You are on page 1of 35

HUBUNGAN FAKTOR OBESITAS DAN USIA LANSIA YANG MENYEBABKAN TERJADINYA DIABETES MELLITUS BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah republika Indonesia (Depkes RI 1999)

Di zaman modernisasi seperti komunikasi industri dan lingkungan telah menimbulkan berbagai perubahan dalam pola hidup manusia yang berdampak pada tingkat kesehatan seseorang baik secara positif maupun negatif, dampak negatif terhadap masalah kesehatan yang di akibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat diantaranya adalah penyakit diabetes mellitus (DM).

Diabetes mellitus merupakan penyakit akibat gangguan system endokrin yang paling banyak jumlah nya dan selalu meningkat dari tahun ketahun serta dapat menyerang semua orang dengan tidak memandang jenis kelamin. Diabetus militus dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe IDDM dan NIDDM Di Indonesia, penderita diabetes mellitus tipe 2 ini yang paling banyak, konon mencapai lebih dari 90 % dan umumnya disertai kegemukan dan pada umumnya diabetes mellitus tipe ini terjadi pada penderita diabetes diastas usia 40 tahun.

Di negara lain seperti di amerika serikat diabetes mellitus merupakan penyebab utama amputasi di luar trauma kecelakaan 30% pasien yang mulai mendapatkan terapi dialysis setiap tahun menderita diabetes mellitus. Diabetes juga berada pada urutan ke tiga sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit dan hal ini sebagian besar di sebabkan oleh angka penyakit arteri koroner yang tinggi pada penderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih dua belas juta orang dari tujuh juta dari dua belas penderita Diabetes Mellitus tesebut sudah terdiagnosis di Amerika Serikat kurang lebih enam ratus lima puluh ribu kasus Diabetes baru diagnosis setiap tahunnya (Healthy people, 2000-1990). Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah karawang mulai Januari sampai Desember 2009, hubungan factor obesitas dan usia lanjut yang Menyebabkan terjadinya Diabetes Mellitus. Fakor-faktor yang mempengaruhi terjadinya DM adalah faktor usia, pendidikan, obesitas dengan faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu ada pula faktor-faktor yang berhubungan dengan proses terjadinya DM faktor-faktor itu antara lain obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik.penderita yang dirawat dengan penyakit Diabetes Militus berjumlah 344 orang atau sekitar 73,98% dari seluruh jumlah penyakit DM, Dari data yang didapat penderita Diabetes Militus terbanyak di rawat di ruang rengasdengklok yaitu berjumlah 154 orang atau sekitar 44,76% dari seluruh pasien Diabetes Militus yang dirawat di seluruh ruangan RSUD Karawang.

B. Identifikasi Masalah Dari uraian diatas masalah yang akan ditelti adalah tentang Faktor Faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus C. Pembatasan Masalah

Dalam Penelitian membahas tentang Faktor Faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapat perumusan masalah sebagai berikut : apa saja factor yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus.

E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor faktor yang dapat menyebabkan Terjadinya diabetes mellitus. 2. Untuk mendapatkan jumlah penderita diabetes mellitus dengan berbaggai factor penyebab.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuankhususnya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Mellitus dan menerapkannya ilmu yang diperoleh dalam 2. Bagi subjek Memotifasi untuk menjalankan pola hidup sehat penelitian.

a.

Mengetahui berbagai factor penyebab terjadinya diabetes mellitus , sehingga bisa melakukan pencegahan penyakit DM secara maksimal.

3).

Bagi

lembaga

pendidikan

Memberikan informasi yang penting bagi institusi pendidikan kesehatan,sehingga mengambil langkah-langkah Sebagai penting suatu antisipasi referensi bahaya untuk penyakit diabetes bahan mellitus. penelitian

Sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

A.Pengertian Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.(Barbara C. Long, 1996) Diabetes mellitus adalah penyakit karena kekurangan hormone insulin sehingga glukosa tidak dapat diolah tubuh dan kadar glukosa dalam darah meningkat lalu dikeluarkan kemih yang menjadi merasa manis(Ahmad Ramali, 2000) Diabetes mellitus adalah masalah yang mengancam hidup atau kasus darurat yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut(Mariyinn E. Donges, 2000) Diabetes mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smletzer C.Suzanne, 2001).

B.Etiologi Diabetes tipe I ditendai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas dan diperkirakan penyebab destruksi sel beta diantaranya 1. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I tetapi mewarisi faktor predisposisi atau kecenderungan genetik terjadinya diabetes tipe ini. 2. Faktor Imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon otoimun, respon ini merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai benda asing. Oto antibodi terhadap sel-sel beta langerhans dan insulin endogen terdeteksi oleh diagnosa yang dilakukan. 3. Fakor lingkungan Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan lingkungan yang memicu destruksi sel-sel beta langerhans, sebagai contoh virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun sebagai destruktor sel-sel beta. Mekanisme tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan penting dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubugan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu obesitas, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 64 tahun ke atas), riwayat keluarga, kelompok etnik. C.Jenis-jenis Diabetes Mellitus Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan penyebab, perjalanan klinis, dan terapinya.

Klasifikasi yang dikembangkan oleh The Natoional Diabetes Data Groupof National Institutesof Healt (USA) yaitu: a) Tipe I Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) b) Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes mellitus (NIDDM) c) Diabetes melitus sekunder d) Diabetes melitus berhubungan dengan malnutrisi Terdapat dua klasifikasi lain yang berhubungan dengan abnormalitas matabolisme glukosa yaitu: a b ) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG) ) Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

D.Patofisiologi

Diabetes Mellitus tipe 1 terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses auto imun. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah karena terdapat peningkatan jumlah inulin yang disekresikan.

