You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir, dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber air tanah yang baik terutama pada daerah - daerah pematang pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keberagaman sistem akuifer, posisi, dan penyebaran penyusupan atau intrusi air laut secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya kegiatan pengambilan air tanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri secara besar-besaran.

Gambar 1.1 Penampang Melintang Pertemuan Air tanah dan Air Laut

Penyebaran intrusi air laut pada berbagai kedalaman di sekitar kawasan pantai kota Semarang adalah sebagai berikut :

1.

Pada kedalaman tanah 5-17.5 m, air tanah asin sudah mencapai Simpang Lima Semarang (Pusat Kota Semarang), sedangkan air tanah payau sudah mencapai wilayah Kecamatan Semarang Selatan.

2.

Pada kedalaman tanah 50-75 m, air tanah asin mencapai sebagian wilayah Kecamatan Semarang Barat, dan air tanah payau mencapai sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang Barat dan Semarang Tengah.

3.

Pada kedalaman tanah 100-125 m, air tanah asin mencapai Kecamatan Tugu, Semarang Utara, Semarang Timur, dan Genuk. Sedangkan air tanah payau mencapai sebagian wilayah Kecamatan Semarang Barat.

Kondisi hidrogeologi di kawasan tersebut perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi. Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga kelestarian alam. Padahal keberadaan air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa sekarang ini penyusupan atau intrusi air laut di daerah Semarang sudah sangat meningkat dan sudah mencapai kondisi kritis, sehingga membutuhkan penanganan yang lebih intensif.

Pengambilan Air Tanah Hasil Penelitian Sihwanto dan Sukrisno Tahun (2002) Jumlah penduduk di daerah cekungan air tanah Semarang (CAS) pada tahun 2002 + sebanyak 3.802.779 jiwa, dengan perkiraan kebutuhan air bersih +131.768.333 m3/tahun, namun baru sekitar 61.848.969,14 m3/tahun (46,9%) dipasok oleh PDAM. Sehingga sebagian kebutuan Industri di daerah CAS masih memanfaatkan air tanah dengan cara membuat sumur bor. Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di daerah Semarang pengambilan air tanah cenderung meningkat, sebagai gambaran pada tahun 1900 tercatat jumlah pengambilan air tanah sekitar 427.050 m3/tahun yang disadap dari 16 sumur bor. Pada tahun 1982

telah meningkat tajam mencapai 13.672.900 m3/tahun disadap dari 127 sumur bor. Kemudian pada tahun 1990 menjadi 22.473.050 m3/tahun disedot dari 260 sumur bor dan pada tahun 1999 tercatat jumlah pengambilan air tanah di daerah CAS telah mengalami penigkatan sebesar 292,4 %.

Perubaaan Kondisi Air Tanah Perkembangan pengambilan air tanah yang pesat di daerah CAS ini telah menunjukkan terjadinya perubahaan kondisi dan lingkungan airtanah, sebagai pencerminan terjadinya kerusakan tata air tanah di daerah CAS. Buktibukti yang menunjukkan adanya perubahaan tersebut diantaranya: Penurunan jumlah air tanah pada sistem akuifer tekanan di daerah pantai Semarang, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan muka airtanah yang mencapai lebih dari 25 m apabila di hitung dari kondisi awal, dan kini kedudukannya kini sudah berada di bawah muka laut, bahkan kini telah dijumpai adanya kerucut penurunan muka airtanah pada kedudukan 20 m di bawah muka laut. Penurunan mutu air tanah pada sistem akuifer tertekan di daearah dataran pantai Semarang, yang ditunjukan oleh semakin meluasnya sebaran zona airtanah payau/asin di daerah dataran pantai Semarang, serta meningkatnya kadar kegaraman dan nilai daya hantar listrik air tanah pada beberapa sumur bor di daerah tersebut. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagai pelabuhan utama di Jawa Tengah mempunyai peranan penting bagi perekonomian sehingga tuntutan akan jasa pelabuhan semakin meningkat. Peningkatan permintaan akan jasa pelabuhan mendorong aktivitas pelabuhan semakin tinggi sehingga harus diimbangi dengan pengelolaaan lingkungan di kawasan pelabuhan yang memadai. Selain aktivitas di pelabuhan, lingkungan sekitar pelabuhan pun sebagai salah satu penyebab adanya intrusi air laut karena amblesnya daratan di sekitar kawasan pelabuhan. Oleh karena itu, karya ilmiah dengan judul Fenomena Intrusi air Laut di Sekitar Pelabuhan tanjung Emas dapat memberikan informasi umum mengenai kondisi Pelabuhan Tanjung Emas sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi topografi dan geografi pelabuhan Tanjung Emas? 2. Bagaimana proses terjadinya intrusi air laut pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas? 3. Apa saja dampak dari intrusi air laut pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas? 4. Bagaimana solusi pencegahan dan penanggulangan intrusi air laut pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas?

