You are on page 1of 13

LOGIKA

LOGIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN

Disusun Oleh: Benhardy Danel 1215125442 Kutaro 1215125735 Hayati Nufus 1215125731 Nisa Nadia Syahidah 1215125744 Taufik Sentosa 1215125762

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013
BAB I PENDAHULUAN

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan valid. Logika ilmu berdasarkan cara berpikir ilmiah masa lalu. Dalam cara berpikir ini, metode penelitian dan pengalaman atau pembuktian empiris menjadi hal yang wajib dan mutlak. Di bawah pengaruh logika ilmu ini, banyak orang berkesimpulan bahwa sebuah ilmu, juga pengetahuan yang masuk akal dan benar, haruslah bersifat positifistik (terbukti dalam empiris). Bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan Aristoteles, logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh episteme (pengetahuan). Oleh karena itu, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master of key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan. seperti ini disebut sebagai logika. Logika dapat didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara

BAB II PEMBAHASAN

Logika merupakan penalaran akan sesuatu hal atau objek yang mengutamakan kebenaran dan logika yang sedang kita pelajari adalah ilmu. Ilmu atau science berbeda arti dengan pengetahuan knowledge. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. Kata ketidakraguan merupakan syarat mutlak bagi seseorang untuk dapat dikatakan mengetahui. Ilmu (science) adalah kumpulan dari pengetahuan hasil

penyelidikan dan pandangan yang logis teratur, kritis dan sistematis terhadap suatu objek. Jadi ilmu merupakan penjelasan atau penjabaran lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan. Kita mengetahui dan yakin bahwa setiap benda atau apapun yang jatuh, akan jatuh ke bawah. Itu merupakan pengetahuan kita, sedangkan ilmunya adalah apabila kita sudah mempelajari tentang gaya gravitasi bumi. Jadi benda jatuh selalu kebawah karena adanya gaya gravitasi atau gaya tarik bumi. Seorang nelayan tahu betul saatsaat laut pasang dan surut, sehingga dia dapat mengambil manfaat bagi kehidupannya. Itu merupakan pengetahuan baginya, dan ilmunya adalah daya tarik bulan yang menyebabkan air laut di sebagian belahan bumi ini pasang.

Jadi pengetahuan bukanlah ilmu, karena dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur, bersifat kritis dan sistematis. Untuk mendapatkan ilmu seseorang haruslah menyempurnakan cara pandangnya akan sesuatu hal atau objek dengan lebih mendalam. Sehingga dibutuhkan metode, yaitu cara pendekatan persoalan, melalui jalan yang diterapkan, dipikirkan, dan dipertanggungjawabkan terlebih dahulu. Manusia tidak hanya berhenti pada kata mengetahui, berhenti pada memandang akan suatu hal atau objek. Tetapi pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk berpikir dengan cara yang lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan ilmu. Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas

kelompok a posteriori dan kelompok ilmu a priori. Ilmu a posteriori adalah ilmu yang kita peroleh atau kita ketahui lewat pengalaman dan eksperimen, seperti ilmu kimia, ilmu alam, ilmu hayat, dan ilmu kesehatan. Dalam ilmu ini dengan jelas ditekankan bahwa aturan logika bukanlah aturan yang membatasi pikiran manusia. Menurut ilmu ini logika adalah aturan evaluasi yang bersifat relatif yang selalu dapat ditinjau kembali dan bersifat terbuka. Bentuk-bentuk pikiran baru akan selalu dapat dikembangkan lebih luas lagi. Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak tergantung pada pengalaman dan eksperimen, tetapi bersumber kepada akal itu sendiri. Seperti logika dan ilmu-ilmu lain yang tidak bergantung pada pengalaman dan eksperimen. Ilmu ini berpendapat bahwa hukum logika dapat diketahui manusia lewat suatu pandangan yang rasional, dan menurutnya ilmu logika berbicara tentang realitas. Kebenaran ilmu a prori dapat dibuktikan menurut cara-cara murni logis, atau merupakan suatu konvensi kebahasaan, dan tidak mempunyai ciri mutlak.

Karena ilmu yang beragam, maka dalam pandangan tentang ilmu ada beberapa klasifikasi ilmu tersebut. Adapun pengklasifikasian ilmu sebagai berikut : 1. Ilmu-ilmu alam

Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui alam dan berdasarkan pada observasi dan eksperimen. Tujuannya adalah untuk menangkap dan mengatur gejala-gejala alam sehingga dapat dirumuskan hukum-hukum dan diletakkan ke dalam suatu pola besar.

2. Ilmu-ilmu kejiwaan dan budaya

Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui manusia, sejarahnya atau kebudayaannya dalam artian yang luas. Dalam hal ini pengamatan akan manusia dipandang penting.

3. Ilmu-ilmu apriori atau ilmu-ilmu deduktif

Ilmu

ini

tidak

bertumpu logis.

pada Di

pengalaman, dalam

tetapi ini

ditarik dapat

kesimpulan

secara

kelompok

dimasukkan logika dan ilmu pasti.

