You are on page 1of 385

Prof. Dr. Sapriya, M.Ed.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PEMBEL A J A R A N [ PKn ]

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2012

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Prof. Dr. Sapriya, M.Ed. Tata Letak & Cover : Rommy Malchan

Hak cipta dan hak moral pada penulis Hak penerbitan atau hak ekonomi pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seizin tertulis dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Cetakan Ke-1, Desember 2009 Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi) ISBN, 978-602-7774-18-6

Pengelola Program Kualifikasi S-1 melalui DMS

Pengarah : Direktur Jenderal Pendidikan Islam Penanggungjawab : Direktur Pendidikan Tinggi Islam Tim Taskforce : Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA. Prof.Ahmad Tafsir Prof. Dr. H. Maksum Muchtar, MA. Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.E.d. Dr.s Asep Herry Hemawan, M. Pd. Drs. Rusdi Susilana, M. Si. Alamat : Subdit Kelembagaaan Direktorat Pendidikan Tingggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI Lt.8 Jl. Lapangan Banteng Barat Mo. 3-4 Jakarta Pusat 10701 Telp. 021-3853449 Psw.236, Fax. 021-34833981 http://www.pendis.kemenag.go.id/www.diktis.kemenag.go.id email:kasubditlembagadiktis@kemenag.go.id/ kasi-bin-lbg-ptai@pendis.kemenag.go.id

ii

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah melalui Dual Mode System selanjutnya ditulis Program DMSmerupakan ikhtiar Direktorat Jenderal Pendidikan jabatan di bawah binaannya. Program ini diselenggarakan sejak tahun 2009 dan masih berlangsung hingga tahun ini, dengan sasaran 10.000 orang guru yang berlatar belakang guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.

terlebih di daerah pelosok pedesaan. Sementara pada saat yang bersamaan, konstitusi pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003, UU No. 14 Tahun 2007, dan PP No. 74 Tahun 2008) menetapkan agar sampai tahun 2014 seluruh guru di semua jenjang pendidikan

Program DMS dilatari oleh banyaknya guru-guru di bawah binaan Direktorat Jenderal

Dalam situasi demikian, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam berupaya melakukan terobosan dalam bentuk Program DMSsebuah program akselerasi (crash program) di jenjang pendidikan tinggi yang memungkinkan guru-guru sebagai peserta program pembelajaran tatap muka (TM) dan pembelajaran mandiri (BM). Untuk BM inilah proses pembelajaran memanfaatkan media modular dan perangkat pembelajaran online (elearning).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

secara individual melalui perkuliahan regular. Selain karena faktor biaya mandiri yang relatif membebani guru, juga ada konsekuensi meninggalkan tanggungjawabnya dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas.

iii

Pendek kata, kami mengharapkan agar buku ini mampu memberikan informasi yang dibutuhkan secara lengkap. Kami tentu menyadari, sebagai sebuah modul, buku ini masih membutuhkan penyempurnaan dan pendalaman lebih lanjut. Untuk itulah, masukan dan kritik konstruktif dari para pembaca sangat kami harapkan.

dilakukan dengan melibatkan para pakar/ahli yang tersebar di LPTK se-Indonesia, dan selanjutya hasil review diserahkan kepada penulis untuk selanjutnya dilakukan perbaikan. Dengan keberadaan modul ini, para pendidik yang saat ini sedang menjadi mahasiswa agar membaca dan mempelajarinya, begitu pula bagi para dosen yang mengampunya.

Buku yang ada di hadapan Saudara merupakan modul bahan pembelajaran untuk mensupport program DMS ini. Jumlah total keseluruhan modul ini adalah 53 judul. Modul edisi tahun 2012 adalah modul edisi revisi atas modul yang diterbitkan pada tahun 2009. Revisi dilakukan atas dasar hasil evaluasi dan masukan dari beberapa LPTK yang

Semoga upaya yang telah dilakukan ini mampu menambah makna bagi peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia, dan tercatat sebagai amal saleh di hadapan Allah swt. Akhirnya, hanya kepada-Nya kita semua memohon petunjuk dan pertolongan agar upaya-upaya kecil kita bernilai guna bagi pembangunan sumberdaya manusia secara nasional dan peningkatan mutu umat Islam di Indonesia. Amin Wassalamualaikum wr. wb. Jakarta, Juli 2012

Direktur Pendidikan Tinggi Islam

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA

iv

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................iii DAFTAR ISI.............................................................................................................. v SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PKn .......................................................... 1 TINJAUAN MATA KULIAH........................................................................................ 7 PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN .............................................. 11 Pengertian, Tujuan, dan Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan . ....................... 13 Pengembangan Konsep, Nilai, ............................................................................. 23 Moral, dan Norma Dalam PKn. ............................................................................ 23 Dimensi Pembelajaran PKn.................................................................................. 37 MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANERAAN.................................. 53 Karakteristik Materi PKn ...................................................................................... 55 Pengembangan Materi Pembelajaran PKn........................................................... 69 DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn........................................................... 91 Desain Pembelajaran PKn. ................................................................................... 93 Model Pembelajaran PKn................................................................................... 109 METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN......................... 129 Strategi dan Metode Pembelajaran PKn. ........................................................... 131 Metode Pembelajaran Afektif Dalam PKn ........................................................ 151 MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PKN....................................................... 169 Media Pembelajaran PKn................................................................................... 171 Sumber Pembelajaran PKn ................................................................................ 195

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN MI KELAS RENDAH......................... 211 Desain Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah . ................................... 213 Model Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah...................................... 231 DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn MI KELAS TINGGI............................ 253 Desain Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi. ........................................................ 255 Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi.......................................................... 273 PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn ....................................................................... 291 Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian................................................................................................. 293 Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran PKn. ................................. 309 Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran............................................................ 321 PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PKn . ................................... 335 Mata Pelajaran PKn dalam Sistem Kurikulum Berdasarkan Permendiknas........ 337 Pengembangan Silabus dan RPP Pembelajaran PKn.......................................... 349 GLOSARIUM........................................................................................................ 369 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 375 TENTANG PENULIS.............................................................................................. 379

vi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


SILABUS 1

A. Identitas MK

Nama Mata Kuliah Bobot SKS Kode Mata Kuliah Mata Kuliah Prasyarat Kode Dosen Pengembang

: Pembelajaran PKn :3 : : Konsep Dasar PKn : : Dr. Sapriya, M.Ed.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

B. SKMK

Meningkatkan kemampuan profesional guru kelas Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam pembelajaran PKn melalui penguasaan teori dan model pembelajaran PKn sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogically content knowledge) untuk mendukung meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta partisipasi warga negara yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Deskripsi MK

Mata kuliah ini membahas tentang dimensi teori dan proses pembelajaran PKn di MI yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan dan partisipasi warga negara, serta memfasilitasi guru kelas MI untuk mampu membelajarkan PKn berlandaskan pada pendekatan kemampuan dasar kewarganegaraan (civic competence). Sesuai dengan itu, maka cakupan materi dalam mata kuliah ini meliputi: (1) Paradigma baru PKn ; (2) Pengembangan Materi Pembelajaran PKn ; (3) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn ; (4) Pengembangan Pendekatan dan Metode Pembelajaran; (5) Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran; (6) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn Kelas Rendah ; (7) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi ; (8) Pengembangan desain dan model pembelajaran konsep globalisasi dan kerjasama antarbangsa; (8) Penilaian Pembelajaran PKn; (9) Pengembangan Kurikulum PKn dalam KTSP.

File Sapriya, 15 Januari 2009

E. Garis Besar Program

No. (3)
Paradigma Baru PKn 1.1 Pengertian, tujuan, dan dimensi PKn 1.2 Pengembangan Konsep, Nilai, Moral dan Norma PKn 1.3 Dimensi Pembelajaran PKn Tertulis pilihan ganda

KD (4) (5)

Indikator

PB/SPB

Kegiatan Pembelajaran

Estimasi Waktu (7)

No. Rujukan (8)

(1)

(2)

Bentuk Asesmen (6)

Mahasiswa memahami paradigma baru PKn

1. Menjelaskan pengertian, tujuan, dan dimensi PKn 2. Mengembangkan Konsep, Nilai, Moral dan Norma PKn 3. Menjelaskan dimensi pembelajaran PKn 1. Mengidentifikasi karakteristik materi PKn 2. Mengembangkan materi pembelajaran PKn MI Menguraikan desain dan model pembelajaran PKn dengan merujuk pada prinsip KTSP dan Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Menguraikan jenis, prinsip, dan prosedur pendekatan dan metode pembelajaran PKn untuk MI.

Menguraikan konsep, teori, percontohan, ilustrasi, latihan tentang pengertian, tujuan, dan dimensi PKn, pengembangan Konsep, Nilai, Moral dan Norma serta dimensi pembelajaran PKn Menguraikan konsep, contoh, dan latihan tentang pengembangan materi pembelajaran PKn

Tertulis pilihan ganda

Mahasiswa menguasai prinsip pengembangan materi pembelajaran PKn Mahasiswa menguasai prinsip pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn

1. Mengembangkan desain pembelajaran PKn 2. Mengembangkan model pembelajaran PKn

Pengembangan Materi Pembelajaran PKn 2.1 Karakteristik materi PKn 2.2 Pengembangan Materi Pembelajaran PKn MI Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn 3.1 Pengembangan desain pembelajaran PKn 3.2 Pengembangan model pembelajaran PKn

Tertulis pilihan ganda

Mahasiswa menguasai metode pembelajaran PKn

1. Mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran PKn 2. Mengembangkan metode pembelajaran PKn berbasis portofolio

Pengembangan Metode Pembelajaran 4.1 Pendekatan dan metode pembelajaran PKn 4.2 Pengembangan Metode PembelajaranPKn berbasis portofolio Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran

Tertulis pilihan ganda Menguraikan jenis, prinsip, dan karakteristik media dna sumber Tertulis pilihan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mahasiswa menguasai prinsip

1. Mengembangkan media pembelajaran PKn

File Sapriya, 15 Januari 2009


5.1 Pengembangan Media pembelajaran PKn 5.2 Pengembangan Sumber pembelajaran PKn Menguraikan desain dan model pembelajaran PKn untuk MI pada jenjang kelas rendah. Tertulis pilihan ganda pembelajaran PKn untuk MI. ganda Menguraikan desain dan model pembelajaran PKn untuk MI pada jenjang kelas tinggi. Tertulis pilihan ganda Menguraikan konsep, contoh, dan latihan tentang pengembangan penilaian pembelajaran PKn Tertulis pilihan ganda Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn Kelas Rendah 6.1 Pengembangan desain pembelajaran PKn MI Kelas Rendah 6.2 Pengembangan model pembelajaran PKn MI Kelas Rendah Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi 7.1 Pengembangan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi 7.2 Pengembangan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi Penilaian Pembelajaran PKn 8.1 Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian 8.2 Prinsip penilaian pembelajaran 8.3 Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran PKn Pengembangan Kurikulum PKn dalam KTSP 9.1 PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas 9.2 Pengembangan silabus dan RPP PKn Menguraikan konsep, teori, percontohan, ilustrasi, latihan tentang sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas dan hakikat pembelajaran PKn dalam KTSP. Tertulis pilihan ganda

pengembangan media dan sumber pembelajaran PKn

2. Mengembangkan sumber pembelajaran PKn

1.

Mahasiswa menguasai prinsip pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah

2.

Mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Rendah Mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Rendah

1.

2.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mahasiswa menguasai prinsip pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi Mahasiswa menguasai prinsip penilaian pembelajaran PKn

1.

2.

3.

1.

Mahasiswa mengembangkan kurikulum PKn sesuai dengan prinsip KTSP

2.

Mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi Mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi Menjelaskan Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian Menjelaskan prinsip penilaian pembelajaran Mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran PKn Menjelaskan PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas Mengembangkan silabus dan RPP pembelajaran PKn

File Sapriya, 15 Januari 2009

F. Pemetaan Konsep

Meningkatkan kemampuan profesional guru kelas MI dalam pembelajaran PKn melalui penguasaan teori dan model pembelajaran PKn sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogically content knowledge) untuk mendukung meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta partisipasi warga negara yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1 3 4 5 6 7

8 Penilaian Pembelajar an PKn

Paradigma Baru PKn

Pengembanga n Materi Pembelajaran PKn

Pengembanga n Desain dan Model Pembelajaran PKn

Pengembanga n Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran

Pengembanga n Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah

Pengembanga n Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Pengemban gan Kurikulum PKn dalam KTSP

Mahasiswa menguasai Pembelajaran PKn MI

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

File Sapriya, 15 Januari 2009

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

TINJAUAN MATA KULIAH

Bahan Belajar Mandiri (BBM) Mata Kuliah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Madrasah Ibtidaiyah (MI) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan profesional calon guru dan/atau guru kelas Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam pembelajaran PKn. Bahan belajar untuk mata kuliah Pembelajaran PKn MI ini menguraikan sejumlah kompetensi tentang pengembangan pembelajaran yang didukung oleh teori dan model pembelajaran PKn sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogical content knowledge). Materi pembelajaran ini dimaksudkan pula untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran PKn yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta partisipasi warga negara yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan di atas, mata kuliah ini membahas tentang dimensi teori dan proses pembelajaran PKn di MI yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan dan partisipasi warga negara, serta memfasilitasi guru kelas MI untuk mampu membelajarkan PKn berlandaskan pada pendekatan kemampuan dasar kewarganegaraan (civic competence). Setelah Anda selesai mempelajari mata kuliah ini diharapkan Anda akan dapat menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut. (1) Paradigma baru PKn; (2) Pengembangan Materi Pembelajaran PKn; (3) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn; (4) Pengembangan Metode Pembelajaran PKn; (5) Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran PKn; (6) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah; (7) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi; (8) Penilaian Pembelajaran PKn; (9) Pengembangan Kurikulum PKn.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Materi mata kuliah ini diajarkan dalam sembilan Bahan Belajar Mandiri dengan perincian sebagai berikut. BBM 1: Paradigma baru PKn; BBM 2: Materi Pembelajaran PKn; BBM 3: Desain dan Model Pembelajaran PKn; BBM 4: Metode Pembelajaran PKn; BBM 5: Media dan Sumber Pembelajaran; BBM 6: Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah; BBM 7: Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi; BBM 8: Penilaian Pembelajaran PKn; BBM 9: Pengembangan Kurikulum PKn.

Demikianlah tinjauan matakuliah yang akan Anda pelajari melalui kegiatan belajar pada setiap Bahan Belajar Mandiri. Selanjutnya agar Anda berhasil mempelajari materi yang tersaji pada mata kuliah ini perhatikan beberapa anjuran di bawah ini.

1. Pelajarilah setiap bahan belajar mandiri secara bertahap dan berulang-ulang sampai pada tingkat penguasaan paling sedikit 80%. 2. Kerjakan setiap latihan dengan tertib dan sungguh-sungguh. 3. Diskusikan bagian-bagian yang sulit Anda pahami dengan kawan sekelas. 4. Tanyakan penyelesaian masalah yang sulit kepada orang lain yang lebih mengetahui atau kepada Tutor Anda pada saat tutorial. 5. Selamat belajar.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

10

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDAHULUAN
Modul ini merupakan modul pengembangan dalam kemampuan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal tentang kompetensi guru kelas. Baiklah, Anda tentu masih ingat bahwa salah satu kompetensi guru kelas di MI adalah menguasai lima bidang studi yang salah satunya adalah bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Bidang studi lain apa lagi yang termasuk kompetensi guru kelas di MI? Silakan Anda buka buku Standar Kompetensi Guru Kelas Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SKGK SD/MI) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Jakarta atau Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Tenaga Kependidikan. Dengan memahami sejumlah kompetensi guru tersebut, maka Anda akan sangat terbantu dalam memahami, mengkaji, menganalis, dan memanfaatkan serta menerapkan semua kemampuan Anda dalam pembelajaran PKn di MI. Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis paradigma Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang akan datang, meliputi pengertian, tujuan, dimensi dan pembelajarannya. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. - - - Menjelaskan pengertian, tujuan, dan dimensi PKn Mengembangkan konsep, nilai, moral, dan norma PKn Menjelaskan dimensi pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru profesional khususnya untuk menganalisis dan menerapkan konsep-konsep PKn MI secara terintegrasi dalam pembelajaran. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

11

model pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn. Sementara di pihak lain, zaman terus berkembang, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga kian sulit diimbangi oleh kemampuan umat manusia pada umumnya sehingga akibatnya muncullah masalah-masalah di masyarakat. Demikian pula di bidang pendidikan khususnya para guru PKn dihadapkan pada sejumlah masalah dalam proses belajar mengajar terutama dalam memilih dan menyajikan materi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan, dan menerapkan konsep-konsep tersebut secara terintegrasi. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam menganalisis paradigma dan inovasi dalam pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Pengertian, tujuan, dan dimensi PKn 2. Pengembangan konsep, nilai, moral dan norma PKn 3. Dimensi pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan bertukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan Tutor. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan menganalisis paradigma PKn dalam pembelajaran. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas.

12

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengertian, Tujuan, dan Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan


Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa PKn itu, mengapa perlu ada pembelajaran PKn, dan apa dimensi PKn. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu untuk menguasai materi pada kegiatan belajar berikutnya. Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensional. Namun, menurut seorang hali ilmu politik yang bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep political democracy untuk aspek duties and rights of citizen. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep Civics, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin civicus yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya civic education, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi pendidikan kewarganegaraan (PKn). Dari sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi social studies yakni citizenship transmission. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu body of knowledge yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain citizenship education yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural (Winataputra:2001) Ketiga domain itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang menurut Center for Civic Education (1998) di Amerika Serikat diikat oleh konsepsi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Apa pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk MI itu?

13

kebajikan dan budaya kewarganegaraan (civic virtue and culture) yang mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), watak kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), kepercayaan kewarganegaraan (civic confidence), komitmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kompetensi kewarganegaraan (civic competence). Oleh karena itu, ontologi PKn saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas sosial-kultural PKn saat ini benar-benar bersifat multifaset/multidimensional. Sifat multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak azasi manusia, dan pendidikan demokrasi. Kemana arah pengembangan PKn di Indonesia? Hal itu tergantung dari aspek ontology mana kita berangkat, dengan metode kerja epistemology mana pengetahuan itu dibangun, dan untuk arah tujuan aksiologis mana kegiatan itu akan membawa implikasi. Bagi negara kita, Indonesia, arah pengembangan PKn tidak boleh keluar dari landasan ideologis Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan operasional Undang-undang Sisdiknas yang berlaku saat ini, yakni UU Nomor 20 tahun 2003.

Bukalah UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Temukan pasal yang mengatur tentang Pendidikan Kewarganegaraan untuk tingkat satuan pendidikan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bentuk dari domain kurikuler PKn. Sesuai dengan namanya, PKn merupakan mata pelajaran dalam kurikulum SD/MI. Sebagai mata kuliah dalam program pendidikan tenaga kependidikan, PKn mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan dan sebagai subject-specific pedagogy atau pembelajaran materi subjek untuk guru PKn. Sebagai mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah, PKn mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan kewarganegaraan untuk warga negara muda usia SD/MI. Secara ontologis, mata pelajaran ini berangkat dari nilai-nilai Pancasila dan konsepsi kewarganegaraan. Secara epistemologis, mata pelajaran ini merupakan program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan untuk pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan komponen bangsa Indonesia. Oleh karena itu, karakteristik kurikulum PKn yang perlu dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hendaknya untuk mencapai target hingga 14
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

terjadinya artikulasi proses belajar tentang, melalui proses, dan untuk menumbuhkan demokrasi konstitusional Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945, yang secara konseptual diadaptasi dari konsep learning about, through, and for democracy (CIVITAS: 1996, 2001; Kerr:1996; Winataputra, 2001). Oleh karena itu, secara umum pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh sebagaimana pernah diuraikan dalam naskah akademik Alur Pikir Pengembangan Kurikulum SD/MI (Ditnaga Dikti, 2005) dalam aspek-aspek:

v kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu; v komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya. v pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur kewarganegaraan di lingkungannya. v penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia. v partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab ( civic participation and civic responsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konstitusional. PKn untuk persekolahan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, PKn di tingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen). Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebsangsaan dan cinta tanah air. Di Madrasah Ibtidaiyah, PKn lebih dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri untuk berperan sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia. Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga negara yang demokratis sehingga menjadi teladan bagi peserta didiknya. Dalam program PGMI di LPTK, PKn sebagai matakuliah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

15

merupakan program pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan penguasaan calon guru/guru MI mengenai substansi dan metodologi pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah.

Bertolak dari berbagai pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, maka Winataputra dan Sapriya (2003:99-100) pernah mengorganisasikan kurikulum PKn dan IPS untuk Sekolah Dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran PKn tersebut sebagai berikut.

Pada jenjang MI kelas rendah (lower primary), yakni rentang kelas 1 s/d 3, pengorganisasian materi pendidikan kewarganegaraan menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan fokus model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman (experience oriented) dengan memanfaatkan pola pengorganisasian lingkungan yang meluas (expanding environment/ community approach). Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas rendah ini adalah untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan pengertian awal tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat secara tertib dan damai. Melalui pembiasaan para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat di lingkungannya secara cerdas dan baik (good and smart citizen). Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural di lingkungannya (enculturation and socialization). Pada jenjang MI kelas tinggi (Upper primary) (4 s/d 6) pengorganisasian materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sama dengan jenjang kelas 1 sampai 3 yakni menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman (experience oriented) dengan pola pengorganisasian lingkungan meluas (expanding environment/community approach) dengan visi utama sebagai pendidikan nilai dan moral demokrasi (democracy value and moral education). Perbedaannya, pada jenjang MI kelas tinggi, pembelajaran sudah mulai dikenalkan mata pelajaran yang terpisah. Guru MI sebagai guru kelas membelajarkan lima mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn) secara terpisah. Namun, dianjurkan pula untuk beberapa kompetensi dasar, agar guru menerapkan pendekatan tematik (integrated) sesuai dengan memperhatikan prinsip kontekstual, aktualitas, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu maka substansi pendidikan kewarganegaraan di kelas tinggi dipilih dan diorganisasikan secara terorkestrasi (orchestrated) dengan menekankan pada tumbuhkembangnya lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat secara tertib dan damai dan mulai tumbuhnya tanggungjawab kewarganegaraan (civic responsibility). Para peserta didik dikondisikan, difasilitasi, dan ditantang untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai anggota keluarga, 16
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas MI ini adalah tumbuhkembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan ummat manusia di lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat. Untuk mempermudah kajian dan analisis PKn dalam mencapai tujuannya, maka para mahasiswa perlu mengenal sejumlah dimensi. Apa saja dimensi PKn itu?

warga sekolah, dan warga masyarakat di lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui pembiasaan serta interaksi sosial-kultural di lingkungannya (enculturation and socialization) termasuk di lingkungan bermain.

Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia seperti yang berkembang di negara lain memiliki multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan. Winataputra (2001) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai program kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai program sosial kultural. Dalam pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan baik. Khusus untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan PKn dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bagian Penjelasan Pasal 37 ayat (1) bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Domain PKn sebagai program kurikuler merupakan program PKn yang dirancang dan dibelajarkan kepada peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tertentu. Melalui domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap program pembelajaran dan program pembangunan karakter. Namun diakui oleh para pakar bahwa pencapaian program PKn dalam domain kurikuler belumlah optimal karena masih adanya kelemahan dalam dimensi kurikuler, seperti masalah landasan, pengorganisasian kurikulum, buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi guru.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

17

Domain PKn sebagai program akademik merupakan program kajian ilmiah yang dilakukan oleh komunitas akademik PKn menggunakan pendekatan dan metode penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah konseptual dan operasional guna menghasilkan generalisasi dan teori untuk membangun batang tubuh keilmuan PKn. Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn bukan semata-mata sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah melainkan pendidikan disiplin ilmu yang memiliki tugas komprehensif dalam arti bahwa semua community of scholars mengemban amanat (missions) bukan hanya di bidang telaah instrumental, praksis-operasional dan aplikatif melainkan dalam bidang kajian teoritis-konseptual yang terkait dengan pengembangan struktur ilmu pengetahuan dan body of knowledge. Domain PKn sebagai program sosial kultural pada hakikatnya tidak banyak perbedaan dengan program kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian kurikulum dan materi pembelajaran. Perbedaan terutama pada aspek sasaran, kondisi, dan karakteristik peserta didik. Program PKn ini dikembangkan dalam konteks kehidupan masyarakat dengan sasaran semua anggota masyarakat. Tujuannya lebih pada upaya pembinaan warga masyarakat agar menjadi warga negara yang baik dalam berbagai situasi dan perkembangan zaman yang senantiasa berubah.

Bangsa Indonesia pernah menyelenggarakan PKn melalui program sosial kultural pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni melalui berbagai program penataran P4. Program ini sekarang sudah tidak ada lagi karena dipandang telah menyimpang dari tujuan sehingga tidak efektif lagi. Namun, dipandang dari sudut kepentingan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pembangunan karakter bangsa, PKn melalui program sosial kultural ini sangat penting. Oleh karena itu, program PKn dalam dimensi sosial kultural pada pasca dibubarkannya BP7 dan penghentian program penataran P4 perlu direvitalisasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembangunan karakter warga negara Indonesia yang baik.

Rangkuman
Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Namun secara filsafat keilmuan ia memiliki ontologi pokok ilmu politik khususnya konsep political democracy untuk aspek duties and rights of citizen. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep Civics, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin Civicus yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya civic education, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Secara epistemologis, PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi social studies yakni citizenship transmission. Saat ini 18
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu body of knowledge yang dikenal memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain citizenship education yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural.

PKn di MI menekankan pada pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement); pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility). Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia seperti yang berkembang di negara lain memiliki multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan. Ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai program kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai program sosial kultural. Dalam pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan baik.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

19

Tes Formatif 1:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Dilihat dari asal-usulnya pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian dari ilmu politik terutama dari istilah ... A. contemporary politic B. political democracy C. political party D. political organization 2. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner mengandung pengertian yang menekankan pada aspek: A. bahan pembelajaran B. metode pembelajaran C. strategi penyajian D. evaluasi pembelajaran 3. Pendekatan atau strategi pembelajaran yang cocok karena sesuai dengan karakteristik anak usia SD/MI adalah A. structural B. integrated C. separated D. correlated 4. Pendekatan pembelajaran PKn tersebut sesuai dengan ciri anak SD/MI yang memiliki kemampuan berpikir yang bersifat A. abstrak B. preoperasional C. holistik D. deduktif

5. Penyelenggaraan pembelajaran PKn di tiap satuan pendidikan formal merupakan dimensi PKn sebagai ... A. program sosial kultural B. program kurikuler C. program akademik D. program pendidikan birokrat 20
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. keterkaitan PIPS dan PKn dapat dilihat dari pendapat Barr, Bart dan Shermis (1978) sebagai berikut: A. Social Studies as citizenship transmission B. Social Studies as social sciences C. Social Studies as reflective inquiry D. Social Studies as personal development 7. Salah satu kontribusi ilmu politik terhadap pembelajaran PKn adalah kemampuan (skill) dalam .... A. membuat kesimpulan B. membuat keputusan C. pemecahan masalah krusial D. menciptakan masalah aktual 8. Karakteristik pembelajaran PKn SD/MI adalah ... kecuali: A. pembelajaran yang meluas (broad field) B. belajar terpadu (integrated learning) C. pembelajaran tematik (thematical learning) D. pembelajaran disiplin ilmu (disciplinary learning)

9. Kemampuan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa SD/MI kelas rendah terutama dalam masalah afektif adalah aspek A. mengklarifikasi isu-isu untuk pengambilan keputusan B. pengumpulan data empiris dan data yang berkaitan dengan nilai C. mempertimbangkan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya D. kemampuan membiasakan diri dalam bersikap peka

10. Dengan memperhatikan karakteristik siswa SD/MI, maka pembelajaran PKn untuk siswa kelas rendah perlu disampaikan secara ... kecuali: A. terpadu B. tematik C. disipliner D. kontekstual

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

21

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

22

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengembangan Konsep, Nilai, Moral, dan Norma Dalam PKn


Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami paradigma pendidikan kewarganegaraan di tingkat pendidikan dasar, khususnya Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas pengembangan konsep, nilai, moral dan norma dalam pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah. Pembahasan atas istilah-istilah serta persoalan ini perlu diangkat dan dideskripsikan secara jelas mengingat PKn sebagai pembelajaran yang multidimensional meliputi pendidikan nilai, moral, dan norma disamping pendidikan karakter, konstitusi, politik, dan hukum. Secara akademik, pemilahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan analisis, namun secara praksis, maksudnya dalam proses pembelajaran, semua dimensi itu pada dasarnya terintegrasi dan seringkali sulit dipisahkan. Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan istilah dasar yang perlu dipahami secara benar. Istilah-istilah ini sangat terkait langsung baik pada tataran teoritis maupun praksis-operasional bahkan praktik. Agar para mahasiswa memiliki pemahaman dan persepsi yang sama terhadap istilah tersebut, maka berikut ini akan diuraikan pengertian-pengertian dan karakteristik istilah-istilah tersebut menurut para ahli.

Pengertian Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep rakyat merupakan sebutan umum untuk sekelompok penghuni wilayah suatu negara yang ada dalam pemerintahan negara tertentu. Konsep demokrasi merupakan sebutan abstrak tentang sistem kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

23

Dalam contoh di atas, tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan hanya dengan contoh tertentu melainkan dengan konteks. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan. Konsep buruh, misalnya, dapat dipandang sebagai kesan mental tentang semua yang memiliki ciri umum pekerja. Dengan demikian, konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak tampak, termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.

Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk konsep dari pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut. Konsep Kitabullah sebagai ilustrasi, dapat diperoleh dari dialog dengan ayah dan ibu ketika anak sedang berada di lingkungan keluarga dan membaca langsung isi Kitabullah tersebut. Akibat dari pengalaman ini, setiap siswa akan mengaitkan atribut dengan simbol untuk kelompok yang disebut Kitabullah.

Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas. Konsep merupakan kesadaran mental internal yang mempengaruhi perilaku yang tampak. Apakah siswa mengetahui suatu konsep maka kemampuan tersebut dapat ditentukan dari tindakan yang ditunjukkannya. Konsepkonsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi kemampuan siswa terhadap penguasaan konsep? Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang kompleks karena memerlukan proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Namun, sebagai ilustrasi dan contoh, sejumlah konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran PKn dapat diidentifikasi dibawah ini. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. pemerintah negara bangsa negeri wilayah pembangunan negara berkembang negara sedang berkembang 9. negara tertinggal 10.pengambilan keputusan 11. moral 12. nilai 13. karakter 14. perasaan 15. sikap 16. solidaritas 17. kekuasaan 18. kekuatan rakyat 19. kelas penguasa 20. kelompok penekan 21. nasionalisme 22. moral 23. perilaku 24. tindakan moral 25. kata hati 26. empati 27. kekuasaan 28. wewenang 29. politik 30. partai politik 31. pemilu 32. konstitusi

24

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengertian Nilai
Apabila kita sadari, maka hampir setiap hari orang selalu berbicara, berpikir, menghitung, dan mempertimbangkan berdasarkan nilai. Dalam hidupnya setiap orang akan selalu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang diyakini atau nilai yang ada dan disepakati di masyarakat. Singkatnya, nilai akan menjadi patokan/kriteria bagi siapapun untuk menentukan sikap dan mengambil keputusan. Bila demikian, apa yang dimaksud dengan nilai (value) tersebut?

Menurut Frankel (1978), nilai (value) adalah konsep (concept). Seperti umumnya konsep, maka nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang. Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan tindakan/ perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana seseorang harus berperilaku. Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong). Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria bertindak, kriteria keindahan, kriteria manfaat, atau disebut pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena itu orang berupaya untuk menjunjung tinggi dan memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat secara konkrit melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang khusus yang diakui oleh individu. Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu bernilai maka seyogianya ada argumen-argumen baik dan tidak baiknya. Misalnya, mengapa ada orang yang menolak hukuman mati bahkan mengusulkan agar hukuman mati dihilangkan karena bertentangan dengan hak asasi manusia. Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ketika ada orang yang berkampanye dan mengajak orang lain untuk mendukung salah satu calon anggota legislatif, karena orang tersebut terkenal kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai etika.

Apa kriteria dan indikator untuk menilai sesuatu itu?


Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian, yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan (prizes), dan tindakan (acts).

Pertama, tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari sejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam, artinya setelah memperhitungkan berbagai akibat dari alternatif tersebut. Kedua, ada penghargaan atas apa yang telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat. Ketiga, melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan dimanfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

25

Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai, yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan, aktivitas, dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan hasil pertimbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) melakukan atau tidak melakukan sesuatu. (1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia. (2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan atau aktivitas. (3) Nilai Kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu :

Dapatkah Anda menyimpulkan pengertian nilai dari pendapat Prof Notonagoro? Baiklah, pendapat Anda sudah tepat bahwa sesuatu dapat dikatakan bernilai apabila sesuatu itu memiliki kegunaan. Samakah, nilai kegunaan untuk semua hal tersebut? Untuk mengidentifikasi jenis nilai yang ada di masyarakat, marilah kita simak contoh peristiwa kasus berikut ini.

26

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Perjuangan antara Hidup dan Mati


Adi, seorang anak, yang telah lama ditinggal sang ayah tercinta. Ia hidup dengan ibu yang sangat ia cintai. Adi yang drop out dari bangku SMP ketika masih di kelas dua setiap hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sudah lama berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Setiap hari, Adi berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi agar dapat menyambung hidup dirinya. Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas dengan semangat dan berbekal cita-cita bila uang telah cukup segera akan mengobati ibunya yang telah lama tersiksa oleh penyakit kanker. Suatu hari, Adi mendengar ucapan ibunya, Nak... tampaknya ibu sudah tidak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah baik-baik dirimu Nak! Tidak Ibu, Ibu tidak boleh meninggalkan Adi. Adi mau mencari obat sekarang. Adi pergi untuk mencari obat. Menurut dokter, Ibunya masih dapat ditolong dengan obat namun karena ia tidak punya uang maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat. Adi menghadapi dilema, bila tidak mencuri maka Ibunya mungkin meninggal, tetapi bila ia mencuri maka ia akan berdosa bahkan mungkin ia berurusan dengan polisi yang akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi lakukan? Cerita: karangan Sapriya Cerita Sudahkah Anda membaca cerita di atas? Adakah nilai yang terkandung dalam cerita di atas? Nilai apa saja? Apabila kita identifikasi, maka ada sejumlah yang disebut benar, indah, baik, dan religius.

Sesuatu yang dianggap benar disebut nilai kebenaran. Sesuatu yang dianggap indah disebut nilai estetika. Sesuatu yang dianggap baik disebut nilai moral/etika. Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut nilai religius.

Ahli lain, sepertti Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai apa yang berharga dan apa yang tidak berharga.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

27

Pengertian Norma
Norma adalah kaidah atau peraturan yang pasti dan bila dilanggar mengakibatkan sanksi. Norma disebut pula dalil yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku, untuk menciptakan masyarakat yang aman, tertib, dan teratur. Secara umum, norma biasanya bersanksi, yakni ancaman atau akibat yang akan diterima apabila norma itu tidak dilaksanakan. Sedikitnya ada empat jenis norma, ialah: norma kesopanan, norma kesusilaan, norma agama, dan norma hukum.

(1) Norma kesopanan atau disebut pula norma sopan santun. Norma ini dimaksudkan untuk menjaga atau menciptakan keharmonisan hidup bersama dan sanksinya berasal dari masyarakat berupa celaan atau pengucilan. (2) Norma kesusilaan atau disebut pula moral/akhlak. Norma ini dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani serta ahklak. Sanksinya berupa sanksi moral yang berasal dari hati nurani manusia itu sendiri. (3) Norma Agama atau disebut pula norma religius. Norma ini dimaksudkan untuk mencapai kesucian hidup beriman dan sanksinya berasal dari Tuhan. (4) Norma hukum adalah norma yang dimaksudkan untuk menciptakan kedamaian hidup bersama dan sanksinya berupa sanksi hukum yang berasal dari Negara atau aparatur Negara. Ada beberapa ciri norma hukum yang berbeda dari tiga norma lainnya, misalnya : (1) Adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman hukum tersebut pada umumnya berupa sanksi fisik yang dapat dipaksakan oleh aparatur Negara. (2) Bersifat umum, yaitu berlaku bagi semua orang.

Dengan kata lain, sanksi yang diterima oleh orang yang melangggar norma hukum lebih pasti atau tegas, jelas, dan nyata. Lebih pasti yang dimaksud bahwa sanksi hukum sudah ditentukan berapa lama hukuman yang harus dijalani oleh pelanggar hukum karena telah ada kitab undang-undang yang mengatur. Tegas berarti norma hukum dapat memaksa siapa saja yang melanggarnya melalui aparatur penegak hukum. Mengapa perlu ada norma hukum? Norma hukum diperlukan karena: (1) Tidak semua kepentingan atau tata tertib telah dilindungi atau diatur oleh norma agama, norma moral, dan norma sopan santun. Misalnya, norma sopan santun tidak mengatur bagaimana penduduk/warga negara harus membayar utang pitutang. Demikian pula, norma kesusilaan tidak mengatur hal-hal tentang pajak, upah, lalu lintas dan lain-lain. 28
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

(2) Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan dan kesusilaan bersifat psikhis dan abstrak, sedangkan sanksi terhadap norma hukum bersifat fisik dan konkrit. (3) Pada norma hukum, sifat pemaksaannya sangat jelas dan dapat dipaksakan oleh aparatur Negara, sedangkan norma kesusilaan tidak dapat dipaksakan oleh aparatur Negara, melainkan hanya berupa dorongan dari diri pribadi manusia bahkan gtidak tegas. Bagaimana keterkaitan norma dengan nilai? Di atas telah dikemukakan bahwa norma hidup di masyarakat, diperlukan oleh masyarakat sehingga setiap anggota masyarakat berupaya untuk menjaga, mentaati/mematuhinya. Pada umumnya, setiap warga masyarakat berupaya untuk menghindar dari pelanggaran terhadap norma yang berlaku di masyarakat. Kenyataan ini mengandung arti bahwa norma diperlukan oleh setiap warga masyarakat. Dengan demikian, norma mengandung nilai atau harga. Meskipun demikian, pelaksanaan, penegakan, dan penjabaran nilai dalam norma sangat tergantung pada masyarakatnya.

Oleh karena itu, implikasi dari keberadaan nilai dalam norma dapat berubah dan berkembang. Artinya, penjabaran nilai atau prinsip yang bersifat universal ke dalam norma dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Nilai bersifat universal, sedangkan norma berlaku bagi masyarakat tertentu. Misalnya rasa hormat merupakan suatu nilai yang umum, namun cara menghormat akan berbeda pada masyarakat Indonesia. Misalnya, cara menghormat antara suku Sunda dan suku Batak, atau bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat India, Jepang, Cina dan lain-lain dapat berbeda-beda.

Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu adat kebiasaan. Istilah ini erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, moral erat kaitannya dengan ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang dilakukan itu benar atau salah, baik atau jelek? Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai moral (moral values). Pertimbangan nilai moral merupakan aspek yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga negara yang baik sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan. Tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut dan ditampilkan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

29

secara sukarela diharapkan dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam dirinya dan dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil pendidikan nilai dalam pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana pelaksanaan pendidikan nilai, moral, dan norma yang dilaksanakan di Indonesia? Secara yuridis-formal, pendidikan nilai, moral, dan norma di Indonesia dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai landasan konstitusional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sebagai landasan operasional, dan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai landasan kurikuler. Sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), maka kurikulum pendidikan kewarganegaraan untuk lingkungan lembaga pendidikan formal dilaksanakan dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusional pada bagian Pembukaan alinea keempat memberikan dasar pemikiran tentang tujuan negara. Salah satu tujuan negara tersebut dapat dikemukakan dari pernyataan mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila dikaji, maka tiga kata ini mengandung makna yang cukup dalam. Mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung pesan pentingnya pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Dalam kehidupan berkewarganegaraan, pernyataan ini memberikan pesan kepada para penyelenggara negara dan segenap rakyat agar memiliki kemampuan dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku secara cerdas baik dalam proses pemecahan masalah maupun dalam pengambilan keputusan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas sebagai landasan operasional penuh dengan pesan yang terkait dengan pendidikan kewarganegaraan. Pada Pasal 3 ayat (2) tentang fungsi dan tujuan negara dikemukakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya, pada Pasal 37 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: ... b. pendidikan kewarganegaraan; ... dan pada ayat 30
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

(2) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: ... b. pendidikan kewarganegaraan; .... Sedangkan pada bagian penjelasan Pasal 37 dikemukakan bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Adanya ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan dalam UU Sisdiknas sebagai mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menunjukkan bahwa mata pelajaran ini menempati kedudukan yang strategis dalam mencapai tujuan pendidikan nasional di negara ini. Adapun arah pengembangannya hendaknya difokuskan pada pembentukan peserta didik agar menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Arah pengembangan pendidikan nasional pada era reformasi mengacu pada UU Sisdiknas yang dioperasionalkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sejalan dengan kebijakan otonomi pendidikan, maka pengembangan kurikulum sekolah tidak lagi dibebankan kepada pemerintah pusat sebagaimana terdahulu melainkan diserahkan kepada masingmasing satuan pendidikan. Pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional hanya menyediakan standar nasional yakni berupa standar isi dan standar kompetensi lulusan sementara pelaksanaan pengembangan kurikulum dilaksnakan oleh setiap satuan pendidikan sesuai dengan jenjang dan jenisnya. Sebagai landasan kurikulernya, pendidikan kewarganegaraan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 masing-masing tentang SI dan SKL. Berlakunya ketentuan tentang otonomi pendidikan membawa implikasi bagi setiap satuan pendidikan termasuk implikasi dalam pengembangan kurikulum. Bahwa mereka memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum bahkan dalam pengelolaan bidang lainnya, namun di pihak lain mereka pun dituntut agar selalu meningkatkan kualitas satuan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional terkait.

Rangkuman
Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan istilah dasar yang perlu dipahami secara benar. Istilah-istilah ini sangat terkait langsung baik pada tataran teoritis maupun praksis-operasional bahkan praktik.

Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas. Konsep merupakan kesadaran mental internal yang mempengaruhi perilaku yang tampak.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

31

Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan tindakan/ perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana seseorang harus berperilaku. Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong). Norma adalah kaidah atau peraturan yang pasti dan bila dilanggar mengakibatkan sanksi. Norma disebut pula dalil yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku, untuk menciptakan masyarakat yang aman, tertib, dan teratur. Norma ada dua, ialah norma fisika dan norma etika. Norma etika terdiri atas norma kesopanan, kesusilaan, agama, dan hukum. Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu adat kebiasaan. Istilah ini erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

32

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide) disebut.... A. Fakta B. Konsep C. Generalisasi D. teori 2. Berikut ini adalah contoh konsep yang bersifat konkrit ... A. gubernur B. demokrasi C. kekuasaan D. kursi 3. Konsep dasar PKn yang diambil dari psikologi adalah ... A. kewenangan B. kekuasaan C. empati D. norma

4. Berikut ini adalah termasuk contoh nilai etika dalam kehidupan sehari-hari...kecuali: A. mengendarai kemdaraan di sebelah kiri B. mengagumi keindahan bunga C. membayar pajak tepat waktu D. tidak melakukan perbuatan mencuri

5. Raths mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian, yakni perlu ada A. persetujuan (agreement) B. pilihan (chooses), C. penghargaan (prizes), D. tindakan (acts).

6. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia disebut ....
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

33

7. Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut .... A. niai kebenaran B. nilai estetika C. nilai moral/etika D. nilai religius

A. B. C. D.

Nilai material Nilai vital Nilai kerokhanian Nilai substantif

8. Norma yang dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani serta ahklak disebut norma .... A. norma kesopanan B. norma kesusilaan C. norma agama D. norma hukum 9. Ciri norma hukum yang membedakan dari norma lainnya adalah .... A. mengatur perilaku B. memaksa untuk tidak melakukan C. sanksi tegas dan nyata D. menertibkan perilaku

10. Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang dilakukan itu benar atau salah, baik atau jelek. Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan .... A. nilai moral B. nilai kesusilaan C. nilai hukum D. nilai idea

34

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

35

36

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Dimensi Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar pertama dan kedua dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami paradigma pendidikan kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas dimensi pembelajaran PKn. Persoalan ini perlu diangkat mengingat fokus utama dari pendidikan kewarganegaraan adalah yakni warga negara yang cerdas dan baik. Profil warga negara ini merupakan syarat bagi terwujudnya masyarakat yang demokratis dalam menuju masyarakat madani. Dengan demikian, dimensi pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang dapat mempersiapkan warga negara yang mampu hidup dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, perlu ada sejumlah alternatif model pembelajaran PKn yang mampu mengantarkan dan mengisi masyarakat demokratis.

Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dan mata kuliah di perguruan tinggi perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Tuntutan dan tantangan masyarakat yang selalu berubah ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh lingkungan sekitar yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap kehidupan bangsa dalam konteks yang lebih luas.

Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas tidak steril pula dari pengaruh perubahan ini sehingga perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada hakekatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak yang harus dijawab oleh pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma barunya. Tugas PKn dengan paradigma yang direvitalisasi adalah mengembangkan pendidikan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

37

demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warganegara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional dan intelektual semata melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.

Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis melalui tiga fungsi pokoknya itu? Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma PKn yang baru. Sebelum mengembangkan model pembelajaran yang dimaksud, terlebih dahulu perlu dikemukakan dahulu tentang konsep warga negara yang demokratis. Oleh karena itu, bab ini akan membahas secara berturut-turut dua topik utama, yakni: (1) Warga negara demokratis dan (2) Pembelajaran PKn untuk warga negara demokratis Dengan menganalisis kehidupan warga negara yang demokratis dan bagaimana pembelajaran untuk membentuk warga negara yang demokratis dalam paradigma PKn yang baru, para pembaca diharapkan memiliki kemampuan : (1) memahami kebutuhan kualitas WNI yang demokratis; dan (2) membelajarkan PKn untuk kewarganegaraan yang demokratis. Selain itu, menguasai paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga negara yang demokratis maupun pembelajaran untuk mengembangkan warga negara yang demokratis penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam memilih dan menyusun materi serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu. Khusus bagi calon guru dan guru pemula diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam menerapkan model pembelajaran PKn dengan paradigma baru. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menguasai materi dan membelajarkan PKn yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini. Dengan demikian, kemampuan anda dalam menerapkan model pembelajaran PKn menjadi semakin kaya dan implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan yang memadai.

Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa kebutuhan akan adanya revitalisasi paradigma PKn saat ini sudah mendesak. Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan ke arah terbentuknya masyarakat demokratis yang sesungguhnya sesuai dengan pesan dan misi gerakan reformasi dalam segala bidang terutama bidang politik dan hukum. Namun, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang hidup 38
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

dalam lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau undemocratic democracy. Dapat dikatakan bahwa membentuk masyarakat demokratis itu perlu direncanakan. Artinya masyarakat demokratis tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu dipersiapkan karena demokrasi adalah karakter atau watak yang dapat terbentuk melalui suatu proses. Alexis de Toqueville, negarawan Perancis yang hijrah ke Amerika Serikat, menyatakan The habits of the mind, as well as habits of the heart, the dispositions that inform the democratic ethos, are not inherited. (Branson, 1999:2) Artinya, kebiasaan pikiran dan juga kebiasaan hati yakni watak yang menginformasikan demokrasi tidak diturunkan. Dengan kata lain, seorang demokrat belum tentu melahirkan seorang anak yang demokrat apabila anak itu tidak belajar demokrasi. Untuk menjadi seorang demokrat perlu proses pendidikan dan pembelajaran. Demokrasi sering dikatakan sistem pemerintahan yang cerdas dan rasional. Suatu negara tidak dapat hidup secara demokratis apabila masyarakatnya dalam keadaan miskin, bodoh, dan tidak terdidik. Dengan kata lain, masyarakat demokratis baru dapat terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena persyaratannya begitu tinggi maka sering dikatakan pula bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mahal.

Mengingat adanya persyaratan hidup berdemokrasi, maka Anda dapat mendiskusikan sebenarnya apakah hakekat demokrasi itu? Apakah pernah ada masyarakat demokratis itu? Mungkinkah bangsa Indonesia dapat hidup secara demokratis? Apakah upaya kita untuk membentuk masyarakat demokratis itu?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, anda sebaiknya membentuk kelompok belajar atau kelompok diskusi sekitar 34 orang. Dengan sumber pengetahuan yang telah anda kuasai, lakukanlah diskusi itu. Kemudian buatlah laporan diskusi yang telah disepakati bersama.

Pada pembahasan di atas, Anda telah mengenal paradigma PKn. Bagaimana materi PKn itu dapat dibelajarkan kepada anak didik? Untuk menjawab pertanyaan ini diharapkan Anda dapat mempelajarinya pada uraian dibawah ini. Anda akan diajak untuk merenungkan dan mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah sesuai dengan hakekat pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak didik sehingga menjadi salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah hasil belajar itu telah mempribadi hingga peserta didik dapat mengamalkannya? Dan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

39

pertanyaan paling penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial; mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility); dan mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warganegara yang baik?

Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara. Hak berpartisipasi ini membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.

Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara. Mempersiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti tersebut di atas merupakan tugas pokok kependidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga negara dengan kualitas seperti terurai di atas. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian kita dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

40

berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi PKn dengan revitalisasi paradigmanya dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn, yakni standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.

PKn dengan revitalisasi paradigma bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan tingkat perkembangan para siswa. Kemampuan diuraikan dalam bentuk butiran standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 22 tentang Standar Isi (SI) dan 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk mencapai SK dan KD tersebut, guru perlu mengoperasionalkannya dalam bentuk indikator pencapaian. Contoh: Hubungan SKKD dan Indikator untuk SD/MI Kelas 2 semester 1 sebagai berikut: Matrik SKKD dan Indikator Kelas : 2 (Dua) Semester : 1 (Satu)
No. (1) 1. Standar Kompetensi (2) Membiasakan hidup bergotong royong Kompetensi Dasar (3) 1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong Indikator (4) Menyebutkan contoh saling berbagi di rumah. Menyebutkan contoh saling berbagi di sekolah. Memerankan sikap tolong menolong di rumah dan sekolah. Menyebutkan contoh manfaat hidup tolong menolong. Membuat daftar kegiatan tugas di rumah. Melaksanakan kegiatan/tugas secara berkelompok di sekolah. Melaksanakan/mengadakan bakti sosial di kelas. Melaksanakan piket di kelas. Mengidentifikasi lingkungan alam (tumbuhan dan hewan). Menceritakan lingkungan alam sekitar rumah (tumbuhan dan hewan). Menyebutkan manfaat lingkungan alam (tumbuhan dan hewan) bagi kesehatan manusia. Menyebutkan akibat dari tidak merawat lingkungan (tumbuhan dan hewan).

1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah 2. Menampilkan sikap cinta lingkungan 2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

41

Demikianlah contoh cuplikan SKKD dan indikator PKn berdasarkan revitalisasi paradigma. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengembangkan materi pembelajaran yang bertumpu pada kemampuan dasar tersebut dapat dibelajarkan untuk mencapai tujuan PKn yakni membentuk warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kehidupan politik serta taat terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia? Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa model pembelajaran PKn dengan paradigma yang direvitalisasi hendaklah dapat mengakomodasi untuk pencapaian tujuan PKn itu sendiri. Selanjutnya Anda akan diajak untuk mengenal model pembelajaran tersebut, ialah model pembelajaran PKn berbasis portofolio. Namun demikian, perlu Anda ingat bahwa model pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan siswa bahkan tingkat perkembangannya. Guru dapat memodifikasi model ini dengan tidak mengubah prinsip-prinsip pokok.

Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran ini, Anda perlu menjawab pertanyaan terlebih dahulu tentang portofolio. Apakah portofolio itu? Bagaimana portofolio diterapkan dalam pembelajaran PKn?

Dalam buku Panduan Siswa tentang We the People ... Project Citizen yang diterbitkan oleh CCE (1998) dialihbahasakan oleh Sapriya (2000), Kami Bangsa Indonesia ... Proyek Belajar Kewarganegaraan, portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Selanjutnya diuraikan bahwa portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji oleh mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:

1) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah mereka pilih. 2) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut. 3) kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk mengatasi masalah tersebut. 4) rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan. Dengan demikian, portofolio merupakan karya terpilih kelas siswa secara keseluruhan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

42

yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan.

Dalam menilai portofolio, karya terpilih merupakan istilah yang sangat penting. Bahan penilaian harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang dapat ditemukan para siswa pada topik mereka bukan hanya seksi penayangan dan bukan pula seksi pendokumentasian. Portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik atau kebijakan publik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya dengan cara:

membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif. membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektivitas partisipasi. mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warganegara Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua, dapat bekerja sama mewujudkan masyarakat yang lebih baik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan temantemannya di kelas dan dengan bantuan guru serta para relawan agar tercapai tugas-tugas pembelajaran berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji. 2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji. 3. Mengkaji pemecahan masalah. 4. Membuat kebijakan publik. 5. Membuat rencana tindakan. Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh melalui enam tahap kegiatan sebagai berikut:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

43

Tahap I : Tahap II : Tahap III : Tahap IV : TahapV : TahapVI :

Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat. Memilih satu masalah untuk kajian kelas Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas Membuat portofolio kelas Menyajikan portofolio Refleksi terhadap pengalaman belajar

Dalam pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio kelas. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda namun mulai kelompok pertama sampai keempat harus saling terkait (sekuensial) dan merupakan satu kesatuan. Adapun tugas mereka dapat diuraikan sebagai berikut: Apa saja tugas dari keempat kelompok portofolio tersebut?

a. Kelompok portofolio Satu: Menjelaskan Masalah. Kelompok portofolio satu ini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh kelas. Kelompok ini pun harus menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan mengapa lembaga pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut. b. Kelompok Portofolio Dua: Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk memecahkan masalah. c. Kelompok Portofolio Tiga: Membuat satu kebijakan publik yang akan didukung oleh kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta melakukan justifikasi terhadap kebijakan tersebut. d. Kelompok Portofolio Empat: Membuat suatu rencana tindakan agar pemerintah mau menerima kebijakan kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas. Bahan-bahan dalam portofolio memuat dokumentasi terbaik yang telah dikumpulkan oleh kelas dan kelompok dalam meneliti masalah. Bahan-bahan dalam portofolio itu pun hendaknya memuat bahan-bahan tulis tangan asli dan/atau karya seni asli para siswa. Demikianlah model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio yang diharapkan dapat menjadi wahana dalam mengantarkan pelaksanaan kehidupan berdemokrasi. Namun untuk penerapan di sekolah dasar, guru perlu melakukan proses penyederhanaan lagi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Demikian pula 44
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

dalam proses identifikasi dan pemilihan masalah. Masalah kelas hendaknya masalah yang dipilih sendiri oleh siswa.

Rangkuman
Revitalisasi paradigma PKn mensyaratkan materi pembelajaran yang memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warganegara yang fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat di era global.

Keterampilan intelektual yang penting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab, antara lain adalah keterampilan berpikir kritis, yang meliputi keterampilan mengidentifikasi dan mendeskripsikan; menjelaskan dan menganalisis; mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan sikap atau pendapat berkenaan dengan persoalan-persoalan publik. Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.

Pembelajaran PPKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

45

Tes Formatif 3:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Proses pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada pengembangan tiga kemampuan berikut ini, kecuali: A. Kecerdasan warga negara B. Tanggung jawab warga negara C. Partisipasi warga negara D. Pemecahan masalah warga negara

2. Kecerdasan warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya meliputi aspek: A. Afektif, emosional, pemikiran dan sikap B. Rasional, intelektual, pemikiran dan emosional C. Spiritual, rasional, emosional dan sosial D. Spiritual, sikap, intelektual, dan sosial

3. Karakteristik yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma baru dapat dilihat pada: A. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan B. Standar materi kewarganegaraan C. Indikator pencapaian D. Rambu-rambu umum pembelajaran 4. Penjabaran materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional terdapat pada kolom: A. Kemampuan dasar B. Kemampuan C. Standar materi kewarganegaraan D. Standar pencapaian 5. Portofolio dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan: A. kumpulan informasi yang tersusun dengan baik B. kumpulan pekerjaan guru untuk siswa C. kumpulan pekerjaan karyawan sekolah D. kumpulan pekerjaan kepala sekolah 46
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Bentuk portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi yang: A. menarik secara estetika B. mengandung informasi yang terkait dengan masalah C. beragam dilihat dari segi keilmuan D. bernilai seni tinggi

7. Proses pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen siswa terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecuali: A. membekali pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi aktif B. memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaran C. membekali pengalaman praktis untukmengembangkan kompetisi D. mengembangkan pemahaman partisipasi warga negara 8. Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan: A. mengumpulkan dan menilai informasi B. mengkaj pemecahan masalah C. membuat rencana tindakan D. membuat kebijakan publik

9. Kelompok I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki tugas: A. menjelaskan masalah B. menilai kebijakan alternatif C. membuat kebijakan publik D. membuat rencana tindakan

10. Untuk menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari sudut kecuali: A. kelengkapan B. kejelasan C. estetika D. dukungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

47

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 3 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 10 Jumlah jawaban Anda yang benar

48

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1
1. B political democracy 2. A bahan pembelajaran 3. B integrated 4. C. holistik 5. B. program kurikuler 6. A Social Studies as citizenship transmission 7. B. membuat keputusan 8. D pembelajaran disiplin ilmu (disciplinary learning) 9. D kemampuan membiasakan diri dalam bersikap peka 10. C disipliner

Tes Formatif 2

1. B Konsep 2. D kursi 3. C empati 4. B. mengagumi keindahan bunga 5. A. persetujuan (agreement) 6. A Nilai material 7. D. nilai religius 8. B. norma kesusilaan 9. C. sanksi tegas dan nyata 10. A. nilai moral

Tes Formatif 3
1. D 2. C 3. D 4. D 5. A 6. B 7. B 8. C 9. A 10. C

pemecahan masalah warganegara spiritual, rasional, emosional, dan sosial rambu-rambu umum pembelajaran Standar pencapaian Kumpulan informasi yang disusun dengan baik mengandung informasi yang terkait dengan masalah memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaraan membuat rencana tindakan menjelaskan masalah estetika
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

49

50

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANERAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

51

52

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANERAAN

Pendahuluan
Modul ini akan membahas materi pembelajaran PKn sebagai bahan ajar untuk para mahasiswa calon guru, yakni para mahasiswa yang sedang mendalami mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ada dua konsep kemampuan yang akan dibahas dalam modul ini, ialah pertama, materi yang berkaitan dengan substansi atau isi PKn (disciplinary content knowledge) dan kedua, aspek yang berkaitan dengan cara membelajarkan isi PKn (pedagogical content knowledge). Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting untuk dikuasai oleh guru maupun calon guru MI khususnya dalam pembelajaran PKn karena merupakan salah satu kompetensi guru profesional, yakni penguasaan bidang studi. Karena itu, diharapkan Anda dapat membaca dan mengkaji isi modul ini dengan seksama. Berbicara tentang materi PKn, sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi Anda. Mungkin Anda banyak faham tentang sejumlah konsep PKn. Misalnya, ketika Anda ditanya apakah demokrasi itu? Dengan tanpa berpikir panjang pasti Anda menjawab bahwa demokrasi adalah Suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jawaban ini sudah sangat terkenal dan banyak dijadikan sebagai definisi umum. Namun, materi tentang demokrasi terkadang mengalami pembiasan apalagi apabila sudah sampai pada tahap pelaksanaan di suatu negara padahal demokrasi merupakan konsep universal dan diperkirakan sesuai dengan kebutuhan hakiki manusia. Bagaimana demokrasi dalam proses pembelajaran atau singkatnya mengajarkan demokrasi kepada anak didik? Pertanyaan ini merupakan permasalahan yang tidak mudah dijawab apalagi mempraktekkannya dalam proses belajar mengajar di kelas. Namun demikian, dalam modul ini Anda akan mendapat alternatif jawaban yang dapat Anda kembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, modul ini mengajak Anda memahami materi pembelajaran PKn dan mengembangkannya untuk kepentingan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

53

dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami karakeristik materi PKn. 2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran PKn SD.

