You are on page 1of 18

Kekerasan Seksual pada Anak

Oleh Kelompok 1:
Annisa Febrina Rimadhani Hafid Nurul Khotamiah Nurul Marwati Titi Rostini Widiastuti

Beberapa bulan terakhir ini, kasus kekerasan seksual pada anak kembali marak terjadi di Indonesia, seperti kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Batam dan Bali, kekerasan seksual pada remaja yang bermoduskan menjadi pegawai pajak, kasus pencabulan anak jalanan yang dilakukan oleh koordinatornya dan sebagainya. Kekerasan seksual pada anak ini sangatlah memprihatinkan banyak pihak terutama bagi sekolah-sekolah serta ibu-ibu yang memiliki anak.

Karena kasus kekerasan seksual pada anak sangat memprihatinkan dan membahayakan, kebanyakan dari ibu-ibu yang memiliki anak merasa resah dan ketakutan jika anak mereka menjadi korban dari kekerasan seksual tersebut. Kadangkala kebanyakan dari mereka menganggap masalah ini sangatlah serius untuk ditanggapi. Jika tidak maka bukan tidak mungkin hal itu akan mengganggu aktifitas mereka sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu-ibu adalah memperhatikan orang-orang dianggap mencurigakan ketika mendekati anak dan berhati-hati terhadap kebaikan orang ketika mendekati anak.

Haruskah Anak Kita Menjadi Korban?


Maraknya video mirip artis akhir-akhir ini mulai meresahkan orangtua. Bagaimana tidak video tersebut dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak melalui internet dan handphone. Anak-anak semakin terpapar dengan adegan-adegan seksual yang belum layak mereka tonton. Bukan hanya itu mereka juga dapat meniru perilaku mirip artis yang adalah tokoh idola sekaligus panutan mereka

Tidak adanya sangsi social,moral, maupun hukum yang tegas membuat anak-anak menganggap tidak ada yang salah dengan perilaku tokoh idola tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini informasi sangat bebas dan mudah diakses oleh anak-anak, baik di desa maupun di kota. Tidak hanya melalui video yang mirip artis, tetapi juga televisi, internet, koran, dan majalah banyak menyajikan informasi seksual yang kurang tepat. Hal ini dapat turut memicu meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia menemukan banyak aduan kekerasan pada anak pada tahun 2010. Dari 171 kasus pengaduan yang masuk, sebanyak 67,8 persen terkait dengan kasus kekerasan. Dan dari kasus kekerasan tersebut yang paling banyak terjadi adalah kasus kekerasan seksual yaitu sebesar 45,7 persen (53 kasus).

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat, jenis kejahatan anak tertinggi sejak tahun 2007 adalah tindak sodomi terhadap anak. Dan para pelakunya biasanya adalah guru sekolah, guru privat termasuk guru ngaji, dan sopir pribadi. Tahun 2007, jumlah kasus sodomi anak, tertinggi di antara jumlah kasus kejahatan anak lainnya.

Dari 1.992 kasus kejahatan anak yang masuk ke Komnas Anak tahun itu, sebanyak 1.160 kasus atau 61,8 persen, adalah kasus sodomi anak. Dari tahun 2007 sampai akhir Maret 2008, jumlah kasus sodomi anak sendiri sudah naik sebesar 50 persen.

Komisi Nasional Perlindungan Anak telah meluncurkan Gerakan Melawan Kekejaman Terhadap Anak, karena meningkatnya kekerasan tiap tahun pada anak. Pada tahun 2009 lalu ada 1998 kekerasan meningkat pada tahun 2010 menjadi 2335 kekerasan.

Tahun 2011 terjadi 2.509 kasus kekerasan, 58 persennya adalah kasus kekerasan seksual anak. Sedangkan tahun 2012 sebanyak 2.637 kasus, 62 persennya adalah kasus kekerasan seksual anak. Memasuki 2013, khususnya Januari hingga Februari, sudah terjadi 42 kasus kejahatan seksual terhadap anak di wilayah Jabodetabek.

Ada sekitar 18 kasus yang terjadi diakibatkan dari upaya bujuk rayu, yang pelaku utamanya adalah pacar dari korban sendiri. Kasus-kasus pencabulan juga banyak dilakukan oleh orangorang terdekat dari korban seperti teman, orang tua tiri, majikan, guru, dan orang yang baru dikenal. Untuk tahun 2011, data kasus pencabulan yang dimiliki Pusaka mencapai 78 kasus.

Selain dari kasus pencabulan, kasus lainnya yang juga masih berkaitan dengan kekerasan terhadap anak adalah kasus penganiayaan berjumlah 13 kasus, sodomi 9 kasus, pemerkosaan 9 kasus, inses 1 kasus, pembunuhan 3 kasus, penelantaran 1 kasus, serta perampokan ada 4 kasus.

Hal yang penting dilakukan adalah memberikan pendidikan seksual atau pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anak sedini mungkin, perlu dilakukan oleh orangtua dan pihak sekolah agar anak tidak mendapatkan informasi yang salah dari teman, internet, maupun media lainnya. Orangtua terkadang mengalami kesulitan membicarakan tentang seksualitas kepada anaknya, menganggap hal tersebut masih tabu, ketika anak bertanya kepada orangtua mengenai seksualitas.

Langkah-langkah yang harus dilakukan orangtua ketika menjelaskan mengenai seksualitas adalah:

Mendengarkan dengan cermat setiap pertanyaan anak. Jangan menghindari atau mengabaikan pertanyaan anak. Berilah jawaban hanya pada pertanyaan yang diajukan anak, tidak perlu melebar ke topik yang lain.

Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat dengan bahasa yang mudah dimengerti anak Berikan jawaban dengan nada bicara dan ekspresi muka yang wajar. Berikan jawaban yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.

Berikan informasi bertahap dan terusmenerus Gunakan media dan metode yang beragam agar anak tidak bosan. (WPF Indonesia dan PKBI; SimanjuntakNdraha, 2010)

Terimakasih

You might also like