Adapun pembagian ilmu berdasarkan tujuannya, yaitu :


1.

Ilmu spekulatif adalah ilmu yang berhubungan dengan yang benar dengan tujuan untuk memperoleh

pengertian pandangan.

Ilmu spekulatif ada 2, yaitu :


-

Nomotetis, menentukan hukum-hukum umum yang berlaku, objeknya dalam keabstrakan, dan mencoba

mempelajari

menemukan unsur-unsur yang bersifat konkret. Contohnya ilmu hayat, ilmu kimia, ilmu sosiologi, dan ilmu ekonomi. Ideografis (deskriptif), mempelajari objeknya dalam wujud

yang konkret, menurut tempat dan waktu tertentu, dan dengan sifat-sifatnya yang khas. Contohnya sosiografi, ilmu sosiologi. 2. Ilmu praktis (ilmu terapan) adalah ilmu yang langsung pada penerapan akan pengetahuan tersebut.

mengarahkan

Perinciannya adalah :
-

Normatif,

mengatakan

bagaimana

harus

berbuat,

dan

kewajiban serta larangan-larangan. Contohnya etika, logika, dan ilmu hukum Positif, terapan dalam arti yang lebih sempit, yaitu

mengatakan bagaimana orang harus membuat sesuatu, mencapai dan mendapatkan suatu hasil tertentu. Contohnya ilmu pertanian, ilmu kedokteran, dan ilmu teknik (sipil, arsitektur, dan mesin). Kedua macam ilmu diatas saling melengkapi. Ilmu spekulatif (teoretis) biasanya dapat berdiri sendiri, tetapi ilmu praktis selalu

mempunyai dasar yang teoretis, jadi ilmu selalu bersifat spekulatif atau teoretis.

Ilmu-ilmu lainnya :
1.

Hubungan logika dalam IPTEK : Logika mengantarkan manusia untuk berdaya abstraksi. Hal ini erat kaitanya dengan alam pikiran manusia. Alam pikiran manusia berkembang menurut dua hal:

Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purbakala hingga

saat ini Perkembanagn alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir

hayatnya Logika mengantarkan manusia untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif dan benar. Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, kemudian keingintahuan itu dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan percobaan serta penalaran. Percobaan bertujuan menimbulkan gejala dalam lingkungan yang terkendali. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan dianalisa dengan metode ilmiah tertentu untuk memperoleh kesimpulan yang logis, yang dapat diterima dengan akal sehat. Di Indonesia banyak yang mengatakan bahwa ilmu praktislah yang ilmiah, padahal jika dilihat ilmu praktis membutuhkan dasar yaitu ilmu spekulatif atau teoretis. Logika bersifat ilmu praktis dan juga spekulatif, dengan logika kita memiliki cara pandang tentang kelurusan jalan pikiran manusia. Logika bukan hanya bertujuan menentukan apa adanya, tetapi menentukan

apa yang seharusnya. Yaitu bagaimana cara kerja pikiran kita yang seharusnya digunakan supaya memenuhi tuntutan penalaran yang betul dan sah.
2. Hubungan logika dalam logika hukum :

Dalam Pasal 362 KUHP menegaskan barang siapa mengambil barang baik sebagian maupun secara keseluruhan secara melawan hukum dengan maksud untuk memiliki diancam dengan pida penjara selama lima tahun atau pidana denda sebanyak sembilan ratus rupiah. Jika B, dan diterapkan kemudian pada dalam pencurian beberapa barang jam seperti kendaraan Motor itu

bermotor. Misalnya si A membawa motor si B tanpa sepengatahuan si kemudian dikembalikan ditempatnya, dan baru si B mengetahuinya. Dengan menerapakan ketentuan Pasal 362 berarti salah satu unsurnya tidak terpenuhi yakni si A tidak memenuhi unsur perbuataannya dengan maksud memilki Itu. Maka bukan dalam kategori pencurian. Namun sebenarnya kalau ditinjau lebih jauh, dari pemakaian kendaraan bermotor tersebut oleh si A, ada barang yang hilang yakni bensin kendaraan bermotor. Berarti pencurian yang terjadi adalah pencurian bensin. Dengan demikian logika hukum berfungsi untuk menalar hukum, menalar ketentuan pasal-pasal terhadap peristiwa hukum (seperti peristiwa pidana) sehingga penalaran tersebut sesuai dengan alur berpikir sistematis, metodik untuk menghasilkan preposisi hukum yang benar serta imperatif.
3.

Hubungan logika dalam Psikologi : Dalam Psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian,

Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berfikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berfikir. Di sinilah letak hubungan antara Psikologi dan Logika.
4.

