You are on page 1of 22

Paket 1 KONSEP DASAR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Pendahuluan
Dalam Paket 1(satu) ini, pembahasannya difokuskan pada konsep dasar organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Organisasi merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan bimbingan dan konsling di sekolah yang tidak bisa dikesampingkan keberadaannya, karena organisasi sebagai institusi penyelenggara yang diharapkan dapat memuaskan suatu outcome pendidikan. Konsep dasar organisasi bimbingan dan konseling di sekolah ini kajiannya meliputi: pengertian organisasi, tujuan, fungsi dan manfaatnya, serta dasar dan prinsip dalam organisasi. Pengertian organisasi disajikan pengertian secara bahasa dan istilah dari beberapa pendapat para ahli. Sedang tujuannya ada beberapa hal yang diharapkan menjadi suatu outcome pendidikan yang memuaskan. Sedangkan fungsi organisasi sebagai media menyatukan persepsi dan tujuan yang hendak dicapaidan manfaat-manfaatnya. Dasar organisasi yang berupa kesepakatan bersama, baik guruguru yang merangkap konselor, guru mata pelajaran, wali kelas maupun kepala sekolah, serta prinsip-prinsip organisasi yang meliputi: tujuan yang jelas, garis kewenangan yang jelas, kesatuan perintah, pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, job description, rentang pengendalian (jumlah staf yang rasional), fungsional, pmisahan, keseimbangan, fleksibilitas, dan adanya kepemimpinan. Dalam paket ini dilengkapi pula dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dosen, yang di dalamnya
1

berisi: kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa, indicator kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran, rincian waktu menyampaikann materi kepada mahasiswa, serta kegiatan pembelajarannya yang meliputi pembukaannya, kegiatan inti dan penutup. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif dicantumkan pula lembar kerja mahasiswa serta beberapa lathan yang dikerjakan secara mandiri oleh mahasiswa.

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan


Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep bimbingan dan konseling di sekolah. dasar organisasi

Indikator Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Menyebutkan tujuan dari organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 3. Mengidentifikasi fungsi dan manfaat organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Menganalisis dasar dan prinsip dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Waktu 2x50 menit Materi Pokok Konsep dasar organinasi bimbingan dan konseling di sekolah: 1. Pengertian organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Tujuan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 3. Fungsi dan manfaat organisasi bimbingan dan

konseling di sekolah. 4. Dasar dan prinsip dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.

Kegiatan Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit) 1. Brainstorming dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan maraknya tawuran pada para pelajar 2. Penjelasan tujuan dan pentingnya mempelajari materi tentang organisasi bimbingan dan konseling di sekolah, melalui slide. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Dosen mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya: a. pengertian organisasi bimbingan dan konseling di sekolah, dan unsure-unsur yang yang harus dipenuhi. b. tujuan dari organisasinya c. fungsi dan manfaat organisasinya d. dasar dan prinsip-prinsip yang harus dipakai landasan dalam organisasi 2. Membagi mahasiswa dalam 4 kelompok, dan masingmasing kelompok diberi materi yang berupa modul/bahan perkuliahan tentang organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. 3. Masing-masing kelompok mendiskusikan pertanyaanpertanyaan yang yang diajukan oleh dosen. 4. Presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok diwakili oleh seorang foluntir.

5. Selesai presentasi setiap kelompok, kelompok lain memberikan klarifikasi. 6. Penguatan hasil diskusi dari dosen 7. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyanyakan sesuatu yang belum paham atau menyampaikan konfirmasi Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Menyimpulkan hasil perkuliahan 2. Merefleksikan hasil perkuliahan oleh mahasiswa 3. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat dari dosen Kegiatan Tindak lanjut (5 menit) 1. Memberi tugas latihan 2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya.