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas PKn. Lebih jauh lagi, mengembangkan materi pembelajaran PKn ini penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam penguasaan materi dan mengembangkannya. Khusus bagi calon guru dan guru pemula PKn di MI diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam mengembangkan materi pembelajaran ini. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengembangkan materi pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kemampuan Anda dalam membelajarkan PKn menjadi semakin kaya. Implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan dalam memilih dan mengembangkan pembelajaran yang menarik dan beragam sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dengan kata lain, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Karakeristik Materi PKn. 2. Pengembangan Materi Pembelajaran PKn SD. Agar Anda dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut: 1. Bacalah dengan seksama bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Bacalah secara sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang Anda anggap penting. Carilah dan baca pengertian dari kata-kata kunci dalam daftar kata-kata sulit yang terdapat dalam modul ini atau dalam kamus yang Anda miliki. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman Anda atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang karakteristik materi PKn dan pembelajarannya. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas.

54

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Karakteristik Materi PKn


Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan modul ini. Pada kegiatan belajar 1 modul ini fokus pembahasan diarahkan pada pemahaman guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam penguasaan materi PKn. Apa materi PKn itu, karaktersitik, serta ruang lingkupnya secara umum dan secara khusus yang perlu dikuasai oleh guru MI untuk tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu untuk menguasai materi pada kegiatan belajar berikutnya. Sebelum menguraikan materi PKn dan karakteristiknya untuk jenjang MI, terlebih dahulu perlu diuraikan pengertian materi itu sendiri. Merujuk pada Oxford Advanced Learners Dictionary (2000), istilah materi atau material dalam tulisan ini lebih tepat sebagai a substance that things can be made from (substansi yang dapat menghasilkan sesuatu) atau things that are needed in order to do a particular activity (sesuatu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu). Sedangkan content berarti the things that are contained in something (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Apabila istilah materi dan content tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program pembelajaran untuk membangun warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), maka lahirlah sebuah pertanyaan, hal-hal substansi apa saja yang diperlukan atau yang harus ada dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun warga negara tersebut? Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa misi utama dari PKn adalah membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk baik dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. Dengan kata lain, PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu ada kejelasan materi pembelajaran PKn yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan bangsa untuk mencapai tujuan PKn itu sendiri.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Apa materi atau isi pendidikan kewarganegaraan (PKn)?

55

Pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dalam kegiatan belajar ini adalah apa dan bagaimana content pendidikan kewarganegaraan sebagai materi program pembelajaran. Hanna dan Lee (1962) pernah mengemukakan bahwa content untuk program pembelajaran Social Studies termasuk PKn yang dapat diadopsi dari berbagai sumber. Sedikitnya ada tiga sumber yang mudah diidentifikasi, yakni: Pertama, informal content yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada, seperti kegiatan anggota pemadam kebakaran, ekspedisi pendaki gunung, kegiatan anggota DPR dalam membuat dan mengesahkan undang-undang, dan lain-lain. Kedua, the formal disciplines of the pure or semisocial sciences, meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa. Menurut Hanna dan Lee, tiga disiplin pertama, geografi penduduk, sejarah, dan ilmu politik, have traditionally been the major reservoir for social studies content. Namun, secara umum, formal content yang diadopsi dari ilmu-ilmu sosial utamanya terjadi pada awal abad ke-20. Pada masa itu, belum ada pemikiran orientasi content selain yang bersifat formal content. Baru pada pertengahan abad ke-20, social studies content banyak tergantung pada peristiwa terkini (current events) dan hal yang penting menurut siswa (pupil interest). Ketiga, the responses of pupils ialah tanggapantanggapan siswa baik yang berasal dari informal content (events) maupun dari formal disciplines (studies). Gagasan Hanna and Lee akan menjadi bahan yang berharga bagi pengembangan content PKn dengan catatan perlu ada seleksi disesuaikan dengan visi, misi dan karakteristik PKn. Misalnya, tiga disiplin ilmu sosial utama dalam social studies, meliputi geografi, sejarah dan ilmu politik, maka dalam PKn yang lebih dominan adalah ilmu politik dan hukum.

Furman (1962:89) mengingatkan guru bahwa dalam mengembangkan program PKn hendaknya mengacu pada tiga sasaran, yakni: (1) to serve the needs of children (melayani kebutuhan siswa); (2) to serve the needs of society (melayani kebutuhan masyarakat); and (3) to understand and utilize the intellectual discipline called the social sciences (memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu yakni disiplin ilmu-ilmu sosial). Saran dari Furman ini pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan gagasan dari Hanna dan Lee di atas, bahwa content untuk PKn hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa, masyarakat dan disiplin ilmu-ilmu sosial. Hanya saja gagasan Furman lebih spesifik dan operasional yang diarahkan kepada tugas guru untuk mengembangkan program pembelajaran di kelas. Furman menjelaskan lebih lanjut bahwa guru harus mengetahui dan mengerti betul tentang siswa di kelas, baik kecakapannya, kebutuhannya, kepentingannya, masalah yang dihadapi maupun pertumbuhan dan perkembangan serta latar belakang keluarganya. Guru pun perlu memahami kebutuhan dan harapan masyarakat sekitar tempat siswa tinggal. Masyarakat mungkin mengharapkan agar anak-anak belajar menjadi warga negara yang baik, yakni anggota masyarakat di tingkat lokal, nasional dan global. Para siswa hendaknya belajar menjadi warga negara yang produktif di daerahnya, berguna 56
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

(useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan (civic-minded) ketika hidup dalam konteks global.

Meskipun demikian, kecenderungan yang telah mendorong pada pemikiran orientasi siswa dan masyarakat sebagai trend baru hendaknya tidak meninggalkan sasaran pokok, yakni disiplin ilmu sosial dan kondisi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, guru pun perlu memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai content untuk mengembangkan program PKn. Namun, perlu mendapat perhatian pula bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya berbasis konteks kehidupan siswa dimana mereka berada. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan hendaknya pendekatan kontekstual. Dari dua konsepsi atau gagasan dari Hanna dan Lee dan Furman ini dapat disimpulkan bahwa materi content PKn, dengan merujuk pada gagasan content dan sasaran dalam social studies, hendaknya mempertimbangkan hal-hal yang bersifat informal content (the need of society), formal disciplines (social sciences), dan (the responses of pupils/the needs of children) dengan mempertimbangkan pula kebutuhan siswa, masyarakat, dasar negara, cita-cita, dan tujuan nasional sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD 1945.

Selain itu, Kosasih Djahiri (1979) pernah menegaskan bahwa materi PKn hendaknya lebih menitikberatkan pada pembinaan watak, pemahaman dan penghayatan nilai dan pengamalan Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar dan pandangan hidup bangsa, pembinaan siswa untuk melihat kenyataan, fokus belajar pada konsep yang benar menurut dan sesuai dengan Pancasila. Dengan demikian, penguasaan konsep dalam PKn memiliki kedudukan yang penting selain aspek afektif dan perilaku.

Apa yang dimaksud konsep dalam PKn?


Sebelum membahas tentang konsep, sebenarnya, ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran PKn yang penting untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. Oleh karena itu, sebelum membahas konsep terlebih dahulu perlu diuraikan tentang fakta.

Untuk mendefinisikan fakta sesungguhnya tidaklah semudah yang sering kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup beragam. Namun, beberapa ahli Social Studies (Michaelis, 1980; Banks, 1984; Sunal and Haas, 1993; Jarolimek and Parker, 1993) mendefiniskan fakta dengan indikator yang tidak banyak perbedaan. Michaelis (1980) mengartikan sebagai berikut: Facts are statements of information that include concepts, but they apply only to a specific situation. Banks (1984) mendefinisikan fakta dalam konteks kajian etnis, bahwa Facts are low-level, specific empirical statement about limited phenomena. Facts may be considered the lowest level of knowledge and have the least predictive capacity of all the knowledge forms. Sedangkan menurut Sunal and Haas (1993) Facts are forms of content that are single occurrences, taking place in the
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

57

past or present. Sunal dan Haas menambahkan bahwa fakta belum dapat memprediksi suatu peristiwa atau suatu tindakan. Namun, dengan melihat dari aspek perannya, Jarolimek dan Parker (1993) menyatakan bahwa informasi faktual sangat penting untuk memahami konsep dan generalisasi karena fakta akan memberikan rincian informasi yang mendukung dan elaborasi yang menjadikan konsep dan generalisasi itu bermakna.

Suatu hal yang menarik dan perlu digarisbawahi dari pernyataan para pakar Social Studies di atas bahwa fakta itu sifatnya khusus ataupun terbatas, tidak bersifat general atau umum yang tidak terbatas dan posisinya berada pada tingkatan paling rendah dalam struktur ilmu pengetahuan. Namun, peran dan fungsinya sangat penting karena dapat berkontribusi terhadap kebermaknaan suatu konsep dan generalisasi. Selain itu, fakta dapat menunjukkan suatu sifat yang nyata, yang ditampilkan dengan benar-benar ada, terjadi, karena mempunyai realitas objektif. Dengan demikian, hal ini sangat sesuai dengan pernyataan Bachtiar (1997:112-113) bahwa fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Fakta juga merupakan building blocks of knowledge yang digunakan untuk mengembangkan konsep (Fraenkel, 1980:94). Begitu juga menurut Sjamsuddin (1996:5), bahwa fakta umumnya erat hubungannya dengan jawaban atas apa, siapa, kapan, di mana, dan juga bisa berupa benda-benda (things) yang benar-benar ada atau peristiwa apa yang pernah terjadi pada masa lalu. Fakta harus dirumuskan atas dasar sistem kerangka berpikir tertentu. Fenomena yang sama akan menghasilkan fakta yang berbeda, apabila kerangka berpikir yang dipergunakan berbeda. Oleh karena itu, dalam konteks proses inkuiri, Banks menyatakan Facts are the particular instances of events or things that in turn become the raw data or the observations of the social scientist (Banks, 1977:84). (Fakta adalah kejadian berbagai hal atau peristiwa yang tertentu yang pada gilirannya menjadi data mentah atau pengamatan para ilmuwan sosial). Dalam pembelajaran PKn umumnya dan khususnya untuk jenjang kelas di Madrasah Ibtidaiyah, fakta berupa kejadian, peristiwa, dan kasus aktual yang terkait dengan kewarganegaraan, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangat penting. Bahkan materi pembelajaran PKn hendaknya dipersiapkan dan dikemas oleh para guru dengan mengadopsi dari kehidupan nyata (real life) masyarakat terutama para siswa pada tataran lokal, nasional, dan global. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Soekarno dan Hatta. UUD NRI 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945. 58
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Beberapa contoh fakta yang dapat dimanfaatkan untuk materi dan proses pembelajaran antara lain:

Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955. Memasuki era reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Sejumlah anggota organisasi masyarakat turun memenuhi jalan-jalan di ibu kota melakukan unjuk rasa menentang penyerangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Demikian beberapa contoh fakta yang dapat diangkat oleh guru sebagai materi pembelajaran PKn.

Selanjutnya, sebagai latihan, coba Anda susun sebanyak sepuluh contoh fakta yang relevan dengan PKn dan dapat dijadikan materi pembelajaran untuk para siswa MI.

Apa konsep itu?


Istilah konsep yang berkembang di masyarakat hampir selalu dikaitkan dengan rancangan atau draf atau sesuatu yang belum selesai. Konotasi yang demikian sebetulnya tidak terlalu salah manakala kita melihatnya dari sisi teoretik yang bersifat abstrak. Namun, ruang lingkup konsep menyangkut juga hal-hal yang bersifat riil ataupun konkret. Nama-nama seperti gunung, danau, kursi, meja, pohon, mobil, kambing, ketimun, dan garam merupakan konsep. Di dunia ini, banyak jenis konsep baik yang tampak ataupun abstrak seperti agama, kebaikan, pandai, merah, fantasi, kemenakan, gas, mertua semuanya adalah konsep-konsep yang tak terhingga jumlahnya. Jadi, kalau begitu apa konsep itu ?

Schwab (1962: 12-14) mengemukakan bahwa konsep merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalaman-pengalaman kompleks. Pendapat Schwab tersebut sejalan dengan pendapat Banks (1977: 85) yang menyatakan bahwa A concept is an abstract word or phrase that is useful for classifying or categorizing a group of things, ideas, or events. Dengan demikian, pengertian konsep menunjuk suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu baik yang konkret maupun abstrak (tampak atau tidak tampak) atau dapat juga berbentuk pengertian/ definisi ataupun gambaran mental, atribut esensial dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri esensial yang relatif sama. Sebagai contoh konsep demokrasi. Jika dilihat dari jenis dan bentuknya demokrasi itu sangat beragam. Demokrasi Barat di Eropa Barat dan Amerika Serikat akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan demokrasi di Cuba atau RRC. Tetapi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

59

apa yang membuat mereka berbeda-beda itu disebut demokrasi? Tentu saja karena mereka memiliki persamaan sebagai ciri esensialnya, yaitu kekuasaan ada di tangan rakyat. Itulah ciri-ciri esensial demokrasi. Dalam hal ini, kita dapat mengidentifikasi tentang nama-nama lain, seperti presiden, negara, pemerintahan, DPR dan sebagainya, yang dapat diketahui ciri-ciri esensialnya yang relatif sama.

Dengan demikian, berbeda dengan fakta yang menekankan pada kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih luas daripada fakta. Fraenkel (1980:94-95) mengemukakan Whereas facts refer to a single object, event, or individual, concepts represent something common to several events, objects, or individual. Lebih lanjut Fraenkel menyatakan bahwa Concepts do not exist in reality, (sebenarnya konsep-konsep itu dalam kenyataannya tidak ada). Konsep itu berada dalam ide atau pikiran manusia. Semua realitas yang berada di sekeliling kita memasuki atau menyentuh indera-indera manusia sebagai informasi dari berbagai pengalaman. Kemudian, masukan-masukan indera (sensory input) tersebut diatur dan disusun dengan mengenakan simbol-simbol (label kata-kata) berdasarkan persamaan-persamaan esensial tersebut. Menurut Kagan (dalam Fraenkel, 1980:99-100), ada empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan. Keempat kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep tersebut. Ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan rendah (low-level abstraction), misalnya bunga, kambing, dan pabrik, sehingga konsep-konsep ini telah mendekati tingkatan konkret. Namun ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan tinggi (higher-level abstraction), misalnya kebebasan, penghargaan, dan kecerdasan, yang hanya dapat dipahami oleh kemampuan tertentu, seperti kemampuan bahasa, ketajaman rasa, penyesuaian diri, dan kemampuan belajar. Kedua, kompleksitas (complexity). Konsep memiliki perbedaan dalam jumlah atribut (ciri-ciri, indikator) yang diperlukan untuk menjelaskan konsep tersebut. Semakin banyak atribut yang diperlukan untuk menjelaskan konsep, semakin kompleks konsep tersebut. Misalnya, konsep kucing, mungkin dapat didentifikasi dari beberapa atribut, seperti berkaki empat, berbulu lembut, bercakar, suara mengeong, dsb), tetapi untuk konsep kebudayaan tentunya memerlukan banyak sekali atribut sehingga konsep kebudayaan, patriotisme, demokrasi, keadilan termasuk konsep-konsep yang kompleks. The more complex a concept is, the greater its capacity to organize and synthesize large numbers of simpler concepts and specific facts. (1980:100). Ketiga, pembedaan (differentiation). Konsep juga berbeda dalam ciri dasar yang dapat ditafsirkan berbeda-beda sehingga masih perlu dijelaskan lagi. Misalnya, konsep kekayaan tentu mengandung multi penafsiran karena konsep tersebut dapat berupa 60
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tanah, uang, rumah, alat rumah tangga, emas, dan sebagainya. Bandingkan dengan konsep obeng, tentu konsep ini akan mudah diidentifikasi.

Keempat, pemusatan dimensi (centrality of dimensions). Makna sebuah konsep diperoleh dari satu atau dua atribut penting yang merujuk pada ciri utama dari ide yang diwakili oleh konsep. Misalnya, konsep wisatawan akan terkait dengan atribut kunci travel, bersenang-senang, dan hotel.

Timbul pertanyaan, sebetulnya kita belajar mengenal konsep-konsep itu untuk apa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Fraenkel (1980:101-104) telah mengidentikasi kegunaan konsep bagi kehidupan manusia sebagai berikut. Pertama, konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan lingkungan dan melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal ini bisa kita fahami karena informasi-informasi itu kian terus bertambah banyak dan semuanya harus diidentifikasi dalam simbol-simbol yang dapat disepakati. Fraenkel (1980:101) menyatakan Through concepts, we simplify and order the varying perceptions that we receive through our senses. Konsep-konsep dapat disusun dengan cara mereduksi informasi-informasi tersebut menurut proporsi-proporsi yang dapat ditangani. Konsep dapat meliputi kelompok objek tertentu, peristiwa-peristiwa, individu-individu, atau ide-ide.

Kedua, konsep membantu mengenali dan memahami bermacam-macam objek yang ada di sekitar kita. Fraenkel (1980:102) menyatakan When an individual identifies an object, he places it into a class. Sehingga dalam klasifikasi (kategorisasi) tersebut begitu nampak persamaan dan perbedaannya. Misalnya, ketika orang lain mengatakan panitia ad hoc atau rapat komisi, maka ia akan langsung melakukan identifikasi, klasifikasi, dan menghubungkan istilah tersebut dengan lembaga negara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dengan mengenal konsep, seseorang akan terhindar dari salah identifikasi atau miskonsep yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru dan fatal. Ketiga, konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan berulang-ulang terhadap sesuatu kajian yang serupa dan sudah diketahui. Misalnya, ketika orang sudah mengetahui konsep legislatif, maka ia akan menggunakan konsep tersebut untuk DPR, DPRD I di Propinsi, dan DPRD II di Kabupaten / Kota.

Keempat, konsep dapat membantu untuk memecahkan masalah. Dengan menempatkan objek-objek, individu-individu, peristiwa-peristiwa, ataupun ide-ide kedalam kategorikategori yang benar, kita dapat memperoleh beberapa wawasan bagaimana menangani sesuatu masalah tertentu yang dihadapi. Misalnya, seseorang yang mengetahui bahwa ia seorang ahli hukum, maka ia akan hati-hati dalam berbicara dan tidak mudah sembarang menuduh atau tindakan serupa lainnya yang berargumen berdasarkan hukum. Kelima, konsep juga berguna untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap rumit ataupun memerlukan keterangan yang cukup panjang dan rinci. Banyak konsepkonsep yang kita ketahui sekarang diperoleh melalui proses pembelajaran ataupun
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

61

pengenalan dari konsep-konsep sebelumnya yang dianggap baru. Dengan demikian konsep bisa dijadikan alat (tools) yang mengandung karakteristik-karakteristik umum untuk dianalisis sekalipun rumit. Misalnya, konsep negara, tentu memerlukan penjelasan yang memadai, karena kriteria untuk konsep negara tidaklah cukup hanya dengan kriteria wilayah dan penduduk belaka, melainkan harus disertai syarat-syarat lainnya.

Keenam, konsep sebagai stereotipe (stereotypes), artinya bahwa mungkin konsep itu memberikan konotasi negatif. Hal ini terjadi ketika antara dua atau lebih kelompok manusia baik etnis, suku, atau bangsa saling berinteraksi dengan memberikan label tertentu kepada etnis, suku, atau bangsa lain dengan karakteristik tertentu yang berkonotasi negatif. Di Indonesia juga sering kita dengar ungkapan-ungkapan yang bernada stereotipe. Contohnya: Jawa koek, Cina licik, Padang bengkok, Orang Batak si tukang copet, dan sebagainya. Bahkan dikalangan orang Barat-pun stereotipe dan etnosentrisme pernah hidup dan berkembang sebagaimana yang disebut Huntington (1998: 66) bahwa In the nineteenth century the idea of the white mans burden helped justify the extension of Western political and economic domination over non-Western societies yang pada gilirannya melahirkan imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa-bangsa kulit berwarna. Ketujuh, konsep mewakili gambaran kepada kita tentang realitas dan dunia kita sendiri. Menurut Fraenkel, kita sulit berpikir atau bahkan berpendapat tanpa konsep. Lebih lanjut dinyatakan We could not communicate, create a society, or carry out anything but the simplest and most animalistic behavior without them. (Fraenkel, 1980: 103). Tujuh manfaat konsep ini tidak diragukan lagi kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan warga negara dan manusia umumnya. Demikianlah beberapa penjelasan tentang fakta dan konsep beserta contohcontohnya yang akan banyak ditemui dan bermanfaat dalam memahami dan menguasai materi PKn. Seorang calon guru atau guru profesional khususnya dalam bidang PKn dituntut untuk selalui melakukan pengkajian secara terus menerus mendalami dna memperluas wawasan terkait dengan materi PKn. Isi materi pembelajaran PKn snagat dinamis dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan bangsa dan negara terutama masalah politik dan hukum. Dua unsur ini sangat banyak memberikan warna dan pengaruh terhadap isi materi pembelajaran PKn.

Mengapa demikian?
Konsep kewarganegaraan yang berasal dari kata warga negara pada hakikatnya, membahas tentang hubungan warga negara dengan negara atau pemerintah dalam arti yang luas. Dalam hubungan tersebut sudah pasti terkait dengan masalah kepentingan, hak dan kewajiban, kekuasaan, peraturan hukum, dan konsep-konsep kenegaraan lainnya. 62
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Bagaimana agar hubungan yang terkait dengan kepentingan hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan harmonis untuk mencapai tujuan nasional? Dua unsur penting, hukum dan politik, harus dapat berjalan secara sinergis.

Kehidupan yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan yang dicitacitakan oleh umat manusia. Untuk mewujudkan bentuk kehidupan tersebut, dibuatlah norma-norma perilaku yang disepakati bersama sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu norma yang dibuat untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat adalah norma hukum, yakni hukum negara. Disamping norma hukum terdapat sejumlah norma lainnya yang juga berfungsi untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain meliputi norma kesopanan, adat-istiadat, kebiasaan, kesusilaan, dan norma agama.

Kesadaran akan adanya norma yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap individu sejak usia dini. Oleh sebab itu, pendidikan hukum sebagai salah satu bentuk upaya penanaman kesadaran akan norma tingkah laku dalam masyarakat, dipandang sangat strategis untuk diberikan pada seluruh jenis dan jenjang pendidikan persekolahan. Tidak mungkin kita dapat mengharapkan tumbuhnya kesadaran dan kepatuhan hukum dari setiap individu warga negara tanpa upaya yang sadar dan terencana melalui proses pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Penanaman nilai-nilai dan normanorma sosial kemasyarakatan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses sosialisasi anak menuju realita kehidupan yang sesungguhnya di masyarakat. Program pendidikan hukum (law-related education) di persekolahan hendaknya diarahkan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar mereka kelak dapat berpartisipasi secara efektif dalam lembaga-lembaga hukum. Tujuan utama dari pendidikan hukum, seperti dikemukakan oleh Banks (1977: 258-259), adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh hak-hak hukumnya secara maksimum dalam masyarakat. Di samping itu, setiap warga negara memikul tanggung jawab atas terciptanya sistem hukum yang bekerja secara efektif dan adil. Para siswa hendaknya dibelajarkan untuk memperoleh kemampuan mengkaji persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kesenjangan-kesenjangan yang acapkali terjadi antara cita-cita hukum dengan kenyataan, dan bagaimana kesenjangan tersebut dapat diatasi. Program pendidikan hukum di persekolahan bukan merupakan program yang berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan dapat berfungsi pula sebagai pendidikan hukum. Menurut Banks (1977: 259), pendidikan hukum memuat tujuantujuan sebagai berikut. Sebagai hasil dari pendidikan hukum, siswa diharapkan dapat:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

63

1. Mengembangkan pemahaman tentang hak-hak dan tanggung jawabnya yang ditegaskan dalam konstitusi. 2. Memahami tuntutan masyarakat akan peraturan dan hukum, sumber-sumber hukum, perubahan hukum, dan sanksi hukum. 3. Memahami berbagai aspek hukum sipil yang mempengaruhi kehidupannya - hukum perkawinan dan perceraian, perjanjian/kontrak, asuransi, kesejahteraan sosial, pajak, dan lembaga bantuan hukum. 4. Memahami sistem peradilan, struktur organisasi dan fungsi lembaga penegak hukum. 5. Mengembangkan pengetahuan dan sikapnya berkenaan dengan hukum dan sistem peradilan pidana - jadi mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam sistem hukum masyarakat kontemporer. Sementara itu, Center for Civic Education (CCE) dalam National Standards for Civics and Government (1997) mengembangkan sejumlah bahan ajar yang berkaitan dengan pendidikan hukum yang dapat disampaikan melalui PKn, antara lain meliputi: (1) fungsi dan tujuan dari peraturan dan hukum, (2) kedudukan hukum dalam sistem pemerintahan konstitusional, (3) perlindungan hukum terhadap hak-hak individu, (4) kriteria untuk mengevaluasi peraturan dan hukum, (5) hak warga negara, dan (6) tanggung jawab warga negara. Pada sisi lainnya, sumbangan ilmu politik terhadap PKn sangat signifikan karena sebagian besar materi PKn terkait dengan politik. Dapatkah mengemukakan konsepkonsep PKn apa saja yang berasal dari ilmu politik? Benar, banyak sekali konsep ilmu politik dalam PKn, seperti konsep negara, pemerintah, kekuasaan, DPR, MPR, presiden, pembagian kekuasaan, rakyat, masyarakat, bangsa, dan sebagainya.

Selanjutnya, sebagai latihan, coba Anda susun sebanyak dua puluh contoh konsep ilmu politik yang relevan dengan PKn dan dapat dijadikan materi pembelajaran untuk para siswa MI.

Rangkuman
Secara harfiah, istilah materi berarti (1) substansi yang dapat menghasilkan sesuatu; (2) sesuatu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu; sedangkan konten berarti the things that are contained in something (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Dalam konteks pembelajaran PKn istilah materi dan content dimaksudkan untuk membangun 64
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen).

Misi utama PKn adalah membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk baik dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Ada tiga sumber yang dapat diidentifikasi dalam mengorganisasikan sumber PKn, yakni: (1) informal content yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada; (2) the formal disciplines meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa; (3) the responses of pupils ialah tanggapan-tanggapan siswa baik yang berasal dari informal content (events) maupun dari formal disciplines (studies).

Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran PKn yang penting untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. Fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Sedangkan konsep merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalaman-pengalaman kompleks. Fakta menekankan pada kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih luas daripada fakta.

Ada empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan, yakni: (1) tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep tersebut; (2) kompleksitas (complexity; (3) pembedaan (differentiation); dan (4) pemusatan dimensi (centrality of dimensions).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

65

Tes Formatif 1
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Secara harfiah, istilah materi berarti .... A. hal-hal yang ada dalam sesuatu B. substansi yang dapat menghasilkan sesuatu C. aktivitas untuk tujuan tertentu D. sesuatu yang diabaikan

2. Misi utama PKn yang berbeda dari mata pelajaran lainnya adalah bahwa PKn menekankan pada .... A. pembentukan warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air B. pembentukan warga masyarakat yang demokratis C. pembentukan warga yang berjiwa toleran dan peduli terhadap orang lain D. pembentukan warga yang mampu menganalisis masalah sosial kemasyarakatan

3. Sumber materi pelajaran PKn yang diperoleh dari surat kabar tentang aktivitas anggota parlemen atau lembaga negara, dapat dikategorikan sebagai... A. formal content B. respon siswa C. informal content D. upaya guru

4. Sumber materi pelajaran PKn yang diperoleh dari teori ilmu politik, dapat dikategorikan sebagai... A. formal content B. respon siswa C. informal content D. upaya guru 5. Para siswa hendaknya belajar menjadi warga negara yang produktif di daerahnya, berguna (useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan (civic-minded) ketika hidup dalam konteks global. Untuk mencapai itu semua, maka pendekatan yang paling tepat diterapkan adalah .... A. ekspositori B. kontekstual C. lingkungan D. simulasi 66
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris disebut .... A. data B. fakta C. konsep D. generalisasi

7. Pernyataan: UUD 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan ..... A. teori B. generalisasi C. konsep D. fakta

8. Konsep wisatawan akan terkait dengan atribut kunci travel, bersenang-senang, dan hotel. Kualifikasi konsep ini termasuk .... A. tingkat keabstrakan (degree of abstraction) B. kompleksitas (complexity) C. pembedaan (differentiation) D. pemusatan dimensi (centrality of dimensions) 9. Konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan lingkungan dan melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal ini dikemukakan oleh.... A. Kagan B. Schwab C. Fraenkel D. Banks

10. Kehidupan yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan yang dicitacitakan oleh umat manusia, dan ini menjadi bagian dari PKn sebagai ... A. pendidikan hukum B. pendidikan nilai C. pendidikan karakter D. pendidikan konstitusi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

67

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Jumlah jawaban Anda yang benar

68

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengembangan Materi Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah diperkenalkan dengan karakteristik materi PKn, meliputi pengertian, klasifikasi, dan jenis, serta contoh. Apakah Anda mendapat informasi baru tentang karakteristik materi PKn? Untuk kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara membelajarkan materi PKn kepada peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu banyak masalah karena mungkin Anda telah berpengalaman, namun agar kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam pembelajaran PKn, maka Anda perlu terus berlatih untuk membelajarkan fakta dan konsep-konsep tersebut. Selanjutnya, Anda pun dituntut untuk secara terus menerus mengembangkan fakta dan konsep pendidikan kewarganegaraan lainnya agar pengetahuan dan penguasaan Anda terhadap konsepkonsep dasar PKn semakin kaya dan cara membelajarkannya semakin mantap.

Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner/ multidisipliner/ multidimensional. Namun secara filsafat keilmuan bidang studi ini memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno. Kemudian secara akademis diakui sebagai embrionya civic education. Selanjutnya di Indonesia hal ini diadaptasi menjadi pendidikan kewarganegaraan (PKn). Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan (citizenship transmission).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pada kegiatan belajar 2 ini akan diuraikan tentang pengembangan pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Masalah ini sangat penting bagi Anda calon guru kelas di MI mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum mahir dalam mengembangkan materi pembelajaran secara layak, yakni sesuai dangan tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan siswa.

69

Numan Somantri (2001) menyatakan bahwa obyek studi Civics dan Civic Education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Kata kunci dari pengertian ini adalah warga negara dalam hubungannya dengan pihak lain yang dimaksud adalah negara. Hal ini sejalan dengan kajian yang telah dilakukan terdahulu bahwa pada hakikatnya obyek kajian PKn adalah perilaku warga negara (Sapriya, 2007). Dalam lokakarya metodologi Pendidikan Kewarganegaraan tahun 1973 dikemukakan bahwa obyek studi Civics adalah: (1) tingkah laku, (2) tipe pertumbuhan berpikir, (3) potensi yang ada dalam setiap diri warga negara, (4) hak dan kewajiban, (5) cita-cita dan aspirasi, (6) kesadaran (patriotisme, nasionalisme, saling pengertian internasional, moral Pancasila), dan (7) usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab.

Dengan demikian, apabila fokus kajian di arahkan pada bidang telaahnya, maka sebenarnya ontologi PKn yang esensial adalah perilaku warga negara. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa perilaku warga negara itu sangat kontekstual sehingga bidang kajian ini merupakan konteks dimana warga negara itu hidup dan berada. Konteks perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam suasana atau kondisi tertentu. Misalnya, bagaimana individu sebagai warga negara ketika ia berperilaku di rumah karena ia sebagai anggota keluarga (member of family); bagaimana individu berperilaku, berpikir, bekerja, berbuat sebagai anggota kelas di sekolah karena ia adalah warga sekolah (school citizen). Kemudian bagaimana ia berperilaku di masyarakat sebagai anggota masyarakat demokratis atau madani, apakah anggota partai politik, apakah anggota organisasi kemasyarakatan.

Dilihat dari fenomena PKn sebagai kajian perilaku warga negara maka semakin tampak bahwa ruang lingkup telaahnya begitu luas. Kajian yang berpusat pada perilaku warga negara dapat dipandang dari berbagai dimensi yang lebih spesifik daripada tiga dimensi di atas. Warga negara merupakan individu yang dapat dipandang dari berbagai dimensi seperti psikologis, sosial, politik, normatif, antropologis dan dimensi lain sehingga dapat dinyatakan dengan sifat multidimensional. Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk melakukan perbuatan. Organisasi yang dimaksud tersebut adalah negara sebagai organisasi tertinggi. Dalam hal ini, secara ontologis, sumber adanya PKn itu adalah negara dalam konteks yang luas. Sebuah negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan hasil kesepakatan internasional (Misalnya, Konvensi Montevideo 1933) meliputi empat unsur, yakni: (1) ada unsur manusia atau rakyat; (2) ada unsur tanah air atau wilayah; (3) ada unsur pemerintah; dan (4) ada unsur pengakuan (atau kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara atau subyek hukum bukan negara). Keberadaan negara bersifat dinamis dan dapat berkembang. Misalnya, jauh sebelum berdiri negara Kesatuan Republik Indonesia, mungkin hanya ada nusantara, sedangkan penduduk atau 70
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

penghuni umumnya adalah pendatang dari wilayah lain. Secara kultural, kekayaan budaya dan adat istiadat merupakan bagian utuh dari penduduk Asia dan bagian umat manusia. Kemudian, adanya negara Indonesia karena ada proklamasi. Sebelum proklamasi, di wilayah nusantara pernah ada kerajaan-kerajaan, kemudian kerajaan dijajah Belanda pada abad ke-16. Lalu ada aksi berjuang, lalu ada merdeka 17 Agustus 1945. Konsep ada itu adalah prosesnya. Oleh karena itu, keberadaan bangsa dan negara merdeka, kondisi manusia Asia yang bersifat multietnis dan multikarakter merupakan aspek sosiologis dan psikologis-historis sebagai kajian ontologi PKn yang dapat dijadikan untuk pembentukan pengetahuan, sikap dan perilaku warga negara yang mendukung bagi pembangunan bangsa. Aspek emosional seperti rasa kebangsaan (nationalism) dan cinta tanah air (patriotism) bahkan dengan mengetahui dan memahami diri secara sosiologis dan historis akan dapat membangun kesadaran diri sebagai warga negara.

Apa materi kajian PKn untuk warga sekolah?


Materi PKn untuk lembaga persekolahan termasuk domain PKn sebagai program kurikuler. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimensi program ini bersifat formal, dasar (basic) dan krusial dalam pembentukan kompetensi dan karakter warga negara. Mengapa demikian? Karena sejak kanak-kanak setiap warga negara pada umumnya telah mulai diperkenalkan dengan kehidupan bernegara dan berorganisasi pada tingkat yang paling sederhana. Mereka diperkenalkan tentang sejumlah konsep yang terkait dengan kehidupan berkelompok, berorganisasi, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan. Demikian pula pada usia di sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/ MTs), dan sekolah menengah atas (SMA/MA) bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi (PT). Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang sekolah yang semuanya diarahkan pada pembangunan karakter warga negara. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn bila dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia akhir-akhir ini masih jauh dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Program PKn yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar lembaga pendidikan formal, kalau ada. Program PKn masih berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa, khususnya dalam upaya pembangunan warga negara yang baik belum optimal.

Persoalan berikutnya yang dihadapi PKn saat ini adalah masalah perubahan kebijakan nasional tentang otonomi di bidang pendidikan yang berdampak luas hingga berpengaruh juga terhadap kebijakan kurikulum. Dengan peraturan baru tersebut, dimungkinkan bahwa kurikulum berdiversifikasi. Dalam konteks NKRI tentu kita tidak
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

71

mengharapkan terjadinya diversifikasi kurikulum khususnya untuk PKn. Apakah boleh PKn itu terbelah, terpecah menjadi 340 model PKn Kabupaten/Kota? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 35 yang menyatakan tentang standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Aturan ini telah secara jelas menegaskan bahwa diversifikasi mungkin terjadi bahkan tak dapat dihindari tetapi semuanya tidak boleh menyimpang dari standar-standar yang telah dirumuskan dalam ketentuan perundangan tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam mengangkat dimensi PKn sebagai program kurikuler memang tidak dapat diabaikan pembahasan tentang isi, proses dan kompetensi lulusan. Pertanyaannya adalah apa yang harus sama dan apa yang boleh berbeda. Untuk menjaga dan mengendalikan mutu dipandang dari sudut kebutuhan peserta didik, maka kompetensi lulusan harus sama. Misalnya, salah satu kompetensi warga negara yang harus dikembangkan adalah kemampuan mengambil keputusan, decision making competence atau decision making skills. Hal ini tidak mungkin berbeda, artinya semua warga negara harus mempunyai kemampuan mengambil keputusan. Demikian pula kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving skills) dan kemampuan menggunakan mass media untuk membuat keputusan. Melalui kajian apa kemampuan pengambilan keputusan itu, semuanya diserahkan kepada tiap satuan pendidikan untuk menyesuaikannya dengan konteks kehidupan dan lingkungan masing-masing satuan pendidikan yang berbeda-beda Dengan orientasi pada kompetensi yang menjadi standar nasional, maka diharapkan tujuan dari adanya kebijakan otonomi pendidikan akan terwujud. Iklim kompetisi akan semakin berkembang yang pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan mutu pendidikan dan mutu lulusan.

Pertanyaan berikutnya: apakah isi (content) PKn itu harus sama? Dalam pelaksanaan kebijakan otonomi pendidikan, tentu ada perbedaan dari pelaksanaan kebijakan pendidikan sebelumnya yang umumnya bersifat sentralistis. Dengan adanya kewenangan penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan masing-masing, maka memungkinkan tiap satuan pendidikan untuk menentukan isi (content) PKn sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan peserta didik yang ada di satuan pendidikan masing-masing. Kondisi ini tentu saja berbeda-beda, misalnya kalau PKn itu untuk Irian Jaya tentu berbeda isinya dengan PKn untuk DKI Jakarta. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya perbedaan konteks atau situasi sosial budaya di Irian Jaya dan Jakarta. Artinya muatan isi mata pelajaran yang harus dikembangkan berbeda, tetapi bagaimana muatan itu di proses sehingga menghasilkan kemampuan mengambil keputusan mungkin sama. Jadi yang berbeda sebenarnya adalah muatan pengambilan keputusannya. Dengan demikian, perbedaannya terdapat pada proses dan isi (content) nya. Content ini pun harus dibedakan, ada content yang sifatnya structural formal, ada content informal atau termasuk kelompok isi yang diperoleh dari 72
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tentang Konstitusi Negara Republik Indonesia (UUD 1945) maka semua orang harus sumber sosial kultural. yang bersifat structural formal merupakan yang tidak bicara sama. DenganContent demikian, content yang bersifat structural formal ini isi merupakan boleh ditawar (unnegotiated, given) sehingga content ini harus sama untuk seluruh siswa, content perekat, pemersatu bangsa yang akan memperkuat semangat nasionalisme seluruh sekolah, seluruh kabupaten/kota, seluruh propinsi dan seluruh bangsa. Ketika Indonesia danmisalnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Indonesia Sedangkan content guru berbicara, tentang Konstitusi Negara Republik (UUD 1945) maka semuabersifat orang harus bicara sama. Dengan demikian,tempat contentdimana yang bersifat informal kontekstual tergantung lingkungan siswa structural berada. formal ini bagaimana merupakan content perekat, pemersatu akan memperkuat Namun, perilaku warga negara terjadi dan bangsa dibentukyang dalam pembelajaran di semangat nasionalisme Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). berbagai konteks pasti berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dalam Sedangkan content informal bersifat kontekstual tergantung lingkungan tempat dimana pembelajaran PKn ini dapat dilihat perilaku tabel di bawah ini. siswa berada. Namun, bagaimana warga negara terjadi dan dibentuk dalam pembelajaran di berbagai konteks pasti berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dalam pembelajaran PKn ini dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel: Jenis Muatan Isi Pembelajaran PKn

Tabel: Jenis Muatan Isi Pembelajaran PKn


 Content Structural Formal Content informal            Tetap  Pemersatu  DapatBerubah  Kontekstual

Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang setiap setiap saat/masa dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari saat/masa dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan. perubahan. Dokumen kurikulum PKn dipersiapkan dibuat dan dipersiapkan untuk memenuhi Dokumen kurikulum PKn dibuat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa berikutnya. kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan proses alamiah berikutnya. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah sejalan dengan tuntutan dan proses alamiah mengikuti perkembangan masyarakat yang berubahsetelah sejalanada dengan tantangan yang dihadapi. Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan proses tuntutan dan tantangan yangterdahulu. dihadapi. Sejalan Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan evaluasi terhadap kurikulum dengan perubahan masyarakat dan sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang pernah ada di Indonesia setelah ada proses evaluasi terhadap kurikulum terdahulu. Sejalan dengan perubahan dapat dipilah menjadi empat model. Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun masyarakat dan sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang 1960-an sampai 1968. Kurikulum pada masa ini memiliki ontologi pokok berupa content pernah di Indonesia dapat dipilah empat yang model. Pertamadengan adalah doktrinmodel yang lebihada banyak mengandung aspek menjadi sosial politik berkaitan PKn kenegaraan. pada kurun waktu 1960-an sampai 1968. Kurikulum masa ini doktrin Kedua,tahun ketika berubah menjadi PKn pada tahun pada 1968-an sampai 1975-an muatan isi kurikulum mulai berubah menjadi bukan mengandung hanya doktrin kenegaraan memiliki ontologi pokok berupa content yang lebih banyak aspek sosial yang spesifik, melainkan sudah membahas persoalan-persoalan moral dan sebagainya. 5
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

73

Ketiga, begitu PKn itu menjadi Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya itu menukik pada butir-butir nilai Pancasila yang berlaku sampai kurikulum 1994.

Keempat, sejalan dengan adanya perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi, sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah dilakukan penyesuaian content. Ada sejumlah content Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan dengan semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun 1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah butiran dan nilai hasil pemikiran yang terkait dengan budi pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA masih ada yang menggunakan Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen, beberapa sekolah lainnya menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada Standar Nasional, Standar Isi (Permen Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas Nomor 23/2005). Ketika bangsa Indonesia memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi terhadap dokumen Kurikulum PKn hingga lahirlah gagasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun telah berubah. Untuk SD/ MI dan SMP/MTs, mata pelajaran PKn digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk SMA/MA, mata pelajaran PKn berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek content, baik PKn SD/MI, SMP/MTs yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maupun PKn SMA/MA dalam mata pelajaran Kewarganegaraan pada dasarnya pernah menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun masyarakat akademik.

Sejalan dengan perkembangan dan perubahan dalam pelaksanaan kurikulum PKn berbasis kompetensi secara umum Kurikulum PKn yang sedang dalam proses implementasi setelah melalui masa uji coba tidak dipungkiri masih menunjukkan sejumlah kelemahan. Ada kecenderungan content untuk kurikulum berbasis kompetensi kembali menggunakan pendekatan yang sifatnya struktural. Dalam hal ini, sekarang sudah saatnya para pakar dan praktisi PKn harus duduk bersama untuk melihat sebenarnya apa yang seyogianya dikemas untuk peserta didik. Perlu dipertimbangkan dalam proses mengemas content agar memperhatikan tantangan saat ini. Ada dua hal tantangan warga negara pada masa kontemporer. Pertama, tantangan untuk menghadapi kehidupan sosial kultural yang kontemporer di dalam kehidupannya. Kedua, tantangan untuk memahami persoalan-persoalan konseptual sebagai bekal untuk menganalisis persoalan kontemporer itu. Satu contoh persoalan kontemporer sekarang adalah konflik antaretnis, separatisme, kemiskinan, kebodohan, korupsi yang merajalela, dan masalah lain tentang masalah perilaku immoral. Persoalan ini merupakaan isu penting yang harus segera 74
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

dikomunikasikan kepada peserta didik. Namun, untuk melakukan proses tersebut tentu saja peserta didik perlu bekal. Di dalam benak peserta didik harus sudah ada bekal konsep-konsep supaya ketika mereka mengambil posisi di dalam proses pengambilan keputusan, misalnya, terkait masalah konflik antaretnis, maka mereka sudah memiliki argumen yang cerdas, logis, dan layak. Dengan kata lain, didalam benak peserta didik telah ada sejumlah konsep yang cukup memadai untuk mengatasi atau menghadapi isu-isu itu sehingga pendapat-pendapatnya itu tidak common sense tetapi ditopang oleh conceptual framework yang melandasinya. Dari kenyataan ini tampak bahwa persoalan yang dihadapi dalam internal isi kajian PKn sebagai program kurikuler masih menunjukkan kesenjangan antara kepentingan pemerintah dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta tantangan masa depan.

Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional 3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara 5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

75

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. Dengan menyimak paparan di atas, maka pengembangan materi pembelajaran PKn hendaknya diarahkan pada ketentuan yang telah ada dalam standar isi sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi PKn harus pula mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas tersebut, yakni:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya, bagaimana pembelajaran materi PKn dapat dilakukan? Sebelum membahas tentang persoalan ini terlebih dahulu perlu dikemukakan beberapa prinsip berkenaan dengan tujuan dan metode pembelajaran. Tiap usaha pembelajaran (dalam arti membelajarkan siswa) sebenarnya bertujuan untuk menumbuhkembangkan atau menyempurnakan pola perilaku atau kompetensi tertentu dalam diri peserta didik. Pola perilaku ialah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan, yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi konkret. Kegiatan itu dapat berupa keterampilan intelektual seperti mengkaji, mengamati, menganalisis dan menilai keadaan dengan daya nalar. Kegiatan pembelajaran dapat juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Namun, secara umum manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin dan sinergis. Kegiatan jasmani seyogianya didukung oleh kegiatan intelektual, dan demikian juga sebaliknya. Disamping menumbuhkan atau menyempurnakan pola perilaku, pembelajaran bertujuan pula untuk menimbulkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa dengan cara yang lebih mudah, tanpa memeras dan menguras tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan. Dengan demikian, tujuan tiap pembelajaran ialah menimbulkan atau menyempurnakan pola laku dan membina kebiasaan sehingga peserta didik terampil menjawab tantangan situasi kehidupan secara manusiawi. Dengan kata lain, pembelajaran 76
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

ingin memekarkan kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak pada peserta didik sehingga menghadapi keadaan apapun ia cukup sanggup mengamati keadaan, menilai keadaan, dan menentukan sikap serta tindakannya dalam keadaan tersebut.

Kehidupan manusia dalam masyarakat modern dewasa ini sedang mengalami perubahan yang begitu pesat. Oleh karena itu, pembelajaran di abad sekarang ini hendaknya memperhatikan arus dan laju perubahan yang terjadi. Pembelajaran perlu membina pola berpikir, keterampilan dan kebiasaan, yang terbuka dan tanggap, yang mampu menyesuaikan diri secara manusiawi dengan perubahan. Kalau tujuan pembelajaran adalah menumbuhkan dan menyempurnakan pola perilaku, membina kebiasaan dan kemahiran menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah-ubah, maka metode pembelajaran harus mampu mendorong proses pertumbuhan dan penyempurnaan pola perilaku, membina kebiasaan, dan mengembangkan kemahiran untuk menyesuaikan diri. Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif dapat menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama sekali atas cara yang memuaskan. Pemikiran kreatif yang dapat menelurkan tindakan kreatif pula wajib dibina dalam tiap pembelajaran, terutama pada jaman kita sekarang ini yang penuh dengan perubahan ini. Jelaslah bahwa metode pembelajaran yang ampuh harus mengembangkan pemikiran dan tindakan kreatif. Hal lainnya yang perlu diperhatikan sebagai prinsip pembelajaran adalah (1) tingkat kesulitan, dan (2) tingkat kemampuan berpikir. Tingkat kesulitan berkenaan dengan beban belajar (learning task) sedangkan tingkat kemampuan berpikir berkenaan dengan kemampuan kognitif siswa.

Kemampuan berpikir, menurut sejumlah hasil riset, adalah bertahap dan berjenjang mulai dari yang sederhana/mudah kepada yang kompleks/rumit. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom (1956), Rooijakkers (1989: 112) menyusun tingkat-tingkat kemampuan berpikir sebagai berikut.
Taraf 1 2 3 4 5 Nama taraf berpikir Evaluasi Analisa dan sintesa Aplikasi Pemahaman Macam kerja pikir yang dibelajarkan Berpikir kreatif atau berpikir untuk memecahkan masalah Berpikir menguraikan dan menggabungkan Berpikir menerapkan

Pengetahuan

Berpikir dalam konsep dan belajar pengertian Belajar reseptif atau menerima

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

77

Erat kaitannya dengan pembelajaran PKn adalah pertimbangan tentang tingkat penalaran moral. Atas dasar karya Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan moral, Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral kognitif. Dari hasil penelitiannya yang menggunakan dilemma moral hipotetik, Kohlberg menyusun tingkat perkembangan moral ke dalam enam tingkatan sebagai berikut.
Taraf Prekonvensional Tingkat perkembangan moral 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Konsepsi tentang baik dan buruk ditentukan oleh konsekuensi fisik tanpa memperhatikan makna atau nilai dari konsekuensi ini bagi individu. 3. Orientasi keserasian antar personal. Apa yang menyenangkan atau membantu orang lain adalah baik. 4. Orientasi terhadap peraturan hukum dan ketertiban. Memelihara ketertiban sosial, menghormati kekuasaan, dan melaksanakan kewajiban sendiri adalah baik. Orang dihargai karena mentaati peraturan, hukum, dan kekuasaan yang berlaku.

Konvensional

2. Orientasi instrumental. Konsepsi tentang baik lebih ditentukan oleh kepuasan sendiri

Pasca konvensional

5. Orientasi legalistik kontrak soaial. Apa yang benar ditentukan oleh nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat, termasuk hak-hak individu dan aturan-aturan konsensus. Namun demikian tekanannya diletakkan pada pertimbangan rasional dan kemanfaatan sosial.

6. Orientasi terhadap prinsip-prinsip etika universal. Yang benar merupakan masalah nurani sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan sendiri yang dipandang logis, ajeg, dan universal. Prinsip-prinsip yang universal ini pada hakekatnya merupakan prinsip-prinsip keadilan, persamaan hak asasi manusia, dan rasa hormat terhadap martabat manusia sebagai mahluk individu.

Demikianlah paparan tentang beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran PKn. Patut diperhatikan bahwa model pengembangan materi pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan tingkat perkembangan moral anak-anak usia MI.

Tugas dalam mengembangkan materi pembelajaran PKn seyogianya memperhatikan hakikat dan karaktertistik, tujuan, dan ruang lingkup PKn sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara lebih rinci, pengembangan materi pembelajaran PKn oleh guru mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

78

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD)


Kelas I, Semester 1
Stndar Kompetensi 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa 1.2 Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah 1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah

2. Membiasakan tertib di rumah dan di sekolah

2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Kelas I, Semester 2

Stndar Kompetensi 3. Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah 4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya 3.2 Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Kelas II, Semester 1


Stndar Kompetensi 1. Membiasakan hidup bergotong royong 2. Menampilkan sikap cinta lingkungan Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong 1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah 2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan 2.2 Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam

Kelas II, Semester 2


Stndar Kompetensi Kompetensi Dasar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

79

3. Menampilkan sikap demokratis 4. Menampilkan nilai-nilai Pancasila

3.1 Mengenal kegiatan bermusyawarah 3.2 Menghargai suara terbanyak (mayoritas) 3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan

4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari- hari

Kelas III, Semester 1


Stndar Kompetensi 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda 2. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa 1.2 Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari 2.1 Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar 2.2 Menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar 2.3 Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar

Kelas III, Semester 2


Stndar Kompetensi 3. Memiliki harga diri sebagai individu 4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia Kompetensi Dasar 3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri 3.2 Memberi contoh bentuk harga diri, seperti menghargai diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan lainlain 3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri

4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan 4.2. Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia

Kelas IV, Semester 1

Stndar Kompetensi 1. Memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan

2. Memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi

Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan 1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintah kecamatan 2.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi 2.2 Menggambarkan struktur organisasi kabupaten, kota, dan provinsi

80

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Kelas IV, Semester 2

Stndar Kompetensi 3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya

Kompetensi Dasar 3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK dll. 3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya 4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya

Kelas V, Semester 1
Stndar Kompetensi 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 2. Memahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok

Kelas V, Semester 2
Stndar Kompetensi 3. Memahami kebebasan berorganisasi 4. Menghargai keputusan bersama Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat 3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama 4.2 Mematuhi keputusan bersama

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

81

Kelas VI, Semester 1


Stndar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah

2. Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia

Kelas VI, Semester 2

Stndar Kompetensi 3. Memahami peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara 4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi

Dikemukakan dalam Permendiknas tersebut bahwa SKKD menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian. Berikut ini adalah contoh mengembangkan materi pembelajaran kelas VI semester 2.

Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia Tenggara 3.2 Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara 4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif 4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional

Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama negaranegara Asia Tenggara 3.2 Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara

4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif 4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional

Rincian Materi a. pengertian kerjasama antarbangsa b. Negara-negara Asia Tenggara c. Pelaksanaan kerjasama Indonesia dengan negara-negara Asia Tengggara d. Peran Indonesia di Asia Tenggara

a. Pengertian Politik luar negeri b. Politik luar negeri Indonesia bebas aktif. c. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif. d. Contoh pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.

82

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Demikianlah contoh pengembangan materi berdasarkan kompetensi dasar (KD). Selanjutnya Anda dapat mengembangkan materi pembelajaran lain sesuai dengan KD dan kelas serta semester.

Sebagai latihan, coba Anda kembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan KD dan Kelas serta semester dimana Anda mengajar. Bekerja dengan kawan mahasiswa lain lebih baik.

Bagaimana mengembangkan SKKD menjadi rencana pembelajaran baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dikaji pada Modul 9 mata kuliah ini.

Untuk anak-anak MI pada kelas-kelas rendah (kelas 1 sd kelas 3), pembelajaran materi PKn dapat diawali dengan memperkenalkan mereka pada sejumlah aturan-aturan hidup yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Pengenalan terhadap keberadaan aturanaturan tersebut hendaknya diarahkan pada tumbuhnya kesadaran pada diri anak tentang perlunya aturan dalam kehidupan kita. Perlu diperhatikan bahwa di kelas rendah, mengingat kemampuan berpikir anak masih bersifat holistik, maka pembelajaran hendaknya lebih banyak pada upaya pembiasaan.

Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan pengalaman langsung yang diperoleh anak-anak dalam keluarga, kelompok permainan, dan dalam kehidupan di sekolah. Secara lebih rinci uraian pengembangan materi dan pembelajaran untuk siswa MI kelas rendah dapat dilihat pada Modul 6 dan untuk siswa MI kelas tinggi dapat dilihat pada Modul 7 mata kuliah ini.

Rangkuman
Tujuan PKn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya membangun warga negara yang baik (good citizen) semata melainkan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tantangan kehidupan saat ini tidak cukup dan dapat diselesaikan hanya oleh warga negara yang baik melainkan perlu pula oleh warga negara yang memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang warga negara adalah kecerdasan dalam berbagai aspek, yakni kecerdasan dalam intelektual, emosional, sosial, dan bahkan spiritual. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang warga negara diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berpikir dalam menganalisis berbagai
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

83

masalah. Dalam hal ini, seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan/ kecakapan (skills), meliputi keterampilan berpikir, berkomunikasi, berpartisipasi, bahkan keterampilan meneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Secara konseptual, PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno. Secara praksis, fokus kajian / bidang telaah PKn adalah perilaku warga negara. Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk melakukan perbuatan. Organisasi yang dimaksud adalah negara sebagai organisasi tertinggi. Secara filosofis, obyek kajian PKn sebagai landasan berpikir dalam konteks keindonesiaan, meliputi: Nusantara Indonesia, manusia sebagai pribadi, kekayaan Indonesia, kesadaran manusia Indonesia atas ke-Indonesiaannya, jatidiri sebagai bangsa Indonesia.

Secara ontologis, perspektif PKn sebagai domain kurikuler terdiri atas dua unsur, yakni curriculum content dan student behavior. Persoalan yang dihadapi saat ini khususnya menyangkut persoalan bangsa dan pemerintahan yang berada pada masa transisi, menunjukkan bahwa PKn di Indonesia yang bersifat exclusive dan formal dengan pembelajaran berparadigma education about democracy sedang mengalami perubahan menjadi paradigma education in democracy.

84

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Secara filsafat keilmuan bidang studi PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep.... A. demokrasi politik B. demokrasi terpimpin C. demokrasi konstitusional D. demokrasi liberal 2. Objek atau bidang telaah PKn adalah .... A. negara B. perilaku warga negara C. perilaku pemerintah D. rakyat

3. PKn memfokuskan pada pembelajaran untuk warga negara, khususnya tentang .... A. tanggung jawab B. peran dan fungsi C. hak dan kewajiban D. kesejahteraan

4. Unsur pokok negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan hasil kesepakatan internasional meliputi, kecuali: A. rakyat B. wilayah C. pemerintah D. pengakua 5. Indonesia menganut demokrasi konstitusionil. Kenyataan ini dapat ditemukan dalam dokumen negara .... A. Pembukaan UUD 1945 B. Batang Tubuh UUD 1945 C. Bagian Penjelasan Umum UUD 1945 D. Peraturan Pemerintah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

85

6. Misi PKn adalah memupuk rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Misi ini merupakan ontologi PKn secara .... A. historis B. sosiologis C. psikologis D. emosional 7. Domain PKn sebagai program kurikuler adalah program PKn yang ada di lingkungan A. masyarakat B. pemerintah C. sekolah D. organisasi kemasyarakatan 8. Materi PKn yang lebih menekankan pada aspek moral terdapat dalam Kurikulum ... A. Tahun 1968 B. Tahun 1975 C. Tahun 1994 D. Tahun 2006

9. Berikut ini adalah materi pokok PKn dalam Standar Isi berdasarkan Pemendiknas No.22/2006, kecuali: A. Persatuan dan kesatuan B. Globalisasi C. Demokrasi D. Hak asasi manusia 10. Rumusan tujuan PKn dalam Standar Isi yang pertama adalah ..... A. berpikir secara kritis B. berpartisipasi secara aktif C. berkembang secara positif D. berinteraksi dengan bangsa lain

86

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

87

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1
1. B. substansi yang dapat menghasilkan sesuatu 2. A pembentukan warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air 3. C. informal content 4. A. formal content 5. A ekspositori 6. B fakta 7. D fakta 8. D pemusatan dimensi (centrality of dimensions) 9. C Fraenkel 10. A. pendidikan hukum

Tes Formatif 2

1. A. demokrasi politik 2. B perilaku warga negara 3. C. hak dan kewajiban 4. D pengakuan 5. B Batang Tubuh UUD 1945 6. D emosional 7. C sekolah 8. B Tahun 1975 9. C Demokrasi 10. A. berpikir secara kritis

88

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

89

90

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn

Pendahuluan
Modul ini merupakan modul pengembangan dalam kemampuan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal tentang kompetensi guru kelas SD/MI. Baiklah, Anda tentu masih ingat bahwa salah satu kompetensi guru kelas di MI adalah menguasai lima bidang studi yang salah satunya adalah bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan desain dna model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang layak dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang akan datang. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. - - Menjelaskan pengembangan desain pembelajaran PKn Mengembangkan model pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan pembelajaran PKn MI yang layak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa MI. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan model pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn. Sementara di pihak lain, zaman terus berkembang, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga kian sulit diimbangi oleh kemampuan umat manusia pada umumnya sehingga akibatnya muncullah masalah-masalah di masyarakat. Demikian pula di bidang pendidikan khususnya para guru PKn dihadapkan pada sejumlah masalah dalam proses
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

91

belajar mengajar terutama dalam memilih dan menyajikan materi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan, dan menerapkan konsep-konsep tersebut secara terintegrasi. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam mengembangkan desain dan model pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Desain pembelajaran PKn 2. Model pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan mengembangkan pembelajaran PKn di MI. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas.

92

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Desain Pembelajaran PKn


Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa disain pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkan disain pembelajaran PKn itu. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu dalam tugas merencanakan mengembangkan pembelajaran serta melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa disain pembelajaran itu?


Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau instructional design biasanya merujuk pada disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut. Memang, sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran dibuat oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun bukanlah suatu keharusan disain pembelajaran dibuat hanya oleh guru yang bersangkutan. Artinya, bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran yang diharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran.

Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran. Untuk memudahkan memahami uraian tentang pengembangan disain pembelajaran PKn di bawah ini, Anda diharapkan telah mengenal secara umum tentang disiplin ilmu-ilmu sosial dan teori-teori pendidikan. Dengan memiliki pengetahuan awal tersebut Anda akan sangat terbantu untuk memahami,
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

93

mengkaji dan menganalis situasi dan disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat berpengaruh terhadap proses penyusunan desain pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam pembahasan berikut ini, Anda akan diajak menganalisis situasi apa saja baik eksternal maupun internal dan disiplin ilmu apa saja yang banyak kontribusinya terhadap proses penyusunan desain pembelajaran PKn. Sehingga dengan mempelajari materi dalam bab ini anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) dapat menganalisis faktor eksternal dan internal yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran; dan (2) dapat menganalisis disiplin ilmu pendukung yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran.

Analisis Situasi Eksternal dan Internal


Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa untuk mempelajari bab ini Anda diharapkan telah mengenal bagaimana paradigma PKn dan pengembangan materi PKn yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu atau disebut interdisipliner dan multidomensional serta apa tujuan dan fungsinya. Pada kegiatan belajar berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Apabila diklasifikasikan (secara sederhana), faktor-faktor tersebut dibagi atau dibedakan atas faktor eksternal dan faktor internal. Pembahasan dalam kegiatan belajar ini akan diawali dengan menjelaskan beberapa pertimbangan mengapa kita perlu melakukan analisis situasi sebelum menyusun desain pembelajaran.

Apa dan mengapa analisis situasi?


Analisis situasi biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan kurikulum. Artinya, selama proses mengembangkan kurikulum, guru dituntut agar menyadari dan mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah di sekitarnya. Laurie Brady (1990) menegaskan bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan efektifitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogianya dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal. Dengan demikian, pengembangan kurikulum diawali dengan melakukan kajian situasi sekolah. Karena setiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda maka analisis situasi pada satu sekolah tidak dapat ditransfer kepada sekolah lain. 94
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Analisis situasi biasanya dilakukan oleh guru pada saat guru merumuskan dan menetapkan tujuan pengajaran. Cara yang dilakukan antara lain melalui diagnosis kelemahan-kelemahan siswa maupun prestasi yang telah dicapainya, apakah kebutuhan siswa pada saat kini maupun pada masa depan, hal-hal apakah yang dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, mengapa banyak orang (mahasiswa) melakukan demostrasi di depan Gedung DPR RI, Gedung Kejaksaan RI, Gedung Kedutaan, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa seperti inilah yang dapat diangkat, dianalisis dan dimasukkan oleh guru menjadi bahan perencanaan program pembelajaran PKn. Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan menekankan pentingnya analisis situasi dalam pengembangan kurikulum, sbb.: 1) Guru seyogianya melakukan suatu transaksi dengan siswa tentang apa yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar. 2) Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasi dan mempertahankan suasana belajar di kelas. 3) Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan perubahan situasi tersebut. Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah bahwa guru dituntut untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi (berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah.

Situasi apakah yang harus selalu diperhatikan oleh guru selama mendesain pembelajaran?
Skillbeck (1984) membagi faktor yang dapat menggambarkan situasi sebagai bahan analisis guru atas dua bagian, ialah faktor eksternal (external factors) dan faktor internal (internal factors). Perhatikanlah faktor-faktor eksternal dan internal menurut Skillbeck berikut ini: Faktor-faktor eksternal meliputi: 1) Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat 2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan 3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan 4) Kontribusi dari sistem dukungan guru 5) Sumber masukan bagi sekolah

Faktor-faktor internal, meliputi: 1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya 2) Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman,
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

95

kekuatan dan kelemahan khusus serta perannya 3) Etos kerja sekolah dan struktur politik 4) Sumber-sumber bahan pembelajaran 5) Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.

Namun perlu Anda ingat bahwa dua faktor bahan analisis situasi di atas memiliki kaitan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan. Dua faktor ini saling mengisi, saling berpengaruh dan saling menentukan keberhasilan guru mengajar dan siswa belajar. Dengan kata lain, tugas guru yang cukup strategis bagi keberhasilan mengelola proses belajar mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mempertimbangkan, meramu, mengemas, merancang atau mendesain faktor-faktor di atas dalam suatu model program pembelajaran. Agar Anda dapat memahami lebih jauh lagi masing-masing lima faktor (eksternal dan internal) tersebut marilah sekarang kita membahasnya satu persatu. Pembahasan pertama akan dimulai dengan faktor-faktor eksternal.

Faktor eksternal pertama: Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat, seperti harapan orang tua siswa, tuntutan dunia kerja, anggapan dan nilai masyarakat, perubahan hubungan antara orang tua dan anak. Faktor sosial-budaya dan harapan masyarakat sebagai lingkungan belajar siswa dan sekitar sekolah sangatlah penting untuk diperhatikan oleh guru sebagai pengembang kurikulum (curriculum developer). Laurie Brady (1990) menyatakan Apabila sekolah ingin berfungsi sebagai cermin masyarakat maka sekolah-sekolah harus memperhatikan perubahan sosial-budaya pada saat menyusun kurikulum. Perubahan di bidang sosial budaya ini meliputi perubahan penduduk, perubahan fungsi keluarga, perubahan fungsi/peran wanita (misalnya emansipasi), perubahan dalam struktur ekonomi, perubahan teknologi dan informasi, dan sebagainya. Apabila kita perhatikan, misalnya dalam aspek teknologi informasi setelah merebaknya penggunaan saluran internet, dari hari ke hari bahkan dari detik ke detik kita dapat menyaksikan betapa cepatnya perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan. Semua aspek dan implikasi-implikasinya ini perlu diprediksi oleh guru sehingga menjadi bahan dalam proses pengembangan kurikulum. Salah satu faktor sosial budaya yang sedang melanda bangsa Indonesia sebagai akibat dari krisis moneter adalah banyaknya anak yang terpaksa keluar meninggalkan sekolah (drop out) karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Apabila kejadian ini tidak segera ditanggulangi maka dikhawatirkan bangsa Indonesia akan mengalami suatu generasi yang hilang (lost generation). Hal ini merupakan contoh prediksi yang dapat diangkat oleh guru sebagai hasil analisis faktor eksternal dari aspek sosial budaya yang cukup realistis dan aktual. 96
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Harapan orang tua meliputi pandangan orang tua tentang pendidikan sex, pekerjaan rumah, disiplin siswa di sekolah; Harapan dunia kerja, antara lain standar kompetensi lulusan, pengalaman kerja, sikap dan sebagainya.

Beberapa contoh lain yang berkaitan dengan aspek sosial budaya, antara lain:

Sebagai latihan, coba Anda berikan contoh lain tentang faktor eksternal dari aspek sosial budaya ini yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru selama merancang model pembelajaran!

Faktor eksternal kedua : Tuntutan sistem pendidikan. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menyesuaikan apa yang dilakukan di kelas dengan sistem pendidikan yang berlaku. Misalnya, kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan pada masa Mendiknas Wardiman Djojonegoro menitikberatkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kebijakan link and match. Ada empat topik kebijakan yang ditempuh, yakni relevansi, pemerataan, efisiensi dan efektifitas. Keempat hal ini hendaknya dijadikan sebagai rambu-rambu oleh guru dalam mendesain pembelajaran baik dalam menyusun program (materi pelajaran) maupun dalam menentukan desain pembelajaran seperti aspek metode, media, sumber dan evaluasi. Sistem pendidikan lainnya yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru antara lain: sistem ujian sekolah, ujian nasional, fungsi sekolah dalam proses pengambilan keputusan, tingkat otonomi sekolah, dan keterlibatan masyarakat di sekolah.

Coba Anda kemukakan sistem pendidikan lain yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru, khususnya dalam pelaksanaan otonomi sekolah, misalnya penerapan KTSP?

Faktor eksternal ketiga: Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat (sosial-budaya) selalu mengalami perubahan. Perubahan dalam mata pelajaran yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

97

akan diajarkan merupakan refleksi dari perubahan sosial-budaya. Dengan demikian, perubahan mata pelajaran merupakan proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru dalam menjawab tuntutan masyarakat.

Ada beberapa kecenderungan yang dapat diklasifikasikan sebagai perubahan dalam mata pelajaran sebagai upaya inovasi dalam sistem pembelajaran dalam IPS dan PKn. Misalnya, pada menjelang pemberlakuan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran IPS dan PKn pernah digabung menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS) atau ada upaya atau gagasan melakukan integrasi sejumlah materi pelajaran yang dikenal dengan pendekatan tematik (thematical approach) atau terpadu (integrated approach). Sedangkan, metode yang dikembangkan lebih menekankan pada keterampilan proses seperti yang dikemukakan oleh Evans dan Poole (1985) dengan istilah learning how to learn melalui inkuiri, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Upaya inovasi melalui pembaharuan pendekatan/metode mengajar ini dianggap tepat dalam suasana fungsi sekolah dalam menghadapi perubahan masyarakat dunia yang begitu cepat.

Faktor eksternal keempat: Kontribusi dari sistem dukungan guru. Hakekat dari sistem dukungan guru mungkin beragam tergantung pada kedekatannya. Setiap sekolah memiliki akses terhadap bentuk-bentuk dukungan untuk peningkatan profesionalisme guru apakah berupa sekolah tinggi, universitas, konsultan kurikulum, dan pusat penataran guru. Dukungan yang dimaksud mencakup sumber-sumber belajar yang dapat mendukung terhadap proses belajar mengajar sehingga perlu dipertimbangkan sebagai bahan analisis pada tahap penyusunan desain pembelajaran. Bahan belajar yang sekaligus menjadi sumber belajar terdiri atas: bahan audio-visual (misalnya pesawat televisi), buku-buku profesional, peragaan dan alat peraga. Guru hendaknya mengupayakan ketersediaan dukungan ini misalnya melalui kepala sekolah. Faktor eksternal kelima: Sumber masukan bagi sekolah. Sebagaimana dinyatakan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Di Indonesia, nampaknya tanggung jawab sekolah masih lebih besar dibebankan kepada pihak pemerintah dan orang tua siswa. Peran masyarakat khususnya yang ada di lingkungan sekolah belumlah dapat dimanfaatkan secara optimal. Sehingga nampak ada jurang pemisah antara lembaga persekolahan dengan masyarakat. Umumnya, masyarakat belum merasakan bahwa lembaga sekolah yang ada di wilayahnya adalah juga tanggung jawabnya. Idealnya tentu saja harus ada kesadaran dari semua pihak bahwa maju mundurnya sekolah atau baik tidaknya sekolah akan sangat tergantung kepada tiga pihak di atas. Demikianlah beberapa pokok penjelasan/pembahasan tentang faktor-faktor eksternal sebagai bahan analisis dalam penyusunan desain pembelajaran. Selanjutnya marilah kita perhatikan beberapa penjelasan faktor internal sebagai bahan analisis situasi. 98
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Faktor internal pertama: Siswa. Hal-hal yang berkaitan dengan siswa meliputi bakat, kecakapan dan kebutuhan akan pendidikan siswa. Dari semua faktor, baik eksternal maupun internal, yang pertama kali perlu mendapat perhatian dari para perencana kurikulum adalah siswa. Sifat, karakter dan pembawaan siswa di sekolah berbeda satu sama lain sehingga analisis situasi seyogianya mempertimbangkan pula perbedaan individu siswa dan mengupayakan agar mengenal pola persamaannya. Perbedaan yang dapat diidentifikasi dari siswa yang berada di sekolah misalnya adalah perbedaan kepribadian walaupun secara fisik dan usia mungkin sama. Untuk mengenal perbedaan siswa, guru sebagai perencana pembelajaran dapat mendapat informasi dengan cara menanyakan kepada guru-guru dari siswa sebelumnya atau kepada lingkungan dimana siswa itu berada dan dibesarkan. Pemahaman guru terhadap siswanya dalam upaya mendesain pembelajaran PKn sangat penting. Hal ini bahkan sejalan dengan ciri guru profesional yang pertama, ialah guru harus mengenal peserta didik secara mendalam. Mengapa guru perlu mengenal siswanya secara mendalam? Ya, karena pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang meliputi multidomain. Guru perlu membelajarkan aspek kognitif, afektif, dan keterampilan/perilaku. Pembelajaran untuk tiga domain tersebut akan sulit tercapai apabila guru tidak mengenal siswanya secara mendalam. Demikian pula upaya untuk menghidupkan suasana kelas, agar pembelajaran lebih menarik dna menyenangkan, maka guru perlu mengenal siswanya dengan baik.

Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru?


Aspek-aspek tentang siswa sebagai bahan analisis faktor internal dapat digolongkan berdasarkan:

1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa banyak jumlah siswa dalam satu kelas?, berapa usianya, bagaimana persebaran pada tiap kelas?, apakah latar belakang etnis siswa? 2) Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah 3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan kesehatan 4) Perkembangan emosional dan sosial, misalnya bagaimana hubungan antar sesama siswa, antara siswa dengan guru dan dengan orang tua? 5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat perkembangan kognitif, bakat khusus, dan pengalaman. 6) Karakteristik personal, misalnya kepribadian, karakter, perkembangan moral, nilai dan sikap, motivasi, aspirasi, rasa percaya diri, kecenderungan sikap anti-sosial dan pro-sosial serta perbedaan prilaku.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

99

Aspek-aspek inilah yang perlu mendapat perhatian/ pertimbangan guru dalam merancang/mengembangkan pembelajaran dari faktor internal khususnya yang berkaitan dengan faktor siswa.

Faktor internal kedua: Guru. Karena fungsi guru adalah sebagai perencana (designer) dan pelaksana (implementer) kurikulum, maka dalam proses mendesain pembelajaran ini perlu pula memperhatikan indikator kemampuan guru apa saja yang dapat mempengaruhi proses pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangatlah menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian, dalam proses pengembangan desain pembelajaran pun guru perlu mempertimbangkan kemampuan diri guru khususnya kelak pada saat melaksanakan desain pembelajaran di kelas. Model desain pembelajaran yang layak adalah model yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa tanpa melupakan akan kemampuan guru untuk mengimplementasikannya di kelas. Laurie Brady (1990) mengemukakan beberapa karakteristik kemampuan guru yang harus mendapat perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran. 1) Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri guru. Dalam penggunaan metode mengajar, misalnya, ada guru yang mahir menggunakan metode diskusi namun kurang mahir dalam berceramah. Kemahiran dan kekurangan ini hendaknya disadari pada saat mendesain pembelajaran sehingga guru perlu mengurangi penggunaan metode ceramah. 2) Ketertarikan guru. Kekuatan kecakapan guru akan bervariasi sesuai dengan hobi dan ketertarikannya pada suatu obyek. 3) Harapan guru. Guru memiliki harapan yang berbeda dari siswa yang berbeda. Harapan guru terhadap siswa yang pandai akan lebih besar daripada harapannya terhadap siswa yang kurang pandai. 4) Sikap guru terhadap pengembangan dan inovasi pembelajaran. Tidak semua guru memiliki sikap inovatif terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran atau pendidikan. Hal ini akan mempengaruhi terhadap kualitas hasil maupun proses penyusunan desain pembelajaran. 5) Gaya mengajar. Sikap ingin maju dari guru akan mempengaruhi pemilihan pengalaman belajar dalam proses perencanaan pembelajaran. Ada guru yang lebih memusatkan perhatiannya pada gaya mengajar demokaratis namun ada yang lebih tertarik dengan gaya mengajar otoriter dan laissez faire. 6) Evaluasi diri guru sendiri. Banyak guru profesional yang selalu mengevaluasi kemampuannya baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, misalnya oleh siswa. Kebiasaan guru menilai kualitas mengajar, mengakui kelemahan/ kesalahannya dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kesalahan-kesalahan ini merupakan kemampuan guru yang patut dihargai dari sudut profesi keguruan. 100
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

7) Peran guru. Peran guru dalam kegiatan pengembangan kurikulum seperti melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu mendapat pertimbangan dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Dalam forum MGMP, idealnya guru akan mendapat banyak pengalaman sebagai bahan untuk analisis situasi dari faktor internal. Demikianlah beberapa aspek internal yang berkaitan dengan guru. Karena guru lah yang berperan atau pelaksana pembelajaran maka semua aspek di atas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil desain pembelajaran.

Faktor internal ketiga: Ethos sekolah. Istilah ethos sering digunakan untuk menggam barkan iklim, atmosfir, sifat sekolah sebagai suatu organisasi. Bagaimana persepsi orang atau masyarakat terhadap sekolah, bagaimana perasaan seseorang yang mengunjungi sekolah, apakah suasana lingkungan sekolah tersebut cukup bersahabat atau menunjukkan sikap tidak bersahabat (hostile). Perasaan-perasaan ini hanya dapat diungkapkan oleh setiap orang yang pernah berkunjung ke sekolah tersebut. Ethos sekolah akan banyak mempengaruhi guru dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Apakah iklim atau atmosfir organisasi sekolah cukup kondusif bagi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengembang kurikulum.

Dari sejumlah faktor iklim organisasi sekolah yang menentukan kualitas desain pembelajaran buatan guru antara lain: Apakah kepala sekolah banyak terlibat dalam kegiatan guru pada waktu penyusunan desain pembelajaran? Adakah kerjasama dan kedekatan antar guru dalam melakukan tugas-tugas guru sehari-hari? Indikator-indikator inilah yang sedikit banyak akan mempengaruhi dan perlu mendapat perhatian dari guru dalam menyusun desain pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai perencana perlu melakukan evaluasi terhadap iklim organisasi sekolah sebagai salah satu aspek analisis situasi. Namun demikian, ada peluang terjadinya dilema bagi guru apabila iklim organisasi sekolah tersebut tidak kondusif bagi guru dalam mengembangkan desain pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, Miles (1975) menyarankan sejumlah pendekatan dalam menciptakan iklim organisasi yang sehat antara lain dengan cara mengkaji diri (selfstudy) dan menekankan saling hubungan dalam suasana kelompok daripada suasana individual yang terisolir. Dengan cara/pendekatan ini maka diharapkan ethos sekolah yang dipertimbangkan selama proses penyusunan desain pembelajaran akan memberikan masukan positif terhadap peningkatan kualitas analisis situasi. Faktor internal keempat: Sumber-sumber bahan pembelajaran. Pekerjaan guru dalam penyusunan desain pembelajaran perlu juga mempertimbangkan bahan-bahan pelajaran, peralatan peralatan dan semua fasilitas yang ada di sekolah. Kelangkaan sumber-sumber belajar ini sering menjadi penghambat dalam proses penyusunan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

101

desain pembelajaran namun sebaliknya kelengkapan sumber pelajaran akan lebih mempermudah bagi guru dalam mendesain pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan mengajar tentang karakteristik sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, seperti tinggirendah tanah, penghasilan setiap daerah, kekayaan budaya, dll. Apakah tersedia peta atau atlas di sekolah? Tanpa adanya alat bantu pelajaran ini maka guru akan mengalami kesulitan mengajar dan siswa akan mengalami kesulitan belajar. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan pemanfaatan sumber bahan pelajaran oleh guru dalam penyusunan desain pembelajaran tergantung pada fasilitas yang ada di sekolah, kebijakan penggunaan fasilitas tersebut, kebijakan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di masyarakat, ketersediaan pusat sumber belajar, jenis dan jumlah bahan pelajaran, alokasi dana untuk bahan pelajaran, kualitas perpustakaan beserta stafnya. Ketersediaan semua aspek sumber bahan pelajaran ini akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kebijakan pimpinan sekolah.

Faktor internal kelima: Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku. Munculnya keinginan mengembangkan kurikulum baru, biasanya dilatarbelakangi oleh adanya rasa ketidakpuasan terhadap kurikulum yang ada. Tugas guru sebagai perencana kurikulum adalah memastikan hakekat sebenarnya dari rasa ketidakpuasan tersebut. Tentu tidak semua aspek dirasakan tidak memuaskan sehingga perlu ada seleksi terhadap aspek-aspek kurikulum tersebut. Mungkin aspek bahan pelajaran dianggap oleh guru masih relevan dengan kondisi saat ini sehingga yang perlu disesuaikan adalah tujuan dan/atau metode pembelajaran.

Adanya perubahan terhadap kurikulum yang berlaku karena adanya kekurangan atau masalah merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran. Namun perlu disadari bahwa masih ada masalah atau hambatan dalam upaya inovasi pendidikan. Laurie Brady (1990) mengemukakan bahwa sering inovasi mengalami kegagalan karena: rendahnya tingkat pemahaman guru terhadap inovasi; rendahnya tingkat pemahaman guru atas peran barunya yang dituntut oleh inovasi; rendahnya keahlian guru dalam memenuhi peran barunya; rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan; rendahnya komunikasi di sekolah (kesempatan untuk melakukan umpan balik); organisasi sekolah yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan inovasi.

Dengan adanya temuan ini, guru sebagai perencana haruslah menyadari dan memaklumi tentang kondisi yang umumnya terjadi dalam sistem pendidikan khususnya dalam lingkup mikro atau persekolahan. Untuk mengatasi sejumlah masalah dan kekurangan yang ada dalam lingkungan persekolahan khususnya pada kemampuan guru, maka upaya inovasi dalam proses perencanaan pembelajaran perlu dilakukan secara menyeluruh. Dalam hal ini upaya yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh 102
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

adalah peningkatan dalam kemampuan profesionalisme guru, pengadaan berbagai fasilitas dan sumber belajar, iklim organisasi sekolah serta memperhatikan karakter dan kebutuhan siswa. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa mengembangkan desain pembelajaran merupakan tugas tim, baik melibatkan guru atau tidak melibatkannya. Namun, ada hal yang mendapat tekanan dalam pengembangan desain pembelajaran, ialah mengembangkan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.

Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan. Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran. Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa pengembangan desain pembelajaran merupakan tugas awal bagi guru dalam mengembangkan kurikulum. Ada tiga langkah yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam menyusun desain pembelajaran sebagai bagian dari tugas pengembangan kurikulum di satuan pendidikan, ialah: 1. Mengkaji dan menentukan Standar Kompetensi 2. Mengkaji dan menentukan Kompetensi Dasar 3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Baik, perhatikan cara pengembangan desain pembelajaran untuk Kelas 1 dan 4 Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pengembangan materi berikut ini. Kelas I, Semester 1
Stndar Kompetensi 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa 1.2 Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah 1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah Materi - Jenis kelamin - Nama Agama di Indonesia - Nama suku bangsa

- Cara hidup rukun di rumah - Cara hidup rukun di sekolah

- Praktek Hidup rukun di rumah - Praktek Hidup rukun di sekolah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

103

2. Membiasakan tertib di rumah dan di sekolah

2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

- Tata tertib di rumah - Tata tertib di sekolah

- Praktek hidup tertib di rumah - Praktek hidup tertib di sekolah

Kelas I, Semester 2

Stndar Kompetensi 3. Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah

Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya 3.2 Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Materi - Hak anak untuk bermain - Hak anak untuk belajar - Hak anak didengar pendapatnya - Contoh melaksanakan hak anak di sekolah - Contoh melaksanakan hak anak di sekolah

4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

- Penerapan tata tertib di rumah - Penerapan tata tertib di sekolah - Contoh pelaksanaan aturan yang berlaku di masyarakat

Demikian contoh pengembangan desain materi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru atau tim guru.

Sebagai latihan, coba Anda kembangkan desain materi pembelajaran untuk Kelas IV SD/MI semester 1 dan 2.

Petunjuk pengerjaan latihan:


Seperti pengembangan desain materi pembelajaran untuk Kelas 1 SD/MI di atas, lakukanlah langkah-langkah berikut ini. 1. 2. 3. 4. Kaji dan menentukan Standar Kompetensi Kaji dan menentukan Kompetensi Dasar Identifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Masukan hasil latihan di atas ke dalam tabel.

104

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Rangkuman
Istilah disain pembelajaran atau instructional design merupakan kegiatan yang merujuk pada pengembangan disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut. Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran.

Ada dua faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran, ialah faktor eksternal dan faktor internal.

Kegiatan analisis situasi terhadap faktor-faktor eksternal meliputi: (1) Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat; (2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan; (3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan; (4) Kontribusi dari sistem dukungan guru; (5) Sumber masukan bagi sekolah. Sedangkan analisis terhadap faktor-faktor internal, meliputi: (1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya; (2) Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kelemahan khusus serta perannya; (3) Etos kerja sekolah dan struktur politik; (4) Sumber-sumber bahan pembelajaran; dan (5) Masalah-masalah dan kekurangankekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku. Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan. Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

105

Tes Formatif 1
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Analisis situasi oleh guru sebagai perencana hendaknya dilakukan pada ....... A. proses belajar mengajar B. awal proses penyusunan desain pembelajaran C. akhir proses penyusunan desain pembelajaran D. kegiatan evaluasi belajar

2. Di bawah ini adalah saran yang dikemukakan oleh Sockett tentang pentingnya analisis situasi dalam pengembangan kurikulum, kecuali: A. Guru seyogyanya melakukan suatu transaksi dengan siswa B. Guru hendaknya terus-menerus mengevaluasi suasana belajar di kelas C. Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata D. Guru hendaknya mendahulukan kebutuhan siswa 3. Situasi sebagai bahan analisis guru dibagi atas dua bagian, ialah faktor eksternal (external factors) dan faktor internal (internal factors). Hal ini dikemukakan oleh: A. Skillbeck B. Laurie Brady C. Sockett D. Miles 4. Di bawah ini adalah faktor-faktor eksternal sebagai bahan analisis, kecuali: A. Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat B. Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan C. Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan D. Sumber-sumber bahan pembelajaran 5. Di bawah ini adalah faktor-faktor internal sebagai bahan analisis, kecuali: A. Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan B. Nilai, sikap, dan ketrampilan mengajar guru C. Etos sekolah dan struktur politik D. Sumber-sumber bahan pembelajaran

106

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Di bawah ini adalah faktor eksternal tentang perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat, kecuali: A. perubahan penduduk B. perubahan prestasi belajar siswa C. perubahan fungsi/peran wanita (misalnya emansipasi) D. perubahan dalam struktur ekonomi 7. Dari semua faktor internal dan eksternal yang pertama kali perlu mendapat perhatian dari para perencana kurikulum adalah: A. Ethos sekolah B. Guru C. Siswa D. Sumber pembelajaran 8. Laurie Brady mengemukakan karakteristik kemampuan guru yang harus mendapat perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran IPS, kecuali: A. Kekuatan dan kelemahan guru B. Ketertarikan guru C. Kesejahteraan guru D. Sikap guru terhadap inovasi kurikulum

9. Atmosfir sekolah merupakan situasi yang perlu dianalisis oleh guru. Masalah ini dapat ditinjau dari faktor internal yang erat kaitannya dengan: A. Sikap dan ketrampilan guru B. Ethos sekolah C. Sumber belajar di sekolah D. Sikap dan kecakapan siswa 10. Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam inovasi pendidikan ari aspek guru: A. rendahnya tingkat pemahaman terhadap inovasi B. rendahnya tingkat pemahaman atas peran barunya C. rendahnya keahlian dalam memenuhi peran barunya D. rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

107

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Jumlah jawaban Anda yang benar

108

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Model Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar 1 dalam modul ini, Anda telah mengenal bagaimana mengembangkan desain pembelajaran seperti mempertimbangkan faktor internal dna eksternal serta mengembangkan materi pembelajaran untuk Kelas I semester 1 dan 2. Pada kegiatan belajar ini, akan disajikan dan dibahas cara pengembangan model pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah. Dengan menganalisis model pembelajaran PKn SD/MI diharapkan Anda dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran PKn yang cocok dan sesuai dengan jenjang kelas dan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran PKn.

Apakah Anda masih ingat sejumlah model pembelajaran yang umumnya diterapkan untuk siswa di SD/MI sebagaimana yang telah dibahas pada modul lain? Untuk lebih meyakinkan kebenarannya silakan Anda lihat lagi modul-modul dalam mata kuliah lainnya. Pada kegiatan belajar ini akan dibahas model pembelajaran untuk mata pelajaran PKn dengan tujuan agar para guru dan calon guru dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Mengapa model pembelajaran penting untuk dipelajari?


Telah menjadi fakta bahwa banyak orang yang tidak diragukan lagi kemampuan serta penguasaan bidang studinya namun mereka merasa sulit membelajarkan dan membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya. Kenyataan pula bahwa banyak orang yang ingin menjadi guru atau terpaksa menjadi guru karena dia berada di sebuah lingkungan yang memerlukan guru padahal ia tidak punya pengalaman dan keterampilan mengajar. Karena kenyataan inilah, maka diperlukan model pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PKn mengingat pembelajaran PKn memiliki sifat yang khas. Pembelajaran PKn bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan kepada para siswa melainkan pembelajaran yang kompleks karena mengandung domain yang utuh, yakni mencakup kognitif, afektif, dan perilaku bahkan kepribadian.

Pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya mampu memberikan perubahan pada diri siswa baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk mengubah kemampuan itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti melalui
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

109

pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan, percontohan. Model-model pembelajaran ini sangat cocok untuk siswa di SD/MI karena mengandung unsur-unsur proses pembelajaran yang baik. Menurut Suparman (1997), proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Lebih lanjut dikemukakan bahwa model proses pembelajaran ini disebut pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan guru lebih berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis menerapkan pola komunikasi banyak arah suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan 6. potensial dapat menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring lebih efektif 7. dapat digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/ruangan.

Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah. Tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif ini terdiri atas:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Model Berbagi Informasi Kelompok orientasi Sidang umum Seminar Konferensi kerja Simposium Forum Panel Model Belajar Melalui Pengalaman Simulasi Bermain peran Sajian situasi Kelompok aplikasi Sindikat Kelompok T Model Pemecahan Masalah Curah pendapat Riuh bicara Diskusi bebas Kelompok okupasi Kelompok silang Tutorial Studi kasus Lokakarya

Dalam rangka sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan Nasional (2006) membagi tiga jenis model pembelajaran, yakni: (1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI), (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL), dan (3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI). Secara rinci masing-masing model pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

110

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

(1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI) Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga lebih mengutamakan pada penyampaian pengetahuan dengan target hasil belajar pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian, untuk mencapai tujuan yang maksimal, model pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang mendalam. Model pembelajaran langsung dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3: Membimbing pelatihan Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Tugas guru: o Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. o Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. o Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. o Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan. o Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari hari. (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan masyarakat belajar (learning community), berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2: Menyajikan informasi Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5: Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

111

Fase 6: Memberikan penghargaan

Tugas guru: v Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. v Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. v Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. v Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. v Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok mempresentasikan hasil kerja. v Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI) Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan menjadi pebelajar yang mandiri. Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara terbuka, demokratis, dan memiliki kebebasan berpendapat. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Fase 1: Orientasi siswa pada masalah.

Tugas guru: o Menjelaskan tujuan, logistik yg dibutuhkan. o Memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah yg dipilih. o Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungandengan masalah tersbeut. o Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. o Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yg sesuai seperti laporan, model, dan berbagi tugas dengan teman. 112
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja.

Pada hakikatnya, tiga model pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa jenjang Madrasah Ibtidaiyah dengan terlebih dahulu melakukan modifikasi atau penyesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa. Namun, apabila memperhatikan tujuan pembelajaran sebagaimana ditentukan dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka model kedua dan ketiga perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran PKn, model pembelajaran berbasis masalah sangat dianjurkan untuk dikuasai dan diterapkan dalam pembelajaran PKn. Model ini menggunakan pendekatan inkuiri yang sangat penting bagi PKn.

Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan gagasan dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran interaktif. Keberhasilan pembelajaran demokrasi dalam PKn sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni:
- - - -

Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu guru perlu mempertimbangkan sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep demokrasi misalnya, seorang guru dapat membuka dahulu dokumen standar isi, misalnya, Kelas II Semester 2 tentang sikap demokratis, sebagai berikut.
Stndar Kompetensi 3. Menampilkan sikap demokratis Kompetensi Dasar 3.1 Mengenal kegiatan bermusyawarah 3.2 Menghargai suara terbanyak (mayoritas) 3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan

Menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain Berpikir kreatif Menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-masalah bersama Berusaha menerapkan solusi-solusi tersebut

Veldhuis (1998) mengemukakan bahwa kemampuan dasar yang sering disebut pula minimal package ditentukan oleh: (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2)
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

113

isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda publik yang penting. Kemampuan dasar untuk Pendidikan Kewarganegaraan yang demokratis dirinci menurut empat aspek sbb.:
I. Pengetahuan (Knowledge) meliputi: q Konsep demokrasi q Konsep kewarganegaraan demokratis q Memfungsikan demokrasi (termasuk masyarakat sipil) q Pengaruh masyarakat pada individu q Pengambilan keputusan politik dan pembuatan undang-undang q Hak-hak dan kewajiban warga negara q Peran partai politik dan kelompok kepentingan q Pilihan untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan q Bagaimana mempengaruhi pembuatan kebijakan q Masalah-masalah politik saat ini Sikap/Pendapat (Attitudes/Opinions) q Perhatian terhadap persoalan sosial dan politik q Identitas nasional q Menghormati demokrasi q Menuju warga negara yang demokratis q Kepercayaan politik (political confidence) q Kemanjuran politik (political efficacy)
q q q q q q

II.

III.

IV.

Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills) q Mengumpulkan dan menyerap informasi politik melalui beragam media q Pendekatan kritis terhadap informasi, kebijakan, dan berita q Keterampilan berkomunikasi (dapat mengemukakan alasan, berargumen, dan mentakan pandangan q Menjelaskan proses, institusi, fungsi, tujuan, dll. q Mengambil jalan penyelesaian konflik tanpa kekerasan q Mengambil tanggung jawab q Kecakapan menilai q Membuat pilihan, mengambil posisi Keterampilan berpartisipasi (Participatory Skills) q Mempengaruhi kebijakan dan keputusan (membuat petisi dan lobi) q Membangun koalisi dan bekerja sama dengan organisasi q Ambil bagian dalam diskusi politik q Partisipasi dalam proses sosial dan politik (anggota partai politik, kelompok kepentingan, voting, menulis surat kepada pejabat, demonstrasi, dll.

Disiplin pribadi Loyalitas Toleransi dan mengenali prasangka sendiri Menghormati orang lain Menghagai peradaban bangsa Nilai-nilai perjuangan bangsa

Kemampuan dasar yang diuraikan oleh Veldhuis di atas, tentu saja berupa kemampuan yang bersifat umum sesuai dengan tuntutan struktur keilmuan dan tidak semuanya 114
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

relevan untuk kemampuan siswa di SD/MI. Oleh karena itu, untuk mencapai target standar kompetensi sebagaimana dituntut oleh standar isi, guru perlu mengemasnya sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan lingkungan siswa setempat. Penyelenggaraan program pembelajaran demokrasi melalui pendidikan kewarganegaraan memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat variabel yang terkait sangat luas dan kompleks. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni: I. Situasi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi: Jenis sekolah Jenis pendidikan Masyarakat tetangga Kelompok kepentingan Partai politik Asosiasi atau perkumpulan di masyarakat

II. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik yang meliputi: Karakteristik individu, seperti usia dan jenis kelamin Karakteristik sosial individu, status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan), tempat tinggal (perkotaan/ perdesaan) Karakteristik budaya: tingkat pendidikan, nasionalitas, sejarah, agama, etnis.

Dengan memperhatikan dimensi isi atau materi dan faktor pengaruh lain dalam pembelajaran, seperti lingkungan dan karakteristik siswa, maka proses pembelajaran demokrasi dapat disusun menurut model yang layak. Berikut ini akan disajikan salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru di kelas. Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses pembelajaran demokrasi, sebagai berikut: Pertama, Merumuskan tujuan Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari Keempat, Memecahkan masalah Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Untuk mengembangkan proses pembelajaran menggunakan langkah pembelajaran di atas, perhatikanlah contoh berikut ini. Pokok bahasan yang dikembangkan secara acak diambil dari kemampuan dasar (core competencies) dimensi III Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills):
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

115

Sikap bertanggung jawab.


Tema yang dipilih dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Darimana memperoleh tanggung jawab itu? Pertama, Merumuskan tujuan. Dalam pembelajaran para siswa akan belajar bagaimana orang memperoleh tanggung jawab. Kamu akan belajar bahwa ada manfaat yang dapat diperoleh ketika melaksanakan tanggung jawab. Kamu juga belajar bahwa tanggung jawab yang tidak dilaksanakan dapat menimbulkan sanksi/hukuman. Ketika Kamu menyelesaikan pelajaran ini Kamu hendaknya dapat menjelaskan sumbersumber tanggung jawab. Kamu hendaknya dapat mengidentifikasi sejumlah manfaat dalam melaksanakan tanggung jawab. Kamu juga hendaknya dapat mengidentifikasi beberapa sanksi bagi orang yang tidak melaksanakan tanggung jawab. Kedua, Menyajikan kata-kata kunci (istilah) yang perlu diketahui Kewajiban Tanggung jawab Tugas Prinsip-prinsip berkewarganegaraan Kebiasaan Pinsip-prinsip moral Pekerjaan

Ketiga, Ide-ide yang perlu dipelajari Apa saja sumber tanggung jawab itu? Tahukah Kamu bagaimana memperoleh suatu tanggung jawab? Ada sejumlah cara orang memperoleh tanggung jawab. Kita dapat saja menamai sumber tanggung jawab ini. Sejumlah sumber dapat digambarkan sebagai berikut. Kewajiban: sesuatu yang seseorang harus lakukan. Apakah kewajiban kamu hari ini?

Tanggung jawab: kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu. Apa tanggung jawab kamu sebagai pelajar? Janji: Ketika kamu membuat janji kepada orang lain, kamu biasanya bertanggung jawab, berbuat sesuai dengan kata-kata yang telah diucapkan. Janji apa yang telah kamu buat dan apa tanggung jawab kamu? 116
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tugas: Kadang-kadang seseorang diberi tanggung jawab oleh orang lain. Apakah tanggung jawab yang ditugaskan kepadamu oleh gurumu. Pekerjaan: Setiap pekerjaan mengakibatkan tanggung jawab. Pertimbangkan pekerjaan yang menarik menurut kamu. Apakah tanggung jawabnya? Aturan dan hukum: Aturan dan hukum menempatkan tanggung jawab pada seseorang. Apakah peraturan lalulintas yang mengakibatkan tanggung jawab pada anda? Kebiasaan: Kebiasaan adalah sejumlah cara berprilaku yang diharapkan dari seseorang di masyarakat. Kebiasaan menuntut tanggung jawab pada seseorang. Apa saja tanggung jawab yang kamu peroleh dari kebiasaan? Prinsip kewarganegaraan: Menjadi warga negara dari suatu negara, dan bangsa menimbulkan tanggung jawab tertentu. Apakah tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang warga negara? Prinsip-prinsip moral: Prinsip moral merupakan keyakinan tentang cara-cara yang benar dan salah untuk berprilaku. Apakah tanggung jawab yang berasal dari pemikiranmu tentang cara-cara yang benar dan salah untuk berperilaku? Kamu akan menemukan bahwa banyak tanggung jawab yang diperoleh dari satu sumber. Sebagai contoh, orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memelihara anak-anaknya. Tanggung jawab ini berasal dari perjanjian, hukum, kebiasaan, dan prinsip-prinsip moral.

Keempat, Memecahkan masalah Dapatkah kamu mengenali sumber tanggung jawab? Bacalah setiap situasi berikut. Bekerjalah dengan teman untuk menjawab pertanyaan di akhir kegiatan pembelajaran ini. 1. Usman, Santi dan Alfin sedang berjalan pulang dari sekolah menuju ke rumah. Mereka melihat seorang yang telah tua renta bertongkat menunggu di pinggir jalan untuk menyeberang jalan. Di jalan sangat ramai dengan kendaraan. Walaupun di sana ada lampu penyeberangan namun orang tua tesebut nampak ketakutan. Anakanak berbincang-bincang tentang orang tua yang perlu pertolongan tersebut dan kemudian memutuskan untuk membantu orang tua tersebut menyeberang jalan. Orang tua tersebut berterima kasih kepada anak-anak atas pertolongannya. 2. Pak Burhan adalah seorang yang sudah berusia lanjut sehingga ia tidak dapat lagi membersihkan rumah sendiri. Setiap seminggu sekali, Pak Burhan membayar Adi dan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

117

Susi untuk membersihkan lantai, membuang sampah, dan pergi ke pasar. Susi biasa bekerja penuh dan baik sedangkan Adi mengerjakan tugasnya hanya setengahnya. 3. Orang di wilayah Barat kota kecamatan memilih Pak Rusdi untuk mewakili masyarakat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dewan harus memutuskan apakah akan menggunakan dana pajak untuk membangun taman di luar kota. Pak Rusdi mengetahui bahwa masyarakat, khususnya tetangganya memerlukan taman. Ia juga tahu bahwa masyarakat di wilayah Barat kota kecamatan tidak ingin pajak mereka digunakan untuk membayar pembuatan taman. Kelima, Terapkan kemampuan yang telah dikuasai Berilah jawaban dan penjelasan berdasarkan situasi yang telah diuraikan di atas: Siapa yang memiliki tanggung jawab pada tiga situasi di atas? Apakah tanggung jawab itu? Kepada siapa setiap tanggung jawab itu didasarkan? Apakah sumber dari setiap tanggung jawab? Mengapa penting melaksanakan setiap tanggung jawab?

Apakah hikmah yang dapat diperoleh ketika kamu melaksanakan tanggung jawab? Biasanya ada saja hikmah yang dapat diperoleh ketika kita melaksanakan tanggung jawab. Apabila kamu menjalankan tugas di rumah, kamu mungkin memperoleh uang jajan dari orang tua. Apabila kamu hadir di kelas setiap hari tanpa absen dalam setahun mungkin kamu mendapat hadiah atau nilai bagus dari guru. Bentuk hikmah lain yang kamu rasakan adalah bahwa kamu percaya diri sebagai orang yang baik.
q

Hadiah apakah yang diperoleh siswa ketika mereka selesai mengerjakan pekerjaan rumah?

Ketika anda mengerjakan pekerjaan rumah, guru anda mengucapkan terima kasih atas tanggung jawab anda. Apabila anda mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik, mungkin anda mendapat nilai yang baik. Hal ini membuat orang tua anda senang dan demikian pula perasaan anda.

Untuk memberikan latihan kepada peserta didik, guru dapat menyajikan tabel isian seperti di bawah ini.

118

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Hukuman apakah yang diterima siswa ketika mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah?

....................................................................................................................... ............................................... ....................................................................................................................... ..................................................

Terkadang kita gagal melaksanakan tanggung jawab. Manakala hal ini terjadi, kita mungkin menerima hukuman. Apabila kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, maka kamu tidak akan memperoleh nilai tugas. Apabila sopir bis tidak mentaati peraturan (rambu-rambu lalulintas) ia dapat dikenai denda. Jenis hukuman lain adalah bagaimana kita memikirkan diri sendiri, atau bagaimana orang lain memikirkan kita, apabila kita tidak melaksanakan tanggung jawab. Untuk memperkuat pemahamanmu tentang tanggung jawab ini, perhatikan lagi contoh di bawah ini!
q

Mengapa melaksanakan tanggung jawab, seperti membayar utang itu penting?

Anda meminjam uang seribu rupiah dari teman anda. Ketika anda tidak mengembalikan uang tepat pada waktunya, teman anda mungkin berpikir bahwa anda tidak dapat dipercaya. Teman anda tidak akan meminjamkan uang lagi di kemudian hari. Juga ketika anda gagal melaksanakan tanggung jawab, anda mungkin merasa bahwa diri anda tidak baik.

Model proses pembelajaran di atas masih dapat dikembangkan dengan langkah memecahkan masalah selanjutnya, yakni dengan cara menyajikan suatu cerita sederhana dan selanjutnya mengisi Tabel: Tanggung jawab. Pertanyaan: Dapatkah kamu mengidentifikasi hadiah atau hukuman dalam cerita berikut ini? Pertama-tama, bacalah cerita Piknik Keluarga. Kemudian isilah kolom-kolom dalam tabel di bawahnya bersama temanmu. 1. Setelah selesai belajar di sekolah pada hari Sabtu, Tati bergegas pulang ke rumah untuk
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

119

2. 3. 4. 5. 6.

membantu ibunya mempersiapkan makanan untuk piknik yang telah direncanakan oleh keluarga pada hari Minggu. Tati membantu mempersiapkan kue-kue. Saudara laki-laki Tati, Arman bertugas mempersiapkan peralatan piknik. Ibunya mengatakan kepada Arman untuk meyakinkan agar membawa piring secukupnya, gelas, pisau, sindok untuk seluruh keluarga. Ayah Tati biasanya mempersiapkan peralatan tenda namun ia pasti pulang terlambat pada hari Sabtu karena harus menyelesaikan pekerjaan kantor. Ia mengatakan bahwa akan menyediakan peralatan tenda dan kendaraan pada Minggu pagi. Pada hari Minggu pagi seluruh keluarga sudah siap berangkat piknik di pinggiran danau. Mereka memilih tempat di sekitar daerah yang disediakan untuk piknik. Segera setelah mendirikan tenda dan menghamparkan tikar, Ayah Tati menyalakan radio untuk mendengarkan berita. Mereka mendengar cerita tentang bagaimana sekelompok orang memberikan suaranya dalam suatu pemilihan umum. Setelah makan, bermain, joging, setiap orang bersiap-siap untuk pulang. Mereka membereskan peralatan, membersihkan sampah dari tempat piknik tesebut.
Cerita 1

Tabel Tanggung jawab

1. Siapa yang bertanggung jawab? 2. Apakah tanggung jawabnya? 3. Kepada siapa ia bertanggung jawab? 4. Apakah sumber tanggung jawab? 5. Apakah hikmah dari tanggung jawab itu?

6. Apakah hukumannya bila tidak melaksanakan tanggung jawab?

Manfaatkan apa yang kamu ketahui!


1. Lihatlah salah satu program televisi favorit Anda. Pilihlah satu atau beberapa contoh program televisi yang menayangkan orang yang memiliki tanggung jawab. Bersiaplah untuk menjelaskan tanggung jawab terhadap kelas anda dan menceriterakan apakah orang tersebut melaksanakan tanggung jawab. Apakah sumber tanggung jawab itu? Apakah hadiah atau hukuman yang mereka terima dari pelaksanaan tanggung jawab tersebut? 2. Tulislah cerita pendek tentang seseorang yang melaksanakan suatu tanggung jawab. Ceritakan apa yang terjadi karena orang tersebut tidak melaksanakan apa yang seharusnya ia lakukan. Jelaskan mengapa anda memikirkan seseorang yang 120
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tugas di atas dapat disampaikan kepada para siswa Anda, setelah semua siswa belajar tentang hal-hal atau aspek-aspek serta contoh-contoh yang berkaitan dengan masalah tanggung jawab. Bagaimana menurut pendapat anda, apakah proses pembelajaran tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan di kelas Anda? Baiklah, sebagai latihan, Anda dipersilakan memilih salah satu pokok bahasan dari GBPP PKn. Untuk latihan tersebut berikut ini telah ditentukan pokok bahasan yang harus dikembangkan adalah Otoritas. Silakan Anda bekerja bersama teman mahasiswa lain. Bentuklah kelompok agar Anda dapat bertukar pikiran. Baiklah, untuk memandu dan mempermudah pekerjaanmu, berikut ini disajikan panduan inkuiri untuk pengerjaan latihan. 1. Tentukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah otoritas itu? Apakah perbedaan antara otoritas dan kekuasaan?

melakukan suatu tanggung jawab?

2. Rumuskan tujuan 3. Tentukan dan jelaskan kata-kata kunci. 4. Pecahkan masalah berikut, misalnya: Dapatkah anda mengidentifikasi, siapakah yang menggunakan kekuasaan? Kemukakan beberapa kasus yang mengandung aspek kekuasaan dan siapa? 5. Buatlah tabel untuk menerapkan keterampilan
Siapakah yang Menggunakan Kekuasaan? Nama Pelaku Bertindak atas kekuasaan dirinya

Bertindak karena Orang lain mempunyai kekuasaan

Apabila Anda telah selesai mengerjakan petunjuk di atas, maka tugas selanjutnya adalah menentukan jenis inkuiri untuk pekerjaan rumah.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

121

Rangkuman
Pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya mampu memberikan perubahan pada diri siswa baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk mengubah kemampuan itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti melalui pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan, percontohan. Model-model pembelajaran ini sangat cocok untuk siswa di SD/MI karena mengandung unsur-unsur proses pembelajaran yang baik.

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Kegiatan pembelajaran ini termasuk pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan; (2) keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan; (3) guru lebih berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis; (4) menerapkan pola komunikasi banyak arah; (5) suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan; (6) potensial dapat menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring lebih efektif; (7) dapat digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/ ruangan. Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah. Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ada sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas, seperti: (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2) isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda publik. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni: (1) Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung dan (2) Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik.

Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses pembelajaran PKn sebagai pembelajaarn demokrasi, adalah: (1) Merumuskan tujuan; (2) Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui; (3) Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari; (4) Memecahkan masalah; dan (5) Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

122

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Pembelajaran PKn bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan kepada para siswa melainkan pembelajaran yang kompleks karena mengandung domain yang utuh, yang mencakup tiga domain, yakni mencakup... kecuali: A. kognitif B. afektif C. perilaku D. kepribadian

2. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Bentuk pembelajarannya berupa .... A. kegiatan klasikal B. kegiatan kelompok C. kegiatan perorangan D. adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan 3. Kegiatan pembelajaran berciri pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut, kecuali: A. keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan B. menggunakan satu metode secara berulang C. menerapkan pola komunikasi banyak arah D. guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis 4. Model pembelajaran curah pendapat dapat dikelompokkan sebagai ..... A. model berbagi informasi B. model belajar melalui pengalaman C. model pemecahan masalah D. model bermain sambil belajar 5. Model pembelajaran bermain peran dapat dikelompokkan sebagai ..... A. model berbagi informasi B. model belajar melalui pengalaman C. model pemecahan masalah D. model bermain sambil belajar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

123

6. Model pembelajaran konferensi dapat dikelompokkan sebagai ..... A. model berbagi informasi B. model belajar melalui pengalaman C. model pemecahan masalah D. model bermain sambil belajar 7. Fase pertama dari model pembelajaran langsung adalah .... A. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa B. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan C. Membimbing pelatihan D. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

8. Fase terakhir dari model pembelajaran kooperatif adalah ... A. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kelompok belajar B. Membimbing kelompok bekerja dan belajar C. Evaluasi D. Memberikan penghargaan 9. Fase pertama dari model pembelajaran berbasis masalah adalah .... A. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. B. Orientasi siswa pada masalah. C. Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok. D. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

10. Dibawah ini yang termasuk indikator pendekatan inkuiri menurut John Dewey adalah ..... A. Berpikir kritis B. Berpikir kreatif C. Berpikir induktif D. Berpikir deduktif

124

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Jumlah jawaban Anda yang benar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

125

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 :
1. B 2. D 3. A 4. D 5. A 6. B 7. C 8. C 9. B 10. D awal proses penyusunan desain pembelajaran guru hendaknya mendahulukan siswa Skilbeck sumber-sumber bahan pelajaran tuntutan dan tantangan sistem pendidikan perubahan prestasi belajar siswa siswa kesejahteraan guru ethos sekolah rendahnya sumber pelajaran yang diperlukan

Tes Formatif 2

1. D kepribadian 2. D adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan 3. B menggunakan satu metode secara berulang 4. C model pemecahan masalah 5. B model belajar melalui pengalaman 6. A model berbagi informasi 7. A Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 8. D Memberikan penghargaan 9. B Orientasi siswa pada masalah. 10. B Berpikir kreatif

126

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

127

128

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDAHULUAN
Modul tentang metode pembelajaran PKn ini merupakan bagian dari pengembangan kurikulum pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada modul sebelumnya, tentu Anda telah memahami bagaimana mengembangkan desain pembelajaran PKn. Anda pun telah mengenal apa saja unsur-unsur kurikulum sebagai bagian dari pengembangan desain pembelajaran. Masih ingatkah, apa saja unsur-unsur kurikulum itu? Tepat sekali, bahwa sedikitnya ada empat unsur kurikulum, yakni tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Empat unsur ini seyogianya dipahami oleh guru kelas di jenjang MI dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dengan memahami unsur-unsur kurikulum dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran PKn, diharapkan Anda sebagai calon guru atau guru Madrasah Ibtidaiyah mampu melaksanakan proses pembelajaran PKn secara benar sesuai dengan tuntutan standar nasional pendidikan. Modul ini memfokuskan pada pengembangan metode pembelajaran sebagai salah satu unsur kurikulum dalam pembelajaran PKn Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan salah satu kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal tentang kompetensi guru kelas SD/MI. Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran PKn yang layak dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang akan datang. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. memahami metode pembelajaran PKn 2. memahami perbedaan antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran PKn 3. mengembangkan metode pembelajaran afektif dalam PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan/atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan pembelajaran PKn MI yang layak dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa MI. Pentingnya calon sarjana maupun calon
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

129

guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan metode pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan, dan menerapkan berbagai metode pembelajaran tersebut secara terintegrasi. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Strategi dan metode pembelajaran PKn 2. Metode pembelajaran afektif dalam PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan mengembangkan strategi dan metode pembelajaran PKn di MI. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas.

130

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Strategi dan Metode Pembelajaran PKn


Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah memahami pentingnya penguasaan metode pembelajaran PKn bagi guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas tentang pengertian, ruang lingkup, tujuan, penerapan, dan penyesuaian metode pembelajaran dengan kebutuhan, karakteristik, dan konteks kehidupan peserta didik di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa saja metode pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkannya. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu dalam melaksanakan tugas merencanakan pembelajaran serta melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa strategi dan metode pembelajaran itu? Apa perbedaannya dengan pendekatan dan teknik?
Empat istilah yang sering digunakan dalam proses pembelajaran ini seringkali digunakan saling bertukar makna dan fungsi. Tidak hanya dalam tataran praktis melainkan dalam tataran teoritik, empat istilah ini diartikan saling bertukar makna (overlaping), bahkan ada pula yang menyamakan artinya. Untuk kepentingan analisis, dipandang perlu kita bedakan agar dapat mempermudah penggunaannya, meskipun pada akhirnya tergantung pada kesepakatan. Dalam modul ini, istilah pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu (a way of viewing), cara mendekati suatu persoalan/fenomena/proses. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan berarti cara mendekati suatu persoalan, objek, dan unsurunsur pembelajaran, antara lain siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, agar siswa mau dan mampu berkomunikasi atau berbicara dalam suatu diskusi, maka seorang guru dapat berupaya mendekati siswa dengan mengggali informasi tentang apa yang menjadi kesenangan, hobi, harapan, dan cita-cita siswa tersebut. Selanjutnya,
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

131

guru berupaya mencari cara yang dapat merangsang/mendorong siswa berbicara, menumbuhkan minat/perhatian dengan media stimulus, seperti gambar, cerita, film, pemodelan, percontohan, kasus, dan sebagainya. Dalam konteks ini, strategi dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai suatu target (a way of achieving target). Dalam konteks pembelajaran, strategi berarti cara mencapai suatu target pembelajaran. Metode pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam mencapai target (a way of handling). Dengan demikian, maknanya hampir sama dengan makna strategi sehingga penggunaan istilah ini seringkali tumpang tindih. Namun, pengertian metode dalam modul ini lebih spesifik karena lebih menekankan pada upaya mengatasi masalah dalam proses mencapai target. Sedangkan teknik berarti cara melakukan sesuatu secara lebih khusus lagi (a way of tackling). Misalnya, bagaimana agar perhatian siswa dalam proses pembelajaran tetap terjaga, maka ketika guru bertanya, sampaikanlah pertanyaan tersebut kepada seluruh kelas terlebih dahulu, kemudian bila tidak ada yang menjawab, barulah guru menyebut nama siswa untuk menjawab pertanyaan guru. Teknik bertanya yang baik tidak diawali dengan menyebut dahulu nama siswa. Dalam modul ini, penggunaan istilah strategi dan metode bermakna saling tumpang tindih. Oleh karena itu, dalam modul ini untuk mengidentifikasi metode pembelajaran digunakan pula istilah strategi. Sebelum membahas strategi dan metode pembelajaran, pembahasan akan diawali dengan uraian pendekatan PKn.

Apa pendekatan pembelajaran PKn itu?


Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen pendekatan harus selalu dilakukan oleh semua praktisi pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu adalah pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran PKn dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan isi (content based curriculum) ke arah yang lebih menekankan pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang telah bergeser pada inovasi yang lebih terkini, yakni pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum). Gagasan ini dimaksudkan agar melalui pendidikan kewarganegaraan dapat terbentuk warga negara yang lebih mandiri dalam memahami dan mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang terbaik bagi dirinya, lingkungan serta masyarakatnya. Kemampuan ini telah dirangkum menjadi tiga sasaran pembelajaran PKn yang dikenal pula sebagai orientasi tujuan pembelajaran PKn untuk pembentukan warga negara yang demokratis, ialah membentuk warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen), partisipatif (participative citizen), dan bertanggung jawab (responsible citizen).

Penekanan pada proses dan kompetensi akan lebih menjanjikan keberhasilan daripada yang menekankan hanya pada hasil. Oleh karena itu, keterampilan bagi warga negara dalam membuat atau mengambil keputusan perlu dilatihkan secara terus menerus 132
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

agar warga negara memiliki keterampilan dalam mengembangkan berbagai alternatif untuk sampai pada pembuatan keputusan yang tepat.

Untuk itu pendekatan-pendekatan yang bersifat desentralisasi atau pemberian hak kewenangan kepada guru dalam kerangka otonomi pendidikan sangat baik bagi sekolah sebagai satuan pendidikan maupun individu guru. Hal ini sudah seharusnya dilaksanakan, dalam semua mata pelajaran dan secara khusus dalam pendidikan kewarganegaraan. Kondisi semacam itu, harus pula diciptakan di lingkungan masyarakat sehingga tidak terjadi kesenjangan penerapan nilai-nilai dan moral antara apa yang disampaikan di sekolah dengan apa yang terjadi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sebagaimana terjadi dewasa ini. Penekanan perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, terutama menyangkut pendekatan dalam pembelajaran PKn pada skala mikro maupun pendekatan PKn dalam arti yang lebih luas. Pendekatan pembelajaran PKn seyogianya sejalan dengan tujuan PKn yakni membangun siswa sebagai warga negara yang baik dan cerdas secara intelektual, emosional, sosial, spiritual, mau bertanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Turner dkk (1990) mengidentifikasi pendekatan pembelajaran PKn sebagai berikut: audiovisual materials, case studies, community resourse persons, cooperative learning, debates, polls, interviews, dan surveys, mock trials, role plays and simulations, writing letters to public officials. Apa dan bagaimana pendekatan pembelajaran tersebut, berikut ini uraiannya.

1. Pendekatan sumber belajar audio-visual Bahan-bahan materi pembelajaran berupa audiovisual meliputi berbagai ragam film, filmstrips, videotape, slide, video camera, cassette recording, compact disk, DVD dan lainlain. Saat ini, bahan-bahan audiovisual sudah banyak yang diproduksi baik oleh suatu perusahaan, instansi pemerintah maupun pribadi. Dengan perkembangan teknologi camera, para guru dapat mengembangkan sendiri sumber pembelajaran audiovisual untuk PKn dengan cara merekam berbagai peristiwa politik, hukum, dan kewarganegaraan yang penting untuk pembelajaran di kelas. Bahan materi audiovisual merupakan pendekatan yang menarik dan efisien dalam menyampaikan informasi. Presentasi menggunakan audiovisual dapat menyederhanakan gagasan atau informasi yang abstrak menjadi konkret/nyata sehingga mudah diserap oleh siswa. Materi audiovisual juga merupakan pendekatan yang memfokuskan pada topik atau konsep tertentu untuk mendukung keterampilan siswa dalam melakukan observasi dan menganalisis suatu masalah. Dengan pendekatan pembelajaran audiovisual yang diselenggarakan oleh guru, maka siswa yang merasa kesulitan membaca buku teks dapat terbantu.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

133

2. Pendekatan Studi Kasus Pendekatan studi kasus merupakan pendekatan yang menyajikan kejadian situasi konflik atau dilema. Siswa menganalisis masalah berdasarkan fakta kasus untuk menghasilkan keputusan menurut langkah-langkah secara bertahap serta mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil tersebut.

Studi kasus mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, menetapkan komponenkomponen yang dianggap penting dalam situasi; menganalisis, menyimpulkan, dan membandingkan serta mempertentangkan komponen-komponen tersebut; dan membuat penilaian terhadap kasus tersebut. Singkatnya, siswa melaksanakan semua jenjang berpikir dari tingkatan yang paling sederhana (recall) hingga tingkatan yang paling tinggi (evaluation). 3. Pendekatan nara sumber masyarakat Setiap komunitas masyarakat memiliki nara sumber yang dapat dihadirkan di kelas untuk berbagi pengetahuan/informasi yang terkait dengan politik, ekonomi, hukum, atau masalah-masalah internasional. Nara sumber yang dapat dihadirkan di kelas adalah juru kampanye, calon pemimpin, pejabat yang bekerja pada institusi pemerintahan, polisi, guru besar ilmu politik atau ekonomi, pimpinan perusahaan, dan lain-lain.