Hubungan logika dalam Bahasa : Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau fikiran seseorang sehingga dengan bahasa orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau fikiran yang disampaikan, misalnya melalui bahsa isyarat, tertulis, atau lisan. Dengan demikian, bahasa merupakan alat komunikasi. Komunikasi akan lancar apabila permasalahannya disusun ke dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. Ini dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika). Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika menyajikan tata cara dan kaidah berfikir secara luas dan benar. Oleh karenanya, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berfikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berfikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh karena itu, logika berhubungan erat dengan bahasa.

5.

Hubungan logika dalam Metafisika : Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat realitas. Hakikat realitas tersebut dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab itu, metafisika selalu mencari kebenaran atau hakikat realitas di balik yang tampak

dan nyata. Sikap seperti ini adalah kritis, yaitu suatu sikap yang selalu ingin tahu dan membuktikan tentang sesuatu yang sudah atau serba dianggap benar. Teori dalam metafisika bahwa kenyataan kebenaran atau hakikat realitas bukanlah apa yang tampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak. Dalil-dalil atau hukum-hukum dalam logika bagi metafisika bukan apa yang telah dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik rumusan tersebut. Dengan demikian, bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukumnya. Semakin erat hubungan metafisika dengan logika, kebenaran logis akan semakin dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kebenaran logis mendekat pada hakikat realitas. Semakin mampu berfikir logis, orang tidak akan mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak. Ilmu adalah suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu objek. Objek sendiri dibagi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah objek yang dipandang secara keseluruhan, sedangkan objek formal adalah objek yang dipandang menurut suatu aspek. Dalam hal ini objek material bisa saja sama dalam berbagai ilmu, tetapi objek formalnya tentu berbeda. Apabila suatu ilmu belum jelas objek formalnya maka ilmu tersebut belum jelas apa yang akan dibahas dalam ilmu tersebut. Logika sebagai ilmu juga mempunyai objek. Objek materialnya adalah pikiran manusia, sedangkan objek formalnya adalah hukumhukum, bentuk-bentuk, dan prinsip-prinsip pikiran. Jadi jelaslah disini bahwa logika tidak mempelajari isi pikiran manusia.

Bagaimana jika Ilmu Pengetahuan dikembangkan tanpa Logika? Logika dalam perkembangan ilmu pengetahuan dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah bidang yang dikembangkan tersebut masih relevan dan sesuai serta dapat diterima oleh akal pikiran manusia atau tidak. Logika dapat dijadikan filter bagi manusia untuk menentukan bidang ilmu pengetahuan mana yang relevan dan mana yang relevansinya perlu dipertanyakan. Jika ilmu pengetahuan dikembangkan tanpa memperhatikan logika, maka yang terjadi adalah setiap ilmu pengetahuan yang ada tidak bisa sepenuhnya relevan dan dapat diterima akal pikiran manusia. Dalam jangka panjang, hal ini akan menimbulkan gejolak karena pasti akan ada pihak-pihak yang kritis kemudian mempertanyakan kebenaran ilmu pengetahuan itu. Selain itu, tanpa adanya logika, manusia akan dibuat seolah-olah buta terhadap ilmu pengetahuan yang berkembang. Karena manusia tidak dapat menentukan apakah hal itu benar atau salah menurut akal pikiran sehat manusia.

BAB III KESIMPULAN

Ilmu dan pengetahuan jelas berbeda dalam pengertiannya, manusia seharusnya tidak berhenti pada kata mengetahui tetapi haruslah melakukan penalaran yang lebih sempurna lagi, yaitu dengan ilmu. Logika bagi ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan, karena tidak ada ilmu yang tidak didasari oleh logika untuk mencapai kebenaran ilmiah. Logika sendiri banyak berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti IPTEK, hukum, psikologi, bahasa, metafisika, dan masih banyak lagi ilmu yang lainnya. Logika dalam setiap ilmu berfungsi untuk melakukan penalaran yang benar dan sah sehingga dapat diterima oleh akal manusia. Ilmu pengetahuan tanpa didasari oleh logika, maka akan terjadi kepincangan pada ilmu tersebut. Selain itu tanpa logika, manusia akan mengalami kebutaan pada ilmu pengetahuan karena manusia tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana yang masuk akal dan tidak. Jadi logika sangatlah penting dalam ilmu pengetahuan.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


Mundiri. 2008. Logika. Jakarta : RajaGrafindo Persada Poespoprodjo, W. 1987. Logika Scientifika. Bandung : Remadja Karya

http://bagus_surya-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69083Filsafat%20Ilmu-Logika%20dalam%20Filsafat.html

http://desain-pembelajaran.blogspot.com/2012/05/logika-logikadalam-bidang-keilmuan.html

http://fransiskasignificatodiunnome.blogspot.com/2011/02/hubungan-psikologidan-matematika.html

http://phentemzen-ihdizen.blogspot.com/2012/04/perananlogika-dalam-pengembangan-ilmu.html

http://www.scribd.com/doc/60303364/Logika-Sebagai-LandasanIlmu-Pengetahuan-Dan-Teknologi

You might also like