Lembar Kegiatan
Mencatat hasil diskusi dari 4 kelompok yang telah dibentuk, yang berisi konsep dasar organinasi bimbingan dan konseling di sekolah. Tujuan Mahasiswa dapat membangun pemahaman tentang konsep dasar organinasi bimbingan dan konseling di sekolah melalui kreatifitas ungkapan ide dari anggota kelompok diskusi. Bahan dan Alat Kertas plano, spidol berwarna, dan solasi. Langkah Kegiatan 1. Pilihlah seorang moderator dan penulis hasil kerja dalam setiap kelompok! 2. Diskusikan persoalan-persoalan yang telah

3. 4. 5. 6.

7.

diutarakan oleh dosen! Tuliskan hasil diskusi dalam lembar kerja yang telah disediakan! Tempelkan hasil kerja kelompok di papan tulis/dinding kelas! Pilihlah satu anggota kelompok untuk presentasi! Presentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran, dengan waktu masing-masing +7 menit! Berikan tanggapan/klarifikasi dari presentasi kelompok lain!

Uraian Materi
ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH A. Pengertian Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata organisasi berarti kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) di dalam perkumpulan dan lainnya untuk mencapai tujuan tertentu, atau kelompok kerja sama antara orang yang diadakan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama1. Para ahli telah banyak menyampaikan pendapatnya yang pada dasarnya, tidak ada perbedaan yang prinsip. Sebagai bahan perbandingan, berikut ini akan disampaikan beberapa pendapat mereka, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yayat Hayati Djatmiko sebagai
1Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 650. 5

berikut :

1. Chester I, Bernard dalam bukunya, The


Executive Functions mengemukakan, I define organization as a system of cooperatives of two more persons (Organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih) 2. James D. Mooney mengatakan, Organization is the from of every human association for the attainment of common purpose (Organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama) 3. Menurut Dimock, Organization is the form of every human interdependent part to form a unifed wahole through which authority, coordination, and control may be exercised to achive a give purppose (Organisasi adalah perpaduan secara sistematis bagianbagian yang saling bergantung/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).2 Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu : 1. Orang-orang (sekumpulan orang) 2. Kerja sama 3. Tujuan yang ingin dicapai. 4. Sedangkan menurut W.S. Winkel dkk. pengertian organisasi bimbingan sama dengan mengorganisasi bimbingan, berarti mengatur dan menyusun bagianbagian (orang dan sebagainya) sehigga seluruhnya
2 Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling, mengutip dari Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 163.

menjadi kesatuan yang teratur.3 Dengan demikian, organisasi bimbingan dan konseling di sekolah adalah sekumpulan orang (kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan tenaga administrasi) yang melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. B. Tujuan Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dalam suatu organisasi, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, khususnya dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu mengharapkan suatu outcome pendidikan yang memuaskan, yaitu meliputi hal berikut : 1. Pemerataan pendidikan, yang berkenaan dengan seberapa banyak anak-anak yang berada pada usia sekolah mendapatkan layanan pendidikan 2. Kualitas pendidikan, berkenaan dengan bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat mempertahankan esksistensinya 3. Relevansi pendidikan, berkenaan dengan hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional serta kepentingan perseorangan keluarga dan masyarakat. Hal ini memerlukan keterpaduan dalam perencanaan pendidikan 4. Efisiensi pendidikan, berkenaan dengan sumbersumber potensial pendidikan, baik yang bersifat manusiawi maupun non-manusiawi yang sangat terbatas dapat dioptimalkan penggunaannya. 5. Efektifitas pendidikan, berkenaan dengan keampuhan
3 W.S. Wingkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2010), 793. 7