1.3 Tujuan Tujuan karya ilmiah ini adalah : 1. Menjabarkan kondisi topografi dan geografi daerah pelabuhan Tanjung Emas. 2. Menjabarkan proses terjadinya intrusi air laut terjadi pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas. 3. Menguraikan dampak dari intrusi air laut pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas. 4. Memberikan solusi pencegahan dan penanggulangan intrusi air laut pada daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas.

1.4 Manfaat Secara teoretis, gagasan penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan untuk lebih peduli terhadap lingkungan khususnya dalam hal pengelolaan dan pemberdayaan lingkungan. Secara praktis, manfaat gagasan tertulis ini dapat dirasakan bagi penduduk di wilayah sekitar pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan pemerintah. Dengan adanya pemaparan tentang intrusi air laut dan solusi mengenai permasalahan tersebut, penduduk di sekitar maupun pemerintah lebih memahami secara spesifik efeknya bagi kehidupan mereka. Dari sektor perekonomian, pemerintah lebih

mengoptimalkan pelayanan dan perbaikan pelabuhan yang menjadi salah satu sumber aset kota Semarang.

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Topografi dan Geografi Kota Semarang Secara geografis wilayah kawasan pantai Kota Semarang terletak pada Bagian Utara dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara geografis terletak pada 6o5552,5 LS 6o5845 LS dan 110o1718 BT 110o2925 BT. Berada pada ketinggian 0 3 m dari permukaan. Kawasan pantai mempunyai luas lahan 5.039,17 Ha, yang meliputi 6 kecamatan dan 17 kelurahan. Rincian wilayah pantai seperti Tabel 2.1 dan Gambar 2. Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai 13,6 km. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal.

Gambar 2.1 Wilayah Pantai Kota Semarang

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kelurahan Di Wilayah Pantai Tahun 1998. No 1. Kecamatan Semarang Barat Kelurahan (1) Tawangsari (2) Tambakharjo (3) Tanjung Mas 2. Semarang Utara (4) Bandarharjo (5) Panggung Lor (6) Terboyo Kulon 3. Genuk (7) Terboyo Wetan (8) Trimulyo (9) Kulon (10) Mangunharjo (11) Wetan 4. Tugu (12) Randugarut (13) Karanganyar (14) Tugurejo (15) Jerakah 5 6. Semarang Timur Gayam Sari (16) Kemijen (17) Tambakrejo 475,49 223,70 796,84 153,43 140,90 69,75 5.039,17 347,12 Luas Wilayah ( Ha ) 209,20 375,83 324.00 343,00 123,47 285,40 127,50 295,90

Mangkang 399,82

Mangkang 347,82

Total

Sumber: Profil Wilayah Pantai Semarang Dan Laut Kota Semarang, Bappeda, 2000. Secara topografi wilayah pantai Kota Semarang merupakan dataran rendah dengan kemiringan 0 2%. Ada empat karateristik pantai yang dijumpai, yaitu: (1) berelief rendah dengan garis pantai pasir pantai, (2) berelief rendah tersusun endapan aluvium dan kombinasi paparan lumpur dan hutan bakau, (3) berelief rendah tersusun oleh endapan aluvium dan berupa endapan lumpur, (4) kawasan pelabuhan atau daerah rekreasi.

2.2 Kondisi Lingkungan Pemukiman di Sekitar Pelabuhan Tanjung Emas Meningkatnya pembangunan yang dicanangkan pemerintah kota

