You are on page 1of 8

LAPORAN OBSERVASI SDN PETORAN 01 SURAKARTA

Disusun oleh: 1. Desy Ermia Putri 2. Muhammad Taufik Akbar 3. Yohanna Nawangsasih ( K2311016 ) ( K2311051 ) ( K2311086 )

PRODI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang Sekolah inklusi hadir sebagai perwujudan dari adanya Hak Asasi manusia. Hak asasi manusia menjamin hak setiap orang untuk berdinamika dan bersosialisasi dengan masyarakat umum tanpa adanya hambatan karena kekurangan yang dimiliki oleh orang yang berkebutuhan khusus tersebut. Inklusi adalah sebuah filosofi pendidikan dan sosial. Mereka yang percaya inklusi meyakini bahwa semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun perbedaan mereka. Dalam pendidikan ini berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maupun ketidak mampuan mereka, latar belakang sosialekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa, agama atau gender, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan, seperti tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, tuna rungu, maupun tuna laras. Secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan bulan Juni 1994 bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah (selama memungkinkan) semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Sekolah inklusi dimulai dengan filosofi bahwa semua anak dapat belajar dan tergabung dalam sekolah dan kehidupan komunitas umum. Keanekaragaman antar anak dihargai, dan diyakini bahwa keanekaragaman menguatkan kelas dan menawarkan semua kesempatan yang lebih besar untuk pembelajaran anak. Sekarang ini sudah banyak sekolah yang merangkap sebagai sekolah inklusi. Tetapi sekolah sekolah inklusi tersebut masih kekurangan guru profesional yang khusus mengampu satu jenis mata pelajaran. Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan Fisika. Oleh sebab itu, untuk mempersiapkan calon pendidik mata pelajaran Fisika diadakan observasi untuk mengetahui secara langsung kondisi sekolah inklusi. Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 2

II.

Rumusan Masalah 1. Apa perbedaan kurikulum dan silabus yang terdapat di sekolah reguler dengan inklusi? 2. Apa perbedaan metode pengajaran yang diterapkan di sekolah reguler dengan inklusi? 3. Apa perbedaan model tes yang terdapat di sekolah reguler dengan inklusi? 4. Apa perbedaan media pembelajaran yang digunakan di sekolah reguler dengan inklusi? Tujuan 1. Mengetahui perbedaan kurikulum dan silabus yang terdapat di sekolah reguler dengan inklusi. 2. Mengetahui perbedaan metode pengajaran yang diterapkan di sekolah reguler dengan inklusi. 3. Mengetahui perbedaan model tes yang terdapat di sekolah reguler dengan inklusi. 4. Mengetahui perbedaan media pembelajaran yang digunakan di sekolah reguler dengan inklusi.

III.

Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 3

BAB II KERANGKA PIKIR

I.

Sekolah Inklusi Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengizinkan ABK untuk ikut mengikuti kegiatan belajar bersama dengan anak normal. Ada beberapa alternatif dalam pembedaan kelas dalam sekolah inklusi. Secara hirarkis, Deno (1970) mengemukakan alternatif sebagai berikut: 1. Kelas biasa penuh 2. Kelas biasa dengan tambahan bimbingan di dalam, 3. Kelas biasa dengan tambahan bimbingan di luar kelas, 4. Kelas khusus dengan kesempatan bergabung di kelas biasa, 5. Kelas khusus penuh, 6. Sekolah khusus, dan 7. Sekolah khusus berasrama.

II.

Sistem Pendidikan (Kurikulum) Berdasarkan Permendiknas No.70 tahun 2009 pasal 7, satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, dan minatnya. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

III. IV. V.

Model Pembelajaran Model Tes Metode Pembelajaran

Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 4

BAB III PEMBAHASAN

I.

Identitas Sekolah Nama Sekolah : Alamat Sekolah : Luas Tanah : Status Tanah : Luas Bangunan :

SDN Petoran 01 Surakarta Jl. Asem Kembar RT 01 / VIII Petoran Jebres Surakarta 4555 m2 HP. Pemerintah Kota Surakarta No. AA. 319174 Kelurahan Jebres 2955 m2

TINGKAT PENDIDIKAN NO. 1. 2. 3. 4. STATUS Guru tetap (PNS) Guru tidak tetap Guru bantu Penjaga Jumlah SLT A 2 D1 D2 4 D3 D4 S1 13 8 2 4 S2 S3

JUMLAH 19 8 2 29

21

II.

Hasil Observasi SD Petoran 01 termasuk kelas biasa dengan tambahan bimbingan di luar kelas. Dalam menerima siswa baru, SDN Petoran 01 memiliki krteria yang disesuaikan dengan kemampuan guru serta tingkat kebutuhan ABK. Adapun jenis ABK yang diterima di sekolah ini adalah sebagai berikut: 1. Low vision 2. Tungrahita ringan 3. Tunagrahit sedang 4. Tunadaksa ringan 5. Tunaganda 6. Hiperaktif 7. Kesulitan belajar 8. Autis