pelaksanaan sistem pendidikan nasional, kemampuan sistem bersentuhan dengan kurikulum secara konseptual dan kurikulum secara praktikal.4 Manurut Fasli Jalal, organisasi penyelenggara pendidikan sudah tentu melibatkan masyarakat, pemerintah dan orangtua dalam memperoleh outcome atau produktifitas pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Hal ini terjadi apabila outcome tersebut diperoleh dengan memuaskan, sehingga semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan akan merasa puas.5 Khusus bagi ketenagaan pendidikan dan non-ketenagaan kependidikan (birokrasi pendidikan), hal tersebut merupakan suatu kepuasan kerja yang positif. Sebaliknya, apabila outcome tersebut kurang memuaskan akan timbul ketidakpuasan kerja. Kepuasan dan ketidakpuasan kerja dalam penyelenggaraan pendidikan akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi, yang merupakan interaksi dari karakteristik individu dan karakteristik organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain, kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi diikuti produktivitas atau outcome pendidikan. C. Fungsi dan Manfaat Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dari tujuan-tujuan organisasi di atas, maka dapat diketahui bahwa fungsi organisasi sebagai media menyatukan persepsi dan tujuan bersama yang hendak dicapai, yang ini biasanya dicanangkan pada visi dan misi organisasi, maka kehadiran organisasi profesi khususnya dibidang bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga
4 Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling,164 5 Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita, 2001), 29.

pendidikan, menjadi sangat penting. Hal ini karena sebagaimana telah diketahui kegiatan program bimbingan ialah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Kegiatan bimbingan ini terfokuskan pada pelayanan yang diberikan kepada para siswa (layanan-layanan bimbingan) dan rekan tenaga pendidik serta orangtua siswa dan evaluasi program bimbingan. Dengan demikian, kehadiran suatu organisasi profesi bimbingan dan konseling tampaknya menjadi suatu tuntutan alami untuk menjawab kebutuhan pelaksanaan program pelayanan, khususnya kepada siswa. Sebetulnya kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Sekalipun di sekolah ada pimpinan seperti kepala sekolah, beberapa tugasnya harus didelegasikan kepada bawahannya. Sebab, tanggung jawab kepala sekolah tentu sangat besar jika sebagian kewajibannya tidak didelegasikan kepada bawahannya yang menguasai bidang-bidang tertentu, seperti bimbingan dan konseling. Dengan adanya pendelegasian tugas ini, dalam wujud praktik berorganisasi di bidang bimbingan dan konseling, maka proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah tidak terlalu berat dan juga dapat ditangani dengan baik. Dan hal ini akan berdampak positif pula bagi pemenuhan kewajiban kerja. Adapun manfaat organisasi bimbingan dan konseling, khususnya di sekolah dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut : 1. Ruang lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas dan semua siswa harus mendapatkan pelayanan bimbingan, terutama melalui bimbingan kelompok
9

2. Pelayanan bimbingan menjadi usaha yang dilakukan bersama oleh staf bimbingan sebagai tim kerja 3. Sarana personal dan materiil dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dari segi finansial lebih dapat dipertanggungjawabkan dan efisien 4. Sifat bimbingan yang lebih ditonjolkan ialah sifat preventif dan perseveratif 5. Pelayanan bimbingan dalam semua komponen program bimbingan mendarah daging dalam kehidupan sekolah 6. Kedudukan, wewenang dan tugas konselor diakui oleh staf pendidik di sekolah dan dinilai lebih positif karena disamping program pengajaran, terdapat program bimbingan yang sama-sama di kelola secara profesional 7. Dibuktikan bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya meliputi wawancara konseling, tetapi mencakup berbagai kegiatan lainnya untuk semua satuan kelas 8. Lebih mudah menentukan urutan prioritas, yaitu layanan bimbingan yang diutamakan di institusi pendidikan tertentu pada jenjang pendidikan tertentu 9. Tenaga bimbingan oleh para siswa tidak dipandang sebagai satpam sekolah, petugas pembina disiplin, guru cadangan, ahli menangani kasus kenakalan serta kasus keabnormalan dan sebagainya 10.Diperjelas bahwa pelayanan bimbingan mengandung unsur proses, yang membawa hasil secara gradual sebagai akibat dan usaha tenaga bimbingan dan siswa bersama-sama, sama seperti pengajaran yang juga mengenal unsur proses 11.Lebih didasari oleh pihak yang mengangkat tenaga bimbingan bahwa untuk melakukan rangkain kegiatan bimbingan dibutuhkan orang yang telah mendapat pendidikan prajabatan yang memadai. Misalnya, seorang tamatan fakultas psikologi akan menemui