Etiologi DM Penghancuran sel pankreas DM Pengangkatan glukosa Retensi insulin Pengambilan glukosa darah oleh jaringan tak efektif Penurunan reaksi intra sel Proses auto imun Brunner & Suddarth, 2001

E.Komplikasi Komplikasi Diabetes Melitus dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: a) Komplikasi metabolik akut. 1)Ketoasidosis diabetikum. Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien akan mengalami hiperglikemia dan glukosa berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembekuan benda keton. Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik 2).Hipoglikemia Hipoglikemia biasanya terjadi akibat terapi insulin yang berlebih, konsumsi makan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Gejala gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin ( berkeringat, gemetar, sakit kepala dan palpitasi ), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak ( tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul dan koma ). 3)Sindrom Hiperglikemis Hiprsomolar Nonketotik Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis ( HHNK ) merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolar dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran ( Sense Of Awarness ). Pada saat yang sama tidak ada atau terjadi ketosis ringan. Salah satu perbedaan utama antara sindrom HHNK dengan ketoasidosis diabetic adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada sindrom HHNK. a) Komplikasi vascular jangka panjang.

1).Penyakit mikrovaskular a).Retinopati diabetikum, pada pasien diabetes akan mengeluh penglihatan kabur dan lebih berbahaya lagi terjadinya katarak lebih dini b).Nefropati diabetik, dapat ditunjukan dengan adanya proteinuria, hipertensi, jika hilangnya fungsi nefron terus beerkelanjuta pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. 2)Penyakit makrovaskuler a)Penyakit Arteri koroner. Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh aeteri koroner menyebabkan peningkatan insiden infark miokard pada pendeerita Diabetes Melitus. Salah satu cirri unik pada pendeerita arteri koroner yang diderita oleh pasien-pasien Diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Infark miokard asimtomatik hanya dijumpai melalui pemeriksaan elektrokardiogram. b)Penyakit Serebrovaskuler. Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam system pembuluh darah juga yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pemguluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas ( TIA : transient Ischemic Attack ) dan stoke. c)Penyakit vaskuler perifer Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah

merupakan penyebab meningkatnya insiden gangren dan amputasi pada pasien pasien diabetes. 3)Neuropati, keluhan yang dapat dijumpai diantaranya timbulnya nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi getar dan proprioseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dalam, kelemahan otot dan atrofi

F.Pemeriksaan Diagnostik Pada keadaan lebih lanjut dan progresif yang menojol adalah gambaran komplikasi diabetesnya: a) Neuropati perifer, keluhan yang terseringnya adalah kesemutan, rasa lemah dan baal.. manifestasi lain yang muncul pada neuropati ialah adanya hipotensi ortosatik, gangguan pengeluaran keringat, terkadang pula terdapat inkontinensia fekal maupun urin serta keluhan impotensi.. b) Retinopati diabetikum, pada pasien diabetes akan mengeluh penglihatan kabur dan lebih berbahaya lagi terjadinya katarak lebih dini. c) Nefropati diabetikum, dapat ditunjukan dengan adanya gambaran gagal ginjal menahun, seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat penumpukan cairan. d) Kelainan makrovaskular, dapat memberikan gambaran kelinan tungkai bawah baik berupa ulkus maupun gangren diabetik. e) Proteinuria. f) Kelainan koroner.

G.Insiden Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih dua belas juta orang. Tujuh juta dari dua belas juta penderita diabetes sudah terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. (Healty person 2000.1990) Di Indonesia penderita DM tipe dua paling banyak. Konon mencapai lebih dari 90 % dan umumnya disertai kegemukan dan terjadi pada usia diatas 40 tahun. Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama kebutaan yang baru diantara penduduk berusia 25 tahun hingga 75 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma

kecelakaan. 30 % pasien yang mulai mendapatkan terapi dialisis setiap tahun menderita diabetes. Diabetes juga berada di urutan ke tiga sebagai penyebab kematian.

H.Penatalaksanaan Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskular serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes melitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien . Ada lima komponen penatalaksanaan diabetes : a).Penatalaksanaan Diet Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes dan diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral. 2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai. 3) Memenuhi kebutuhan energi 4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan mengupayakan kadar gula darah mendekati normal. 5) Menurunkan kadar lemak jika kadar ini meningkat. b). Penatalaksanaan latihan Latihan sangat penting perannya dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya akan menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pamakaian insulin. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah dan menurunkan kolesterol. Bentuk latihan yang dianjurkan agar lamanya periode latihan ditingkatkan secara bertahap, bagi banyak pasien berjalan merupakan bentuk latihan yang aman dan bermanfaat 1)

karena tidak memerlukan alat khusus serta dapat dilakukan dimana saja. Pedoman umum latihan pada pasien diabetes: 1) Gunakan alas kaki yang tepat dan bila perlu gunakan alat pelindung kaki lainnya 2) Hindari latihan pada keadaan terlalu panas dan dingin. 3) Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan 4) Hindari latihan pada kondisi pengendalian metabolik buruk. c). Pemantauan glukosa dan lemak Pengendalian kadar glukosa darah secara mandiri Dengan melakukan pengontrolan glukosa secara mendiri pasien diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk pengendalian kadar glukosa secara optimal 1) Pengendalian hoperglikemia pada pagi hari Kenaikan kadar glukosa pada pagi hari disebabkan karena ketidakadekuatan insulin atau biasa disebut dengan fenomena fajar; fenomena ini diperkirakan terjadi akibat limpahan nokturnal sekresi hormon pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan akan kebutuhan insulin. 2). Hemoglobin glikosilasi Hemoglobin glikosilasi merupak pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode kurang lebih 2-3 bulan.

