai beberapa hal dari kepercayaan lama mereka. c. Corak penafsiran Ilmi Corak ini muncul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsiran untuk memahami ayat-ayat Al-Quran sejalan dengan perkembangan ilmu. d. Corak fiqih Corak ini muncul akibat berkembangnya ilmu fiqih dan terbentuknya mazhab-mazhab fiqih di masa tiap golongan berubah membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka. e. Corak Tasawuf

Corak ini muncul akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai reaksi dari kecenderungan berbagai pihak terhadap materi atau sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan

You might also like