kesulitan dalam memberikan bimbingan karir secara kelompok kalau dia tidak menguasai cara menyusun silabus dan membuat satuan pelayanan bimbingan serta kurang mengenal seluk-beluk jalannya suatu lembaga pendidikan. 12. Evaluasi program lebih dimungkinkan karena ada rumpun sasaran tertentu yang harus dicapai dan direncanakan sejumlah kegiatan tertentu untuk mencapai seluruh sasaran itu.6 Jadi, ada baiknya jika setiap sekolah, terutama pada tingkat menengah pertama, didirikan organisasi bimbingan dan konseling, terutama untuk mengantisipasi bertumpuknya beban pelayanan bimbingan pada satu orang, baik seorang kepala sekolah sebagai top leader maupun seorang konselor karena dipandang memiliki kemampuan formal dibidang bimbingan dan konseling. D. Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah mutlak diperlukan, hal ini disebabkan beberapa hal: 1. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Ini artinya seluruh staf sekolah, baik kepala sekolah, wakilnya, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf lainnya perlu melibatkan diri dalam layanan bimbingan dan konseling. 2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah berada pada kepala sekolah sebagai administrator sekolah yang memegang peran kunci. Maka dari itu guru yang
6 Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling,, 166 11

diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus memiliki cukup pemahaman dan ketrampilan dalam bidang bimbingan dan konseling agar dapat memberikan pimpinan, bantuan, atau pengentasan yang diperlukan oleh guru pembimbing dan staf bimbingan lainnya. 3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hrndaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilki kompetensi dan kualifikasi tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap, kepribadian, ketrampilan dan pengalaman, serta mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan tugas kepembimbingan. Dalam beberapa hal, terutama sekolah yang tidak terlalu besar kepala sekolah sendiri dapat memegang tanggung jawab ini. 4. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk kegiatan yang cukup luas bidang geraknya. Untuk dapat mewujudkan secara nyata bidang gerak bimbingan dan konseling yang cukup luas ini diperlukan mekanisme kerja yang mantap. 5. Program layanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu hendaknya diadakan penilaian (evaluasi) untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program bimbingan dan konseling, dan selanjutnya dipergunakan sebagai bahan revisi program layanan bimbingan dan konseling selanjutnya.

6. Petugas-petugas yang diserahi tanggung jawab bimbingan yang bersifat khusus, seperti kegiatan konseling atau tes psikologis hendaknya ditangani oleh petugas professional dan berkompeten mengerjakan jenis tugas tersebut, berkompeten dari aspek keahliannya maupun dari aspek pribadinya. 7. Petugas-petugas bimbingan dan konseling dan seluruh staf bimbingan dan konseling mutlak perlu diberikan pelatihan /pendidikan dalam jabatan (inservice training), sebagai suatu sarana untuk memperbaiki layanan bimbingan dan konseling di sekolah.7 Sekolah adalah organisasi formal yang didalamnya terdapat usaha-usaha administrasi dalam usaha mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional. Adapun bimbingan dan konseling adalah suborganisasi dari organisasi sekolah. Karena organisasi bimbingan dan konseling sebagai suatu beban, banyak ahli yang menawarkan mode atau pola organisasi yang cocok yang diterapkan di sekolah. Pola organisasi yang dipilih harus didasarkan atas kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terkait di sekolah, yang dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan. Usaha-usaha tersebut disebut sebagai administrasi bimbingan dan konseling. Jadi, dasar bagi organisasi bimbingan dan konseling di sekolah adalah adanya kesepakatan bersama, baik guru-guru merangkap konselor, guru mata pelajaran, wali
7 Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2003), 98-99. 13