3). Pemeriksaan urin untuk glukosa Prosedur yang digunakan meliputi urin strip atau tablet pereaksi dan mencocokan warna pada strip dengan peta warna. 4). Pemeriksaan urin untuk keton Metode yang paling sering dilakukan untuk mendetekdsi ketonuria adalah penggunaan depstick yaitu alat ukur salahsatu tipe badan keton a) Terapi

Dalam terapi yang dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus adala terapi insulin, hal ini diberikan jika kadar insulin dalam tubuh berkurang. Hal ini karena insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah. Selama proses puasa, insulin menghambat pemecahan simpanan glukosa, protein dan lemak. Pada diabetes tahap I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin, dengan demikian insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tahap II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu pemberian diet oral, tahap ini masih membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari, untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis yang diperlukan sesuai dengan kadar glukosa dalam darah, maka pemantauan kadar glukosa dalam darah sangat penting. b). Penyuluhan cara penyuntikan insulin Penyuluhan sangat penting untuk melibatkan pasien dalam program terapi penyakitnya, penyuluhan ini bertujuan agar pasien mampu mandiri namun masih tergantung pada tim mediksi dalam memenuhi indikasi dan dosis pemberian insulinnya.

BAB III METODOLOGI

A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Di Ruang Rengasdengklok Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.

B. Etika penelitian Penelitian ini diawali dengan meminta perijinan terlebih dahulu terhadap pihak dengan membawa surat rekomendasi dari institusi STIKes kharisma kararwang dengan segala pertimbangannya,kemudian peneliti menhubungi responden dan menjelaskan kepada responden tentang penelitian ini agar responden bersedia untuk menjadi objek penelitian dan menandatangani surat kesediaan nya untuk dilakukan penelitian. C.Desain penelitain Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. korelasi yang bersifat Cross Sectional yaitu : memberikan gambaran tentang Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Diabetes Militus.

D. Kerangka konseptual

Keterangan : *) variable yang tidak di teliti Keterangan bagan : Dari kerangka konseptual penelitian tersebut di atas, dapat dilihat bahwa ada dua konsep tentang faktor predisposisi dan faktor yang mempengaruni terjadinya DM, dan konsep dari penderita DM itu sendiri. Tiap konsep, masing-masing mempunyai variable-variabel sebagai indikasi

pengukuran masing-masing konsep tersebut misalnya untuk mengukur faktor predisposisi, maka dapat melalui variable umur, pendidikan, dan pekerjaan. E.Variabel penelitian Variable dalam penelitian ini menggunakan variable bebas. variabel bebas yaitu Faktor yang menpengaruhi DM dan variabel terikat yaitu Diabetes Militus

F.Populasi dan sample Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.dan yang terkena setiap minggunya 5 orang.jadi untuk mendapatkan sample sebanyak 30 orang maka pengambilan datanya dilakukan selama 2 minggu. Pengambilan sample nya yaitu non probability sampling( sample non peluang) yaitu dengan proposiv sampling yaitu tehnik penempatan sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

n=

1 + N (d)

Keterangan : n : Perkiraan sampel d : Tingkat kepercayaan N : Perkiraan populasi Notoatmodjo, 2005.

n=

50

1 + 50 (0.05) n= 1 + 0.125 n= 1.125 n = 44.44 n = 44 orang Jadi jumlah yang di jadikan sample dalam penelitian ini adalah 44orang. 50 50

G.Depinisi konseptual dan operasional a) Definisi konseptual : Diabetes Mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor terjadinya Diabetes Mellitus yaitu diantaranya faktor usia, genetik, imunologi dan faktor lingkungan. (Sujanne C. Smeltzer & Brendick G. Hare, 2001) b). Definisi operasional : pada penelitian ini, diabetes mellitus pada usia dewasa adalah terganggunya sekresi insulin dari pancreas ke pembuluh darah sehingga pengambilan glukosa oleh jaringan menurun sehingga glukosa dalam darah meningkat. H. Instrument penelitian Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner Instrumen penelitian ini menggunakan tekhnik Quesioner Skala Guttmann yang digunakan apabila aspek yang ditanyakan tidak diuraikan hanya ditulis pokok-pokoknya saja, responden hanya memilih jawaban ya atau tidak.

I.Alat pengumpulan data.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 1) Kuesioner a) Data demografi meliputi: 2). Kode responden a. Umur

b. Jenis kelamin c. Agama 3). Data penelitian meliputi : a. Berapa umur bapak/ibu sekarang ?

b. Barapa berat badan bapak/ibu sekarang ? c. Didalam keluarga bapak/ibu siapa yang pernah mengalami Diabetes Mellitus ?

d. Bagaimana lingkungan yang ada disekitar bapak/ibu ? e. Apakah ibu/bapak penah periksa gula darah ke rumah sakit ? f. Berapa kali (dalam 1 bulan) ibu/bapak mengkonsumsi minuman seperti : teh manis, susu, es juice ? g. Berapa kali dalam 1 bulan ibu/bapak mengkonsumsi buah-buahan yang manis seperti papaya, jeruk, pisang, anggur, mangga ? h. Apakah ibu/bapak sering sakit-sakitan ? i. berapa kali (dalam satu bulan) bapak/ibu melakukan aktifitas olah raga? J. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan memberikan kuisoner.sebelum memberikan kuesiner terlebih dahulu mengajukan persetujuan tertulis kepada responden dan responden menyetujuinya,setelah itu peneliti memberikan kuisioner kepada responden untuk di isi. Metode pengumpulan data adalah langkah prosedur dan strattegi yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisa data dalam penelitian.(polit dan hunger, 1999). Pengumpulan data dilakukan pada penderita Diabetes Militus yang dirawat di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang dengan mengajukan pertanyaan dalam bentuk kuesioner,

sebelum responden mengisi kuesioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara mengisi kuesioner tersebut sampai responden mengerti dan dapat mengisi kuesioner itu dengan benar dan waktu yang disediakan dalam mengisi kuesioner yaitu 20 menit.selama responden mengisi kuesioner peneliti tetap berada di tempat untuk mengawasi dan mengantisipasi bila ada responden yang ingin bertanya. Setelah data didapatkan, data tersebut dianalisa dan dibuat presentase. Data yang mempunyai presentase paling tinggi merupakan faktor yang paling dominan dan bila ada responden yang mengisi kuesioner tidak sesuai ketentuan maka data itu dianggap hilang.

