You are on page 1of 44

FERTILISASI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau selsel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagiangimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi. Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan lele) perlu memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan. Hal ini harus diimbangi dengan upaya

perbaikan dan peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Saat ini disinyalir telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan lele yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan lele seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi (Thorgaard, 1983; Yamazaki, 1983; Carman etal.,1992; Shepperddan Bromage, 1996 dalam Mukti, 2001 ).

Tolak ukur keberhasilan budidaya ikan adalah produksi ikan dengan pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang singkat. Target produksi dapat berupa jumlah ikan yang dihasilkan (menghitung tingkat kelangsungan hidupnya) khususnya untuk sekuen kegiatan pembenihan dan dapat pula berupa bobot yang dihasilkan (menghitung biomassa) pada sekuen kegiatan pembesaran. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan perlu dikaji.

Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat

tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan organ atau sel organ tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya.

1.2 Tujuan v Mahasiswa mengenal secara detail pembuahan (fertilisasi) terutama pada ikan mas. v Mengetahui pengertian dari fertilisasi tersebut.

v Melaksanakan praktikum fertilisasi secara benar dengan tahapan-tahapan yang telah di ajarkan v Sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti UAS. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuahan atau fertilisasi merupakan asosiasi gamet, dimana asosiasi ini merupakan mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Rasio pembuahan sering digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur. Penggabungan gamet biasanya disertai dengan pengaktifan telur. Selama fertilisasi dan pengaktifan, telur-telur ikan teleostei mengalami reaksi kortikal. Kortikal alveoli melebur, melepaskan cairan

koloid, dan selanjutnya memulai pembentukan ruang periviteline (Kjorsvik et al., 1990 dalam Utiah, 2006). Kortikal alveoli muncul setelah terjadinya fertilisasi dan reaksi kortikal yang tidak lengkap menunjukkan kualitas telur yang jelek. Beberapa hal yang mempengaruhi pembuahan adalah berat telur ketika terjadi pembengkakan oleh air, pH cairan ovari, dan konsentrasi protein (Lahnsteiner et al., 2001). Telur yang belum dibuahi bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Di bawah khorion terdapat selaput yang kedua dinamakan selaput vitelin. Selaput yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Lapisan vitelin pada ikan mas mempunyai ukuran ketebalan 10.0-10.2 micro meter dan mempunyai struktur yang komplek dan terdiri dari 4 lapisan yang penamaannya berbeda berdasarkan penemu (Linhart et al., 1995 dalam Utiah, 2006). Lapisan bagian luar terdiri 2 bagian berdasarkan perbedaan sitokimia. Selanjutnya dikatakan bahwa kedua lapisan ini kaya akan protein. Selama oogenesis kuning telur mengakumulasi sejumlah besar yolk granules dan lipid yang terisi pada bagian tengah. Diameter granula berkisar antara 6-24 micro meter. Jumlah dan distribusi dari lemak (butir lemak) sangat bervariasi dengan diameter 1-1.5 micro meter (Linhart et al., 1995 dalam Utiah, 2006). Distribusi dari butir-butir lemak ini juga menjadi parameter kualitas telur.

Selama oogenesis, salah satu yang paling mencolok adalah pembentukan sebuah zona tebal yang sangat berdiferensiasi yang terdiri dari membran telur, membran vitelin, zona radiata, zona pelusida dan terletak diantara lapisan-lapisan granulosa dan oosit. Bergantung pada spesies dan tahap pertumbuhan oosit, membran telur bervariasi dalam hal ketebalan. Tebalnya 7-8 micro meter pada oosit ikan mas koki dan sekitar 30 micro meter pada rainbow trout (Kjorsvik et al., 1990 dalam Utiah 2006) .

Perubahan morfologi yang dialami membran mencerminkan adaptasi terhadap berbagai kondisi ekologi. Membran telur ini banyak mengandung protein dan karbohidrat. Belum dapat dipisahkan apakah asal membran ini dari oosit atau dari sel folikel atau dari kedua-duanya. Pada oosit kuda laut, Hippocampus erectus dan ikan pipa Syngnathus fuscus, membran dibentuk oleh oosit, sehingga diklasifikasikan sebagai selubung primer (Nagahama, 1983 dalam Utiah, 2006).

Menurut Kjorsvik et al. (1990) dalam Utiah (2006), morfologi sel juga sering digunakan untuk meneliti kualitas telur dan parameter morfologi ini lebih sensitif dibandingkan dengan kelangsungan hidup. Pada pembelahan awal (blastomer) embrio tidak berdifferensiasi, dan ini menjadi dasar untuk perkembangan embrio selanjutnya. Kerusakan pada sel ini akan mempengaruhi perkembangan akhir dari embrio, dan akhirnya akan terjadi kerusakan pada salah satu sel dalam perkembangannya.

Pengamatan juga termasuk melihat simetri pembelahan awal serta banyaknya embrio dan larva yang cacat.

Ukuran telur Ukuran telur dapat dinyatakan dalam banyak cara. Diameter tunggal yang biasa digunakan, tetapi diameter terpanjang juga kadang-kadang digunakan. Selain itu panjang telur dan lebar telur juga digunakan. Ukuranukuran telur yang lain mencakup volume telur, bobot basah dan bobot kering. Dari segi energetika istilah terbaik untuk ukuran telur adalah kandungan energi per telur atau joule per telur. Kalori telur menunjukkan jumlah energi yang tersedia bagi embrio untuk berkembangan. Ukuran telur berkorelasi dengan ukuran larva. Larva yang besar lebih tahan tanpa pakan dibandingkan dengan larva berukuran kecil yang dipijahkan dari telur kecil. Hubungan positif antara ukuran larva dan ukuran telur telah dilaporkan untuk Salmo salar, Onchorhynchus mykiss, Onchorhynchus keta, dan Clupea harengus (Kamler, 1992). Keuntungan ukuran awal yang dimiliki larva yang menetas dari telur besar dapat kurang berarti selama perkembangan selanjutnya, atau bahkan hilang. Pada Salmo salar keuntungan ini hilang setelah 5 minggu pertama pertumbuhan; padaOncorhynchus mykiss keuntungan ini hilang setelah 16 minggu (Kamler, 1992 dalam Utiah, 2006). Kemampuan larva yang kecil untuk bertumbuh sehingga mempunyai kecepatan yang sama dengan larva yang lebih besar sangat penting untuk tujuan komersial. Potensi yang

