You are on page 1of 5

CAVUM ORIS Merupakan rongga dimana makanan mengalami permulaan untuk dicerna dan dikunyah secara mekanis yaitu

yang dilakukan oleh gigi yang dibantu ludah, dan secara chemis oleh adanya enzim ptyalin yang dihasilkan oleh kelenjar kelenjar ludah yang berada di dalam cavum oris. Cavum oris terbagi menjadi Cavum oris propius bagian cavum oris yang dibatasi oleh deretan gigi anterior Vestibulum oris bagian cavum oris antara pipi dan bibir sebelah lateral,

sedangakn deretan gigi disebelah medial/posterior Bibir (labia) Tersusun dari otot rangka (orbicularis oris) dan jaringan ikat. Berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.diferensiasinya : Permukaan luar bibir : dilapisi kulit yang berfolikel rambut, kelenjar keringat, serta kelenjar sebacea Area transisional : memiliki epidermis transparan Nampak merah karena banyak kapiler yang terlihat Bagian dalam bibir adalah membrane mukosa. Frenulum labia melekatkan labia pada gingival di garis medial

STENOSIS EXOFAGUS Definisi Penyempitan lumen esophagus pada 1/3 bagian bawah. Disebut stenosis jika penyebabnya tumor / penyebab lain (rekanalisasi pembuluh darah, kelainan vaskular, kecelakaan pembuluh darah), sedangkan disebut striktur jika terjadi akibat reaksi inflamsi dan nekrosis esophagus. Etiologi 1. Jinak(benigna) - bahan korosif/kaustik (endogen) - penyakit esophagus refluks - pascabedah transeksi esofagus : striktur pada 1/3 distal - pascaskleoterapik endoskopik : striktur pada 1/3 distal 2. Maligna (tumor/ kanker esofagus)terjadi pada semuabagian esofagus. Tumor dapat berasal dari: a) mukosa karsinoma sel skuamosa b) submukosa metastasis kanker dari luar esofagus( dari paru, payudara dan ovarium) Gejala Klinis - disfagia makanan padat mulai dirasakan bila lumen menyempit sampai 50% - rasa nyeri/ terbakar pada substernal - rasa tidak enak di dada ( ada yang mengganjal di substernal sewaktu makan) - mual dan muntah sehabis makan

- kekurangan gizi asupan makanan yang kurang Diagnosis - Anamnesis adanya gejala klinis : gangguan menelan makanan, rasa nyeri/ terbakar pada substernal, muntah sehabis makan (refluks), bahan korosif/ kaustik, pascabedah transeksi esofagus atau pascaskleroterapi endoskopik. - Pemeriksaan fisik dan penunjang. Pemeriksaan Fisik I : tanda-tanda malnutrisi konjungtiva pucatanemia sianosis sesak napas tanda aspirasi pneumonia masuknya A : ronki muntahan ke paru-paru Pemeriksaan Penunjang Radiologi - Penyempitan terjadi di bagian distal esofagus. pendek < 1 cm sedang 1-3 cm panjang 3-5 cm - Permukaan lumen yang menyempit dapat licin dan rata atau ireguler(maligna) Esofagoskopi pasien diminta puasa minimal 6 jam dan melakukan bilasan esofagus dengan air putih atau NaCl fisiologis melalui selang nasogastrik (NGT). Dapat dilihat: - lumen yang
82

menyempit dengan mukosa yang normal atau tidak rata dengan hiperemia(esofagitis) atau iregulerberbenjol-benjol(maligna). Patologi Anatomi - kerusakan jaringan tidak melewati lapisan muskularis mukosa. - fibrosis keras yang luas di daerah submukosa - penebalan dinding yang konsentrik - reaksi inflamsi ( infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN), hiperpalsia sel basal, elongasio papil ke arah permukaan) - jika terjadi ulserasi seperti pada esofagus Barret`sfibrosis lebih dalam meliputi seluruh dinding esofagus, dapat terjadi pemendekan esofagus. Diagnosis Banding Akalasia, spasme esofagus difus, divertikel esofagus, skleroderma, amiloidosis, miastenia gravis. Penatalaksanaan 1. Nutrisi nutrisi yang bergizi tinggi karbohidrat, protein, dan lemak seimbang. Dapat diberikan secara : a. Parenteral :melalui selang flocare (selang nasogastrik ukuran 7 french). Contoh: triofusin , aminofusin b. Enteral : makanan cair biasa / susu komersil 2. Pemberian vitamin dan zat besi 3. Terapi dilatasi non bedah: a. dilatasi per oral busi karet air raksa (merkuri), balon pneumatik. b. elektrokoagulasi secara endoskopik pada striktur pendek/ sedang c. terapi laser paliatif untuk striktur maligna. d. pemasangan stent esofagusstriktur maligna, striktur yang tidak mungkin dioperasi. e. penyuntikan steroid intralesi penyuntikan steroid per endoskopi pada striktur esofagus yang refrakter.
83

f. percutaneus endoskopic gastronomy (PEG) striktur maligna, striktur yang tidak mungkin dioperasi. Dibuat stoma gaster melalui kulit per endoskopik dan dapat

dimasukkan nutrisi yang adekuat. 4. Bedah Indikasi : - secara medis tidak ada kemajuan - lesi terlalu panjang - fibrosis transmural Merupakan terapi paliatif yang paling baik. Contoh :- reseksi striktur/ stenosis esofagus degan esofagogastrektomi - reseksi dengan interposisi jejunum atau kolon Pada pasien yang tidak mau direseksi dapat dilakukan gastrotomi operatif Pencegahan Jangan sampai terminum bahan korosif/ kaustik secara sengaja. Penggunaan kortikosteroid (masih kontroversi)