LEMBAR PERSETUJUAN Penelitian Yang Berjudul Hubungan factor Obesitas dan usia lansia yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus Telah disetujui pembimbing untuk mengikuti ujian akhir semester Mata kuliah riset keperawatan

Karawang, Desember 2010 Menyetujui,

Dosen Pengampu Pembimbing

Koordinator M.A Diploma III Keperawatan

(....................) NIK :

(.....................) NIK :00199672

Mengetahui, Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan

(......................) NIK

PERNYATAAN Dengan ini kami menyatakan bahwa proposal penelitian yang berjudul HUBUNGAN FAKTOR OBESITAS DAN USIA LANSIA YANG MENYEBABKAN TERJADINYA DIABETES MELLITUS Telah di kutip dari sumber-sumber lain dan dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah pengutipan dari sumber-sumber lain, sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku sehingga proposal penelitian ini serta semua kelengkapannya merupakan karya asli. Apabila kemudian ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan kami ini kami bersedia menerima resiko atau sanksi apapun.

Karawang , 25 November 2011

Penulis

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas rahmat dan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini berjudul Hubungan Faktor Obesitas dan Usia Lansia Yang Menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Kami menyusun proposal penelitian ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata ajaran Riset Keperawatan semester 5 program Diploma III keperawatan.

Dalam menyusun proposal penelitian ini peneliti banyak mengalami hambatan, namun dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan proposal penelitian selanjutnya. Peneliti sangat mengharapkan semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien

Karawang, 25 November 2011

Penulis

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KLIEN DM DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI DM DI POLI ENDOKRIN RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi : 1. Terapi Primer, yang terdiri dari : a) Penyuluhan Kesehatan, b)Diet Diabetes, c) Latihan Fisik. 2. Terapi Sekunder, Yang terdiri dari : a) Obat Hipoglikemi Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991). Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta . Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang. Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991]. La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis. Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991). Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :

1. 2. 3. 4. 5.

Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan. Pemberian informasi secara bertahap. Mulai dengan hal sederhana Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ). Lakukan pendekatan dan stimulasi Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM. Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.2.1 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepatuhan klien DM dalam menjalankan program terapi ? 1.2.2 Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan klien DM dalam menjalankan program terapi ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1..3.2.1 Mengidentifikasikan pengaruh umur terhadap kepatuhan menjalankan program terapi 1..3.2.2 Mengidentifikasikan pengaruh jenis kelamin terhadap kepatuhan pasien DM menjalankan program terapi. 1.3.2.3 Mengidentifikasi pengaruh status perkawinan terhadap kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi. 1.3.2.4 Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi. 1.3.2.5 Mengidentifikasi pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi. 1.3.2.6 Mengidentifikasi pengaruh penghasilan terhadap kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi. 1.3.2.7 Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang DM. 1.4 Manfaat 1.4.1 Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang fakror-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi. 1.4.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat pelayanan dalam meningkatkan pelayanan.. 1.4.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan keptauhan pasien dalam menjalankan program terapi.

1.2

1.4

Relevansi

Diabetes merupakan suatu kelainan metabolik yang menahun , bila tidak diobati dengan baik maka dapat menimbulkan kecacatan yang jarang reversibel dan seringkali memerlukan pertolongan darurat dan perawatan di Rumah Sakit yang lama. Proses pengobatan Diabetes merupakan suatu proses yang berlangsung 24 jam dan seringkali berhubungan dengan perubahan gaya hidup. Oleh sebab itu kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik. Pada umumnya penderita DM patuh berobat selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat sangat berkurang. Perawat sebagai anggota tim kesehatan(anggota eduktor Diabetes ) dapat menjalankan perannya sehingga kegagalan pengobatan karena kurangnya kepatuhan pasien terhadap program Terapi dapat di kurangi. 1.6 Landasan Teori Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar DM dan kepatuhan. Konsep dasar DM meliputi : definisi, etiologi, tipe/jenis dan penatalaksanaan, sedangkan konsep kepatuhan meliputi : definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. 1.6.1 Kosep Dasar DM. 1.6.1.1 Definisi. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang komplek melibatkan gangguan metabolik karbohidrat, protein dan lemak dan perkembangan komplikasi secara microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati . Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi glukosa , lipid dan asam amino berkadar tinggi, karena tidak memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme tubuh(Keith, 1996). 1.6.1.2 Etiologi Tidak diketahui Pada IDDM biasa karena tidak adekuat produksi insulin oleh pankreas. Pada NIDDM karena terjadi peningkatan kebutuhan insulin Etiologi lain : panktreatitis, tumor pankreas, obesitas, hiperthiroid, akromegali, kehamilan, infeksi. 1.6.1.3 Klasifikasi Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997. Klasifikass Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) : Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut) Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin). Diabets Tipe Lain Defek Relatif fungsi sel beta Maturity onset Diabetes of the young (MODY). DNA mitichondria Defek Negatif Kerja Insulin Penyakit eksokrin pankreas.

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. a. b. c.

- Pankreatitis - Tumor pankreatektomy - Pankreatopati Fibrokalkulus d. Endokrinopaty - Akromegali - Sindrom Cushing - Feokrositoma - Hiperthiridisme e. Karena Obat zat kimia - Vacor, pentamidin,asam nikotinat - Glukkokortikoid, hormon thiroid - Tiazid, Dilantin, interferon alfa dll f. g. h. 4. Infeksi Rubella, Kongenital, Cyto-Megalo- Virus ( CMV) Sebab Imonologi yang jarang Antibodi anti insulin Sindrom Genetik lain yang berkalitan dengan DM Sindrom Down , Sindrom Klinefelter, Sindrpm Turner, dll. Diabetes Melitus Gestasional ( DMG).