Nara sumber biasanya adalah orang yang berpengetahuan dan pandangan luas yang akan memperkaya mata pelajaran. Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan politik, misalnya, seseorang tidak selalu harus membaca buku. Mengundang ahli politik ke kelas akan lebih menarik bagi siswa untuk meningkatkan kompetensi tentang politik. Dengan menambah pengetahuan melalui nara sumber, pendekatan ini akan membantu siswa mengaitkan proses politik secara teoritis dengan kehidupan nyata dan sekaligus mengenal bagaimana mesin politik itu bekerja di masyarakat. 4. Pendekatan Cooperative Learning Pendekatan cooperative learning dimaksudkan untuk mendorong siswa bekerja sama dalam sebuah tim sesuai dengan tujuan yang telah disepakati. Setiap anggota kelompok atau tim diberi tugas khusus yang harus diselesaikan. Siswa dijanjikan akan diberi hadiah seperti nilai (point) tambahan bila mau dan mampu membantu anggota lain dalam menyelesaikan pekerjaan tim. Penilaian didasarkan atas hasil pekerjaan tim, bukan pekerjaan individual meskipun ada pula nilai khusus untuk individu. Pendekatan cooperative learning mendorong siswa agar terlibat dalam belajar mandiri. Bekerja dalam kelompok memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam kemampuan akademik dan sekaligus sosial (academic and social skills). Dengan belajar dalam kelompok diharapkan siswa akan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, mau mendengar pendapat orang lain, mampu menyelesaikan konflik, dan mampu 134
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

menjelaskan masalah serta solusinya. Keterampilan sosial (social skills) dimaksudkan pula untuk melatih siswa mau mendengarkan gagasan anggota lain dalam kelompok, berkompromi, bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap sikap dan perbuatan yang pernah dilakukannya. 5. Pendekatan Debat Debat merupakan cara pengungkapan atau pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai sesuatu hal dengan saling memberi argumen untuk mempertahankan argumen masing-maisng yang telah berlangsung selama berabad-abad. Sebagai pendekatan pembelajaran, debat merupakan cara klasik bagi guru untuk mendorong siswa agar memiliki kemampuan berargumen sesuai dengan posisinya. Peserta debat dalam proses pembelajaran di kelas dapat memilih posisi dan topik debat. Tujuan peserta debat adalah untuk meyakinkan lawannnya bahwa posisi dirinya yang benar atau yang paling meyakinkan. Oleh karena itu, seorang pendebat berupaya mengembangkan argumenargumen dan pernyataan sesuai posisinya dengan melawan argumen-argumen dari lawan baik secara perseorangan maupun tim/kelompok. Pendekatan pembelajaran debat memberi kesempatan kepada siswa untuk meneliti dan mengartikulasikan argumen secara jelas dan logis agar tercapai simpulan yang rasional. Debat yang baik memerlukan kemampuan dan pengetahuan yang luas hasil kajian reflektif, berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Para siswa yang tidak terlibat langsung dalam proses debat masih dapat berpartisipasi dalam proses belajar seperti mendengarkan informasi (mungkin) baru/aktual, menilai argumenargumen yang dikemukakan peserta debat, menilai kualitas penyajiannya, dan membuat keputusan atau simpulan alternatif. 6. Pendekatan pemungutan suara, wawancara, dan survey Pemungutan suara, wawancara, dan survey merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengumpulkan data primer dan informasi dari tangan pertama (firsthand) tentang pandangan atau pendapat kelompok masyarakat. Kegiatan pembelajaran ini sangat efektif untuk mengeksplorasi ranah perasaan (afektif) tentang isu atau tentang peran seseorang dalam proses politik. Sebagai strategi pembelajaran, pemungutan suara, wawancara, dan survey merupakan cara yang bermanfaat untuk mengumpulkan data faktual tentang bidang kajian tertentu.

Menerapkan pendekatan pemungutan suara, wawancara, dna survey memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan sejumlah keterampilan berpikir kritis. Mampu mengajukan pertanyaan merupakan suatu keterampilan bagi siswa dalam berkomunikasi, mengumpulkan informasi, dan menilai data. Selain itu, pendekatan ini dapat melatih para siswa untuk menumbuhkan kesadarannya terhadap lingkungan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

135

hidup. Melalui kegiatan berinteraksi dengan teman, tetangga, dan anggota masyarakat lain, siswa dapat belajar banyak tentang bagaimana warga negara berpikir dan untuk mengetahui apakah mereka mengetahui pemerintah, politik, hukum, ekonomi, dan sistem kehidupan internasional. 7. Pendekatan pengadilan tiruan (Mock trials) Pendekatan pengadilan tiruan sebenarnya merupakan simulasi proses peradilan yang diperankan oleh siswa. Melalui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses peradilan yang dimulai oleh proses penuntutan oleh jaksa, proses pembelaan oleh pengacara dan pembuktian dengan alat bukti serta mendatangkan dan mendengarkan keterangan saksi sampai proses pengambilan putusan oleh hakim. Isu atau kasus pelanggaran hukum yang dibahas dapat dipilih dari peristiwa nyata atau rekaan. Pendekatan pengadilan tiruan merupakan pendekatan yang bermanfaat karena dapat membantu siswa mengembangkan pertanyaan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan keterampilan berkomunikasi dengan benar. Dengan pendekatan ini pun para siswa akan memperoleh pengetahuan tentang hukum dan pengalaman langsung tentang tentang proses peradilan, terutama peran dari masingmasing perangkat pengadilan seperti peran jaksa, pengacara, hakim, panitera bahkan terdakwa.

8. Pendekatan bermain peran dan simulasi Bermain peran merupakan pendekatan yang memfasilitasi siswa berperan dalam melakukan perbuatan atau perilaku orang yang dipersepsikan orang lain itu berbicara dan melakukan sesuai dengan peran dan situasinya. Esensi bermain peran adalah orang yang memiliki keyakinan dan bagaimana mereka menjawab. Misalnya, sekelompok siswa mungkin memerankan tindakan yang dilakukan oleh seorang Presiden atau Menteri atau para pahlawan. Oleh karena itu, bermain peran merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk mengeksplorasi perilaku politik karena mereka membantu siswa memahami pentingnya individu dalam proses politik.

Simulasi termasuk bermain peran tetapi situasinya terstruktur sehingga lebih mendekati kejadian yang sebenarnya. Para siswa dapat mensimulasikan tentang kegiatan rapat di badan legislatif, proses dengar pendapat, rapat komisi, atau interaksi di lingkungan birokrasi. 9. Pendekatan menulis surat kepada pejabat publik Menulis surat kepada pejabat publik merupakan salah satu cara dalam partisipasi politik. Surat untuk pimpinan pemerintahan banyak menyerupai surat bisnis. Aturan penulisan surat tentu perlu diterapkan. Surat yang ditulis seyogianya berisi pesan yang 136
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

dapat dipertanggungjawabkan misalnya hasil penelitian, dikembangkan secara logis, dan ditulis secara jelas.

Dalam sistem pemerintahan demokrasi perwakilan, para siswa harus berpartisipasi dalam proses politik sebanyak mungkin. Berkomunikasi dengan pejabat publik melalui surat merupakan cara bagi siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang berbagai isu. Sebaliknya, aktifitas ini membantu pejabat publik menjaga hubungan dengan konstituennya dna melaksanakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Partisipasi dalam sistem pemerintahan demokrasi hendaknya dapat membantu siswa untuk percaya diri. Oleh karena itu, para siswa diberi latihan praktek mengembangkan keterampilan ang terkait dengan cara menganalisis berbagai isu, membangun opini, dan mengkomunikasikan gagasan dalam bentuk tulisan. Demikianlah sejumlah pendekatan pembelajaran PKn yang dapat dipilih oleh guru berdasarkan pertimbangan karakteristik siswa, lingkungan sekolah, sarana, prasarana, dan kemampuan guru.

Sebagai latihan, coba Anda pilih salah satu kelas latihan. Perhatikan karakteristik siswa, lingkungan belajar, kondisi sekolah. Kemudian pikirkan dan pertimbangkan, pendekatan apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Sebaiknya Anda bekerja secara kelompok agar Anda dapat berdiskusi.

Selanjutnya, mari kita kaji bersama uraian tentang strategi dan metode pembelajaran PKn. Ada beberapa jenis strategi dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn sebagai berikut. 1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis ini meliputi: gambaran ikhtisar terstruktur (structured overview), ceramah (lecture), demonstrasi, membandingkan dan mengontraskan/mempertentangkan (compare and contrast). Secara umum, pembelajaran langsung ini menggunakan pendekatan ekspositori, bersifat satu arah, dan peran guru sangat dominan. Metode pembelajaran langsung ini sangat efektif apabila digunakan oleh seorang guru yang memiliki bakat sebagai orator. Berikut ini adalah metode pembelajaran compare and contrast sebagai salah satu metode pembelajaran langsung.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

137

Apakah metode pembandingan dan pengontrasan itu?


Metode pembandingan dan pengontrasan digunakan untuk menandai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam metode ini ada tindakan pengelompokan. Sebenarnya selain dikelompokkan kedalam pembelaajran langsung, metode ini dapat pula dimasukkan ke dalam metode pembelqajaran tidak langsung karena ada tuntutan yang mengajak siswa untuk bersama-sama mengelompokkan istilah, kosa kata, dan ciriciri dari kata kunci suatu konsep. Tujuannya adalah membantu siswa membedakan antara berbagai jenis gagasan atau kelompok gagasan konseptual. Dalam pembelajaran PKn, tentu saja banyak jenis konsep yang abstrak sehingga memerlukan penjelasan dan untuk memahami konsep tersebut perlu ada pembandingan dan pengontrasan agar mudah dipahami oleh siswa.

2. Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction) Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn interaktif meliputi: debat, bermain peran (role playing), curah pendapat (brainstorming), diskusi, kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups), jigsaw, pemecahan masalah, kelompok tutorial, wawancara, dan konferensi. Secara umum, pembelajaran interaktif ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran interaktif sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah. a. Debat Apakah debat itu?

Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak (individu atau tim atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan dan/atau menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan. Langkah dan aturan main debat bermacammacam tergantung pada tempat dan peserta. Proses debat dipimpin dan pemenangnya ditentukan oleh wasit atau hakim. Debat merupakan aspek yang fundamental dari masyarakat demokratis. Oleh karena itu, metode ini snagat cocok dikembangkan dalam mata pelajaran PKn. Tujuan dari strategi debat adalah melibatkan para siswa dalam berbagai aktivitas yang terkait dengan mata pelajaran. Debat mendorong peserta berpikir bukan hanya mengenai fakta dari suatu situasi melainkan implikasinya. Peserta didik pun didorong 138
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Apakah tujuan debat itu?

untuk berpikir secara kritis dan strategis tentang posisinya dan posisi lawan. Dengan cara berkompetisi maka debat mendorong peserta untuk melibatkan diri dan berkomitmen terhadap posisi. Debat mendorong siswa untuk berupaya meneliti, mengembangkan kemampuan mendengarkan/menyimak, dan kemampuan berorasi, menciptakan kondisi siswa untuk berpikir secara kritis, dan memungkinkan guru dapat menilai kualitas belajar siswa. Debat juga dapat memberi peluang kepada teman-teman siswa untuk menilai keterlibatan. Oleh karena itu, metode debat sangat efektif bagi pembelajaran PKn terutama dalam mempersiapkan peserta didik hidup dalam masyarakat demokratis. b. Bermain peran (role playing) Apakah bermain peran itu?

Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam situasi tertentu. Artinya, bahwa siswa harus memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara atau bertindak) sesuai dengan perannya. Misalnya, jika peran yang dimainkan adalah polisi, maka ia harus mampu berperan sebagai polisi. Bermain peran terjadi dalam situasi buatan (tiruan) atau simulasi. Bermain peran memberi kesempatan kepada siswa untuk bertindak dengan memerankan karakter dalam situasi hipotetis. Kesempatan ini bertujuan: Apa tujuan bermain peran?

1) Membina sikap, yakni membantu siswa untuk merasakan, menyadari, dan peka terhadap masalah sosial. 2) Memahami nilai yang ada di lingkungan masyarakat yang beragam. 3) Memberi pembelajaran yang menyenangkan karena banyak peran yang bervariasi sehingga menyegarkan situasi. 4) Memberi kesempatan untuk menghayati peran tertentu dalam bentuk simulasi sebelum terlibat dalam situasi sebenarnya. c. Curah pendapat (brainstorming) Apa metode curah pendapat itu?

Metode curah pendapat atau brainstorming merupakan metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para siswa untuk memecahkan masalah tertentu. Aktivitas dalam curah pendapat terdiri atas dua tahap, yakni pertama adalah tahap identifikasi gagasan; dan kedua adalah tahap menilai gagasan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

139

Penerapan metode ini dimuali dengan mengajukan pertanyaan atau masalah atau dengan memperkenalkan tema. Kemudian, siswa memberikan respon atau jawaban atau gagasan/pendapat yang relevan. Selanjutnya, guru harus menerima jawaban siswa tanpa kritik atau tanggapan terhadap jawaban siswa. Mungkin pada awalnya, banyak siswa yang engggan berbicara dalam kelompok, tetapi dengan kegiatan curah pendapat diharapkan semua siswa mau berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat. Dengan mengungkapkan gagasan dan mendengarkan apa yang dikemukakan oleh siswa lain, maka para siswa akan menyesuaikan pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dengan menerima informasi baru. Dalam kegiatan curah pendapat, guru perlu mendorong siswa agar mendengarkan siswa lainnya yang sedang berbicara. Siswa seyogianya diingatkan agar mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang dikemukakan, mengingatkan pula kepada pembicara ketika suaranya tidak terdengar jelas. Dalam menerapkan metode curah pendapat, ada dua prinsip yang perlu diperhatikan: 1) diutamakan bahwa agar diperoleh gagasan sebanyak mungkin pada tahap curah pendapat. 2) menunda pemberian kritik, atau tidak langsung menilai gagasan yang dikemukakan. Adapun tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) memfokuskan perhatian siswa pada suatu tema/topik 2) membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat 3) melatih siswa mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasinya 4) melatih daya kreativitas siswa 5) melatih siswa mau menerima dan menghargai perbedaan individu 6) mendorong siswa berani mengambil resiko dalam berbagi pendapat dan bila pendapatnya salah 7) menunjukkan kepada siswa bahwa pengetahuan dan kecakapan berbahasa memiliki kegunaan dan dapat diterima Demikian tiga contoh uraian metode pembelajaran interaktif yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Uraian untuk metode pembelajaran interaktif lainnya, dapat Anda temukan pada buku-buku tentang metode pembelajaran atau pada modul khusus tentang metode pembelajaran. 3. Pembelajaran tidak langsung Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn tidak langsung meliputi: pemecahan masalah, studi kasus, inkuri, diskusi reflektif, 140
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

pembentukan konsep, dan pemetaan konsep. Secara umum, pembelajaran tidak langsung ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran tidak langsung sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah. a. Pemecahan masalah Apakah metode pemecahan masalah itu?

Ada dua jenis metode pemecahan masalah, ialah pemecahan masalah yang bersifat reflektif dan pemecahan masalah kreatif. Bagaimanapun jenis pemecahan masalah yang digunakan oleh kelas, pemecahan masalah memfokuskan pada upaya mengetahui persoalan dengan mempertimbangkan semua faktor kemungkinan untuk menemukan solusi. Karena semua gagasan awalnya diterima, pemecahan masalah memungkinkan dapat menemukan solusi terbaik bukan solusi yang paling mudah atau usulan solusi pertama. Metode pemecahan masalah digunakan untuk membantu siswa berpikir tentang masalah tanpa menerapkan gagasan yang dimiliki sebelumnya. Merumuskan masalah yang dihadapi berbeda dengan akibat dari masalah untuk mencegah pendapat yang gegabah. Sebagai metode pembelajaran, pemecahan masalah merupakan bentuk seni berpikir yang paling murni. Di kelas, pemecahan masalah untuk membantu siswa memahami masalah etika yang dilematis, membantu merencanakan strategi masa depan. b. Metode Inkuiri Apa inkuiri itu?

Metode pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman mengumpulkan informasi. Hal ini tentu memerlukan kemampuan berinteraksi yang intensif diantara peserta didik dengan guru, bidang studi, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Secara aktif, siswa terlibat dalam proses belajar, seperti:

bertindak secara antusias dan penuh perhatian; mengembangkan pertanyaan; menganalisis masalah kontroversial dan dilematis; memeriksa dugaan awal dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya; mengembangkan, mengungkapkan, dan menguji hipotesis; dan, menyimpulkan dan menghasilkan solusi.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

141

Bertanya adalah inti dari belajar inkuiri. Siswa harus mengajukan pertanyaan yang relevan dan mengembangkan bagaimana cara menjawab dan menjelaskannya. Inkuiri menempatkan proses berpikir dalam interaksi antar sesama siswa dalam menganalisis persoalan, data, topik, konsep, bahan dan masalah. Teknik berpikir yang dapat diterapkan antara lain berpikir divergen, berpikir deduktif, dan berpikir induktif. Dalam melatih berpikir divergen, guru memfasilitasi dan mendorong siswa agar menyadari bahwa suatu pertanyaan atau masalah dapat memiliki lebih dari satu jawaban dan/atau solusi yang benar dan baik. c. Peta konsep Apa peta konsep itu?

Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk mengeksplorasi pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi. Peta konsep adalah strategi untuk mengembangkan konsep yang terdiri atas sejumlah sel yang didalamnya ada konsep, pertanyaan yang terkait dengan sel konsep atau pertanyaan lain. Keterkaitan antar sel konsep dihubungkan oleh tanda panah yang diberi label. Label ini menjelaskan hubungan antar sel konsep. Tanda panah menunjukkan arah keterkaitan antar sel konsep dan bila dibaca dapat membentuk kalimat. Contoh peta konsep sebagai berikut.

Hak Asasi Manusia

bersumber dari

dilindungi oleh Negara melalui Perundang an HAM

diawasi oleh Komnas HAM melalui Piagam HAM

Tuhan untuk Semua manusia

tercantum dalam UUD 1945 amandemen

UU No. 39.1999 ttg HAM


mengatur Asas Dasar Hak

mengatur
Hak

Kewajiban

Kewajiban

142

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Peta konsep digunakan untuk:


x

Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan.

4. Pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning) Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn melalui pengalaman meliputi: karyawisata, percobaan, simulasi, permainan, pengamatan lapangan, bermain peran, survey, dan sebagainya. Secara umum, pembelajaran melalui pengalaman ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat interaksi multi arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran melalui pengalaman sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah, yakni simulasi.

Peta konsep digunakan untuk: Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan. Mencari informasi baru dan keterkaitannya. Melihat pengetahuan terdahulu. Mengumpulkan pengetahuan dan informasi. Berbagi pengetahuan dan informasi yang diperoleh. Pilihan untuk memecahkan masalah.

Apakah simulasi itu? Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami. Sebagai metode pembelajaran, simulasi memerlukan skenario apa yang akan diperankan oleh siswa. Simulasi berarti pula pekerjaan tiruan atau meniru perilaku pekerjaan, profesi, atau kegiatan tertentu. Mereka dapat menjadi representasi dari sebuah realitas pada saat siswa berinteraksi dengan siswa lain. Guru harus memantau apa yang diperankan oleh siswa apakah mereka berperan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya, simulasi mengajar, simulasi melakukan pertolongan terhadap orang yang kena bencana alam, simulasi mengatasi kebakaran. Simulasi dapat pula sebagai model pembelajaran, yakni peniruan yang menuntut kemampuan tertentu.

Simulasi bertujuan meningkatkan penguasaan konsep melalui praktik pengalaman sehingga dapat membantu siswa memahami nuansa sebuah konsep atau lingkungan sekitar. Para siswa akan lebih menghayati arti kehidupan bila sering terlibat dalam simulasi. Oleh karena itu, para guru dianjurkan untuk menerapkan metode ini dalam kegiatan pembelajaran PKn.

Dalam melaksanakan simulasi diharapkan guru dapat menanamkan disiplin dan sikap hati-hati. Karena bila tidak disiplin maka keterampilan akan sulit dikuasai bahkan tujuan akan sulit dicapai. Demikian pula kebiasaan kerjasama dapat ditanamkan melalui simulasi terutama dalam simulasi pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama. Simulasi sebagai metode pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

143

a. Sasaran, ialah siswa yang jumlahnya dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan apa yang akan disimulasikan. Bila kelas besar maka agar semua siswa daapt terlibat, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah per kelompok antara 5-10 orang siswa. b. Tema yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang akan disimulasikan. Apa target keterampilan simulasi, apakah keterampilan intelektual, afektif, perilaku sosial sesuai dengan praktik kehidupan nyata sehari-hari. Sejumlah alat yang akan digunakan dalam simulasi perlu dipersiapkan baik oleh guru maupun oleh siswa, seperti sarana dan prasarana ruangan untuk simulasi persidangan di pengadilan, ruangan dan peralatan mengajar untuk simulasi proses pembelajaran, dan sebagainya. c. Prosedur simulasi dapat diurutkan sebagai berikut: 1) guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan jika diperlukan 2) 3) 4) 5) 6) mengadakan tanya jawab guru membagi peran untuk tiap siswa guru menyampaikan aturan main siswa baik secara individual maupun kelompok bersiap-siap siswa melakukan simulasi dan guru mengamati aktivitas siswa

Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan pembelajaran, ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar yang utama, yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok kecil sebagai berikut: a. Keterampilan bertanya Keterampilan bertanya ini digunakan oleh guru terutama untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah disimulasikan. Ada sejumlah teknik bertanya, seperti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas terlebih dahulu, tidak menyebut nama sebelum pertanyaan diajukan. b. Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan ini penting dikuasai oleh guru ketika memperkenalkan apa simulasi, tema apa yang dipilih, aturan main. Penjelasan yang baik adalah penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa, misalnya penjelasan yang disertai oleh uraian ilustrasi, contoh, pemodelan, bahkan memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting dikuasai. Kemampuan menjelaskan menjadi sangat penting karena bila salah menjelaskan maka tujuan simulasi tidak akan tercapai. 144
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

c. Keterampilan memberi penguatan Keterampilan memberi penguatan adalah memberi pernyataan yang dapat mendorong atau memotivasi untuk berulangnya sesuatu yang pernah dilakukan oleh siswa. Memberi penguatan yang langsung dapat dirasakan oleh siswa dalam konteks simulasi adalah memotivasi dan membangkitkan minat siswa agar mau, antusias, dan bersemangat untuk bersimulasi. d. Keterampilan mengajar kelompok kecil Ada simulasi yang dilakukan dalam kelompok kecil, terutama apabila kelas yang dihadapi guru adalah kelas besar. Kelas tersebut perlu dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok kecil inilah, seorang guru perlu memahami dan mengelola kegiatan kelompok kecil. Semua siswa yang ada di kelompok kecil harus dapat terlayani dan mendapat bantuan dan perhatian yang adil.

Rangkuman
Istilah pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu (a way of viewing), cara mendekati suatu persoalan/fenomena/proses. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan berarti cara mendekati suatu persoalan, objek, dan unsur-unsur pembelajaran, antara lain siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai suatu target (a way of achieving target).

Dalam konteks pembelajaran, strategi berarti cara mencapai suatu target pembelajaran. Metode pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam mencapai tager (a way of handling). Sedangkan teknik berarti cara melakukan sesuatu secara lebih khusus lagi (a way of tackling). Misalnya, bagaimana agar perhatian siswa dalam proses pembelajaran tetap terjaga, maka ketika guru bertanya, sampaikanlah pertanyaan tersebut kepada seluruh kelas terlebih dahulu, kemudian bila tidak ada yang menjawab, barulah guru menyebut nama siswa untuk menjawab pertanyaan guru. Teknik bertanya yang baik tidak diawali dengan menyebut dahulu nama siswa.

Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen pendekatan harus selalu dilakukan oleh semua praktisi pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu adalah upaya melakukan pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran PKn dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan isi (content based curriculum) ke arah yang lebih menekankan pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang telah bergeser pada inovasi yang lebih terkini, yakni pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum). Ada sejumlah pendekatan pembelajaran PKn yang dapat dipilih oleh guru dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) Pendekatan sumber belajar audiovisual (audio-visual
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

145

materials); (2) Pendekatan Studi Kasus (case studies); (3) Pendekatan nara sumber masyarakat (community resourse persons); (4) Pendekatan (Cooperative Learning); (5) Pendekatan Debat (debates); (6) Pendekatan pemungutan suara, wawancara, dan survey (polls, interviews, dan surveys); (7) Pendekatan pengadilan tiruan (Mock trials); (8) Pendekatan bermain peran dan simulasi (role plays and simulations); dan (9) Pendekatan menulis surat kepada pejabat publik (writing letters to public officials). Ada empat jenis strategi dan metode yang utama dalam pembelajaran, ialah (1) pembelajaran langsung; (2) pembelajaran interaktif; (3) pembelajaran tidak langsung; (4) pembelajaran melalui pengalaman. Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan pembelajaran, ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar yang utama, yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok kecil

146

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 1
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan sebagai .... A. a way of viewing B. a way of achieving target C. a way of handling D. a way of tackling

2. Berikut ini adalah metode yang termasuk kedalam strategi pembelajaran langsung, kecuali: A. tinjauan terstruktur (structured overview), B. ceramah (lecture), C. simulasi (simulation) D. membandingkan dan mempertentangkan (compare and contrast). 3. Dalam konteks pembelajaran, metode diartikan sebagai .... A. a way of viewing B. a way of achieving target C. a way of tackling D. a way of handling

4. Berikut ini adalah strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn interaktif, kecuali: A. bermain peran (role playing) B. curah pendapat (brainstorming) C. kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups) D. demonstrasi (demonstration) 5. Metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para siswa untuk memecahkan masalah tertentu disebut ... A. bermain peran (role playing) B. curah pendapat (brainstorming) C. kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups) D. demonstrasi (demonstration)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

147

6. Tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah .... A. membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat B. melatih anak untuk bersabar dan bijaksana C. berlatih memerankan tokoh tertentu D. melatih siswa agar terampil dalam berargumen

7. Berikut ini adalah strategi/ metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn tidak langsung, kecuali: A. pemecahan masalah B. studi kasus C. ceramah D. pemetaan konsep 8. Peta konsep dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan tujuan untuk .... kecuali: A. Mengumpulkan pengetahuan dan informasi B. Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan C. Menumbuhkan minat belajar secara deduktif D. Mencari informasi baru dan keterkaitannya

9. Keterampilan dasar yang dapat digunakan oleh guru terutama untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah disimulasikan disebut keterampilan .... A. bertanya B. memberi penguatan C. menjelaskan D. mengajar kelompk kecil 10. Urutan pertama dari prosedur simulasi adalah ..... A. guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan B. mengadakan tanya jawab C. guru membagi peran untuk tiap siswa D. guru menyampaikan aturan main

148

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Jumlah jawaban Anda yang benar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

149

150

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Metode Pembelajaran Afektif Dalam PKn


Setelah Anda mempelajari strategi dan metode pembelajaran PKn pada Kegiatan Belajar 1 dalam modul ini, Anda telah mengenal metode apa saja yang cocok sehingga perlu dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn. Mengapa demikian? Anda tentu telah mengenal pula bahwa misi pembelajaran PKn cukup khas dibandingkan dengan pembelajaran lain. Apakah Anda masih ingat, apa karakteristik pembelajaran PKn khususnya di SD/MI? Baiklah, apabila Anda ragu coba buka kembali Kegiatan Belajar 1 Modul 1. Secara singkat, pembelajaran PKn di SD/MI adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek: (1) kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), (2) komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), (3) pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), (4) penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan (5) partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab ( civic participation and civic responsibility).

Apabila dikaji, maka misi PKn di atas pada hakikatnya mengarah pada pembentukan warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap/nilai dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat yang demokratis.

Bagaimana merealisasikan misi PKn di atas?


Apabila kita cermati, sebenarnya gagasan inovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak diungkapkan. Namun, pencapaian tujuan pembelajaran tampaknya belumlah optimal sehingga kita masih menghadapi masalah kurangnya kemampuan kewarganegaraan bagi para siswa umumnya. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya kemampuan guru dalam menguasai metode pembelajaran khususnya yang bernuansa afektif untuk membelajarkan nilai.

Pada kegiatan belajar ini, akan disajikan pengembangan metode pembelajaran PKn dengan domain afektif untuk Madrasah Ibtidaiyah. Dengan menganalisis metode
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

151

pembelajaran PKn SD/MI diharapkan Anda dapat memilih dan mengembangkan metode pembelajaran PKn afektif yang cocok dan sesuai dengan jenjang kelas dan karakteristik siswa serta tujuan pembelajaran PKn.

Apa dan mengapa metode pembelajaran afektif itu?


Pembelajaran PKn yang layak adalah pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan nasional, tujuan kurikulum pada satuan pendidikan, konteks kehidupan masyarakat, serta kebutuhan dan karakteristik siswa. Kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan yang utuh, yang mampu mengembangkan semua potensi yang baik yang ada dalam diri siswa. Potensi kemampuan yang ada dalam diri siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah potensi yang terkait dengan kemahiran dan keterampilan mengingat, memahami, berpikir kritis, analitis, sintesis, dan evaluatif. Kemampuan afektif adalah potensi yang terkait dengan masalah keyakinan, nilai, sikap, perasaan/emosional, dan unsur afektif lainnya. Kemampuan psikomotorik adalah potensi yang terkait dengan perilaku sosial, patriotis, perjuangan, menegakkan kebenaran dan keadilan, dan sebagai perilaku lain yang mencerminkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari tiga kemampuan yang dikembangkan dalam proses pembelajaran PKn, pengembangan dan pembelajaran afektif dianggap sebagai hal yang paling sulit. Mengapa demikian? Karena masalah afektif terkait dengan aspek nilai. Unsur nilai adalah bidang yang tersembunyi atau tertutup (hidden or closed areas) yang tidak mudah diungkap (clarified) seperti mengungkap domain lainnya. Oleh karena itu, perlu ada strategi dan metode yang dapat mengungkap domain afektif dalam proses pembelajaran PKn agar pembelajaran PKn yang utuh dan layak itu dapat terlaksana sehingga tujuan PKn, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan baik itu dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan PKn ini, peran guru sangat besar baik sebagai perencana (planner), fasilitator, rewarder, pengelola (manager), pengarah (director of learning), penilai (evaluator), maupun pemberi keputusan (decision maker). Peran guru seperti inilah yang akan banyak mendukung keterlaksanaan dan tercapainya tujuan pembelajaran PKn afektif. Semua peran guru tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif untuk pembelajaran PKn afektif. Situasi yang perlu diciptakan oleh guru bersama siswa adalah sebagai berikut.

Proses pembelajaran seyogianya menggunakan pendekatan yang humanistik, yakni suasana penuh kekeluargaan, persabahatan, terbuka, hangat, adil, tidak ada tindakan yang menekan siswa, dan tidak paksaan. Proses pembelajaran hendaknya berorientasi pada siswa (students centered) dengan mempertimbangkan kerakteristik dan perkembangan kemampuan berpikir siswa. Proses pembelajaran mengembangkan kemampuan belajar (learning skills), 152
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

keterampilan bagaimana belajar (learning how to learn). Proses pembelajaran menggunakan metode yang divariasikan dengan metode lain atau multimetoda, misalnya menggunakan belajar kelompok dan/atau permainan (games) yang menarik atau sesuai dengan dunia siswa. Proses pembelajaran dengan pengalaman langsung atau melakoni atau mencoba sendiri sehingga mereka akan lebih menghayati dan merasakan sendiri yang akhirnya hasil belajar itu akan menyatu dan mempribadi (personalized) dalam dirinya Melalui proses pembelajaran seperti inilah, pembelajaran afektif akan lebih mencapai sasaran/harapan, yakni menjadi siswa yang cerdas, terampil, memiliki tanggung jawab sebagai siswa dan warga negara, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terwujudnya harapan tersebut tentu harus Anda upayakan melalui pembelajaran di sekolah. Dalam rumusan tujuan lain, sebagaimana dikemukakan Branson (1999), adalah siswa yang memiliki kemampuan kewarganegaraan, yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak/karakter kewarganegaraan (civic disposition). Untuk mengembangkan ketiga hal tersebut, tentu Anda harus mahir menggunakan berbagai jenis metode.

Penguasaan metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama yang harus Anda miliki. Kemampuan Anda dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa baik keberhasilan aspek kognitif, maupun aspek afektif dan psikomotor. Ketidaktepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa pembelajaran domain afektif adalah domain yang paling sulit khususnya pembelajaran yang terkait dengan aspek nilai. Artinya, untuk pembelajaran nilai diperlukan strategi dan metode khusus. Mengapa pembelajaran aspek itu sulit? Seperti sudha dijelaskan bahwa nilai merupakan dimensi yang abstrak yang seringkali bersifat tertutup.

Apa nilai itu?


Untuk memahami pengertian nilai, dianjurkan agar Anda melihat uraian dalam modul 1 Kegiatan belajar 2. Baiklah, ternyata daya ingat Anda masih kuat bahwa nilai (value) adalah konsep (concept). Nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang (Frankel, 1978). Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai etika. Nilai estetika adalah nilai yang terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan nilai etika adalah nilai yang terkait dengan tindakan/perilaku/akhlak (conduct) atau
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

153

bagaimana seseorang harus berperilaku. Nilai etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong). Nilai juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai apa yang berharga dan apa yang tidak berharga. Proses pembelajaran PKn hendaknya mampu menggetarkan kawasan afektif selain kawasan kognitif dan psikomotorik. Pernahkah Anda mencoba melaksanakan pembelajaran PKn afektif untuk mengungkapkan aspek nilai yang ada dalam diri siswa? Proses belajar nilai akan terjadi apabila potensi afektif siswa tergetar, terpanggil dan terlibat dalam proses belajar serta melakoninya sendiri.

Perlu Anda ketahui bahwa ciri utama PKn tidaklah menekankan pada mengajar tentang PKn atau sekedar mentrasfer ilmu/pengetahuan, melainkan lebih berorientasi pada membelajarkan PKn. Guru hendaknya berupaya untuk membelajarkan para siswa ber-PKn atau melaksanakan PKn. Oleh karena itu, dalam pembelajaran PKn Anda harus berupaya untuk mewujudkan kegiatan ber-PKn tersebut, artinya siswa dibina/dibimbing untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran tekanannya diarahkan pada bagaimana siswa belajar dan melakoni kehidupan yang baik.

Bagaimana peran guru PKn dalam membelajarkan nilai kepada siswa?


Sejalan dengan kompetensi profesional guru, maka guru dituntut agar memiliki kepribadian yang baik. Hal ini juga menjadi tuntutan dalam tujuan PKn bahwa Anda sebagai guru hendaknya menjadi contoh/teladan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menunjukkan contoh perilaku yang baik, maka perilaku tersebut diharapkan akan ditiru dan dilaksanakan oleh siswa dalam kehidupan di sekolah, di lingkungan keluarga dan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, ketika hadir di kelas ketika akan mengajar maka Anda harus memberikan contoh dan teladan sebagai guru/warga negara, hadir tepat waktu, berpakaian rapi dan bersih.

Untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan PKn khususnya yang menekankan pada aspek nilai, metode yang cukup ampuh adalah model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai). Ada sejumlah model VCT yang dianjurkan oleh Djahiri (1985), meliputi (1) metode percontohan; (2) Analisis nilai; (3) VCT Daftar/Matriks yang meliputi (a) daftar baik-buruk, (b) Daftar tingkat urutan, (c) daftar skala prioritas, (d) daftar gejala kontinum, (e) daftar penilaian diri, (f) daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita, (g) perisai kepribadian diri; (4) VCT dengan kartu keyakinan; (5) VCT melalui teknik wawancara; (6) teknik yurisprudensi; dan (7) teknik inkuiri nilai. Selain itu, dalam PKn dikenal pula model Permainan, antara lain metode bermain peran (role playing). Metode atau model pembelajaran tersebut 154
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn khususnya untuk pengembangan domain afektif karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan perilaku siswa, di samping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.

Mengapa perlu pembelajaran VCT?


Menurut Djahiri (1992) pembelajaran VCT dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena: Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilaimoral. Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan melakukan subversi terhadap nilai-moral yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup secara layak dan bermoral tinggi. Perlu diketahui dan diingat bahwa materi pembelajaran PKn umumnya mengandung konsep-konsep yang abstrak. Terlebih konsep nilai, umumnya bersifat abstrak, seperti nilai toleransi, kerukunan, keyakinan, kemerdekaan, dna sebagainya. Model VCT yang ditawarkan untuk pembelajaran nilai yuang bersifat abstrak tersebut antara lain berupa percontohan, cerita, dan kasus. Singkatnya, guru harus mampu mengkonkritkan hal-hal yang abstrak atau mengoperasionalkan hal-hal yang bersifat teoritis/konseptual, dan menyederhanakan hal-hal yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu divisualisasikan melalui contoh-contoh dalam bentuk gambar, foto atau cerita. Penyajian contoh sebagai media stimulus hendaknya diambil dari peristiwa nyata yang betul-betul terjadi. Dalam hal ini perlu ada pemilihan cerita yang mengandung kriteria seperti aktual, dapat merangsang imajinasi siswa, menarik perhatian, dilematis, kontroversial, dan ekstrim.

Dalam pelaksanaannya, model pemainan (games) tidak berdiri sendiri, tetapi divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah, ekspositori, dan tanya jawab nilai. Baiklah! Mari kita kaji bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran VCT permainan sebagai hasil modifikasi dari Djahiri (1985) sebagai berikut. 1. Membuat/Mencari Media Stimulus Model permainan dapat disajikan dengan mengutip dari keadaan/perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema target pelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

155

Media stimulus yang akan Anda gunakan dalam ber-VCT hendaknya (a) mampu merangsang, mengundang dan melibatkan potensi afektual siswa; (b) terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa (ada dalam lingkungan kehidupan siswa); dan (c) memuat sejumlah nilai-moral yang kontras.

Media stimulus tersebut dapat berupa cerita (bisa tertulis yang dibagikan pada siswa atau cerita yang diungkapkan guru), gambar, foto, film, dan sebagainya. Untuk media stimulus yang berupa cerita khususnya yang berkaitan dengan kehidupan nyata seharihari yakni kejadian/perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti perbuatan korupsi, main hakim sendiri, tabrak lari, anak durhaka, lintah darat yang sering terjadi atau dianggap rawan oleh siswa Anda atau masyarakat sekitar. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa cerita atau kasus tersebut haruslah yang sesuai dengan dunia siswa. Cerita tersebut mengandung dilema atau kontras nilai supaya sikap atau nilai yang dipilih siswa dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu dan terjadi proses dialog dalam diri siswa Anda. Cerita tersebut dapat Anda buat sendiri atau mengutip dari media massa. Contoh cerita (fiktif) untuk stimulus (modifikasi dari Djahiri, 1985:95-97) Judul : PERAHU PENYELAMAT Tujuan : Melatih siswa menempatkan perasaan dan keadaan dirinya pada perasaan/keadaan orang lain. Melatih keterampilan mengambil keputusan secara objektif melalui aneka pertimbangan.

Langkah Pembelajaran a. Guru menjelaskan aturan main game ini: 1) Setiap siswa menyimak isi cerita 2) Hayati betul keadaan masing-masing pelaku dalam cerita 3) Tuliskan dalam secarik kertas keputusan siapa yang harus diselamatkan dalam perahu (maksimal 5 orang sebab kalau lebih perahu akan karam) 4) Tuliskan dengan singkat alasan (satu persatu) mengapa mereka harus diselamatkan a. Lontarkan cerita game ini. b. Kegiatan individual siswa mengisi tugas c. Teruskan dengan kegiatan kelompok d. Laporan klasikal dan diskusi singkat dengan komentar dari guru e. Simpulan dan pengarahan guru MENYELAMATKAN KORBAN BANJIR Di wilayah kecamatan Dayeuh Kolot kabupaten Bandung terkena musibah banjir bandang yang hebat. Sejumlah rumah hanyut dan rusak berat dan hampir seluruh 156
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

kampung terendam air yang melanda tengah malam buta. Banyak penduduk hilang terhanyutkan air, terutama anak-anak dan wanita serta orang tua. Dalam suasana gelap gulita dan hujan deras di suatu tanggul, Anda temukan delapan orang yang berhasil selamat terhempaskan air. Mereka semua memerlukan pertolongan segera namun perahu yang Anda bawa hanya mampu menampung lima orang saja. Kedelapan orang itu adalah: 1) Haji Mukhsin, kiyai ternama dan disenangi penduduk kabupaten Bandung yang berusia 80 tahun. Beliau adalah tamu undangan desa yang baru selesai memberi ceramah serta dlm dua hari mendatang beliau ditunggu Gubernur Jawa Barat untuk memberi ceramah. 2) Pak Tobing, guru Matematika satu-satunya pada SMP di desa tersebut serta sangat baik dan disenangi anak-anak. Beliaupun mengajar pada sejumlah SD dan SMP lain yang memang langka bagi guru Matematika. Kepala Pak Tobing terantuk batu dan terus menerus mengeluarkan darah. 3) Ibu Hadijah, berusia 50 tahun dan merupakan Ibu Kepala Rumah Yatim Piatu di Kab Bandung serta terkenal ramah dan baik hati sehingga menjadi tumpuan kasih 30 anak asuhnya. Ibu Hadijah dalam keadaan pingsan 4) Elvy, gadis cantik yang terus menerus mengerang karena patah kakinya serta tanpa hentinya memanggil nama ayahnya. Dalam waktu dekat Elvy akan menikah. 5) Pak Priyatna, anggota DPR dan saudagar besar yang maju serta mempunyai anak sebanyak 8 orang. Kedelapan anak ini masih bersekolah dan memerlukan kasih sayang orang tua. Keadaan beliau sangat gawat. 6) Ibu Ina, yang berusia 35 tahun dan diketahui bahwa suami serta seluruh anaknya musnah terbawa hanyut air bah. 7) Ibu Jamilah, janda yang baru ditinggal suaminya serta ibu dari tiga orang anak yang maish kecil-kecil. Salah seorang anaknya yang masih bayi dan masih menyusu sedang dirawat di rumah sakit Al Ikhsan. 8) Halimah, Kowad yang baru satu bulan menikah dan datang ke desa menjenguk Ibunya yang sakit. Dia pingsan. 2. Kegiatan Pembelajaran (KBM) Pertama, guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita (jika stimulusnya berbentuk cerita) atau menampilkan gambar/photo. Pembacaan atau penampilan stimulus tersebut dapat dilakukan oleh guru atau siswa.

Kedua, memberi kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk berdialog sendiri atau sesama teman sehubungan dengan stimulus tadi. Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara individual, kelompok maupun klasikal.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

157

Keempat, Fase menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal). Keenam, Fase penyimpulan.

Kelima, Fase pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran. Berdasarkan cerita/kejadian di atas, Anda sebagai guru inkuiri dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Siapa saja lima orang yang Anda akan selamatkan dari delapan orang yang perlu pertolongan tersebut? b. Urutkanlah kelima orang tersebut dari yang pertama sampai yang terakhir. c. Mengapa yang tiga orang tidak Anda pilih? Apa alasan Anda tidak memilih yang tiga orang tersebut. Demikianlah salah satu model pembelajaran menggunakan teknik klarifikasi nilai (VCT) dengan permainan.

Untuk lebih memberikan pengalaman pembelajaran nilai, berikut ini ditampilkan lagi cerita yang dilematis sebagai media stimulus. PERJUANGAN ANTARA HIDUP DAN MATI Adi, seorang anak, yang telah lama ditinggal sang ayah tercinta. Ia hidup dengan ibu yang sangat ia cintai. Adi yang drop out dari bangku SD ketika masih di kelas lima setiap hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sudah lama berjuang melawan kanker yang dideritanya. Setiap hari, Adi berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi agar dapat menyambung hidup dirinya. Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas dengan semangat dan berbekal cita-cita bila uang telah cukup segera akan mengobati ibunya yang telah lama tersiksa oleh penyakitnya . Suatu hari, Adi mendengar ucapan ibunya, Nak... tampaknya ibu sudah tidak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah baik-baik dirimu Nak! Tidak Ibu, Ibu tidak boleh meninggalkan Adi. Adi mau mencari obat sekarang. Adi pergi untuk mencari obat. Menurut dokter, Ibunya masih dapat ditolong dengan obat namun karena ia tidak punya uang maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat. Adi menghadapi dilema, bila tidak mencuri maka Ibunya mungkin meninggal, tetapi bila ia mencuri maka ia akan berdosa bahkan mungkin ia berurusan dengan polisi yang akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi lakukan? 158
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Berdasarkan cerita/kejadian di atas, Anda sebagai guru inkuiri dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. a. b. c. d. Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut? Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan nilai-nilia Pancasila? Bagaimana tindakan mencuri dilihat dari ajaran agamamu?

Pertanyaan di atas dapat dikembangkan lagi oleh guru sesuai dengan kebutuhan, bagaimana menggetarkan nilai/keyakinan yang ada dalam diri siswa. Gunakanlah teknik bertanya/keterampilan bertanya (questioning skill) baik dalam cara mengajukan pertanyaan dan dalam mendistribusikan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Pada saat siswa memberikan jawaban, Anda hendaknya memberikan penguatan (reinforcement) secara hangat.

Dengan menerapkan model VCT permainan tersebut siswa Anda dibimbing untuk mengemukakan contoh-contoh perilaku, sikap dan perbuatan yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakat, dan diajak untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, seperti hormat menghormati, tolong-menolong dengan sesama teman, menengok yang sakit, mengunjungi orang tua, saling memaafkan, dan sebagainya. Namun perlu diungkapkan bahwa model permainan biasanya divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah bisa dilakukan pada awal pembelajaran (sebelum mengemukakan permainan) dan bisa pula setelah permainan atau kedua-duanya.

Baiklah! Mari kita lanjutkan dengan contoh model pembelajaran lainnya yang dianggap cocok digunakan dalam membelajarkan PKn yaitu Model VCT Analisis Nilai dan Moral. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model Analisis Nilai sebagai berikut. a. Persiapan Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar atau konsep yang akan dibelajarkan. Ketiga, menyusun skenario kegiatan sehingga jelas langkah-langkah yang akan ditempuh.

Kedua, menetapkan bagian mana dari materi/substansi yang ada dalam kompetensi dasar yang akan disajikan melalui analisis nilai. Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT, seperti cerita, guntingan berita Koran, gambar, film dan sebagainya.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

159

Kelima, menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-VCT. b. Pelaksanaan Langkah-langkah kegiatan VCT analisis nilai sama dengan VCT permainan sebagaimana telah Anda pelajari pada uraian di atas. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut. Pertama, setelah membuka pelajaran Anda menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT. Kedua, pelontaran/pembagian media stimulus oleh guru atau siswa berupa cerita atau gambar/photo. Keempat, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara individual, kelompok maupun klasikal. Pertanyaan yang diajukan hendaknya berisi analisis siswa terhadap nilai-moral yang terdapat dalam cerita itu. Contoh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai berikut. a. Bagaimana perasaan kalian setelah menyimak cerita tersebut? b. Coba kalian buat judul lain dari cerita tersebut kalau perlu silakan berunding bersama temanmu! c. Menurut kalian manusia apa dan bagaimana Adi itu? d. Bila Adi mencuri untuk mengobati ibunya, apa dianggap melanggar hukum (aturan)? e. Tuliskan alasan kalian mengapa dikatakan melanggar? f. Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap baik dari Adi? g. Mengapa hal itu dianggap baik?

Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap cerita tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan lain dapat Anda kemukakan pada siswa sesuai dengan kebutuhan dan target pembelajaran. Kelima, fase menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui pertanyaan dan dialog guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal). Misalnya, guru bertanya seperti. a. Apa yang akan kalian lakukan terhadap ibunya Adi jika kalian menjadi adik Adi? b. Apa yang akan kalian lakukan terhadap Adi jika kalian sebagai pemilik toko? c. Apa yang akan kalian lakukan jika Adi kakakmu?

Keenam, fase pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran. 160
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Melalui model pembelajaran VCT Analisis Nilai tersebut, Anda sebagai guru yang mengajar PKn akan mudah mengungkapkan sikap, nilai, dan moral siswa terhadap suatu kasus yang Anda sajikan. Tentu saja Anda harus menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar, antara lain keterampilan bertanya, reinforcement, variasi stimulus dan menjelaskan. Selain itu, Anda harus bersikap demokratis, hangat-ramah, dan kekeluargaan sehingga siswa berani berpendapat dan berbeda pendapat dengan guru dan siswa lain. Jangan lupa memberikan pujian (reinforcement) secara variatif kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun pendapat siswa tidak lengkap. Saya percaya Anda dapat melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik. Selamat mencoba. Sebagai media pembelajaran, Anda dapat membuat bagan intisari materi pembelajaran. Selain itu, cerita (kasus) dan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Alangkah baiknya apabila cerita dan pertanyaan tersebut dibagikan kepada siswa (kelompok siswa).

Ketujuh, fase penyimpulan.

Sedangkan untuk evaluasi, Anda dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Dalam evaluasi proses belajar dapat menggunakan pengamatan terhadap aktivitas, sikap dan pendapat siswa ketika berdialog. Untuk menilai hasil belajar bisa menggunakan alat tes dan non-tes seperti skala sikap dan pengamatan.

Latihan:
Pilihlah satu Kompetensi dasar yang paling Anda kuasai dari Standar isi PKn SD/MI. Kemudian, kembangkan kompetensi dasar tersebut ke dalam model pembelajaran VCT sesuai dengan isi-pesan materi tersebut. Dalam model pembelajaran tersebut hendaknya mencantumkan tujuan dan target pembelajaran.

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk melihat keberhasilan Anda mengembangkan model pembelajaran tersebut, sebaiknya diskusikan dengan teman dan tutor Anda. Kemudian, Anda kaji kembali buku Karya Prof. Drs. A. Kosasih Djahiri tentang Strategi Pengajaran Afektif-nilai-moral, dan VCT, serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran PKn.

Rangkuman
Dalam pembelajaran PKn guru hendaknya mampu mengembangkan dimensi pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill), dan Watak kewarganegaraan (Civic Disposition). Ciri utama PKn (baru) tidak lagi menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

161

PKn atau pada upaya-upaya guru untuk ber-PKn atau melaksanakan PKn.

Kemampuan menguasai metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama yang harus dimiliki guru karena kemampuan menguasai metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa baik keberhasilan aspek kognitif, maupun aspek afektif dan psikomotor. Penggunaan berbagai model pembelajaran tersebut, tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakter/kualifikasi butiran materi pelajaran, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Model pembelajaran yang dianggap cocok diterapkan dalam PKn di antaranya model VCT. Pola pembelajaran VCT dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena hal-hal berikut. Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilaimoral. Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai-moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan untuk materi Pancasila dan UUD Negara RI 1945 adalah VCT percontohan dan VCT Analisis Nilai.

162

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1) Proses pembelajaran PKn diorientasikan pada ciri utama PKn baru, yaitu . A. membelajarkan PKn B. mengajarkan PKn sesuai kebutuhan siswa C. meningkatkan penalaran siswa D. mencerdaskan pemaPancasila dan UUD 1945an siswa 2) Membelajarkan PKn atau ber-PKn mengandung makna .... A. belajar tentang materi PPKn sesuai isi pesan GBPP PKn B. guru memberi contoh-contoh perbuatan yang sesuai dengan misi PKn C. tekanan pembelajaran terletak pada siswa D. belajar melaksanakan PKn

3) Mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa merupakan tugas mata pelajaran PKn, yang menurut Jacques Delors termasuk tipe dasar belajar . A. learning to know B. learning to do C. learning to be D. learning to live together

5) Model pembelajaran VCT dianggap cocok diterapkan dalam PKn karena PKn . A. merupakan pendidikan budi pekerti yang menekankan pada kecerdasan siswa B. merupakan mata pelajaran wajib bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan C. lebih mengutamakan kecerdasan dan keterampilan bermasyarakat D. mengemban misi membina nilai, moral, sikap, perilaku dan kecerdasan siswa

4) Di bawah ini merupakan model pembelajaran VCT, yang tidak termasuk VCT Daftar, yaitu daftar .... A. analisis nilai/kasus B. tingkat urutan C. skala prioritas D. penilaian diri

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

163

6) Media stimulus yang dianggap baik dalam model pembelajaran VCT, kecuali .... A. mampu merangsang dan melibatkan potensi afektual siswa B. terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa C. memuat konsep-konsep yang kontras sesuai dengan kebutuhan siswa D. memuat sejumlah nilai-moral yang kontras

7) Media stimulus berupa cerita atau kasus dalam pembelajaran PKn merupakan . A. stimulus yang paling tepat digunakan dalam model pembelajaran VCT B. salah satu media stimulus dalam model pembelajaran VCT C. media yang paling mudah dipaPancasila dan UUD 1945i dan diamati siswa D. media yang paling mudah dibuat oleh guru

8) Keterampilan mengajar yang harus dilakukan guru ketika/setelah siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik adalah keterampilan . A. bertanya B. menjelaskan C. memberi penguatan D. variasi stimulus 9) Di bawah ini yang tidak termasuk jenis tes (penilaian), yaitu tes . A. lisan B. uraian C. objektif D. pengamatan

10) Kemampuan (dimensi) siswa yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran PKn adalah .... kecuali: A. civic knowledge B. civic skill C. civic education D. civic disposition

164

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar 5

Tingkat penguasaan = ------------------------------------------------ 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% Makna dari tingkat penguasaan Anda adalah: = Baik = Baik Sekali = Cukup

x 100%

< 70%

= Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

165

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1
1. B a way of achieving target 2. C simulasi (simulation) 3. D a way of handling 4. D demonstrasi (demonstration) 5. B curah pendapat (brainstorming) 6. A membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat 7. C ceramah 8. C Menumbuhkan minat belajar secara deduktif 9. A bertanya 10. A guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan

Tes Formatif 2

1. A Membelajarkan PKn. 2. D Belajar melaksanakan PKn. 3. C Learning to be. 4. A Daftar analisis nilai/kasus. 5. D PKn punya misi membina nilai, moral, sikap, perilaku dan kecerdasan siswa. 6. C Memuat konsep-konsep yang kontras sesuai dengan kebutuhan siswa. 7. B Salah satu media stimulus dalam model pembelajaran VCT. 8. C Keterampilan memberi penguatan. 9. D Tes pengamatan. 10. C Civic education.

166

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PKN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

167

168

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PKN

Pendahuluan

Modul ini akan membahas media dan sumber pembelajaran PKn untuk peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mengapa kita harus mengembangkan media dan sumber pembelajaran? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya Anda membuka kembali apakah hakikat pembelajaran PKn itu. Masih ingatkah anda, apakah tujuan pembelajaran PKn di MI itu? Baiklah, coba Anda perhatikan rumusan tujuan pembelajaran PKn menurut standar isi. Salah satu tujuan PKn adalah berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Agar peserta didik memiliki kemampuan seperti ini, banyak upaya yang harus dilakukan oleh guru. Kita menyadari bahwa kemampuan berpikir anak SD/MI masih terbatas. Umumnya mereka baru mampu berpikir secara konkret, jadi belum dapat berpikir abstrak. Kemampuan berpikir anak SD/MI umumnya bersifat holistik, belum mampu berpikir secara parsial. Oleh karena itu, pembelajaran PKn di tingkat Madrasah Ibtidaiyah memerlukan bantuan yang lebih bervariasi. Guru perlu mengupayakan agar pembelajaran betul-betul dapat mempermudah peserta didik belajar. Untuk itulah guru perlu menggunakan media dan sumber pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik. Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan media dan sumber pembelajaran yang tepat untuk peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Dapat mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran PKn yang relevan untuk MI. 2. Dapat memilih, mengembangkan, dan menerapkan sumber pembelajaran PKn yang relavan untuk MI.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

169

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas PKn MI. Lebih jauh lagi, mengembangkan dan menerapkan media dan sumber pembelajaran ini penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam menentukan media dan sumber pembelajaran untuk kompetensi dasar tertentu. Khusus bagi calon guru dan guru pemula PKn di MI diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam mengembangkan media dan sumber pembelajaran ini. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam membelajarkan peserta didik di kelas. Dengan demikian, kemampuan Anda menerapkan media dan sumber dalam pembelajaran PKn menjadi semakin kaya. Implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan dalam menerapkan memilih, menerapkan media dan sumber pembelajaran yang beragam sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dengan kata lain, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Pengembangan media pembelajaran PKn 2. Pengembangan sumber pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan menerapkan media dan sumber pembelajaran PKn di MI. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

170

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Media Pembelajaran PKn


Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa kemampuan guru dalam memilih dan mengembangkan media dan sumber pembelajaran sangatlah penting. Dengam media pembelajaran, guru dapat membantu siswa menyederhanakan materi yang abstrak menjadi konkret, sehingga pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan semakin cepat meningkat. Sejalan dengan semakin mudahnya belajar dan adanya kesadaran terhadap pemahaman apa yang sedang dipelajari maka semakin penting mememilih dan mengembangkan media pembelajaran.

Penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman merupakan proses yang sejalan dengan tingkat perkembangan. Artinya semakin muda usia siswa maka semakin tinggi tingkat kebutuhan terhadap media pembelajaran. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat perkembangan prilaku kognitif dari Piaget dan kawan-kawannya yang telah melakukan penelitian mulai tahun 1920 sampai 1964. Masih ingatkah anda dengan teori-teori tentang perkembangan prilaku kognitif tersebut? Baiklah, sekedar untuk mengingatkan saja bahwa perkembangan prilaku kognitif menurut Piaget terdiri atas empat fase, yakni: fase pertama, sensorimotor period (0,0 - 2,0); fase kedua, preoperational period (2,0 - 7,0); fase ketiga, concrete operational period (7,0 - 11 or 12,0); dan fase keempat, formal operational period (11,0 or 12,0 - 14,0 or 15,0). Pada hakekatnya dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia anak semakin tinggi kemampuan berpikir abstrak dan semakin mudah usia anak maka semakin konkret kemampuan berpikirnya sehingga semakin memerlukan media dalam proses pembelajarannya.

Pengertian Media
Apa media pembelajaran itu? Proses pembelajaran merupakan suatu sistem karena di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berkaitan, mempengaruhi, dan bahkan saling ketergantungan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

171

untuk yang mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. untuk ketergantungan mencapai suatu tujuan telah ditetapkan sebelumnya. Komponen-komponen dimaksud adalah tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Komponen-komponen dimaksud adalah tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran Materi

Media

Metode

Pembelajaran merupakan merupakan proses komunikasi guru sebagai dengan Pembelajaran proses antara komunikasi antara fasilitator guru sebagai fasilitator siswa sebagai pembelajar. Dalam komunikasi ada proses penyampaian pesan (message) dengan siswa sebagai pembelajar. Dalam komunikasi ada proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian pesan dari komunikator (message ) dari komunikator Dalam penyampaian pesan dari kepada komunikan diperlukan saluran kepada (media), komunikan. agar message tersebut tersalurkan secara efektifkomunikator dan efisien. kepada komunikan diperlukan saluran (media), agar message tersebut Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, tersalurkan secara efektif dan efisien. yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian pengantar pesan didik dari pengirim penerima. terjadinya proses belajar pada dan kemauan peserta sehinggakepada dapat mendorong diri peserta didik. Media sebagai alat bantu visual dapat: Media yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan,

yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau

perhatianmotivasi dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar 1) mendorong belajar 2) memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak pada diri peserta didik. Media sebagai alat bantu visual dapat: 3) mempertinggi daya serap atau retensi belajar 1) mendorong motivasi belajar
Beberapa pengertian media pembelajaran: 3) istilah, mempertinggi daya serap atau retensi belajar Menurut media adalah segala bentuk atau saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Schram (1977) menyatakan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang Beberapa pengertian media pembelajaran: dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran NEA (1969) menyatakan bahwa media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak x Menurut istilah, media adalah segala bentuk atau saluran yang dipergunakan maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. untuk proses penyaluran informasi. Aect (1977) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang x Schram (1977) menyatakan bahwa dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.media adalah teknologi pembawa pesan yang Miarso (1989) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran dipergunakan untuk menyalurkan pesan yg dapat merangsang pikiran, perasaan, 172
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

2) memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak

a) Memvisualkan yang abstrak (animasi peredaran darah) b) Membawa objek yang sukar didapat (binatang buas/berbahaya) c) Membawa objek yang terlalu besar (gunung, pasar) d) Menampilkan objek yang tidak dapat diamati mata (mikro organisme) e) Mengamati gerakan yang terlalu cepat (jalannya peluru) f) Memungkinkan berinteraksi dengan lingkungannya g) Memungkinkan Keseragaman pengalaman h) Mengurangi resiko apabila objek berbahaya i) Menyajikan informasi yang konsisten dan diulang sesuai dengan kebutuhan j) Membangkitkan motivasi belajar k) Dapat disajikan dengan menarik dan variatif l) Mengontrol arah maupun kecepatan peserta didik m) Menyajikan informasi belajar secara serempak dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan n) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dll

Media pembelajaran yang disusun dengan baik, memiliki manfaat atau nilai praktis yaitu:

perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran

Prinsip pembelajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep, generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah bukubuku dan sumber informasi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik (Hartono, 1996). Dengan demikian, salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan media pembelajaran. Dalam pembelajaran PKn, mencari dan menentukan media dan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis. Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah verbalisme, yang terdapat dalam tiap situasi belajar (Nasution, 1986:96). Menurutnya, penyakit tersebut biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman yang konkrit. Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

173

pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.

Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan isi.

Kriteria Pemilihan Media


Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah ketepatan memilih media pembelajaran. Mengapa demikian? Karena memilih media yang tepat diyakini akan meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya, ketidaktepatan memilih media akan melahirkan kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran. Media yang paling baik adalah media yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran/karakter bahan ajar, metode yang akan digunakan, dan keadaan/ kebutuhan siswa, serta kemampuan guru/sekolah. Untuk itu, sebelum Saudara memilih media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu bebarapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan media seperti dikemukakan Jarolimek (Kosasih Djahiri, 1979:76) berikut ini. a. b. c. d. e. tujuan instruksional yang ingin dicapai tingkat usia dan kematangan siswa kemampuan baca siswa tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut keadaan/latar belakang pengertahuan atau pengalaman siswa

Kriteria tersebut hampir sejalan dengan pandangan ahli lain bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran adalah:

a. Tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua tujuan pembelajaran b. Penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran c. Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal siswa d. Media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran e. Media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience f. Media hendaknya dipilih secara obyektif, bukan didasarkan oleh karena kesukaan subyektif. 174
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

g. Lingkungan sekitar perlu diperhatikan dalam menggunakan media, karena penggunaan media tertentu dapat mempengaruhi pihak-pihak lain, misalnya mengganggu penerimaan siaran TV (Dit.SLTP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002, Modul PKN C.01: 38). Selanjutnya Winataputra (1989:163) menegaskan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan media yang akan dipakai dalam PKn adalah bahwa media itu harus dapat memberikan rangsangan kognitif atau cognitive simulation. Dengan terciptanya kondisi psikologis tersebut maka para siswa akan ditantang untuk dapat meningkatkan taraf moralitasnya. Pemberian rangsangan moral kognitif tersebut dapat melalui kliping surat kabar atau media yang bersifat auditif seperti radio dan kaset yang berkaitan dengan masalah aktual. Untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, media yang diperlukan dan relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran tidak banyak tersedia di toko-toko, sehingga guru dituntut untuk mampu mengembangkannya sendiri.

Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan media yang kita inginkan? Dalam hal ini, guru dituntut untuk mahir dan kreatif membuat media sesuai dengan jenis media yang telah dipilih atau ditentukan sebelumnya. Sebelum membuat media terlebih dahulu harus menganalisis materi apa yang akan disampaikan kepada peserta didik; kemudian menetapkan media apa yang akan dikembangkan; setelah itu kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengembangkan media itu; baru setelah itu membuat media yang kita kehendaki. Perlu diingat bahwa tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua pokok bahasan atau mata pelajaran. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan kecermatan guru dalam memilih media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang memiliki ciri khas mengemban misi sebagai pendidikan politik dan pendidikan nilai-moral. Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan media yang dibuat atau direkayasa sendiri oleh guru seperti transparansi, Flif Chart, flannel/magnetic board, kliping, gambar, dan media stimulus seperti cerita kasus dan media VCT daftar.

Hal lain yang perlu Saudara perhatikan adalah materi Pendidikan Kewarganegaraan sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan ketatanegaraan yang sedang berubah. Peristiwa-peristiwa tersebut seyogianya dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang sedang dibahas. Dalam kaitan ini, media televisi, film, tape recorder, video recorder, dan manusia sebagai model (tokoh) sangatlah membantu keberhasilan proses pembelajaran. Televisi yang menayangkan siaran langsung sidang MPR atau debat publik tokoh politik sangat relevan dijadikan media dan sekaligus sumber pembelajaran ketika mambahas
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

175

materi pokok kemerdekaan mengemukakan pendapat (kelas VII) dan budaya demokrasi (kelas VIII). Demikian pula materi pokok perlindungan hukum dan peradilan nasional dapat menggunakan media televisi yang sedang menyiarkan atau mendiskusikan proses peradilan terhadap pejabat yang diduga melakukan penyimpangan. Waktu penayangan tersebut seringkali tidak berbarengan dengan pembahasan materi pokok yang relevan. Oleh karena itu, guru dapat merekam dengan menggunakan tape recorder atau video recorder sehingga hasilnya bisa diputar kembali setiap waktu.

Klasifikasi Media Pembelajaran


Permasalahan kita sekarang, jenis-jenis media pembelajaran manakah yang bisa digunakan dalam pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan? Penggunaan media pembelajaran pada dasarnya untuk membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu ide atau teori. Artinya, jenis-jenis media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan memperhatikan prinsip relevansi dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kondisi siswa dan lingkungannya serta karakteristik media yang akan digunakan.

Para ahli (Edgar Dale, Burton, dan Romiszowski) mengemukakan berbagai jenis media pembelajaran dengan kriteria yang berbeda-beda. Edgar Dale (1969) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan isitilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu: 1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) demonstrasi; 5) karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9)lambang visual; dan 10) lambang verbal. Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, siswa dapat belajar dengan mengalami secara langsung dengan melakukannya atau berbuat (nomor 1 s.d. 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d. 8), dan membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 dan 10). Kerucut pengalaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

176

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Verbal Symbol Visual Symbol Recording Radio Still Pictures Movie Pictures Television E x i h i b it ion f i e l d t r i p s D e m o n s t r a t i o n

D r a m a t i z a t i o n Contrived Experiences

Direct Purposeful Experiences


Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 )

Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 )

Hampir sejalan dengan Egdar Dale, Burton (dalam Nasution, 1989) membagi
berdasarkan pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung. pengalaman Pengalaman tak langsung langsung yaitu turut melakukan dan mengalaminya. Sedangkan langsung yaitu turut melakukan dan mengalaminya. Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat dilihat berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan melihat melihat dipentaskan), peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar (melihat filmberdasarkan dan foto), berdasarkan peristiwa berdasarkan gambar (melihat film dan foto), lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membaca uraian lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membacadan uraian mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan indeks.

media berdasarkan pengalaman langsung dan pengalaman langsung. Pengalaman Hampir sejalan dengan Egdar Dale, Burton (dalam Nasution,tak 1989) membagi media

indeks. Sedangkan Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media dapat Sedangkan Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media dapat diartikan dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit, media

meliputi sejumlah yang dapat digunakan secara efektif proses pengajaran yang diartikan dalam alat pengertian sempit dan pengertian luas. untuk Dalam pengertian sempit, media telah direncanakan. Sedangkan dalam pengerttian luas, diartikan bukan hanya media meliputi sejumlah alat yang dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran yang komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang telah direncanakan. Sedangkan dalam pengerttian luas, diartikan bukan hanyadan media lebih sederhana seperti slide, photo, diagram, dan chart buatan guru, benda-benda kunjungan ke tempat di luar sekolah. Bahkan guru pun dapat menjadi salah satu media komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

177

presentasi seperi halnya radio dan televisi yang menyampaikan informasi.

Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada anakanak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih. Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anakanak yang peka dan auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan dengan bantuan media . Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, maka pengajar dewasa ini dapat dengan mudah memilihnya. Peralatan media yang pada mulanya terbatas dan sangat mahal dewasa ini dengan mudah dipelajari dan dipergunakan seperti kamera fotografi, kamera video, menjalankan proyektor slide, atau TV video. Akan tetapi tanpa memperhatikan apakah media yang digunakan bersifat lama atau baru maka yang terpenting adalah terletak pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keretampilan memilih, menggunakan, dan kemampuan mengembangkan perangkat lunak (Hartono, 1996).

Media yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup lengkap, tetapi tentu ada juga yang sangat minim dan terbatas. Jika minim atau bahkan tidak tersedia, maka mediamedia sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan bantuan beberapa siswa, misalnya kliping, media grafis, peta, atau gambar. Jika dilihat dari indera (sensory channels), media pembelajaran dapat dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio), dapat dilihat (visual), dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan dapat disentuh (touch). a. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data dan lain-lain b. Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset c. Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dan sebagainya d. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain e. Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain. f. Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur. g. Peristiwa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral. 178
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PKn diantaranya :

1. Media Visual Media visual sering disebut juga media tampak yang menggunakan indera penglihatan agar dapat memahaminya. Media visual dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan visual anak, mengembangkan imajinasi anak, meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak yang tidak mungkin dihadirkan dalam kelas, dan mengembangkan kreativitas siswa. Media visual itu sendiri secara garis besar dikelompokkan sebagai berikut: media visual diam, yang digolongkan menjadi: - media gambar datar, misalnya foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan hasil cetakan lain, gambar ilustrasi, gambar, kliping - media proyeksi diam, misalnya film bingkai/slides, film rangkai/film strip, transparansi, mikrofis, overhead projector - media grafis atau carta, misalnya grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta dan globe media visual yang bergerak, misalnya film bisu

a. Gambar Gambar yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan dengan tujuan pembelajarannnya. Gambar yang berwarna akan lebih menarik daripada yang tidak berwarna. Ukuran gambar juga harus dipertimbangkan supaya sesuai dengan benda aslinya dan memungkinkan untuk dilihat dari seluruh kelas. Mutu gambar juga harus mendapat perhatian, jangan sampai gambar yang ditampilkan tidak mempunyai mutu yang bagus sehingga mengaburkan maknanya. Judul dan penjelasan gambar perlu juga dipertimbangkan dengan matang Pemeliharaan gambar dilakukan dengan melapisi gambar dengan laminating / plastik, dan diberi bingkai agar tidak kusut.

Gambar adalah media umum yang paling banyak digunakan, oleh karena itu seharusnya setiap pengajar atau sekolah memiliki koleksi gambar-gambar, baik diambil dari guntingan koran atau majalah, fotografi, slide, fotocopy, atau pun gambar sket.

Gambargambar tersebut dapat disimpan dalam map, atau filing kabinet yang mudah dicari. Gambar yang diperagakan disusun di muka kelas atau pada dinding di sekeliling kelas. Gambar harus cukup jelas dipandang oleh siswa yang duduk di muka. Gambar yang kurang jelas akan mempersulit siswa dalam mengamati. Gambar yang baik akan banyak membantu siswa dalarn mengembangkan diskusi di kelas. Gambar gambar yang kecil dari buku teks atau buku PKn dapat direproduksi melalui film slide yang peragaannya melalui proyektor slide, atau yang berada dalam buku dapat diproyeksikan dengan pertolongan episcope atau epdiscope. Gambargambar dapat dipasang permanen baik di dalam kelas, di ruang perpustakaan sekolah, atau pada papan peraga yang disediakan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

179

dengan pertolongan episcope atau epdiscope. Gambar-gambar dapat dipasang permanen baik di dalam kelas, di ruang perpustakaan sekolah, atau pada papan peraga yang disediakan.

Contoh Papan Peraga Gambar b. Foto


Contoh Papan Peraga Gambar

b. Foto menunjukkan objek (benda) yang sebenarnya. Semuanya memberikan arti ide, kepada Foto digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan dan menunjukkan objek (benda) yang sebenarnya. Semuanya kepada pembelajaran sebab kata-kata saja tidak dapat memberikan arti memberikan dengan tepat, arti hidup, atau pembelajaran sebab kata-kata saja tidak dapat memberikan arti dengan tepat, hidup, cepat seperti yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar. Bagi siswa SMP/SMA, foto ini atau cepat seperti yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar. Bagi siswa SMP/SMA, foto lebih konkret daripada buku buku bacaan yang yang "abstrak". ini lebih konkret daripada bacaan abstrak.

Foto digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan

Contoh Media Contoh MediaFoto Foto c. Slide, film strip, film gerak: "diam" dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip. Alat ini sangat mudah pengoperasian dan penyimpanannya. Sebenarnya pengajar lebih mudah untuk memilih
180

Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

c. Slide, film strip, film gerak: Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara diam dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip. Alat ini sangat mudah pengoperasian dan penyimpanannya. Sebenarnya pengajar lebih mudah untuk memilih media ini daripada film gerak yang perangkat lunaknya sulit untuk direproduksi sendiri. Slide dan film strip akan mudah dibuat oleh para pengajar, dengan sedikit kepandaian memotret. Peralatan fotografi dewasa ini sudah bukan barang mewah lagi. Kesulitan yang biasanya terjadi adalah fasilitas ruang kelas sebagian besar tidak mendukung penayangan slide dan strip ini sebab dibutuhkan ruang gelap, seperti halnya penayangan film gerak. Berbeda jika dilakukan penayangan dengan transparansi OHP dan video. Penayangan slide, film strip, dan film gerak banyak tidak berhasil dengan memuaskan karena tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan rangkaian atau langkahlangkah perencanaannya, mulai dari persiapan, penjelasan pendahuluan, proses penayangan, dan akhir dari penayangan. d. Media Diagram, chart, grafis Banyak pilihan yang dapat dilakukan oleh para pengajar PKn, mereka akan mampu membuat sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Diagram dapat dirancang sesuai dengan tata cara pembuatannya. Susunlah diagram untuk menjelaskan suatu peristiwa tertentu. Akan banyak petunjuk tentang hubungan antar peristiwa serta distribusinya. Pada anak sekolah tingkat dasar dan menengah gabungan antara peragaan dan penjelasan dari suatu diagram adalah sangat baik.

Bentuk diagram banyak digunakan pengajar untuk menunjukkan garis peristiwa suatu pembagian waktu, semacam periodisasi yang sederhana. Akan tetapi sukar untuk diterapkan pada berbagai topik bahasannya. Sebab lini waktu akan sangat berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Lini waktu yang sederhana adalah berupa garis lurus yang dibagi sesuai dengan waktu dan peristiwa yang diminta. Dalam chart dapat digambarkan berupa gambaran tentang silsilah suatu tokoh atau alur waktu suatu periode pemerintahan dan suatu flow chart untuk memberikan petunjuk suatu alur organisasi suatu pernerintahan yang pernah berlaku. Chart adalah gambar yang menginformasikan hubungan, misalnya kronologis, jumlah, hierakhi. Chart dapat dibedakan:

1) Chart Organisasi hubungan dalam organisasi. Misalnya bagan organisasi Pemerintahan Desa/Kelurahan 2) Chart garis waktu (time line chart) menggambarkan hubungan kronologis antar beberapa peristiwa. kuda ---------- Mobil ------------Pesawat---------Roket> 1700 1800 1900 2000
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

181

3) Chart Klasifikasi hampir sama dengan Chart Organisasi, tetapi chart ini digunakan untuk klasifikasi objek atau kejadian 4) Chart Aliran (Flowchart) menunjukkan sebuah sekuen, prosedur, proses. Misal : 5) Chart Tabulasi (Tabular Chart) informasi prosedur penyusunan UU, proses pemilihan umum angka, data. Misalnya : hasil pemilu 5) Chart tahun Tabulasi (Tabular Chart) informasi angka, data. Misalnya : hasil pemilu tahun 2004. 2004.

Sedangkan grafis biasanya menyajikan bentuk visual dari sejumlah angka yang

diwakili oleh suatu bentuk visualnya seperti garis, batang, gambar orang, yang dsb. Dengan demikian, demikian, diagram yang memberikan gambaran sesuatu dapat diamati secara suatu diagram yang memberikan gambaran sesuatu yang dapat diamati secara statistik statistik atau kuantitatif disebut media grafis. Grafik dapat dibedakan atas grafik atau kuantitatif disebut media grafis. Grafik dapat dibedakan atas grafik batang/bar, batang/bar, grafik grafik dan grafik garis. grafik Gambar, grafikGambar, lingkaran, dan lingkaran, grafik garis.

diwakili olehgrafis bentuk visualnya seperti bentuk garis, batang, gambar orang, dsb. yang Dengan Sedangkan biasanya menyajikan visual dari sejumlah angka

Contoh Grafik Batang: .


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Contoh Grafik Batang:

East West North

. e. Transparansi dan Overhead Projector (OHP) e. Transparansi dan Overhead Projector (OHP) Transparansi dibuat dengan cara menulisi plastik transparansi. Transparasi ini Transparansi dibuat dengan cara menulisi plastik transparansi. Transparasi ini juga juga memerlukan proyektor, sebagaimana film bingkai dan film strip. Proyektor yang memerlukan proyektor, sebagaimana film bingkai dan film strip. Proyektor yang digunakan disebut overhead projector . Saat ini, penggunaan transparansi sudah semakin meluas di digunakan disebut overhead projector . Saat ini, penggunaan transparansi sudah semakin kalangan pendidik dan lainnya untuk mempresentasikan berbagai macam informasi.

1st Qtr

2nd Qtr

3rd Qtr

4th Qtr

Dalam penggunaan media ini, pengajar dapat langsung berhadapan dengan siswa dan dapat digunakan berulang-ulang. Namun beberapa sekolah masih belum mampu Dalam penggunaan media relatif ini, pengajar langsung berhadapan dengan siswa membeli media ini karena harganya mahal.dapat Selain itu penggunaan transparansi memerlukan cukup matang agar informasi ataupun gambar tersaji dan dapat persiapan digunakanyang berulang-ulang. Namun beberapa sekolah masih yang belum mampu dapat dipelajari dengan teliti oleh para siswa. Pengajar harus benar-benar mempersiapkan membeli media ini karena harganya relatif mahal. Selain itu penggunaan transparansi hal ini, sebab meskipun sederhana, di lapangan banyak pengajar yang belum tentu bisa memerlukan persiapan yang cukup matang agar informasi ataupun gambar yang tersaji menoperasikannya dengan benar.

meluas di kalangan pendidik dan lainnya untuk mempresentasikan berbagai macam informasi.

dapat dipelajari dengan teliti oleh para siswa.

Pengajar harus benar-benar

mempersiapkan hal ini, sebab meskipun sederhana, di lapangan banyak pengajar yang

belum tentu bisa Pendidikan menoperasikannya dengan benar. Pembelajaran Kewarganegaraan [PKn] 182

Media OHP memiliki fungsi untuk memudahkan guru dalam menyajikan pokok-pokok atau garis besar materi pelajaran. Selain itu OHP dapat meningkatkan daya tarik siswa untuk belajar sehingga perhatian siswa meningkat, lebih-lebih jika bagan atau butiran materi ditulis/ ditik dengan warna yang bervariasi. Kekurangan media transparasi antara lain: a) Memerlukan listrik b) Memerlukan peralatan khusus untuk menampilkan yaitu Overhead Projector (OHP) c) Memerlukan panataan yang khusus d) Memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatan e) Menuntut cara kerja yang sistematis karena susunan urutan mudah kacau Kelebihan media transparasi antara lain: a) Penggunaannya praktis b) Mempunyai variasi teknik c) Tahan lama/tidak mudah rusak d) Tidak memerlukan ruang gelap e) Mudah dioperasikan, sehingga tidak perlu operator f) Dapat disajikan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan g) Waktu penyajian dapat bertatap muka dengan peserta didik h) Dapat disiapkan sendiri oleh guru

Contoh Media OHP Projector (OHP) Contoh Overhead

Media OHP memiliki fungsi untuk memudahkan guru dalam menyajikan pokokLangkah-Langkah Pembuatannya: pokok atau garis besar materi pelajaran. Selain itu OHP dapat meningkatkan daya tarik 1) Analisis tujuan Pokok Bahasan yang akan diajarkan siswa materi untuk belajar sehingga perhatian siswa meningkat, lebih-lebih jika bagan atau 2) Analisis pelajaran untuk menentukan jenis media yang diperlukan.

butiran materi ditulis/ ditik dengan warna yang bervariasi. Kekurangan media transparasi antara lain: a) Memerlukan listrik

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

b) Memerlukan peralatan khusus untuk menampilkan yaitu Overhead Projector

183

3) Analisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran, kecepatan daya serap siswa, tingkat perbendaharaan kata yang dipakai. 4) Kembangkan bahan-bahan tersebut ke dalam transparansi yang telah disiapkan 5) Pengembangan transparansi dapat ditulis atau digambar sendiri dengan menggunakan spidol transparansi yang bersipat permanen, dan warna-warni sesuai pesan yang ingin disampaikan. Ukuran tulisan/gambar/bagan tidak melebihi ukuran layar proyektor ( kurang lebih 8,5 X 11 inci ). 6) Pengembangan transparansi dapat pula dan lebih bagus ditik komputer. Jika dicetak langsung dalam komputer, caranya ketik bagan/gambar/butiran materi kemudian dicetak menggunakan komputer langsung pada lembar tranfaransi khusus. Tetapi jika akan dicopy, maka ketik bagan/gambar/butiran materi pada lembar kertas kemudian difoto kopi. 7) Sajikan tarnsparansi di kelas sesuai urutan materi, dan fokusnya diatur sebaik mungkin sehingga apa yang tertera dalam transfaran dapat dibaca dan dilihat dengan jelas oleh semua siswa. 8) Selingi penyajian dengan dengan pertanyaan, tanggapan dan pernyataan dari siswa. f. Kliping Guntingan/potongan gambar atau tulisan yang diperoleh dari barbagai sumber seperti dari majalah, surat kabar, buku, kalender, katalog, iklan dan poster disebut dengan kliping. Kliping dapat membantu guru dan siswa dalam mencari informasi sehubungan dengan topik-topik tertentu. Misalnya kliping tentang pembatasan kekuasaan, pemilu pasca reformasi, maraknya korupsi, dan sebagainya. g. Poster Poster pada dasarnya bersifat simbolik dan dirancang untuk memberi pesan dengan cepat dan ringkas. Poster yang baik biasanya berwarna, menyajikan ide tunggal, tulisan jelas, kaya dengan variasi, lugas, dan terkadang mengandung pernyataan yang berlebihan. Poster dibuat di atas kertas, kain, batang dan bahan lain yang memungkinkan, sedangkan ukurannya biasanya relatif besar disesuaikan dengan tempat yang akan dipasangi. Guru dapat menggunakan media ini untuk menyimpulkan suatu unit bahasan tertentu ataupun pembahasan unit tertentu. Misalnya poster tentang dampak pelanggaran HAM, ajakan memilih calon partai politik tertentu, dan sebagainya. h. Gambar Kartun dan Karikatur Gambar kartun dan karikatur adalah gambar imajinatif yang menggunakan simbolsimbol tertentu dan terkadang agak berlebihan untuk menggambarkan orang atau situasi 184
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tertentu. Nilai pendidikannya cukup besar untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap serta perilaku. Gambar kartun biasanya disampaikan untuk merangsang keterampilan berpikir kritis siswa dalam mensikapi situasi atau kejadian yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, gambar kartun sering digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bersifat kritikan, ketidaksetujuan, masalah sosial yang menjadi keprihatinan banyak orang. Gambar kartun biasanya memuat esensi pesan dalam gambar yang sederhana, tidak rinci, menggunakan simbol-simbol dan karakter yang mudah dikenal. Pembelajaran yang dapat menggunakan gambar karikatur, misalnya pembahasan tentang hutan yang gundul, korupsi kolusi dan nepotisme (KKN), kegiatan pedagang asongan atau petani pada waktu musibah banjir, dan sebagainya. i. Flif Chart Tujuan penggunaan flif chart adalah membantu dan mempermudah siswa dalam memahami inti pelajaran, dan membantu guru dalam mengemukakan rangkaian ide atau informasi dengan menggunakan rangkaian gambar atau bagan yang telah disusun dengan rapi. Pembuatan flif chart dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah pembuatan sebagai berikut. 1) Analisis Materi pelajaran sesuai dengan materi pokok yang akan disampaikan 2) Mempersiapkan dan merumuskan konsep inti materi pelajaran yang akan disampaikan 3) Mengembangkan konsep inti dalam bentuk bagan, gambar, atau pernyataan ke dalam kertas manila karton dengan jumlah lembaran sesuai kebutuhan. Besar hurup dan spasi harus diatur supaya terbaca oleh seluruh siswa. 4) Kemudian dibundel dan dijepiT rapi 5) Setelah itu tempelkan pada standar khusus untuk itu atau standar papan tulis.

Dalam penggunaannya, guru menjelaskan materi pelajaran dengan memperlihatkan bagan/gambar/pernyataan satu persatu mengikuti urutan bahan yang sedang dibahas. Sesekali selingi dengan mengajukan pertanyaan atau meminta tanggapan siswa supaya siswa aktif dan kritis dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Media Audio Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang verbal, non verbal atau kombinasi keduanya. Media audio ini berkaitan erat dengan indera pendengaran. Pidato-pidato asli para pemimpin negara dan tokoh masyarakat, tokoh LSM, tukang becak, tukang bakso dan sebagainya dapat direkam dan dapat digunakan sebagai sumber belajar (misalnya: pembacaan RAPBN oleh presiden).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

185

Termasuk di dalam media ini adalah radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon. a. Radio Siaran audio dapat membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi audio, membuat suasana belajar lebih hidup dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi kejadian yang disiarkan. Apabila jadwal siaran acara radio sesuai dengan jadwal jam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, acara tersebut dapat langsung dimanfaatkan. Kerangka dan ikhtisar dilengkapi dengan pertanyaan yang dicarikan jawabannya dari siaran radio. Dengan melibatkan radio seperti ini anak-anak dilatih untuk membuat cacatan. Misalnya pembacaan tentang prosentase perolehan suara dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah secara langsung, nama-nama menteri yang baru dilantik, jnamanama partai politik peserta pemilu, dsb.

Jika acara siaran waktunya tertentu sehingga kemungkinan tidak cocok dengan jadwal pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka dalam hal seperti ini siaran dapat direkam. Selanjutnya penyajian hasil rekaman dilakukan seperti telah diuraikan dalam pemanfaatan audio kaset. b. Tape Recorder, Pita Suara, dan Piringan Hitam Kegunaan media ini hampir sama dengan media radio, yaitu meningkatkan komunikasi audio, meningkatkan suasana belajar dan melatih daya apresiasi siswa. Pita suara (kaset audio, audio cassette) dapat dipakai untuk merekam suara khas. Misalnya untuk menggambarkan hiruk pikuk di pasar, keramaian waktu panen di suatu daerah atau upacara tradisional yang khas. Mungkin kita perlu menjelaskan suasana suatu peristiwa yang disertai suara khas. Apabila suara itu dijelaskan dengan kata-kata saja mungkin suasananya akan hilang. Media audio memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media Audio antara lain: a) Materi tak akan berubah b) Biaya produksi relatif murah c) Peralatan paling murah dibanding dengan media lainnya d) Program kaset dapat disajikan di luar sekolah (wawancara, rekaman kegiatan, dll) e) Rekaman dapat dihapus dan kaset dapat dipakai ulang f) Penyajian sepenuhnya dikontrol penyaji Sedangkan kelemahannya adalah: a) Memerlukan listrik b) Memerlukan ketelitian dalam pembuatan (rekam) c) Harus selalu siap merekam suatu peristiwa 186
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

3. Media Audio-Visual Media audio-visual merupakan gabungan antara media audio dan media visual, misalnya: slide, dan film rangkai yang disertai dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif jika dibandingkan dengan kedua media sebelumnya. Ditinjau dari sifatnya, media audio-visual dibedakan menjadi dua, yaitu: - - Media audio-visual diam: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku dan suara Media audio-visual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.

a. Siaran Televisi Televisi di Indonesia sudah digunakan untuk pendidikan. Tinggal memilih acara yang relevan dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti halnya dengan film, televisi adalah kombinasi visual dan audio.Televisi merupakan media yang menyampaikan pesan melalui gambar gerak dan dilengkapi dengan suara. Pada saat ini guru dihadapkan pada berbagai pilihan stasiun televisi yang masing-masing mempunyai jenis acara yang berbeda-beda, yaitu: TVRI, TV swasta, dan jaringan TV luar negeri. Dengan demikian guru mempunyai kesempatan sekaligus tantangan untuk dapat memilih dan memanfaatkan program siaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. b. Film Film memberikan sumbangan yang besar bagi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Film memberikan kepada siswa pengalaman belajar dan dapat membantu menampilkan waktu berabad-abad (film sejarah atau peristiwa bersejarah) dan tempat yang berjarak ribuan kilometer di mana siswa dapat melihat tempat, orang, peristiwa yang tidak mungkin dilihatnya dengan cara lain.

c. Video dan Compact Disc Media ini sangat populer ditengah-tengah masyarakat. Seperti halnya film dan televisi, video tape atau pita video dan CD dapat pula menyajikan pesan audio-visual gerak untuk hal-hal yang nyata maupun fiktif. Dalam penggunaannya video dan CD memerlukan player dan televisi. Itu sebabnya mengapa banyak guru yang belum menggunakan video dan CD karena jangkauannya terbatas, peralatannya cukup mahal, dan kurang praktis. Selain media di atas, Masyarakat merupakan sumber dan media utama dalam pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat sebagai media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orangorang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

187

ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi dan (c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber bergantung kepada tujuan dan hakikat pokok bahasan dalam pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Termasuk di dalam sumber belajar di dalam masyarakat adalah kerja lapangan, studi wisata, perkemahan. Masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa merupakan sumber pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak pernah kering. Dalam masyarakat siswa dapat melihat langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat kepada siswa diperkenalkan konsep geografi setempat, masalah kehidupan kelompok (Pendidikan Kewarganegaraan), proses dan mekanisme pemerintahan (civics, ilmu politik), aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa (Pendidikan Kewarganegaraan), adat-istiadat setempat (anthropologi), dan lokasi warisan sejarah yang ada (sejarah). Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harnonis sebagai bangsa Indonesia, misalnya. Dengan demikian masyarakat dapat memberi sumbangan yang penting dalam program pembelajaran PKn. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

1) Mengundang anggota atau tokoh masyarakat setempat ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa-siswa mengenai suatu topik yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya). Anggota atau tokoh masyarakat itu mungkin seorang dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarawan dan sebagainya. Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara tentang tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak SD. Umumnya nara sumber yang bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka sehari-hari atau tentang masa lalu. 2) Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat di tempat mereka tinggal atau berada. Untuk itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan (wawancara).

Nara Sumber

Nara sumber memberikan kesempatan kepada para siswa memperoleh pengalaman lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam studi lapangan para siswa mengenal lingkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan isi lingkungan. 188
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mereka yang dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya masing-masing.

Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan: a) Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak. b) Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya. c) Nara sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong belajar, bukan untuk memberikan suguhan hiburan. d) Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang efektif dapat mendorong tumbuhnya perhatian. e) Nara sumber yang diundang adalah mereka yang mempunyai pandangan luas dan terbuka, tidak berat sebelah. f) Nara sumber adalah mereka yang tertarik kepada anak-anak.

Apakah Saudara sudah memahami dan dapat membuat media tersebut? Penulis percaya bahwa Saudara mampu merancang dan membuat media pembelajaran dengan baik, selamat mencoba. Baiklah, mari kita singgung sedikit tentang media lain yang sering digunakan dan merupakan ciri khas dalam pembelajaran PKn. Pembelajaran materi PKn sebagai pendidikan nilai moral memerlukan media tertentu yang dapat berperan sebagai stimulus (perangsang) bagi potensi afektual siswa. Untuk keperluan tersebut, kualifikasi media stimulus hendaknya: a) terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa; b) memuat nilai/moral yang dilematis; c) diambil dari kehidupan atau peristiwa nyata, dan d) menarik perhatian dan minat siswa untuk melibatkan diri. Kosasih Djahiri (1992) mengemukan ada dua pertimbangan yang dijadikan landasan bahwa media stimulus sangat penting dalam pengajaran PPKn sebagai pendidikan nilai, moral, norma yaitu pertama, dunia dan potensi serta proses afektual peserta didik hanya dapat bergetar dan terlibatkan apabila ada media stimulus (perangsang) yang menggetarkan. Kedua, proses afektual sukar terjadi melalui bahan ajatr yang konsepsional, teoritik dan normatif. Bahan ajar ini masih harus diolah dan dimanipulasi oleh guru menjadi media stimulus afektif berkadar tinggi.

Salah satu media stimulus yang sering digunakan dalam pembelajaran materi pendidikan nilai adalah lembaran VCT daftar dan lembaran cerita kasus baik kisah nyata maupun fiktif yang direkayasa oleh guru. Contoh cerita kasus (fiktif) tabrak lari. Ceritera tersebut dapat Saudara buat sendiri atau mengutif dari media massa. Contoh ceritera (fiktif) untuk stimulus:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

189

TABRAK LARI
Suatu pagi Masan seorang tukang sayur yang biasa berkeliling di desa Malabar menyeberang jalan raya tanpa memperhatikan kendaran yang melintas jalan tersebut, tiba-tiba muncul sebuah minibus dengan kecepatan tinggi dan menabrak tukang sayur tersebut. Kaki Masan tergilas kendaran itu dan mengalami patah kaki. Supir minibus yang bernama Teddy sedang dalam keadaan mabuk melarikan diri tanpa meperhatikan Masan. Masyarakat yang kebetulan mengetahui kejadian tersebut mengejar Teddy dan tertangkap sekitar 3 kilometer dari tempat kejadian. Kemudian beberapa pemuda ramairamai memukuli Teddy hingga pingsan dan baru mereka berhenti setelah datang anggota polisi lalu lintas melindungi Teddy dan kelompok pemuda itu sendiri kabur. Sedangkan Irwan dan Yandi siswa salah satu SLTP di daerah itu memberi pertolongan kepada Masan dan membawanya ke Puskesmas terdekat. Istri Masan yang sedang hamil tua yang datang ke Puskesmas beberapa jam setelah kejadian menangis melihat suaminya terbaring tak berdaya. Padahal biaya hidup dan sekolah anaknya hanya mengandalkan dari hasil jual sayuran yang tidak seberapa. Masan sendiri pasrah dan akan memaafkan kelalaian Teddy. Langkah pembuatan dan penggunaan media stimulus cerita kasus sebagai berikut.

1) Menganalisis materi pokok yang akan dijarakan, kemudian tentukan pencapaian target nilai-moral yang diharapkan 2) Membuat ceritera suatu peristiwa yang pernah atau sering terjadi. Cerita tersebut mengandung nilai-moral dilematis dan sesuai dengan target nilai-moral harapan 3) Usahakan ceritera yang telah disiapkan itu diperbanyak sejumlah siswa, sehingga semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelajari ceritera tersebut. 4) Pada saat pelaksanaan beri kesempatan kepada siswa untuk membaca ceritera itu sekitar 3- 5 menit, kemudian beberapa siswa diminta komentarnya terhadap materi ceritera itu. Atau bisa saja diberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh semua siswa, misalnya : Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut? Apa yang akan kalian lakukan jika menjadi saudara atau isitri tukang sayur? Apa yang aknan dilakukan jika menjadi Teddy? Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan nilai-nilia Pancasila? dan sebagainya. Ajak siswa mendiskusikan cerita tersebut dan arahkan pada nilai moral yang diharapan Menyimpulkan materi pembelajaran. 190
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Rangkuman
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Media sebagai alat bantu visual dapat: (1) mendorong motivasi belajar; (2) memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak; dan (3) mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan isi. Jenis media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu: 1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) demonstrasi; 5) karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9) lambang visual; dan 10) lambang verbal. Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anakanak yang peka dan auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan.

Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PKn diantaranya : (1) Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data dan lain-lain; (2) Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset; (3) Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dan sebagainya; (4) Halhal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain; (5) Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain; (6) Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur; (7) Peristiwa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

191

Tes Formatif 1
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Media sebagai alat bantu visual dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk, kecuali: A. mendorong motivasi belajar B. memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak C. mempertinggi daya serap atau retensi belajar D. penentu keberhasilan belajar PKn

2. Media pembelajaran yang disusun dengan baik, memiliki manfaat atau nilai praktis yaitu... A. Memvisualkan yang abstrak B. Membawa objek yang sukar didapat C. Menampilkan objek yang mudah diamati mata D. Membawa objek yang terlalu besar 3. Sebelum memilih media pembelajaran, hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang guru adalah.... A. tujuan instruksional yang ingin dicapai B. tingkat usia dan kematangan siswa C. kemampuan baca siswa D. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut

4. Dalam memilih media pembelajaran seorang guru perlu mempertimbangkan bahwa .... kecuali: A. Penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran B. Media yang digunakan hendaknya belum dikenal siswa C. Media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran D. Media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience 5. Tayangan televisi adalah salah stau contoh jenis media .... A. visual B. audio C. audio-visual D. gerak 192
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Media yang dapat dimanfaatkan oleh siswa melalui pengalaman langsung adalah...., kecuali: A. dramatisasi B. pameran C. demonstrasi D. karyawisata 7. Contoh media grafis adalah .... A. film bingkai/slides fakta B. film rangkai/film strip C. diagram D. transparansi

8. Kelebihan media transparansi adalah ... A. Tidak memerlukan ruang gelap B. Memerlukan panataan yang khusus C. Memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatan D. Penggunaannya praktis

9. Media audio memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media Audio antara lain..., kecuali: A. Materi tak akan berubah B. Biaya produksi relatif murah C. Peralatan paling murah dibanding dengan media lainnya D. Memerlukan listrik 10. Tokoh-tokoh masyarakat dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan.... kecuali: A. Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak. B. Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya. C. Nara sumber perlu melawak memberikan suguhan hiburan. D. Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

193

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: Jumlah jawaban Anda yang benar

194

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Sumber Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal dan diharapkan telah memahami dan mampu mengembangkan media pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk mengenal dan berlatih dalam mengembangkan sumber pembelajaran PKn. Dalam pembelajaran PKn, sumber materi pembelajaran sangat penting karena masalah kewarganegaraan merupakan masalah yang dinamis dan sangat cepat berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Di pihak lain, untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn, guru perlu mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga materi pembelajaran PKn akan selalu aktual, kontekstual, dan sesuai dengan dunia peserta didik di jenjang Madrasah Ibtidaiyah. Oleh karena itu, untuk menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran PKn, guru perlu mengenal, memahami, dan menyeleksi sumber belajar yang tepat.

Sumber Belajar PKn


Apakah sumber pembelajaran PKn itu? Salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, sumber belajar ini tidak cukup hanya dari buku teks atau buku paket saja. Dalam pembelajaran PKn, Anda dapat menggunakan sumber belajar yang diperoleh dari media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal; dari media elektronik seperti siaran TV, radio, film; dan manusia (nara sumber) baik tokoh masyarakat dan pakar di bidang tertentu maupun pejabat di suatu instansi/ organisasi. Pemanfaatan sumbersumber belajar tersebut akan lebih memperkaya bahan ajar yang diuraikan dalam buku teks atau buku paket, di samping akan meningkatkan gairah belajar siwa. A.Kosasih
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

195

Djahiri (1990) menegaskan bahwa diantara sumber belajar penting dalam PKn adalah: a) b) c) d) e) f) g)

Kekeliruan yang sering dilakukan guru di lapangan adalah hanya menggunakan buku teks atau paket yang dijadikan satu-satunya sumber bahan ajar. Padahal realita kehidupan di masyarakat dan berita media cetak dan elektronik merupakan sumber belajar yang lebih aktual dibandingkan dengan isi buku teks atau paket. Buku teks atau paket akan mudah ketinggalan perkembangan informasi baru khususnya yang berkenaan dengan informasi politik dan ketatanegaraan yang saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat mendasar. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk aktif dan kreatif mencari informasi baru yang diperoleh dari berbagai media massa baik media cetak maupun elektronik yang relevan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Misalnya, ketika akan membahas materi pokok kedaulatan rakyat dan sistem politik khususnya yang berkaitan dengan contoh-contoh penyimpangan ketatanegaraan yang sedang terjadi, Anda dapat mengkaji dari berita surat kabar dan siaran atau diskusi dalam televisi. Demikian pula dalam membahas budaya demokrasi dapat diperkaya dengan mengambil sumber dari kehidupan riil di masyarakat .

sumber formal perundangan buku paket/acuan resmi bahan/publikasi/informasi instansi resmi media massa yaitu TV, surat kabar, majalah buku/literatur keilmuan kitab suci kehidupan riil, adat, ipoleksosbudhankam, lingkungan sekitar, daerah, nasional, dan internasional.

Dengan demikian, sumber belajar tidak cukup hanya dari buku teks atau paket, tetapi harus di lengkapi dengan sumber-sumber lain. Bahkan Nasution (1992) mengemukakan bahwa sumber-sumber belajar bisa diperoleh dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, dan lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat audiovisual, dan sebagainya.

Sumber Belajar Pada Masyarakat


Masyarakat dan aktivitas pemerintah merupakan sumber dan media utama dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perilaku pemerintah sebagai media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orangorang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan 196
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

(c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber tergantung pada tujuan dan kompetensi dasar dalam standar isi. Termasuk sumber belajar yang ada dalam masyarakat adalah kerja lapangan, studi wisata, dan perkemahan.

Masyarakat dan pemerintahan di sekitar tempat tinggal siswa merupakan sumber pembelajaran PKn yang tidak pernah kering. Dalam masyarakat siswa dapat melihat langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat perlu diperkenalkan kepada siswa tentang konsep-konsep lain yang berasal dari disiplin geografi, masalah kehidupan kelompok dari disiplin sosiologi, proses dan mekanisme pemerintahan dari civics/ ilmu politik, aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa dari ekonomi, adat-istiadat setempat dari anthropologi, dan lokasi warisan sejarah yang ada dari disiplin sejarah. Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harnonis sebagai bangsa Indonesia. Dengan demikian masyarakat dan kehidupan pemerintah dapat memberi sumbangan yang penting dalam program pembelajaran PKn. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program pembelajaran PKn. 1. Mengundang anggota atau tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah setempat ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa-siswa mengenai suatu topik yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya). Anggota atau tokoh masyarakat itu mungkin seorang dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarahwan dan sebagainya. Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara tentang tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa MI. Umumnya nara sumber yang bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka sehari-hari atau tentang masa lalu. 2. Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintahan di tempat mereka tinggal atau berada. Untuk itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan melalui wawancara.

Nara Sumber

Nara sumber memberikan kesempatan kepada para siswa memperoleh pengalaman lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam studi lapangan para siswa mengenal lingkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan isi lingkungan. Mereka yang dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

197

dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya masing-masing.

Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan: Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak. Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya. Nara sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong belajar, bukan untuk memberikan suguhan hiburan. Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang efektif dapat mendorong tumbuhnya perhatian. Nara sumber yang diundang adalah mereka yang mempunyai pandangan luas dan terbuka, tidak berat sebelah. Nara sumber adalah mereka yang tertarik kepada anak-anak.

Jauh sebelum kelahiran mata pelajaran PKn di Indonesia, Leppert (1963) mengemukakan bahwa program pembelajaran PKn hendaklah memberikan kesempatan kepada sekolah (siswa) untuk menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber informasi, seperti membaca buku sumber, menyajikan media audiovisual, dan sumbersumber yang diperoleh dari lingkungan masyarakat. Sumber-sumber tertulis baik yang berupa fiksi maupun faktual, jika diilustrasikan dengan baik, dapat diperkenalkan untuk membantu siswa memperluas wawasan, mengemukakan konsep baru, dan memperluas dan memperdalam pemahaman mereka. Sebelum anak-anak menggunakan sumber informasi, seperti buku, majalah, ensiklopedia, dan katalog kartu, mereka perlu mengetahui susunan alpabet agar dapat menemukan lokasi tempat buku di perpustakaan. Pada tingkat SD/MI, para siswa hendaknya telah diperkenalkan bagaimana mengumpulkan informasi selain dari buku teks, seperti biografi dan autobiografi, bukubuku yang bertema khusus, fiksi, ensiklopedi, kamus dan penggunaanya, referensi tambahan yang menunjang, majalah (current periodicals), peta dan atlas. Demikian pula, informasi yang ada di masyarakat, bahan-bahan audiovisual, film, bioskop, radio, televisi, catatan harian, VCD, dan sebagainya.

Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), dan (3) sumber-sumber bukan bacaan (nonreading materials). Bagaimana memperoleh dan menghimpun sumber informasi? Bagaimana menggunakan atau memanfaatkan sumber informasi ini? merupakan pertanyaan yang akan memandu uraian pembahasan dalam kegiatan belajar di bawah ini. Pertama, penggunaan bahan bacaan sebagai sumber informasi meliputi: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan publikasi pemerintah. Buku merupakan sarana dasar untuk belajar bagaimana menemukan dan mengumpulkan informasi. Para siswa dapat membaca dan menganalisis buku teks dan buku-buku lainnya untuk mendapatkan 198
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

jawaban atas pertanyaan, memeriksa kebenaran informasi, memperoleh pengertian tentang unit studi, membuat pilihan dan keputusan yang lebih cerdas, dan memecahkan masalah. Penggunaan buku sebagai instrumen dalam memperoleh informasi memerlukan kemampuan siswa dalam menggunakan daftar isi, indeks, kartu katalog, ensiklopedi, atlas, kamus, almanak, surat kabar, dan rujukan lainnya. Sejumlah kemampuan ini sering terlupakan oleh sebagian guru bahkan tidak pernah siswa mendapat kesempatan atau dibimbing untuk memperoleh keterampilan ini. Padahal, keterampilan tersebut merupakan dasar (basic skills) bagi anak didik untuk membantu mempermudah menggali dan menghimpun informasi. Bagaimana penggunaan sumber informasi dari bahan bacaan buku tersebut? Berikut ini adalah contoh petunjuk perbandingan pembelajaran penggunaan daftar isi dan daftar indeks.
Pertanyaan 1. Dimana? Pada halaman bagian depan atau belakang Daftar Isi 1. Pada bagian depan 2. Untuk menunjukkan lokasi bab 3. Ketika ingin mencari judul bab 4. Lihat daftar bab Daftar Indeks 1. Pada bagian belakang 2. Menunjukkan nama dan topik menurut susunan alpabetis. 3. Untuk temukan kata kunci dari topik. 4. Catat halaman dimana topik itu berada.

2. Mengapa? Untuk menunjukkan urutan atau lokasi bab. 3. Kapan ? Digunakan ketika ingin mencari judul bab atau cerita.

4. Bagaimana? Lihat daftar bab dan bergeser ke sebelah kanan, lihat halaman bab.

Apabila para siswa telah mahir dalam menggunakan buku sebagai sumber bacaan, maka Anda dapat memperkenalkan atau mencoba melatih para siswa memanfaatkan perpustakaan dimana terdapat berbagai jenis ragam buku. Perpustakaan merupakan sumber yang sangat diperlukan oleh guru PKn maupun guru mata pelajaran lainnya untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan menghimpun informasi. Oleh karena itu, guru PKn dan petugas perpustakaan (librarian) perlu bekerja sama dalam membuat kesepakatan untuk keperluan proses belajar mengajar, khususnya dalam menggunakan katalog dan bahan rujukan lain guna mendapatkan bahan-bahan informasi, aturan penggunaan perpustakaan, dan sebagainya.

Di dalam perpustakaan, kita dapat mendapat informasi bukan hanya dari bukubuku teks, melainkan dari beragam jenis majalah dan surat kabar (periodicals). Karena kompetensi kewarganegaraan merupakan tujuan utama pembelajaran PKn, maka majalah dan surat kabar yang berkaitan dengan isu-isu dan masalah-masalah kewarganegaraan merupakan sumber informasi yang penting. Setiap siswa sekolah menengah hendaknya
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

199

tidak hanya mengetahui bagaimana mencari kolom iklan melainkan harus tahu pula bagaimana menemukan kolom artikel yang ada hubungannya dengan pekerjaan kelas PKn. Banyak majalah mingguan dan bulanan, tabloid, surat kabar, buletin yang memuat isu-isu aktual, seperti Tempo, Gatra, Populer, Merdeka, Kompas, Republika, Pikiran Rakyat, Media Indonesia.

Sebagai latihan, coba Anda kelompokkan jenis sumber informasi periodik tersebut menurut jenis majalah, tabloid, surat kabar, buletin. Anda dapat memasukkan jenis lainnya sebanyak yang Anda ketahui.

Publikasi pemerintah dapat pula digunakan sebagai sumber informasi dari bahan bacaan. Dalam hal ini, guru PKn hendaknya memberikan bahan-bahan pilihan dari badan-badan pemerintahan daerah dan pemerintah pusat untuk para siswa di Madrasah Ibtidaiyah. Sumber informasi dari badan pemerintah ini dapat berupa buletin, liflet, pamplet, peta, dsb. Perolehan sumber melalui surat menyurat dan kunjungan langsung oleh siswa dan guru ke berbagai badan pemerintahan dan departemen merupakan cara yang efektif untuk mendaaptkan publikasi negara dan pemerintah. Demikianlah beberapa bahan bacaan sebagai sumber informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan meningkatkan kompetensi kewarganegaraan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap berbagai jenis sumber informasi bacaan tersebut, kerjakan latihan berikut ini. Pada setiap kolom kosong yang sejajar dengan setiap pernyataan Kolom A, tulislah nomor kata atau konsep pada Kolom B yang menurut anda paling cocok!

200

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pilihan Ceklis __________ __________ __________ __________ __________ __________ __________ __________ __________

Kolom A Pada bagian muka buku dan memberikan pengarang, judul, dan penerbit buku. Daftar bab buku. Sebuah buku map. Membantu anda menemukan buku pada rak. Ditemukan pada bagian belakang buku. Disusun pada rak secara alpabetis dengan nama orang tentang oleh siapa buku ditulis. Memberikan nama orang yang tersusun secara alpabetis. Memberikan makna kata-kata. Daftar judul buku secara alpabetis. Daftar semua buku di perpustakaan.

Kolom B 1. Katalog kartu 2. Buku petunjuk telepon 3. Biografi 4. Indeks 5. Kamus 6. Nomor buku 7. Atlas 8. Halaman judul buku 9. Daftar isi 10. Punggung buku

Kedua, masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mencakup: file sumber masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat. Masyarakat di kawasan tertentu merupakan laboratorium berharga yang memberikan pengalaman kepada siswa dalam mendapatkan informasi tentang lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi. Selain itu, sumber informasi masyarakat ini memberikan makna bagi kehidupan kelompok dan kontribusi penting untuk mengidentifikasi dan memahami kesamaan dan perbedaan dalam budaya.

Pemanfaatan masyarakat secara efisien dan efektif sebagai laboratorium proses belajar mengajar dalam memperoleh informasi berkaitan dengan unit kajian dalam PKn. File sumber masyarakat menjadi instrumen baik bagi guru maupun siswa. Di lingkungan sekolah yang belum mengembangkan file sumber masyarakat, guru PKn perlu mempunyai file sendiri dan melibatkan siswa dalam kegiatan. Pengelompokan dan pengorganisasian sumber dari masyarakat meliputi: bisnis, komunikasi, budaya, pemerintahan, sejarah, perindustrian, transportasi, rekreasi dan permainan. Sedangkan lembaga dan instansi yang dapat dijadikan sumber informasi di masyarakat meliputi: Pusat Kota, Balai Kota, Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Umum, Perdesaan, Ibu Kota Negara, Kantor Pos, Pengadilan, Biro Cuaca, Perumahan, Kehutanan, dsb. Selain perolehan informasi melalui sumber di atas, para siswa dapat dibelajarkan pula melalui pelatihan mewawancarai narasumber dan hasilnya dilaporkan kepada seluruh kelas. Atau guru dan siswa secara bersama mendatangkan narasumber ke kelas untuk mendiskusikan suatu tema, menunjukkan keahlian atau menunjukkan bahan-bahan PKn yang tidak pernah diperoleh di sekolah. Namun, apabila narasumber itu tidak dapat hadir di kelas maka beberapa siswa dapat mewawancarainya dan mencatatnya bahkan dapat dibantu dengan alat rekaman. Catatan ini dapat digunakan sebagai laporan di kelas untuk memberikan rasa kontak langsung dengan orang yang diwawancarainya. Catatan perjalanan terhadap tempat-tempat yang dikunjungi dan bentuk perjalanan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

201

yang akan direncanakan tergantung pada tingkat perkembangan dan kecakapan siswa serta topik yang dikaji. Untuk siswa jenjang SD/MI, lokasi yang dapat dikunjungi dapat meliputi kantor pos, perkebunan, station pemadam kebakaran, pusat-pusat kesehatan masyarakat, bank, dan kantor-kantor pemerintahan daerah. Keberhasilan perjalanan lapangan dalam rangka proses pembelajaran untuk menghimpun informasi tergantung pada keluasan rencana yang dibuat oleh guru dan siswa. Keterampilan-keterampilan yang perlu dipersiapkan antara lain merumuskan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, menentukan hal-hal yang perlu dicatat, kesepakatan kerjasama antara pihak sekolah dan sumber informasi, dan pelaksanaan diskusi tindak lanjut dan evaluasi. Survey masyarakat, seperti terhadap nara sumber atau perjalanan lapangan, merupakan cara keterampilan pembelajaran dalam memperoleh dan pemanfaatan informasi di laboratorium sekolah, dan masyarakat di perdesaan maupun di perkotaan. Karena wawancara dan daftar pertanyaan merupakan aspek penting dalam tahap persiapan atau pelaksanaan survey, maka guru perlu merencanakan pengalaman yang memudahkan dan meningkatkan pemahaman siswa. Keberhasilan survey masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dalam mendapatkan dan memanfaatkan sumber informasi tergantung pada keluasan rencana yang dibuat oleh siswa. Model pertanyaan yang dapat dirumuskan untuk survey masyarakat antara lain: - - - - - Apakah tujuan survey? Sumber informasi apakah yang kita perlukan? Pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan untuk mencapai tujuan survey? Apakah pertanyaan tersebut akan menghasilkan data yang bermanfaat? Jenis informasi apakah yang harus diperoleh dari survey masyarakat?

Survey masyarakat hendaknya memberikan kontribusi dalam pengembangan keterampilan, seperti: (1) membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan; (2) merumuskan generalisasi berdasarkan data yang cukup dan valid; dan (3) melaporkan temuan-temuan secara akurat dan obyektif. Ketiga, bahan-bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Bahan-bahan ini meliputi: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio, dan televisi.

Tergantung pada isi pesan, gambar bergerak seperti kartun, filmstrip, slides dapat digunakan secara selektif untuk memperkenalkan, mengembangkan, atau merangkum suatu unit kajian. Dalam proses perencanaan, guru hendaknya mempersiapkan pertanyaan untuk memandu siswa pada saat mereka menggunakan sumber tersebut. Misalnya, siswa dapat diperkenalkan dengan film dokumenter tentang aksi unjuk rasa atau demonstrasi mahasiswa dan masyarakat yang menuntut agar RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) tidak disahkan oleh DPR. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain: Apa masalah yang diperselisihkan oleh mahasiswa dan pihak pemerintah/DPR tentang 202
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

RUU tersebut? Mengapa mereka bersikeras agar RUU tersebut dibatalkan? Apa tujuan dari RUU dan tujuan mahasiswa melakukan unjuk rasa?

Peta, grafik, dan poster merupakan bahan-bahan sumber informasi yang menunjukkan hubungan antara fakta dan ide serta perbandingannya tentang data orang, uang, atau jarak tempat, dalam bentuk visual sehingga sumber informasi akan bermakna bagi siswa. Garis waktu dapat membantu siswa memahami urutan peristiwa dan dapat mempermudah pengembangan perspektif sejarah. Peta dapat menunjukkan cara dari sejumlah peristiwa dapat memberi kontribusi terhadap peristiwa yang lebih luas. Misalnya, berapa besar impor dari negara-negara lain berkontribusi terhadap pengadaan pangan di negara kita.

Rekaman, radio dan televisi sebagai sumber informasi berupa suara memberikan dimensi baru dalam bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya informasi bagi siswa. Ketika media ini digunakan secara tepat, siswa dapat mempunyai akses untuk melakukan diskusi tentang isu-isu terkini, demikian pula peristiwa-peristiwa sejarah terkenal. Wawancara dengan pejabat pemerintah yang direkam dengan tape recorder seperti dengan wali kota, bupati, gubernur, wakil dewan, pimpinan perusahaan dapat memberikan informasi tentang fungsi, tugas, dan kewajiban pejabat-pejabat tersebut serta masalah-masalah yang dihadapinya di masyarakat. Keterampilan menghimpun informasi melalui sarana dan saluran di atas merupakan bahan-bahan yang sangat berharga dalam proses pembelajaran PKn. Pengembangan keterampilan ini memang diakui masih langka baik dalam teori apalagi dalam praktek. Oleh karena itu, Anda yang telah lebih dahulu mendapat informasi ini akan lebih bermanfaat apabila mencoba memulainya di kelas Anda bersama para siswa.

Rangkuman
Salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini.

Masyarakat dan aktivitas aparatur pemerintah merupakan sumber dan media utama dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perilaku pemerintah sebagai media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orang-orang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan (c) nara sumber.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

203

Sebagaimana program pembelajaran pada umumnya, pembelajaran PKn hendaklah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, memilih, dan menggunakan beragam jenis sumber belajar untuk pembelajaran PKn. Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), (3) sumbersumber bukan bacaan (nonreading materials). Setiap sumber informasi ini mempunyai karakteristik tertentu yang saling mendukung kompetensi kewarganegaraan dan akurasi hasil pengambilan keputusan. Bahan bacaan sebagai sumber informasi meliputi: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan publikasi pemerintah. Masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mencakup: file sumber masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat. Bahanbahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi meliputi: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio, dan televisi.

204

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Sumber belajar yang diperoleh dari media cetak meliputi... kecuali: A. buku B. majalah C. surat kabar D. artikel internet

2. Berikut ini adalah sumber informasi yang berasal dari bahan bacaan kecuali: A. film B. ensiklopedi C. majalah D. kamus

3. Keterampilan menghimpun informasi dengan cara menggunakan indeks dilakukan terhadap sumber: A. majalah B. peta C. catatan harian D. buku teks 4. Untuk mengetahui halaman bab tertentu, kita dapat melihat: A. katalog B. daftar isi C. indeks D. daftar tabel

5. Membaca dan menganalisis buku teks bertujuan untuk.... kecuali: A. mencari jawaban atas pertanyaan B. memeriksa kebenaran informasi C. membuat keputusan yang cerdas D. mencari masalah baru

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

205

6. Untuk mencari suatu definisi istilah dari sebuah buku, kita dapat menemukan dengan cepat apabila melihat: A. daftar isi B. indeks C. daftar pustaka D. bab demi bab 7. Informasi dapat diperoleh dari masyarakat melalui .... kecuali: A. survey B. wawancara C. perjalanan lapangan D. mengkaji daftar isi

8. Sumber belajar/informasi dari masyarakat untuk bahan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah rendahnya produktivitas barang dapat diperoleh dari organisasi: A. kebudayaan B. transportasi C. perindustrian D. sejarah 9. Penggunaan hasil menghimpun informasi oleh siswa dari masyarakat adalah: A. untuk laporan kelas B. langsung dipublikasikan kepada umum C. untuk memperbaiki ekonomi D. untuk laporan kepada kepala sekolah 10. Survey masyarakat yang baik hendaknya memuat hal-hal berikut... kecuali: A. membedakan antara fakta yang relevan dengan yang tidak B. merumuskan generalisasi C. melaporkan data secara akurat D. mendapat imbalan materi

206

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

207

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 :
1. D. penentu keberhasilan belajar PKn 2. C. Menampilkan objek yang mudah diamati mata 3. A. tujuan instruksional yang ingin dicapai 4. B. Media yang digunakan hendaknya belum dikenal siswa 5. C. audio-visual 6. B. pameran 7. C. diagram 8. A. Tidak memerlukan ruang gelap 9. D. Memerlukan listrik 10. C. Nara sumber perlu melawak memberikan suguhan hiburan.