sangat penting adalah menemukan kelangsungan hidup telur dan larva tidak dipengaruhi oleh ukuran telur (Kjorsvik et al., 1990 dalam Utiah, 2006). Komposisi biokimia telur yang sehat menggambarkan kebutuhan embrio terhadap nutrisi dan pertumbuhan. Komponen tertentu diketahui essensial untuk organisme yang tidak dapat mensintesis nutrien tersebut. Komponen ini harus ada dalam jumlah tertentu untuk kebutuhan fisiologi. Oleh karena itu parameter biokimia kualitas telur dapat digunakan. Hasil evaluasi biokimia kualitas telur sebelum fertilisasi mungkin dapat digunakan. Material yang diperlukan selama perkembangan secara umum dapat dibagi menjadi 1) diperlukan secara langsung untuk sintesis jaringan embrionik, dan 2) digunakan untuk energi metabolisme (Tang dan Affandi, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah total dan relatif berbagai nutrien yang diperlukan jelas bervariasi bergantung kepada faktor seperti waktu pengeraman, ukuran ikan pada waktu menetas dan lamanya anak-anak ikan memerlukan persediaan bahan endogen sebelum menemukan semua keperluan dari sumber lain.

Kadar protein, lipid dan karbohidrat berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup larva. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisinya menentukan besar kecilnya ukuran telur (Kamler, 1992 dalam Utiah, 2006). Hasil penelitian dari pemijahkan induk belanak garis (striped mullet) dalam beberapa fasilitas yang berbeda (air laut dan air payau atau ditempatkan di dalam gedung serta di kolam air

payau), menunjukkan kadar asam oleat, eikosanoat dan arakidonat yang berbeda kadarnya pada telur induk matang (Tamaru et al., 1991 dalam Utiah, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pematangan induk akan mempengaruhi kandungan kimia telur. Penelitian yang dilakukan oleh Holcomb et al., (2004) menunjukkan korelasi negatif antara konsumsi oksigen dengan pembuahan telur pada telur ikan steelhead dan Chinook salmon. Pada penelitian tersebut terungkap bahwa hubungannya terjadi karena pertumbuhan bakteri, sehingga telur sample yang sudah dieliminasikan dengan pertumbuhan bakteri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara laju konsumsi oksigen dengan pembuahan. Laju konsumsi oksigen pada telur steelhead sebesar 3.4 nmol O2 per telur per jam, dan 4.3 nmol O2 per telur per jam untuk telur chinook salmon. Pada kebanyakan spesies non-mamalia, oosit mencapai ukuran akhir selama vitellogenesis dan memulai tahap pematangan serta ovulasi bila ada stimulasi hormonal yang mencukupi (Carnevali, et al., 2006). Namun seperti pada kebanyakan vertebrata, oosit ikan teleost yang sudah mencapai pertumbuhan akhir belum dapat dibuahi dan harus mencapai tahap akhir penyelesaian pembelahan meiotik dan perubahan struktur oosit. Proses tersebut meliputi GVBD (germinal vesicle breakdown), kondensasi kromosom, pembentukan spindel meiotik pertama, pelepasan polar bodi pertama (Nagahama, 1987) dan pembentukan microphyle sebagai saluran masuknya sperma ketika terjadi fertilisasi (Thomas, et al., 2002).

Meskipun faktor yang mengontrol pemijahan pada ikan di bawah pengaruh beberapa gen akan tetapi beberapa rangsangan yang dipengaruhi oleh satu gen secara kritis mempengaruhi tingkah laku pemijahan. Potensi untuk memanipulasi pemijahan pada ikan merupakan salah satu bidang untuk mendapat perhatian dari teknologi transgenik. Gen-gen yang mengontrol parameter reproduksi secara spesifik pada ikan harus dapat diidentifikasi dan diisolasi.

Metode untuk memanipulasi kematangan gonad pada ikan secara genetik memungkinkan dilakukan. Ikan yang matang gonad lebih cepat dibandingkan dengan yang normal cenderung untuk mengembalikan penampilan pertumbuhan superiornya. Adanya teknologi untuk memacu kematangan gonad yang menghasilkan telur, menyebabkan nilai pasar untuk telur-telur ikan (caviar) telah meningkat lebih cepat. Hal ini potensial dilakukan pada spesies ikan-ikan tertentu yang memiliki harga jual yang tinggi, seperti : sturgeon, ikan kerapu, napoleon dan lain-lain sebagainya. Semua proses tersebut dikendalikan oleh sistem syaraf pusat sebagai respon terhadap perubahan lingkungan (Carnevali, et al., 2006) dengan peran tiga mediator utama: gonadotrophin (GTH), MIH (maturation-inducing hormone) dan MPF (maturation-promoting factor) (Nagahama, 1987). Sinyal lingkungan yang ditangkap sistem syaraf direspon hipothalamus dengan mengeluarkan gonadotrophin releasing factor (GnRH) yang menstimulasi pelepasan pituitary gonadotrophin, GtH I atau FSH (folliclestimulating hormone) dan GtH II atau LH (luteinizing

hormone) (Carnevali, et al., 2006). Menurut Suzuki, et al. dalam Yaron (1995), kedua substansi tersebut menstimulasi sekresi estradiol dari folikel tetapi GtH II lebih potent menstimulasi sekresi 17,20-P dari folikel postvitellogenik.

BAB III METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Dalam melaksanakan Praktikum tentang pengamatan fertilisasi dibawah sinar mikroskop ini dilakukan pada : Hari / Tanggal Tempat Vedca Cianjur. Waktu : Kamis / 10 April 2008. : Laboratorium Departemen Perikanan : 16.50 WIB selesai.

3.2 Alat dan Bahan Alat :

Mangkok

Bulu ayam Pipet tetes Mikroskop Kain / Lap Cawan Petri Gelas obyek Seser Spuite Bak Penampungan

Bahan

Induk ikan Mas Yang sudah matang gonad Larutan Fisiologis Aquades Tissue Ovaprim

3.3 Langkah Keja Adapun langkah kerja yang perlu dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut : 1. siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. lakukan penyuntikan pada induk ikan mas yang telah matang gonad. 3. tunggu sampai 6-9 jam, ikan akan siap untuk mengeluarkan telurnya. 4. lakukan pengurutan pada induk betina, ambil beberapa sampel telur.