1.6.1.4 Pengelolaan DM Penyuluhan ( edukasi DM) Perencanaan makan Latihan Jasmani Obat berhasiat Hipoglikemi DM tan pa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu ( 4-8 minggu ). Bila kadar glukosa darah masih belum memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan baru diberikan obat hipoglikemi oral ( OHO ) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik, misalnya Ketoacidosis, DM dengan stress berat. Berat badan yang menurun dengan cepat, insulin atau obat berhasiat hipoglikemi dapat segera diberikan. 1. Penyuluhan ( Edukasi Diabetes ) Edukasi Diabetes merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan Diabetes dan ketrampilan yang dapat menunjang perubahan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal, penyesuaian psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukakan beberapa kali pertemuan untuk menyegarkan, mengingatkan kembali prinsip penatalaksanaaan Diabetes sehingga dapat merawat dirinya secara mandiri. Hidup sehat dengan diabetes memerlukan adaptasi Psikososial yang positif, dan penatalaksanaan mandiri yang afektif terhadap penyakit ini. Untuk mencapai penatalaksanaan mandiri yang efektif penderita dengan diabetes harus mengetahui, memepunyai sikap, dan terampil melakukan perawatan mandiri yang berhubungan dengan pengendalian penyakit kronis ini. Pengalamam mengatakan bahawa edukasi terncana seperti akan lebih efektif bila diberikan oleh edukator diabetes yang berkualitas . Edukasi diabetes dianggap sebagai salah satu cara terapi dan merupakan bagian integral keperawatan orang dengan diabetes. Beberapa prinsip[ yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes : 1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Berikan dukungan dan nasehat yang positif dan hindari terjadinya kecemasan. Sampaikan informasi secara bertahap jangan berikan beberapa hal sekaligus. Mulailah dengan hal yang sederhan baru kemudian dengan hal yang lebih komplek. Gunakan alat bantu dengan dengar-pandang ( Audio-visual AID). Utamakanlah pendekatan dengan mengatasi masalah dan lakukan simulasi. Berikan pengobatan yang sederhana agar kepatuhan mudah dicapai. Usahakanlah kompromi dan negosiasi, jangan paksakan tujuan Berikanlah motivasi dan penghargaan dan diskusikanlah hasil laboratorium. Edukator diabetes didefinisikan sebagai tenaga kesehatan profesional yang menguasai inti pengetahuan dan mempunyai pengetahuan dalam ilmu biologi, sosial,komunikasi, konseling, dan telah berpengalaman dalam merawat orang dengan diabetes. Tanggung jawab utama edukator diabetes adalah pendidkan orang dengan DM , keluarganya dan sistem pendukungnya yang menyangkut penatalaksanaan mandirri dan masal;ah-masalah yang berhubungan dengan DM. Proses edukasi ini sebaiknya terdiri dari topik topik berikut ini . 1, Patofisiologi DM 2. Pengelolaan Nutrisi dan diet. 3. Intervensi Farmakologik 4. Aktifitas dan olah raga 5. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah 6. Pencegahan dan pengelolaan komplikasi akut dan kronik. 7. Penyesuaian Psikososial 8. Ketrampilan mengatasi masalah 9. Pengelolaan stress 10. Penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Masing-masing profesi kesehatan melaksanakan pendidikan diabetes menurut bidang profesinya sendiri sehingga mempunyai pusat perhatian yang mungkin berbeda dan dapat berpengaruh pada proses pendidikan. Edukasi diabetes berlangsung dalam berbagai keadaan tergantung pada kebutuhan pasien,lingkungan kerja edukator dan lingkungan. Edukasi diabetes sebaiknya merupakan suatu kegiatan yang direncanakan, disesuaikan keadaan individu dan dievaluasi dimanapun diadakan. II. Perencanaan makan. Standar yang digunakan adalah makanan dengan komposisi seimbang : Karbohidrat 60 % Protein 10 15 % Lemak 20 25 % Jumlah kalori disesuaikan dengan : 1. Petumbuhan 2. Status gizi 3. Umur 4. Stress akut 5. Kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badab idaman. Untuk kepentingan klinik praktis dan menghitung jumlah kalori . Penentuan status gizi memanfaatkan Rumus Broca, yaitu BB idaman = ( TB 100 ) 10 % Status gizi : - Berat badan kurang < 90 % BB idaman - Berat badan normal = 90 110 % BB idaman

1.

- Berat badan lebih = 110 120 %BB idaman - Gemuk >120 BB idaman. Jumlah kalori yang dibutuhkan berat badan idaman, dikalikan kebutuhan kalori basal ( 30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10 30 %). Makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk pagi ( 20 % ), siang ( 30 % ), dan sore ( 25 % ) serta 2-3 porsi ( makanan ringan, 10 15 % ). Untuk kelompok ekonomi rendah , makanan dengan komposisi karbihidrat sampai 70 75 % juga memberi hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol , diusahakan lemak dari sumber lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan serat laut. Untuk mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik , adanya pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien. Pada saat ini ada 11 ( sebelas ) macam diet diabetes di Surabaya ialah : Diet B, Diet B1, Diet B puasa dan B1 Puasa, B2,B3,Be,, Diet-M,Diet-M Puasa, Diet-G dan Diet KV . III. Latihan Jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous , rhythmical,interval,progressive,endurance training ). Sedapat mungkin mencapai zone sasaran 78- 85 % denyut nadi maksimal ( 220 umur ) disesuaikan dengam kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Manfaat latihan jasmani ( olah raga ) pada pasien DM : Menurunkan konsentrasi gula darah selama dan sesudah latihan. Menurunkan konsentrasi insulin basal dan post prandial Memperbaiki sensitifitas insulin MenurunkanHbA1c Memperbaiki profil lemak Memperbaiki hipertensi ringan sampai sedang Memperbaiki pengeluaran tenaga Memelihara kardiovaskuler Meningkatkan kekuatan fleksibelitas otot Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup. (Horton,1991) Jenis Olah raga . Olah raga yang baik bagi penderita DM adalah olah raga yang sesuai dengan keadaan umum penderita dan dapat meningkatkan kesegaran jasmani. IV. Obat Berkhasiat Hipoglikemik Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai, dipertimbangkan pemakaian obat-obat berkhasiat hipoglikemik (oral insulin ) Obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) Sulfonilurea: obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan pilihan utama untuk apsien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan pada ppasien dengan berat badan lebih. Pada pasien usia lanjut obat golongan Sulfonilurea dengan waktu kerja panjang sebaiknya dihindari.