Tes Formatif 2
1. C 2. A 3. D 4. B 5. D 6. B 7. D 8. C 9. A 10. D

edukatif film buku teks daftar isi mencari masalah baru indeks mengkaji daftar isi perindustrian untuk laporan kelas mendapat imbalan materi

208

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN


MI KELAS RENDAH

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

209

210

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN MI KELAS RENDAH

Pendahuluan
Modul ini membahas tentang keterkaitan mata pelajaran PKn dengan mata pelajaran lainnya yang ada di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Secara khusus modul ini akan membahas model pembelajaran tematis dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah kelas rendah, yakni Kelas I, II, dan III, sebagai bahan ajar untuk para mahasiswa guru, yakni para mahasiswa yang sedang mendalami mata kuliah pembelajaran PKn.

Dengan mengkaji modul ini, diharapkan guru dan/atau calon guru MI memiliki pemahaman dan wawasan yang luas dan komprehensif tentang desain pembelajaran tematis PKn dan model pembelajaran tematis PKn di MI Kelas I, II, dan III. Perlunya pengembangan model pembelajaran tematis ini didasarkan pada kebijakan tentang pembelajaran di kelas rendah SD/MI yang dianjurkan agar mnerapkan pendekatan tematis. Hal ini berlandaskan pula pada kondisi/karakteristik siswa SD/MI untuk Kelas I, II, dan III yang umumnya ada pada tahap perkembangan operasi konkrit dan kemampuan berpikir holistik. Secara umum, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda memiliki kemampuan merancang pembelajaran kreatif dan partisipatif untuk PKn MI Kelas I, II, dan III. Sedangkan secara khusus, diharapkan Anda mampu: 1. Menjelaskan pengembangan desain pembelajaran tematis PKn MI 2. Mengembangkan model pembelajaran tematis PKn MI Kelas I, II, dan III

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas PKn Madrasah Ibtidaiyah.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

211

Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Desain model Pembelajaran Tematis PKn MI Kelas Rendah 2. Model Pembelajaran Tematis PKn MI Kelas Rendah

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang keharusan menerapkan pembelajaran PKn khususnya dalam membelajarkan PKn di Madrasah Ibtidaiyah. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

212

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Desain Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah

Pada kegiatan belajar 1 modul ini, akan dibahas tentang pengembangan desain pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang desain pembelajaran di MI kelas rendah ini snagat penting karena siswa MI kelas rendah memiliki karakteristik unik yang berbeda dari karakteristik siswa MI kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal tersebut, perlu ada kejelasan tentang pembelajaran tematik.

Apa pembelajaran tematik itu?


Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas (expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan negara). Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan kurikuler di MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran. Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

213

yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.

Bredekamp (1992) berpandangan bahwa pada usia pendidikan dasar (6-15 tahun) kemampuan intelektual, sosio emosional, fisik dan moral anak, berkembang secara terpadu, sehingga proses pengembangan dalam pembelajaran harus dilangsungkan secara terpadu. Dalam kurikulum SD/MI tahun 2004 pembelajaran terpadu untuk kelaskelas awal (kelas 1 dan II) menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Sementara itu dalam kurikulum tahun 2006 pembelajaran tematik direncanakan di kelasI, II, dan III. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui suatu tema yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masingmasing mata pelajaran. Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat terbentuk:

keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak. keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.

Melalui sistem pembelajaran terpadu, memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial (Richmond, 1977; Joni, 1996). Secara definitif kurikulum tematis adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133). Selanjutnya, Wolfinger (1994) dan Suwignyo, (1996) menjelaskan bahwa pemaduan 214
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain:

1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu: 1) pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh; 2) dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan; 3) usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak; 4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman, Dkk, 2004). Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa; 2) menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna; 4) mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang dihadapi; 5) menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan porang lain. Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik, namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi anak didik usia dini. Pada uraian di atas ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematis merupakan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

215

sentral kajian pembelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Bagaimana peran tema dalam pembelajaran tersebut? Peran tema dimaksudkan agar:

a. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; b. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; f. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.

Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik itu?

Setelah kita membicarakan konsep dasar pembelajaran tematik, mari kita kaji bersama langkah-langkah pembelajaran tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah pembelajaran tematik ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran tematik antarmata pelajaran di SD/MI. Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran sebagai berikut. a. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran; b. membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester; c. membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik; d. membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema; e. menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik; f. menyusun rencana pembelajaran tematik

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, Anda dipersilakan mencoba menyusun rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat mengajar yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun silabus hendaknya Anda menciptakan berbagai kegiatan sesuai dengan tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika ada kompetensi dasar yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis hendaknya dibuat silabus tersendiri. Pandangan lain dikemukakan oleh Dyah Sriwilujeng, (2006) yang mengajukan enam langkah tematik antarmata pelajaran di SD/MI, yakni sebagai berikut : 216
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

1. Membuat/memilih tema 2. Melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan membagi alokasi waktu 3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema 4. Membuat pengelompokkan jaringan indikator 5. Melakukan penyusunan silabus 6. Menyusun Rencana Pembelajaran Baiklah! mari kita bahas langkah-langkah tersebut secara lebih rinci. 1. Membuat/memilih tema Menurut Dyah Sriwilujeng, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan tema yang akan dikembangkan di Sekolah Dasar kelas rendah yaitu sebagai berikut : a. tema yang dikembangkan tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; b. bermakna, yang mengandung arti bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya; c. tema yang dikembangkan harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak d. tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah e. tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar f. mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa g. mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Perhatikan pula bahwa tema drumuskan oleh guru dan pilihan tema hendaknya yang terdekat dengan anak. Contoh tema Kelas 1 semester 1 : diri sendiri; keluarga; lingkungan;

Semester 2: pengalaman; kegemaran; kebersihan, kesehatan, dan keamanan.


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

217

2. Melakukan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator yang disesuaikan dengan tema dan alokasi waktu. Kegiatan untuk melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan alokasi waktu dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator. Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang harus dikuasai untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai. Sedangkan kompetensi dasar adalah kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar komptensi untuk suatu mata pelajaran. Contoh Standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran PKn kelas I SD/MI. Standar Kompetensi: Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di lingkungan rumah
Kompetensi Dasar 1. Kemampuan menunjukan identitas diri Hasil Belajar 1. Mengetahui nama, alamat, nama orang tua, dan jumlah anggota keluarga 2. Menceritakan perilaku kasih sayang dalam keluarga Indikator Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan Menyebutkan nama ayah dan ibu atau wali Menyebutkan alamat tempat tinggal Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal di rumah

Menceritakan kasih sayang Ibu dan Ayah kepada anak Menceritakan hubungan kasih sayang antar-anggota keluarga Memberi contoh kemajemukan dalam keluarga Menjelaskan manfat hidup rukun dalam keluarga Mengidentifikasi hidup dan tidak rukun Menceritakan akibat jika tidak menjaga kerukunan Menunjukkan sikap saling menghargai perbedaan dalam lingkungan keluarga Menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan perlakuan dalam keluarga

2.Kemampuan mewujudkan hidup rukun dalam kemajemukan keluarga

1.Mengetahui manfaat hidup rukun dalam kemajemukan keluarga 2.Membiasakan hidup rukun dalam kemajemukan keluarga

218

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

3.Kemampuan mengingat peristiwa yang dialami

1.Menguraikan peristiwa yang pernah dialami

2.Menguraikan peristiwa masa kecil berdasarkan cerita orang tua /orang lain 1.Menyebutkan fungsi ruang dalam rumah

Menyebutkan peristiwa yang pernah dialami Menceritakan peristiwa menyenangkan yang pernah dialami sendiri Menceritakan kembali hal-hal yang pernah dialami berdasarkan cerita orang tua/ orang lain Menyebutkan peristiwa yang terjadi di lingkungan keluarga berdasarkan cerita orang tua/ orang lain Mengidentifikasi ruang dalam rumah Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang

4.Kemampuan menjelaskan lingkungan rumah sehat 5.Kemampuan memahami kegiatan jual beli

2.Membiasakan kerapian dan kebersih-an rumah 1.Menyebutkan tempat kegiatan jual beli 2.Menyebutkan jenis kegiatan jual beli

Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat Menceritakan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah Mengidentifikasi warung, toko, dan pasar Menyebutkan barang kebutuhan sehari-hari

Menceritakan kegiatan jual beli Menyebutkan barang-barang yang diperjualbelikan

Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas 1 mata pelajaran PKn dalam Standar Isi (2006): Semester 1

Standar Kompetensi 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan 2. Membiasakan tertib di rumah dan sekolah

Kompetensi Dasar 1.Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa 2.Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah 3. Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah 1.Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah 2. Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Semester 2

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar 1.Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya 2. Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah 1.Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 2. Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

1. Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah 2.Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

219

Pada kurikulum 2004, mata pelajaran PKn bergabung dengan ilmu pengetahuan sosial sehingga namanya disingkat PKPS. Dalam kurikulum untuk persekolahan (2006) yang disusun oleh BSNP, mata pelajaran PKn terpisah dari IPS dan menjadi mata pelajaran tersendiri. Untuk kelas I III menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, sedangkan kelas IV VI menggunakan pendekatan mata pelajaran. Dengan demikian, Anda sebagai guru yang mengajarkan PKn di kelas I III dapat merumuskan tema-tema PKn yang disesuaikan dan dikaitkan dengan tema-tema mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, IPS, Matematika, IPA dan sebagainya. 3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema (yang telah dibuat ). Ada beberapa hal yang mesti dilakukan guru yaitu: a. Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial, Kertakes, Pendidikan Jasmani). b. Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan. c. Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan Pendidikan Jasmani) 4. Membuat pengelompokan jaringan indikator Dalam langkah ini guru memasukkan semua indikator yang telah diidentifikasi ke dalam jaringan indikator. Contoh Format Jaringan Indikator.

220

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Dalam langkah ini guru memasukkan semua indikator yang telah diidentifikasi ke dalam jaringan indikator. Contoh Format Jaringan Indikator.

JARINGAN INDIKATOR JARINGAN INDIKATOR


Bahasa Indonesia: Tuliskan Indikator-indikatornya

PKn: Tuliskan Indikator-indikatornya

Matematika: Tuliskan Indikator-indikatornya

T E M A

Kertakes: Tuliskan Indikator-indikatornya

Pengetahuan Alam: Tuliskan Indikator-indikatornya

Agama: Tuliskan Indikator-indikatornya

Penjas: Tuliskan Indikator-indikatornya

5. silabus 5. Melakukan Melakukan penyusunan penyusunan silabus Bentuk silabus yang digunakan guru bersifat fleksibel. Guru dapat menggunakan Bentuk silabus yang digunakan guru bersifat fleksibel. Guru dapat menggunakan bentuk format ke samping (matrik) atau bentuk deskripsi (urutan ke bawah). Pemilihan bentuk silabus format ke samping (matrik) atau bentuk deskripsi (urutan ke bawah). Pemilihan bentuk didasarkan pada tingkat kemudahan penggunaannya, keterbacaannya bagi guru serta efektifitas efisiensinya. bentuk silabus didasarkandan pada tingkat kemudahan penggunaannya, keterbacaannya bagi

guru serta efektifitas dan efisiensinya.

Komponen silabus meliputi : (1) Identitassilabus meliputi : Komponen Nama Sekolah (1) Identitas Kelas Semester Tema (2) Komponen Format Kompetensi Dasar (memindahkan dari Kurikulum 2004)
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

221

Contoh Format Silabus dan Penilaian Pembelajaran Tematis


Mata Pelajaran Kompetensi Dasar dan Indikator Hasil Belajar Pengalaman Belajar

Indikator (memasukkan indikator yang telah dibuat oleh guru dan diidentifikasi yang sesuai dan tertuang dalam jaringan indikator). Urutan penulisan indikator dalam silabus bukan merupakan urutan penyajian dalam pembelajaran. Pengalaman Belajar, berisi pengalaman apa saja yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran (aktivitas belajar siswa di dalam dan di luar kelas) Alokasi Waktu : disesuaikan dengan ruang lingkup indikator yang akan dibelajarkan Sumber yaitu berupa buku acuan, buku pedoman guru dan buku ajar dari semua mata pelajaran Penilaian meliputi semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), penilai proses dan hasil, baik yang berupa tes maupun non tes, termasuk di dalamnya portofolio.

Alokasi Waktu

Sumber Bahan

Penilaian

Tuliskan Mata pelajaran yang ditematiskan

Pindahkan Dari Kurikulum

Masukan hasil belajar yang diharapkan

Pengalaman Dalam yang menit diperoleh di luar dan dalam kelas

Buku, Jurnal, Media yang relevan

Bentuk, dan jenis

6. Menyusun Rencana Pembelajaran Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan kegiatan guru secara individu yang terdistribusi dalam rencana pembelajaran harian. Rencana Pembelajaran ini dapat memuat beberapa kali pertemuan (Misalnya RP dibuat per minggu yang di dalamnya ada pertemuan 1, 2, 3 sampai pertemuan ke 6). Atau diserahkan kepada guru sesuai dengan kondisi, karakteristik, kemampuan siswa yang dihadapi sehari-hari. Contoh Format Rencana Pembalajaran Tematik RENCANA PEMBELAJARAN Tema : .. Sekolah : .. Kelas/ Semester : .. Alokasi Waktu : ( .. Pertemuan) 222
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

I. Kompetensi Dasar A. . (Agama) B. . (PKn) C. .............. (IPS) D. . (Bahasa Indonesia) E. . (Kertakes) F. . (Pengetahuan Alam) G. . (Matematika) H. . (Penjas) II. Indikator A. . (Agama) B. . (PKn) C. .............. (IPS) D. . (Bahasa Indonesia) E. . (Kertakes) F. . (Pengetahuan Alam) G. . (Matematika) H. . (Penjas) III. Materi Pembelajaran A. . (Agama) B. . (PKn) C. .............. (IPS) D. . (Bahasa Indonesia) E. . (Kertakes) F. . (Pengetahuan Alam) G. . (Matematika) H. . (Penjas) IV. Langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Pendahuluan Kegiatan Inti Penutup Pertemuan 2 Pendahuluan Kegiatan Inti Penutup

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

223

V. Alat dan Sumber Alat Pembelajaran Sumber Pembelajaran VI. Penilaian Tes .. Non Tes .

Contoh Format lainnya:

Rencana Pembelajaran Tema Sekolah Kelas/ Semester Alokasi Waktu : .. : .. : .. : ( .. Pertemuan)

I. Kompetensi Dasar dan Indikator


Mata Pelajaran IPA Matematika PKn IPS

Kompetensi Dasar dan Indikator sda sda sda sda

Tuliskan KD dan Indikator dari kurikulum

dan seterusnya

II. Materi Pembelajaran 1. IPA ------------------------ ------------------------2. Matematika ------------------------ ------------------------3. IPS ------------------------ ------------------------4. Dsb. 224
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

III. Skenario/Strategi Pembelajaran 1. Kegiatan Persiapan 2. Kegiatan Pembukaan 3. Kegiatan Inti 4. Kegiatan Penutup

IV. Media dan Sumber Pembelajaran: 1. Media Pembelajaran: 2. Sumber Pembelajaran

V. Penilaian Pembelajaran 1. Penilaian Proses: Tanya Jawab, tugas, lembar pengamatan diskusi 2. Penilaian Hasil Paper & Pencil Assessment

Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda, cobalah kerjakan tugas latihan di bawah ini.

1. Jelaskan dasar pertimbangan adanya pemilihan kelas rendah dan kelas lebih tinggi? 2. Jelaskan bagaimana hubungan antara pembelajaran tematik dengan pembelajaran terpadu? 3. Jelaskan bagaimana peran tema dalam pembelajaran tematik? 4. Jelaskan Karakteristik model pembelajaran terpadu? 5. Apa yang harus dilakukan guru jika ada kompetensi dasar yang tidak dikaitkan dalam pembelajaran tematik? Agar hasil pekerjaan atau diskusi Anda dapat diketahui tingkat kebenarannya, sekarang cermati pokok-pokok jawaban di bawah ini.

1. Pertimbang perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya peserta didik, sehingga diadakan pemenggalan atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran. 2. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui suatu tema yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

225

3. Peran tema dalam pembelajaran tematik: a. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; b. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; f. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan 4. Karakteristik pembelajaran terpadu yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif. 5. Guru membuat silabus tersendiri

Setelah Anda mencocokan hasil diskusi dengan rambu-rambu kunci jawaban di atas, cermati dengan baik rangkuman materi kegiatan belajar 9.1 sebagai berikut.

Rangkuman
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.

Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial

Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

226

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 1
Setelah selesai menyimak rangkuman di atas, kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang paling benar.
1. Siswa MI dengan rentang usia 6-12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit dan operasi formal, dikemukakan oleh .. A. R. Hanna B. Piaget C. Bredekamp D. Richmond 2. Pembelajaran tematik merupakan aplikasi pendekatan .... A. Pembelajaran integrated B. Pembelajaran connected C. Pembelajaran contextual D Pembelajaran fragmented

4. Di bawah ini yang tidak termasuk pertimbangan rasional pemaduan menurut Wolfinger yaitu ... A. Pengalaman belajar bersifat interdisipliner; B. Pertimbangan efisiensi C. Tuntutan keterlibatan siswa dalam pembelajaran D. Pertimbangan banyaknya mata pelajaran di MI 5. Dalam pembelajaran tematik, tema merupakan, kecuali.. A. Pemandu kegiatan pembelajaran B. Sentral kajian pembelajaran C. Bagian dari kegiatan pembelajaran D. Rujukan dalam merumuskan kompetensi dasar

3. Di bawah ini merupakan karakteristik pembelajaran terpadu kecuali... A. Holistik B. Bermakna C. Abstrak D. Otentik

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

227

6. Di bawah ini manakah kegiatan yang bukan merupakan kewenangan guru? A. Menganalisis kompetensi dasar B. Merumuskan kompetensi dasar C. Merumuskan Indikator D. Membuat jaringan indikator 7. Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang , merupakan rumusan... A. Kompetensi dasar B. Indikator C. Standar kompetensi D. Hasil belajar

8. Di bawah ini yang tidak termasuk peran tema yaitu .... A. Memusatkan perhatian siswa pada tema B. Memudahkan guru merumuskan skenario pembelajaran C. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan D. Guru dapat menghemat waktu 9. Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di MI harus... A. Luas dan komprehensif B. Mewadahi minat siswa C. Memberikan bekal kehidupan selanjutnya D. Memperhatikan kepentingan masyarakat

10. Menurut Richmond untuk siswa MI lebih tepat menggunakan pembelajaran terpadu/ tematik karena... A. Wawasan siswa masih bersifat konkrit B. Pengalaman siswa masih bersifat sederhana C. Penghayatan siswa terhadap pengalaman bersifat totalitas D. Siswa MI sudah mampu mengadakan pemilihan yang artificial

228

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Setelah Anda mengerjakan soal-soal tes formatif 1 di atas, cobalah cocokkan jawaban Anda dengan kunci Jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini., kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan menggunakan rumus di bawah ini. Tingkat Penguasaan 90 % - 100 % 80 % - 89 % 70 % - 79 % < 70 % = --------------------------------------------- X 100 % 10 = Baik Sekali Jumlah Jawaban yang benar

Arti Tingkat Penguasaan:

= baik

= kurang

= cukup

Jika tingkat penguasaan Anda 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar selanjutnya. Namun apabila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai sampai benar-benar dikuasai, dan barulah Anda diperbolehkan mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

229

230

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Model Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah


Pada kegiatan belajar 1, kita telah membahas tentang langkah-langkah pembelajaran tematis di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Apakah Anda sudah paham betul tentang langkahlangkah tersebut? Pemahaman Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 sangat penting untuk memahami dan menerapkannya pada kegiatan belajar 2 ini. Pada kegiatan belajar 2, kita akan membicarakan model-model pembelajaran tematis dan pengembangannya dalam mata pelajaran PKn. Pada uraian di atas, telah dikemukakan bahwa pembelajaran tematis merupakan salah satu model pembelajaran terpadu. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk sekolah dasar karena pada jenjang ini siswa menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilihan yang artificial. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Yang dipadukan di sini adalah materi atau bahan ajar sebagai upaya agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Pengembangan materi ini hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan keluasan materi pada kurikulum. Materi dalam kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa, kesesuaian materi dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan setempat. Pengembangan materi ini dapat dilakukan antara lain dengan membuat jaringan topik/tema, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas kurikulum.

Dilihat dari cara memadukan konsep/materi, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu yaitu 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequented; 5) shared; 6) webbing; 7)
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

231

threated; 8) integrated; 9) immersed; dan 10) networked (Robin Fogarty (1991). Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Mengapa demikian? karena pada tahap ini siswa pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengembangan model pembelajaran yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model connected dan integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan model webbed. a. Model Webbed Model webbed sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat dijadikan pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya merupakan bentuk perpaduan yang bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata pelajaran dalam mengintegrasikan bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai sentral dijadikan sebagai landas tumpu penyampaian isi pembelajaran interdisipliner maupun antardisipliner.

Memahami dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan banyak menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran sehingga sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman Anda tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam membuat tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran. Sekali lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan dalam kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan tumpuannya mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya kelas 1) masih belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini paduan antarmata pelajaran akan mengambil tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III. Bagaimana langkah-langkah pembelajarannya? pada kegiatan belajar 1 modul ini telah dipaparkan langkah-langkah pembelajaran tematik. Untuk itu Anda dipersilakan untuk mempelajari kembali beberapa pandangan tentang langkah-langkah tersebut. Setelah Anda menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, kemudian pelajarilah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

232

kompetensi dasar dan indikator pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran. Setelah itu buatlah tema untuk mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester, dan buatlah jaringan kompetensi dasar/ indikator yang menggambarkan hubungan dengan tema. Contoh tema mata pelajaran atau materi PKn yang bisa dihubungkan dengan mata pelajaran lain diantaranya hidup hemat, bangga bertanah air Indonesia, hidup tertib/disiplin, dan kemajemukan. Seandainya Anda mengambil tema bangga bertanah air Indonesia, maka dapat dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut. Matrik 1. Contoh Jaringan Indikator
PKn mencintai kekayaan alam Indonesia bangga memiliki alam Indonesia bangga sebagai anak Indonesia Kertakes: menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam PAI Membaca Dalil Kebersihan Sebagian Dari Iman Menjelaskan Maknanya Yang Lebih Luas. Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman

Bahasa Indonesia: menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat,dialami, di dengar Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam Matematika: Memecahkan masalah seharihari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan Pengetahuan Alam: membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap kesehatan

BANGGA BERTANAH AIR INDONESIA

Mata pelajaran lainnya

Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran PKn PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran Indonesia, matematika, IPA, dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasabahasa Indonesia, matematika, IPA, Kertakes, dan PKn. Hal iniPKn. tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan dengan dengan mata pelajaran Kertakes, dan Hal ini tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan mata lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan jasmani. Oleh pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan karena itu, Anda sebagai guru kelas dipersilakan untuk mengembangkan hubungan tema jasmani. Oleh karena itu, Anda sebagai kelas dipersilakan untuk mengembangkan tersebut dengan jaringan indikator mataguru pelajaran lainnya. hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya. Setelah membuat jaringan Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran membuat jaringantema Indikator, buatlah pemetaan pembelajaran tematik Setelah dalam bentuk jaringan modelkemudian jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan jaringan indikator tersebut di atas. tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan jaringan indikator tersebut di atas.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

membuat

menyimak Sikap

233

membuat

menyimak Sikap

A Dst
Peristiwa alam

Cerita pendek

F
Cinta tanah air

Perilaku Dst

B
Gunung, pantai i Menjelaskan

Menjumlah/ Mengurang

Dst

Bangga Bertanah air Indonesia D


Dst Dst

melukis alam Karya seni rupa

membuat kolase

Baca Dalil

C D
Cinta Penyebab

Pencemaran

Dst

Dampak

Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia Matrik 2 (Kelas III SD) Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia
(Kelas III SD) Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode A yaitu cerita pendek tentang alam Matrik di atasIndonesia menggambarkan jaringan tema Bangga Indonesia atau peristiwa alam merupakan anak tema yangbertanah diambil air dari mata pelajaran dengan Indonesia. sub tema (anak mata pelajaran Kode A yaitu cerita pendek bahasa Anak tema) tema tersebut dibagilain. menjadi beberapa anak tema diantaranya menyimak dan membuat pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di tentang alam atau peristiwacerita alam Indonesia merupakan anak tema yang diambil dari daerahnya. mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak

Kode B yaitu menjumlah anak tematentang yang diambil dari mata pelajaran tema diantaranya menyimak dan merupakan membuat cerita pendek peristiwa alam yang matematika kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya pernah terjadiyang di daerahnya. menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang Kode B yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan. pelajaran matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema Kode C yaitu baca Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 4 (PAI), yang memiliki anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal dalil (Mahfudhat). Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta 234
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

tanah Air.

Kode C yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam sekitar. Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai lingkungan alam di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari hutan, dan sebagainya. Kode D yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan alam Indonesia dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam sekitar. Terakhir kode E yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia.

Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata pelajaran; membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema; menyusun silabus, dan menyusun rencana pembelajaran tematik. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian.

Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan secara rinci dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui kegiatankegiatan guru dalam pembelajaran tematis dapat Anda lihat dalam rencana pembelajaran yang akan ditampilkan pada uraian berikut. Sebelum merumuskan rencana pembelajaran, terlebih dahulu harus membuat silabus pembelajaran tematik seperti berikut ini.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

235

Contoh Alternatif Model Silabus Pembelajaran tematik (terpadu) Sekolah : MI Kelas : III Tema : Bangga Bertanah air Indonesia
Mata Pelajaran PKn Kompetensi Dasar dan Indikator Mengenal kekhas-an bangsa Indone-sia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan Mencintai kekayaan alam Indonesia bangga memiliki alam Indonesia bangga sebagai anak Indonesia - Menentukan Peristiwa alam menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat, dialami, di dengar Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam Mengenal dan menggunakan konsep bilangan cacah dalam pemecahan masalah Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pen-jumlahan dan pengurangan Materi Pokok Bangga sebagai bangsa Indonesia Hasil Belajar Alokasi Waktu Sumber Bahan

Mampu menjelaskan keka-yaan dan kelebihan alam Indonesia, menunjukan sikap dan perilaku bangga sebagai anak Indonesia dan bangga memiliki alam Indonesia Mampu menyimak, meng-amati peritiwa alam dan menceritakan kembali peris-tiwa alam yang pernah dialami, dilihat, dan didengar Mampu menyelesaikan soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan yang ada kaitannya dengan peristiwa alam

Disesuaikan

Buku, majalah, media elektro nik

Bahasa Indonesia

Peristiwa alam yang sering terjadi di sekitar

Disesuaikan

Media cetak, media elektronik

Matematika

Operasi hitung bilangan

Buku Matematika

236

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mata Pelajaran Pengetahuan Alam

Kompetensi Dasar dan Indikator - Mendefinisikan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta pengaruhnya terhadap kesehatan membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap kesehatan

Materi Pokok

Hasil Belajar

Alokasi Waktu Disesuaikan

Sumber Bahan Buku, majalah, media elektronik Lingkungan sekitar sekolah

Lingkungan sehat dan tidak sehat

Mampu menjelaskan perbedaan lingkungan sehat dan tidak sehat, menjelaskan penyebab pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi kesehatan

Kertakes

- Mengekspresikan gagasan imajinasi dengan musikmusik dalam berkarya seni menyanyikan lagulagu kecintaan pada tanah air dengan benar membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam sekitar

Berbagai gambar pola ragam hias, kolase, mainan kreatif dari bahan daur ulang

Mampu menyanyikan lagu lagu kecintaan pada tanah air dengan benar dan mampu membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam sekitar

Disesuaikan

Buku, bahan alami di sekitar

Silabus di atas merupakan contoh yang dapat dikembangkan lebih lanjut baik materi maupun format silabus. Pengembangan silabus merupakan kewenangan guru sehingga guru dapat leluasa mengembangkannya dengan memperhatikan komponen-komponen sebagaimana diungkapkan pada kegiatan belajar 1. Tugas guru berikutnya adalah membuat Rencana Pembelajaran sesuai dengan jaringan tema dan silabus di atas. Penulis yakin Anda sudah memahami dan mahir membuat rencana pembelajaran karena ini merupakan pekerjaan rutin guru profesional.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

237

Contoh Alternatif Rencana Pembelajaran Tematis Tema : Bangga bertanah air Indonesia Kelas : III Waktu : ...... JP (...X pertemuan) Mata Pelajaran: PKn, Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Kertakes I. Kompetensi Dasar dan Indikator
Mata Pelajaran PKn

Bahasa Indonesia Matematika Pengetahuan Alam

Kompetensi dasar dan Indikator Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramah-tamahan Mencintai kekayaan alam Indonesia bangga memiliki alam Indonesia bangga sebagai anak Indonesia Menentukan Peristiwa alam menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat, dialami, di dengar Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam

Mengenal dan meng-gunakan konsep bilangan cacah dalam pemecahan masalah Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pen-jumlahan dan pengurangan

Kertakes PAI

Mendefinisikan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta pengaruhnya terhadap kesehatan membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan menjelaskan pengaruh ling-kungan terhadap kesehatan

Mengekspresikan gagasan imajinasi dengan musik-musik dalam berkarya seni menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam sekitar Mengenal dan Menggunakan dalil tentang cinta tanah air Membaca dalil Memahamkan dalil agar tepat dalam penempatannya

II. Materi Pembelajaran 1. PKn: Kebhinekaan nusa dan bangsa Kekayaan alam Indonesia Keramah-tamahan

2. Bahasa Indonesia: Peristiwa alam yang pernah dilihat, dialami, di dengar Gambar seri tentang peristiwa alam Menulis dan membaca kalimat
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

238

3. Matematika: Penjumlahan dan pengurangan melalui soal cerita peristiwa alam 4. Pengetahuan Alam: Ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat Faktor penyebab dan dampak pencemaran

III. Skenario / Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Persiapan Menata ruangan Mempersiapkan media/alat pembelajaran seperti Koran, majalah, gambar seri peristiwa alam, photo lingkungan sehat dan tidak sehat, photo keindahan alam, dokumen sumber daya alam Indonesia. 2. Kegiatan Pembukaan Melakukan kegiatan apersepsi menyanyikan lagu rayuan pulau kelapa bersama sama siswa; Mengungkapkan gambaran materi yang akan dibahas Mengungkapkan kompetensi atau tujuan yang diharapkan dicapai dalam pembelajaran; Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh dan jenis tugas yang harus dikerjakan siswa Membagi kelompok siswa dengan anggota 5-6 orang.

5. Kertakes: Syair Lagu yang berkaitan dengan kekayaan alam dan kecintaan pada tanah air

3. Kegiatan Inti Pembelajaran Siswa diminta mengamati gambar atau photo dan bertanya jawab nilai tentang perilaku orang yang merusak lingkungan alam Guru meminta kelompok mencari berita dari surat kabar, buku, majalah tentang keindahan alam dan peristiwa alam yang sudah dipersiapkan guru Guru meminta siswa untuk mendiskusikan dalam kelompoknya, mengapa kita harus bangga bertanah air Indonesia dan mengapa terjadi peristiwa alam. Guru meminta juru bicara masing-masing kelompok menceritakan temuannya dari buku, majalah, surat kabar kemudian diadakan Tanya jawab. Guru mengulas dan menjelaskan faktor penyebab dan dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan Siswa secara berkelompok diminta untuk mengamati keadaan lingkungan sekitar sekolah yang menunjukkan lingkungan sehat dan tidak sehat
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

239

IV. Alat dan Sumber Buku mata pelajaran: PKn, matematika, pengetahuan alam, bahasa Indonesia, kertakes, Koran, majalah Gambar seri tentang peristiwa alam Teks lagu yang relevan VI. Penilaian Penilaian proses dan akhir pembelajaran Tes tertulis dan lisan Pengamatan, tugas-tugas Portofolio

4. Kegiatan Akhir (Penutup) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran Refleksi tentang proses pembelajaran Mengajak semua siswa berdoa untuk keselamatan manusia dan alam sekitar

Kemudian guru meminta siswa menyebutkan ciri atau contoh-contoh lingkungan sehat dan tidak sehat dan menuliskannya pada lembaran tugas Guru meminta siswa menyebutkan sikap dan perilaku yang biasa dilakukan siswa di rumah dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan alam di sekitar rumah Semua kelompok menulis karangan pendek dengan huruf sambung tentang keindahan dan kekayaan alam Indonesia Siswa diminta menyelesaikan latihan soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan dalam kaitannya dengan peristiwa alam yang pernah didengar atau dilihat

Dengan merujuk pada kurikulum 2004, banyak guru atau kelompok guru yang mengembangkan tema-tema pembelajaran yang mengambil tema utamanya dari mata pelajaran lain (bukan dari mata pelajaran PKn). Tema-tema antarmata pelajaran yang dikembangkan untuk kelas 1 antara lain diri sendiri; keluarga; lingkungan; pengalaman; kegemaran; dan kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

Anda sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran PKn dapat juga membuat tema yang diambil dari konsep-konsep PKn seperti tertib/disiplin, hak dan kewajiban anak, dan hidp hemat. Dapat juga tema yang sudah ada kemudian dimodifikasi dari konsepkonsep PKn seperti tema lingkungan dimodifikasi jadi rukun dalam kemajemukan (Bhinneka Tunggal Ika), tema keluarga menjadi kasih sayang, dan sebagainya. Tematema PKn tersebut kemudian dipadukan dengan mata pelajaran lain. 240
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Selain dipadukan dengan mata pelajaran lain, Anda dapat membuat jaringan labalaba tersebut dalam intra mata pelajaran PKn. Misalnya tema hak dan kewajiban anak dapat dilihat kewajiban terhadap diri sendiri, hak dan kewajiban di rumah, di sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tema disiplin bisa dilihat dari disiplin diri sendiri, di rumah, sekolah, dan masyarakat. Tema kasih sayang (kurikulum 2004) bisa dikembangkan melalui jaring laba-laba yang meliputi sikap sayang terhadap diri sendiri (seperti mandi, makan, gosok giri), sayang terhadap anggota keluarga ( ayah, ibu, kakak, adik,) sayang terhadap warga sekolah (guru, teman) dan sayang terhadap masyarakat sekitar (teman, orang lebih tua). Ketika kita mempelajari kegiatan belajar 1 modul ini, telah disinggung bahwa tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain memudahkan siswa memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, dan guru dapat menghemat waktu. Sebagai contoh mari kita lihat dalam kurikulum PKn (2006) kelas III semester 1 terdapat dua standar kompetensi yang salah satunya dirumuskan dalam kalimat Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat. Dari standar kompetensi tersebut dirinci menjadi 3 kompetensi dasar yaitu: 1) mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar; 2) menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat 3) melaksanakan aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat

Ketiga kompetensi dasar tersebut dapat diikat dalam satu tema misalnya norma masyarakat. Dari tema tersebut kemudian dirumuskan anak tema, dan dari anak tema dapat dibuat anak tema lagi. Persoalannya, bagaimana merumuskan anak tema? dalam suatu norma selalu ada muatan langsung atau tidak langsung tentang hak dan kewajiban individu dari norma tersebut. Misalnya aturan tidak boleh merokok, maka ada kewajiban individu untuk tidak merokok dan sekaligus hak individu menikmati udara bersih. Selanjutnya dilihat dari ruang lingkupnya, muatan materi mata pelajaran PKn meliputi antara lain kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, sehingga tema di atas dapat dilihat dari bidang-bidang kehidupan tersebut.

Berdasarkan argumentasi tersebut, tema norma masyarakat bisa dibagi menjadi anak tema norma dalam kehidupan politik, kehidupan sosial, kehidupan budaya, dan kehidupan ekonomi. Masing-masing norma bidang kehidupan tersebut meliputi hak dan kewajiban. Jika divisualkan dapat dirumuskan dalam jaringan tema/topik di bawah ini.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

241

Hak

Kewajiban

Kewajiban

Kehidupan Budaya

Kewajiban

Kehidupan ekonomi
Hak

Norma Masyarakat

Kehidupan Politik
Hak

Kehidupan Sosial
Kewajiban

Hak

Matrik 3 Jaringan tema dalam mata pelajaran PKn


Matrik 3 Jaringan tema dalam mata pelajaran PKn

Dari sub-sub tema tema hak dan kewajiban dari setiap bidang dapatdirinci dirinci Dari sub-sub hak dan kewajiban dari setiap bidangkehidupan kehidupan dapat menjadi sikap dan perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam kehidupan menjadi sikap dan perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam masyarakat yaitu menghargai pendapat orang lain, menerima perbedaan pendapat, masyarakat yaitu menghargai pendapat orang lain, menerima perbedaan dan kehidupan sebagainya. Hak bidang politik misalnya hak dihargai pendapatnya, hak untuk pendapat, dan sebagainya. Hak bidang politik misalnya hak dihargai pendapatnya, hak menentukan pilihan dalam pemilihan ketua kelas atau ketua kelompok diskusi. Demikian pula dalam bidang lain dapatdalam dirinci seperti dalam bidang politik. untuk untuk menentukan pilihan pemilihan ketua kelas atau ketua Dipersilakan kelompok diskusi. Anda mengembangkannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Demikian pula dalam bidang lain dapat dirinci seperti dalam bidang politik. Tema di atas merupakan menanamkan sikap dan perilaku disiplin/tertib siswa Dipersilakan untuk Anda upaya mengembangkannya sesuai dengan tingkat perkembangan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga dan anak. masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship). Pembentukan Tema di baik atas merupakan merupakan upaya menanamkan sikap dan perilaku disiplin/tertib warga negara yang tujuan dari mata pelajaran PKn.

siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga dan masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship). b. Model Connected Pembentukan warga negara yang baik merupakan tujuan dari mata pelajaran PKn. b. Model Connected

14
242
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Model connected (berhubungan) dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Misalnya butir-butir pembelajaran ideologi Pancasila, hukum, dan ketatanegaraan atau materi tentang hak dan kewajiban, ketertiban, demokrasi dapat dipayungkan pada mata pelajaran PKn. Dalam model ini guru perlu menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran secara tematis, karena pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tidak berlangsung secara otomatis. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan gambar di samping ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka matrik 3 merupakan contoh model connected dalam mata pelajaran PKn, selain juga merupakan model webbed. c. Model Integrated

Berisi lingkaran-lingkaran yang berkaitan

Model integrated merupakan model pemaduan sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah tema /topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran sehingga perlu adanya pengintegrasian multi didiplin. Dalam model ini butir-butir pembelajaran perlu ditata sedemikian rupa hingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran berbeda. Oleh karena itu perlu adanya tema sentral dalam pemecahan suatu masalah yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

243

Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda, cobalah kerjakan tugas latihan di bawah ini. 1. Pembelajaran tematik/terpadu berkaitan dengan pengorganisasian materi pemeblajaran. Jelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan materi Pembelajaran? 2. Mengapa model webbed dainggap paling cocok diterapkan di MI kelas rendah? 3. Buat jaring laba-laba tematik antarmata pelajaran MI dengan mengambil tema sentral dari konsep PKn! Agar hasil pekerjaan atau diskusi Anda dapat diketahui tingkat kebenarannya, sekarang cermati rambu-rambu atau pokok-pokok jawaban di bawah ini.

1. Terdapat beberapa cara pengembangan materi pembelajaran diantaranya dengan cara membuat jaringan topik, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas kurikulum. 2. Siswa MI kelas rendah pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. 3. Mata-mata pelajaran yang ditematikan harus pada kelas dan semester sama, rumuskan tema yang menarik dan bermanfaat bagi kehidupan siswa. Ikuti langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yang ada pada kegiatan belajar 1 modul ini. Setelah Anda mencocokan hasil diskusi dengan rambu-rambu kunci jawaban di atas, cermati dengan baik rangkuman materi kegiatan belajar 9.2 sebagai berikut.

Rangkuman
Pembelajaran tematis merupakan salah satu model pembelajaran terpadu. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dilihat dari cara memadukan konsep/ materi, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu.

Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Model webbed 244
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran.

Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan berkaitan dengan langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu, Sedangkan tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

245

Tes Formatif 2
Setelah selesai menyimak rangkuman di atas, kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang paling benar.
1. Dalam kaitannya dengan pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematis A. Lebih luas dari pembelajaran terpadu B. Lebih konkrit dari pembelajaran terpadu C. Sama dengan pembelajaran terpadu D. Salah satu model pembelajaran terpadu 2. Maksud utama pemaduan bahan ajar dan kegiatan pembelajaran adalah A. Agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa B. Memudahkan pengorganisasian bahan ajar C. Memudahkan membuat rencana pembelajaran D. Memudahkan membuat jaringan indikator

3. Di bawah ini merupakan cara pengembangan materi pembelajaran, Kecuali .. A. Membuat jaringan topic/tema B. Membuat bagan arus kegiatan C. Mengembangkan jaringan lintas kurikulum D. Mengembangkan silabus yang pleksibel

4. Di bawah ini merupakan model pembelajaran terpadu yang sering digunakan di SD, Kecuali A. Fragmented B. Webbed C. Connected D. Integrated 5. Suatu tema tertentu disampaikan melalui beberapa mata pelajaran yang berkaitan erat. Hal ini merupakan model.. A. Webbed B. Sequented C. Connected D. Fragmented

246

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Jika akan merumuskan tema yang mengikat antarmata pelajaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah A. Membuat jaringan topik B. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan C. Membuat jaringan indikator D. Merumuskan silabus

7. Di bawah ini merupakan tahapan kegiatan dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik, kecuali... A. Perencanaan B. Pelaksanaan C. Perumusan tema D. Penilaian. 8. Kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup dalam pembelajaran tematik termasuk.... A. Tahap persiapan B. Langkah kegiatan persiapan C. Tahap perencanaan D. Tahap pelaksanaan

10. Tema disiplin yang dilihat atau dijaringkan dengan disiplin diri sendiri, disiplin di rumah, disiplin di sekolah, dan disiplin di masyarakat, merupakan jaring laba-laba ... A. Antara mata pelajaran PKn dengan lingkungan kehidupan siswa B. Intra mata pelajaran PKn C. Antara mata pelajaran lain dengan PKn D. Antara mata pelajaran PKn dengan IPS

9. Manakah kegiatan di bawah ini yang bukan merupakan kewenangan atau tugas guru? A. Merumuskan indikator B. Membuat silabus dan rencana pembelajaran C. Membuat kompetensi dasar D. Menyiapkan alat pembelajaran

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

247

Setelah Anda mengerjakan soal-soal tes formatif 2 di atas, cobalah cocokkan jawaban Anda dengan kunci Jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini., kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan menggunakan rumus di bawah ini. Tingkat Penguasaan 90 % - 100 % 80 % - 89 % 70 % - 79 % = --------------------------------------------- X 100 % 10 = Baik Sekali = kurang Jumlah Jawaban yang benar

Arti Tingkat Penguasaan:

= baik

< 70 %

= cukup

Jika tingkat penguasaan Anda 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar selanjutnya. Namun apabila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai sampai benar-benar dikuasai, dan barulah Anda diperbolehkan mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

248

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1
1. B 2. A 3. C 4. D 5. D 6. B 7. B 8. B 9. A 10. C 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Piaget Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran integrated Holistik, bermakna, otentik, aktif adalah karakteristik pembelajaran terpadu Banyaknya mata pelajaran bukan merupakan pertimbangan rasional Tema harus merujuk pada kompetensi dasar Kompetensi dasar dibuat oleh pusat Indikator Merumuskan skenario pembelajaran dalam tematik lebih sulit Tema hendaknya yang menarik dan terjangkau siswa Siswa masih sulit terhadap yang artificial Keterpaduan dalam pembelajaran tematis bertumpu pada tema Melalui pembelaran tepadu kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa Pengembangan silabus merupakan kegiatan dalam merencakan pembejaran Fragmented = terpisah-pisah, sedangkan di SD lebih terpadu Webbed merupakan jaringan tema Sebelum merumuskan tema perlu menetapkan mata pelajaran yang dipadukan Perumusan tema merupakan salah satu langkah dalam perencanaan Pelaksnaan pembelajaran meliputi persiapan, pembukaan,inti, penilaian Kompenetensi dasar dibuat oleh pusat Masih dalam ruang lingkup kajian PKn

Tes Formatif 2
D A D A A B C D C B

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

249

250

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn MI KELAS TINGGI

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

251

252

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn MI KELAS TINGGI

Pendahuluan
Modul ini akan membahas tentang desain dan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelas tinggi. Bahasan khusus tentang desain dan model pembelajaran untuk kelas tinggi yang dimaksud adalah Kelas 4, 5, 6 Madrasah Ibtidaiyah. Mengapa perlu ada bahasan khusus untuk jenjang kelas ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, dianjurkan agar Anda membuka kembali teori perkembangan kognitif dari Piaget dan/atau teori perkembangan moral dari Kohlberg. Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa karakteristik anak SD/MI kelas rendah (Kelas 1, 2, 3) dan kelas tinggi (Kelas 4, 5, 6) berbeda baik secara fisik maupun psikhis dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, perbedaan inilah yang menjadi latar belakang mengapa perlu ada desain dan model pembelajaran khusus untuk jenjang SD/MI Kelas Tingggi.

Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Pada hakikatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.

Siswa MI khususnya pada jenjang Kelas tinggi perlu diperkenalkan pada konsep, nilai, moral dan cara berperilaku dalam memasuki kehidupan masyarakat demokratis. Secara umum, warga negara pada tahap hipotetis ini perlu ada pengembangan pendidikan demokrasi, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

253

membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional. Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis melalui tiga fungsi pokoknya itu? Jawabannya akan diuraikan pada kegiatan belajar modul ini. Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji desain dan model pembelajaran untuk membentuk warga negara yang demokratis sehingga dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: Mampu mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi Mampu mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan dan membelajarkan PKn di kelas MI. Selain itu, menguasai desain dan model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas warga negara yang demokratis sangat penting bagi calon guru dan atau guruguru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam mendesain dan memilih model pembelajaran yang cocok untuk kompetensi dasar tertentu. Arah dari paradigma baru PKn dengan model pembelajarannya tak dapat disangkal lagi dipandang dari pemikiran pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan belajar siswa aktif (active students learning) dan pendekatan inkuiri (inquiry approach). Model pembelajaran PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai berikut: membelajarkan dan melatih siswa berpikir kritis, membawa siswa mengenal, memilih dan memecahkan masalah, melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi 2. Model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan menguasai desain dan model pembelajaran PKn SD/MI dengan paradigma baru. 254
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Desain Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi


Pada bagian pendahuluan modul ini, Anda telah mengenal arah pembelajaran PKn dengan paradigma baru. Bagaimana pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya Anda sudah paham karena Anda semua adalah kaum pendidik yang sehari-hari menjalankan kegiatan pembelajaran atau calon pendidik yang sedang dipersiapkan. Meskipun demikian, Anda akan diajak untuk merenungkan dan mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah sesuai dengan hakekat pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak didik sehingga menjadi salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah hasil belajar itu telah mempribadi? Bagaimana cara medesain dan membelajarkannya? Dan pertanyaan paling penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik? Semua pertanyaan ini hanya perlu dijawab cukup dalam hati saja. Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara, seperti hak untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak azasi manusia. Hak berpartisipasi ini membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.

Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini merupakan tugas pokok kependidikan, baik pendidikan lingkungan persekolahan dan madrasah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

255

maupun pendidikan luar sekolah/madrasah. Khusus dalam pendidikan madrasah, PKn memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian Anda sebagai guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut. Meskipun demikian, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni: - - - - Standar kompetensi kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan; Kompetensi dasar kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran; Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan; Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.

PKn dengan paradigma baru bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SLTP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan yang lebih operasional yang disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan tingkat perkembangan para siswa. Kemampuan diuraikan lagi dalam bentuk butiran standar materi dan kata kunci standar pencapaian. Contoh, Standar kompetensi PKn Kelas V: 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 256
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Standar kompetensi yang pertama ini dioperasionalkan dalam bentuk kompetensi dasar, sbb.: 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Kemudian, lebih lanjut dioperasionalkan lagi menjadi substansi materi dan indikator pencapaian, secara lengkap sebagai berikut: Kelas V, Semester 1
No 1. Standar kompetensi Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi dasar a. Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Substansi Materi Pengertian NKRI Unsur-unsur NKRI Batas NKRI Indikator Menjelaskan pengertian NKRI Mengidentifikasi unsur-unsur NKRI Menunjukkan batas NKRI Menjelaskan makna keutuhan NKRI Mengidentifikasi kriteria NKRI yang utuh Mengidentifikasi ciriciri NKRI yang utuh Menjelaskan kondisi NKRI yang utuh Memberi contoh perilaku menjaga keutuhan NKRI

b. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Makna keutuhan NKRI Kriteria dan ciri-ciri NKRI yang utuh

c. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kondisi NKRI yang utuh Perilaku menjaga keutuhan NKRI

Demikianlah contoh pengembangan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan indikator pembelajaran PKn yang berlaku sesuai dengan ramburambu kurikukum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan paradigma baru. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana materi pembelajaran yang bertumpu pada kemampuan dasar tersebut dapat dibelajarkan untuk mencapai tujuan PKn yakni membentuk warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta taat pada norma, nilai, dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

257

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa model pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaklah dapat mengakomodasi pencapaian tujuan PKn itu sendiri. Selanjutnya Anda akan diajak untuk mengenal model pembelajaran tersebut, ialah model pembelajaran yang berbasis portofolio. Namun, perlu Anda ingat bahwa model pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan siswa bahkan tingkat perkembangan atau jenjang kelasnya. Guru dapat memodifikasi model ini dengan tidak mengubah prinsip-prinsip pokok.

Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran ini, Anda perlu menjawab pertanyaan terlebih dahulu tentang portofolio. Apakah portofolio itu? Bagaimana portofolio diterapkan dalam pembelajaran PKn?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, coba Anda bentuk kelompok masing-masing tidak lebih dari empat orang, lalu diskusikan dengan sesama anggota kelompok tersebut dan jawablah pertanyaan di atas.

Baiklah apabila Anda sudah mencoba dan merumuskan pengertiannya, marilah kita bandingkan jawaban Anda dengan uraian berikut ini.

Dalam buku Panduan Siswa tentang We the People ... Project Citizen yang diterbitkan oleh CCE (1998) dialihbahasakan oleh Sapriya (2000), Kami Bangsa Indonesia ... Proyek Belajar Kewarganegaraan, portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio.

Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan: 1) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah mereka pilih. 2) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut. 3) kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk mengatasi masalah tersebut. 4) rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan. 258
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Dengan demikian, portofolio merupakan karya terpilih kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan. Dalam menilai portofolio, karya terpilih merupakan istilah yang sangat penting. Portofolio harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang dapat ditemukan para siswa pada topik yang mereka pilih. Portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:

membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif. membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektivitas partisipasi. mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga negara. Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua, dapat bekerja sama mewujudkan masyarakat yang lebih baik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan temantemannya di kelas dan, dengan bantuan guru serta para relawan, agar tercapai tugastugas pembelajaran berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji. 2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji. 3. Mengkaji pemecahan masalah. 4. Membuat kebijakan publik. 5. Membuat rencana tindakan. Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh melalui enam tahap kegiatan sebagai berikut:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

259

Tahap I : Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik Di Masyarakat. Tahap II : Memilih Satu Masalah Untuk Kajian Kelas Tahap III: Mengumpulkan Informasi Tentang Masalah Yang Akan Dikaji Kelas Tahap IV : Membuat Portofolio Kelas Tahap V: Menyajikan Portofolio Tahap VI: Refleksi Terhadap Pengalaman Belajar

Dalam pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio kelas.

Apa saja tugas dari keempat kelompok portofolio tersebut? Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda namun mulai kelompok pertama sampai keempat harus saling terkait (sekuensial) dan merupakan satu kesatuan. Adapun tugas mereka dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kelompok portofolio Satu: Menjelaskan Masalah. Kelompok portofolio satu ini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh kelas. Kelompok ini pun harus menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan mengapa lembaga pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut. b. Kelompok Portofolio Dua: Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk memecahkan masalah. c. Kelompok Portofolio Tiga: Membuat satu kebijakan publik yang akan didukung oleh kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta melakukan justifikasi terhadap kebijakan tersebut. d. Kelompok Portofolio Empat: Membuat suatu rencana tindakan agar pemerintah mau menerima kebijakan kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas. Bahan-bahan dalam portofolio memuat dokumentasi terbaik yang telah dikumpulkan oleh kelas dan kelompok dalam meneliti masalah. Bahan-bahan dalam portofolio itu pun hendaknya memuat bahan-bahan tulis tangan asli dan/atau karya seni asli para siswa. Bagaimana kedudukan dari portofolio tersebut? Karya dari keempat kelompok akan diutamakan pada portofolio kelas. Karya tersebut memiliki dua seksi: seksi penayangan dan seksi dokumentasi. 260
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

1. Seksi penayangan. Untuk seksi penayangan ini hasil karya (hasil penelitian dan

pengumpulan informasi) masing-masing dari keempat kelompok ditempelkan pada satu bidang panel dari papan tayangan empat-panel. Tayangan ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diletakkan di atas meja, papan buletin, atau pada empat kudakuda. Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber, peta, grafik, photo, karya seni asli, dan sebagainya. 2. Seksi dokumentasi. Masing-masing dari keempat kelompok harus memilih dari bahan-bahan yang terkumpul, bahan-bahan terbaik yang mendokumentasikan atau memberi bukti penelitiannya. Bahan-bahan yang termasuk ke dalam seksi dokumen harus mewakili contoh-contoh penelitian terpenting dan/atau paling bermakna yang telah dikerjakan siswa. Tidak semua penelitian harus dimasukkan. Bahan-bahan ini dimasukkan ke dalam sebuah map jepit. Gunakan pemisah berwarna beda untuk memisahkan keempat seksi dokumentasi dari keempat kelompok portofolio tersebut. Siapkan daftar isi untuk setiap seksi. Rincian Tugas Setiap Kelompok Portofolio Kelompok Satu: Menjelaskan masalah Kelompok satu bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah pada seksi penayangan dan seksi dokumentasi bagian pertama dari portofolio kelas.

1. Seksi penayangan portofolio kelompok satu Bagian ini hendaknya memuat: a. Rangkuman masalah secara tertulis. Penjelasan masalah ditulis tidak lebih dari dua halaman dengan ditik dua spasi. Rangkuman berisikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana seriusnya masalah yang ada di masyarakat? 2) Seberapa luas masalah tersebut dirasakan oleh masyarakat? 3) Mengapa masalah ini harus ditangani oleh pemerintah? Haruskah seseorang juga bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut? Mengapa? 4) Manakah di antara pernyataan berikut ini yang kalian anggap benar? - Tidak ada hukum atau kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. - Hukum untuk mengatasi masalah tersebut tidak memadai. - Hukum untuk mengatasi masalah tersebut memadai, tetapi tidak ditegakkan dengan baik. 5) Adakah silang pendapat di masyarakat berkenaan dengan masalah tersebut? 6) Siapakah orang, kelompok atau organisasi masyarakat yang berpihak pada masalah tersebut?

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

261

- - - v

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok satu Informasi terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan oleh kelas dalam mengkaji dan menjelaskan masalah dimasukkan pada Bagian 1 map jepit kelas. Misalnya, siswa dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa: - kliping surat kabar dan majalah; - laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat; - laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah yang dikaji; - hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan yang bersifat publik dan swasta; dan - petikan dari sejumlah publikasi pemerintah. Dokumen dan laporan panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun yang disalin oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini. Kelompok Dua: Mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah Kelompok dua bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah dan menilai kebijakan saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk mengatasi masalah tersebut. Temuan kelompok ini disajikan pada seksi penayangan dan dokumentasi yang kedua dari portofolio kelas. 262
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

b. Penyajian masalah dengan grafik Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumbersumber cetak, atau hasil karya asli siswa. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau bab. c. Identifikasi sumber-sumber informasi Identifikasi sumber-sumber yang telah digunakan kelas siswa pada satu atau lebih halaman ketik.

Mengapa mereka menaruh perhatian terhadap masalah tersebut? Bagaimanakah pendirian mereka? Apakah keuntungan dan kerugian dari pendirian tersebut? Bagaimana mereka berusaha mempengaruhi pemerintah agar menerima pandangan-pandangan mereka? 7) Jika ada, tingkat atau lembaga pemerintahan mana yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut? Apa yang sedang mereka lakukan berkenaan dengan masalah tersebut?

1. Seksi penayangan portofolio kelompok dua Bagian ini hendaknya memuat: a. Rangkuman tertulis tentang kebijakan alternatif. Siswa memilih dua atau tiga kebijakan yang diusulkan oleh perseorangan atau kelompok. Untuk setiap kebijakan yang dipilih oleh siswa, disertakan rangkuman jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan berikut dalam satu halaman tik dua spasi: 1) Kebijakan apakah yang diusulkan oleh siswa perseorangan atau kelompok? 2) Apakah keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut?

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok dua Dokumentasi bagian 2 dari map jepit kelas memuat lembar photocopy informasi terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan kelas dalam mengkaji dan menilai kebijakan-kebijakan saat ini dan kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Misalnya, siswa dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa: - - - - -

b. Penyajian kebijakan melalui grafik Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkaitan dengan kebijakankebijakan. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumber-sumber cetak, atau dapat juga dari karya asli siswa. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau bab. c. Identifikasi sumber-sumber informasi Identifikasi sumber-sumber yang telah digunakan kelas untuk mengumpulkan informasi pada satu atau lebih halaman ketik.

Dokumen dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun hasil salinan yang ditulis oleh kelompok siswa sendiri. Buatkan daftar isi untuk seksi ini. Kelompok Portofolio Tiga: Mengusulkan kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah

kliping surat kabar dan majalah; laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat; laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah yang dikaji; hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan yang bersifat publik dan swasta; dan petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

263

Kelompok tiga bertanggung jawab mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah yang dikaji. Kebijakan yang dipilih kelompok ini harus disetujui oleh mayoritas anggota kelas. Kebijakan yang diusulkan hendaknya tidak melanggar konstitusi dan peraturan perundang-undangan negara. Setelah diperoleh kepastian, maka kelas dapat memilih untuk - - - mendukung salah satu kebijakan alternatif yang diidentifikasi oleh Kelompok Portofolio Dua memodifikasi salah satu kebijakan, atau membuat kebijakan siswa sendiri.