Semarang melalui pembangunan jangka panjang telah menimbulkan kendala yang dapat mengurangi manfaat dari hasil-hasil pembangunan. Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini adalah adanya kerusakan lahan yang terjadi di beberapa daerah aliran sungai dan penurunan muka tanah, khususnya Semarang bagian bawah. Perkembangan penduduk yang meningkat setiap tahun merupakan salah satu kendala dalam permasalahan kerusakan lahan dan penurunan muka tanah. Sejalan dengan pertambahan penduduk, terjadilah peningkatan kebutuhan hidup baik secara kuantitas maupun kualitas. Di lain pihak ketersedian sumber daya lahan dan pemukiman sangat terbatas. Kondisi yang saling bertentangan ini akan meningkatkan tekanan penduduk atas sumber daya lahan, dimana pada suatu saat tekanan pengunaan lahan akan melebihi daya dukung lahan. Selain itu PDAM baru mampu memasok air bersih sebesar (46,9%) untuk kebutuhaan sehari-hari dan industri, sehingga kekurangannya mengambil air tanah dengan cara membuat sumur gali, sumur pasak, dan sumur bor. Salah satu kawasan yang paling rawan terhadap masalah lingkungan tersebut adalah Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Pada kawasan ini tinggi genangan air pasang maksimal mencapai 0,60 m dan amblesan/penurunan tanah antara 0,15 sampai 0,25 m per tahun. Konsekuensinya, masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tanjung Mas harus menanggung kerugian fisik berupa kehilangan bangunan rumah total setelah jangka waktu 12 hingga 30 tahun dari masa awal pembangunan serta penyediaan perabot rumah tangga setiap 3 tahun sekali, dan juga kerugian sosial yang dialami penduduk dalam setiap kali terjadi kenaikan muka air laut, serta implikasi yang ditimbulkan terhadap peran kawasan pantai kecamatan Semarang Utara.

2.3 Intrusi Air Laut Intrusi air laut adalah masuknya air laut kedalam pori - pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. Intrusi air laut telah terjadi di

beberapa tempat, terutama daerah pantai seperti Indonesia,

Belanda (Ernest,

1969), Long Island, dan USA (Luscinzky dan Scwarzenski, 1966). Di berbagai belahan dunia sudah terjadi intrusi air laut dan apabila fenomena tersebut sering terjadi maka akan membuat kualitas air tanah semakin menurun setiap harinya. Air laut akan tercermin dari harga daya hantar listrik, Na dan Cl yang tinggi dalam suatu sampel air. Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air tawar dan akibatnya air laut akan mudah mendesak air tanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan air tanah. Pada kondisi alami, air tanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan. Sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan air tanah dan tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan air tanah terhadap laut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Fenomena intrusi air laut semakin kompleks ketika pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penulisan Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Pemilihan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara cermat mengenai keadaan atau gejala tertentu pada objek kajian.

3.2 Data Penulisan Data dalam penulisan karya tulis ini hanya menggunakan data primer yang diantarnya mencakup: 1) buku-buku yang relevan dengan topik penulisan, 2) karya ilmiah, dan 3) artikel dari internet.

3.3 Prosedur Penyusunan Karya Tulis Penyusunan karya tulis ini telah melalui langkah-langkah yang sistematis, sehingga diperoleh hasil kajian yang lengkap dan terstruktur. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini yaitu: 1) menemukan dan merumuskan masalah, 2) mencari dan menyeleksi sumber-sumber kepustakaan yang relevan, 3) menganalisis data-data untuk menjawab permasalahan, 4) merumuskan alternatif pemecahan masalah, 5) menarik simpulan dan

merekomendasikan saran, dan 6) menyusun karya tulis.

10

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Kondisi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Kota Semarang adalah satu di antara kota-kota besar di Indonesia dan menjadi ibukota Propinsi Jawa Tengah. Luas daerah administrasi 373,7 Km, terdiri dari 16 kecamatan dan 117 kelurahan, mempunyai letak geografis yang strategis sebagai pusat pemerintahan. Peta administrasi Kota Semarang dapat di lihat pada (Gambar 1.2).

Gambar 4.1. Peta adminstrasi kota Semarang (Sumber:www.Semarang.go.id) Dilihat dari kondisi topografis, Kota Semarang terdiri dari dua unit morfologi, di bagian selatan (kota atas) terdiri dari perbukitan, merupakan kaki gunung Ungaran yang terbentang dari timur ke barat, mulai dari Tanah Putih, Tegal Sari, Siranda sampai Gajah Mungkur, sedangkan dataran aluvial pantai terletak di bagian utara (kota bawah). Kota di bagian utara (kota bawah) yang berbatasan dengan laut jawa memiliki beberapa problem yang berkaitan dengan topografi. Problem-problem lingkungan fiskal yang timbul di lingkungan pantai antara lain abrasi, sedimentasi, genangan, intrusi air laut, pengendapan angin, erosi angin, pengaraman tanah dan pencemaran air tanah (Sutikno, 1983) 11