5. ambil sperma pada induk jantan, dengan cara menyedot menggunakan spuit, ambil secukupnya saja. 6. encerkan sperma menggunakan larutan fisiologis. 7. letakan telur pada cawan petri, di kasih air sedikit, kemudian letakan di bawah kaca mikroskop dengan pembesaran 4 x. 8. pilih telur yang sudah matang, dengan ciri-ciri kuning telurnya sudah mengarah ke pinggir. 9. fokuskan layar ke telur yang sudah matang. 10. tuangkan sperma secara hati-hati ke dalam cawan petri yang berisi telur, kemudian amati proses terjadinya fertilisasi. 11. amati terus perubahan bentuk telur yang sudah di buahi 12. catat hasil pengamatan dan buatlah laporannya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Adapun hasil pengamatan tentang terjadinya fertilisasi, dapat disajikan pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Dipilih telur yang sudah mengalami kematangan. Hal ini bertujuan supaya mudah dalam pengamatan.

Gambar 2. telur yang sudah di tetesi sperma, sudah mulai mengalami perkembangan .

Gambar 3. sel telur terus menerus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat mengenai warna yang semakin lama semakin memudar.

Gambar 4. hampir seluruh sel telur tertutupi oleh perkembangan GV.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum pengamatan tentang proses terjadinya fertilisasi yang telah dilaksanakan, untuk mengamati terjadinya fertilisasi secara jelas, maka kita pilih terlebih dahulu gambar telur mana yang mengalami matang telur. Matang telur atau telur yang siap dibuahi, mengenai ciri yang paling terlihat adalah inti sel yang berada di pinggir atau mengarah pada dinding (mikrofil). Hal ini dapat kita lihat pada gambar 1.

Setelah ditemukan telur mana yang sudah matang, maka kita fokuskan perhatian pada telur tersebut. Kita amati secara cermat pada saat sel sperma yang telah diencerkan dengan air, dimasukan dalam cawan petri yang berisi telur.

Ternyata setelah diamati pada layar mikroskop, masuknya sperma ke dalam sel telur melalui lubang mikrofil, terjadinya sangat cepat sekali sehingga hanya beberapa dari kita yang benar-benar melihatnya. Sesaat setelah salah satu dari ribuan sperma masuk kedalam ovum, maka dalam telur terjadi suatu perubahan atau pengembangan. Dapat dilihat pada gambar 2.

Perubahan yang sangat mencolok yaitu mengenai warna telur itu sendiri. Setiap detik selalu mengalami perubahan dari warna yang tadinya cerah, lama-kelamaan warnanya menjadi pudar, hal ini dimungkinkan karena proses perkambangan sel telur yang suda dibuahi oleh sel sperma. Dapat dilihat pada gambar 3.

Kita mengamatinya selama 4 jam, dan ternyata pekembangan tersebut telah menunjukan perkembangan bentuk telur yang sangat cepat, hanya dengan waktu beberapa jam saja telur sudah ada tanda-tanda mau menetas. Fertilisasi eksternal (khas pada hewanhewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi. Fertilisasi internal(khas

untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam daerahreproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, teluritu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum identifikasi terjadinya fertilisasi pada telur ikan, adalah sebagai berikut :

v Proses terjadinya fertilisasi pada telur ikan terjadi sangat cepat, begitu sperma diteteskan, maka ada salah satu dari beribu-ribu sperma yang masuk ke dalam sel telur. v Sel telur terus menerus mengalami perkembangan setelah sperma masuk ke inti sel telur.

5.2 Saran Supaya kita dapat lebih cermat lagi dalam mengidentifikasi proses terjadinya fertilisasi, maka perlu pengamatan secara teliti dan seksama, agar kita mengetahui proses masuknya sel sperma ke dalam sel telur. Sehingga bisa juga mengetahui lubang mikrofil berada di sebelah mana.

Selain itu juga, sebaiknya mengenai alat mikroskop dengan menggunakan layar, perlu ditambah lagi, supaya tidak saling berebut dalam pengamatan. Dan yang lebih utamanya lagi yaitu supaya proses terjadinya fertilisasi lebih jelas diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Holcomb, M., Cloud, J. G., Woolsey, J. and Ingermann, R. L. 2004. Oxygen consumption in unfertilized salmonid eggs: an indicator of egg

quality? Comparative Biochemistry and Physiology Part A: Molecular & Integrative PhysiologyVolume 138, Issue 3, July 2004, Pages 349-354 Lahnsteiner, F., B. Urbanyi, A. Horvarth, and T. Weismann. 2001. Bio-markers for egg quality determination in cyprinid fish. Aquaculture, 195:331-352. Mukhopadhyay, T., Nandi, S., and Ghosh, S. 2004. Lipid profile and fatty acid composition in eggs of Indian featherback fish Pholui (Notopterus notopterus Pallas) in comparison with body-tissue lipid. Journal of Oleo Science: Vol. 53 (2004) , No. 7 323-328 Utiah, A. 2006. Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17? dan Tiroksin. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan. Pembenihan ini merupakan awal untuk memulai budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk dapat menghasilkan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti diimbangi dengan pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan melalui pembenihan yang baik dan berkualitas. Pembenihan buatan sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis ikan, terutama bagi ikan ikan yang penjualannya tinggi di pasaran diantaranya seperti ikan lele. Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, waduk, sawah yang tergenang air. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan (Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu akan sulit terpenuhi. Berdasarkan uraian di atas pemijahan pada ikan lele dapat dibantu dengan pemijahan buatan, dengan cara pemberian hormon. Pemberian hormon ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu terkendala musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan. Oleh karena itu praktikum teknologi pembenihan ikan ini sangat diperlukan untuk dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam mengetahui teknik pembenihan pada ikan. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dalam praktikum ini adalah: 1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara ikan jantan dan betina melalui pengamatan pada seks primer dan sekunder ikan. 2. Mahasiswa diharapkan mampu menyediakan hormon GnRH dari ekstrak kelenjar pituitary. 3. Mahasiswa dapat mengenali induk ikan yang siap memijah. 4. Mahasisawa dapat mengetahui cara penyuntikan ikan, mengetahui teknik stripping, mengetahui teknik pencampuran telur dan sperma, mengetahui teknik inkubasi telur, membedakan antara bentuk telur yang

terbuahi dan tidak terbuahi, dan mengetahui perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan telur. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini yakni dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa mengenai teknik pembenihan ikan sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara langsung dalam praktek ke depan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi dan Taksonomi Ikan 2.1.1 Identifikasi dan taksonomi ikan komet Menurut Goernaso (2005), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Actinopterygii Ordo : Chpriniformes Famili : Chyprinidae Genus : Carassius Gambar 1. morfologi ikan komet Spesies : Carassius auratus Berdasarkan gambar 1. morfologi ikan komet yakni bentuk tubuhnya memanjang dan memipih, tegak dengan mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari jari luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur yang sama (Anonim, 2011).