1. Seksi penayangan portofolio kelompok tiga Bagian ini hendaknya mencakup hal-hal berikut: a. Penjelasan dan justifikasi tertulis untuk kebijakan yang diusulkan oleh kelompok portofolio. Siswa kelompok ini hendaknya menjelaskan kebijakan yang dipilih siswa dan alasan siswa mendukungnya. Deskripsikan dalam dua halaman tik dua spasi : 1) kebijakan yang diyakini oleh kelas akan mengatasi masalah 2) keuntungan dan kerugian dari kebijakan kelas? 3) Menurut pandangan kelas, mengapa kebijakan tersebut tidak melanggar konstitusi dan peraturan perundang-undangan negara. Para siswa perlu bekerja sama dengan seluruh kelas untuk melengkapi bagian portofolio ini. 4) Tingkat atau lembaga pemerintahan mana yang harus bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan yang kalian usulkan? Mengapa?

b. Penyajian kebijakan yang diusulkan melalui grafik. Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkaitan dengan kebijakan dan masalah yang akan dipecahkan oleh kebijakan tersebut. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumbersumber cetak, atau dapat juga karya asli kalian. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau bab. c. Identifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi sumber-sumber yang telah digunakan oleh kelas kalian untuk mengumpulkan informasi pada satu atau lebih halaman ketik 2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok tiga Masukkan ke dalam Bagian 3 dari map jepit kelas, lembar photocopy informasi terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan kelas kalian dalam mengkaji dan menilai kebijakan saat ini dan alternatif untuk mengatasi masalah. Misalnya, kalian dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa: - kliping surat kabar dan majalah; 264
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

- - - -

Dokumen dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun salinannya yang ditulis oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini.

laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat; laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah; hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan, baik publik maupun swasta; dan petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Kelompok Portofolio Empat: Membuat rencana tindakan Kelompok kalian bertanggung jawab untuk membuat rencana tindakan. Rencana tindakan ini hendaknya mencakup langkah-langkah yang dapat diambil agar kebijakan yang diusulkan diterima dan dilaksanakan oleh pemerintah. Seluruh kelas hendaknya terlibat dalam membuat rencana tindakan ini, tetapi kelompok empat akan menjelaskan rencana tindakan dalam Bagian 4 dari Seksi penayangan dan Bagian 4 dari Seksi dokumentasi portofolio kelas kalian. 1. Seksi penayangan portofolio kelompok empat Bagian ini hendaknya mencakup hal-hal berikut: a. Penjelasan tertulis tentang bagaimana kelas kalian dapat menumbuhkan dukungan pada individu dan kelompok dalam masyarakat terhadap rencana yang diusulkan. Deskripsikan gagasan-gagasan utama dari rencana kalian pada satu halaman tik dua spasi. Pastikan untuk 1) mengidentifikasi individu dan kelompok berpengaruh dalam masyarakat yang mungkin hendak mendukung kebijakan yang kalian usulkan. Gambarkan secara ringkas bagaimana kalian dapat memperoleh dukungan mereka. 2) mengidentifikasi kelompok di masyarakat yang mungkin menentang kebijakan kalian. Jelaskan bagaimana kalian dapat meyakinkan mereka untuk mendukung kebijakan yang kalian usulkan. b. Penjelasan tertulis tentang bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan dari pemerintah terhadap kebijakan yang diusulkan. Gambarkan gagasan-gagasan utama dari rencana kalian pada satu halaman tik dua spasi. Pastikan untuk 1) Mengidentifikasi pejabat dan lembaga pemerintah berpengaruh yang mungkin akan mendukung kebijakan kalian. Gambarkan dengan singkat bagaimana kalian dapat memperoleh dukungan mereka terhadap kebijakan yang diusulkan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

265

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok empat Masukkan ke dalam Bagian 4 dari map jepit kelas lembar photocopy informasi terbaik yang dikumpulkan dan digunakan oleh kelas kalian dalam pengembangan rencana tindakan kalian. Misalnya, kalian dapat memasukkan sebagai dokumentasi bahanbahan terpilih berupa: - pernyataan dari orang-orang atau kelompok berpengaruh; - pernyataan para pejabat pemerintah yang berpengaruh; - kliping surat kabar dan majalah; - laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat; - laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah; - hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan, baik publik maupun swasta; dan - petikan dari sejumlah publikasi pemerintah. Dokumentasi dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun dari salinan yang ditulis oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini.

c. Penyajiian rencana tindakan melalui grafik Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumber-sumber cetak, atau dapat juga berupa karya asli kalian sendiri. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau bab. d. Identifikasi sumber-sumber informasi Identifikasi sumber-sumber yang digunakan oleh kelas kalian untuk mengumpulkan informasi pada satu atau lebih halaman ketik.

2) mengidentifikasi orang-orang dalam pemerintah yang mungkin menentang kebijakan kalian.

Walaupun setiap kelompok mempunyai tugas khusus, mereka perlu saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk berbagi pemikiran dan informasi. Setiap kelompok hendaknya menjaga agar seluruh kelas mengetahui betul kemajuannya dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok lainnya sehingga kelas tersebut dapat membuat portofolio terbaiknya. Kelompok-kelompok portofolio hendaknya bekerjasama sejak mereka memutuskan item-item khusus apa yang harus termasuk dalam seksi tayangan dan seksi dokumentasi portofolio. Kerja sama ini akan menghindarkan penayangan ulang informasi yang sama dan menjamin peliputan bukti-bukti yang terbaik. 266
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Penilaian portofolio dilakukan terhadap dua hal, yaitu portofolio masing-masing dari keempat kelompok portofolio, dan portofolio keseluruhan (kelas). Untuk menilai portofolio, digunakan kriteria berikut. Kriteria untuk menilai portofolio kelompok (1 - 4): Kelengkapan Apakah setiap seksi memuat bahan-bahan yang diuraikan pada deskripsi tugas setiap kelompok di atas? Apakah para siswa memasukkan bahan-bahan lebih dari yang diperlukan? Kejelasan. Apakah portofolio siswa tersusun dengan baik? Apakah portofolio siswa ditulis dengan jelas, menggunakan tata bahasa dan ejaan yang benar? Apakah gagasangagasan utama dan argumen-argumen di dalamnya mudah dipahami? Informasi Apakah informasinya akurat? Apakah informasinya memuat fakta-fakta utama dan konsep-konsep penting? Apakah informasi yang kalian masukkan penting untuk memahami topik kajian? Dukungan Apakah siswa memberikan contoh-contoh untuk menjelaskan atau mendukung gagasan-gagasan utama? Apakah siswa memberikan penjelasan mendalam untuk gagasan-gagasan utama tersebut? Grafik. Apakah grafik siswa berkaitan secara khusus dengan isi dari seksi portofolionya? Apakah grafik siswa memberikan informasi? Apakah masing-masing grafik memiliki judul? Apakah grafik siswa membantu untuk memahami tayangannya? Dokumentasi. Apakah siswa mendokumentasikan gagasan-gagasan utama pada seksi portofolionya? Apakah siswa menggunakan sumber-sumber yang sahih, terpercaya, dan variatif? Jika siswa mengutip atau menyadur sumber informasi, apakah mereka menghargainya pada setiap kutipan? Apakah dokumentasi siswa berkaitan dengan tayangan? Apakah siswa memilih sumber-sumber informasi terbaik dan terpenting? Kekonstitusionalan. Apakah siswa memasukkan Format Pendapat Kekonstitusionalan? Apakah siswa menjelaskan mengapa kebijakan yang diusulkan oleh mereka tidak melanggar Konstitusi?

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

267

Demikianlah model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio. Namun untuk penerapan di sekolah dasar, guru perlu melakukan proses penyederhanaan lagi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Demikian pula dalam proses identifikasi dan pemilihan masalah. Masalah kelas hendaknya masalah yang dipilih sendiri oleh siswa.

Rangkuman
Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik. Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran.

Materi PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Dalam mengembangkan desain pembelajaran PKn, ada empat komponen yang perlu dikembangkan, yakni: (1) Standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) Substansi materi; (4) Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi. PKn dengan paradigma baru bertumpu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.

Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah mereka pilih. Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam 268
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.

Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio meliputi: (1) Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji; (2) Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji; (3) Mengkaji pemecahan masalah; (4) Membuat kebijakan publik; (5) Membuat rencana tindakan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

269

Tes Formatif 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Proses pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada pengembangan tiga kemampuan berikut ini, kecuali: A. Kecerdasan warga negara B. Tanggung jawab warga negara C. Partisipasi warga negara D. Pemecahan masalah warga negara 2. Kecerdasan warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya meliputi aspek: A. Afektif, emosional, pemikiran dan sikap B. Rasional, intelektual, pemikiran dan emosional C. Spiritual, rasional, emosional dan sosial D. Spiritual, sikap, intelektual, dan sosial 3.

4. Penjabaran materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional terdapat pada kolom: A. Kemampuan dasar B. Kemampuan C. Standar materi kewarganegaraan D. Standar pencapaian 5. Portofolio dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan: A. kumpulan informasi yang tersusun dengan baik B. kumpulan pekerjaan guru untuk siswa C. kumpulan pekerjaan karyawan sekolah D. kumpulan pekerjaan kepala sekolah 270
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Karakteristik yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma baru dapat dilihat pada: A. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan B. Standar materi kewarganegaraan C. Indikator pencapaian D. Rambu-rambu umum pembelajaran

6. Bentuk portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi yang: A. menarik secara estetika B. mengandung informasi yang terkait dengan masalah C. beragam dilihat dari segi keilmuan D. bernilai seni tinggi

7. Proses pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen siswa terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecuali: A. membekali pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi aktif B. memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaran C. membekali pengalaman praktis untukmengembangkan kompetisi D. mengembangkan pemahaman partisipasi warga negara 8. Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan: A. mengumpulkan dan menilai informasi B. mengkaj pemecahan masalah C. membuat rencana tindakan D. membuat kebijakan publik

9. Kelompok I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki tugas: A. menjelaskan masalah B. menilai kebijakan alternatif C. membuat kebijakan publik D. membuat rencana tindakan

10. Untuk menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari sudut kecuali: A. kelengkapan B. kejelasan C. estetika D. dukungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

271

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

272

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi


Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal cara mendesain pembelajaran PKn dengan model pembelajaran PKn berbasis portofolio. Berikut ini Anda akan diajak untuk mengkaji model pembelajaran PKn yang lain dengan fokus pada pembelajaran tentang hak asasi manusia (HAM). Tema ini dipandang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sistem pemerintahan demokratis karena kehidupan berdemokrasi hampir tidak dapat terpisahkan dengan prinsip-prinsip HAM. Untuk kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara mengajarkan konsep HAM itu kepada para anak didik di Madrasah Ibtidaiyah (MI)? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu banyak masalah karena Anda telah berpengalaman, namun agar kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam pembelajaran HAM dalam PKn, maka pada kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk mengenal dan berlatih dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran HAM dalam PKn. Keterampilan ini sangat penting baik bagi mahasiswa guru maupun calon guru MI. Bagaimana cara mempersiapkan pembelajaran HAM untuk siswa MI? Sedikitnya, ada empat hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran, yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode, dan merencanakan evaluasi. Pada kegiatan belajar ini proses pembelajaran akan ditekankan pada perumusan dan pemilihan materi dan sekilas tentang langkah-langkah pembelajarannya. Tekanan pada materi dalam kegiatan pembelajaran dilakukan mengingat materi pembelajaran HAM sangat luas dan meliputi dimensi yang perlu pertimbangan psikologis atau perkembangan jiwa anak.

Materi HAM penuh dengan nilai dan moral yang perlu diperkenalkan kepada para siswa sejak dini khususnya di jenjang MI. Hak asasi yang dimiliki manusia sebagaimana yang tertuang dalam berbagai konvensi dan peraturan perundangan ditujukan kepada kelompok atau perorangan tertentu. Selain Undang-Undang No.39/1999 tentang HAM yang berlaku di Indonesia, terdapat pula sejumlah konvensi yang perlu pula
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

273

disosialisasikan kepada para siswa, seperti Kovenan Intenasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik; Konvensi Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya; Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia; Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial; dan Konvensi Hak-hak Anak. Bagaimana mempersiapkan materi HAM tersebut untuk kepentingan pembelajaran? Hendarman (2000) menyatakan bahwa apabila ada kesepakatan perlunya materi atau konsep-konsep HAM diajarkan di sekolah, sebaiknya dilakukan penjenjangan dalam konsep atau materi yang diajarkan atas dasar berbagai pertimbangan termasuk utamanya memperhatikan tingkat usia dan perkembangan anak. Selain pertimbangan hal tersebut, maka untuk menentukan penjenjangan dimaksud, rujukan lain yang perlu diperhatikan ialah: (1) terjadinya keseimbangan antara pribadi dan negara, (2) kehidupan moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, (3) semangat yang universal, dan (4) kepekaan terhadap sesama dan lingkungan.

Didasarkan atas hal tersebut, maka untuk satuan pendidikan di tingkat SD/MI pembelajaran hak-hak seyogianya ditekankan pada berbagai hak yang termaktub dalam Konvensi Hak-hak Anak (KHA). KHA merupakan instrumen internasional di bidang HAM dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54 pasal, KHA hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang HAM yang mencakupi hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya sekaligus. Saat ini, Konvensi Hak Anak tersebut telah diakomodasi dalam UU N0.39/1999 tentang HAM. Berikut ini adalah pemetaan dari sejumlah konsep HAM untuk SD/MI yang menekankan keseimbangan antara pribadi dan negara maupun kehidupan moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, dan dapat diklarifikasi serta dipertimbangkan sebagai bahan materi pembelajaran. Materi pembelajaran tentang HAM dapat dipilih dari dokumen undang-undang atau konvensi dalam bentuk tema atau topik. Berikut ini adalah tema-tema yang diambil dari dokumen Undang-Undang HAM No.39/1999 Bab III tentang Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia, bagian kesepuluh tentang Hak Anak, antara lain: Bagaimana menyusun materi HAM untuk kepentingan pembelajaran?

274

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Hak mendapat perlakuan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin Hak mendapat pelayanan yang sama Hak dipelihara orang tua dan mengetahui orang tua Hak mendapat kewarganegaraan Hak mendapat perlakuan yang adil Hak mendapat perlindungan terhadap rahasia pribadi Hak mendapat kesempatan untuk berbicara Hak diperlakukan baik terhadap sesama Hak mendapat perlindungan dari pekerjaan yang membahayakan dirinya Hak mendapat pelayanan kesehatan Hak mendapat pendidikan Apabila dikaji, terutama untuk item 15, isi dari hak-hak anak di atas banyak yang berkaitan dengan nilai persamaan dan keadilan. Guru dapat menerapkan tentang isi materi HAM di atas dalam substansi kajian/kompetensi dasar tentang salah satu nilai juang,yakni nilai keadilan dalam standar isi SD/MI Kelas VI semester 1, ialah kompetensi dasar 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri yang sederhana disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa di Madrasah Ibtidaiyah. Suatu model langkah-langkah pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan inkuri dalam proses pembelajaran HAM, sbb.: Pertama, Merumuskan tujuan Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari Keempat, Memecahkan masalah Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Model pembelajaran kedua disebut proses inkuiri menurut Welton & Mallan (1988) memiliki langkah-langkah sbb.

Pertama, menyadari adanya peristiwa yang kontroversial yang selanjutnya menjadi masalah yang harus dipecahkan Kedua, Mengidentifikasi hipotesis (berupa penjelasan atau jawaban tentatif) Ketiga, Menguji hipotesis sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh a. Apabila hipotesis ditolak, maka masalah dapat dirumuskan kembali dan inkuiri
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

275

kembali ke langkah yang kedua. b. Apabila hipotesis diterima maka inkuri dapat dilanjutkan ke langkah keempat Keempat, Memodifikasi hipotesis menjadi simpulan sementara sampai data secara lengkap terkumpul. Kelima, Menguji simpulan sementara (apakah telah menjelaskan peristiwa yang kontroversial?) Model ketiga pembelajaran inkuiri disebut juga inkuiri dasar sebagaimana disarankan oleh Dewey (Armstrong, 1996) memiliki langkah-langkah sbb. Pertama, Menggambarkan krakteristik masalah atau situasi yang penting; Kedua, Mengajukan kemungkinan simpulan atau penjelasan; Ketiga, Mengumpulkan bukti yang dapat digunakan untuk menguji akurasi simpulan atau penjelasan; Keempat, Menguji simpulan atau penjelasan berdasarkan bukti yang ada; Kelima, Mengembangkan simpulan yang didukung oleh bukti yang tepat.

Menurut Armstrong (1996), model di atas dapat digunakan oleh guru untuk pembelajaran inkuiri pada semua kelas di jenjang SD/MI. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan modifikasi disesuaikan dengan Standar Isi (SI) atau Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar (SKKD) yang ada dalam kurikulum formal (Intended Curriculum) bahkan yang penting lagi hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan belajarnya, terutama sosial budaya setempat (Hidden Curriculum).

Sebagai latihan, coba Anda rundingkan dan diskusikan untuk membuat suatu model pembelajaran inkuiri disesuaikan dengan kompetensi yang ada dalam Standar Isi! Anda secara bebas boleh memodifikasi model pembelajaran inkuiri, demikian pula kompetensi yang dipilih sepanjang berkaitan dengan materi HAM.

Baiklah, apabila Anda telah mendiskusikannya, mari kita lihat dan bandingkan hasil pekerjaan kelompok Anda dengan uraian di bawah ini.

276

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Kelas VI, Semester 1


Stndar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari

Dalam SKKD di atas, salah satu nilai yang perlu diteladani adalah nilai Keadilan Kelas : 5 ; Semester 1

Apakah keadilan itu? Keadilan mempunyai pengertian yang beragam. Dalam pelajaran ini Anda akan belajar betapa pentingnya pembagian konsep keadilan dalam memandang suatu masalah. Keadilan dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Ada tiga masalah keadilan ialah keadilan distributif, keadilan korektif, dan keadilan prosedural. Pembedaan ini perlu dilakukan karena Anda akan menggunakan konsep pemikiran (perangkat pemikiran) dan masalah yang secara konseptual memiliki pengertian berbeda. Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan bagaimana mengidentifikasi beberapa konsep keadilan yang berbeda itu? Apa saja tiga jenis keadilan itu? Tujuan pembelajaran: Dalam pembelajaran ini Anda akan mengkaji dan mendiskusikan tiga jenis masalah keadilan. Setelah Anda menyelesaikan proses pembelajaran, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi dan memberikan contoh untuk setiap jenis masalah. Kalian juga hendaknya dapat menjelaskan mengapa penting membagi masalah keadilan ke dalam kelompok yang berbeda. Kata-kata kunci: Keadilan korektif Keadilan distributif Keadilan prosedural

Memecahkan masalah: Dapatkah Anda mengidentifikasi tiga jenis keadilan dalam cerita dibawah ini?
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

277

Kisah ini menceriterakan tentang seseorang yang tinggal di suatu kota kecamatan. Cerita ini berjudul Burhan Belajar Berlaku Adil. Tujuan cerita adalah membantu Anda belajar mengidentifikasi tiga jenis masalah keadilan. Setelah Anda selesai membaca cerita ini, bekerjalah dengan teman Anda, kemudian kaji dan jawablah pertanyaan di bawahnya. Burhan Belajar Berlaku Adil Burhan adalah seorang Kepala Polisi di kota Sukamaju, sebuah kota kecamatan di sekitar Jabotabek. Ketika Burhan menjadi anggota KaPolsek ia membuat suatu kebijakan yang dirasakan tidak adil oleh masyarakat. Pada saat itu, ia sangat membutuhkan seorang sekretaris. Kemudian ia membuat pengumunan: Dibutuhkan Seorang Sekretaris Wanita. Banyak orang mengomentari: Hanya wanita? Kami juga dapat melakukan pekerjaan sekretaris, kata sekelompok pria. Kami cukup profesional, tambahnya. Burhan menjawab, Saya tidak ingin sekretaris laki-laki di ruangan ini. Perempuan bekerja lebih baik daripada laki-laki. Banyak warga masyarakat di kota itu berkomentar bahwa tindakan Kapolsek Burhan, tidak adil karena Burhan tidak memberi kesempatan kepada warga masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki untuk mendaftar sebagai sekretaris. Warga masyarakat berkomentar kepada Sersan Burhan: Kamu tidak adil.

Saat itu, jarak antar kota kecil cukup jauh. Tidak ada Kantor Pengadilan di kota kecamatan untuk memutuskan perkara bagi orang yang melanggar hukum. Ketika tidak ada lembaga pengadilan di kota kecamatan, Burhan bertindak sebagai hakim yang memutuskan perkara. Suatu ketika, Burhan menangkap serang anak laki-laki berusia 10 tahun karena mencuri permen (gula-gula). Burhan menjatuhkan hukuman 1 tahun kepada anak itu dan memasukkannya ke penjara LP dewasa. Burhan menghukum denda perampok bank sebesar Rp 5,000,000.00 (Lima Juta Rupiah) karena ia berjanji tidak akan melakukan lagi perbuatan itu. Burhan nampaknya tidak tahu bagaimana prosedur menghukum seorang yang melakukan kejahatan, warga kota berkomentar.

Sekali waktu, Burhan harus menemukan dan membuktikan siapa pelaku penjambretan di kereta api. Pada saat proses pemeriksaan, Burhan menangkap seseorang lalu mengikat dua lengannya ke belakang, duduk di kursi dan ibu jari kakinya digencet oleh kaki kursi yang didudukinya agar ia mengaku sebagai pelaku pemjambretan. Burhan melakukan hal tersebut secara terus menerus dan cukup lama hingga orang tersebut pingsan. Burhan pun tidak adil dalam membuat keputusan. Inilah beberapa cuplikan pertanggungjawabannya ketika ia menyerahkan perkara kepada Jaksa. Jaksa: Sersan, lima saksi yang saya tanya, ternyata mengatakan bahwa orang ini tidak ada di tempat ketika terjadinya peristiwa pencopetan. Mengapa Anda menangkap orang 278
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

ini? Burhan: Karena ia seperti seorang kriminal. Jaksa: Wah.. ini tidak adil. Aparat hukum dari pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan mengadakan pertemuan untuk memecahkan masalah ini. Mereka memanggil Burhan dalam pertemuan itu dan memintanya duduk di hadapan aparat hukum.

Burhan, kami menyayangimu. Namun kamu harus belajar bagaimana bertindak adil, Pimpinan kepolisian kota memulai pembicaraannya. Ya, Anda harus belajar bertindak adil, Pak Burhan, warga masyarakat setuju. Saya bukanlah orang yang sempurna, Burhan menjawab. Tidak mudah membuat keputusan ini. Saya akan mengubah sikap. Saya ingin menjadi polisi yang paling adil di wilayah ini, Selanjutnya Burhan memutuskan untuk belajar apa arti keadilan itu. Perhatikan beberapa pertanyaan berikut ini! Apa tindakan Burhan yang dianggap tidak adil? Mengapa tidak adil? Kajilah perbuatan-perbuatan Burhan yang tidak adil. Masalah-masalah manakah yang merupakan: cara yang adil dalam mendistribusikan sesuatu kepada orang lain? cara yang adil untuk memperbaiki kesalahan? cara yang adil untuk mengumpulkan informasi dan membuat keputusan?

Perhatikan: Apakah tiga jenis masalah keadilan? Dalam cerita Burhan Belajar Bertindak Adil, kalian melihat ada tiga jenis masalah keadilan. Pertama, Burhan memiliki masalah keadilan ketika ia mengumumkan bahwa hanya perempuan yang boleh mendaftar menjadi sekretaris. Ketika ada masalah dalam mendistribusikan sesuatu, misalnya dalam memberi kesempatan kepada warga masyarakat, kita menyebut hal ini sebagai masalah keadilan distributif. Bagaimana masalah keadilan distributif terjadi dalam situasi berikut ini. menonton program di televisi bermain olah raga dalam suatu tim memperoleh nilai di kelas
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

279

pembayaran gaji/upah kerja hak memilih

Dalam ceritera di atas, Burhan pun punya masalah dengan tindakan yang tidak adil ketika ia menjebloskan anak usia 10 tahun yang mencuri permen (gula-gula) ke dalam penjara orang dewasa. Ketika ada masalah keadilan tentang sesuatu untuk memperbaiki kesalahan, maka masalah tersebut dinamakan masalah keadilan korektif. Bagaimana kemungkinan masalah keadilan korektif ini terjadi dalam situasi berikut ini: 1. Seseorang yang ingkar janji 2. Seorang siswa yang menyontek ketika ujian 3. Seseorang yang merusak milik orang lain 4. Seseorang melukai orang lain

Dalam ceritera di atas, Burhan pun punya masalah dengan tindakan yang tidak adil ketika ia menggencet ibu jari kaki tersangka oleh kaki kursi yang didudukinya untuk memperoleh informasi atau pengakuan bahwa orang tersebut telah mencopet di kereta api. Burhan pun punya masalah ketika menangkap seseorang karena ia berpendapat bahwa orang yang ditangkap itu mirip seperti wajah kriminal (penjahat). Apabila ada masalah tentang cara-cara ketidakadilan untuk memperoleh informasi dan cara-cara dalam membuat keputusan, maka kita menyebutnya masalah keadilan prosedural. Bagaimana kemungkinan masalah keadilan prosedural terjadi dalam situasi berikut ini: 1. Guru berusaha mencari siapa yang memulai perkelahian di tempat bermain. 2. Polisi berusaha menemukan siapa pelaku yang memecahkan jendela. 3. Kelas mencoba memutuskan permainan apakah yang akan dilakukan ketika istirahat. 4. Hakim memutuskan apakah seseorang bersalah/melakukan kejahatan

Bagaimana memecahkan masalah-masalah berikut ini? Dapatkah mengidentifikasi contoh-contoh dari tiga jenis masalah keadilan berikut ini? Bekerjalah dengan teman. Pertama, putuskan apakah setiap situasi menimbulkan suatu masalah keadilan distributif, korektif, atau prosedural? Kemudian, jawablah pertanyaan berikut ini:

280

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Latihan 1:

Kelas kalian memiliki 12 spidol berwarna. Ada 20 siswa yang ingin menggunakan spidol tersebut. Keadilan: . Alasan: ..

Latihan 2:

Seorang siswa di kelas kalian menyontek pada waktu ujian. Keadilan: . Alasan: ..

Latihan 3:

Kepala sekolah ingin tahu siapa yang mencorat-coret ruang istirahat. Keadilan: . Alasan: ..

Latihan 4:

Kelas kalian harus memutuskan berapa rupiah setiap siswa harus membayar iuran berdarma wisata. Keadilan: . Alasan: ..

Latihan 5: Latihan 6:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

281

Selama bermain waktu istirakat, kelas kalian memecahkan jendela sekolah. Keadilan: . Alasan: .. Gunakan kemampuan kalian untuk menjawab pertanyaan/masalah di bawah ini! A. Apakah masalah dalam setiap situasi yang digambarkan di atas mengandung jenis keadilan distributif, korektif, dan prosedural? Mengapa? B. Mungkinkah sesuatu yang adil dilakukan dalam setiap situasi di atas? C. Apakah mungkin masalah/situasi di atas terjadi di sekolah kalian?

Mengapa masalah keadilan dibagi menjadi tiga kelompok? Kalian telah belajar bahwa kita telah membagi masalah keadilan atas tiga kelompok: keadilan distributif, keadilan korektif, dan keadilan prosedural. Penting pula disadari, jenis masalah keadilan manakah yang sedang dipikirkan agar ketika kalian dihadapkan dengan masalah keadilan, maka kalian akan menentukan keadilan manakah yang tepat digunakan. Kalian akan belajar bagaimana menggunakan tiga jenis keadilan tersebut dalam tugas pekerjaan rumah berikut ini. Coba kalian terapkan pengetahuanmu tentang keadilan pada proyek berikut ini. a. Dengarkan acara/program/siaran berita pada televisi atau radio. Kemudian identifikasi tiga jenis masalah keadilan yang dilaporkan. Kalian dapat bertukar informasi/pikiran dan bekerjasama dengan teman sekelas. b. Buatlah gambar/lukisan tentang situasi dalam kehidupan kalian yang menunjukkan suatu masalah tentang keadilan. Kalian dapat membuat gambar secara bersamasama dengan teman kalian. c. Tulislah suatu syair lagu tentang bagaimana masalah keadilan dalam kehidupan kalian dipecahkan. Kalian dapat bekerjasama dengan teman sekelas. d. Bacalah cerita singkat dari buku perpustakaan yang berkaitan dengan keadilan. Tulislah laporan tentang isu-isu yang diungkapkan dalam cerita dan bagaimana solusinya.

Demikianlah sebuah model pembelajaran tentang hak asasi manusia yang difokuskan pada suatu kompetensi dengan tema keadilan. Anda dapat membuat secara lebih kreatif lagi untuk menerapkan model di atas. Sesuaikan model inkuiri tersebut dengan kondisi, situasi dan tingkat perkembangan para siswa di sekolah dasar. Tentu saja, model inkuiri untuk siswa sekolah dasar pada kelas yang lebih rendah, langkah-langkah inkuiri akan lebih sederhana lagi. 282
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Rangkuman
Ada empat hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran, yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan evaluasi.

Materi hak asasi manusia untuk bahan pembelajaran dapat diseleksi dari berbagai konvensi dan peraturan perundangan dan apabila ada kesepakatan perlunya materi atau konsep-konsep HAM diajarkan di sekolah, sebaiknya dilakukan penjenjangan dalam konsep atau materi yang diajarkan atas dasar berbagai pertimbangan termasuk utamanya memperhatikan tingkat usia dan perkembangan anak. Rujukan yang dapat digunakan untuk menentukan materi pembelajaran mengacu pada pertimbangan: (1) terjadinya keseimbangan antara pribadi dan negara, (2) kehidupan moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, (3) semangat yang universal, dan (4) kepekaan terhadap sesama dan lingkungan.

Banyak model langkah-langkah pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan inkuri dalam proses pembelajaran HAM, antara lain: Pertama, Merumuskan tujuan; Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui; Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari; Keempat, Memecahkan masalah; dan Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Untuk menerapkan konsep HAM dalam pembelajaran, guru dapat memodifikasi konten HAM dalam kompetensi yang dapat dipilih dari Standar Isi. Untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri yang sederhana disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa di sekolah dasar.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

283

Tes Formatif 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Untuk mengadakan proses pembelajaran, guru perlu mempersiapkan hal-hal berikut kecuali: A. Merumuskan tujuan B. Merancang langkah-langkah metode C. Merumuskan materi pelajaran D. Melaksanakan evaluasi akhir

2. Melakukan penjenjangan materi HAM untuk pembelajaran di sekolah dimaksudkan agar: A. Materi mudah diserap oleh siswa dan guru B. Materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa C. Materi pelajaran tidak tumpang tindih D. Materi pelajaran ada kesamaan antar jenjang 3. Syarat awal dan utama menyelenggarakan model pembelajaran inkuiri yang punya peluang mencapai keberhasilan adalah: A. Materi pelajarannya mudah diserap B. Sikap guru yang serius dan tegas C. Pertanyaan/rumusan masalah yang merangsang D. Guru memberi jawaban setiap pertanyaan yang diajukan 4. Pertimbangan pertama guru untuk menyajikan pembelajaran HAM adalah: A. Karakteristik siswa B. Materi HAM C. Metode pembelajaran D. Model evaluasi

5. Menyusun materi pembelajaran HAM untuk siswa hendaknya diseleksi disesuaikan dengan .... kecuali: A. tingkat perkembangan pengetahuan siswa B. persoalan aktual di masyarakat C. kompetensi dasar dalam Standar Isi D. rencana pembelajaran guru lain 284
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Langkah pertama model pembelajaran inkuiri menurut para ahli ada kesamaan ialah: A. perumusan masalah B. penyajian data C. menggali informasi D. membuat kesimpulan

8. Setelah menyajikan masalah dalam bentuk cerita atau penyajian gambar, grafik, atau informasi lainnya, tugas guru adalah: A. mengajukan pertanyaan B. mengemukakan masalah pokok C. memecahkan masalah D. menarik kesimpulan

7. Perumusan tujuan dalam model pembelajaran inkuiri tentang cerita Burhan Belajar Berlaku Adil dimaksudkan untuk: A. agar siswa menyadari permasalahan B. agar siswa mengetahui target hasil belajar C. agar siswa dapat memecahkan masalah D. agar siswa punya minat belajar

9. Analisis masalah dilakukan oleh siswa sebagai pemeran utama dengan maksud agar siswa dapat melakukan kecuali: A. latihan berargumen B. latihan berpikir C. latihan menemukan masalah D. latihan menghafal konsep 10. Salah satu tujuan pembelajaran inkuiri adalah melatih kemampuan siswa berpikir kritis khususnya dalam: A. melaporkan data secara akurat B. merumuskan generalisasi C. membedakan antara fakta dan pendapat D. mendapat imbalan materi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

285

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

286

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 :
1. D 2. C 3. D 4. D 5. A 6. B 7. B 8. C 9. A 10. C 1. D 2. B 3. C 4. A 5. D 6. A 7. B 8. A 9. D 10. C pemecahan masalah warganegara spiritual, rasional, emosional, dan sosial rambu-rambu umum pembelajaran Standar pencapaian Kumpulan informasi yang disusun dengan baik mengandung informasi yang terkait dengan masalah memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaraan membuat rencana tindakan menjelaskan masalah estetika melakukan evaluasi akhir materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa pertanyaan/masalah yang merangsang karakteristik siswa rencana pembelajaran guru lain perumusan masalah agar siswa mengetahui target hasil belajar mengajukan pertanyaan latihan menghafal konsep membedakan antara fakta dan pendapat

Tes Formatif 2

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

287

288

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

289

290

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn

PENDAHULUAN
Modul tentang penilaian pembelajaran PKn ini merupakan bagian atau kelanjutan dari materi modul pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada modul sebelumnya, tentu Anda telah mengenal sejumlah konsep, hakikat, prinsip pembelajaran PKn yang seyogianya dilaksanakan oleh guru kelas di jenjang MI. Dengan memahami materi penilaian pembelajaran PKn yang akan diuraikan dalam modul ini, diharapkan Anda sebagai calon guru atau guru Madrasah Ibtidaiyah mampu melakukan penilaian dalam proses pembelajaran PKn secara benar sesuai dengan tuntutan standar penilaian sebagaimana yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaran dan Kepribadian. Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji standar penilaian, prinsip-prinsip penilaian, dan pengembangan instrumen penilaian. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian 2. Menjelaskan prinsip penilaian pembelajaran PKn 3. Mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru profesional khususnya untuk menganalisis dan menerapkan prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran PKn. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan jenis, bentuk, dan alat penilaian serta cara mengembangkan instrumen penilaian dalam pembelajaran PKn. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun penguasaan atas prinsip-prinsip penilaian. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan,
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

291

dan melaksanakan penilaian pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam melaksanakan penilaian maka Anda layak menjadi guru profesional dalam pembelajaran PKn, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. 1. Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian 2. Prinsip penilaian pembelajaran 3. Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran PKn

Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan melaksanakan penilaian dalam pembelajaran PKn. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas.

292

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian

Pada kegiatan belajar dalam modul sebelumnya, Anda tentu telah mengenal dan memahami berbagai strategi pengembangan metode dan materi pembelajaran PKn untuk kelas di Madrasah Ibtidaiyah baik pada jenjang kelas rendah maupun kelas tinggi. Agar Anda memiliki kemampuan yang utuh dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran PKn maka kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran menjadi syarat penting untuk menjadi guru PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Sejak tahun 2007, Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk sejumlah kelompok mata pelajaran. Salah satunya adalah Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Pada kegiatan belajar pertama modul ini, Anda akan diajak untuk mengkaji standar penilaian kelompok mata pelajaran tersebut sehingga diharapkan setelah mempelajari modul ini, Anda memahami apa hakikat penilaian itu, jenis penilaian, pembelajaran, prinsip umum penilaian sesuai standar nasional, dan masalah kewenangan penilaian.

Apa penilaian itu? Apa perbedaannya dengan ulangan?


Pada hakikatnya, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi. Dalam pendidikan, penilaian berarti proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan ulangan, dapat dimaknai sebagai penilaian yang lebih khusus dalam konteks pembelajaran dan berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Oleh karena itu, dalam Permendiknas nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian dikemukakan bahwa ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

293

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

Dalam Permendiknas Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian dikemukakan ada beberapa jenis ulangan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran, seperti ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), dan ulangan kenaikan kelas.

Apa pengertian dari masing-masing jenis ulangan tersebut?


Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. Artinya bahwa seorang guru harus mengadakan ulangan pada setiap menyelesaikan satu kompetensi dasar. Dengan prinsip belajar tuntas, apabila ada siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, maka guru harus mengadakan program remidial terhadap materi pembelajaran tersebut hingga tercapainya kompetensi dasar yang bersangkutan. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. Dengan demikian, fokus ulangan harian, tengah semester, akhir semester, dan kenaikan kelas adalah pada ketercapaian kompetensi dasar. Artinya, penilaian dengan cara ulangan merupakan penilaian sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dasar. Selain penilaian dalam bentuk ulangan, penilaian dapat dilakukan melalui ujian. Ada dua jenis ujian yang diatur dalam standar penilaian, ialah ujian sekolah/madrasah dan ujian nasional (UN).

Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. 294
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau perilakuik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam prosedur operasional standar (POS) Ujian Sekolah/Madrasah. Sedangkan ujian nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Prinsip Penilaian
Dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian, guru perlu mengacu pada sejumlah prinsip penilaian. Apa prinsip penilaian yang sesuai dengan standar? Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan. b. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas pendidik. c. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian. d. Terpadu, yakni penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pembelajarannya. e. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

295

f.

g.

h.

i.

menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP. Beracuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif. Teknik dan Instrumen Penilaian

Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Adapun teknik penilaian yang dimaksud meliputi: 1. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. 2. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/ atau di luar kegiatan pembelajaran. 3. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

Sedangkan instrumen penilaian hasil belajar dapat dibagi atas tiga bagian, ialah instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik, oleh satuan pendidikan, dan oleh pemerintah.

Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, yakni merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yakni 296
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, yakni menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun. Teknik penilaian yang dapat digunakan pendidik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian antara lain sebagai berikut.

1. Tes tertulis Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi antara lain pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian. 2. Observasi Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 3. Penugasan Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan. 4. Tes Lisan Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta didik dengan penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran. 5. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

297

6. Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif. 7. Penilaian Diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi yang ditargetkan, dan pengamalan perilaku berkepribadian dan menjadi warga negara yang baik. 8. Penilaian antarteman Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan, penguasaan kompetensi, dan pengamalan perilaku berkepribadian dan menjadi warga negara yang baik. Rangkuman bentuk penilaian beserta bentuk instrumennya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Klasifikasi Teknik Penilaian serta Bentuk Instrumen
Teknik Penilaian Tes tertulis

Observasi (pengamatan) Tes lisan Jurnal

Bentuk Instrumen Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dll. Tes isian: isian singkat dan uraian Lembar observasi (lembar pengamatan) Pekerjaan rumah Proyek Daftar pertanyaan

Penugasan individual atau kelompok Penilaian portofolio Penilaian diri Penilaian antarteman

Lembar penilaian portofolio Buku cacatan jurnal

Kuesioner/lembar penilaian diri Lembar penilaian antarteman

Demikianlah pengertian, prinsip, jenis, dan teknik serta instrumen penilaian berdasarkan standar penilaian.

Bagaimana penilaian pembelajaran dalam mata pelajaran PKn?


Dalam peraturan perundangan tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni Undangundang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan ditindaklanjuti oleh Peraturan Mendiknas Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian, maka ketentuan tentang penilaian mata pelajaran 298
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia mengacu pada semua ketentuan tersebut. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan merupakan dasar untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

Standar penilaian berorientasi pada tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Pasal 1 butir 5 dinyatakan bahwa SI adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada Pasal 1 butir 4 dinyatakan bahwa yang dimaksud SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian pendidikan termasuk PKn hendaknya mencakup semua kemampuan yang utuh dan komprehensif Berdasarkan PP 19 Pasal 63 ayat (1) penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (c) penilaian oleh pemerintah. Untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, penilaian dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (Pasal 64 ayat (1) dan (2)). Pasal 64 ayat (3) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Selain itu, Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Pengertian dan Fokus Penilaian PKn


Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

299

proses pembelajaran PKn.

Fokus penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi PKn yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian pada satuan pendidikan dasar merupakan kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Kesadaran dan wawasan tersebut mencakup wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah). Sejalan dengan peraturan perundangan di atas, maka standar kompetensi kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan Agama, Akhlak Mulia, Kewarganegaraan, Bahasa, Seni dan Budaya, dan Pendidikan Jasmani. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada tiap satuan pendidikan, kegiatan kelompok mata pelajaran ini dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran, baik dalam kegiatan intrakurikuler melalui mata pelajaran maupun ekstrakurikuler melalui pengembangan diri.

Penilaian untuk kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian dilaksanakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian kelas (classroom assessment) dan oleh satuan pendidikan untuk penentuan nilai akhir pada satuan pendidikan melalui ujian sekolah dan rapat dewan pendidik.

Untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; dan (b) ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 64 ayat (3)). 300
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) menegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 menjabarkan lebih lanjut isi undang-undang tersebut dengan menyatakan bahwa salah satu struktur kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Mengacu pada rumusan SI dalam Permen nomor 22 tahun 2006, rumusan SKL dalam Permen nomor 23 tahun 2006 dan ketentuan Pasal 64 ayat (3) PP nomor 19 tahun 2005, serta karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, maka hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian meliputi: 1) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara, yaitu aspek kognitif sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2) Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. 3) Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai penerjemahan dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga negara Indonesia.

Ketiga bentuk hasil belajar tersebut berada pada domain yang berbeda. Pemahaman berada pada domain kognitif, berbagai aspek kepribadian berada pada domain afektif, sedangkan perilaku berkepribadian berada dalam domain keperilakuan. Perbedaan domain tersebut menuntut perbedaan dalam metode dan cara pengukurannya.

Penilaian Hasil Belajar


Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik diselenggarakan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas (PP. 19 tahun 2005 Pasal 64 ayat (1)). Secara khusus, penilaian yang dilakukan oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, menyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Guru kelas atau guru mata pelajaran memiliki tanggung jawab penuh atas terselenggaranya penilaian yang sahih terhadap pencapaian atau prestasi sebagai hasil proses belajar peserta didik. a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

301

karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun perilaku, sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi hasil belajar yang menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi dalam aspek kognitif. Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif dan perilaku. Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik. Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pembinaan prestasi dan pengembangan potensi peserta didik. Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan. b. Penilaian oleh Satuan Pendidikan Penilaian oleh satuan pendidikan merupakan penilaian akhir pada tingkat satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian SKL. Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian didasarkan pada hasil ujian sekolah dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

Penilaian oleh satuan pendidikan digunakan sebagai: (a) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, (b) dasar untuk meningkatkan kinerja pendidik, dan (c) dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Latihan
Kerjakan dan diskusikanlah latihan di bawah ini. 1. Dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian pembelajaran, perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip penilaian. Kemukakan prinsip penilaian yang relevan dan rasionalnya untuk menilai pembelajaran PKn dengan teknik non tes? 2. Pilihlah salah satu pendekatan atau lebih dari satu pendekatan yang cocok dengan PKn 302
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

untuk membentuk warga negara Indonesia yang cerdas sebagai warga masyarakat demokratis khususnya dalam menyampaikan pendapat kepada pemerintah/DPR! Kemukakan teknik dan instrumen penilaian yang cocok untuk mengetahui pencapaian kompetensi pembelajaran! 3. Apakah keunggulan teknik penilaian non tes? Mengapa teknik ini dianggap tepat untuk pembelajaran PKn di Indonesia? 4. Kemukakan, ranah apa saja yang dapat dinilai dalam kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian menurut standar penilaian? Bagaimana cara menilai masing-masing ranah tersebut? 5. Kegiatan menilai PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Kajilah Standar Isi PKn, kemudian tentukan satu standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Setelah itu, tentukan alat penilaian manakah yang cocok untuk mengukur tingkat penguasaan SK dan KD tersebut!

Rangkuman

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi. Dalam pendidikan, penilaian berarti proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan ulangan, dapat dimaknai sebagai penilaian yang lebih khusus dalam konteks pembelajaran dan berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Dalam Permendiknas Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian dikemukakan ada beberapa jenis ulangan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran, seperti ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), dan ulangan kenaikan kelas. Ada dua jenis ujian yang diatur dalam standar penilaian, ialah ujian sekolah/madrasah dan ujian nasional (UN). Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, Menyeluruh dan berkesinambungan, Sistematis, Beracuan kriteria, Akuntabel.

Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran PKn.

Fokus penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi PKn yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

303

Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006.

304

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 1:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Proses pengumpulan dan pengolahan informasi disebut..... A. penilaian B. penilaian pendidikan C. penilaian pembelajaran D. penilaian di luar kelas

2. Ulangan dapat dimaknai sebagai penilaian yang lebih khusus dalam konteks pembelajaran dan berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur..... A. kemampuan kognitif B. ketercapaian kompetensi C. aspek sikap dan nilai D. perilaku moral sehari-hari 3. Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih dinamakan.... A. ulangan harian B. ulangan tengah semester C. ulangan akhir semester D. ulangan kenaikan kelas 4. Kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dinamakan .... A. ujian sekolah B. ujian nasional C. ulangan akhir semester D. ulangan kenaikan kelas

5. Penilaian harus didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Prinsip penilaian ini dinamakan .... A. adil B. sahih
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

305

6. Penilaian harus didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Prinsip penilaian ini dinamakan .... A. terbuka B. sahih C. objektif D. sistematis 7. Salah satu prinsip penilaian adalah akuntabel, artinya .... A. penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah baku. B. penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. C. penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik. D. penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 8. Salah satu teknik penilaian berbentuk non tes adalah.... A. tertulis B. praktik C. pengamatan D. praktek

C. objektif D. terpadu

9. Suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas adalah ... A. penugasan B. observasi C. portofolio D. jurnal 10. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang memfokuskan pada penguasaan materi tentang hak dna kewajiban warga negara merupakan penilaian aspek.... A. sikap kepribadian B. perilaku berkepribadian C. pemahaman D. nilai dan moral 306
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

307

308

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran PKn

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda tentu telah mengenal dan memahami pengertian penilaian, jenis, prinsip serta teknik penilaian secara umum dalam pembelajaran. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas pengembangan instrumen penilaian untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pengembangan instrumen penilaian bagi guru sangat penting karena penilaian merupakan salah satu syarat kemampuan profesional guru sebagai agen pembelajaran (Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih meyakinkan tentang peran dan fungsi guru, lihat UU Sisdiknas Nomor 20/2003). Oleh karena itu, persoalan ini perlu diangkat dan diuraikan dalam modul ini agar Anda sebagai calon guru profesional akan menjadi kenyataan. Melalui kegiatan belajar kedua ini, Anda akan diajak mengkaji langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan sekaligus komponen kepribadian baik aspek sikap maupun perilakunya.

Prosedur Penilaian
Pernahkah Anda mendengar keluhan guru tentang sulitnya melakukan penilaian untuk mata pelajaran PKn? Pada umumnya, kesultan yang dihadapi adalah ketika akan menilai hasil belajar PKn dalam aspek (domain) afektif. Memang hal ini telah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh para guru. Tidak dapat disangkal bahwa aspek afektif merupakan bidang tertutup (close area) atau tersembunyi (hidden) yang ada dalam diri manusia. Tidak seperti aspek kognitif yang dapat diketahui dengan cara penilaian tes. Menilai aspek afektif merupakan tugas yang tidak mudah dilaksanakan secara sederhana. Oleh karena itu, panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sebagai salah satu panduan dalam standar penilaian (Permendiknas Nomor 20 tahun 2007) telah menguraikan hal ini. Salah satu prinsip dalam pengembangan instrumen penilaian adalah diperolehnya instrumen yang mampu menggali informasi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

309

yang akurat, namun harus cukup praktis dan proses penyusunannya tidak terlalu kompleks sehingga memiliki nilai aplikatif yang tinggi bagi pihak pendidik dan satuan pendidikan. Dengan memperhatikan prinsip tersebut maka aspek penilaian untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi sebagai berikut: (1) aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, (2) aspek atau ciri kepribadian diungkap dengan menggunakan skala kepribadian, dan (3) aspek perilaku berkepribadian diungkap lewat panduan pengamatan dengan menggunakan rubrik penilaian. Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian menguraikan model instrumen dan prosedur penilaian yang dapat dijadikan acuan oleh guru PKn di Madrasah Ibtidaiyah dalam menyusun instrumen penilaian sebagai berikut.

1. Pemahaman akan Hak dan Kewajiban Diri sebagai Warga Negara Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Untuk mencapai tujuan dan kompetensi maka pengembangan tes ini harus didasarkan pada kisi-kisi tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Sebagai acuan dalam penulisan soal, rumusan KD dijabarkan lebih lanjut oleh guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah menjadi indikator-indikator pencapaian kompetensi.

Sebagai contoh model kisi-kisi yang memuat SK, KD, dan indikator-indikator pencapaiannya yang dapat dijadikan dasar penyusunan tes ulangan akhir semester Kelas V jenjang SD/MI disajikan pada Tabel 2. Dalam contoh ini, guru kelas MI telah menguraikan masing-masing KD menjadi beberapa indikator pencapaian. Kisi-kisi tes memuat SK dan KD secara komprehensif dalam suatu periode pembelajaran tertentu baik per semester, per tahun ajaran, atau per periode jenjang pendidikan) yang hendak diujikan, sehingga menjamin validitas isi tes. Meskipun demikian, pendidik harus mencermati masing-masing KD apakah termasuk ranah kognitif atau ranah afektif atau perilaku. Kompetensi yang merupakan ranah afektif seperti sikap, tidak dapat diukur lewat tes kognitif (lihat Tabel 2, khususnya KD 3.3 dan 4.2 sebagai contoh).

310

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

3. Memahami kebebasan berorganisasi

Standar mpetensi

Tabel 2. Model Kisi-kisi Instrumen Penilaian terhadap Pemahaman akan Hak dan Kewajiban Diri sebagai Warga Negara (Kelas V, Semester 2)
Kompetensi Dasar a) Merumuskan definisi organisasi b) Menyebutkan ciri-ciri kehidupan berorganisasi Indikator Pencapaian

3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat

Bobot (%) 20 25

3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah 4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentukbentuk keputusan bersama

a) Memberi contoh organisasi di lingkungan sekolah b) Memberi contoh organisasi di lingkungan masyarakat c) Membandingkan kehidupan berorganisasi di sekolah dan di masyarakat

4.2 Mematuhi keputusan bersama

a) Menjelaskan pengertian keputusan bersama b) Menyebutkan contoh bentuk keputusan bersama

25 30 0

Total

100%

Setiap KD disarankan agar diuraikan paling tidak berisi dua indikator pencapaian, tergantung keluasan cakupan materi masing-masing kompetensi. Guru kelas PKn di MI seyogianya juga menetapkan bobot masing-masing KD sesuai dengan keluasan dan kedalamannya. Bobot masing-masing KD ini dapat tercermin dalam bobot atau jumlah butir soal dalam tes.

Dalam satu periode pembelajaran, guru dapat melakukan beberapa kali tes. Tes diberikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Perhatikan keluasan materi pada masing-masing bentuk penilaian tersebut agar disesuaikan dengan cakupan KD. Artinya, substansi kajian atau isi materi pembelajaran setiap KD hendaknya dirinci menjadi butiran materi pembelajaran yang akan menjadi bahan untuk penyusunan butir soal . Untuk menentukan bentuk soal tes tertulis hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Butir soal bentuk pilihan-ganda, melengkapi, dan jawaban singkat tidak digunakan untuk kelas rendah, yaitu Kelas 1
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

311

sampai Kelas 3 SD/MI. Bentuk benar-salah dan bentuk menjodohkan boleh digunakan di semua jenjang kelas. Namun, tes tipe uraian hanya digunakan untuk jenjang paling rendah Kelas 4 SD/MI. Semua soal harus ditulis sesuai kaidah penulisan soal dengan memperhatikan indikator pencapaian kompetensi masing-masing . Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian ditetapkan perkiraan waktu yang disediakan untuk pengerjaan soal sebagai bahan yang perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah soal tes. Sebagai ilustrasi, Tabel 3 menyajikan perbandingan jumlah soal dan waktu yang disediakan untuk beberapa jenis tes tertulis. Tabel 3. Waktu Pengerjaan dan Jumlah Soal
Bentuk Soal Waktu (menit) 45 120 20 50 20 50 20 50 30 90 Jumlah soal 30 60 30 60 20 40 20 40 10 5

Pilihan ganda Benar-Salah Menjodohkan Melengkapi Uraian

Tabel di atas tidak dimaksudkan sebagai patokan namun lebih merupakan perkiraan kasar tentang waktu dan jumlah butir soal. Guru dapat menentukan lama waktu tes yang sesuai dengan tingkat kesulitan soal dan karakteristik peserta didik yang ada di satuan pendidikan masing-masing. Di samping itu, pendidik juga dapat menggunakan kombinasi beberapa bentuk soal dalam suatu tes. Tes lisan dapat digunakan apabila jumlah peserta didik tidak terlalu banyak. 2. Aspek-aspek Kepribadian Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dikemukakan bahwa penilaian terhadap perkembangan aspek atau ciri kepribadian peserta didik dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa 312
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

ciri kepribadian yang telah tertanam dalam diri peserta didik sebagai bagian dari hasil proses pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian, pengembangan kepribadian tidak merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan merupakan tanggung jawab kolektif dari guru mata pelajaran yang tercakup dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, penilaian terhadap perkembangan aspek kepribadian bukan merupakan kegiatan semester atau triwulan yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan oleh guru kelas/guru mata pelajaran, konselor dan/atau satuan pendidikan secara berkesinambungan (longitudinal) sesuai dengan kebutuhan. Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah, maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD/MI. Sumber acuan untuk pengembangan skala kepribadian adalah rumusan dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan SD/ MI, khususnya Bab II tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang meliputi aspek-aspek sikap dan kepribadian seperti: (a) menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (b) meningkatkan kualitas diri, (c) menyadari dan memiliki wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, (d) menghargai hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, (e) mengembangkan demokrasi, (f) memiliki tanggung jawab sosial, (g) menaati hukum, (h) membayar pajak, dan (i) anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pendidik memilih dan merumuskan kembali kesembilan aspek ini menjadi beberapa aspek afektif kepribadian yang sesuai dengan jenjang SD/MI, konteks kehidupan seharihari, dan tingkat perkembangan peserta didik. Sebagai contoh, dari butir d (menghargai hak asasi manusia) dapat dirumuskan aspek saling menghargai dan aspek bersikap santun, dari butir a (menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara) dan dari butir f (memiliki tanggungjawab warga negara) dapat dirumuskan aspek rasa tanggung jawab, dari butir b (meningkatkan kualitas diri) dapat dirumuskan aspek percaya diri dan aspek kompetitif, dan lain-lain. Guru kelas/mata pelajaran menjabarkan masingmasing aspek tersebut menjadi beberapa indikator sebagaimana dicontohkan dalam Tabel 4. Soal dalam skala kepribadian disusun dalam wujud deskripsi situasi hipotetik yang diikuti oleh dua pilihan respon perilaku yang harus dipilih salah-satunya oleh peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada cerita ringkas (dua sampai enam kalimat) yang merupakan gambaran situasi sehari-hari yang mengandung problematika yang mungkin dihadapi peserta didik dan harus direspon dengan cara memilih salah satu dari dua
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

313

pilihan yang disediakan.

Satu di antara dua pilihan jawaban tersebut isinya mengandung indikasi adanya ciri kepribadian tertentu sebagaimana digambarkan oleh indikator keperilakuannya (favourable response) sedangkan pilihan yang lain tidak mengandung indikasi adanya ciri kepribadian tersebut (unfavourable response). Tabel 4. Model Kisi-Kisi Skala Kepribadian sebagai Instrumen Penilaian terhadap Aspek Kepribadian Peserta didik

I. Bertanggungjawab (TJ)

ASPEK KEPRIBADIAN

II. Percaya Diri (PD) I. Saling Menghargai (SM) IV. Bersikap Santun (SS) V. Kompetitif (KO)

a. Tidak menghindari kewajiban b. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan c. Menaati tata tertib sekolah d. Memelihara fasilitas sekolah a. Tidak mudah menyerah b. Berani menyatakan pendapat c. Berani bertanya d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan a. Menerima pendapat yang berbeda b. Memaklumi kekurangan orang lain c. Mengakui kelebihan orang lain d. Dapat bekerjasama

INDIKATOR KEPERILAKUAN

a. Menerima nasihat guru b. Menghindari permusuhan dengan teman c. Menjaga perasaan orang lain a. Berani bersaing b. Menunjukkan semangat berprestasi c. Berusaha ingin lebih maju d. Memiliki keinginan untuk tahu

(Panduan Penilaian Kelompok Mapel Kewarganegaraan dan Kepribadian, 2007)

Untuk menjaga reliabilitas hasil pengukuran, maka jumlah soal dalam masing-masing aspek skala kepribadian ini hendaknya berjumlah tidak kurang dari 10 butir, meskipun indikator pada setiap aspek jumlahnya tidak sama. Dengan demikian, bila terdapat lima aspek, maka keseluruhan butir dalam skala (instrumen) minimal berjumlah 50.

314

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

3. Perilaku Berkepribadian Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dikemukakan bahwa seperti penilaian terhadap perkembangan aspekaspek kepribadian peserta didik, penilaian terhadap perilaku berkepribadian juga bukan merupakan kegiatan semester yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan sesuai kebutuhan baik oleh pendidik maupun oleh satuan pendidikan.

Penilaian terhadap perilaku berkepribadian menghendaki adanya rumusan standar perilaku sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi masing-masing jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang dapat dinilai menggunakan rubrik (tabel yang memuat gambaran perilaku dan skor pencapaiannya berdasarkan pengamatan jangka panjang), yang contohnya tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5. Model Rubrik Penilaian Perilaku Berkepribadian untuk SD/MI
KRITERIA PERILAKU Terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah Mematuhi tata tata tertib kelas Memanfaatkan fasilitas sekolah Mengembangkan diri secara optimal Memberdayakan diri dengan belajar Gemar membaca dan menulis Menjaga kesehatan jasmani Skor Pencapaian 0 1 2 3

Memanfaatkan fasilitas teknologi informasi

Menghargai karya diri sendiri dan orang lain

(diadaptasi dari Panduan Penilaian Kelompok Mapel Kewarganegaraan dan Kepribadian, 2007)

Rubrik penilaian perilaku berkepribadian berisi deskriptor yang mengindikasikan dimilikinya bentuk-bentuk perilaku sesuai kriteria pada rubrik, yang berbeda-beda tingkat pencapaiannya mulai dari tidak ada indikasi (skor 0), ada sedikit indikasi (skor 1), lebih banyak indikasi (skor 2), dan indikasi yang meyakinkan (skor 3). Skor yang diperoleh pada masing-masing kriteria perilaku tidak untuk dijumlahkan tetapi dapat dilaporkan dalam bentuk profil yang menggambarkan bentuk perilaku mana yang relatif lebih menonjol dan yang mana yang belum tampak.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

315

Dasar evaluasi terhadap berbagai bentuk perilaku berkepribadian adalah pengamatan jangka panjang (longitudinal) terhadap peserta didik baik perilaku yang terjadi secara alamiah sehari-hari, perilaku yang dikondisikan lewat simulasi peran, maupun perilaku yang distimulasi lewat skenario guna memancing reaksi peserta didik. Pengamatan yang dimaksudkan tidak terbatas hanya pada pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru kelas atau guru mata pelajaran, tetapi juga laporan pengamatan guru lain serta mencakup pula pengamatan tidak langsung berupa laporan dari sumber-sumber lain yang dipercaya.

Rangkuman
Aspek penilaian untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi sebagai berikut: (1) aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, (2) aspek atau ciri kepribadian diungkap dengan menggunakan skala kepribadian, dan (3) aspek perilaku berkepribadian diungkap lewat panduan pengamatan dengan menggunakan rubrik penilaian.

Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan pada kisi-kisi tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah, maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD/MI.

Penilaian terhadap perilaku berkepribadian menghendaki adanya rumusan standar perilaku sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi masing-masing jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang dapat dinilai menggunakan rubrik.

316

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Berikut ini adalah aspek penilaian dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian menurut panduan standar penilaian, kecuali: A. aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara. B. aspek atau ciri kepribadian. C. aspek perilaku berkepribadian. D. aspek nilai kepribadian 2. Aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diukur dengan menggunakan .... A. tes hasil belajar B. pengamatan C. skala sikap D. non tes

3. Indikator tes untuk aspek pemahaman akan hak dan kewajiban warga negara dalam kisi-kisi dikembangkan dari ... A. Indikator pembelajaran B. Tujuan pembelajaran C. SK dan KD D. Substansi materi pembelajaran

4. Dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian, pendidik harus mencermati masing-masing KD apakah termasuk ranah kognitif atau ranah afektif atau perilaku. Hal ini penting karena .... A. hanya ranah afektif diukur dengan tes B. hanya ranah kognitif yang diukur dengan tes C. hanya ranah perilaku yang diukur dengan tes D. hanya ranah kognitif yang diukur dengan nontes 5. Bahan penyusunan butir soal dikembangkan dari.... A. substansi kajian setiap KD B. standar kompetensi C. indikator pembelajaran D. standar kompetensi lulusan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

317

6. Bentuk soal tes tertulis yang cocok untuk peserta didik Madrasah Ibtidaiyah kelas rendah (Kelas 1, 2, 3) adalah ... A. Pilihan ganda B. Jawaban singkat C. Melengkapi D. Benar salah 7. Tes tipe uraian hanya digunakan di SD/MI untuk jenjang paling rendah Kelas .... A. Kelas V B. Kelas IV C. Kelas III D. Kelas II 8. Perkiraan waktu pengerjaan soal pilihan ganda yang benar adalah ..... A. Jumlah soal 60 waktu pengerjaan 120 menit B. Jumlah soal 30 waktu pengerjaan 20 menit C. Jumlah soal 20 waktu pengerjaan 20 menit D. Jumlah soal 40 waktu pengerjaan 50 menit

9. Untuk menjaga reliabilitas hasil pengukuran, maka jumlah soal dalam masing-masing aspek skala kepribadian ini hendaknya berjumlah A. Minimal 50 butir B. Maksimal 50 butir C. Minimal 10 butir D. Maksimal 10 butir

10. Penilaian terhadap perilaku berkepribadian dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.... A. di dalam kelas setiap hari B. kegiatan semester terjadwal C. pada akhir semester D. sesuai kebutuhan

318

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

319

320

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran

Pada kegiatan belajar terdahulu dalam modul ini, Anda telah mengenal bagaimana langkah-langkah dan proses pengolahan penilaian hasil belajar. Dalam kegiatan belajar ketiga atau terakhir ini, akan dibahas tentang bagaimana cara melakukan pelaporan penilaian hasil belajar. Untuk mempermudah pemahaman Anda dalam mengkaji pembahasan kegiatan belajar ini, dianjurkan agar Anda telah menguasai materi bahasan pada kegiatan belajar di atas. Apabila Anda ragu dengan tingkat penguasaan kegiatan belajar tersebut, dipersilakan agar Anda membuka kembali materi kegiatan belajar terdahulu. Apa dan bagaimana pelaporan hasil penilaian itu? Untuk memahami konsep pelaporan hasil penilaian sangat dianjurkan agar Anda paham betul tentang hakikat dan tujuan penilaian. Untuk itu, Anda pasti sudah memahaminya karena hal tersebut telah dibahas pada kegiatan pertama modul ini. Meskipun demikian, untuk menyamakan pemahaman Anda, berikut ini dikemukakan tentang tujuan penilaian.

Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan kegiatan belajar pertama dalam modul ini bahwa sedikitnya ada dua tujuan diselenggarakannya ujian atau penilaian. Pertama, untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik, dan kedua untuk mengetahui hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, informasi tentang hasil belajar peserta didik akan bermanfaat bagi peserta didik dan guru apabila mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut. Untuk tercapainya target/tujuan penilaian maka pemanfaatan informasi hasil penilaian perlu mendapat dukungan dari peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

321

Bagaimana informasi hasil belajar dibuat agar dapat diketahui oleh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua?

Pada hakikatnya, laporan hasil belajar itu akan bermanfaat dan dimanfaatkan oleh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua apabila informasi hasil belajar tersebut lengkap dan akurat. Untuk mendapat informasi yang lengkap, laporan hasil belajar harus terpisah tergantung tujuannya, untuk siapa laporan itu ditujukan. Laporan haruslah dibuat khusus yang dimaksudkan untuk pihak tertentu, apakah guru, peserta didik, sekolah atau orang tua. Dengan kata lain, laporan hasil belajar dibuat untuk kepentingan pihak tertentu. Laporan hasil belajar peserta didik hendaknya berbentuk profil yang mencakup kompetensi atau ranah kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi yang mengandung ranah afektif dan perilaku dapat diperoleh melalui teknik penilaian tertentu yang berbeda dari ranah kognitif sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Pengamatan terhadap perilaku merupakan cara yang efektif dalam menilai aspek afektif. Bagi mata pelajaran PKn, ranah afektif dan perilaku memiliki kedudukan yang penting dan menjadi kekhasan bagi penilaian PKn. Bagaimana seyogianya membuat laporan hasil belajar itu? Berikut ini akan dijelaskan beberapa prinsip pembuatan laporan untuk orang tua dan siswa, sekolah, dan masyarakat. Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa hendaknya dibuat selengkap mungkin agar mereka mendapat informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya bagi peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat membantu orang tua lebih memahami tentang kondisi anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Meskipun demikian, pembuatan laporan yang lengkap tidaklah mudah. Tugas ini akan menjadi beban bagi seorang guru terutama yang belum terbiasa membuat laporan yang lengkap.

Agar laporan itu tidak membebani guru, maka perlu ada pengaturan waktu dalam penyusunannya, misalnya laporan tengah semester, akhir catur wulan, semester, atau tahunan. Bentuk laporan yang dibuat dapat berupa buku rapor atau rekap hasil belajar dalam bentuk kumpulan hasil karya siswa terbaik. Jumlah laporan dapat diklasifikasikan apakah menurut mata pelajaran, kelompok mata pelajaran (Agama dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, IPTEK, Seni Budaya, Jasmani, Olah Raga, Kesehatan) atau seluruh mata pelajaran. Semua laporan ini selanjutnya dikirim kepada seluruh orang tua siswa. Di dalam buku laporan tersebut dikemukakan pula prestasi belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, apakah sudah lulus atau belum lulus, apakah sudah baik, cukup, atau kurang, apakah perlu perbaikan (mengulang atau remedial), atau mencantumkan nilai angka. Tugas pembuatan laporan lain yang harus dilakukan oleh guru adalah laporan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

322

untuk sekolah. Pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas lulusan harus berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi diri agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu tersebut. Sekolah harus mengetahui kondisi tentang peserta didik, kemampuan guru, fasilitas (sarana/prasarana) yang dimilikinya. Semua informasi tentang peserta didik tersebut dilaporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar. Laporan yang dibuat guru untuk sekolah atau kepala sekolah hendaknya dibuat selengkap mungkin. Laporan berisi bukan hanya menyangkut jumlah siswa dan prestasi hasil belajarnya melainkan mencakup kompetensi peserta didik yang lebih rinci, misalnya aspek pengetahuan, keterampilan/praktek, dan nilai/sikap, bahkan minat serta bakatnya. Dengan demikian, laporan tidak hanya dalam bentuk nilai angka melainkan dalam bentuk deskripsi/naratif tentang karakteristik peserta didik.

Selain dua bentuk laporan diatas, laporan yang dibuat oleh guru disiapkan pula untuk masyarakat. Laporan untuk masyarakat ini dibuat terutama berkaitan dengan kelulusan peserta didik. Diharapkan bahwa setiap peserta didik yang telah lulus dapat menunjukkan bukti tingkat keberhasilan mengenai kemampuan atau kompetensi berupa pengetahuan dan keterampilan tertentu. Tingkat keberhasilan dalam kompetensi inilah yang dilaporkan dalam buku laporan untuk masyarakat. Tidak seperti bentuk laporan untuk orang tua dan sekolah, laporan untuk masyarakat dibuat secara singkat tetapi padat yang menggambarkan prestasi dan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, agar informasi ini mudah diserap oleh masyarakat maka wahana seperti surat kabar, majalah serta media elektronik sangat tepat dijadikan sebagai media laporan tentang hasil belajar peserta didik untuk masyarakat. Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar bagi peserta didik, orang tua, guru dan sekolah? Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pembuatan laporan hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar oleh pihak yang berkepentingan tersebut? Ikutilah uraian berikut ini! Pertama, pemanfaatan laporan hasil belajar oleh peserta didik dimaksudkan untuk: (1) mengetahui kemajuan hasil belajar diri; (2) mengetahui konsep-konsep atau teori-teori yang belum dikuasai; (3) memotivasi diri untuk belajar lebih baik; dan (4) memperbaiki strategi belajar. Peserta didik dapat memperoleh informasi tentang hasil belajarnya melalui berbagai cara seperti ujian, kuesioner atau angket, wawancara dan pengamatan. Melalui ujian dapat diperoleh informasi untuk ranah kognitif dan perilaku sedangkan melalui angket dan pengamatan dapat diperoleh informasi untuk ranah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

323

afektif. Menurut Ghofur dkk. (2004) laporan hasil belajar yang akurat untuk peserta didik dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin apabila isi laporan tersebut meliputi: (1) hasil pencapaian belajar peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi dasar yang sudah dicapai dan yang belum dicapai; (2) kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam semua mata pelajaran; dan (3) minat peserta didik pada masing-masing mata pelajaran. Namun, agar laporan tersebut cukup lengkap dan spesifik maka dalam konteks mata pelajaran PKn, hasil pencapaian peserta didik hendaknya dilaporkan pada setiap kompetensi dasar atau indikator tentang standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) ditentukan oleh sejumlah kriteria antara lain materi esensial, kompleksitas, sarana pendukung, dan intake siswa. Semua unsur KKM ini secara kumulatif akan menjadi input bagi laporan hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran PKn. Adanya keterangan dalam laporan sangat penting untuk mengetahui kompetensi dasar apa yang masih lemah atau belum dikuasai dan kompetensi dasar apa yang sudah dikuasai. Dari informasi inilah peserta didik dan guru dapat melakukan kegiatan remedial atau perbaikan. Secara terbuka guru dapat mengkomunikasikan kepada peserta didik tentang kompetensi apa yang masih harus diperbaiki.

Kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata pelajaran dituliskan pada buku laporan hasil belajar peserta didik dalam bentuk angka, demikian pula untuk nilai kognitif (pengetahuan dan pemahaman konsep) dan perilaku (praktik). Sedangkan untuk nilai afektif (sikap) dituliskan dalam bentuk nilai huruf (kualitas) seperti: A (Amat baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang). Pada kolom keterangan hendaknya dituliskan penjelasan yang menerangkan tentang tingkat pencapaian secara kualitatif, seperti baik, cukup, atau kurang disertai dengan penjelasan materi apa yang sudah atau belum dikuasai. Dapat dikemukakan kompetensi dan indikator apa yang belum atau sudah dikuasai, seperti pengetahuan/pemahaman konsep, kemampuan/kecakapan dalam praktik serta minat belajarnya. Perlu ditambahkan bahwa alangkah baiknya, apabila laporan menggunakan gaya bahasa yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Contoh bentuk dan format laporan hasil belajar peserta didik untuk peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut.

324

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER- KOMPETENSI DASAR Kelas : ............. Standar kompetensi : ..............................................................................................
Kompetensi dasar/ Indikator 1.1 1.2 1.3 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Penentuan SKBM Esensial Standar Ketuntasan Minimal Kompleksitas

DAN INDIKATOR MATA PELAJARAN PKn

Sarana Pendukung

Intake Siswa

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Nama siswa: .................................. Kelas Nomor induk: ............................... Semester : ...... Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran : .......
Ranah Kognitif : ............................................................ No. Kompetensi dasar/ Indikator Pencapaian Belajar

: ..........

Keterangan

Ranah Perilaku : ............................................................ No. Kompetensi dasar/ Indikator Pencapaian Belajar

Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik No. Kompetensi dasar/ Indikator

Minat terhadap materi pokok

Keterangan

Kedua, pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dimaksudkan agar orang tua dapat memotivasi anaknya untuk belajar lebih baik lagi dan ada input baginya untuk menentukan strategi dalam membantu anaknya belajar. Dalam hal ini, laporan untuk
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

325

orang tua tetap harus megandung informasi yang lengkap dan akurat tentang kelemahan dan keberhasilan mata pelajaran PKn. Perlu dikemukakan apa kelemahan penguasaan mata pelajaran ini berdasarkan kompetensi dasar/indikator pada aspek kognitif, afektif dan perilaku. Dengan isi laporan yang rinci dan lengkap, maka diharapkan informasi ini akan: (1) membantu anaknya belajar lebih giat lagi; (2) memotivasi belajar agar lebih berprestasi; (3) membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik; dan (4) membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas belajar. Perlu ditambahkan bahwa informasi yang seyogianya terkandung dalam laporan meliputi juga kelemahan dan kekuatan peserta didik, keterampilan dalam melaksanakan tugas dan hasil yang telah dicapai, serta minatnya terhadap mata pelajaran PKn. Bentuk laporan hasil belajar peserta didik untuk orang tua sebagai berikut. LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Nama siswa: .................................. Kelas: .......... Nomor induk: ............................... Semester: ...... Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran: .......
Ranah Kognitif No. : ............................................................ Mata pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Perilaku : ............................................................ No. Mata pelajaran Pencapaian Belajar

Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik No. Mata pelajaran

Minat terhadap materi pokok

Keterangan

Ketiga, pemanfaatan laporan hasil belajar peserta didik untuk guru dan sekolah dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam satu kelas, satu sekolah, untuk semua mata pelajaran. Dengan adanya informasi dari laporan hasil belajar ini, maka diharapkan guru akan memiliki sejumlah data tentang peserta didik guna meningkatkan kinerjanya. Diharapkan guru akan berupaya memperbaiki strategi pembelajaran yang lebih tepat sedangkan sekolah dapat meningkatkan pelayanan serta melengkapi fasilitas pembelajaran. Semuanya berupaya untuk meningkatkan mutu serta 326
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

prestasi belajar peserta didik.

Sebagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dan peserta didik sendiri, pemanfaatan laporan untuk guru dan sekolah hendaknya mencakup aspek kompetensi selengkap mungkin. Dari aspek kompetensi, laporan hendaknya meliputi ranah kognitif, perilaku, dan afektif. Aspek atau ranah manakah yang sudah dikuasai dan aspek manakah yang belum dikuasai oleh peserta didik. Patokan skor kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah 75 atau lebih dengan rentang 0 sampai 100, baik untuk mata pelajaran PKn maupun mata pelajaran lainnya. Dari laporan ini, guru akan memperoleh laporan untuk setiap kelasnya sedangkan sekolah memperoleh laporan semua kelas yang ada di sekolah tersebut. Format laporan hasil belajar peserta didik untuk guru dan sekolah dibuat dalam tabel sebagai berikut. LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Kelas : ............................... Jumlah peserta didik: .......... Nomor induk: ............................... Guru kelas: ........................... Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran: ........................ Ranah Kognitif:
No. 1. 2. Nama pelajaran PKn dst Jumlah peserta didik dengan skor Kompetensi dasar yang belum dikuasai sebagian besar peserta didik

Sama atau diatas 75

Lebih kecil dari 75

Ranah Perilaku:
No. 1. 2. Nama pelajaran PKn dst

Sama atau diatas 75

Jumlah peserta didik dengan skor

Lebih kecil dari 75

Kompetensi dasar yang belum dikuasai

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa skor batas kelulusan? Dalam kurikulum berbasis kompetensi, batas kelulusan untuk ranah kognitif dan perilaku adalah minimum 75, demikian pula skor angket untuk ranah afektif atau sikap. Namun angket untuk skala sikap dan minat bukan untuk menilai benar atau salah. Oleh karena itu, penilaian untuk
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

327

minat lebih tepat dilakukan secara deskriptif dan penafsiran kualitatif.

Penilaian untuk ranah afektif merupakan tambahan informasi saja tentang peserta didik dalam menentukan kelulusan. Meskipun demikian, skor dari ranah afektif ini tidak dapat dijumlahkan dengan skor dari ranah kognitif dan perilaku karena ranah afektif memiliki karakteristik yang berbeda dari ranah kognitif dan perilaku.

Rangkuman
Sedikitnya ada dua tujuan diselenggarakannya ujian atau penilaian. Pertama, untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik, dan kedua untuk mengetahui hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, informasi tentang hasil belajar peserta didik akan bermanfaat bagi peserta didik dan guru apabila mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut. Untuk tercapainya target/tujuan penilaian maka pemanfaatan informasi hasil penilaian perlu mendapat dukungan dari peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua. Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa hendaknya dibuat selengkap mungkin agar mereka mendapat informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya bagi peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat membantu orang tua lebih memahami tentang kondisi anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Namun demikian, pembuatan laporan yang lengkap tidaklah mudah.

Pembuatan laporan hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Laporan hasil belajar peserta didik dapat dimanfaatkan oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru dan kepala sekolah.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, batas kelulusan untuk ranah kognitif dan perilaku adalah minimum 75, demikian pula skor angket untuk ranah afektif atau sikap. Namun angket untuk skala sikap dan minat bukan untuk menilai benar atau salah, oleh karena itu penilaian untuk minat lebih tepat dilakukan secara deskriptif dan penafsiran kualitatif sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam menentukan kelulusan.

328

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 3:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Untuk memanfaatkan informasi hasil penilaian, laporan hasil belajar perlu mendapat dukungan dari kecuali: A. peserta didik dan orang tua B. guru C. kepala sekolah D. penulis buku 2. Agar laporan hasil belajar itu dapat bermanfaat, maka informasi harus lengkap dan akurat, artinya A. dibuat khusus untuk pihak tertentu B. mengandung aspek-aspek penting C. disusun secara sistematis D. mengandung target yang telah dicapai

3. Laporan yang lengkap dan akurat bagi orang tua pada hakikatnya mengandung unsur pokok sebagai berikut A. mengandung informasi tentang kondisi anaknya B. ada penjelasan tentang minat dan potensinya C. ada keterangan tentang kebiasaan di rumah D. ada keterangan tentang perubahan yang terjadi pada anak 4. Laporan hasil belajar untuk orang tua yang layak disampaikan oleh guru adalah kecuali: A. setiap hari B. setiap catur wulan C. setiap semester D. setiap tahun

5. Laporan untuk sekolah hendaknya dibuat oleh guru selengkap mungkin menyangkut peserta didik. Aspek yang paling umum dari laporan hasil belajar peserta didik untuk sekolah (kepala sekolah) adalah ... A. kompetensi peserta didik B. jumlah peserta didik C. sikap peserta didik D. minat dan bakat peserta didik
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

329

6. Laporan hasil belajar tentang peserta didik yang paling umum dan singkat adalah ditujukan untuk ... A. guru B. kepala sekolah C. orang tua D. masyarakat 7. Pemanfaatan hasil belajar bagi peserta didik dimaksudkan untuk kecuali: A. mengetahui kemajuan hasil belajar diri B. mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai C. memotivasi diri agar belajar lebih baik D. mengubah kurikulum yang sedang diterapkan 8. Informasi tentang aspek afektif peserta didik dapat diketahui melalui A. ujian tertulis B. kuesioner C. wawancara D. angket

9. Kriteria untuk menentukan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dapat dilihat dari aspek . kecuali: A. kurikulum B. kompleksitas C. sarana pendukung D. esensial

10. Penilaian untuk ranah afektif tidak dalam bentuk angka melainkan berupa deskriptif atau penafsiran kualitatif. Oleh karena itu penilaian untuk ranah afektif dinyatakan sebagai penilaian ... A. informasi esensial B. informasi tambahan C. penafsiran kuantitatif D. penentu prestasi

330

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 3 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

331

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 :
1. A penilaian 2. B ketercapaian kompetensi 3. A ulangan harian 4. A ujian sekolah 5. B sahih 6. C objektif 7. D penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 8. C pengamatan 9. A penugasan 10. C pemahaman

Tes Formatif 2:

1. D aspek nilai kepribadian 2. A tes hasil belajar 3. C SK dan KD 4. B hanya ranah kognitif yang diukur dengan tes 5. A substansi kajian setiap KD 6. D Benar salah 7. B Kelas IV 8. A Jumlah soal 60 waktu pengerjaan 120 menit 9. C Minimal 10 butir 10. D sesuai kebutuhan

Tes Formatif 3:
1. D 2. A 3. C 4. A 5. B 6. D 7. D 8. C 9. A 10. B 332

penulis buku dibuat khusus untuk pihak tertentu ada keterangan tentang kebiasaan di rumah setiap hari jumlah peserta didik masyarakat mengubah kurikulum yang sedang diterapkan wawancara kurikulum informasi tambahan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

333

334

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PKn

Pendahuluan
Modul ini merupakan modul pengembangan profesional guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu kompetensi guru kelas di MI. Sebagai guru profesional, seorang guru PKn seyogianya memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum (curriculum development). Hal ini sejalan dengan sistem pendidikan nasional di Indonesia sebagai dampak dari kebijakan pemerintah dalam otonomi pendidikan. Sebagaimana telah dikemukakan pada modul bagian awal bahwa tugas mengembangkan kurikulum dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini diserahkan kepada satuan pendidikan. Dengan kata lain, tugas dalam mengembangkan kurikulum tidak lagi dilakukan oleh para ahli (curriculum developer) di tingkat pusat melainkan oleh satuan pendidikan yang pada hakikatnya adalah tugas guru.

Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Baiklah, Anda tentu sudah mengenal sistem pengembangan kurikulum menurut kebijakan pemerintah saat ini. Tepat sekali, bahwa tugas mengembangkan kurikulum oleh satuan pendidikan hendaknya mengacu pada panduan yang telah dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yakni Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silakan Anda buka buku panduan KTSP yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dengan memahami isi KTSP tersebut, maka Anda akan sangat terbantu dalam memahami, mengkaji, menganalis, dan mengembangkan serta menerapkan kurikulum khususnya untuk pembelajaran PKn di MI. Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji lebih jauh tentang pengembangan KTSP dalam mata pelajaran PKn yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang akan datang, meliputi pengertian, tujuan, fungsi, dan pelaksanaannya. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

335

kemampuan sebagai berikut.

1. menjelaskan mata pelajaran PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 2. mengembangkan silabus dan RPP PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru profesional khususnya untuk menganalisis dan melaksanakan pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran PKn. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya pemahaman, kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn dengan sistem KTSP. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai materi dalam modul ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam mengembangkan kurikulum berdasarkan KTSP. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut: 1. Mata pelajaran PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas 2. Pengembangan silabus dan RPP PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan pengembangan kurikulum PKn menurut KTSP. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau kelas. 336
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Mata Pelajaran PKn dalam Sistem Kurikulum Berdasarkan Permendiknas

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami bahwa salah satu tugas guru dalam sistem kurikulum saat ini adalah sebagai pengembang kurikulum. Kegiatan belajar 1 modul ini memfokuskan pembahasan pada upaya memberikan pemahaman guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) tentang pengembangan kurikulum PKn. Oleh karena itu, untuk memahami bahasan ini para guru perlu mengenal juga paradigma baru kurikulum dan landasannya, struktur, serta ruang lingkupnya secara umum dan khusus guna pengembangan pembelajaran pada tingkat mikro. Apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu untuk menguasai materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa landasan dan struktur kurikulum PKn itu?


Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP tersebut dikemukakan bahwa standar nasional adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Pasal 35 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaaan. Oleh karena itu, adanya standar nasional pendidikan telah berimplikasi terhadap sejumlah kebijakan bidang pendidikan yang lebih rendahnya. Sementara itu dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

337

a) b) c) d) e) f) g) h)

Sebagai implikasi dari ketentuan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan, maka lahirlah Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi (SI) dan dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Permendiknas inilah yang dijadikan landasan operasional (acuan) bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum yang akan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan tersebut. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum mata pelajaran sekolah umumnya dan khususnya untuk mata pelajaran PKn mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

standar isi; standar proses; standar kompetensi lulusan ; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaaan; standar pembiayaan; standar penilaian pendidikan

Permendiknas Nomor 22/2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.

Dalam Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik; dan ayat (2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 338
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Standar kompetensi lulusan untuk kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia 2. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya 3. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya 4. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan 5. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri 6. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya 7. Berkomunikasi secara santun 8. Menunjukkan kegemaran membaca 9. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 10. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya 11. Menunjukkan kemampuan mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya lokal Adapun kerangka dasar kurikulum kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian diuraikan dalam tabel sebagi berikut.
No 2. Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian Cakupan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

SD/MI/SDLB*/Paket A

Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka dasar kurikulum, perlu dikemukakan prinsip pengembangan kurikulum. Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

339

sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Permendiknas Nomor 22 dan 23 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Dalam Panduan KTSP dinyatakan bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan 340
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikianlah prinsip- prinsip yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan pedoman dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan oleh para praktisi pendidikan di setiap jenjang dan jalur satuan pendidikan masing-masing.

Materi Kurikuler PKn

Apa materi kajian PKn untuk warga sekolah? Materi PKn untuk lembaga persekolahan termasuk domain PKn sebagai program kurikuler. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimensi program ini bersifat formal, dasar (basic) dan krusial dalam pembentukan kompetensi dan karakter warga negara. Mengapa demikian? Karena sejak kanak-kanak setiap warga negara pada umumnya telah mulai diperkenalkan dengan kehidupan bernegara dan berorganisasi pada tingkat yang paling sederhana. Mereka diperkenalkan tentang sejumlah konsep yang terkait dengan kehidupan berkelompok, berorganisasi, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan. Demikian pula pada usia di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang sekolah yang semuanya diarahkan pada pembangunan karakter warga negara. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn bila dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia akhir-akhir ini masih jauh dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Program PKn yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar lembaga pendidikan formal, kalau ada. Program PKn masih berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa, khususnya dalam upaya pembangunan karakter warga negara yang baik belum optimal.

Domain PKn sebagai program kurikuler meliputi program PKn yang diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan formal dan nonformal. PKn sebagai program kurikuler adalah PKn yang terdapat di dalam kurikulum tiap jenjang satuan pendidikan (SD, SMP, SMA, PT). Program PKn pada lingkungan pendidikan nonformal ini masih terabaikan, artinya upaya untuk pembinaan karakter warga negara yang menyeluruh termasuk mereka yang ada di luar jalur pendidikan formal belum mendapat perhatian yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

341

memadai. Masalah ini terkait dengan masalah kebijakan (policy) pemerintah. Tanggung jawab yang diemban oleh pakar atau semua masyarakat ilmiah di bidang PKn adalah melakukan pengkajian secara berkesinambungan khususnya dalam lingkup kurikulum.

Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang setiap masa/ saat dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan. Dokumen kurikulum PKn dibuat dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa berikutnya. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan proses alamiah mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah sejalan dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi. Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan setelah ada proses evaluasi terhadap kurikulum terdahulu. Sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang pernah ada di Indonesia dapat dipilah menjadi empat model. Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun 1960-an sampai 1968. Kurikulum pada masa ini memiliki ontologi pokok berupa content yang lebih banyak mengandung aspek sosial politik yang berkaitan dengan doktrin-doktrin kenegaraan. Kedua, ketika berubah menjadi PKn pada tahun 1968-an sampai 1975-an muatan isi kurikulum mulai berubah menjadi bukan hanya doktrin kenegaraan yang spesifik, melainkan sudah membahas persoalan-persoalan moral dan sebagainya. Ketiga, begitu PKn itu menjadi Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya itu menukik pada butir-butir nilai Pancasila yang berlaku sampai kurikulum 1994.

Keempat, sejalan dengan adanya perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi, sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah dilakukan penyesuaian content. Ada sejumlah content Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan dengan semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun 1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah butiran dan nilai hasil pemikiran yang terkait dengan budi pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih ada yang menggunakan Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen, beberapa sekolah lainnya menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada Standar Nasional, Standar Isi (Permen Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas Nomor 23/2005). Ketika bangsa Indonesia memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi terhadap dokumen Kurikulum PKn hingga lahirlah gagasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun telah berubah. Untuk SD dan SMP, mata pelajaran PKn digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk SMA, mata 342
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

pelajaran PKn berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek content, baik PKn SD, SMP yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maupun PKn SMA dalam mata pelajaran Kewarganegaraan pada dasarnya masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun masyarakat akademik.

Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional 3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara 5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. Demikianlah ruang lingkup materi mata pelajaran PKn berdasarkan Standar Isi sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

343

Rangkuman
Disahkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaaan; (7) standar pembiayaan; (8) standar penilaian pendidikan. Dalam standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Dalam standar kompetensi lulusan dikemuakkan bahwak kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek: (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa; (2) Norma, hukum dan peraturan; (3) Hak asasi manusia; (4) Kebutuhan warga negara; (5) Konstitusi Negara; (6) Kekuasan dan Politik; (7) Pancasila; dan (8) Globalisasi.

344

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 1
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) diatur dalam ..... A. UU Nomor 20/2003 B. PP Nomor 19/2005 C. Permendiknas Nomor 22/2006 D. Permendiknas Nomor 23/2006 2. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengatur tentang ... A. Standar Kompetensi Lulusan B. Standar Penilaian C. Standar Isi D. Standar Tenaga Pendidik 3. Dalam Standar Isi diatur tentang ..... kecuali: A. Tujuan mata pelajaran PKn B. Ruang lingkup materi PKn C. Indikator pencapaian D. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar

4. Ruang lingkup materi Norma, hukum dan peraturan dalam standar isi merupakan penjabaran drai standar kompetensi lulusan .... A. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya B. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan C. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri D. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya

5. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan adalah prinsip pengembangan kurikulum .... A. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya B. Beragam dan terpadu C. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni D. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

345

6 Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang sekolah yang diarahkan pada .... A. pembangunan karakter bangsa B. memberi pemahaman akan hak dan kewajiban C. pembentukan sikap kepribadian D. perbaikan perilaku kewarganegaraan 7. Pendekatan kurikulum PMP 1975 menekankan pada pendekatan .... A. nilai kewarganegaraan B. moral kewarganegaraan C. pengetahuan kewarganegaraan D. sikap kewarganegaraan

8. Pendekatan kurikulum PPKn 1994 menekankan pada pendekatan .... A. nilai kewarganegaraan B. moral kewarganegaraan C. pengetahuan kewarganegaraan D. kompetensi kewarganegaraan

9. Kurikulum PKn berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Thaun 2006 menekankan pada .... A. nilai kewarganegaraan B. moral kewarganegaraan C. pengetahuan kewarganegaraan D. kompetensi kewarganegaraan 10. Materi pelajaran Budaya demokrasi menuju masyarakat madani merupakan ruang lingkup materi PKn: A. Kekuasan dan Politik B. HAM C. Pancasila D. Konstitusi Negara

346

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

347

348

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pengembangan Silabus dan RPP Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah diperkenalkan dengan landasan, struktur dan materi pembelajaran PKn. Apakah Anda mendapat informasi baru tentang pengembangan dan perkembangan kurikulum PKn khusus di Indonesia? Untuk kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara mengembangkan kurikulum pada tingkat mikro atau pembelajaran di kelas khususnya untuk peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu banyak masalah karena mungkin Anda telah berpengalaman, namun agar kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran PKn, maka Anda perlu terus berlatih untuk mengembangkan komponen-komponen kurikulum ini agar pengetahuan dan penguasaan Anda terhadap pembelajaran PKn semakin kaya dan cara membelajarkannya semakin mantap.

Pada kegiatan belajar 2 ini akan diuraikan tentang pengembangan kurikulum pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah, yakni pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masalah ini sangat penting bagi Anda calon guru kelas di MI mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum mahir dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran secara layak, yakni sesuai dangan tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan siswa.

Apa silabus itu?


Dalam pengertian kamus, istilah silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks pembelajaran, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

349

kompetensi untuk penilaian. Istilah silabus dalam konteks pembelajaran telah lama digunakan di perguruan tinggi. Namun, untuk tingkat sekolah, istilah silabus sebenarnya belum lama digunakan karena istilah yang digunakan sebelumnya adalah model program atau desain program.

Silabus selalu terkait dengan kompetensi dan kompetensi dasar yang diharpkan dapat dikuasai oleh peserta didik. Dalam silabus pun selalu diuraikan masalah cara mencapai dan bagaimana mengetahui bahwa kompetensi tersebut teah tercapai. Oleh karena itu, silabus akan menjawab: Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh siswa? Metode apa yang akan dgunakan? Bagaimana cara menilai hasil belajar? Penggunaan istilah silabus dalam pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional saat ini cukup resmi karena diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2) yang berbunyi:

Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK. Demikianlah landasan keberadaan silabus dalam sistem kurikulum yang berlaku saat ini, yakni KTSP.

Siapa yang mengembangkan silabus itu?


Silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh: (1) guru kelas/mata pelajaran, atau (2) kelompok guru kelas/ mata pelajaran, atau (3) kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau (4) Dinas Pendidikan. Kegiatan pengembangannya dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu waktu, artinya semua unsur guru hadir sedangkan unsur dari dinas dapat berperan sebagai pembimbing/pengawas. Sebagai rambu-rambu pengembangan bagi guru berikut diuraikan komponenkomponen silabus yang dapat dijadikan acuan oleh para guru. Komponen SILABUS 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Materi Pokok/Pembelajaran 4. Kegiatan Pembelajaran 5. Indikator 350

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

6. Penilaian 7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar

Untuk menghasilkan silabus yang baik dan aplikatif, maka para pengembang (guru) perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus sebagaimana yang ditentukan dalam buku Panduan KTSP sebagai berikut. Ilmiah Artinya, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Relevan Artinya, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Sistematis Artinya, komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. Memadai Artinya, cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Aktual dan Kontekstual Artinya, cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel Artinya, keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Menyeluruh Artinya, komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

351

Dalam mengembangkan silabus, guru pun perlu memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Menentukan Jenis Penilaian Menentukan Alokasi Waktu Menentukan Sumber Belajar

Secara singkat, langkah-langkah pengembangan itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam mengkaji standar kompetensi mata pelajaran guru perlu memperhatikan halhal berikut: a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. Dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam SI; b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. Dalam mengidentifikasi materi pokok, ada sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebagai berikut: 1. potensi peserta didik; 2. relevansi dengan karakteristik daerah; 3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4. kebermanfaatan bagi peserta didik; 5. struktur keilmuan; 6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 352
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

8. alokasi waktu ;

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik serta memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah memberikan bantuan agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, seperti:

1. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. 2. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. 3. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.

Dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi, guru perlu memiliki pemahaman bahwa indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Dalam mengembangkan indikator, seorang guru perlu menyadari bahwa setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (setiap satu KD menjadi lebih dari dua indikator). Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi sehingga dimungkinkan bahwa tingkat kata kerja dalam indikator akan lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD dan/atau SK.

Prinsip pengembangan indikator seyogianya sesuai dengan prinsip kepentingan (urgensi), kesinambungan (kontinuitas), kesesuaian (relevansi) dan kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

353

pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. (Lihat uraian tentang penilaian dalam Modul 8). Baik, apabila Anda sudah memeriksa modul sebelumnya, perhatikan beberapa hal yang menentukan penilaian: a. Untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan indikator b. Menggunakan acuan kriteria c. Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran

Dalam menentukan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Dalam menentukan sumber belajar perlu disadari bahwa sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berikut ini adalah contoh format silabus yang dapat dijadikan acuan dasar oleh guru, sebagai berikut: Nama Sekolah: Mata Pelajaran: Kelas/Semester: Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar: Materi Pokok/Pembelajaran: Kegiatan Pembelajaran: Indikator: Penilaian: Alokasi Waktu: Sumber Belajar:

354

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Dalam bentuk tabel, contoh format silabus dapat digambarkan sebagai berikut:
No. Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelaja-ran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Pengembangan silabus dilakukan secara berkelanjutan yang selanjutnya dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru, serta dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran. Demikianlah uraian teoritis dan normatif tentang pengembangan silabus. Selanjutnya, mari kita kaji bersama contoh silabus mata pelajaran PKn untuk SD/ MI sebagai berikut.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

355

SILABUS
Nama Madrasah Mata Pelajaran Kelas/semester : MI ... Bandung, Jawa Barat : Pendidikan Kewarganegaraan : V/1

Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Alokasi Waktu
Materi Pokok/ Pembelajaran Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

: 12 x 35 Menit

Kegiatan Pembelajaran Siswa mampu enjelaskan makna NKRI. Siswa mampu menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika. Siswa mampu menceritakan kesatuan w i l a yahNegara Indonesia. Siswa mampu menyebutkan usaha-usaha menjaga keutuhan NKRI. Siswa mampu menjelaskan keutuhan NKRI.

Indikator Menjelas k a n makna Negara K e s a t uanRepubl ikIndonesi a (NKRI). Menjelas k a n makna Bhinneka Tunggal Ika. Menceritakan kesatuan wilayah Indonesia. Menganal isisusah a-usaha untuk menjaga keutuhan Negara K e s a t u a n Republik Indonesia (NKRI). Menjelas k a n tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Penilaian Tes tertulis: Uraian tentang upaya menjaga keutuhan NKRI

Alokasi Waktu 4 x 35 menit

Sumber Belajar Buku PKn kelas V semester 1, Majalah/ koran/ media elektronik

356

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Materi Pokok/ Pembelajaran Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran Siswa mampu menjelaskan usaha-usaha menjaga Keutuhan NKRI. Siswa mampu menjelaskan perlunya rasa nasionalisme untuk menjaga Keutuhan NKRI. Siswa memberikan contoh sikap menghargai jasa para pahlawan. Siswa mampu menjelaskan manfaat dari persatuan dan kesatuan. Siswa dapat menunjukkan sikap rela berkorban dalam menjaga keutuhan NKRI. Siswa dapat menunjukkan contoh contoh perilaku dalam upaya menjaga keutuhan NKRI. Siswa dapat menampilkan sikap positif terhadap upaya menjaga keutuhan NKRI.

Indikator Menjelas kan usaha-usaha untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Mengurai kan perlunya rasa nasionalisme untuk menjaga keutuhan NKRI. Menunjukkan sikap menghargai jasa para pahlawan dalam menjaga keutuhan NKRI. Menjelas kan manfaat persatuan dan kesatuan Menunjukkan sikap rela berkorban dalam menjaga keutuhan NKRI. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam upaya menjaga keutuhan NKRI. Menampilkan sikap positif terhadap upaya menjaga keutuhan NKRI.

Penilaian Tes tertulis: Uraian tentang upaya menjaga keutuhan NKRI

Alokasi Waktu 4 x 35 menit

Sumber Belajar Buku PKn kelas V semester 1, Majalah/ koran/ media elektronik

Tes tertulis: Uraian tentang upaya menjaga keutuhan NKRI

4 x 35 menit

Buku PKn kelas V semester 1, Majalah/ koran/ media elektronik

Demikianlah contoh silabus mata pelajaran PKn yang tentu saja masih perlu ada penyesuaian dengan konteks dimana satuan pendidikan itu berada. Selanjutnya, guru perlu lebih mengoperasionalkan lagi silabus ini ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

357

Apakah dan bagaimana cara mengembangkan RPP? Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bagi guru, RPP merupakan pegangan dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan yang dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD. Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.

Bagaimana kedudukan RPP dalam sistem pendidikan nasional? Ketentuan tentang RPP dapat kita temukan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Dari ketentuan ini jelas bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Ketentuan tentang sistimatika rencana pelaksanaan pembelajaran selengkapnya dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Meskipun demikian dalam buku Panduan KTSP pada bagian lampiran diuraikan pula contoh RPP dengan karakteristik dan langkah penyusunannya sebagai berikut: A. Mencantumkan identitas, seperti: Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu

Perlu diingat bahwa: (1) RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar; (2) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

358

B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. C. Mencantumkan Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. D. Mencantumkan Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan. F. Mencantumkan Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. G. Mencantumkan Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

satuan pendidikan; dan (3) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.

359

uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian. Dalam bentuk sistimatika, RPP yang dibuat guru dapat disusun sebagai berikut. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SD/MI Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu : ................................... : ................................... : ................................... : ................................... : ................................... : ................................... : ..... x 35 menit ( pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 dst E. Sumber Belajar F. Penilaian

Demikianlah uraian teoritis dan normatif tentang pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya, mari kita kaji bersama contoh RPP mata pelajaran PKn untuk SD/MI sebagai berikut.

360

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SD/MI : .............................................. Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : V (Lima)/1 (Satu) Standar Kompetensi : Memahami pentingnya keutuhan NKRI. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indikator : 1) Menjelaskan makna NKRI. ) Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika. 3) Menceritakan kesatuan wilayah negara Indonesia. 4) Menganalisis usaha-usaha untuk menjaga keutuhan NKRI. 5) Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2x pertemuan) Tujuan Pembelajaran : Setelah selesai proses pembelajaran siswa mampu: 1. Menjelaskan makna NKRI dengan benar. 2. Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika dengan contoh nyata. 3. Menceritakan tentang kesatuan wilayah negara Indonesia dengan contoh. 4. Menyebutkan usaha-usaha menjaga keutuhan NKRI dari perilaku yang paling kecil sampai yang besar. 5. Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI. Materi Pembelajaran : 1. Makna NKRI dengan benar. 2. Makna Bhinneka Tunggal Ika dengan contoh nyata. 3. Kesatuan wilayah negara Indonesia. 4. Usaha-usaha menjaga keutuhan NKRI. 5. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Metode Pembelajaran Pengamatan, diskusi, tanya jawab, penugasan, praktik. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi dan indikator yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. b. Siswa mengelompok menurut kelompok diskusi yang telah ditentukan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

361

2. Kegiatan Inti (50 menit) a. Siswa mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). b. Siswa mengerjakan tugas bersama-sama dengan kelompoknya. c. Siswa menyiapkan hasil kerja kelompok dan menyampaikannya di depan kelas. d. Siswa memerhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. e. Siswa membuat rangkuman.

c. Siswa menyiapkan bahan yang akan dipelajari bersama.

3. Kegiatan Penutup (10 menit) a. Dengan bimbingan guru siswa membuat rangkuman dan simpulan tentang makna Bhinneka Tunggal Ika! b. Guru mengajukan pertanyaan antara lain sbb.: (1) Sebutkan usaha-usaha dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia! (2) Jelaskan tujuan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia! Pertemuan II 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Siswa memerhatikan penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai dalam kegiatan b. pembelajaran. a. Siswa mengelompok sesuai dengan kelompok diskusinya. b. Siswa menyiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari bersama.

2. Kegiatan Inti (50 menit) a. Siswa melakukan kegiatan diskusi tentang usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Siswa berdiskusi tentang tujuan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). a. Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok masing-masing. b. Siswa memerhatikan penjelasan dari guru tentang hasil diskusi. c. Siswa membuat kesimpulan hasil diskusi yang telah di bahas bersama-sama. 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Siswa menjawab pertanyaan tentang menjaga keutuhan NKRI. Misalnya: 1) Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga keutuhan NKRI? 2) Apa tujuan menjaga keutuhan NKRI? b. Siswa mendapat tugas individu sebagai bahan pendalaman materi. 362
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Alat/Sumber: Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit Cempaka Putih.

Penilaian: Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan setelah akhir pertemuan II. Bagian I Berilah tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu!
Kompetensi Dasar SS S N

No. 1. 2. 3. 5. 4.

TS

STS

Keterangan: SS : Sangat Setuju (bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan negatif ) S : Setuju ( bobot skor 4 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan negatif). N : Netral/tidak berpendapat (skor 3) TS : Tidak Setuju (bobot skor 2 kalau pernyataan positif dan 4 kalau penyataan negatif). STS: Sangat Tidak Setuju (bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan negatif). Bagian II Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Apa makna dari Negara Kesatuan Republik Indonesia itu? 2. Apa makna dari Bhinneka Tunggal Ika itu? 3. Apa makna dari bulu yang ada pada lambang negara Republik Indonesia? 4. Apa sajakah yang termasuk kesatuan wilayah negara Indonesia? 5. Apa tujuan kita ikut menjaga keutuhan NKRI?

Menjaga keutuhan NKRI menjadi tanggung jawab Pemerintah, Polisi, dan TNI. Orang yang mengganggu keutuhan NKRI perlu diadili. Yang berkewajiban menjaga keutuhan NKRI adalah semua warga negara. Menjaga keutuhan NKRI dapat dimulai dari keluarga. Anak yang suka bikin onar adalah salah satu bentuk sikap merusak keutuhan NKRI

Perlu diperhatikan bahwa RPP yang diharapkan adalah RPP yang dilengkapi oleh daftar lampiran seperti materi pembelajaran (hand out, buku siswa), peta konsep, bagan, gambar yang relevan dan menarik bagi siswa, kisi-kisi soal, butir soal, lembar kerja siswa (LKS), dan sebagainya yang mendukung proses pembelajaran untuk mencapai target kompetensi.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

363

Latihan:
1. Susunlah silabus mata pelajaran PKn dengan KD Kelas VI Semeter 1 2. Susun pula RPP untuk KD tersebut.

Rangkuman

Dalam pengertian kamus, istilah silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks pembelajaran, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Penggunaan istilah silabus dalam pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional saat ini cukup resmi karena diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh: (1) guru kelas/mata pelajaran, atau (2) kelompok guru kelas/ mata pelajaran, atau (3) kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau (4) Dinas Pendidikan. Kegiatan pengembangannya dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu waktu, artinya semua unsur guru hadir sedangkan unsur dari dinas dapat berperan sebagai pembimbing/pengawas.

Untuk menghasilkan silabus yang baik dan aplikatif, maka para pengembang (guru) perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus sebagai berikut: (1) Ilmiah; (2) Relevan; (3) Sistematis; (4) Konsisten; (5) Memadai; (6) Aktual dan Kontekstual; (7) Fleksibel; dan (8) Menyeluruh. Dalam mengembangkan silabus, guru pun perlu memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut: (1) Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi; (2) Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar; (3) Mengidentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran; (4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran; (5) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi; (6) Menentukan Jenis Penilaian; (7) Menentukan Alokasi Waktu; dan (8) Menentukan Sumber Belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan yang dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar. RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.

364

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tes Formatif 2
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Dalam konteks pembelajaran, pada hakikatnya silabus adalah... A. rencana pembelajaran B. materi pokok/pembelajaran C. tujuan pembelajaran D. standar kompetensi

2. Berikut ini adalah komponen-komponen isi dari sebuah silabus... kecuali: A. standar kompetensi B. materi pokok/pembelajaran C. tujuan pembelajaran D. kompetensi dasar

3. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, silabus dikembangkan oleh ... A. Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Madrasah B. Dinas Pendidikan C. Guru Kelas/mata pelajaran D. Guru dan Kepala sekolah 4. Secara operasional, silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh.....kecuali: A. guru kelas/mata pelajaran B. kelompok guru kelas/mata pelajaran C. kelompok kerja guru (PKG/MGMP), D. kepala sekolah dan dinas pendidikan 5. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) merupakan prinsip pengembangan silabus.... A. Memadai B. Aktual dan Kontekstual C. Fleksibel D. Menyeluruh

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

365

6. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi merupakan prinsip pengembangan silabus.... A. sistematis B. Aktual dan Kontekstual C. Fleksibel D. konsisten

7. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam mengembangkan silabus adalah .... A. Mengkaji dan Menentukan SKKD B. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran C. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran D. Mengembangkan media dan sumber pembelajaran

8. Dalam mengidentifikasi materi pokok, aspek yang perlu dipertimbangkan oleh guru adalah .... kecuali: A. potensi peserta didik; B. kebermanfaatan bagi peserta didik C. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran D. relevansi dengan kebutuhan guru 9. RPP dikembangkan dari setiap ... A. satu standar kompetensi B. satu kompetensi dasar C. satu indikator/tujuan pembelajaran D. satu mata pelajaran

10. Dalam satu RPP dimungkinkan lebih dari satu pertemuan tergantung pada... kecuali: A. keluasan materi pembelajaran B. jumlah tujuan yang akan dicapai C. kedalaman kompetensi dasar D. jumlah media pembelajaran

366

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar 10

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 % 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup < 70 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

367

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1 :
1. B. PP Nomor 19/2005 2. C. Standar Isi 3. C. Indikator pencapaian 4. A. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya 5. D. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 6. A. pembangunan karakter bangsa 7. B. moral kewarganegaraan 8. A. nilai kewarganegaraan 9. D. kompetensi kewarganegaraan 10. A. Kekuasan dan Politik

Tes Formatif 2:

1. A. rencana pembelajaran 2. C. tujuan pembelajaran 3. A. Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Madrasah 4. D. kepala sekolah dan dinas pendidikan 5. D. Menyeluruh 6. A. sistematis 7. A. Mengkaji dan Menentukan SKKD 8. D. relevansi dengan kebutuhan guru 9. B. satu kompetensi dasar 10. D. jumlah media pembelajaran

368

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

GLOSARIUM

Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sering disebut luber dan jurdil. Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional.

Ilmu politik pada hakekatnya adalah studi yang mengkaji tentang negara dan pemerintahan dalam arti yang dinamis karena meliputi seluruh aktivitas pemerintahan yakni masalah kekuasaan, system pemerintahan, proses pengambilan keputusan, membuat dan melaksanakan kebijakan umum dan pembagian untuk kepentingan umum dan masyarakat. Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang telah menjadi topik dan agenda publik. Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.

Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.

Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sering disebut luber dan jurdil. Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

369

Ilmu politik pada hakekatnya adalah studi yang mengkaji tentang negara dan pemerintahan dalam arti yang dinamis karena meliputi seluruh aktivitas pemerintahan yakni masalah kekuasaan, system pemerintahan, proses pengambilan keputusan, membuat dan melaksanakan kebijakan umum dan pembagian untuk kepentingan umum dan masyarakat. Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang telah menjadi topik dan agenda publik. Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.

perbaikan demokrasi konstitusional.

Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Analisis situasi belajar: suatu pengkajian terhadap faktor-faktor latar belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal.

Analisis faktor internal : merupakan bagian bidang analisis terhadap faktor-faktor yang berasal dari dalam lingkungan sekolah. Perubahan bidang sosial budaya : merupakan salah satu bentuk analisis eksternal sekolah yang meliputi perubahan penduduk, perubahan fungsi keluarga, perubahan fungsi/peran wanita (misalnya emansipasi), perubahan dalam struktur ekonomi, perubahan teknologi dan informasi, dan sebagainya. Pendekatan integrasi (integrated approach): merupakan pendekatan yang berusaha melakukan inovasi dalam sistem pembelajaran dalam IPS dengan berupaya melakukan integrasi terhadap sejumlah mata pelajaran dalam IPS. Curah pendapat atau brainstorming merupakan metode pembelajaran yang 370
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Analisis faktor eksternal : merupakan bagian bidang analisis terhadap faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan sekolah.

Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam situasi tertentu.

melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para siswa untuk memecahkan masalah tertentu.

Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak (individu atau tim atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan dan/atau menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan. Pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu (a way of viewing), cara mendekati suatu persoalan/fenomena/proses. Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk mengeksplorasi pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi. Metode pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam mencapai tager (a way of handling). Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami. Teknik berarti cara melakukan sesuatu secara lebih khusus lagi (a way of tackling).

Strategi dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai suatu target (a way of achieving target).

Gambar adalah media umum yang paling banyak digunakan, oleh karena itu seharusnya setiap pengajar atau sekolah memiliki koleksi gambar-gambar, baik diambil dari guntingan koran atau majalah, fotografi, slide, fotocopy, atau pun gambar sket.

Gambar kartun dan karikatur adalah gambar imajinatif yang menggunakan simbol-simbol tertentu dan terkadang agak berlebihan untuk menggambarkan orang atau situasi tertentu.

Kliping adalah guntingan/potongan gambar atau tulisan yang diperoleh dari barbagai sumber seperti dari majalah, surat kabar, buku, kalender, katalog, iklan dan poster. Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara diam dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip. Good Citizenship adalah warga negara yang baik

Jaringan Indikator adalah menggambarkan keterhubungan indikator dalam intra atau antarmata pelajaran Kompetensi dasar kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

371

Model connected hubungan antarbutir-butir pembelajaran yang dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu

harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar komptensi untuk suatu mata pelajaran.

Model integrated merupakan model pemaduan sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah tema /topik tertentu.

Model webbed adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Standar kompetensi standar kemampuan yang harus dikuasai untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis

Berpikir kritis : suatu proses berpikir dengan mengemukakan penilaian dengan menerapkan norma dan standar yang tepat.

Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sering disebut luber dan jurdil. Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional. Hak asasi manusia: adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Inkuiri : proses penelitian, mempertanyakan, memecahkan masalah. Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang telah menjadi topik dan agenda publik. 372
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Pembelajaran inkuiri : suatu pendekatan atau metode untuk mengatasi kebosanan belajar siswa melalui proses mempertanyakan suatu masalah dan berusaha memecahkannya menurut langkah-langkah metode ilmiah.

Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.

Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Program remedi adalah upaya pembelajaran untuk memperbaiki tingkat penguasaan yang diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai atau mencapai target kompetensi dasar.

Pengayaan (enrichment) adalah upaya pembelajaran untuk memperkaya atau memperluas penguasaan materi ajar yang diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi dasar tetapi yang bersangkutan ingin meningkatkan kualitas hasil belajar (agar berprestasi optimal). Penilaian acuan norma adalah penilaian yang didasarkan pada kemampuan kelompok sebagai acuan penilaian atau norma kelompok. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang berdasarkan pada asumsi bahwa setiap orang dapat berhasil belajar apa saja namun jumlah waktu yang dibutuhkan berbeda.

Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan; Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

373

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/ atau lapangan yang dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar. Silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks pembelajaran, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

374

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

DAFTAR PUSTAKA
A. Kosasih Djahiri. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung A.Kosasih Djahiri (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung. Abdul Azis Wahab (1996/1997), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta, Ditjen Depdikbud Abdul Gafur (2002), Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi ( Bahan PTBK), Jakarta, Ditjen PLP, Dikdasmen Depdiknas. Ahman, Dkk (2004), Pengembangan Model Pembelajaran Tematik dan Terpadu untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA (Laporan Penelitian), Puskur Lemlit UPI. Alamudi, Abdullah (Ed.). (1994). Apakah Demokrasi itu? Jakarta: USIA. A.Kosasih Djahiri. (1992). Pola Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Pancasila. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung.

Anonim ( 2005), Perencanaan Pembelajaran PKN ( Bahan PTBK Guru SMP) Jakarta, Ditjen PLP, Dikdasmen, Depdiknas. Aristotle. (alih bahasa: Ernest Barker, revisi R.F. Stanley). (1995). Politics. New York: Oxford University Press. Atwi Suparman. (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif, Jakarta, STIA LAN Bahmueller, Charles F. (1996). The Future of Democracy. ERIC/Poland book.

Anonim ( 2005), Strategi dan Metode Pembelajaran PKN ( Bahan PTBK Guru SMP) Jakarta, Ditjen PLP, Dikdasmen, Depdiknas.

Banks, A. James. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company. Banks, A. James. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. New York: Longman. Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development. New York: Prentice Hall. Branson, Margaret Stimmann, (1998), The Role of Civic Education: A forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network, Calabasas: CCE.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

375

Budiardjo, Miriam. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Cetakan XI). Jakarta: PT. Gramedia. Budiardjo, Miriam. (1989). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia. CCE, (1996), We The People ... Project Citizen: Teachers Guide, Calabasas, California. Center for Civic Education, (1996), We The People ... Project Citizen: Teachers Guide, Calabasas, California.

Center for Civic Education. (1997). Authority: Foundation of Democracy. Upper Elementary. Calabasas: Center for Civic Education and the National Conference of State Legislatures. Center for Civic Education. (1998). We the People...Project Citizen. Calabasas: Center for Civic Education and the National Conference of State Legislatures. Center for Indonesian Civic Education. (2000). Kami Bangsa IndonesiaProyek Belajar Kewarganegaraan. (Buku Guru & Siswa) Diterjemahkan oleh Sapriya dari We the PeopleProject Citizens (1998). CICED. Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social Studies. Boston: Allyn Bacon. Couto, Richard A. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Practice. Journal CIVITAS, Sept.-Oct. V.2 No.5. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ditjen Dikdasmen (1989/1990), Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar, Jakarta, Proyek Pembinaan SD Dyah Sriwilujeng (2006), Rambu-Rambu Pengembangan Perangkat Pendukung Pembelajaran Tematik untuk SD/MI, (tidak diterbitkan) Fraenkel, Jack R. (1980). Helping Students Think and Value: Strategies for Teaching the Social Studies. New Jersey: Prentice Hall Inc. Ghofur, Abdul dan Mardapi, Djemari (Tim Pengembang). (2004). Kurikulum 2004: Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdiknas Gronlund, Norman E. (1981). Measurement and Evaluation in Teaching. (fourth edition). New York: Macmillan Publishing Co., Inc. 376
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Hanna, Paul R. and Lee, John R. (1962). Content in the Social Studies, Section One: Generalizations from the Social Sciences. Dalam John U. Michaelis (Ed.) Social Studies in Elementary Schools. Washington: NCSS. Hobbes, Thomas. (alih bahasa dan editor: J.C.A. Gaskin). (1998). Leviathan. New York: Oxford University Press. Huntington, Samuel P. (1998). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. London: Touchstone Books. Leppert, Ella C. (1963). Locating and Gathering Information. in Carpenter, Helen (Ed.) Skill Development in Social Studies. Washington: NCSS.

Jarolimek, John and Parker, Walter C. (1993). Social Studies in Elementary Education. (9th Edition). New York: Macmillan Publishing Company. Locke, John. (alih bahasa dan editor: Peter Laslett). (1960/2000). Two Treatises of Government. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Mardapi, Djemari. (2002). Pola Induk Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar SMU: Pedoman Umum. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum. Michaelis, John U. (1980). Social Studies for Children: A Guide to Basic Instruction. (7th Edition). New Jersey: Prentice Hall, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Republik Indonesia, (1989), Undang-Undang No. 2/1989 Tentang Sistim Pendidikan Nasional, Jakarta. Rodee, Anderson, Christol, Greene. (1983). Introduction to Political Science. (4th Ed.).McGraw-Hill, Inc. Safari. (2005). Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia, Depdiknas. Sanusi, Achmad .(1998). Sepuluh Pilar Demokrasi Konstitusional Menurut UUD 1945. (Unpublished). Sapriya dan Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn UPI.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

377

Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis Portofolio dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005. Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis Portofolio dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005. Skilbeck, M. (1976). School Based Curriculum Development and Teacher Education Policy. in Teacher as Innovators. Paris: OECD Publications. Sockett, H. (1976). Designing the Curriculum. London: Open Books.

Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda Karya. Sunal, Cynthia Szymanski and Haas, Mary E. (1993). Social Studies and the Elementary/ Middle School Student, Philadelphia: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Taylor, P.H. (1968). The Contribution of Psychology to the Study of the Curriculum, in Kerr, J.F. (ed.). Changing the Curriculum. London: University of London Press. Turner, Long, Bowes, Lott. (1990). Civics: Citizens in Action. Columbus: Merril Publishing Company. Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: Chicago University Press. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Veldhuis, Ruud. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Theory. Journal CIVITAS. Sept.- Oct. V.2, No.5. Veldhuis, Ruud. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Theory. Journal CIVITAS. Sept.- Oct. V.2, No.5. Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company. Wikipedia, The Free Encyclopedia. http://www.wikipedia.org. Winataputra, Udin S. dan Sapriya. (2003). Pengorganisasian Kurikulujm Pendidikan Kewarganegaraan dan IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 12 Nomor 2, November 2003. 378
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

Tentang Penulis

SAPRIYA adalah Guru Besar pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung. Lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 20 Agustus 1963. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1/Drs.) di Jurusan PKn dan Hukum FPIPS IKIP Bandung tahun 1987; dan pendidikan S-2, Master of Education (M.Ed.), di School of Education, La Trobe University, Melbourne Australia dalam bidang Social Studies tahun 1996. Pendidikan Doktor (S3) dalam bidang Pendidikan IPS SPs UPI dengan menulis disertasi Perspektif Pemikiran Pakar Tentang PKn Dalam Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2007. Pendidikan tambahan antara lain dalam Political and Constitutional Theory for Citizens: A We the People National Academy di Loyola Marymount University, LA, California USA tahun 2001. Guru Besar dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan diperoleh pada tahun 2010. Mengajar di Jenjang S1 Jurusan/Prodi PKn, PIPS, dan PGSD; Jenjang S2 Program Studi PKn, PIPS dan Pendidikan Dasar; dan Jenjang S3 Program Studi PKn UPI. Selain mengajar, ia pun pernah menjadi Ketua Jurusan PKn selama dua kali periode (2000-2003 dan 2003-2007), sebagai asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak tahun 2002 sampai sekarang; Pengembang SKGK D-II dan S1 PGSD (Dikti 2002 dan 2006), Pengembang KBK S1 PGSD (Dikti 2006); Pengembang Standar Minimal Laboratorium PGSD (Dikti 2005); Pengembang Instrumen Sertifikasi Guru IPS dan PKn SD (Dikti 2005-2006); Pengembang program Hibah Kemitraan LPTK (Dikti 2006-2007); Pengembang Video Keterampilan Dasar Mengajar PGSD (Dikti 2006-2007); Pengembang Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian (BSNP 2006-2007); Pengembang Standar Tenaga Pendidik IPS dan PKn SD (BSNP 2006); Penilai Buku Mata Pelajaran PKn SD dan SMP dan buku Non-Teks (BSNP-Pusbuk, 2006-2009); asesor Sertifikasi Guru Dalam Jabatan (2007 s.d. sekarang); dan Ketua prodi Pendidikan Kewarganegaraan jenjang Magister (S2) dan Doktor (S3) Sekolah Pascasarjana UPI (20111012) . Buku yang pernah ditulis antara lain, Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran (2002); Pendidikan Kewarganegaraan (2003); Konsep Dasar PKn (2008); Konsep Dasar IPS (2008); Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran (2007 & 2009); sejumlah Modul yang diterbitkan Universitas Terbuka dan Modul PIPS untuk Program Dual Mode Universitas Pendidikan Indonesia; Memahami Hukum Internasional Dalam Teori dan Praktek untuk Pembelajaran (2010), Landasan dan Teori Pendidikan Kewarganegaraan, penerbit Alfabeta, 2011; dan Indonesia Dalam Hubungan Internasional (2012).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]

379

You might also like