Diantara 16 kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan Semarang Utara merupakan daerah padat penduduk. Beberapa kelurahan selain letaknya di tepi Pantai Utara Jawa juga merupakan muara Kali Semarang, kelurahan-kelurahan ini sering dilanda banjir genangan. Tiga penyebab banjir genangan di wilayah ini, yaitu (1) Kondisi Topografinya relatif datar (0 - 2%) apabila waktu hujan yang cukup lama dengan intensitas yang tinggi maka tenggang waktu air hujan yang mengalir ke laut cukup lama, sehingga terjadi banjir genangan, (2) Akibat padatnya hunian dan kurang teraturnya saluran drainase menyebabkan aliran air tidak lancar, (3) Lokasi dekat pantai dan letaknya di muara Kali Semarang, saat terjadi pasang, air laut masuk melalui kali semarang dan kali baru terus mengalir melalui saluran drainase ke pemukiman. Kelurahan Tanjung Mas berada di wilayah Kecamatan Semarang Utara, meliputi areal seluas 323,782 Ha terdiri dari 271,782 Ha lahan kering (pekarangan/bangunan/emplase-men) dan 52 Ha lahan basah (tambak).Kawasan Kelurahan Tanjung Mas mencakup dua wilayah lingkungan/kampung, yaitu Lingkungan/ Kampung Tambak Lorok di bagian Utara dan Lingkungan/Kampung Sido-dadi di bagian Selatan. Kelurahan Tanjung Mas adalah salah satu kelurahan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Semarang Utara. Peran kawasan yang mempunyai aktifitas cukup tinggi ini, karena mempunyai nilai akses yang tinggi, lokasinya yang strategis, dekat dengan pusat kegiatan, pusat kota, dan pusat transportasi. Dari hasil observasi lapangan pada beberapa area tampak lahan dan bangunan yang kosong yang tidak dipakai lagi dan tergenang. Sebagian area lainnya merupakan kawasan perumahan dan permukiman, industri, pegudangan, dan pelabuhan laut. Jalan arteri primer pada kawasan ini terlihat masih dalam proses penyelesaian. Jalan arteri primer ini berfungsi sebagai jalan penghubung menuju atau keluar dari pelabuhan laut yang dibangun untuk menjaga berlangsungannya

kegiatan transportasi. Pada tahun-tahun sebelumnya, ketika terjadi kenaikan muka air laut, kegiatan bongkar muat kapal di pelabuhan dan distribusi barang dan jasa terhenti. Jalan penghubung tidak dapat dilalui oleh kendaraan, karena

genangan air laut pasang yang terjadi secara rutin, sehingga pemerintah daerah

12

ataupun lembaga lain baik masyarakat perorangan maupun kelompok yang terkait dengan kegiatan tersebut mengalami kerugian.

Balai
Uta N ra
W E T S S

Pertemuan

Gambar 4.2: Situasi Wilayah Kelurahan Tanjung Mas

4.2 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Aktivitas manusia Faktor batuan Karakteristik pantai Fluktuasi air tanah di daerah pantai Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumber daya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai. Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam air tanah. Kondisi ini diimbangi dengan kemudahan

13

pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi. Pantai berbatu memiliki pori - pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam air tanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya jauh dari pantai. Pantai bergisik atau berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus. Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk dilakukan. Pantai berterumbu karang atau mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke pemukiman penduduk. Apabila fluktuasi air tanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada kondisi air tanah yang berkurang. Rongga yang terbentuk akibat air tanah rendah maka air laut akan mudah untuk menekan air tanah dan mengisi cekungan atau rongga air tanah. Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap. Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumber daya air terutama oleh aktivitas manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.

4.3 Dampak Intrusi Air Laut di Sekitar Pelabuhan Tanjung Emas

14

Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, terutama dampak negatif atau yang merugikan seperti : terjadinya penurunan kualitas air tanah untuk kebutuhan manusia, amblesnya tanah karena pengekploitasian air tanah secara berlebihan, sedang bagi tanaman ada yang toleran terhadap kandungan garam atau air asin yang tinggi seperti, tanaman daerah rawa pantai, yaitu pohon bakau. Bagi tanaman yang tumbuh di tanah dengan kandungan garam yang rendah atau tumbuh pada tanah biasa, umumnya respon terhadap peningkatan kadar garam antara lain: a. Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun yang diperkirakan akibat perubahan tekanan osmosis. Akibat menurunnya perbedaaan konsentrasi antara air sel dengan air tanah yang bergaram, diperkirakan akan menurun perbedaan tekanan osmosis relatif antara lain berfungsi menghisap air ke daun. b. Menyebabkan daun menjadi layu dan perubahan metabolisme akar. Berkurangnya kualitas air tanah karena sudah bercampur dengan air asin atau garam dan susah untuk mendapatkan air bersih. Bila hal ini dibiarkan, maka akan berdampak lebih besar terutama menganggu keseimbangan air tanah dengan air asin. Selain itu juga daerah yag terkena intrusi ini akan semakin luas terutama bagian hilirnya.

