You are on page 1of 23

BATIK PEKALONGAN

Chetrin Desti Ekowati (10) Fathan Aziz Yahya (19) Idatul Fitria (21) Siti Nur Fitria N (37)

X Akuntansi II

Disusun oleh ...

???

SEJARAH BATIK PEKALONGAN


Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju. Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

BATIK PEKALONGAN

MACAM MOTIF BATIK PEKALONGAN Motif Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab Motif Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina Motif Pagi Sore oleh Belanda Motif Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Pada beberapa motif batik Pekalongan yang klasik (tua/kuno) tergolong motif semen. Motif ini hampir sama dengan motif-motif klasik semen dari daerah Jawa Tengah yang lain, seperti Solo dan Yogyakarta yang terdapat ornamen bentuk tumbuhan dan garuda atau sawat. Perbedaanya ada kain klasik ini hampir tidak ada cecek. Semua pengisian motif berupa garis-garis.

Warna soga kain dengan motif dari tumbuhan. Pada kain batik klasik Pekalongan ini motifnya terdapat persamaan dengan kain batik klasik daerah Solo dan Yogyakarta. Motif asli pekalongan adalah motif Jlamprang, yaitu suatu motif semacam nitik yang tergolong motif batik geometris Beberapa corak kain yang diproduksi di Pekalongan mempuyai corak atau gaya Cina, seperti adanya ornamen Liong berupa naga besar berkaki dan burung Pheonix, yaitu sejenis burung yang pada bulu kepala, sayap, dan ekor berjumbai serta ekor bergelombang.

Kain batik yang dikembangkan atau diproduksu oleh pengusahan batik keturunan Cina. Gambar-gambarnya pada motif berupa bentuk-bentuk riil (nyata) dan banyak menggunakan cecek-cecek (titik-titik) serta cecek sawut (titik dan garis). Isen-isen pada ornamen penuh dengan cecek. Sifat umum dari penduduk daerah pantai menyukai warna-warna yang cerah seperti warna merah, kuningm hijau, biru, violet, dan oranye

Ornamen Garuda atau Sawat

Ragam hias berbentuk garuda atau sawat pada susunan dasarnya masih ada bersamaan dengan ornamen dari daerah Solo dan Yogyakarta yang terdiri atas dua sayap dan ekor, atau dua sayap, atau satu sayap saja. Namun, bagian-bagian yang menyusun sawat itu seudah berubah bentuknya.

Ornamen Tumbuhan
Ornamen yang berbentuk tumbuhan sangat umum dan memegang peranan pada motif-motif batik dari Pekalongan dan sekitarnya. ragam hias tumbuhan ini menurut bantuknya dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu bentuk yang tersusun semacam bunga, berbentuk bagian atau cabang dari tumbuhanm dan berupa pohon Bentuk yang tersusun semacam bunga terdiri atas pusat berupa semacam bunga yang dikelilingi dengan daun bunga dan daun. Rangkaian susunan ini ada yang serupa swat dan menyerupai rangkaian bunga yang riil. Rangkaian yang berbentuk bagian atau cabang dari tumbuhan. rangkaian ini terdiri atas batang, daun, dan bunga. Rangkaian yang berupa pohon lengkap dengan tinggi selebar kain dan terdiri atas susunan batang, dahan, daun, dan bunga. rangkaian ini terdapat pada kain batik corak Van Zuylen.

Ornamen Binatang
Ornamen binatang berupa kijang atau menjangan masih terdapat pada beberapa motif batik dari Pekalongan. Namun, bentuknya sudah berubah yang kaki-kakinya berbentuk seperti daun kecil. Ornamen binatang ini juga terdapat jenis binatang yang berkaki banyak dan berekor panjang.

Ornamen burung
Ornamen burung juga terdapat pada beberapa motif yang berupa motif burung phoenix dan burung dewata dengan ukuran kecil-kecil. Ornamen ini dikembangkan oleh pengusaha batik keturunan Cina.

Ornamen Naga
Naga atau ular terdapat pada motif yang tergolong cuwiri Pekalongan

Ornamen Meru
Ornamen meru atau gunung Mahameru terdapat pada beberapa jenis motif terutama pada motif cuwiri. Meru Pekalongan ini benuknya gemuk dan dirangkaikan dengan bagian tumbuhan, yaitu daun-daun atau bagian dahan tumbuhan

Sebelum membuat batik, kain mori haruslah diremaskan terlebih dahulu. Caranya ialah cara nganji, yaitu dengan merendam kain mori ke dalam air selama satu malam lalu dicuci selama kurang lebih 15 menit dan rebus ke dalam air kanji atau tajin (air rebusan beras yang diberi campuran daun bambu dan sedikit gamping). Setelah dikanji, kain mori digulung lalu diletakkan di atas papan atau tempat yang datar kemudian dipukuli dengan palu kayu. Gunanya agar cairan malam yang akan digoreskan di atas kain mori tidak terlalu meresap ke dalam serat tenunan. Dengan cara ini maka malam dapat dengan mudah untuk dihilangkan.

Selanjutnya menggambar desain batik di atas kain mori yang telah kering tadi dengan menggunakan pensil atau molani.

Gunakan canting yang berisi lilin cair yang berguna untuk melapisi motif yang diinginkan. Supaya saat pencelupan ke dalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. Setelah lapisan lilin kering, celupkan kain ke dalam larutan pewarna. Kain mori yang telah berubah warna lalu direbus dengan air panas yang berguna agar menghilangkan lapisan lilin sehingga motif terlihat lebih jelas. Proses ini sering disebut ngolorot.

MOTIF JLAMPRANG

Dari beberapa pengamat meyakini bahwa motif Jlamprang adalah matif asli Batik Pekalongan dan bukan motif yang dipengaruhi daerah lain. motif Jlamprang di Pekalongan dipengaruhi oleh Islam. Adanya larangan dalam Islam menggambar binatang maupun manusia mendorong perajin batik Pekalongan menciptakan motif hias geometris. Motif jlamprang menurut peneliti ini termasuk motif nitik dan Tergolong dalam ragam hias geometris. motif kosmologis dengan mengetengahkan pola ragam hias ceplokan bentuk lung-lungan dan bunga padma, menunjukan makna tentang peran dunia kosmis yang hadir sejak agama Hindu dan Buddha berkembang dijawa. Pola ceplokan yang distilirasi dalam bentuk dekoratif menunjukan corak peninggalan masa prasejarah yang kemudian menjadi waris agama Hindu dan Buddha.

Dalam Aliran Hindu-Tantrayana Syaiwapaksa yang lambangnya adalah Cakra merupakan simbol meditasi dewa Siwa. Sementara itu, Syaiwapaksa berarti senjata panah Dewa Syiwa. Bunga Padma meupakan lambang kehidupan dalam kepercayaan HinduBuddha.Namun, Lung dan pada masanya biasanya merupakan lambang dari konsep mandala agama hindu Syiwa yang beraliran Tantra.

You might also like