2.1.1 Identifikasi dan taksonomi ikan nila Kingdom :Animalia Phylum :Chordata Class :Osteichtyes Ordo erciformes Famili :Cichlidae Genus :Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Gambar 2. morfologi ikan nila Berdasarkan gambar 2. morfologi ikan nila yaitu tubuh ikan ini berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin tidak jelas pada ikan dewasa. Bagian bawah perut berwarna putih dengan letak mulut di ujung tengah . Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, baru dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, disamping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh (Anonim, 2011). 2.1.3 Identifikasi dan taksonomi ikan bawal Menurut Guzfir (2009), identifikasi dan taksonomi ikan bawal sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Craniata Kelas : Pisces Subkelas : Neoptergii Ordo :Cypriniformes Subordo : Cyprinoidae Gambar 3. Morfologi ikan bawal Famili : Characidae Genus : Colossoma Spesies : Colossoma macropomum Berdasarkan gambar 3. morfologi ikan bawal memiliki warna tubuh abuabu tua. Dengan bentuk tubuh tegak dan membulat, sisik berbentuk cycloid berwarna perak dan pada kedua sisi tubuhnya terdapat bercak hitam. Tubuh bagian ventral dan sekitar sirip dada ikan bawal muda berwarna

merah, Ikan bawal memiliki bibir bawah yang menonjol dan memiliki gigigigi besar dan tajam. Induk ikan jantan dan betina dapat diseleksi berdasarkan perbedaan kelamin sekunder. Pada umumnya, induk ikan betina memiliki postur tubuh melebar dan pendek, operculum halus dan warna kulit lebih gelap. Perut dan bibir urogenitalnya berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan lubang kelamin agak membuka. Sedangkan postur ikan jantan relatife lebih langsing, panjang dan operculumnya agak kasar (Abbas, 2001). 2.1.4 Identifikasi dan taksonomi ikan lele Menurut Suyanto (2007), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Sub-phyllum : Vertebrata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Familia : Clariidae Genus : Clarias Gambar 4. Morfologi ikan lele Species : Clarias batrachus Berdasarkan gambar 4. morfologi ikan lele berbentuk silinder, dengan kepala pipih ke bawah, sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih ke samping. Warna tubuh hitam gelap. Mulut berada di ujung moncong, dengan dihiasi 4 pasang sungut. Mata kecil dengan tepi orbital yang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Ciri-ciri induk betina ikan lele adalah genital papila berbentuk bundar (oval), bagian perut relatif lebih besar, gerakan lambat, jika di raba bagian perut terasa lembek dan alat kelamin berwarna kemerah merahan. Sedangkan induk jantan dicirikan dengan genitalnya meruncing ke arah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna kemerahan selain itu ada perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan (Suyanto, 1991). 2.2 Teknik Pembenihan Ikan

2.2.1 Pembenihan ikan lele Pembenihan ikan lele dimulai dengan mempersiapkan induk, induk yang dipilih yakni induk yang sehat, tidak cacat, gerakannya lincah, tidak terkena parasit atau penyakit dan yang sudah matang gonad. Induk jantan yang matang gonad tanda tandanya apabila perut lele diurut ke arah anus, akan mengeluarkan sperma. Dan induk betina yang telah matang gonad tanda tandanya perut telah membesar, jika diraba terasa lunak, lubang kelamin membesar dan berwarana kemerah merahkan. Jika perut distriping akan keluar telur. Apabila sebanyak 90 % dari telur tersebut bergaris tengah 1 mm dikatakan lele betina telah matang kelamin. Pembenihan ikan lele terbagi dalam 2 cara, yaitu : secara alami dan secara buatan (Anonim, 2011). 2.2.2 Fertilisasi alami dan buatan ikan lele Pemijahan ikan lele secara alami dapat dilakukan dengan memijahkan induk jantan dan betina tanpa perlakuan khusus. Induk ikan lele memijah berdasarkan kondisi alam dan ikan itu sendiri. Kelemahan pemijahan secara alami adalah pemijahan induk belum dapat diperkirakan waktunya sehingga ketersediaan telur juga belum dapat diperkirakan. Pada ikan lele yang akan dilakukan pemijahan secara buatan maka pengambilan sperma dilakukan dengan pembedahan perut induk jantan. Selanjutnya sperma diambil dan dibersihkan dari darah dengan menggunakan tissue. Kelenjar sperma dipotong-potong dengan menggunakan gunting kemudian ditekan secara halus untuk mengeluarkan sel sperma dari kelenjar sperma tersebut, lalu diencerkan di dalam larutan sodium clorida 0.9 % dalam mangkuk plastik yang bersih. Pengurutan induk betina dilakukan dengan hatihati agar induk tersebut tidak terluka. Telur induk betina tersebut ditampung dalam baki dan pada waktu yang bersamaan sperma yang telah disiapkan sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan sperma diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu ditambah air sampai semua telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur terbuahi oleh sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang (Gusrina, 2008). 2.2.3 Perkembangan dan penanganan telur ikan lele Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage),

stadia morula (morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia organogenesis. a. Stadia Cleavage Cleavage adalah pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Stadium cleavage merupakan rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera setelah terjadi pembuahan yang menghasilkan morula dan blastomer. b. Stadia morula Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. c. Stadia blastula Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, meso-dermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoels dan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. d. Stadia gastrula Gastrulasi adalah proses perkembangan embrio, dimana sel bakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mengalami perkembangan lebih lanjut. e. Stadia organogenesis Organogenesis merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan embrio. Stadia ini merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang. Dalam proses organogenesis terbentuk berturut-turut bakal organ yaitu syaraf notochorda, mata, somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord linea lateralis, jantung, aorta, insang infundibullum dan lipatan-lipatan sirip. Sistem organ-organ tubuh ( Zairin.M.J., 2002 ).