Akalasia (Kardiospasme, Esophageal aperistaltis, Megaesofagus) DEFINISI Akalasia (Kardiospasme, Esophageal aperistaltis, Megaesofagus) adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan saraf, yang tidak diketahui penyebabnya. Kelainan ini bisa mengenai dua proses, yaitu kontraksi dari gelombang yang berirama, yang mendorong makanan ke bawah (gerakan peristaltik) dan pembukaan katup kerongkongan bagian bawah. Akalasia bisa terjadi pada umur berapapun, tetapi biasanya dimulai pada usia antara 20-40 tahun dan kemudian berkembang secara bertahap selama beberapa bulan atau beberapa tahun. PENYEBAB Akalasia mungkin disebabkan oleh kegagalan fungsi (malfungsi) dari saraf-saraf yang mengelilingi kerongkongan dan mempersarafi otot-ototnya. GEJALA Gejala utamanya adalah kesulitan dalam menelan makanan, baik makanan cair maupun padat. Penyempitan katup kerongkongan bawah menyebabkan kerongkongan diatasnya melebar. Gejala lainnya bisa berupa nyeri dada, pemuntahan kembali (regurgitasi) isi kerongkongan yang melebar dan batuk pada malam hari. Nyeri dada dapat terjadi pada saat menelan atau tanpa alasan tertentu. Sekitar 1/3 penderita memuntahkan kembali makanan yang belum dicerna ketika tidur. Pada saat ini makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru, dan dapat menyebabkan abses paru, bronkiektasis (pelebaran dan infeksi saluran nafas) atau pneumonia aspirasi. Akalasia juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker kerongkongan, walaupun mungkin hanya kurang dari 5% dari kasus. DIAGNOSA Pemeriksaan rontgen kerongkongan yang diambil ketika penderita menelan barium akan menunjukan hilangnya gerakan peristaltik. Kerongkongan melebar, seringkali terdapat dalam ukuran yang tidak normal, tetapi bagian bawahnya menyermpit. Pengukuran tekanan di dalam kerongkongan (manometri), menunjukan berkurangnya kontraksi, meningkatnya tekanan menutup dari katup bagian bawah dan pembukaan katup yang tidak lengkap pada saat penderita menelan. Esofagoskopi menunjukkan pelebaran kerongkongan tanpa penyumbatan. Dengan menggunakan esofagoskopi bisa diambil contoh jaringan untuk biopsi, untuk meyakinkan bahwa gejalanya tidak disebabkan oleh kanker pada ujung bawah kerongkongan. Penyebab akalasia sering tidak berbahaya dan tidak menyebabkan sakit berat. Bila isi lambung terhirup ke dalam paru-paru, maka ramalan penyakitnya (prognosis) buruk, karena menyebabkan komplikasi paru-paru yang sulit diobati. PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah untuk mempermudah pembukaan katup kerongkongan bagian bawah. Pendekatan pertama adalah melebarkan katup secara mekanik, contohnya dengan

menggelembungkan sebuah balon di dalam kerongkongan. 40% hasil dari prosedur ini memuaskan, tetapi mungkin perlu dilakukan secara berulang. Dengan pemberian nitrat (contohnya nitroglycerin) yang ditempatkan di bawah lidah sebelum makan atau penghambat saluran kalsium (contohnya nifedipine), maka tindakan untuk melebarkan kerongkongan dapat ditangguhkan. Pada kurang dari 1% kasus, kerongkongan dapat pecah selama prosedur pelebaran, menyebabkan peradangan pada jaringan di sekitarnya (mediastinitis). Perlu dilakukan tindakan pembedahan segera untuk menutup dinding kerongkongan yang pecah. Pilihan pengobatan lainnya adalah dengan menyuntikkan racun botulinum pada katup kerongkongan bagian bawah. Pengobatan ini sama efektifnya dengan dilatasi (pelebaran) mekanik tetapi efek jangka panjangnya belum diketahui. Jika pelebaran atau terapi racun botulinum tidak berhasil, biasanya perlu dilakukan pembedahan untuk memotong serat otot pada katup kerongkongan bagian bawah. 85% kasus bisa diatasi dengan pembedahan, tetapi 15% diantaranya mengalami refluks asamsetelah pembedahan.

You might also like