4.4 Solusi Pencegahan dan Penanggulangan Intrusi Air Laut Intrusi air laut adalah sesuatu yang dapat merusak lingkungan apabila dibiarkan dan tidak ada upaya yang dilakukan terutama bagi kelangsungan hidup manusia.Upaya yang harus dilakukan salah satunya adalah penghijauan. Kawasan recharge yang merupakan daerah tangkapan air yang berada pada kawasan topografi lebih tinggi juga terkena imbas pembangunan, sehingga daerah recharge mengalami perubahan fungsi. Semula daerah ini banyak ditumbuhi pepohonan dan merupakan daerah perkebunan dan hutan yang berperan cukup besar untuk proses penangkapan air.. Untuk itu perlu diadakan penghijauan pada daerah recharge yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air berfungsi kembali. Penghijauan ini tidak hanya dilakukan pada daerah recharge tetapi juga dilakukan disepanjang pesisir pantai atau daerah pantai. Penghijauan di daerah recharge

15

bertujuan untuk menangkap air. Daerah ini dapat berfungsi sebagai kawasan terbuka hijau jika letaknya pada bagian atas suatu daerah padat penduduk daerah ini akan menyimpan air hujan pada rongga-rongga tanah yang terbentuk dan mencegah. Sebagian air ini berperan mengairi dan sebagian akan terserap dan masuk kedalam tanah menjadi bagian dari cadangan air tanah (yoshida 2001 dalam anonim, 2004a). Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya: a. Mengubah Pola Pemompaan Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan air tanah akan bertambah besar.

Gambar 4.3. Mengubah Pola Pemompaan b. Pengisian Air Tanah Buatan Muka air tanah dinaikkan dengan melakukan pengisian air tanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Gambar 4.4. Pengisian Airtanah Buatan

16

c. Extraction Barrier Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.

Gambar 4.5. Extraction Barrier d. Injection Barrier Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.

Gambar 4.6. Injection Barrier e. Subsurface Barrier Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.

17

Gambar 4.7. Subsurface Barrier Sedangkan bebarapa cara alami yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi intrusi air laut adalah penanaman mangrove di pesisir pantai. Dengan adanya hutan mangrove maka tekanan air laut tidak akan menyebabkan air laut merembes sampai daratan.

18

BAB V PENUTUP

1.1 Simpulan Simpulan dalam karya tulis ini adalah. 1. Kota di bagian utara (kota bawah) yang berbatasan dengan laut jawa yakni di sekitar pelabuhan Tanjung Emas memiliki beberapa problem yang berkaitan dengan topografi. Problem-problem lingkungan fiskal yang timbul di lingkungan pantai antara lain abrasi, sedimentasi, genangan, intrusi air laut, pengendapan angin, erosi angin, pengaraman tanah dan pencemaran air tanah 2. Intrusi air laut adalah masuknya air laut kedalam pori - pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. 3. Fenomena intrusi air laut yang terjadi di daerah sekitar pelabuhan Tanjung Emas semarang di akibatkan karena degradasi sumber daya air terutama oleh aktivitas manusia pada kawasan pantai. Amblesnya lingkungan pemukiman di sekitar pelabuhan menyebabkan tekanan air laut mencapai daratan sehingga iar laut masuk dalam air tanah di daratan. 4. Upaya pencegahan dan penanggulangan intrusi air laut daat dilakukan dengan cara mengubah pola pemompaan, pengisian air tanah buatan, Extraction Barrier, Injection Barrier, Subsurface Barrier, dan penanaman pohon mangrove.

5.2 Saran 1. Akibat intrusi air laut pada wilayah pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dewasa ini kawasan daerah sekitar pelabuhan rasa airnya sudah menjadi asin , maka disarankan agar wilayah tersebut untuk diupayakan pengelolaan laut seoptimal mungkin. 2. Untuk memperkirakan dampak terhadap lingkungan atau ekosistem perairan dan daratan wilayah pantai di sekitar pelabuhan Tanjung Ems memerlukan penetapan parameter penentu dan studi lanjutan yang mendalam.

19

You might also like