kelas maupun kepala sekolah. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling dapat melibatkan semua pihak yang ada di sekolah sebagai sumber organisasi. Dan tentu saja, yang paling utama adalah para pengurus organisasi yang harus paling aktif. Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Organisasi harus Mempunyai Tujuan yang Jelas Organisasi dibentuk atas dasar adanyan tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan, misalnya: organisasi pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan antara lain; memberikan pelayanan bimbingan, khususnya kepada siswa-siswa peserta didik, terutama yang dipandang bermasalah dengan prestasi belajarnya 2. Prinsip Skala Hierarki Dalam suatu organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan 3. Prinsip Kesatuan Perintah Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja. 4. Prinsip Pendelegasian Wewenang Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingg

perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya. 5. Prinsip Pertanggungjawaban Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan. 6. Prinsip Pembagian Pekerjaan Suatu organisasi, untuk mencapati tujuannya, melakukan berbagai aktifitas atau kegiatan. Agar kegiatan dapat berjalan optimal, dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban serta menunjang efektivitas jalannya organisasi. 7. Prinsip Rentang Pengendalian Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi. Semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya. 8. Prinsip Fungsional Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta tanggungjawab seorang pegawai harus jelas. 9. Prinsip Pemisahan
15

Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang lain. 10.Prinsip Keseimbangan Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. Tujuan organisasi akan diwujudkan melalui aktifitas/kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktifitasnya sederhana (tidak kompleks), misalnya koperasi di suatu desa terpencil, struktur organisasinya akan berada dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar, seperti di Jakarta, Bandung atau Surabaya. 11.Prinsip Fleksibilitas Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal faktor) dan karena adanya pengaruh di luar organisasi (external faktor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya. 12.Prinsip Kepemimpinan Dalam organisasi, apa pun bentuknya, diperlukan pemimpin, atau dengan kata lain, organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut8. Menurut A. Dale Timpe (ed.) dalam bukunya, Seri Manajemen Sumberdaya Manusia Kepemimpinan (2000), dalam sebuah organisasi, peran terpenting dari pengelolaan organisasi adalah menyediakan kepemimpinan. Disamping itu, organisasi harus menetapkan tujuan dan sasaran
8 Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling, 167-169

organisasi serta mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada. Berkaitan dengan kepemimpinan ini, sekurang-kurangnya ada delapan sifat yang menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi yang akan mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk memusatkan. Pemimpin harus dapat menangkap perhatian setiap insan dalam organisasi dan dapat memancarkan pemikiran tunggal yang sangat tinggi dan memiliki dedikasi terhadap suatu pandangan 2. Pendekatan pada nilai yang sederhana. Pemimpin menganut seperangkat nilai dasar yang sederhana. Nilai itu dapat menjadi kerangka untuk membantu manajer (pembantu utamanya) mengambil keputusan. Nilai dasar yang diberikan pada setiap orang dalam organisasi merupakan sarana untuk memahami peristiwa 3. Selalu bergaul dengan orang. Pergaulan dengan pegawai di luar organisasi sama pentingnya dengan pergaulan didalam organisasi. Pemimpin yang efektif biasanya mempunyai jaringan kontak eksternal 4. Menghindari profesionalisme tiruan. Mengingat cepatnya perubahan sekarang ini, organisasi harus mengadakan perencanaan matang yang memaksa mereka untuk mempelajari tujuan jangka menengah dan jangka panjang, serta langkahlangkah untuk mencapainya. Pemimpin sejati mengetahui ke arah mana oraganisasi harus bergerak dan menghindari gerakan tidak produktif. 5. Mengelola perubahan. Sifat ini melengkapi sifat berpandangan luas. Selain memiliki bayangan dari masa depan oraganisasi, pemimpin harus terampil dalam mengadakan perubahan. Pemimpin yang
17