1) 2)

2.

2) 3) 4) 5)

Biguanid ( Metformin) : Obat golongan ini mempunyai efek utama : Mengurangi produksi glukosa hati Memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat golongan ini dianjurkan dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. Biguanid merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati pasien-pasien dengan kecendrungan hipoksemia ( misalnya pasien dengan penyakit Serebro Cardiovaskular ). Obat Biguanid dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan bersamaan atau sesudah makan. Inhibitor Glukosidase Alfa ( Acarbase ) Obat golongan ini memp[unyai efek utama menurunkan puncak glikemik sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang masih normal. Dimulai dengan dosis 2 kali 50 mg setelah suapan pertama waktu makan. Dosis dapat dinaikan m,enjadi 3 kali 100 mg. Pasien yang menggunakan acarbose jangka panjang perlu pemantauan faal ginjal dan hati secara serial, terutama pada pasien yang sudah mengalami faal hati dan ginjal Insulin Indikasi penggunaan pada DM tipe 2 : 1) a. Ketoasidosis b.Koma Hiperosmolar c.Asidosis laktat Stress berat ( infeksi sistemik, operasi berat ) Berat badan yang menurun dengan cepat. Kehamilan / DM Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan maka Tidak berhasil dikelola dengan OHO dosis maximal atau ada kontraindiksi OHO. Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikan sesuai dengan kadar glukosa darah pasien. Kalu dengan Sulfonirea atau Metformin samapai dosis maximal ternyata sasaran glukosa darah belum tercapai perlu dipikirkan kombinasi 2 kelompok obat hipoglikemi oral yang berbeda.Kombinasi OHO dosis kecil dapat pula digunqakan efek samping masing-masing kelompok obat. Dapat pula diberikan kombinasi ketiga kelompok OHO bila belum juga mencapai sasaran yang diinginkan. Kalau dengan dosis OHO maximal baik sendiri-sendiri maupun secara kombinasi sasaran glukosa darah belum tercapai, dipikirkan adanya kegagalan pemakaian OHO, pada keadaan demikian dapat dipakai kombinasi OHO dan insulin. 1.6.2 Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lainnya, Sarafino [1990] dikutip dari Psikologi Kesehatan [1994]. Pada umumnya perawat tidak mampu membedakan antara pasien yang patuh dan yang patuh dan yang tidak atas nasihet /advice dan pengobatan yang diberikan . Davis (1966), melaporkan kebanyakan dokter-dokter berkeyakinan bahwa pasien yang diberi pengobatan akan mematuhi nasihat/perintah , tetapi pada kenyataannya berdasarkan empiris hal tersebut tidak realistis dan over estimasion.Ketidak patuhan terjadi apabila klien membuat kesalahan dalam dosis obat atau waktu pemakaiannyaserta menggunakan obat lain yang efeknya lebih membahayakan. Tingkat ketidak patuhan berkisar antara 4-92 % dengan media sekitar 45 % . Walau bukan hal yang vital apabila klien tidak mematuhi nasehat namun ada anggapan bahwa klien harus mematuhi nasehat dan biula tidak berarti klien itu salah, anggapan ini hanya berlaku apabila doketr bersifat otoriter. Namun akhir-akhir ini hubungan ini lebih dianggap sebagai

kompromi. Pasien tidak selalu harus mematuhi nasehat dokter . Bahkan dalam beberapa hal tindakan ini merupakan hal yang rasional untuk dilakukan. Dalam hal ini kepatuhan dipakai sebagai contoh bahwa sukses tidaknya komunikasi dokter dan pasien tergantung dari kepedulian dokter terhadap kliennya . Dari sudut pandang lain kepatuhan berpengaruh terhadap kesehatan , hal ini dapat terjadi dirumah-rumah sakit dimana resiko terjadinya infeksi dan ketergantungan pada satu obat tertentu dapat mengakibatkan efek samping yang membahayakan . Hare dan Wilcok (1967) , melaporkan bahwa ketidak patuhan ditemukan hanya 19 % pada pasien rawat inap. 37 % pada pasien sehari-hari dan 49 % pada pasien rawat jalan. Hasil ini menyimpulkan dengan mengajarkan pengobatan diri sendiri saat di rumah sakit meningkatkan kepatuhan pasien rawat jalan ( Kent dan Dalgleish,1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah : a. Faktor Situasi ( Situational faktors) Dukungan yang diberikan kepada pasien dan kesulitan yang dihadapi keluarganya adalah relevan, mematuhi anjuran dokter mengakibatkan biaya dan juga keuntungan. b. Metode Perawatan ( The Treatment Regime), frekuensi dan jumlah obat yang diberikan memiliki pengaruh, demikian juga dengan pandangan pasien mengenai efek samping dan kemanjuran keperawatan. c. Sumber Penyakit ( Nature of the illness), pandangan pasien tentang keparahan penyakit dan konsekuensi ketidak patuhan adalah penting, ketidak patuhan menurun dengan lamanya sakit dan perkembangan kesehatan. d. Pengertian ( Understanding), pasien tidak dapat diharapkan untuk mematuhi rekomendasi dokter apabila mereka tidak mengerti , ketidak jelasan dan sulitnya informasi yang diberikan kepada pasien sering diremehkan. e. Pengingatan (Remembering), banyak pasien tidak mematuhi hanya karena mereka tidak dapat mengingat instruksi dokter. Beberapa pemecahan masalah ini termasuk memberikan instruksi penting terlebih dahulu, mengurangi jumlah instruksi hingga minimun dan memperjelas rekomendasi. f. Hubungan dokter pasien ( The doctor-payient relationship), kualitas hubungan dihubungkan dengan kepatuhan, pasien yang puas dengan aspek interpersonal perawatan mereka akan lebih mungkin mengikutri saran dokter. g. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan adalah : Kepercayaan pasien (patient believe), tentang kemanjuran suatu perawatan atau pengobatan. Salah satunya adalah masalah diagnosis, seorang pasien tidak akan mengikuti nasehat dokter apabila ia tidak yakin bahwa dokter itu telah mengenali dengan tepat kondisinya. Becker,at all,(1972), menemukan adanya level keyakinan Dimana semakin tinggi level ini maka pasien akan lebih mematuhi nasehat dokter(Kent dan Dalgleish,1986). Menurut Gordis dan Dumbar (1979) kepatuhan pasien atas peraturan pengobatan, perjanjian klinik dinilai cukup tinggi apabila dibandingkan dengan kepatuhan pasien atas pemeriksaan laboratorium urine maupun darah, pasien cendrung untuk tidak patuh. Beberapa hal yang dapat mendorong penderita agar mematuhi program olah raga dengan baik adalah sebagai berikut : 1. Olah raga menyenangkan penderita dan memilih sendiri olah raga yang digemari. 2. Waktu dan tempat yang cocok bagi pasien adalah dekat dengan rumah atau tempat bekerja.