Menurut Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004 untuk penanganannya telur ikan lele biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum ini dilakukan pada tanggal 28 hingga 30 Mei 2011 di Lingsar-Lombok Barat dan dilanjutkan dengan pengamatan telur pada tanggal 30 Mei 2011 di lab Budidaya Perairan Universitas Mataram. 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang memberi gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data atau kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga melipuknik ti analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang Teknik Pembenihan Ikan yang meliputi : seksualitas primer dan sekunder pada ikan nila, komet, dan bawal ; pemijahan buatan terhadap ikan lele ; dan perkembangan telur ikan lele. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1). Observasi lapangan; 2). Partisipasi langsung; 3). Wawancara; dan 4). Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya

dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain seperti dosen, asisten dosen dan masyarakat yang terkait pada bidang perikanan,khususnya bidang pembenihan ikan. 3.4 Prosedur Pengamatan 3.4.1 Seksualitas Primer dan Sekunder Ikan Ikan komet, nila dan bawal masing-masing satu pasang dimasukkan ke dalam akuarium. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap warna, bentuk tubuh, bentuk sirip dan morfologi lainnya dari ketiga ikan tersebut. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan. Kemudian dilanjutkan dengan mengamati alat kelamin luarnya. Diamati perbedaan bentuk alat kelamin, jumlah saluran pengeluaran, dan warna alat kelaminnya. Setelah itu dilakukan pembedahan pada pada ikan tersebut kemudian diamati bentuk gonad, dan bagian dalam gonad. Pengamatan isi gonad dengan menggunakan mikroskop. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan dan disimpulkan apakah ikan tersebut jantan atau betina dari semua data yang ada. 3.4.1 Pembuatan ekstrak kelenjar pituitary Dimulai dengan mempersiapkan ikan donor dan ditentukan dosis atau berat ikan donor yang akan digunakan (berdasarkan berat induk yang akan disuntik). Dipotong kepala ikan donor sampai putus pada tepi operculum. Kepala ikan yang telah dipotong diletakan dengan posisi mulut menghadap ke atas, lalu sayat mulai dari dekat lubang hidung ke bawah. Dibuka tengkorak ikan agar otaknya dapat terlihat dengan jelas. Lemak, darah, dan jaringan-jaringan yang biasanya menutupi otak dibersihkan dengan tissue, lalu diangkat otak tersebut. Biasanya kelenjar hipofisa tertinngal pada sella tursica berbentuk bulat kecil berwarna putih. Diambil kelenjar hipofisa tersebut dengan hati hati dengan menggunakan pinset, kemudian dihancurkan dalam penggerus jaring dengan cara memutarkan batang alurnya sambil diletakkan dam sambil di beri aquades sekitar 0,2 ml. Setelah benar-benar hancur, ditambahkan NaCl 0.9 % sebanyak 0.2 ml sehingga menjadi 1-1,5 ml atau tergantung kebutuhan (tidak boleh lebih dari 5 ml). Dengan menggunakan spuit berjarum besar, dipindahkan suspensi ke tabung sentrifuse, lalu di sentrifuse hingga jaringan-jaringan kasar mengendap. Sebagai hasilnya diperoleh suspense yang agak jernih.

Suspense tersebut di ambil dengan menggunakan jarum spuit untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang beresih. Pastikan ampas kelenjar hipofisa tidak ikut terambil. Kemudian ekstrak kelenjar hipofisa siap disuntikan. 3.4.2 Fertilisasi Buatan Induk ikan yang siap disuntik diamati bentuk dan warna alat kelaminya. Bagian genitalnya ditekan dengan halus sampai ada cairan yang keluar. Larutan hormon buatan ovaprim disuntikan pada bagian punggung sebelah kanan. Penyuntikan I dilakukan dengan dosis 0.1 ml atau 70 %, dengan kemiringan 450 mengarah ke kepala. Enam jam kemudian dilakukan penyuntikan kedua dengan dosis 0,05 ml. Bagian yamg disuntik adalah bagian punggung sebelah kiri. Selanjutnya delapan jam kemudian induk betina distriping dan induk jantan diambil gonadnya dengan jalan pembedahan. Sperma dan telur dicampur secara merata dan ditebar pada kakaban dalam akuarium. 3.4.3 Perkembangan Telur Dimulai dengan mengambil telur yang telah terbuahi dalam akuarium. Setelah itu dilakukan pengamatan pada telur dengan menggunakan mikroskop. Dilakukan pengamatan setiap 10 menit pada 2 jam pertama setelah fertilisasi. Dilakukan pengamatan setiap 30 menit mulai pada jam ke-2 sampai pada jam ke-7. Dilakukan pengamatan setiap 60 menit mulai jam ke-7 hingga penetasan. Kemudian digambar setiap fase perkembangan embrio (sebaiknya menggunakan kamera) dan dicatat waktu pengamatan. 3.5 Alat dan Bahan Praktikum 3.5.1 Alat Alat alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah : akuarium, alat bedah, mikroskop, lup, penggerus, tabung reaksi, timbangan duduk, pipet tetes, talenan, kotak pendingin, selang kateter, petri dish, lap halus, mangkok porselain atau kaca, bulu ayam, aerator, gelas objek, stopwatch, termometer dan kakaban ijuk. 3.5.2 Bahan Bahan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah : induk ikan lele satu pasang, ikan komet satu pasang, ikan nila satu pasang, ikan bawal satu pasang, ikan donor (nila) 3 kg, aquadest, tissue, larutan pencuci telur, NaCl 0.9% dan telur ikan yang terbuahi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Seksualitas Primer dan Sekunder Ikan Tabel 1. Hasil pengamatan seksualitas primer dan sekunder pada ikan komet, nila dan bawal berdasarkan beberapa parameter pengamatan. Parameter Ikan Komet Ikan Nila Ikan Bawal ABABABC Seksualitas Sekunder Warna/pola warna Warna sirip putih Warna sirip merah Abu cerah, warna mulut bawah kuning keputihan Abu gelap, mulut bawah kuning kemerahan Cerah, bagian bawah tubuh putih abu Abu gelap Abu cerah, Bentuk badan/proporsi badan ramping Badan kembung P: 15,7 cm L: 6,3 cm P: 15,5 cm L: 6,0 cm P: 16,7 cm L: 6,0 cm P: 16,6 cm L: 5,3 cm P: 14,5 cm L: 5,5 cm Bentuk sirip - - - - - - Perut Lembek Keras/kaku Seksualitas Primer Warna alat kelamin Merah kecoklat-an Merah kecoklat-an Putih,bulat kecil Merah, menonjol lonjong Saluran kelamin 1 2 2 2 Kesimpulan Jantan - Betina Betina Betina Jantan Betina Berdasarkan table 1. seksual primer dan seksual sekunder pada ikan menunjukan jenis kelamin dari ikan tersebut. Pengetahuan ini sangat penting dalam budidaya khususnya pada saat akan melakukan pembenihan ikan. Seksualitas primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testis beserta pembuluhnya untuk ikan jantan. Sedangkan seksuallitas sekunder ini menyangkut tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Jenis kelamin dari ikan ikan tersebut dapat diketahui setelah melakukan pembedahan pada ikan dan melihat gonadnya atau dengan kata lain mengacu pada seksualitas primernya. Sedangkan dari segi ciri ciri seksualitas sekundernya tidak dapat disimpulkan secara