1. Sistem Pendidikan (Kurikulum) Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 5

Kurikulum Kelas IV VI SDN 01 Petoran Surakarta Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah regular (kurikulum nasional) yang dimodifikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap

perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciriciri) dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap alokasi waktu, isi / materi kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, lingkupan belajar, dan pengelolaan kelas. Kurikulum untuk masing-masing kelas IV VI di SDN 01 Petoran Surakarta ini diberikan dengan proses penyetaraan kurikulum antara kurikulum anak normal dan anak ABK. Untuk anak normal dan ABK, pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Perbedaan kurikulum antara anak normal dan ABK adalah apabila anak ABK mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran untuk anak normal baru anak ABK tersebut di berikan kegiatan belajar mengajar berdasarkan PPI (Program Pembelajaran Individual). PPI merupakan program pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan setiap siswa; berpusat pada siswa dan bekerja dengan siswa. Pembelajaran berdasarkan PPI ini biasanya diberikan pada anakanak ABK pada setiap hari sabtu setelah melaksanakan proses KBM seperti biasa. Proses pembelajaran PPI ini di damping oleh Endang Sri Sunarti, S.Pd selaku manager inklusi di SDN 01 Petoran Surakarta. Pada 3 bulan pertama sebagai siswa baru, murid ABK tidak langsung diberikan materi pelajaran, tetapi murid ABK tersebut dilatih kepatuhan, kedisiplinan, dan penyusuain (adaptasi) khususnya dalam sosialisasi dan interaksi terhadap lingkungan sekolah. Untuk ABK ada bimbingan tambahan pada siang hari setelah jam sekolah oleh Guru Pendamping Khusus (GPK). Bimbingan tambahan tersebut mengulang pelajaran yang telah diajarkan oleh guru kelas. Sehingga Guru Pendamping Khusus tersebut bertanya terlebih dahulu tentang anak berkebutuhan khusus tersebut ke guru kelas. Rapot hasil belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) selain nilai angka juga terdapat deskripsi sehingga orang tua anak tersebut dapat mengetahui perkembangan anaknya selama melaksanakan proses pembelajaran. Pelaksanaan UAN bagi kelas VI SD diberlakukan untuk semua siswa karena semua siswa kelas VI tahun 2013 dianggap mampu mengikuti UAN. Hal tersebut dikarenakan siswa berkebutuhan khusus di kelas VI SD tahun 2013 hanya sebatas lambat belajar sehingga diperbolehkan mengikuti UAN.

Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 6

2. Metode Pengajaran Metode pengajaran bagi sekolah regular adalah dengan penjelasan materi dari guru kelas. Dilaksanakan dengan berbagai metode pembelajaran, seperti ceramah, diskusi kelas, maupun tanya jawab dengan guru. Metode pengajaran yang diterapkan oleh SDN 01 Petoran Surakarta sama dengan metode pengajaran sekolah reguler. Murid normal dengan murid ABK kelas IV, V, dan VI tidak diberikan metode pengajaran yang berbeda. Metode pengajaran yang dilakukan adalah penjelasan dari guru kelas di depan kelas dengan menyesuaikan kurikulum yang berlaku. Metode pengajaran oleh SDN Petoran 01 juga menggunakan kelas khusus bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu dengan pelajaran tambahan yang dilaksanakan pada hari sabtu setelah melaksanakan proses KBM seperti biasa. Selain itu, kelas khusus juga dilaksanakan bagi anak berkebutuhan khusus seperti tuna grahita pada saat-saat tertentu.

3. Model Tes Model tes yang digunakan di SDN Petoran Surakarta ini tidak berbeda dengan SD regular. Diantaranya terdapat ulangan harian, ujian mid semester dan ujian semester selain itu ujian sekolah dan ujian nasional bagi siswa kelas VI. Standart yang ditetapkan adalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak dan bentuk pelaporannya lebih banyak bersifat deskriptif, narasi, maupun portofolio, dikarenakan banyak siswa yang kemampuan Intelegensi nya di bawah rata-rata maka dari itu sekolah menargetkan standar kelulusan yang rendah agar siswa dapat lulus. Untuk hasil belajar siswa atau rapor untuk siswa ABK setiap nilai yang diberikan terhadap mata pelajaran diberi deskripsi. Untuk beberapa tes yang tidak memungkinkan siswa ABK untuk mengerjakanya misalnya listening, mereka dibantu guru dengan membacakan atau ada di teks soal.

4. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan salah satu alat atau sarana untuk membantu memberikan materi atau untuk memperjelas materi yang diberikan. Media yang digunakan dalam pembelajaran di SDN 01 Petoran Surakarta banyak mempergunakan media gambar atau visual dan teman sebaya. Pada media gambar ini diterapkan pada jenjang kelas I sampai kelas V karena pada jenjang tersebut anak masih belum bisa berpikir abstrak atau tanpa penggambaran, oleh sebab itu media gambar ini paling tepat untuk mempermudah anak dalam memahami materi yang di berikan. Untuk media teman Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 7

sebaya ini diterapkan ada anak jenjang kelas VI karena pada jenjang ini anak sudahn mualai di latih untuk belajar secara abstrak oleh sebab itu media ini diterapkan. Sebagai contoh yaitu apabila salah seorang anak mengalami kesulitan dalam memahami materi yang di berikan maka guru langsung bertindak dengan memerintahkan salah seorang anak normal atau bisa dikatakan lebih paham dengan materi yang di beriakn untuk mengajari atau mentransfer materi yang diberikan.

Observasi tentang sekolah inklusi diadakan di SD Petoran 01, yang beralamat di Kelurahan Petoran . Observasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013.

Laporan Observasi SDN Petoran 01 Surakarta 8

You might also like