3. Ada dorongan dari keluarga dan petugas medis terhadap perilaku penderita untuk olah raga 4. Menggunakan petunjuk kwantitatif untuk umpan balik kemajuan berolahraga. 5. Jangan menetapkan tujuan olah raga yang berdaya guna tinggi tetapi tiudak realistik. Kepatuhan pasien untuk menerapkan petunjuk diet dan penggunaan obat hipoglikemi secara tetap memerlukan pengertian dan motivasi yang tinggi, yang harus diusahakan melalui pendidikan yang dapat menghasilkan perubahan perilaku.(Krall Lp, 1985). 1.7 Metodologi 1.7.1 Desain penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Burns & Grove,1991:171). Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang di: cross sectional . Peneliti melakukan observasi dan pengumpulan variabel sesaat. Artinya subyek diobservasi satu kali dan pengukuran variabel independent dan dependent dilakukan pada saat pemeriksaan atau pengkajian data(Sastro Asmori & Ismael,1985). Frame Work Faktor-faktor yang mempengaruhi Pasien DM Umur Jenis Kelamin StatusPerkawinan Status dalam keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan Kepatuhan dalam menjalankan program terapi

1.7.2

Latihan Fisik Penyuluhan Obat Hipoglikemi

1.7.3

1.7.3 Populasi Popolasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diselidiki (Nursalam dan Siti Pariani,2000). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM di Ruang Interne RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi populasi ( Nursalam dan Siti Pariani,2000). Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang layak untuk diteliti. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah : Pasien DM bersedia untuk diteliti Pasien DM yang berusia diatas 20 tahun Pasien DM tanpa komplikasi ( ganggren) Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1.7.4

Pasien DM yang tidak bersedia diteliti Pasien DM dengan komplikasi ganggren Pasien DM usia dibawah 20 tahun Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel (Chandra,1995:41). Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki peneliti sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi terjangkau . Oleh karena itu kami mengambil sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang . Sampling Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari sampel untuk dapat mewakili populasi (Burns & Grove,1991;37). Penelitian ini menggunakan purposive sampling , yaitu suatu yehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya ( Burns & Grove,1991).

1.7.5 Identifikasi Variabel 1.7.5.1 Variabel independen Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependen (Nursalam dan Siti Pariani, 2000 dikutif dari Srikandi, 1997). Yang dimaksud variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan program terapi pasien DM di Ruang Interne RSUD Dr Soetomo Surabaya diantaranya: 1. Status Demografi meliputi : 1) Umur Pasien - 20-30 tahun - 31-40 tahun - 41-50 tahun - 51-60 tahun - Lebih dari 60 tahun 2) Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 3) Status Perkawinan - Belum menikah - Sudah menikah - Janda - Duda 2. Status Sosial meliputi : 1) Pendidikan Pasien - SD - SMP - SMA - Akademi - PT 2) Pekerjaan Pasien - Buruh / Pegawai tidak tetap - Swasta