pandai harus dapat membuatnya terjadi 6. Memilih orang. Setiap pemimpin yang efektif mahir mengidentifikasi dan mempertahankan bawahan yang berbakat, mempromosikan mereka dari dalam organisasi 7. Hindari mengerjakan semua sendiri. Pemimpin yang berhasil, menyadari bahwa mereka tidak mengetahui semuanya; sebagai manusia biasa, mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan terbatas. Pemimpin organisasi yang berhasil cenderung mengarahkan perhatian mereka pada sejumlah indikator performa yang relatif terbatas 8. Menghadapi Kegagalan. Salah satu sifat dari pemimpin yang berhasil adalah kemampuan untuk menangani kegagalan. Bukan tidak mungkin, jika seorang pemimpin organisasi terpandang yang telah memperoleh serangkaian keberhasilan, mengalami beberapa kegagalan yang berakibat kemunduran perusahaan atau organisasinya. Akan tetapi, pemimpin yang sejati tidak akan ragu-ragu untuk menghadapi kemunduran ini dan akan mengakui tanggung jawabnya. Satu bidang yang memisahkan pemimpin organisasi dengan pemimpin sejati adalah naluri untuk tahu kapan harus menghentikan kegiatan penunjang maupun kegiatan utamanya. Dengan demikian, secara teoritis prinsip-prinsip dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling itu mengacu pada uraian-uraian di atas.

Rangkuman
1. Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah adalah perpaduan secara sistematis bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan, yaitu kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran

dan semua tenaga tata usaha dan lainnya untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2. Tujuan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dibentuk untuk mencapai: pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi pendidikan, dan efektifitas pendidikan. 3. Fungsi organisasi sebagai media yang menyatukan persepsi dan tujuan bersama yang akan dicapai, sedangkan manfaatnya antara lain: a. ruang lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas. b. Pelayanan bimbingan dilakukan bersama oleh tim kerja c. Sarana personal dan materiil dapat dimanfaatkan secara optimal d. Sifat bimbingan yang lebih ditonjolkan e. Pelayanan bimbingan mendarah daging dalam kehidupan sekolah . f. Kedudukan, wewenang dan tugas konselor diakui oleh staf pendidik di sekolah g. pelayanan bimbingan wawancara konseling tidak hanya meliputi

h. Lebih mudah menentukan urutan prioritas i. Tenaga bimbingan tidak dipandang satpam sekolah oleh para siswa. sebagai

j.

pelayanan bimbingan mengandung unsur proses


19

k. dibutuhkan orang yang telah mendapat pendidikan prajabatan yang memadai. 4. Dasar pola organisasi harus dipilih atas kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terkait di sekolah. Sedangkan prinsip yang harus dipegangi antara lain: a. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas b. Prinsip skala hierarki, artinya harus ada garis kewenangan yang jelas c. d. e. f. g. Prinsip kesatuan perintah Prinsip pendelegasian wewenang Prinsip pertanggungjawaban Prinsip pembagian pekerjaan Prinsip rentang pengendalian (rasionalisasi jumlah pegawai). h. Prinsip fungsional i. Prinsip pemisahan j. Prinsip keseimbangan k. Prinsip fleksibilitas l. Prinsip kepemimpinan

Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Jelaskan pengertian pengertian organisasi bimbingan dan konseling di sekolah! Unsure apa saja yang ada organisasi tersebut! 2. Jelaskan tujuan-tujuan dibentuknya organisasi bimbingan dan konseling di sekolah baik secara umum maupun khususnya! 3. Fungsi organisasi bimbingan dan konseling di sekolah

adalah media yang menyatukan persepsi dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Jelaskan dan beri contoh!. 4. Sebutkan 5 manfaat dibentuk organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dan jelaskan! 5. Carilah sekolah yang terdekat, dan cermatilah organisasi bimbingan konselingnya! Catatlah berapa prisip-prinsip organisasi yang telah diterapkan dalam organisasi tersebut!

21

Daftar Pustaka

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita, 2001), 29. Salahuddin, Anas, Bimbingan & Konseling, mengutip dari Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Sukardi, Dewa Ketut, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2003). Wingkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2010).

You might also like