langsung jenis kelamin dari ikan tersebut. Seksualitas sekunder ikan dapat dipengaruhi faktor luar seperti lingkungan sehingga tidak bersifat pasti. Untuk itu jenis kelamin ikan dapat diketahui secara langsung dengan memperhatikan genital dan gonad dari ikan tersebut (seksualitas primer). 4.2 Pembuatan ekstrak kelenjar pituitary Tabel 2. Hasil pengamatan pembuatan ekstrak kelenjar pituitary berdasarkan jumlah berat ikan induk dan donor. Uraian Jumlah Berat induk 1 kg Berat total ikan donor 3 kg Volume total ekstrak kelenjar 0.5 ml Berdasarkan table 2. untuk pembuatan ekstrak kelenjar Kelenjar hipofisa (pituitary) banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan gonad. Le tak kelenjar hipofisa ini terdapat pada bagian otak sebelah depan. Untuk kebutuhan ikan yang memiliki bobot 1 kg diperlukan 3 kg ikan donor, dengan kata lain perbandingannya 1:3.Setelah mendapatkan kelenjar tersebut kemudian digerus dengan alat gerus dalam tabung reaksi dan ditambahkan NaCl sebanyak 0,2 ml. Tujuan pemberian NaCl agar terlepasnya ampas dari larutan karena ampas ini akan dapat menyumbat saat akan dilakukan penyuntikan dan agar larutan tersebut lebih encer sehingga mudah untuk disuntikan ke ikan indukan. Pada kelompok empat hasil ekstrak kelenjar pituitarynya tidak digunakan karena terlalu sedikit sehingga digantikan dengan hormon ovaprim sebanyak 0,15 ml. 4.3 Fertilisasi buatan Tabel 3. Hasil pengamatan fertilisasi buatan ikan lele dengan parameter tertentu. Parameter Ikan Lele Berat induk jantan/betina 300 gram Kesiapan induk untuk disuntik Ada telur yang keluar Gambar telur yang diambil Jenis dan volume serta waktu penggunaan hormon Hormon ovaprim

sebanyak 0.15 ml ( 0.3 x 0.5 ) Penyuntikan I sebanyak 0.1 ml jam 12.30 Penyuntikan II sebanyak 0.05 ml jam 18.30 Waktu fertilisasi Jam 03.20 Fertilisasi buatan atau pembuahan secara buatan dilakukan dengan bantuan manusia, dengan cara mempertemukan sel telur dengan sel sperma pada suatu tempat tertentu dan dengan alat tertentu. Proses melakukan pembuahan buatan ini diperlukan sikap kehati-hatian agar induk tidak terluka atau proses penempelan sperma pada sel telur merata. Meratanya sperma menempel pada telur akan menambah jumlah pembuahan sperma pada sel telur. Proses pembuahan buatan ini membutuhkan waktu tertentu, maksudnya jika terlalu lama maka sperma atau sel telur bisa mati atau terganggu. Jika demikian keadaannya proses pembuahan tidak akan berhasil dengan baik. Pada praktikum kali ini sebelum dilakukannya fertilisasi buatan diawali dengan pengecekan kesiapan induk untuk penyuntikan dengan cara melakukan striping terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena induk yang berhasil untuk dipijahkan yakni induk yang telah telah melewati fase pembentukan kuning telur (fase vitellogenesis) dan masuk ke fase dorman dimana dilihat dari adanya telur yang keluar jika diurut perutnya (ovulasi). Setelah mengetahui induk betina itu siap maka indukkan tersebut disuntik dengan hormon ovaprim sebanyak 0,15 ml. Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan disini bahwa setiap 1 ml ovaprim mengandung 20 ug GnRH-a(D-Arg6-Trp7, Lcu8, Pro9-NET) LHRH dan 10 mg anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008). Penyuntikannya dilakukan dengan bertahap dan dengan beberapa kali dosis. Untuk penyuntikan pertama dengan dosis 70 % sebanyak 0,1 ml pada punggung sebelah kanan. Enam jam kemudian disuntik kembali dengan dosis 0,05 ml yakni 30% namun pada punggung sebelah kiri agar menghindari ikan tersebut merasa sakit jika disuntik ditempat yang sama. Delapan jam kemudian induk betina distriping dan telurnya dikumpulkan dalam ember.

Ikan lele jantan dibedah dan gonadnya diambil kemudian spermanya dicampurkan dengan sel telur. Setelah dicampur merata kemudian ditebarkan dalam akuarium yang berisi kakaban dan diberi aerasi. Pengamatan telur kemudian dilakuakan setelah satu jam dari fertilisasi tersebut. 4.4 Perkembangan Telur Tabel 4. Hasil pengamatan perkembangan telur ikan lele pada setiap waktu pengamatan dan stadia perkembangan. Waktu Pengamatan Stadia Perkembangan Keterangan atau Gambar Jam 04.10 Fase persiapan pembelahan Jam 04.30 Fase persiapan pembelahan Jam 05.10 Fase persiapan pembelahan Jam 05.40 Fase persiapan pembelahan Jam 06.10 Fase persiapan pembelahan Jam 06.40 Fase persiapan pembelahan Jam 07.10 Fase persiapan pembelahan Jam 07.40 Fase persiapan pembelahan Jam 08.10 Fase persiapan pembelahan Jam 08.40 Fase persiapan pembelahan Jam 09.10 Fase gastrula Jam 10.10 Fase gastrula Jam 11.10 Fase gastrula Jam 13.15 Fase blastula Jam 14.00 Fase gastrula Jam 15.00 Fase gastrula Jam 16.00 Fase gastrula Jam 17.00 Fase gastrula Jam 18.00 Fase gastrula Jam 19.00 Fase gastrula Jam 20.00 Fase gastrula Jam 21.00 Fase embriogenesis Jam 00.00 Fase embriogenesis Jam 01.00 Fase embriogenesis Jam 02.00 Fase embriogenesis Jam 03.00 menetas