PNS / ABRI Tidak bekerja 3) Penghasilan - Kurang dari Rp. 100.000,- / bulan - Rp. 100.000,- - Rp. 200.000,- / bulan - Rp. 200.000,- - Rp. 300.000,- / bulan - Rp. 300.000,- - Rp. 400.000,- / bulan - diatas Rp. 400.000,- / bulan 1.7.5.2 Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas ( Yang termasuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan dalam menjalankan program terapi. Yang dimaksud Kepatuhan adalah bagaimana pasien mentaati program terapi yang sebut dengan pentaloka Terapi DM meliputi : 1. Penyuluhan Kesehatan 2. Diet Diabetes 3. Latihan Fisik 4. Obat Hipoglikemi ( Oral Anti Diabetik) Definisi Operasional 1. Faktor-faktor adalah kondisi atau ciri seorang klien yang membedakan klien yang satu dengan klien yang lainnya, yang diukur meliputi status demografi : Umur, jenis kelamin, status perkawinan ; status sosial : pendidikan , pekerjaan, penghasilan ; pengatahuan tentang hak dan kewajiban dan penanggung biaya pengobatan. - Usia adalah lamanya kihidupan seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dilakukan penelitian. -Jenis kelamin adalah jenis kelamin klien yaitu pria atau wanitia. -Status perkawinan : status klien dalam perkawinan. -Pendidikan : pendidikan formal terakhir klien. -Pekerjaan : pekerjaan sehari-hari klien. -Penghasilan : pendapatan dalam keluarga sebulan. 2.Kepatuhan klien : ketaatan didalam melaksanakan program terapi DM, meliputi diet, latihan fisik,penyuluhan dan obat hipoglikemi : oral dan insulin. 1.7.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan pada responden. Kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responde ( Nawawi,1991). Dari hasil pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data dengan cara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusio yang dikonfirmasi dalam bentukprosentasi. Kemudian dilakukan tabulasi silang (Singrimbun,1989). Untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi diuji dengan uji chi-square dengan derajat kemaknaan p 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara 2 variabal, maka H0 ditolak. 1.7.7 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomndasi dari FK Unair dan ijin dari panitia eti RSUD Dr Soetomo Surabaya . Penelitian dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi: (1) Lembar persetujuan sebagai subyek Yang berisi pernyataan persetujuan sebagai subyek, yang diisi secara sukarela oleh subyek. Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti , peniliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. (2) Anomanity Pada lembar pengumpulan data tidak mencantumkan nama subyek, lembar pengumpulan data cukup diisi nomer kode. (3) Confidentialy Menjaga kerahasiaan lansia yang dijadikan subyek penelitian. 1.7.8 Keterbatasan Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian ( Burns & Grove,1991). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : (1) Sampel yang digunakan terbatas pada pasien DM dengan yang dsg dirawat di Ruang Interne RSUDDr. Soetomo Surabaya, sehingga hasilnya mungkin kurang representatif sebagai generalisasi secara keseluruhan di Jawa Timur. (2) Tehnik samplingnya menggunakan non probability , yang pada dasarnya kurang objektif karena dipilih menurut perkiraan peneliti. (3) Pengumpulan data menggunakan kuesioner, memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud sehingga menimbulkan beda persepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Siti Pariani.(2000) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Surabaya, Universitas Horton ES.(1991) Exercise , in : Lebovitz HE (Ed), Therapy for Diabetes Mellitus and Related Disorders, American Diabetes Association, Inc,Alexandria, Virginia,USA Zinman B,at all.(1984) Vomparosson of the Acute and long-Term-Effects of Exercise on Glukosa Control in Tipe I Diabetes, Diabetes Care. Sidartawawan S. (1999) Peran Edukator Diabetes dalam Perawatan Mandiri, Dalam buku; Surabaya Diabetes Update-VI 1999. Tjokroprawiro A.(1999),Aplikasi Diet Diabetes di RSUD Dr Soetomo ( 11 Paket Diet dan Sosialisasi Diet G dan Diet KV) , Pelatiahan Pedoman Diet Diabetes Mellitus bagi pelaksanaan Gizi RS Sejawa Timur, Surabaya.
a)

Patrick , at all.(1986) , Medical Surgicl Nursing Pathofisiologycal Concepts, Philadelphia East Washington Square, J.B.Lippincott. American Diabetes Association, Exercise, In : Phycians Guide to insulin Dependen (Tipe-I) Diabetes : Diagnosis and Treatment, Amerika Diabetes.

LEMBAR KUESIONER Tidak

Ya I. Data Demografi 1. Umur 1) 20 30 tahun 2) 31 40 tahun 3) 41 51 tahun 4) 51 60 tahun 5) lebih dari 61 tahun 2. Jenis kelamin 1) Laki-laki 2) Perempuan 3. Status Perkawinan 1) Belum kawin 2) Sudah kawin 3) Janda 4) Duda 4. Status dalam keluarga 1) Suami 2) Istri 3) anak 5. Pendidikan 1) SD 2) SMP 3) SMA 4) Akademi 6. Pekerjaan 1) Buruh 2) Swasta 3) PNS/ABRI 4) Tidak bekerja 7. Penghasilan 1) Kurang dari Rp.100.000.00 2) Rp. ( 100.000,00 .300.000.00 ) 3) Rp. ( 300.000.00 500.000.00 ) 4) Lebih dari Rp. 500.000.00 Program Terapi 1. Diet 1) Apakah makanan yang disediakan dari RS selalu dihabiskan 2) Apakah ada makan makanan selain yang disediakan dari RS. 3) Apakah makanan itu

II.

a. Roti / kue-kue manis b. Nasi c. Pisang d.Buah lain (.) 2. Latihan Fisik 1) Apakah selama di RS selalu berbaring ditempat tidur 2) Apakah rutin olah raga pagi atau sore di sekitar ruangan 3) Apakah selalu dibantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari : a. Makan dan minum b. Mandi c. .. 3. Penyuluhan 1) Apakah ikut dalam program penyuluhan yang diselenggarakan di RS atau di Tempat lain ? 2) Apakah selalu mengikuti setiap program yang dijadwalkan? 3) Apakah sudah mendapatkan materi penyuluhan tentang a. Diet b. Latihan Fisik c. obat 4) Apakah materi penyuluhan bermanfaat ? 4. Obat Hipoglikemi 1) Apakah obat yang didapat berupa obat yang ; a. di minum b. disuntik 2) Apakah obat yang diminum selalu diberikan oleh perawat ? 3) Apakah ada minum obat tanpa resef dokter untuk penyakit diabetesnya 4) Apakah tetap minum obat walaupun tidak ada keluhan ?

Kegiatan fisik yang teratur meningkatkan kesensitifan insulin dan memperbaiki toleransi glukosa [ simmet P.,1992 ] Kegiatan fisik tertali dengan penyusuttan resiko NIDDM [ Helmrich SP et al,1991]. Peningkatkan masukan makanan berlemak dan penurunan masukan makanan berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidak normalan toleransi glukosa [ simmet P., 1992] Perubahan diet dan olah raga berguna sebagai landasabn penegahan diabetes dan pengobatan orang-orang yang telah sakit.

You might also like