You are on page 1of 3

Setelah sediaan sampo sudah jadi, perlu dilakukan pengujian untuk penjaminan kualitas sampo tersebut.

Beberapa uji yang dilakukan pada sampo diantaranya adalah a. Penampilan fisik/Organoleptis Penampilan fisik sampo haruslah menarik, homogen, tidak pecah, dan mampu membentuk busa (Kumar, 2010). Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk, bau, dan warna sediaan sampo antiketombe yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak kubis. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009). b. pH pH sampo sangat penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas rambut, meminimalkan iritasi pada mata dan menstabilkan keseimbangan ekologis kulit kepala. Uji pH sampo dapat dilakukan menggunakan pH meter maupun kertas pH (Kumar, 2010). Pengukuran pH sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis dilakukan dengan menggunakan pH meter digital,dengan cara terlebih dahulu diencerkan dengan air suling dengan perbandingan 1 : 10.Elektroda pada pH meter digital dicelupkan ke dalam larutan sampai menunjukkan angka yang stabil. Pengukuran dilakukan seminggu sekali selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009). c. Viskositas Uji viskositas sampo dilakukan menggunakan viskosimeter Brookfield. Viskositas sampo akan berpengaruh pada saat filling ke wadah, proses pencampuran, dan pada saat pemakaian (Kumar, 2010). Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield. Caranya adalah dengan menempatkan sediaan sampo antiketombe yang akan diperiksa dalam gelas piala (200 mL), kemudian diletakkan di bawah alat viskometer Brookfield model LV dengan tongkat pemutar (spindel) yang sesuai.Spindel dimasukkan ke dalam sediaan sampai terendam. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009). d. Kemapuan dan stabilitas busa Uji kemampuan dan stabilitas busa dari sampo dilakukan denga metode cylinder shake. Caranya yaitu dengan memasukkan 50 ml sampo 1% ke dalam tabung reaksi 250 ml kemudian dikocok kuat selama 10 kali. Total volume dari isi busa diukur dan diamati penurunan dan stabilitas busanya (Kumar, 2010). e. Pengukuran Tinggi Busa Sediaan sampo antiketombe yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak kubis dibuat larutannya 1% dalam air. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur bertutup, dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan. Kemudian diukur tinggi busa yang terbentuk. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009). f. Pengukuran Tegangan Permukaan Pengukuran Tegangan Permukaan sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis dilakukan dengan menggunakan alat Stalagnometer (metode berat tetes), sebagai berikut :

i. ii. iii. iv. v.

Menentukan kerapatan air (sebagai standar) dan kerapatan sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasiekstrak kubis menggunakanPiknometer. Memasukkan air ke dalam Stalagnometer. Memasukkan Stalagnometer ke dalam termostat pada temperatur sebesar 25 C Menghitung jumlah tetesan yang jatuh dari Stalagnometer. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009).

g. Uji Tempel (Patch Test) Uji keamanan sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sampo pada kulit punggung kelinci, bulu dilokasi tersebut dikerok seluas lebih kurang 25 cm. Sediaan sampo yang akan diuji dibuat menjadi larutan 2% dalam air, kemudian baru dioleskan ke lokasi lekatan. Lokasi lekatan dibiarkan terbuka selama 24 jam,dan reaksi kulit yang terjadi diamati. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 3hari berturut-turut (Mita, 2009). h. Uji Iritasi terhadap Mata Sebagai binatang percobaan digunakan mata kelinci, dan sebagai sediaan uji adalah larutan sediaan sampo 10% dalam air. Sebanyak 0,1 mL sediaan yang telah diencerkan, diteteskan ke dalam salah satu kelopak mata kelinci dan kelopak mata yang satunya lagi digunakan sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan dengan pertolongan lampu senter selama 1 7 hari setelah penetesan, meliputi reaksi-reaksi yang terjadi pada kornea, iris, dan konjungtiva mata. Reaksi yang terjadi pada kornea, terlihat dengan adanya kekeruhan pada iris dan berubahnya ukuran pupil atau bahkan adanya pendarahan pada iris.Sedangkan reaksi yang terjadi pada konjungtiva adalah timbulnya kemerahan, pembengkakan, dan penutupan kelopak mata (Mita, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Ashok; Rakesh Roshan Mali.2010.EVALUATION OF PREPARED SHAMPOO FORMULATIONS AND TO COMPARE FORMULATED SHAMPOO WITH MARKETED SHAMPOOS, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 3, Issue 1, July August 2010; Article 025. Mita, Soraya Ratnawulan; Dewi Rusmiati; Sri Agung Fitri Kusuma.2009.Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var. Capitata l.) Asal Kabupaten Bandung Barat dalam Bentuk Sampo Antiketombeterhadap Jamur Malassezia furfur.Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran : Bandung.

You might also like