Setelah induk ikan melakukan pemijahan maka sel telur dan sel sperma akan bertemu dan mengalami proses pembuahan (fertilisasi) yang akan membentuk zygot. Oleh karena itu pembuahan ini merupakan proses peleburan antara sel telur dan sel sperma untuk membentuk zygot. Setelah membentuk zygot maka setiap individu akan mengalami proses embriogenesis sebelum menetas nantinya. Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage), stadia morula (morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia organogenesis atau embryogenesis. Pada hasil pengamatan di atas fase persiapan pembelahan berlangsung selama 5 jam kemudian diikuti oleh fase gastrula selama 11 jam namun pada jam ke 4 didapatkan fase blastula hal ini dikarenakan fertilisasi tidak berlangsung secara merata sehingga adanya perbedaan fase pada seluruh telur tersebut. Setelah fase gastrula diikuti dengan fase embriogenesis dan setelah 23 jam telur tersebut menetas. Namun hasil data ini masih belum solid dikarenakan alat untuk mengamati yang masih belum dapat mendukung secara optimal pengamatan ini dan sulitnya memastikan perubahan keadaan telur tiap fase yang berbeda. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan dan pembahasan yang terbatas pada lingkup praktikum ini adalah: 1. Ciri-ciri seksualitas primer dan sekunder dapat digunakan untuk mentukan perbedaan antara ikan jantan dan betina. 2. Dalam pembuatan ekstraksi kelenjar pituitary menggunakan 1 kg ikan resipien dengan 3 kg ikan donor yang digerus dan ditambahkan NaCl 0,9%. 3. Fertilisasi buatan dengan penyuntikan hormon ovaprim dilakukan secara bertahap dengan dosis yang berbeda. 4. Setelah terbentuknya zigot akan berlangsung proses perkembangan telur yang dimulai dari fase (cleavage), stadia morula (morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia organogenesis atau embriogenesis. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Ikan Komet (goldfish). http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. Diakses tanggal 5 Juni 2011. ________, 2011. Ikan Nila. http: Wikipedia.org/ikan nila.org. diakses tanggal 5 juni 2011. Anonim, 2009. Pembenihan Ikan Lele Dumbo. http://ikan mania.wordpress.com/ teknikpemijahanlele dumbo-sistem-inducedbreeding-kawin-suntik/. Diakses tanggal 5 Juni 2011. Goernaso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta. Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional. Jakarta. Guzfir, 2009. Klasifikasi Ikan Bawal. http://guzfir.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Juni 2011 Suyanto, 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. Tucker, C. S., and Hargreaves, 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam. Zairin, M. J., 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://auliazikri.wordpress.com/2011/06/23/pembenihan-ikan/

Klasifikasi dan morfologi ikan lele yaitu, Kingdom : Animalia, Sub-kingdom :Metazoa, Phyllum : Chordata, Sub-phyllum : Vertebrata, Kelas : Pisces (ikan yang punya insang untuk bernapas), Sub-klas : Teleostei ( ikan bertulang keras ), Ordo : Ostariophysi ( ikan yang dirongga perutnya sebelah atas ada tulang sebagai alat keseimbangan / sebagai tulang weber ), Sub-ordo : Siluroidea (berkulit licin, tidak bersisik), Familia : Clariidae ( kepala gepeng dan mempunyai alat pernapasan tambahan), Genus : Clarias, Species : Clarias batrachus.

Tengah badannya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.

Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Ada sedikit perbedaan dikalangan ilmuwan dalam menggolongkan ikan lele ini. Ada yang memasukan ikan lele ini kedalam ikan pemakan daging (karnivora). Adalagi yang memasukanya kedalam omnivora. SEKSUALITAS IKAN

Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Seksual dichromatisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu individu ikan merupakan ikan jantan atau betina berdasarkan warna yang dimiliki tubuh dan organ pelengkap lainnya, pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Sedangkan seksual dimorphisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu ikan jantan atau betina berdasarkan morphometrik yang dimiliki seperti ukuran tubuh atau bentuk sirip punggung. Beberapa jenis ikan juga memiliki dua alat kelamin pada tubuhnya yang sering disebut dengan ikan hermafrodit. Ikan hermafrodit dibagi menjadi tiga bagian yaitu hermafrodit sinkroni, hermafrodit protandri, dan hermafrodit protogini. Hermafrodit sinkroni yaitu apabila di dalam gonad individu terdapat sel sex betina dan sel sex jantan yang dapat masak bersama-sama, misalnya pada ikan famili Serranidae. Hermafrodit protandri yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina, misalnya pada ikan Kakap (Lates calcarifer). Sedangkan ikan hermafrodit protogini yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase jantan, misalnya pada ikan belut sawah (Monopterus albus). Selain hermafroditisme, pada ikan juga terdapat Gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda dimana pada ikan bertahap juvenile gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya. Gonad tersebut akan

berkembang sebagian menjadi ovarium dan sebagian lagi menjadi testes tapi tidak terjadi masa diferensiasi atau intersex yang spontan. Misalnya pada ikan Anguila anguila dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdeferensiasi. Faktor yang mempengaruhi komponen reproduksi atau kematangan gonad diantaranya umur dan fisiologi induk ikan itu sendiri. Secara umum spesies ikan dari ukuran ,maksimum terkecil dan mempunyai siklus hidup yang pendek, mencapai kematangan gonad pada usia lebih muda dari pada spesies ikan maksimum besar. Pada proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan bertambah ukurannya. Perkembangan gonad ikan secara garis besar dibagi atas dua tahap perkembangan utama yaitu pertumbuhan gonad sehingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual/gamet. 1. Ciri-ciri induk lele jantan: - Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina. - Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina. - Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan. - Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress). - Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina. - Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani). - Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina. 2. Ciri-ciri induk lele betina - Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan. - Warna kulit dada agak terang. - Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus. - Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung. - Perutnya lebih gembung dan lunak. - Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur). TINGKAT KEMATANGAN GONAD Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum). Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila

pengamatan dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter beberapa butir telur. Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual ) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup yang pendek akan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Dalam Biologi Perairan pencatatan perubahan atau tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan TKG akan didapatkan informasi, kapan satu jenis memijah, baru memijah atau sudah memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut tersebar tersebar pada pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat. Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, telur dan sperma ikan semakin berkembang. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal. Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain dipengaruhi oleh suhu dan adanya lawan jenis, faktor dalam antara lain perbedaan spesies, umur serta sifatsifat fisiologi lainnya. Ukuran, berat gonad dan garis tengah telur bervariasi sesuai dengan kondisi tingkat kematangan gonad ikan betina. Terjadinya perbedaan awal mula suatu individu ikan mengalami matang gonad disebabkan oleh umur, ukuran dan faktor fisiologis ikan itu sendiri. Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan telur. Pengukuran indeks kematangan gonad dihitung dengan cara membandingkan berat gonad terhadap berat tubuh ikan dengan rumus : IKG = (Bg : Bt ) x 100 % Di mana : IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad (g) Bt = Berat tubuh (g) Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Kesteven membagi tingkat kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu: a. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa. b. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar. c. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerahmerahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih. d. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah. e. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini jernih dan masak. f. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium. g. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur.

h. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali. i. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah. Sedangkan pengamatan tingkat kematang gonad menurut Nikolsky (Bagenal & Braum (1968) dalam Effendie, 1997) yaitu : a. Tidak Masak. Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil. b. Masa Istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad berukurankecil, telur tidak dapat dibedakan oleh mata. c. Hampir Masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warna ros/kemerah-merahan. d. Masak. Produk seksual masak, mencapai berat maksimum tetapi produk tersebut belum keluar bila diberi sedikit tekanan pada perut. e. Reproduksi. Produk seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa bila perut sedikit ditekan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai. f. Keadaan Salin. Produl seksual telah dikeluarkan, lubang genitak berwarna kemerahan. Gonad mengempis, ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa. g. Masa Istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata. Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus. Ciri induk ikan betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang membesar sangat lembut, dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila telur yang keluar secara pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak kecoklatan atau hijau kekuningan maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada gonad ikan jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang terletak dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, meruncing dan menyebar kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah matang kelamin.

FEKUNDITAS JUMLAH TELUR Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir

jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air. Apabila sampai pada tahun-tahun tertentu permukaan air sungai selalu tinggi, fekunditas ikan tinggi pula, bila dibandingkan dengan tahun lain yang permkaan airnya rendah. Kejadian yang sama dapat terjadi pula untuk ikan-ikan yang hidup di rawa, karena sering pula permukaan air rawa dari tahun ke tahun tidak sama sebagai akibat pemasukan air yang tidak tetap. Untuk mengetahui penyebaran diameter telur dilakukan pengukuran diameter telur dengan mengambil butiran pada bagian anterior, tengah, dan posterior pada ovarium sebelah kanan dan kiri. Serta perkembangan telur ditandai dengan ukuran diameter telurnya. Untuk menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap metoda memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan menghitung nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan. Macam-macam fekunditas Definisi fekunditas telah banyak dikemukakan. Namun, spesies-spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi umum lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Menurut Nikolsky (1967), jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang keIV(menrut Nikolsky 1969) dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas individu ini baik diterapkan pada ikan-

ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu tahun sekali. Selanjutnya Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969). Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil. Umumnya fekunditas relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. PEMIJAHAN Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadinya persatuan sel produksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan. Dari persatuan kedua macam sel tersebut akan terbentuk individu baru yang akan menambah besarnya populasi. Persatuan kedua macam sel seks tadi ada yang terjadi di dalam tubuh (pembuahan di dalam atau fertilisasi internal) dan ada pula yang terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan fertilisasi internal mempunyai perlengkapan tubuh untuk memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan organ khusus (copulatory organ) untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat pada ikan jantan saja.

Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Induk jantan : Alat kelamin tampak jelas, meruncing Perutnya tetap ramping, jika perut diurut akan keluar sperma Tulang kepala lebih mendatar disbanding betinanya Jika warna dasar badannya hitam (gelap) Umur induk jantan di atas tujuh bulan Induk btina : Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar Tulang kepala agak cembung Geraknya lambat Warna badannya lebih cerah dari biasanya Induk betina berumur satu tahun. Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah. Apabila telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan memijah atau kawin. Perkembangan telur dan sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat yang disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormone (GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone gonadotropin secara alami akan terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan banyak jumlahnya di dalam indung telur. Sampai suatu saat telur-telur menjadi matang untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Namun kematangan telur yang terjadi dalam indung telur belum tentu segera diikuti oleh kemauan induk untuk memijah sehingga diperlukan rangsangan yaitu dengan mengubah iklim atau sifat-sifat air yang dapat membei rangsangan bagi lele untuk membentuk hormone gonadotropin lebih banyak lagi. Perkembangan muakhir untuk merangsang pemijahan ikan lele saat ini dapat menggunakan hormone buatan atau hormone sintetis yang telah banyak diproduksi.

Beberapa jenis hormone tersebut antara lain Ovaprim, HCG, LHRH. Persyaratan penggunaan hormone sintetis adalah induk lele hsrus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang gonad). AWAL DAUR HIDUP Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan suatu hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda. Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada diploten dari profase meiosis pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma ( endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis. Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Untuk Clarias sp oosit terbagi dalam 6 kelas, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium pertama dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut: a. Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilineosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di tengah. b. Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel. c. Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan provitilin nukleoli mengelilingi inti. d. Stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti. Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiate tampak jelas pada epitel folikular. e. Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas.

f. Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas. PENUTUP Lele jantan mempunyai ciri seksualitas yaitu, Kepalanya lebih kecil dan Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina; Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol memanjang ke arah belakang yang terletak di belakang anus dengan warna kemerahan; Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress); Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina; Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani); Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina. Sedangkan Ciri-ciri induk lele betina antara lain, Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan; Warna kulit dada agak terang; Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus; Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung; Perutnya lebih gembung dan lunak; Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur). Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Ciri induk ikan betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang membesar sangat lembut, dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila telur yang keluar secara pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak kecoklatan atau hijau kekuningan maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada gonad ikan jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang terletak dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, meruncing dan menyebar kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah matang kelamin. Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas ikan lele sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air, semakin tinggi permukaan air maka fekunditasnya ikut tinggi pula. Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda. Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada diploten dari profase meiosis pertama. Pada

stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma ( endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Kirimkan Ini lewat Email

http://sidimpuan-online.blogspot.com/2012/07/aspek-biologi-reproduksi-ikan-lele.html

You might also like